Upload
trinhtram
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Kajian Teoritis
2.1.1 Pengertian lanjut usia
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.
Kelompok ini memerlukan perhatian khusus di abad 21 nanti, mengingat bahwa selain
jumlahnya meningkat dengan cepat, mereka juga secara potensial dapat menimbulkan
permasalahan yang akan mempengaruhi kelompok penduduk lainya.
Menurut Undang- Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 pasal 19 ayat 1 “
Manusia usia lanjut (Growing Old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan
aspek kehidupan termasuk kesehatan”.
Lanjut usia adalah seseorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau
lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal
tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial) (Depkes RI.
2001).
2.1.2 Batasan – batasan Umur Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ( Nugroho 2000).
a. Usia pertengahan (midlle age) kelompok 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) antara 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) antara 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) diatas 90 tahun.
Menurut Koesoenoto Setyonegoro ( Nugroho 2000).
a. Usia dewasa muda (Elderly adulthood) yaitu usia sekitar 18 tahun atau 20 tahun
sampai 25 tahun.
b. Usia dewasa penuh (Middle Years) atau maturitas yaitu usia 25 tahun sampai 60
tahun atau 65 tahun.
c. Lanjut usia (Geriatric Age) yaitu usia lebih dari 65 tahun atau 70 tahun, dalam hal
ini dibagi untuk usia :
1. Usia 70 – 75 tahun (young old)
2. Usia 75 – 80 tahun ( old)
3. Usia lebih dari 80 tahun (very old)
2.1.3 Teori-teori Proses Menua (Darmodjo 1999)
a) Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesssies
tertentu. Tiap spesies didalam inti selnya mempunyai jam genetic yang telah diputar
menurut replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan
replikasi sel bila tidak diputar. Jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita
akan meninggal dunia meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit
akhir.
b) Mutasi Somatic (Teory Error Catastrope).
Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur sebaliknya untuk menghindari terkenanya radiasi atau tercemar
zat kimia yang bersifat karsinogenik atau toksik dapat memperpanjang umur.
Menurut teori ini terjadi mutasi yang progresif pada DNA sel somatic akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
c) Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya
sendiri (Self recognition).
Jika mutasi somatic menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan
sel maka hal ini dapat menyebabkan system imun tubuh menganggap sel yang
mengalami perubahan sel tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar peristiwa autoimun.
d) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas atau
kelompok atom mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan se-sel tidak bisa regenerasi.
e) Teori Menua Akibat Metabolisme
Pada tahun 1935 Mc. Kay et.al memperlihatkan bahwa pengurangan intake
kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur
karena penurunan jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya
salah satu atau beberapa proses metabolisme.
2.1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penuaan (Pujiastuti 2003)
Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati dalam
mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis (fisiological
Aging), di harapkan mereka tua dalam keadaan sehat (healthy aging). Ada faktor-faktor
resiko yang mempengaruhi penuaan seseorang, yaitu:
a. Faktor Endogen
Faktor endogen yaitu faktor bawaan (faktor keturunan) yang berbeda pada setiap
individu. Faktor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua pada setiap ondividu,
dapat lebih cepat atau lebih lambat.
Perbedaan tipe kepribadian dapat juga memicu seseorang lebih awal memasuki
masa lansia. Kepribadian yang selalu ambisius, senantiasa dikejar-kejar tugas, cepat
gelisah, mudah tersinggung, cepat kecewa dan sebagainya, akan mendorong seseorang
cepat stres dan frustasi. Akibatnya, orang tersebut mudah mengalami berbagai penyakit.
b. Faktor Eksogen
Faktor eksogen yaitu faktor luar yang dapat mempengaruhi penuaan. Biasanya
faktor lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup. Misalnya diet atau asupan gizi,
merokok, polusi, obat-obatan maupun dukungan sosial. Faktor lingkungan dan gaya
hidup berpengaruh luas dalam menangkal proses penuaan (Puji Astuti, 2003).
2.1.5 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Persepsi kesehatan dapat menentukan kualitas hidup. Konsep lansia tentang kesehatan
umumnya tergantung pada persepsi pribadi terhadap kemampuan fungsional. Karena itu
lansia yang terlibat dalam aktivitas kehidupan sehari – hari biasanya menganggap dirinya
sehat, sedangkan mereka yang aktivitasnya terbatas karena kerusakan fisik, emosional
atau sosial mungkin merasa dirinya sakit. Perubahan fisiologi bervariasi pada setiap
orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan bergantung keadaan dalam kehidupan
(Potter & Perry).
a. Perubahan Fisik
1) Sel
a). Lebih sedikit jumlahnya
b). Lebih besar ukurannya
c). Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d). Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.
e). Jumlah sel otak menurun.
f). Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g). Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5 – 10 %
2. Sistem Persarafan
a) Cepatnya menurun hubungan persarafan
b) Lambat dalam responden waktu untuk bereaksi, khususnys dalam Stres.
c) Mengecilnya saraf panca indra.
d) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf
penciuman dan rasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.
e) Kurangnya sensitive terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran
a) resbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)
dengar pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada – nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas 50 % terjadi pada usia diatas 65 tahun .
b) Membran timpani menjadi atropi
c) Terjadi pengumpulan cerumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
d) Pendengaran menurun pada lansia yang menderita penyakit.
4. Sistem Penglihatan
a) Sfingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c) Kekeruhan pada lensa menjadi katarak, menyebabkan gangguan.
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, dan susah melihat pada keadaan gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau
5. Sistem Kardiovaskuler
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katup jantung menjadi menebal
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
e) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
a) Tempratur tubuh menurun secara fisiologik, akibat metabolis yang menurun.
b) Keterbatasan refleks meninggi dan tidak dapat memproduksi Panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem Respirasi.
a) Paru – paru kehilangan elastisitas ; kapasitas residu meningkat menarik
napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun.
b) Menurunnya aktivitas dari silia.
c) Kemampuan untuk batuk berkurang
8. Sistem Gastrointestinal.
a) Kehilangan gigi
b) Indra pengecap menurun, hilangnya sensitifitas dari pengecap terutama
rasa asin
c) Lambung ; sensitifitas lapar menurun Peristaltik menurun dan biasanya
timbul konstipasi.
9. Sistem Genitourinari
a) Ginjal
Ginjal merupakan alat mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urin darah yang masuk disaring oleh satuan unit terkecil yang
disebut Nefron, nefron akan mengecil dan menjadi atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya:
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun,
proteinuria (biasanya + 1), nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
b) Vesika Urinaria : otot menjadi lemah, frekuensi buang air seni meningkat,
vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya resistensi urin.
c) Pembesaran prostat.
d) Atrofi Vulva.
10. Sistem Endokrin
a) Produksi hampir semua hormon menurun
b) Menurunnya aktivitas tiroid.
c) Menurunnya produksi aldosteron.
d) Menurunnya sekresi hormon kelamin; estrogen, progesterone dan testeron.
11. Sistem Kulit
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik.
c) Menurunnya respon terhadap trauma.
d) Gangguan pigmentasi kulit.
e) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
f) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vasikularisasi.
g) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
h) Kuku menjadi pudar kurang bercahaya.
i) Kelenjar keringat berkurang dan fungsinya.
12. Sistem Muskulosletal
a) Tulang kehilangan densyti ( cairan ) dan makin rapuh.
b) Kifosis.
c) Discus invetebralis menipis dan menjadi pendek.
d) Persendian membesar dan menjadi kaku.
e) Tondon mengerut dan mengalami skelorosis.
f) Atrofi serabut otot, sehingga pergerakan menjadi lambat, tremor
b. Perubahan Psikososial
1). Pensiun
Pensiun sering dikaitkan secara salah dengan kepasifan dan pengasingan.
Dalam kenyataannya, pensiun adalah tahapan kehidupan yang dicirikan oleh
adanya transisi dan perubahan peran yang dapat menyebabkan stres psikososisl
2). Isolasi social
Banyak lansia mengalami isolasi sosial yang meningkat sesuai dengan
usia. Tipe isolasi yaitu sikap, penampilan, perilaku dan geografi. Beberapa lansia
mungkin dipengaruhi oleh keempat tipe tersebut tetapi yang lain hanya
dipengaruhi oleh satu tipe (Ebersole dan Hess, 1990).
3). Isolasi Sikap
Isolasi sikap terjadi karena nilai pribadi atau budaya. Lansiaisme adalah
sikap yang berlaku yang menstigmatisasi lansia. Suatu bias yang menentang dan
menolak lansia. Karena itu isolasi sosial terjadi ketika lansia tidak secara mudah
diterima dalam interaksi sosial. Seiring lansia semakin ditolak, harga diri pun
berkurang sehingga usaha bersosialisasi berkurang
4). Isolasi penampilan
Diakibatkan oleh penampilan yang tidak dapat diterima atau karena faktor
lain termasuk dalam penampilan diri sendiri pada orang lain antara lain adalah
citra tubuh, higiene tanda penyakit yang terlihat dan kehilangan fungsi ( Ebersole
dan Hess,1990 )
5). Isolasi perilaku
Diakibatkan oleh perilaku yang tidak dapat diterima pada semua
kelompok usia terutama pada lansia, perilaku yang tidak diterima menyebabkan
seseorang menarik diri. Perilaku yang biasanya dikaitkan dengan pengisolasian
pada meliputi konfusi, demensia, inkontinensi.
6). Isolasi Geografis
Terjadi karena jauh dari keluarga, umumnya anak hidup sangat jauh dari
orang tuanya.
2.2 Kajian tentang Kualitas Hidup
Kualitas hidup suatu kajian atau telaahan yang melibatkan berbagai sudut pandang
yang tidak hanya melibatkan status fungsional dan beratnya gejala tetapi juga
menyangkut pemahaman tentang perkembangan mental (psikologi), sosiokultural, etika
dan spiritual (Luccenotte, hal 341).
Kualitas hidup merupakan salah satu bagian dari status fungsional lanjut usia itu
sendiri, yang menekankan sejauh mana dampak penyakit medis pada lansia dan
merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai
sebagai alat untuk menilai hasil dari sebuah perawatan atau menyeimbangkan faktor-
faktor resiko dan manfaat dari sebuah pilihan pengobatan (Munawirah, 2006).
Ada 3 kategori pokok yang berkaitan dengan kualitas, hidup yaitu fisik yang baik,
psikologis yang baik, dan dukungan sosial (Everett & Keff, 2001).
Untuk mendapatkan kualitas hidup yang optimal sebagai ciri khas kualitas hidup
lansia maka diperlukan pemberdayaan pada aspek fisik, mental dan psikososial antara
lain:
2.2.1 Kemandirian
Menurut Scheuder, kemandirian meliputi kemandirian mengurus diri sendiri,
kemandirian dosmetik berupa kemandirian untuk memasak, mencuci pakaian, belanja,
atau pekerjaan rumah lainnya serta. kemandirian sosial. dan finansial yang berupa
kemandirian untuk berperan dimasyarakat dan menghasilkan uang.
Kemandirian di dalam mengurus diri sendiri dapat dinilai dari kemampuannya
melakukan. aktivitas sehari-hari tanpa pengawasan, pengarahan. atau bantuan. Orang
lain, seperti mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet dan melakukan sendiri aktivitas
disana, berpindah tempat (berpindah dari lantai ke kursi, dari kursi ke tempat tidur,
berjalan,.naik dan turun tangga, dapat mengontrol buang air besar dan kecil (tidak beser),
dan dapat makan sendiri dengan baik (misalnya makanan tidak berserakan disekitarnya).
Salah satu kriteria orang mandiri adalah dapat mengaktualisasikan dirinya (self
actualized) tidak menggantungkan kepuasan-kepuasan utama pada lingkungan dan
kepada orang lain. Mereka lebih tergantung pada potensi-potensi mereka sendiri bagi
perkembangan dan kelangsungan pertumbuhannya.
Untuk menentukan kemampuan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sering
digunakan indeks Katz dan indeks Barthel. Pada indeks Katz tentang aktivitas kehidupan
sehari-hari, ini digunakan untuk mengukur kemampuan mandiri pasien untuk mandi,
berpakaian, toileting, berpindah tempat, mempertahankan kontinensia dan makan. Indeks
ini membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kemampuan hidup mandiri pasien
atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi, maka akan disusun titik-titik fokus
perbaikannya. Sedangkan indeks Barthel, sering juga digunakan untuk mengkaji
kemampuan pasien merawat diri mereka sendiri, namun ditekankan untuk jumlah
bantuan fisik yang akan diberikan (Gallo at all, 1998).
2.2.2 Mobilitas
Mobilitas yang baik diperoleh dengan melakukan latihan fisik yang berguna untuk
menjaga agar fungsi sendi-sendi dan postur tubuh tetap baik. Latihan ini dilakukan secara
bertahap, disesuaikan dengan kemampuan lansia. Misalkan berdiri dengan mengangkat
satu tungkai ke depan dan ke samping.
2.2.3 Komunikasi
Komunikasi yang baik dapat dilatih dengan mengetahui orientasi (mengetahui
identitas diri, di mana berada, waktu sekarang dan situasi), meningkatnya perhatian dan
kalkulasi, melatih daya ingat dan kemampuan bahasa.
2.2.4 Penyesuaian alat
Lansia dengan keterbatasan fisik dan mental akan lebih mudah terjatuh di dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Agar lansia tidak mudah terjatuh ada
beberapa hal yang berperan dalam lingkungan yaitu permukaan lantai, penerangan lampu,
tangga, kamar mandi, tempat tidur, kursi dan rak. Rintangan keamanan di daerah tersebut
harus dikenali dan dihilangkan.
2.2.5 Kegemaran
Agar memberikan gairah ingin tetap hidup sehat pada lansia perlu dilakukan upaya-
upaya untuk mengisi kehidupan mereka, misalnya membaca, mendengarkan ceramah
agama, mendengarkan musik, menonton televisi, olahraga ringan bersama, dan lain-lain
sesuai dengan hobi para lansia (www.waspada.co.id, 2012).
Untuk dapat mengukur kualitas hidup lansia diperlukan kombinasi penilaian faktor
fisik, psikologi dan sosial lansia. Terdapat banyak cara untuk mengukur kualitas hidup
yaitu pengukuran kognitif, pengukuran status fungsional, pengukuran terhadap penyakit
yang spesifik dengan gejala yang berat atau pengukuran global. Skala pengukuran
kualitas hidup berguna khususnya sebagai pedoman membuat keputusan tentang
bagaimana menangani kelompok pasien. Sebagai contoh pengukuran kualitas hidup
dengan menggunakan pengukuran fungsi atau pengukuran global dapat memberikan
informasi hasil yang signifikan dari sebuah percobaan klinik atau membawa kualitas
perawatan menjadi fasilitas berkelanjutan. Pengukuran kualitas hidup dapat berguna juga
dalam praktek klinik, skala pengukuran kualitas hidup dapat membantu. untuk menilai
efek keseluruhan dari perawatan pada lansia (Munawirah, 2006).
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia
2.6.1 Aktivitas fisik
Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
sehingga dapat terjadi kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain
sehingga tubuh "mati" sedikit demi sedikit, karena pengalaman usia maka fungsi organ
tubuh berusia lanjut akan mengalami penurunan. Penurunan fungsi organ ini
menyebabkan para lansia menjadi lamban dan terganggu dalam melakukan aktivitas.
Aktivitas dasar harian adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh lansia seperti
berpakaian dan mandi. Instrumen aktivitas kehidupan sehari-hari yang bersifat kompleks
seperti mempergunakan pesawat telepon, memelihara rumah dan pengaturan keuangan
(Gallo at all, 1998).
Menurut Fried (1994), kesulitan-kesulitan dalam aktivitas pada lansia dapat
dikelompokkan yaitu :
1. Aktivitas yang berkaitan dengan mobilitas dan pelatihan, seperti berjalan.
2. Tugas-tugas yang kompleks seperti membayar rekening dan berbelanja.
3. Aktivitas perawatan diri, seperti Toileting.
4. Aktivitas ekstremitas seperti menggenggam dan menggapai.
Penelitian Boedhi-Darmojo (1992), menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
lansia berbanding positif langsung dengan tingkat kesehatan mereka. la juga
berkesimpulan bahwa pendidikan yang smakin. tinggi dapat menghasilkan
kemandirian yang makin mantap. L.ansia dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
mendapat kesempatan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lebih
banyak terkait dengan pengaturan aktivitas, sehingga ketergantungannya terhadap
orang lain lebih rendah.
Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kondisi fisik lanjut usia
sehingga dapat mengarah pada kemunduran fisik antara, lain:
1. Aktivitas fisik yang rendah
2. Kebiasaan merokok dan minum. Alcohol
3. Peningkatan usia
4. Status sosial ekonomi rendah yang meliputi pendapatan dan pendidikan.
5. Status kesehatan rendah.
6. Penggunaan obat-obatan
7. Kurangnya kontak social
8. Riwayat penyakit kronis
9. Gangguan kognitif dan depresi
10. Gangguan penglihatan dan pendengaran.
b. Aspek Sosial
Anggota masyarakat yang lebih tua merupakan. sumber nasehat dan restu serta
sangat dihormati dalam upacara, dalam pergaulan sehari-hari membantu Tugas-tugas
lain Yang biasa mereka lakukan adalah momong cucu (54,4 %), memasak (58,6 %),
bersih-bersih rumah (59,3 %), mencuci piring (53,1 %), jahit menjahit (18,3 %o), dan
sebagainya (Boedi Darmojo, 2006).
Pada umumnya para lanjut usia adalah para pensiunan atau mereka yang kurang
produktif lagi. Orang yang mengalami pensiun mempunyai ketergantungan sosial
finansial, selain itu juga akan kehilangan prestise, kewibawaan, peranan-Peranan sosial
dan sebagainya. Keadaan ini akan memberikan rasa stress pada orang yang lanjut usia.
Bagi seseorang Yang mempersiapkan masa pensiun yang cukup baik seperti investasi
(tabungan), bisnis sewa, sokongan dari pemerintah atau swasta tentunya akan memiliki
ketergantungan sosial finansial yang rendah.
c. Aspek Psikologi
Seorang yang telah memasuki masa lansia, kondisi kesehatan kejiwaannya
semakin menurun. Karena semakin menurunnya kesehatan kejiwaan seorang lansia maka
akan mengalami fase yang sangat sulit ketika perkembangan seorang lansia tidak selaras
dengan keadaan orang lain. Salah satu kesehatan fisik yang menurun adalah menurunnya
kemampuan mendengar dan melihat bagi orang yang lanjut usia. Keadaan ini akan
mempengaruhi aspek menangkap isi pembicaraan dan lambannya memahami informasi
lewat tulisan, maka ini tentunya akan menimbulkan perasaan mudah tersinggung, tersisih,
dan kurang percaya diri.
Faktor - faktor mempengaruhi kondisi psikologis lansia adalah :
1. Kesepian
Kesepian biasanya, dialami oleh seseorang lanjut usia pada saat meninggalnya
pasangan hidup atau teman dekat. Terutama dirinya. sendiri mengalami
penurunan status kesehatan, misalnya menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan pendengaran.
2. Duka cita
Periode duka cita merupakan periode yang sangat rawan bagi seorang
penderita lanjut usia. Meningggalnya pasangan hidup, seorang teman dekat
atau bahkan seekor hewan yang sangat disayangi bisa. mendadak memutuskan
ketahanan jiwa yang rapuh dari seorang lansia.
3. Depresi
Depresi merupakan afektif yang biasanya terjadi pada lansia. Depresi dapat
merusak kualitas hidup, meningkatkan resiko bunuh diri dan menjadi menutup
diri. Orang yang menderita depresi tidak bisa mengontrol penyakitnya dan
hanya bisa ditolong oleh profesional kesehatan.
2.2.7 Pengukuran kualitas hidup lanjut usia
a. Kemandirian
Kehilangan fungsi pada usia lanjut merupakan tahap akhir berbagai penyakit yang
dialami usia lanjut. Dampaknya adalah penurunan aktivitas sehari - hari mulai dari
bangun pagi, tidur, mandi, mencuci, berpindah tempat, mengatur keuangan, mengatur
diri sendiri yang tidak segesit pada waktu. muda. Oleh karena itu diperlukan
pengkajian secara holistik dan komprehensif Pengkajian - ini diperlukan untuk
mengetahui tingkat kualitas hidup lansia sehingga, mampu mempertahankan fungsi
yang ada dan memperluas harapan hidup
Pengkajian status fungsional yang sering dipergunakan adalah indeks katz. Indeks
ini memfokuskan diri pada enam aktivitas dasar yaitu :
1. Bathing
2. Dressing
3. Transfering
4. Kontinence
5. Feedings
6. Toileting
Walaupun fokusnya pada enam aspek dasar aktivitas lansia alat ini dapat
menentukan tingkat kemandirian lansia dalam kehidupan sehari - hari. Penentuan.
kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien,
menumbuhkan perubahan intervensi yang tepat.
Pengkajian berdasarkan Indeks Barthel adalah penilaian didasarkan pada
tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan aktivitas fungsional. Pengukuran
meliputi sepuluh kemampuan sebagai berikut.
KEMANDIRIAN
NO AKTIFITAS NILAI KD
BANTUAN MANDIRI
1. Makan 5 10
2. Berpidah dari kursi roda ke
tempat tidur
5-10
15
3. Kebersihan diri, mencuci
muka, menyisir, mencukur,
dan menggosok gigi.
0
5
4. Aktifitas di toilet (
menyemprot, mengelap )
5
10
5. Mandi 0 5
6. Berjalan di jalan yang datar (
jika tidak mampu berjalan
lakukan dengan kursi roda )
10
15
7. Naik turun tangga 5 10
8. Berpakaian 5 10
9. Mengontrol BAB 5 10
10. Mengontrol BAK 5 10
JUMLAH 100
NILAI ADL :
0-20 : ketergantungan penuh
21-61 : ketergantungan berat
62-90 : ketergantungan sedang
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
b. Status Mental
Kuntjoro (2002) mengatakan pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka
ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi
psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan.
Kuntjoro (2002) mengatakan bahwa pada lansia dapat timbul gangguan
keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan
/kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak,
misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental mencakup penurunan
kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial,
perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan perubahan dalam peran sosial di
masyarakat.
Salah satu tes mental yang populer adalah tes mini mental yang dikembangkan
oleh Folstein pada tahun 1975. Tes mental mini (TMM) ini merupakan suatu metode
untuk menentukan fungsi mental kognitif baik praktek klinik maupun untuk penelitian
( Jurnal Medika, September, 2004 Hal 564 ). Instrumen tes mini mental ini terdiri dari
5 pertanyaan yaitu.
1) Orientasi
2) Registrasi
3) Perhatian / kalkulasi
4) Mengingat
5) Bahasa
Nilai kemungkinan yang paling tinggi adalah 30 dan nilai yang kurang dari 21
di Indikasikan mengalami kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih
lanjut (Leukenotte, hal 37).
Aktivitas kegiatan lansia, seperti mandi, ke WC, kerja ringan, ke toilet, ke
pasar, membersihkan tempat tidur, tanpa bantuan siapapun. sangat dipengaruhi oleh
salah satu. faktor yaitu " Demensia " ( Nugroho, 2000).
Demensia adalah suatu sindrom yang di karakteristikkan dengan adanya
kehilangan kapasitas intelektual, melibatkan tidak hanya ingatan, namun juga
kognitif, bahasa, kemampuan visiopasial dan kepribadian. Kelima komponen ini tidak
selamanya terganggu semua, namun pada. sebagian kasus kelima komponen ini
terganggu dalam derajat yang bervariasi (Gallo, 1998).
Secara medis gangguan mental kognitif seringkali tidak mampu dikenali oleh
secara profesional dalam dunia kedokteran. Diperkirakan dalam dunia kedokteran 30
%-80% usia lanjut tidak mampu terdiagnosis oleh Dokter. Tes yang sering
dipergunakan. dalam mendeteksi adanya demensia adalah Tes status mental.
Status Mental
Item Tes Nilai Max
1. Orientasi
Sekarang (tahun) (musim) (bulan) (tanggal) (hari ) apa?
Kita berada di mana? ( Negara ) (propinsi ) (kota ) (rumah ),
(lantai/ kamar ) ?
5
2. Registrasi
Sebutkan 3 buah nama benda ( apel, meja, koin ) tiap benda 1
detik, pasien disuruh mengulangi ketiga narna benda tersebut
dengan benar dan catat jumlah pengulanga
3
3. Atensi Kalkulasi
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
" WAHYU " (Nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum
kesalahan misalnya uyahw = 2 nilai)
5
4. Mengingat Kembali (recall)
Pasien disuruh mengingat kembali 3 nama benda di atas
3
5. Bahasa
Pasien disuruh menyebutkan nama benda, yang ditunjukkan
(pensil, buku)
2
6. Pasien disuruh mengulang kata-kata: "namun", "tanpa”, "bila". 1
7. Pasien disuruh melakukan perintah: "ambil kertas dengan tangan
anda, lipatlah menjadi 2 dan letakkan di lantai
3
8. Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah "pejamkan
mata anda”
1
9. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
10. Pasien disuruh menggambarkan bentuk yang diperlihatkan 1
Jumlah 30
Penilaian :
22,6-30 : intelek utuh
15,1-22,5 : gangguan intelek ringan
7,6-15 : gangguan intelek sedang
0-7,5 : gangguan intelek berat
c. Dukungan Sosial
WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu:
1) Hubungan perorangan
Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan
dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini termasuk pada
kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain
secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa berbagi pengalaman
baik senang maupun sedih dengan orang yang dicintai. (WHO, 1998).
2) Dukungan sosial
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab, dukungan, dan
tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada seberapa banyak yang
individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman, faktanya pada tingkatan mana individu
tergantung pada dukungan di saat sulit (WHO, 1998).
3) Aktivitas seksual
Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana individu
dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat (WHO, 1998).
Pengukuran kondisi sosial usia lanjut dapat mempergunakan metode apgar Keluarga
menurut hasiya D ( 2008 ) yaitu dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
No Pertanyaan Ya Tidak
I Apakah Bapak/ibu merasa puas apabila keluarga
menolong, saat terjadi hal - hal yang menyulitkan
2 Apakah Bapa/ibu merasa puas apabila keluarga
membicarakan hal-hal dan masalah - masalah
yang ada kaitannya dengan bapak/ibu
3 Apakah bapak/ibu merasa puas dengan kenyataan
bahwa keluarga menerima dan mendukung
kegiatan bapak/ibu
4 Apakah bapak.ibu merasa puas melihat cara
keluarga anda mengekpresikan dan respon -
respon mereka terhadap emosi bapak/ibu.
5 Apakah bapak/ibu merasa puas atas cara keluarga
yang mengbabiskan waktu bersama – sama
1. Skor
Nilai 0 untuk jawaban tidak
Nilai l untuk jawaban ya
2. Penilaian
0-2,5 Kurang Tersedia
2,6-5 Tersedia
2.2.Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, akan diketahui gambaran kualitas hidup lansia yang dilihat
berdasarkan : tingkat kemandirian, dukungan sosial dan status kognitif lansia yang meliputi
kemandirian, status mental dan dukungan sosial serta Keseluruhan variabel dapat
digambarkan dalam suatu kerangka sebagai berikut
Keterangan :
: variabel yang diteliti
Kemandirian
Status mental
Status mental
Kualitas hidup