Upload
truongkhanh
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Ekstrakurikuler
a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 62 tahun 2014 pasal 1 tentang Kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik diluar jam
belajar intra kurikuler dan kegiatan kokurikuler di bawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan. Menurut Novan Ardy Wiyani (2013 : 108)
kegiatan ekstrakurikuler diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang di
lakukan diluar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilakukan di
dalam maupun luar lingkungan sekolah untuk memperluas pengetahuan,
meningkatkan keterampilan dan menginternalisasi nilai-nilai, aturan agama
dan norma-norma sosial. Selanjutnya Abdul Rachmad (dalam Jati 2015:20)
kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
pengetahuan, pengembangan, bimbingan dan pembiasaan siswa agar
memiliki pengetahuan dasar penunjang. Berdasarkan beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
tambahan yang dilakukan di luar jam pembelajaran yang dilaksanakan di
lingkungan sekolah dan dibawah bimbingan pengawasan pihak sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler di orientasikan untuk memperluas dan memperkaya
12
wawasan serta kemampuan siswa sebagai bentuk pengembangan dari salah
satu bidang yang diminati, seperti olahraga, kesenian dan lain sebagainya.
b. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun
2013 yaitu:
1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor peserta didik.
2) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat
peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia
seutuhnya.
Adapun tujuan ekstrakurikuler menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 Tentang
Kegiatan Ekstrakurikuler ayat (2) yaitu Kegiatan Ekstrakurikuler
diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat,
kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara
optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan penjelasan diatas terlihat jelas bahwa kegiatan
ekstrakurikuler memiliki tujuan yang pada hakekatnya menjelaskan apa yang
ingin di capai semata-mata untuk kepentingan siswa, baik dalam
mengembangkan kemampuan peserta didik dan menumbuhkembangkan
pribadi siswa yang sehat jasmani dan rohani, bertakwa kepada Tuhan YME,
memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya
dan alam sekitarnya, serta menanamkan sikap sebagai warga negara yang baik
dan bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan positif di bawah
13
tanggungjawab sekolah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Novan Ardy
Wiyani (2013: 108) yang menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler sangat
bermanfaat bagi peserta didik dan merupakan bagian dari proses yang
sistematis dan sadar dalam membudayakan warga negara muda agar memiliki
kedewasaan sebagai bekal hidup nantinya.
c. Kegiatan Ekstrakurikuler di SD
Berdasarkan implementasi Kurikulum 2013, telah pula diterbitkan
Permendikbud RI Nomor 62 tahun 2013 tentang kegiatan ekstrakurikuler pada
pendidikan dasar dan menengah. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler ada pada
setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan
ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan
kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang
akademik. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan
pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang
bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri. Kegiatan
Ekstrakurikuler (biasa disingkat sebagai ekskul) merupakan kegiatan
penunjang kegiatan intrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler berlangsung di
luar dari jam belajar dan umumnya berlangsung setelah jam pelajaran telah
usai. Menurut Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang kegiatan
ekstrakurikuler, adapun beberapa syarat yang mendasari pembentukan
ekstrakurikuler terutama pada Sekolah Dasar yaitu:
1) Adanya pembina atau pembimbing dalam ekstrakurikuler tersebut.Umumnya
pembina atau pembimbing adalah guru di sekolah tersebut walau tidak
tertutup kemungkinan bahwa menggunakan pembina yang bukan guru.
14
2) Memiliki sejumlah anggota Kegiatan ekstrakurikuler harus memiliki anggota
yang cukup agar dapat menjalankan kegiatannya dengan baik. Jumlah
anggota ini berbeda untuk setiap kegiatan ekstrakurikuler tergantung pada
besarnya kegiatan tersebut.
3) Disetujui oleh sekolah Dalam hal ini, disetujui oleh Kepala Sekolah dan
guru-guru.
d. Jenis Ekstrakurikuler di SD
Sekolah sebagai institusi pendidikan tentunya memiliki jenis kegiatan
ekstrakurikuler yang bermacam-macam. Sekolah harus memperhatikan jenis
kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswanya. Berikut beberapa jenis
kegiatan ekstrakurikuler yang di atur berdasarkan peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan No 62 tahun 2014 yaitu:
1) Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang
Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar
Bendera (Paskibra), dan lainnya;
2) Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan
keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya.
3) Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga,
seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan
komunikasi, rekayasa, dan lainnya.
4) Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis alquran,
retreat atau bentuk kegiatan lainnya.
Berdasarkan penjelasan jenis kegiatan ekstrakurikuler di atas dapat
di ambil kesimpulan bahwa jenis-jenis kegiatan yang dapat di terapkan di
sekolah sangat banyak ragamnya. Sekolah dapat menentukan sendiri jenis
ekstrakurikuler yang ingin di terapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
peserta didik. Kehadiran ekstrakurikuler tersebut sangat bermanfaat bagi
para peserta didik.
15
2. Seni Tari
a. Pengertian Seni Tari
Seni Tari merupakan ciptaan manusia berupa gerak-gerak ritmis yang
indah Menurut Sumandiyo.Y (2005:13). Seni tari adalah perwujudan suatu
macam tekanan emosi yang dituangkan dalam bentuk gerak seluruh anggota
tubuh yang teratur dan berima sesuai dengan musik pengiringnya menurut
Sulistyo (dalam Zora Iriani, 2008:144). Selain itu, didapati pula unsur-unsur
tari yaitu tubuh, gerak, irama, ekspresi dan ruang. Seni tari yang berkembang
di masyarakat dapat dibedakan menjadi tari tradisional dan tari modern.
Pengertian tradisional dapat dipahami sebagai sebuah tata cara yang berlaku
di sebuah lingkungan etnik tertentu yang bersifat turun-temurun. Berdasarkan
pengertian tersebut, tari tradisional dapat diartikan sebagai sebuah tata cara
menari atau menyelenggarakan tarian yang dilakukan oleh sebuah komunitas
etnik secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tari
tradisional di setiap daerah banyak mengalami perkembangan sehingga peran
seorang penata tari memungkinkan untuk ikut menjaga eksistensi tarian
tersebut, agar tetap bertahan dan lestari.
Jika ditarik sebuah kesimpulan maka Seni Tari merupakan gerak-
gerak ritmis dari anggota tubuh sebagai ekspresi dan pengungkapan perasaan
dari penari yang diikuti alunan musik yang fungsinya memperkuat maksud
yang ingin disampaikan. Jadi, seni tari tidak hanya asal menggerakkan
anggota tubuh, akan tetapi memiliki maksud dan makna tertentu yang ingin
disampaikan penari bagi yang melihat. Makna tersebut dapat berupa filosofis,
keagamaan, pendidikan, kepahlawanan.
16
b. Jenis – Jenis Seni Tari
Menurut Rahatuningtyas (2015:11) Seni tari yang berkembang di
masyarakat dapat dibedakan menjadi tari tradisional dan tari modern. Ada
beberapa jenis tari yang berkembang di masyarakat pada saat ini menurut
perkembanganya, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Tari Tradisional
Tari tradisional atau tari etnis telah popular di Barat, istilah biasanya
adalah ethnic dance (Sumaryono, 2011:48). Istilah ethnic dance pertama
kali dipopulerkan pada tahun 1940 oleh La Meri. Secara etnisitas , tarian-
tarian yang dikelompokkan pada tari tradisional memiliki ciri-ciri tertentu
pada motif, ragam, dan bentuk geraknya, cara gerakanya serta corak-corak
tata busana yang di kenakan penarinya. Tari-tari tradisional dalam
perspektif sejarah dan arkeologi merupakan artefak-artefak yang
mengandung informasi-informasi tentang masa lalu yang berhubungan
dengan pola hidup masyarakat beserta perilaku-perilaku yang menyertainya.
Tari tradisional yang berkembang di Indonesia, memiliki fungsi-fungsi ritual
yang dimiliki oleh kelompok-kelompok suku. Gerakan-gerakan pada tari
tradisional di suatu kelompok suku, biasanya mengandung simbol-simbol,
atau stilisasi dari gerakan-gerakan yang dilakukan, dan menjadi ciri khas
kelompok suku yang bersangkutan.
2) Tari Modern
Bagong Kussudirja (2000:14) menjelaskan bahwa jiwa masyarakat
Indonesia setelah 17 Agustus 1945 telah bebas dari segala macam belenggu
dan ikatan untuk dinyatakan dalam segala bentuk baik politis maupun
17
kultural. Tari modern adalah tari yang dalam bentuk watak, jiwa maupun
iramanya sama sekali bebas dari ikatan-ikatan, norma-norma dan hukum-
hukum tari yang telah ada (Kussdiarja, 2000:14). Tari modern muncul
merupakan salah satu bentuk kreativitas dari seorang pencipta tari yang di
sebut dengan koreografer.
c. Tari Remo
Tari Remo adalah salah satu bentuk tari tradisional Jawa Timur yang
diungkapkan dari getaran jiwa dan emosi masyarakat Jawa Timur. Gerak tari
Remo tersebut diperoleh dari getaran jiwa dan emosi orang Jawa Timur.
Masing-masing daerah mempunyai ciri dari tari tradisionalnya sendiri, dan
masing-masing tarian mengandung makna atau pesan yang berbeda pula.
Menari sendiri dorongan jiwa manusia sejak anak-anak dalam
mengekspresikan diri manakala mendengar atau merasakan suatu irama
tertentu baik yang datang dari dalam maupun dari luar dirinya menurut Heni
Rohayani (dalam Hidayat, 2015:1), adapun unsur-unsur yang terdapat pada
tari Remo yaitu;
1) Tata Gerak, karakteristik yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan
kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini di dukung dengan adanya
lonceng-lonceng yang di pasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi
saat penari melangkah atau membentak di panggung.Selain itu,
karakteristiknya yang laib yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan
anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari
membuat tarian ini semakin atraktif.
18
2) Tata Busana dalam Tari Remo ada berbagai macam gaya, diantaranya: Gaya
Sawunggaling, Surabayan, Malangan dan Jombangan. Selain itu terdapat pula
busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan. Berikut macam-
macam busana Tari Remo.
a) Busana gaya Surabayan
Terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam
dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang
dikait dengan jarum emas, sarung batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke
lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang.
Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan
yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari
memegang masing-masing ujung selendang. Selain itu, terdapat pula gelang
kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki.
b) Busana Gaya Sawunggaling Pada dasarnya busana yang dipakai sama dengan
gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni penggunaan kaus putih
berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan.
c) Busana Gaya Malang gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan
busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya
yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum.
d) Busana Gaya Jombanga Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan
gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan
kaus tetapi menggunakan rompi.
e) Busana Remo Putri Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan
gaya remo yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk
19
menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang
sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat
di bahu.
3) Pengiring Musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah gamelan, yang
biasanya terdiri atas bonang barung atau babok, bonang penerus, saron,
gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong.
Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari
Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending
Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi
d. Unsur Seni Tari
Agar tercipta suatu gerak ritmis yang indah, terdapat beberapa unsur
yang membangunnya. Menurut Rahayuningtyas (2015:5) Unsur-unsur
tersebut yakni unsur utama. Adapun unsur utama pada seni tari, Sebuah
gerakan ritmis dikatakan sebagai tarian apabila sudah mencakup tiga unsur
utama seni tari. Jika salah tidak ada semua atau salah satu dari unsur tersebut,
maka tidak bisa disebut tari. Unsur utama tersebut adalah :
1) Wiraga (raga). Sebuah seni tari harus menonjolkan gerakan badan, baik
dalam posisi berdiri atau pun duduk.
2) Wirama (irama). Sebuah seni tari harus memiliki gerakan ritmis yang sesuai
dengan irama pengiringnya, baik dari tempo maupun iramanya.
3) Wirasa (rasa). Sebuah seni tari harus mampu menyampaikan pesan perasaan
melalui gerakan sebuah tarian dan ekspresi penarinya.
20
e. Fungsi Seni Tari
Seni tari tentunya memiliki beberapa fungsi, salah satunya siswa dapat
mengasah kemampuan dan bakat yang dimiliki. Menurut Ayu (2014:5)
terdapat beberapa macam fungsi. Beberapa fungsi tersebut diantaranya adalah:
1) Tari Pertunjukan, yakni tarian yang dipersiapkan dengan matang untuk
dipentaskan. Tarian ini menekankan pada sisi koreografi artistik, konsep dan ide
yang matang, serta tema dan tujuan yang terstruktur.
2) Tari Upacara, yakni tarian yang dilakukan dalam upacara adat maupun
keagamaan. Tarian ini menitik beratkan ada kekhidmatan dan juga komunikasi
pada sang pencipta.
3) Tari Pergaulan, yakni tarian yang dilakukan untuk saling berinteraksi dan
berkesenian bersama. Tarian ini bersifat ceria dan lincah serta bersifat
komunikatif, sehingga mampu memberikan interaksi atau timbal balik.
4) Tari Kesenian, yakni tarian yang dipertunjukkan untuk melestarikan budaya dan
menghargai warisan budaya tradisional. Tarian ini hanya dipentaskan pada
acara-acara kebudayaan saja.
f. Seni Tari di SD
Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam
kegiatan, di antaranya adalah “seni” yang di dalamnya termasuk tari (Hadi,
2005: 29). Tari merupakan salah satu cabang dari seni, yang telah tercipta
sejak lama. Tari sebagai karya seni merupakan alat ekspresi dan sarana
komunikasi seniman kepada orang lain (penonton/penikmat). Sebagai alat
ekspresi, tari mampu menciptakan untaian gerak yang dapat membuat
penikmatnya peka terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya. Tari
adalah sebuah ungkapan, pernyataan, dan ekspresi dalam gerak yang memuat
komentar-komentar mengenai realitas kehidupan, yang bisa merasuk di benak
penikmatnya setelah pertunjukan selesai (Jazuli, 2007: 4).
Target yang hendak dicapai pada pembelajaran tari di sekolah bukan
hanya menjadikan anak bisa menari, akan tetapi bagaimana bisa
menumbuhkan apresiasi siswa terhadap tari serta tumbuhnya kepercayaan
21
diri sebagai unsur penting dalam mengembangkan kepribadian. Tari anak-
anak akan memberi pengaruh terhadap ketajaman pikiran, kehalusan rasa dan
kekuatan kemauan serta memperkuat rasa kemerdekaan. Pengaruh ritme atau
wirama dalam iringan tari akan dapat digunakan sebagai media untuk
mencapai budipekerti yang harmonis. Dari dasar-dasar tersebut dapat
ditunjukkan bahwa pendidikan tari adalah sarana bagi usaha dalam
pembentukan pribadi anak. Hal ini mengingat usia anak-anak di tingkat
Sekolah Dasar (SD) secara umum harus akan ekspresi dan harus disalurkan
dalam pendidikan kesenian sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam
penuangan ekspresi ketika anak SD tersebut menginjak sekolah lanjut. Di
sinilah pentingnya pelajaran kesenian dipahami sebagai salah satu kebutuhan
hidup manusia.
3. Metode Hypnoteaching
a. Pengertian Hipnosis
Hipnosis adalah suatu keadaan fokus, tenang dan rileks sehingga
dapat mencerna informasi atau sugesti yang masuk ke dalam pikiran (Sugara,
2013:1). Kata hipnosis diambil dari nama dewa Yunani yang bernama
“hypnoze” dan pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter bernama
James Braid menggunakan metode hipnosis untuk menggantikan fungsi obat
bius dalam mengurangi rasa sakit pasien saat menjalani proses oprasi.
Sebelum masa James Braid hipnosis dikenal dengan nama mesmerism atau
magnetism. Hipnotis adalah orang yang melakuakn hipnosis sedangkan yang
dihipnotis disebut suyet.
22
Secara umum, hipnosis diartikan sebagai suatu kondisi pikiran yang
mana fungsi analitis logis pikiran direduksi (mengalami pengurangan)
sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar.
Sedangkan alam bawah sadar merupakan tempat yang menyimpan beragam
potensial internal yang bisa dimanfaatkan kualitas seseorang
(Yustisia,2012:65). Sejalan dengan hal tersebut dalam komunitas guru kreatif
(2013:5) menyatakan bahwa:
“Hipnotis merupakan sebuah proses membawa seseorang untuk memasuki alam
bawah sadar dengan melalui pemahaman kata-kata yang disusun menjadi sebuah
sugesti, hipnotis merupakan sebuah proses ilmiah yang sudah pernah digunakan
dan dikembangkan zaman dahulu oleh Amborise Auguste Liebeault”
Dari pernyataan tersebut terlihat jelas bahwa hypnos adalah suatu
kondisi kesadaran (state of consciousness) yang sangat mudah untuk
menerima berbagai saran atau sugesti. Artinya pada kondidsi ini seseorang
akan lebih mudah dimotivasi dan motivasi tersebut akan tertanam dalam-
dalam dan bertahan lama. Hipnosis bukan sebuah alat atau penyembuhan,
akan tetapi kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan dan
pemberdayaan diri. Menurut Sugara (2013:2), semua orang mampu dan dapat
memasuki kondisi hipnosis, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Karena hipnosis merupakan kondisi pikiran yang fokus dan rileks ini ditandai
dengan konsentrasi penuh terhadap satu titik fokus. Jadi, dalam kondisi
apapun, kapanpun dan dimanapun ketika pikiran fokus dan rileks, maka saat
itulah terjadi kondisi hipnosis. Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk
melakukan pemograman pikiran untuk perkembangan dan peningkatan
kualitas hidup.
23
b. Berbagai Persepsi Tentang Hipnosis
Hipnosis sudah berkembang di Indonesia, namun tidak semua
hipnosis dianggap sebagai suatu hal yang biasa dan dimanfaatkan untuk
pemberdayaan diri atau proses penyembuahan. Masih banyak orang yang
beranggapan bahwa hipnosis berkaitan dengan dunia mistis dan supranatural.
Menurut Sugara (2013:10) ada berbagai pandangan terhadap hipnosis yang
muncul di kalangan masyarakat meliputi;
1) Hipnosis dianggap sebagai kondisi tidak sadar
Hipnosis dianggap suatu fenomena yang membuat seseorang tidak
sadar terhadap apa yang dilakuaknnya dalam kondisi hipnosis. Pandangan ini
tentu bertentangan dengan prinsip pikiran bawah sadar yang besifat sangan
sadar. Karena orang akan sangat sadar sekali bahkan mampu menjangkau
setiap memori kehidupan yang pernah dilewatinya seperti mengingat setiap
kejadian, waktu, bahkan emosi yang muncul pada saat kondisi hipnosis.
Pikiran bawah sadar menjaga pikiran sadar, maksudnya apabila seseorang
memiliki memori yang tidak menyenangkan, agar pikiran sadar tidak
mengingat terus terhadap pengalaman atau kejadian tersebut, maka pikiran
bawah sadar akan menutup akses pikiran sadar. Sehingga seseorang tidak
meningat kembali kejadian maupun pengalaman tersebut.
2) Hipnosis berkaitan dengan sihir
Pandangan ini muncul karena tidak tahu menahu terhadap ilmu
hipnosis dan melihatnya sebagai suatu yang tidak wajar. Hipnosis menjadi
fenomena yang menakutkan, karena mampu membuat orang tidur dan
mengikut kemauan apapun oleh penghipnotis. Pandangan ini bisa terjadi
24
karena orang belum terbuka dengan keilmuan hipnosis, dan pandangan
negatif yang dilihat dari televisi mengenai hipnosis untuk hiburan, dalam
kondisi hipnosis seseorang memiliki kesadaran terhadap apa yang terjadi,
hanya saja lebih reseptif dalam menerima sugesti dan informasi. Ketika
seseorang menonton film yang sedih maka ia akan ikut menangis, atau
menonton film lucu maka ia akan tertawa. Maka saat itulah seseorang
dinyatakan terhipnosis oleh film-film tersebut. Berdasarkan beberapa
konsepsi para ahli, hipnosis bukanlah hal yang berhubungan dengan dunia
gaib, melainkan hipnosis adalah kondisi umum yang pasti dialami setiap
orang.
3) Hipnosis adalah teknik melakukan tipuan dan kejahatan
Hipnosis adalah kondisi rileks dan fokus terhadap diri sendiri yang
biasa kita alami minimal dua kali sehari, yakni saat mau tidur dan bangun
tidur. Penipuan yang mengatasnamakan hipnosis sebetulnya bukan hipnosis.
Orang yang memiliki pandangan bahwa hipnosis adalah kejahatan,
dikarenakan munculnya dari pengalaman negatif yang dialami baik diri
sendiri maupun orang lain. Padahal penipuan-penipuan itu tidak ada unsur
atau tekstur hipnosis di dalamnya. Bahkan penipuan itu murni dari kecakapan
si pelaku dalam mencari celah untuk membuat korban bingung dan tidak
ingat apa-apa dengan apa yang terjadi.
4) Hipnosis merupakan praktik kekuatan supranatural
Sugara mengatakan dalam bukunya yang berjudul Terapi Self-
Hipnosis Seni Memprogram Ulang Pikiran Bawah Sadar, bahwa selama ia
25
menjadi konselor dan hipnoterapis, saat melakukan proses hipnosis baik
untuk terapi ataupun hiburan, tidak ada kaitanya sedikitpun dengan dunia
gaib dan sebagainya. Karena pada dasarnya hipnosis harus berdasarkan
persetujuan dari orang yang ingin dihipnosis, maka ia secara penuh
mengendalikan dirinya dan tidak akan terpengaruh oleh si penghipnotis.
c. Cara Kerja Hipnosis Pada Otak
Proses hipnosis dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan pola
gelombang otak pada manusia. Jaringan otak manusia menghasilkan
gelombang listrik berfrekuensi yang disebut sebagai gelombang otak
(brainwave). Gelombang otak terdiri atas empat jenis yaitu gelombang beta,
alpha, theta, dan delta. Dari keempat gelombang otak tersebut pasti akan ada
jenis gelombang otak yang dominan, inilah yang kemudian yang
memperlihatkan aktivitas pikiran seseorang. Menurut komunitas guru kreatif
(2013;13) untuk mengukur keaktifan otak dapat menggunakan alat yang
disebut dengan Electro Encephalograph (EEG). Berikut penjelasan tentang
keempat gelombang otak tersebut.
1) Gelombang Beta
Pada kondisi beta seorang berada dalam kesadaran penuh dengan pikiran
sadar yang dominan sehingga ia mampu mengerjakan beberapa kegiatan
dalam kurun waktu yang bersamaan seperti mengendarai mobil seambil
bernyanyi dan mendengarkan musik.
26
2) Gelombang Alpha
Pada kondisi alpha merupakan gelombang yang timbul saat pikiran sadar
mulai pasif, sebaliknya pikiran bawah sadar mulai aktif. Dalam kondisi ini,
seorang akan belajar dan menerima dan menyerap informasi dengan sangat
baik. Konsisi ini terjadi ketika seseorang dalam keadaan senang, santai, dan
berimajinasi. Gelombang alpha sering dianggap gelombang yang paling sehat
di antara yang lain.
3) Gelombang Theta
Pada kondisi theta seseorang dalam kondisi sangat relaks antara sadsar dan
tidur lelap. Pikiran bawah sadar tetap aktif dan panca indera masih menerima
stimulus dari luar. Artinya pada kondisi ini masih dapat menerima masukan
dari luar.
4) Gelombang Delta
Pada kondisi delta seseorang berada dalam kondisi tidur yang sangat pulas
tanpa mimpi. Kondisi panca indera sudah tidak aktif dan tidak dapat
menerima masukan dari luar.
Sesuai dengan pengertian hipnosis, suatu keadaan fokus, tenang, dan
rileks sehingga dapat mencerna informasi atau sugesti yang masuk ke dalam
pikiran terjadi pada fase-fase gelombang alpha atau tetha. Sejalan dengan hal
tersebut para ahli menyebutkan beberapa keuntungan dari aktifitas
gelombang alpha pada otak kita yaitu, Pikiran dan tubuh santai, kreativitas
yang tinggi, mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah, emosi stabil
dan terkendali, kemampuan atletik yang optimal, berkurang rasa takut dan
27
stress, semuanya seperti mengalir, kemampuan belajar dengan cepat, fungsi
kekebalan tubuh meningkat dan berpikir positif.
Maka dari itu, dalam kegiatan pembelajaran untuk memaksimalkan
tujuan kegiatan pembelajaran, guru bisa mengondisikan frekuensi gelombang
otak siswa dari frekuensi gelombang otak betha menuju alpha atau theta
dengan menggunakan metode pembelajaran variatif yaitu metode hipnosis
dalam pembelajaran yang dikenal dengan hypnoteaching.
d. Pengertian Metode Hypnoteaching
Metode merupakan suatu cara atau jalan yang ditempuh seseorang
dalam melakukan sebuah kegiatan (Syah, 2010:27). Jadi, metode dalam
proses pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru untuk
tercapainya tujuan pembelajaran. Hypnoteaching merupakan suatu alat yang
digunakan oleh guru untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Hypnoteaching
merupakan gabungan dari lima metode belajar mengajar, yaitu quantum
learning, accelerat learning, power teaching, neuro linguistic programing
(NLP) dan hypnosis. Secara harafiah, hypnoteaching berasal dari kata
hypnos dan teaching. Hypnosis berarti mensugesti dan teaching berarti
mengajar. Sejalan dengan hal tersebut Yustisia (2012:75) menyatakan bahwa
Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang dalam menyampaikan
materi, guru memakai bahasa- bahasa bawah sadar yang bisa menumbuhkan
ketertarikan tersendiri kepada anak didik.
Kemudian secara garis besar Novian Triwidia Jaya (dalam Yustisia,
2012:76) juga menjelaskan pengertian hypnoteaching yaitu improvisasi dari
28
sebuah metode pembelajaran dan pendidikan. Hypnoteaching mencoba hadir
dengan menyuguhkan sebuah pendekatan konseptual baru dalam bidang
pendidikan, pembinaan dan sekaligus pencerahan serta pengobatan terhadap
siswa yang bermasalah. Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan guru
yang memberikan tauladan melalui ucapan dan prilaku yang konsisten. Jadi
dapat disimpulkan bahwa Hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan
jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran baru yang mengguankan
pendekatan konseptual dalam bidang pendidikan dan pembinaan, dan dalam
penyampaian materi guru memberikan sugesti-sugesti positif pada siswa
sehingga membangkitkan ketertarikan dan motivasi siswa terhadap kegiatan
pembelajaran.
e. Manfaat Metode Hypnoteaching
Metode hypnoteaching tentunya memiliki beberapa manfaat dalam
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Menurut Yustisia (2012:80)
manfaat metode hypnoteaching sebagai berikut:
1) Pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih mengasyikkan, baik bagi
anak didik maupun bagi guru.
2) Pembelajaran dapat menarik perhatian anak didik
3) Guru menjadi lebih mampu dalam mengelola emosinya.
4) Pembelajaran dapat menumbuhkan hubungan yang harmonis antara gutu dan
anak didik.
29
5) Guru dapat mengatasi anak-anak yang mempunyai kesulitan belajar melalui
pendekatan personal.
6) Guru dapat menumbuhkan semangat anak didik dalam belajar melalui
metode hypnoteaching
7) Guru ikut membantu anak didik dalam menghilangkan kebiasaan-kebiasaan
buruk yang siswa miliki.
Sedangkan menurut Triwidia (2010:9),manfaat metode hypnoteaching
secara umum sebagai berikut :
1) Mampu Mengoptimalkan Proses Pengajaran dengan hypnoteaching
2) Mendayagunakan Pengalaman dan Indrawi untuk memaksimalkan daya
tangkap.
3) Membangun kedekatan dengan peserta didik
4) Menggunakan pola bahasa yang menguatkan dalam pendidikan
5) Mamahami pola bahasa Hypnotic yang dijadikan sebagai sugesti bagi peserta
didik
6) Mampu membantu penanganan problem psikis yang menghambat
pembelajaran.
Dari beberapa pendapat mengenai manfaat metode hypnoteaching
tersebut terlihat jelas bahwa manfaat metode hypnoteaching mendukung
perkembangan dalam kegiatan belajar mengajar.
30
f. Langkah-Langkah Metode Hypnoteaching
Menurut Muhammad Noer (2010: 45), dalam hypnoteaching ada
beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh guru, sebagai berikut:
1) Niat dan penampilan guru
Untuk mengimplementasikan metode ini, seorang guru harus menanamkan
niat yang kuat dan penampilan guru yang baik, sebab niat ini akan
memunculkan motivasi yang tinggi dan komitmen yang kuat.
2) Pacing
Pacing adalah rasa simpati terhadap kegiatan, menyamakan gelombang otak
dengan orang lain atau dalam hal ini adalah siswa. Adapun teknik melakukan
pacing ini adalah: a) Menggunakan bahasa yang seringkali digunakan siswa,
dengan kata lain yaitu “bahasa gaul”, b) Melakukan gerakan-gerakan dan
mimik wajah sesuai dengan tema bahasan, c) Rasa simpatik kepada siswa.
3) Leading
Leading berarti memimpin atau mengarahkan sesuatu. Proses ini dilakukan
setelah pacing. Dalam pembelajaran, guru harus mengkombinasikan
antara pacing dan leading. Kombinasi kedua teknik ini akan menciptakan
suasana kondusif dan efektif dalam pembelajaran.
4) Menggunakan kata-kata positif
Langkah pendukung selanjutnya adalah menggunakan bahasa atau kata-kata
yang positif. Penggunaan kata-kata positif sesuai dengan sistem kerja pikiran
alam bawah sadar yang tidak mau menerima sugesti negatif. Kata-kata positif
bisa berupa ajakan atau himbauan.
31
5) Memberikan pujian
Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian
merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka
berikanlah pujian dengan tulus pada siswa. Khususnya ketika siswa berhasil
melakukan atau mencapai prestasi. Sekecil apapun bentuk prestasinya, tetap
berikan pujian. Termasuk ketika siswa berhasil melakukan perubahan positif
pada dirinya sendiri, meski mungkin masih berada di bawah standart teman-
temannya, tetaplah berikan pujian. Dengan pujian, seseorang akan terdorong
untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya.
6) Modeling
Modeling adalah proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku yang
konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching.
Setelah siswa menjadi nyaman dengan guru, kemudian guru dapat
mengarahkan sesuai yang di inginkan guru dengan modal kalimat-kalimat
positif. Maka perlu pula kepercayaan (trust) siswa pada guru dimantapkan
dengan perilaku guru yang konsisten dengan ucapan dan ajaran guru.
Sehingga guru selalu menjadi figure yang dipercaya.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika ingin
menguasai pikiran anak didik, sebaiknya kuasai terlabih dahulu hatinya salah
satu cara untuk menguasai hati anak didik misalnya dengan menciptakan
proses pembelajaran yang menyenangkan, melakukan permainan, dan
sebagainya. Dengan demikian, guru bisa memberi peserta didik kewenangan
dan tanggung jawab atas belajarnya.
32
g. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hypnoteaching
Sebuah metode pembelajaran, pasti mempunyai kelenihan dan
kekurangan. Dengan demikian adapun kelebihan dari metode hypnoteaching,
Menurut Yustisia (2012:81), sebagai berikut:
1) Peserta didik bisa berkembang sesuai dengan minat dan potensi yang
dimilikinya,
2) Proses pembelajaran akan lebih aktif dan dinamis,
3) Tercipta interaksi yang baik antara guru dan peserta didik,
4) Materi yang diasjikan mampu memusatkan perhatian peserta didik,
5) Siswa lebih dapat berimajinasi dan berpikir kreatif,
6) Dapat membuat peserta didik merasa senang dan bersemangat ketika
mengikuti pembelajaran
7) Siswa akan berkonsentrasi penuh terhadap materi pelajaran yang diberikan
oleh guru”.
Sebuah metode pembelajaran, pasti tidak sempurna dan mempunyai
kekurangan. Dengan demikian adapun kekurangan dari metode
hypnoteaching menurtut Yustisia (2012:82) sebagai berikut:
1) Banyaknya peserta didik yang berada dalam suatu kelas, mengakibatkan guru
kesulitan untuk memberikan perhatian satu per satu kepada anak didiknya.
2) Guru perlu belajar dan berlatih untuk menerapkan metode hypnoteaching
3) Metode hypnoteaching masih tergolong dalam metode baru dan belum
banyak dipakai.
33
4) Kurang tersedianya sarana dan prasarana disekolah yang bisa mendukung
penerapan metode pembelajaran hypnoteaching.
Dari berbagai penjelasan mengenai kekurangan metode
hypnoteaching guru mempunyai peran besar dalam pelaksanaan metode
hypnoteaching. Maka dari itu, untuk bisa meminumalisir kekurangan
tersebut, guru harus banyak belajar dan berlatih guna memaksimalkan
penggunaan metode hypnoteaching.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil penelitian yang
membahas permasalahan yang sama, maka penulis akan memaparkan
beberapa penelitian yang sudah ada dalam bentuk tabel di bawah ini;
Tabel 2.1 Penelitian relevan
No. Nama
Peneliti
Judul Pendekatan
Penelitian
Hasil Perbedaan
1. Dina Dara
mahasiswa
Fakultas
Psikologi
Universitas
Sumatera
Utara
Pengaruh
hypnoteaching
terhadap hasil
belajar Bahasa
Indonesia
Siswa Kelas
VII SMP
Negeri 17
Medan
Pendekatan
kuantitatif
dengan
metode kuasi-
eksperimen
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
hasil belajar siswa
siswi SMP Negeri
17 Medan
mengalami
peningkatan setelah
menerima metode
hypnoteaching. Hal
tersebut berarti
bahwa
hypnoteaching
berpengaruh dalam
meningkatkan hasil
belajar mengajar
dalam kelas.
Menekankan
pada pengaruh
hypnoteaching terhadap hasil
belajar, yang
terbukti bahwa
metode
hypnoteaching
berpengaruh
terhadap hasil
belajar siswa.
34
2. Sri Wartini
mahasiswa
Fakultas
Bahasa dan
Seni
Universitas
Negeri
Yogyakarta
Peningkatan
Minat Belajar
Seni Tari
Melalui
Hypnoteachin
g di SD
Negeri 1
Prambanan
Klaten
jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
penelitian
tindakan kelas
Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa
penerapan
hypnoteaching dapat
meningkatkan minat
siswa kelas II SD
Negeri 1 Prambanan
Klaten dalam
pembelajaran seni
tari
Menekankan
pada pengaruh
hypnoteaching
terhadap hasil
belajar, yang
terbukti bahwa
metode
hypnoteaching
berpengaruh
terhadap hasil
belajar siswa
3. Ludianawat
i mahasiswa
Fakultas
Ilmu
Tarbiyah
dan
Keguruan
Institut
Agama
Islam
Negeri
Walisongo
Semarang
Implementasi
Metode
Hypnoteachin
g Dalan
Pembelajaran
IPS Kelas V
di MIN
Mlaten Mijen
Demak
Jenis
penelitian ini
adalah
deskriptif
kualitatif
dengan
pendekatan
fenomenologi
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
implementasi
berjalan dengan
baik, namun guru
tidak menerapkanya
sesuai dengan
langkah-langkah
hypnoteaching yang
ada pada teori, tetapi
secara tidak
langsung guru
menerapkan
langkah-langkah
yang terkandung
dalam metode
hypnoteaching.
Menekankan
pada
menganalisis
metode
hypnoteaching
pada
pembelajaran
IPS untuk
kelas atas yaitu
kelas V SD
Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian pertama dan
kedua yang menekankan pada pengaruh hypnoteaching terhadap hasil
belajar, yang terbukti bahwa metode hypnoteaching berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Akan tetapi pada penelitian pertama dan kedua memiliki
kesamaan yaitu peneliti meneliti metode hypnoteaching. Sedangkan pada
penelitian ketiga memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan, yaitu menganalisis penggunaan metode hypnoteaching dan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Akan tetapi penelitian dahulu menganalisis
metode hypnoteaching pada pembelajaran IPS untuk kelas atas yaitu kelas V
SD, Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan yaitu meneliti
35
penggunaan metode hypnoteaching pada kegiatan ekstrakurikuler seni tari
Remo di SDN Dampit 01 Kabupaten Malang.
36
C. Kerangka Pikir
Berikut kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Penggunaan metode
hypnoteaching dalam
kegiatan ekstrakurikuler
seni tari Remo
Solusi terhadap kendala
penggunaan metode
hypnoteaching dalam
kegiatan ekstrakurikuler
seni tari Remo
Kendala-kendala
penggunaan metode
hypnoteaching dalam
kegiatan ekstrakurikuler
seni tari Remo.
Prestasi siswa dalam ekstrakurikuler seni tari
Remo relatif baik, dengan adanya guru
menggunakan metode hypnoteaching.
Metode yang sesuai dengan
kebutuhan siswa salah satunya
penggunaan metode hypnoteaching
Daya serap dan minat siswa
terhadap kegiatan ekstrakurikuler
seni tari Remo 01.
Teknik Pengumpulan
Data:
a. Observasi,
b. Wawancara dan
c. Dokumentasi
Hasil
Melestarikan seni tari tradisional daerah serta mengetahui penggunaan metode
hypnoteaching pada ekstrakurikuler seni tari Remo yang dapat mengembangkan prestasi
siswa.
Analisis Penggunaan Metode Hypnoteaching dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Seni Tari
Remo di SDN Dampit 01 Kabupaten Malang
Teknik Analisa Data:
a. Reduksi Data
b. Penyajian Data
c. Kesimpulan
Yustisia (2012:75).
Hypnoteaching
merupakan metode
pembelajaran yang
dalam menyampaikan
materi, guru memakai
bahasa- bahasa bawah
sadar yang bisa
menumbuhkan
ketertarikan tersendiri
kepada anak didik.