Upload
vumien
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
18
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini merupakan pemaparan hasil studi kepustakaan yang merupakan hasil
penelaahan terhadap sumber-sumber litreratur berupa buku yang digunakan sebagai
pegangan oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini. Kajian pustaka ini bertujuan
untuk mempermudah peneliti dalam mengkaji permasalahan penelitian. Kajian
pustaka ini berisi tentang pendapat-pendapat dan analisis-analisis dari berbagai
sumber-sumber literatur yang didapatkan pada proses pencarian dan pengumpulan
sejarah melalui sebuah penelaahan yang berkaitan dengan masalah utama penelitian
yaitu mengenai peranan Bank Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia tahun
1953-1966. Kajian pustaka digunakan oleh penulis sebagai landasan berpikir dalam
mengkaji dan menganalisis permasalahan mengenai perekonomian Indonesia
khususnya peranan Bank Indonesia dalam menumbuhkan perekonomian Indonesia
ketika Indonesia baru saja merdeka.
Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan interdisipliner, pendekatan
interdisipliner ini mengacu kepada pendekatan yang melibatkan sejumlah disiplin
ilmu sosial atau ilmu humaniora lainnya. Dengan pendekatan interdisipliner, kita
mungkin memanfaatkan kajian sejarah, sosiologi, pendidikan, politik, ekonomi, dan
budaya yang seluas-luasnya. Penulisan skripsi ini mengkaji mengenai Sejarah
perekonomian Indonesia pada tahun 1953-1966 terutama peranan Bank Indonesia
19
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dalam memajukan perekonomian, dengan demikian akan dipakai suatu pendekatan
dari ilmu ekonomi dan politik.
Bab ini dibagi menjadi tiga sub bab utama. Sub bab tersebut ialah, pertama
mengenai kondisi sosial-politik Indonesia tahun 1953-1966. Kedua, sistem
perekonomian di Indonesia, dan yang ketiga mengenai lembaga-lembaga keuangan di
Indonesia.
2.1 Kondisi Sosial-Politik Indonesia 1953-1966
Dalam mengkaji pembahasan mengenai kondisi sosial politik Indonesia
Tahun 1953-1966, penulis menggunakan sumber literatur yang termasuk dalam
kategori sumber sekunder. Buku-buku tersebut diantaranya ialah buku karya Marwati
Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (1984) yang berjudul Sejarah
Nasional Indonesia, buku karya M. C. Ricklefs (2007) yang berjudul Sejarah
Indonesia Modern, buku karya R.E. Elson (2009) yang berjudul The Idea Of
Indonesia Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Didalam buku-buku terdapat bagian yang
membahas khusus tentang kehidupan perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi
Liberal dan Demokrasi Terpimpin.
Dalam suatu negara, kehidupan sosial-politik sangatlah penting bagi
perkembangan suatu negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan politik menjadi
faktor utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selain dari kehidupan
ekonomi yang tidak dapat lepas dari kehidupan negara tersebut. Jika suatu negara
memiliki potensi kehidupan politik yang stabil maka kualitas bangsa dan rakyatnya
20
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pun akan sejahtera. Kehidupan politik dan ekonomi merupakan dua sisi yang tidak
dapat dipisahkan dalam suatu negara. Keduanya saling berpengaruh dan
mempengaruhi karena jika kondisi politik di suatu negara stabil maka negara itu akan
lebih mudah untuk mengembangkan perekonomiannya, begitupun sebaliknya.
Namun bagaimana halnya dengan bangsa dan negara yang baru merdeka seperti
halnya Indonesia yang baru mendeklarasikan kemerdekaannya akibat dari penjajahan
Belanda dan Jepang.
Dalam hal ini tentu saja waktu dan proses menjadi faktor utama dalam
membangun suatu negara yang baru merdeka, karena pertumbuhan ekonomi dan
kestabilan politik yang diharapkan oleh negara tersebut memerlukan proses dan
waktu yang panjang untuk mencapai hasil yang maksimal. Kehidupan ekonomi di
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kebijakan politik yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang sedang berkuasa. Begitupun sebaliknya kehidupan politik di suatu
negara tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Seharusnya,
kehidupan politik dan kehidupan ekonomi di suatu negara harus dapat berjalan
seimbang. Pemerintah yang bertugas sebagai pengatur negara, seharusnya memiliki
keahlian dalam menyeimbangkan kehidupan politik dan kehidupan ekonomi agar
keduanya dapat saling mengisi satu sama lain.
Dalam sub-bab ini, penulis mencoba mendeskripsikan mengenai gambaran
kehidupan sosial politik Indonesia pasca kemerdekaan khususnya dari tahun 1953-
1966 yang akan berpengaruh pada kehidupan perekonomian Indonesia pada saat itu.
Pembahasan mengenai kondisi politik Indonesia masa Demokrasi Liberal penulis
21
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
temukan dalam buku karya M. C. Ricklefs (2007) yang berjudul Sejarah Indonesia
Modern. Buku ini membahas mengenai pergolakan politik Indonesia pada masa
Demokrasi Liberal yang disebabkan karena struktur pemerintahan Indonesia belum
stabil karena baru merdeka. Selain itu, ketidakstabilan politik Indonesia pada masa ini
juga dipengaruhi oleh silih bergantinya kabinet pada masa ini karena sistem yang
dianut oleh Indonesia ialah sistem parlementer. Ketidakstabilan politik ini juga
berpengaruh pada ketidakstabilan ekonomi. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa
sejak masa kemerdekaan kehidupan politik Indonesia ini mengalami ketidakstabilan
dan dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang mengandung unsur politik. Kebijakan
ekonomi Indonesia pada periode 1953-1966 dikeluarkan berdasarkan pada kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berkuasa pada saat itu, karena pada
masa demokrasi liberal, Indonesia dipimpin oleh kabinet yang silih berganti
meskipun pada masa demokrasi terpimpin pun terjadi pergantian kekuasaan.
Perubahan kekuasaan tersebut tentu saja berpengaruh terhadap kebijakan
ekonomi yang dikerluarkan yang juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi
masyarakat Indonesia pada masa itu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Tulus. T. H. Tambunan (2009) dalam buku yang berjudul Perekonomian Indonesia.
Selama masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, perekonomian Indonesia
tidak berjalan lancar, bahkan dapat dikatakan buruk yang ternyata disebabkan oleh
ketidakstabilan politik didalam negeri yang dicerminkan kerena terjadinya beberapa
pemberontakan disejumlah daerah, termasuk di Sumatera dan Sulawesi, pada dekade
1950-an yang nyaris meruntuhkan sendi-sendi ekonomi nasional. Terlihat ada suatu
22
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dimamika pasang surut ekonomi Indonesia pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-
an. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Tambunan (2009: 12):
Selama periode 1950-an, hanya pada tahun 1953 tercatat pertumbuhan indeks
ouput agregat sebesar 22,1%, sedangkan pada tahun-tahun lainnya berkisar antara
terendah -1,9% (1959) dan tertinggi 5,8% (1957) pada dekade 1960-an, kondisi
perekonomian Indonesia bertambah buruk yang nyaris mengalami stagflasi selama
tahun 1965-1966 dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) masing-
masing hanya 0,5% dan 0,6%. Kehancuran ekonomi Indonesia menjelang akhir
periode orde lama juga didorong oleh hiperinflasi yang pada tahun 1966 mencapai
650%.
Didalam buku ini pun dibahas mengenai sistem perekonomian Indonesia yang
digunakan pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin yang akan saya
paparkan lebih lanjut dalam sub-bab berikutnya. Relevansi pembahasan dalam buku
ini dengan tema penelitian yaitu pemaparan mengenai kondisi perekonomian
Indonesia dan sistem perekonomian Indonesia yang berhubungan erat dengan peranan
Bank Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Kondisi perekonomian yang
digambarkan tentunya menjadi acuan untuk mendeskripsikan bagaiamana peranan
Bank Indonesia itu dapat berjalan sebagai bank sentral di Indonesia.
Pembahsan mengenai segi politik secara murni penulis temukan dalam buku
karya R.E. Elson (2009) yang berjudul The Idea Of Indonesia Sejarah Pemikiran dan
Gagasan. Buku ini menjelaskan bahwa jika dilihat dari sisi politik, masa awal
kemerdekaan merupakan suatu masa konsolidasi. Dalam Konferensi Meja Bundar
(KMB) yang dilaksanakan pada tahun 1949, struktur politik Indonesia berubah ke
dalam bentuk federal yang diberi nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Bagi
pemerintahan RIS, usaha yang paling penting dilakukan ialah merubah bentuk negara
23
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
federal menjadi bentuk pemerintah Negara Kesatuan, dan konstitusi RIS diganti pula
menjadi Undang-Undang Dasar yang sesuai dengan Negara Kesatuan. Uasaha
tersebut tercapai dengan diterimanya Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)
tahun 1950. Sejak saat itu terbentuklah Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan
berdasarkan Undang Undang Dasar Sementara 1950. Dalam Undang-Undang Dasar
Sementara disebutkan bahwa bentuk pemerintahan negara Republik Indonesia ialah
menganut sistem parlementer dengan seorang Perdana Menteri sebagai kepala
pemerintahan.
Konsolidasi politik yang terjadi sejak tahun 1950, pada intinya diarahkan pada
tujuan agar unsur-unsur nasional dalam struktur politik Republik Indonesia tercapai.
Salah satu hasil KMB yang paling penting bagi Indonesia ialah ketika masalah Irian
Barat tidak tuntas terselesaikan. Masalah tersebut perlu perundingan lebih lanjut
antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda yang kemudian ternyata sangat
mempengaruhi perkembangan politik karena pada saat itu hubungan Indonesia
dengan Belanda semakin meruncing dari tahun ke tahun, sehingga kegiatan ekonomi
dan moneter berkembang di bawah pengaruh dan tekanan untuk memasukkan Irian
Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia (Beng To, 1991: 116).
Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) tidak hanya memutuskan
mengenai masalah politik saja tetapi juga menghasilkan suatu keputusan
perekonomian Indonesia yang memiliki kaitan dengan Belanda. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Oey Beng To (1991) dalam bukunya yang berjudul Sejarah
Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I (1945-1958), ia menyatakan bahwa:
24
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Konferensi Meja Bundar telah menghasilkan pula persetujuan keuangan dan
perekonomian yang antara lain menetapkan bahwa pemerintah Indonesia
berkewajiban untuk merundingkan hal-hal tertentu mengenai kebijakan yang
fundamental di bidang ekonomi-keuangan dengan pihak Belanda terlebih dahulu,
walaupun tidak perlu adanya persetujuan (Beng To, 1991: 116)
Konferensi Meja Bundar pun membahas mengenai masalah pewarisan utang-
utang pemerintah Hindia-Belanda yang dibebankan kepada pemerintah Republik
Indonesia karena masih banyak perusahaan dan aset milik pemerintah Hindia-Belanda
di Indonesia. Selain itu, konferensi ini pun mengatur dan mengeluarkan beberapa
ketentuan dalam bidang ekonomi dan keuangan yang pada intinya membatasi
kebebasan pemerintah Indonesia untuk bertindak. Seperti, perubahan nilai tukar antara
rupiah dengan gulden Belanda, pembatasan kebijakan devisa, pemberian kredit Bank
Sirkulasi kepada pemerintah Republik Indonesia, adanya pengaturan jaminan
mengenai pemindahan uang ke negeri Belanda untuk laba dan penyusutan bagi
perusahaan-perusahaan Belanda, untuk biaya asuransi jiwa dan pensiun bagi warga
negara Belanda yang masih atau pernah bekerja di Indonesia. Hal diatas merupakan
sarana untuk melindungi kepentingan pihak Belanda tetapi juga merupakan
pembatasan bagi pemerintah Indonesia dalam mengambil tindakan-tindakan pentingdi
bidang ekonomi dan keuangan (Beng To, 1991: 117).
Ketidakstabilan politik didalam negeri yang juga membuat terpuruknya
perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin
juga diwarnai oleh perubahan kabinet selama delapan kali pada masa Demokrasi
Liberal pada periode 1950-1959. Penjelasan mengenai kehidupan politik yang
Indonesia pada setiap kabinet dalam masa ini dijelaskan oleh Marwati Djoened
25
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (1984) dalam bukunya yang berjudul
Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Buku ini membahas mengenai kebijakan yang
dikeluarkan oleh setiap kabinet dan pemerintah tentu saja memiliki karakteristik
tersendiri dalam membawa Indonesia yang baru merdeka ke arah kemajuan ekonomi
meskipun pada kenyataannya perekonomian Indonesia pada masa ini tidak
mengalami kemajuan yang stagnan. Sejak tahun 1950 sampai tahun 1955 terdapat
empat kabinet yang memerintah, sehingga rata-rata tiap tahun terdapat pergantian
kabinet. Pergantian kabinet ini akan berpengaruh terhadap kestabilan politik dalam
negeri. Pernyataan ini sesuai yang dipaparkan oleh Poesponegoro (1984), yang
menyatakan bahwa :
Dapat digambarkan, bahwa dalam waktu rata-rata satu tahun itu, tidak ada
kabinmet yang dapat melaksanakan programnya, karena parlemen terlalu sering
menjatuhkan kabinetnya sendiri. Boleh dikatakan bahwa semua kabinet, termasuk
yang resminya bersifat Zaken Kabinet (yang mentetri-menterinya dianggap ahli
pada bidangnya masing-masing), didukung oleh koalisi di antara berbagai partai.
Inilah yang menyebabkan berkecamuknya instabilitas politik (Poesponegoro,
1984: 213).
Pemerintah Indonesia yang lahir dari Proklamasi Kemerdekaan pada 17
Agustus 1945 sebenarnya tidak dapat segera melakukan transformasi ekonomi dan
politik dari ekonomi dan politik kolonial menjadi suatu ekonomi dan politik nasional
karena masalah politik yang belum tuntas yaitu adanya agresi Belanda. Dapat
diperkirakan titik awal transformasi ekonomi-politik kolonial ke arah ekonomi-politik
nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun upaya
ini mengalami berbagai hambatan baik dari dalam maupun luar negeri. Di bawah
kepemimpinan Kabinet Natsir, masalah ekonomi moneter yang sangat menonjol
26
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
antara lain ialah masalah nasionalisasi perusahaan milik kolonial Belanda dan
masalah utang kolonial Belanda yang diwariskan pada pemerintah Indonesia
berdasarkan kesepakatan dalam KMB. Hal ini tentu saja berdampak pada nilai inflasi
yang semakin membesar. Tetapi pada masa ini, perekonomian Indonesia dapat
dikatakan sedikit meningkat bila dibandingkan dengan masa sebelumnya karena ada
keuntungan dari terjadinya Korea Boom yang menyebabkan nilai pendapatan ekspor
Indonesia naik dan devisa negara pun bertambah.
Selanjutnya buku ini menjelaskan mengenai karakteristik kehidupan politik
selama pergantian kabinet. Pertama selama Kabinet Sukiman defisit anggaran
meningkat lagi. Keputusan penting yang diambil oleh kabinet ini adalah
menasionalisasi De Javashe Bank. Namun, setelah Kabinet Sukiman jatuh Indonesia
kembali mengalami krisis pemerintahan. Hal ini disebabkan karena dalam waktu
yang hanya satu tahun itu sudah tentu program kabinet yang direncanakan tidak bisa
terlaksana. Salah satu faktor penyebab jatuhnya kabinet-kabinet itu ialah dalam
rangka sistem ekonomi parlementer yang liberal yaitu adanya sepuluh partai dan
beberapa fraksi dalam parlemen yang mayoritas anggotanya berasal dari Masyumi
dan PNI (Poesponegoro, 1984: 215).
Kedua, masa kabinet Wilopo berniat untuk meningkatkan anggaran
berimbang dan melakukan pengetatan impor namun mengalami hambatan karena
terjadinya peristiwa kudeta oleh angkatan bersenjata (Oktober 1952) yang mengalami
kegagalan. Anggaran pemerintah tetap mengalami defisit walaupun jumlahnya
kurang dari yang diperkirakan semula. Untuk menangani masalah defisit ini maka
27
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pemerintah menerapkan sistem sertifikat devisa. Sedangkan dalam masalah konstelasi
politik pada masa kabinet ini partai-partai kecil tetap diperhitungkan agar dapat
mencapai mayoritas di parlemen. Program Kabinet Wilopo lebih ditujukan pada
persiapan pelaksanaan pemilihan umum (untuk Konstituante, DPR dan DPRD),
kemakmuran, pendidikan rakyat, dan keamanan. Sedangkan program luar negeri
lebih ditujukan pada penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda dan
pengembalian Irian Barat ke Indonesia serta menjalankan politik bebas aktif menuju
perdamaian dunia (Poesponegoro, 1984: 216-217).
Ketiga dan keempat, Ketika kabinet Ali Satroamidjojo bagian pertama
memimpin, utang pemerintah meningkat dan cadangan Internasional terkuras. Untuk
mengatasi ini, kabinet secara sepihak membatalkan bagian yang berkenaan dengan
kebijakan perdagangan. Dalam pelaksanaannya, program Benteng dilakukan secara
screening yang lebih ketat. Setelah itu pada tahun 1955 dibentuk kabinet
Burhanuddin Harahap yang behasil menghilangkan defisit anggaran praktis dan
menghapuskan sistim sertifikasi impor. Periode kabinet ini dimulai dengan
dilaksanakannya pemilihan umum satu dan berakhir dengan diumumkannya Dekrit
Presiden tahun 1959 tentang kembalinya ke UUD 1945 yaitu pada masa kabinet
terakhir yaitu Kabinet Djuanda. Permasalahan yang timbul setelah Pemilihan Umum
1955 ialah ketika munculnya kekuatan baru yaitu NU dan PKI sebagai partai besar
yang saling bersaing dengan partai lainnya.
Kelima, Pada tahun 1956 kabinet Burhanuddin digantikan oleh kabinet Ali
Satroamidjojo bagian kedua. Namun tetap saja Indonesia mengalami krisis baik itu
28
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
krisis politik maupun krisis ekonomi. Masalah politik yang terjadi masih mengenai
permasalahan partai koalisi maupun oposisi. Sedangkan masalah ekonomi ialah
mengenai masalah defisit yang semakin membesar. Pada bulan Agustus 1956
pemerintah terpaksa meminta bantuan International Monetary Fund (IMF) dan
memperoleh pinjaman sebesar US$ 55 juta. Pemerintah juga memutuskan untuk tidak
lagi membayar utang kepada Negeri Belanda.
Keenam, ketika situasi politik dalam negeri semakin kacau yang disebabkan
karena munculnya banyak partai-partai politik yang saling bersaing, pada bulan Maret
1957 pemerintah membentuk kabinet Djuanda di luar persetujuan parlemen. Pada
masa kabinet ini pun defisit anggaran belanja negara masih membengkak. Ditambah
dengan memuncaknya masalah Irian Barat, pemerintah membiarkan pengambil-
alihan perusahaan-perusahaan Belanda yang bermula dengan pemogokan oleh
pekerja perusahaan pelayaran. Sampai pada berakhirnya masa Demokrasi Liberal
kondisi perekonomian Indonesia masih berada dalam keaadan surplus dengan inflasi
dan defisit yang tinggi walaupun disamping itu terdapat pula peningkatan ekonomi
yang rendah.
Selanjutnya buku karya M.C. Ricklefs (2007) yang berjudul Sejarah
Indonesia Modern dijelaskan mengenai kehidupan politik Indonesia masa Demokrasi
Terpimpin. Ricklefs (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa sama halnya dengan
masa Demokrasi Liberal yang telah dipaparkan diatas, pada masa setelahnya pun
yakni pada masa Demokrasi Terpimpin, pasang surut perekonomian di Indonesia
masih terjadi. Inflasi dan defisit masih menjadi permasalahan utama dalam
29
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perekonomian Indonesia pada masa ini. Tetapi yang membedakan disini ialah kondisi
politik yang mempengaruhi kondisi ekonomi pada saat itu. jika pada masa Demokrasi
Liberal, permasalahan ekonomi ditangani oleh beberapa kabinet yang silih berganti.
Tetapi pada masa Demokrasi Terpimpin ini seluruh urusan negara diatur dan
ditentukan oleh kepala negara yaitu Presiden Soekarno, karena menurut Presiden
Soekarno makna dari Demokrasi Terpimpin ialah demokrasi yang dipimpin sehingga
disini peran pemimpin sangatlah menonjol, dalam hal ini ialah Presiden Soekarno.
masalah politik yang terjadi pada masa ini ialah munculnya tiga kekuatan politik
besar di Indonesia yang saling bertentangan dan memiliki kepentingan masing-
masing. Tiga kekuatan tersebut ialah antara Soekarno, TNI-AD dan PKI.
Dalam membahas mengenai kondisi politik Indonesia yang mempengaruhi
kehidupan perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin ini, akan
penulis paparkan berdasarkan buku yang disunting oleh Hadi Soesastro, dkk (2005)
yang berjudul Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah
Abad Terakhir 2 1959-1966. Buku ini menjelaskan mengenai hubungan antara
kehidupan politik dan kehidupan ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin. Sama
halnya dengan masa Demokrasi Liberal, pada Demokrasi Terpimpin Indonesia
mengalami ketidakstabilan politik yang berpengaruh pada perekonomian Indonesia
bahkan pada masa ini perekonomian Indonesia lebih memburuk lagi karena Indonesia
hanya dipimpin oleh penguasa tunggal yaitu Presiden Soekarno yang lebih
mementingkan permasalahan politik.
30
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Demokrasi terpimpin dimulai sejak konsep Demokrasi Terpimpin yang
diajukan oleh Presiden Soekarno diterima masyarakat. Selain itu, Demokrasi
Terpimpin ditandai pula oleh Dekrit Presiden 1959 mengenai kembalinya kepada
UUD 1945. Pada masa ekonomi terpimpin kepemimpinan negara berada ditangan
Presiden dan dukungan ABRI dan partai-partai. Bagi pemerintah yang penting pada
saat itu ialah bahwa fungsi pengawasan parlemen terhadap jumlah sirkulasi uang
dihapus sehingga pemerintah dapat mencetak uang tanpa pengawasan dan tanpa
batas. Laju inflasi yang sudah mulai terasa meningkat tajam pada tahun 1956 yang
akhirnya mengakibatkan runtuhnya periode Demokrasi Liberal tersebut. Sedangkan
ekonomi dipimpin oleh politik.
Pada awal-awal periode Demokrasi Terpimpin rupanya keadaan ekonomi
akan membaik, terlihat dari adanya pemulihan keadaan produksi perkebunan-
perkebunan. Misalnya disektor gula, panen dalam tahun 1959 mencapai puncak pada
masa pasca kolonial. Tahun 1959 sampai 1960-1961 rupanya ada perbaikan keadaan
ekonomi Indonesia karena adanya anggaran belanja seimbang dan valuta asing yang
cukup besar. Walaupun pada tahun-tahun sebelumnya Indonesia masih berada dalam
kondisi kekacauan politik seperti konflik tentang Irian Barat dan konfrontasi dengan
Malaysia yang menyebabkan Indonesia terdorong ke dalam isolasi ekonomi yang
merosotkan produksi dan investasi.
Gambaran politik Indonesia antara tahun 1960-1965 merupakan suatu kondisi
yang memuncak, dimana terlihat kepentingan-kepentingan dari setiap kekuatan
politik yang muncul berlomba-lomba untuk menyebarkan pengaruhnya. Pembahasan
31
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengenai hal ini penulis temukan dalam buku karya R. E. Elson (2009) yang berjudul
The Idea Of Indonesia Sejarah Pemikiran dan Gagasan di Indonesia. Buku ini
menjelaskan bahwa Pada masa demokrasi terpimpin, kegiatan poltik lebih menonjol
bila dibandingkan dengan perkembangan kehidupan ekonomi. Hal ini disebabkan
karena pemerintah Indonesia mengutamakan untuk menstabilkan kehidupan poltik
terlebih dahulu. Pada masa demokrasi terpimpin pun peran Presiden Soekarno sangat
besar dalam segala kegiatan terutama sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden tahun
1959. Selain itu, pada masa ini ketidakstabilan politik dalam negeri terlihat pada saat
muncul tiga keuatan besar di Indonesia diantaranya yaitu Islam (NU), TNI-AD dan
Komunis (PKI). Masalah lain yang muncul ialah dalam komposisi DPR-GR (Dewan
Perwakilan Rakyat-Gotong Royong) yang dianggap tidak sesuai berdasarkan
perbandingan jumlah perwakilan dari masing-masing golongan/partai.
Dalam periode ini, terjadi pula hyperinflasi. Tingkat hyperinflasi dicapai
dalam pertengahan bulan Juni tahun 1966 sebesar 650%. Sedangkan pada tahun 1965
jumlah pengeluaran negara mencapai kurang lebih Rp. 1,8 triliyun yang juga
diperuntukan untuk menumpas Gestapu-PKI karena pada saat itu, menurut
Menteri/Gubernur Bank Sentral yaitu Yusuf Muda mengatakan bahwa 20% (Rp 500
milyar) dari uang peredaran milik negara berada di tangan PKI.
Relevansi pembahasan dalam buku-buku diatas dengan penelitian penulis
ialah bahwa dalam buku ini dipaparkan secara deskriptis kondisi dan karakteristik
perekonomian Indonesia dalam masa kepemimpinan Soekarno yang terbagi kedalam
dua periode yaitu periode Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin.
32
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pendeskripsian perekonomian pada kedua masa ini sangat berhubungan erat dengan
periode yang penulis ambil dalam penelitian. Konsep inflasi, defisit, surplus,
kebijakan moneter dan kebijakan ekonomi serta kebijakan poltik yang dikeluarkan
pemerintah yang digambarkan dalam kedua buku ini menjadi acuan dalam
menggambarkan peranan Bank Indonesia dalam menghadapi permasalahan
perekonomian yang dihadapi Indonesia pada kedua masa ini. Selain itu, permasalahan
politik yang terjadi dalam periode-peride ini menjadi suatu hal yang penting dalam
proses mengembangkan ekonomi nasional. Dalam masa konsolidasi politik,
perkembangan ekonomi tentunya dipengaruhi pula oleh peristiwa yang terjadi dan
kepentingan-kepentingan politik tersebut.
2.2 Sistem Perekonomian Indonesia 1953-1966
Perekonomian Indonesia selama tahun 1953-1966 tidak dapat dilepaskan dari
peristiwa-peristiwa politik yang terjadi pada masa ini, karena masa ini dapat
dikatakan sebagai masa transisi menuju kemerdekaan Indonesia seutuhnya. Masa ini
disebut sebagai masa konsolidasi politik karena pada masa ini pemerintah lebih
menekankan kepentingannya terhadap permasalahan-permasalahan politik yang
terjadi. Pada masa konsolidasi ini, perkembangan ekonomi tentunya dipengaruhi pula
oleh tujuan-tujuan politik. Selaras dengan konsolidasi politik yang menitik beratkan
pada unsur-unsur nasional, salah satu tujuan utama dalam bidang ekonomi pada masa
ini pun ialah untuk mengubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Buku
yang digunakan dalam membahas persoalan ini ialah buku karya Oey Beng To (1991)
33
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang berjudul Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia dan buku karya Hadi Soesastro,
dkk (2005) yang berjudul Pemikiran dan Permasalahn Ekonomi di Indonesia dalam
Setengah Abad Terakhir Jilid 1 (1945-1959) dan Jilid 2 (1959-1966), buku karya
Mohammad Hatta (1960) yang berjudul Ekonomi Terpimpin, buku karya P.C. Suroso
(1993) yang berjudul Perekonomian Indonesia.
Buku pertama yang digunakan penulis untuk melihat gambaran ekonomi ialah
buku karya Oey Beng To (1991) yang berjudul Sejarah Kebijakan Moneter
Indonesia. Buku ini menjelaskan proses perubahan ini merupakan cikal bakal dari
sistem ekonomi yang akan diterapkan Indonesia pada masa setelahnya. Dalam masa
transisi antara ekonomi kolonial menuju ekonomi nasional terdapat suatu dinamika
dan proses panjang untuk menentukan arah jati diri bangsa Indonesia seutuhnya.
Dalam buku ini dibahas pula mengenai kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah untuk menangani pemasalahan ekonomi Indonesia pada masa konsolidasi
politik ini.
Langkah awal yang harus dilakukan pemerintah dalam mengubah ekonomi
kolonial menjadi ekonomi nasional ialah pemerintah Republik Indonesia harus
memberi kesempatan lebih besar kepada para pengusaha pribumi untuk
mengembangkan peranannya dalam lapangan ekonomi Indonesia. Sistem ekonomi
nasional yang diterapkan di Indonesia berlandaskan pada diberlakukannya kembali
UUD 1945. Dalam hal ini terlihat bahwa pemerintah Indonesia menginginkan adanya
suatu jati diri bangsa yang kuat dan tidak terpengaruh oleh intervensi asing dalam
34
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pelaksanaan sistem ekonomi setelah Indonesia merdeka. Dalam buku karya
Tambunan (2009) yang berjudul Perekonomian Indonesia, dijelaskan bahwa:
Soekarno sebagai Bapak Proklamator Kemerdekaan Indonesia sangat
membenci dasar-dasar pemikiran Barat, termasuk sistem ekonomi
liberal/kapitalismenya. Soekarno menganggap sistem kapitalisme-liberalisme
selama penjajahan Belanda telah benar-benar menyengsarakan rakyat Indonesia
sehingga aliran ini harus dibenci dan diusir dari Indonesia. Menurut Soekarno,
untuk mengusir dan mengimbangi kekuatan ekonomi Barat berlandaskan
kapitalisme-liberalisme, Indonesia harus menerapkan pemikiran dari
Marhaenisme, yaitu Marxisme (Tambunan, 2009: 11).
Namun pada masa Demokrasi Liberal, sistem ekonomi nasional berdasarkan
konsepsi Presiden Soekarno itu tidak terlalu dihiraukan bahkan tidak direalisasikan,
karena pada saat itu Indonesia menganut sistem parlementer sehingga tampuk
kepemimpinan berada dibawah kabinet yang berkuasa. Sehingga dalam hal ini sistem
ekonomi yang dijalankan di Indonesia tetap sistem ekonomi nasional, hanya saja
pelaksanaannya bukan berdasarkan pada prinsip Marhaenisme melainkan kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh setiap kabinet dalam masa Demokrasi Liberal.
Kebijakan-kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh setiap kabinet yang berkuasa
memiliki karakteristik tersendiri dalam membawa Indonesia ke arah perbaikan
ekonomi.
Pembahasan sistem perekonomian pada masa Demokrasi Liberal penulis
temukan dalam buku karya Suroso (1993) yang berjudul Perekonomian Indonesia.
Buku ini menyatakan bahwa dalam masa Demokrasi Liberal, konstelasi politik yang
terjadi menyebabkan nilai inflasi yang melambung tinggi baik itu disebabkan karena
kekacauan politik dalam negeri seperti pemberontakan-pemberontakan di berbagai
35
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
daerah maupun pertentangan dengan pihak asing terutama Belanda. Selain itu terjadi
pula kelangkaan devisa dan penurunan produktifitas ekonomi yang menyebabkan
tidak mencukupinya persediaan barang konsumsi yang penting. Anngaran Belanja
Pemerintah pun tidak mencukupi untuk mengatasi masalah ini bahkan dapat
dikatakan sangat kurang untuk menutupinya. Oleh sebab itu, permasalahan ini
menuntut pemerintah untuk menyusun rencana stabilitas ekonomi sampai rencana
pembangunan ekonomi untuk mengatasa masalah ekonomi moneter tersebut.
Selain itu Suroso (1993) pun menjelaskan pemerintah dituntut untuk bertindak
cepat agar permasalahan ini tidak semakin meluas ddan merambat pada permasalahan
lainnya. Pada kurun waktu 1950-1953 pemerintah telah mengeluarkan beberapa
kebijakan ekonomi yang dinilai sangat luar biasa dan diharapkan dapat mengatasi
permasalahan diatas. Kebijakan ekonomi ini dijalankan dibawah kepemimpinan lima
kabinet yaitu Mohammad Hatta (RIS), Mohammad Natsir, Soekiman Wirjosandjojo,
Wilopo dan Ali Sastroamidjojo. Pada awal bulan Maret 1950 kebijakan yang
dikeluarkan meliputi sistem sertifikat devisa dan penyehatan uang dengan jalan
mengurangi volume uang secara serentak, dikenal sebagai tindakan “gunting
Syafruddin”. Lalu dilanjutkan dengan penyeragaman berbagai jenis mata uang yang
beredar dalam masyarakat dengan melakukan pergantian ORI (Oeang Repoeblik
Indonesia) dan jenis-jenis uang lainnya ke dalam uang baru. Kebijakan ini disertai
dengan devaluasi mata uang rupiah pada tanggal 4 Februari 1952 dengan presentase
yang cukup besar.
36
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pembahasan mengenai tindakan moneter dijelaskan dalam buku karya Oey
Beng To (1991) yang berjudul Sejarah Kebijaksanaan Moneter. Buku ini membahas
mengenai tindakan moneter dan peraturan devisa tersebut merupakan peristiwa
penting yang telah mempengaruhi dan menentukan perkembangan ekenomi serta
moneter pada tahun 1950-1953 yang juga berpengaruh pada periode-periode
setelahnya. Dilihat dari sudut kebijakan moneter, maka diberlakukannya sistem
sertifikat devisa dan devaluasi mata uang rupiah merupakan tindakan yang paling
penting dari kebijakan moneter lainnya karena sistem dan devaluasi tersebut
merupakan sarana utama bagi perkembangan ekonomi dan moneter dalam masa
1950-1953.
Sebenarnya sistem sertifikat devisa telah membuka sejarah baru dalam
perkembangan moneter di Indonesia, yaitu diberlakukannya sistem multiple exchange
rates (kurs berganda) yang telah digunakan bertahun-tahun sampai pada tahun 1968.
Terlepas dari tujuan utamanya yaitu untuk merangsang ekspor, sistem tersebut pun
telah disertai dengan sertifikat indusemen yang pada awalnya diadakan khusus untuk
ekspor karet rakyat dari Kalimantan Barat pada tahun 1947. Berdasarkan buku karya
Oey Beng To disebutkan bahwa setidaknya terdapat tiga tujuan dari deterapkannya
sistem sertifikat devisa tersebut.
Sistem sertifikat devisa bertujuan untuk: (1) menghentikan atau sedikitnya
meredakan sebanyak mungkin perkembangan inflasi didalam negeri; (2)
memperbaiki perkembangan neraca pembayaran; (3) menggali sumber pendapatan
bagi pemerintah untuk menutup kekurangan dalam Anggaran Belanja (Beng To,
1991: 121).
37
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada tahun 1952 pun, terjadi peristiwa yang tidak muncul ke permukaan
namun turut berpengaruh dalam perekonomian Indonesia yakni pembukaan kembali
Bursa Efek Jakarta, setelah sebelumnya perdagangan efek seluruhnya terhenti selama
perang dunia dan perjuangan fisik melawan Belanda. Perdagangan efek di Indonesia
menunjukan kegiatan yang cukup aktif sebelum perang dunia kedua.
Namun kebijakan moneter yang telah dikeluarkan tersebut ternyata
dihadapkan pada kondisi keamanan negara yang cukup sulit dan kacau, terutama jika
dilihat dari sudut situasi politik yang kacau merupakan tindakan yang tepat dan
berani. Akan tetapi, pada kenyataannya sertifikat devisa yang pada awalnya
diharapkan dapat menekan nilai inflasi ternyata kandas sama sekali yang disebabkan
pula oleh defisit pemerintah sejak berakhirnya pertentangan dengan Belanda. Bahkan
nilai inflasi pun melambung tinggi yang juga diperparah oleh sektor ekspor yang
menurun. Hal ini sesuai dengan pemaparan Poesponegoro (1984), yang menyebutkan
bahwa krisis moneter yang dihadapi pemerintah ialah defisit anggaran belanja pada
tahun 1952 sebanyak 3 milyar rupiah, ditambah dengan sisa defisit anggaran tahun
sebelumnya sebesar 1,7 milyar rupiah… (Poesponegoro, 1984: 241).
Karakteristik kebijakan ekonomi yang dikeluarkan setiap kabinet dalam masa
Demokrasi Liberal, ikut pula mewarnai sistem perekonomian di Indonesia. Hal ini
tergambarkan dalam buku karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto (1984) yang berjudul Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI, di bawah
Perdana Menteri Natsir, untuk menghidarkan inflasi dilakukan pengetatan anggaran
pemerintah. Meskipun kabinet ini hanya memimpin selama 6 bulan tetapi dinilai
38
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
paling berdedikasi dalam menangani masalah ekonomi. Kebijakan yang dilakukan
ialah meliberalisali impor akibat peningkatan pendapatan ekspor untuk membantu
mengendalikan inflasi. Selain itu dikeluarkan pula berbagai kebijakan yang bersifat
nasionalistis, seperti Rencana Urgensi Perekonomian dan program Benteng.
Sementara Kabinet Sukiman berusaha membatasi krisis moneter. Salah satu
usaha yang ditempuh ialah dengan melakukan nasionalisasi terhadap De Javasche
Bank . Sedangkan Kabinet Wilopo lebih melakukan pengetatan pada sektor impor.
Kabinet Ali Sastroamidjojo bagian pertama lebih mengutamakan kebijakan
Indonesianisasi, yaitu mendorong tumbuh dan berkembangnya pengusaha-pengusaha
swasta nasional pribumi dalam usaha untuk mendobrak ekonomi kolonial menjadi
ekonomi nasional. Selama Kabinet Burhanuddin, dilakukan liberalisasi impor,
kebijakan uang ketat untuk menekan laju uang beredar dan penyempurnaan Program
Benteng serta memperbolehkan investasi asing masuk ke Indonesia dan pemberian
bantuan terhadap pengusaha pribumi.
Pembahasan mengenai sistem ekonomi yang digunakan pada masa Demokrasi
Terpimpin penulis temukan dalam buku karya Mohammad Hatta (1960) yang
berjudul Ekonomi Terpimpin. Hatta dalam bukunya memaparkan bahwa pada masa
Demokrasi Terpimpin, Presiden Soekarno terlihat mulai memberi penekanan pada
sektor ekonomi. Dengan konsep terpimpin yang diusungnya, ia membubarkan
parlemen dan kedudukan para kabinet kini digantikan oleh peranan presiden sebagai
pemimpin negara yang seutuhnya. Termasuk dalam bidang ekonomi, setelah
Mohammad Hatta mengundurkan diri sebagai wakil presiden pada tanggal 1
39
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Desember 1956 lantas tidak ada lagi pendamping Presiden Soekarno yang ia jadikan
pula sebagai penasihat ekonomi. Oleh sebab itu, Presiden Soekarno mulai
melancarkan berbagai konsep yang dianggap sebagai kebijakan yang ia keluarkan
untuk mengatasi permasalahan ekonomi Indonesia.
Pemaparan mengenai konsep ekonomi Presiden Soekarno, penulis temukan
dalam buku yang disunting oleh Hadi Soesatro dkk (2005) yang berjudul Pemikiran
dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir 2 1959-
1966. Buku ini merupakan kumpulan dari beberapa tulisan, yang salah satunya yaitu
karya Soerjadi yang menulis tentang Ekonomi Terpimpin. Pada tahun 1957, Soekarno
merencanakan “Ekonomi Terpimpin” yang lebih memperkuat lagi sistem ekonomi
komando, dan selama tahun 1957-1958 terjadi nasionalisasi perusahaan-perusahaan
Belanda walaupun pada tahun 1951-1953, pemerintah telah melakukan nasionalisasi
terhadap perusahaan Belanda yaitu De Javasche Bank. Dengan perancangan Ekonomi
Terpimpin, sistem politik Indonesia semakin dekat dengan haluan/pemikiran
sosialis/komunis. Walaupun ideologi Indonesia Pancasila, pengaruh ideologi komunis
dari negara bekas Uni Soviet dan Cina sangat kuat.
Sebenarnya pemerintah pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada
umumnya memilih haluan politik yang berbau komunis hanya merupakan suatu
refleksi dari perasaan antikolonialisasi, antiimperialisasi, dan antikapitalisasi pada
masa itu. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Soekarno percaya bahwa pemikiran
Marxisme merupakan satu-satunya senjata yang ampuh untuk melawan kapitalisme.
Pada masa itu, prinsip-prinsip individualisme, persaingan bebas dan perusahaan
40
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
swasta atau pribadi sangat ditentang oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya
karena prinsip-prinsip tersebut sering dikaitkan dengan pemikiran kapitalis. Keadaan
seperti ini membuat Indonesia semakin sulit mendapat dana dari negara-negara barat,
baik dalam bentuk pinjaman maupun penanaman modal asing (PMA), sedangkan
untuk membiayai rekontruksi ekonomi dan pembangunan selanjutnya Indonesia
sangat membutuhkan dana yang sangat besar.
Hingga akhir tahun 1950-an, tepatnya sebelum menasionalisasi perusahaan-
perusahaan Belanda, sumber utama penanaman modal asing di Indonesia berasal dari
Belanda yang sebagian besar untuk kegiatan ekspor hasil-hasil perkebunan dan
pertambangan serta untuk kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkait. Dari semua
perkebunan yang diandalkan untuk ekspor, tiga perempatnya jatuh ketangan Republik
Indonesia dengan program nasionalisasi yang disahkan parlemen tahun 1958. Dengan
demikian seluruh perekonomian kolonial bekas Hindia Belanda kini derada ditangan
negara.
Sejak akhir tahun 1957 sampai 1958 ekspor Indonesia sangat kurang.
Keadaan ekonomi kacau ditambah dengan adanya pemberontakan
PRRI/PERMESTA. Namun pada tahun 1959 rupanya keadaan ekonomi akan
membaik, terlihat dari adanya pemulihan keadaan produksi perkebunan-perkebunan.
Misalnya disektor gula, panen dalam tahun 1959 mencapai puncak pada masa pasca
kolonial. Tahun 1959 sampai 1960-1961 rupanya ada perbaikan keadaan ekonomi
Indonesia karena adanya anggaran belanja seimbang dan valuta asing yang cukup
besar. Selain itu, diantara tahun 1960-1965 terdapat dua dokumen politik ekonomi
41
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang dirancang untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi yaitu Rencana
Pembangunan Semesta 8 tahun (1961-1969) oleh Prof. Mohammad Yamin dan
Deklarasi Ekonomi (1963) oleh Presiden Soekarno.
Selanjutnya dibahas mengenai konsep Deklarasi ekonomi Presiden Soekarno
yang dikeluarkan pada masa Demokrasi Terpimpin. Pembahasan ini dipaparkan
dalam buku yang disunting oleh Hadi Susastro, dkk (2005) yang berjudul Pemikiran
dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir 2 1959-
1966. Di bagian pertama buku ini terdapat tulisan Bung Karno yang menjelaskan
tentang Deklarasi Ekonomi. Pada tahun 1963, Soekarno menyampaikan konsep
ekonomi yang dikenal dengan sebutan Deklarasi Ekonomi, yang berisi semacam
tekad untuk menggunakan sistem ekonomi pasar, sebagai “koreksi” terhadap praktik-
praktik ekonomi komando. Sayangnya, tekad ini dapat dilaksanakan karena tidak
mendapat dukungan dari partai-partai politik yang ada pada saat itu, termasuk Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Prinsip-prinsip Deklarasi Ekonomi akhirnya dilupakan sebagian besar
masyarakat dan hingga berakhirnya masa pemerintahan Soekarno, sistem ekonomi
Indonesia yang berlaku tetap sistem ekonomi komao. Pada tahun 1957, Presiden
Soekarno mencanangkan “Ekonomi Terpimpin” yang lebih memperkuat lagi sistem
ekonomi komando, dan selama tahun 1957-1958 terjadi nasionalisasi perusahaan-
perusahaan Belanda (Tambunan, 2009: 13). Sebenarnya Deklarasi Ekonomi
dikeluarkan demi mewujudkan cita-cita ekonomi nasional yang pada saat Demokrasi
Liberal terhambat pelaksanaannya karena diterapkannya ekonomi liberal. Menurut
42
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
strategi dasar ekonomi Indonesia, maka dalam tahap pertama kita harus menciptakan
susunan ekonomi yang bersifat nasional dan demokratis, yang bersih dari sisa-sisa
imprealisme dan bersih dari sisa-sisa feodalisme. Sedangkan tahap kedua ialah
menciptakan ekonomi sosialis Indonesia, ekonomi tanpa penghisapan manusia oleh
manusia, maksudnya ialah ekonomi tanpa adanya eksploitasi manusia.
Menurut Presiden Soekarno, pada masa Demokrasi Terpimpin masyarakat
Indonesia sedang berada dalam tahap penemuan kembali revolusi kita. Oleh karena
itu, pada masa ini sistem ekonomi diperlukan untuk mengikis hgabis sisa-sisa
imprealisme dan feodalisme di bidang ekonomi, menggerakan semua potensi nasional
untuk meletakan dasar dan mempertumbuhkan suatu ekonomi nasional yang bebas
dari imprealisme dan feodalisme sebagai landasan menuju masyarakat Sosialis
Indonesia.
Pada pelaksanaan sistem ekonomi nasional berdasarkan Deklarasi ekonomi,
Rencama Pembangunan Semesta 8 tahun pun mulai dijalankan untuk mengatasi
permasalahan ekonomi jangka pendek. Namun dalam kenyataannya, pelaksanaan ini
mendapat tantangan dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Tantangan dari dalam
negeri itu berupa tanggapan-tanggapan atau ketidak setujuan banyak pihak dalam
kabinet tentang dilaksanakannya Deklarasi Ekonomi tersebut. Pihak yang menentang
tersebut beranggapan bahwa Bung Karno tidak terlalu pandai dalam mengatasi
permasalahan ekonomi. Sebagian pihak tersebut menganggap bahwa konsep-konsep
ekonomi yang dikeluarkan oleh Bung Karno lebih mengarah pada konsep pemikiran
marxis/komunis Selain itu, kekacauan ekonomi dalam negeri yang disebabkan oleh
43
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
inflasi dan defisit ikut menentukan pelaksanaan konsep Deklarasi Ekonomi tersebut.
Sedangkan tantangan dari luar negeri ialah masih banyaknya pihak asing yang
menguasai perusahaan-perusahaan di Indonesia yang tentunya dapat menghambat
pembangunan ekonomi Indonesia.
Namun disamping tantangan dan kekacauan yang dihadapi itu, Presiden
Soekarno telah menanamkan pula semangat mandiri dan program berdikari, program
swasembada pangan dan sandang, adanya program untuk memenuhi 9 bahan pokok
bagi rakyat. Dua jasa besar Presiden Soekarno dalam bidang perekonomian
berdasarkan konsep Deklarasi Ekonominya yakni dalam hal Pertamina dan
Perkebunan. Pendobrakan yang dilakukan terhadap monopoli dan dominasi asing
dalam bidang perminyakan dengan dikeluarkannya UU Perminyakan Nasional dan
Pertamina merpakan usaha yang nyata. Sedangkan dalam bidang perkebunan jasa
bung karno terlihat pada saat beliau tidak tunduk pada tekanan politik dan tidak
menyerahkan pimpinan dan pembinaan perkebunan pada pihak PKI. Selain itu beliau
berhasil mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang pengoperan manajemen
perkebunan oleh pemerintah pada tahun 1965.
Keterkaitan antara pembahasan dalam buku diatas mengenai sistem ekonomi
di Indonesia dengan penelitian penulis ialah terlihat dalam kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah perekonomian Indonesia.
Kebijakan-kebijakan ini akan berhubungan langsung dengan lembaga keuangan pusat
yang berttugas untuk mengaturnya dalam hal ini ialah bank sentral yang ada di
44
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Indonesia. Pemerintah hanyalah aktor yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan
tersebut, tetapi pada aplikasinya kebijakan itu dilaksanakan oleh bank sentral.
2.3 Lembaga-lembaga Keuangan di Indonesia
Pembahasan mengenai Lembaga-lembaga keuangan di Indonesia pada masa
kemerdekaan penulis temukan dalam buku karya Thomas Suyatno, dkk (1993) yang
berjudul Kelembagaan Perbankan Edisi Pertama dan Edisi Kedua, buku karya
Muchdarsyah Sinungan (1995) yang berjudul Uang & Bank, buku karya Widjananrto
(1997) yang berjudul Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Buku-buku ini
membahas mengenai lembaga keuangan yang ada di Indonesia yang penulis
khususkan pada masa kemerdekaan dan setelahnya. Setelah Indonesia merdeka dan
lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang, Indonesia dituntut untuk mengatur
perekonomiannya sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak luar/asing.
Pembahasan mengenai De Javasche Bank dijelaskan dalam buku kara M.
Dawam Rahardjo (1995) yang berjudul Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah
Bangsa. Rahardjo (1995) dalam bukunya menjelaskan selama penjajahan Belanda
keuangan dan perekonomian Indonesia diatur oleh sebuah Bank yang didirikan
pemerintah kolonial Belanda yang khusus mengatur lalu lintas perekonomian Hindia-
Belanda yakni De Javasche Bank. Pada jaman Hindia Belanda De Javasche Bank
ditunjuk sebagai bank sirkulasi yang berbentuk Perseroan Terbatas (Naamlooze
Vennootschap).
45
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada jaman penjajahan Jepang, pada saat pendudukan Jepang di Indonesia
lembaga keuangan yang digunakan ialah Nanpo Kaihatsu Ginko, namun De Javasche
Bank masih digunakan sebagai lembaga keuangan yang mengatur keuangan Hindia-
Belanda. Ketika Jepang terusir dari Indonesia pun, De Javasche Bank kembali
dijadikan sebagai lembaga keuangan pusat di Hindia-Belanda disertai dengan
lembaga keuangan asing milik pihak kolonial lainnya. Setelah runtuhnya kekuasaan
Jepang, pihak kolonial Belanda segera memulihkan operasi dan kedudukannya yang
dominan di Indonesia.
Buku karya Muchdarsyah Sinungan (1995) yang berjudul Uang & Bank
menjelaskan mengenai sejarah kelembagaan Bank di Indonesia sejak masa
kemerdekaan sampai masa Orde Baru. Dalam buku ini dijelaskan bahwa setelah
Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, pemerintah Indonesia mulai
mendirikan beberapa bank dan lembaga keuangan lainnya untuk mengatur
perekonomian Indonesia. Ketika Indonesia baru merdeka, unsur kolonial masih kental
termasuk dalam bidang perbankan. Oleh karena itu usaha untuk memasukan unsur
nasional sangatlah kuat pada saat itu. Pada tahun 1950-1953, pemerintah Indonesia
mulai lebih banyak memasukkan unsur nasional dalam bidang perbankan. Dalam
usaha pembangunan kekuatan ekonomi nasional tersebut diwujudkan dengan
pembangunan bank-bank baru baik itu bank pemerintah maupun bank swasta serta
mengembangkan operasi bank-bank nasional.
Bank dianggap sebagai suatu badan usaha yang sangat penting dan diperlukan
dalam suatu negara dengan tujuan untuk mengatur perekonomian negara tersebut.
46
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002: 103-104) bank
merupakan badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di
masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa pada lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang. Menurut A. Abdurrachman (LP3ES, 1995: 16) definisi bank yaitu
lembaga keuangan yang melaksanakan pelbagai macam jasa, seperti pemberian
pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak
sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha pengusaha dan
lain-lain.
Di negara-negara yang sedang berkembang, dalam hal ini Indonesia,
pemerintah pada umumnya berperan sebagai agen pembangunan dan perubahan
sosial. Dalam menjalankan peranannya itu, pemerintah membutuhkan dukungan bank
sentral sebagai lembaga yang berperan penting dalam pembiayaan pembangunan.
Secara umum bank sentral adalah sebuah lembaga yang diserahi tugas untuk
mengontrol sistem keuangan dan perbankan (Rahardjo, 1995: 17). Perekonomian
Indonesia yang tidak stabil pasca kemerdekaan yang ditandai oleh inflasi dan defisit
yang tinggi memicu pemerintah Indonesia untuk mendirikan suatu lembaga keuangan
pusat (bank sentral) yang mampu mengatur perekonomian Indonesia.
Pemerintah Indonesia mencoba untuk mendirikan Bank Indonesia yang dengan
mendirikan Jajasan Poesat Bank Indonesia pada tanggal 9 Oktober 1945, sebagai
langkah awal untuk membentuk satu-satunya bank sirkulasi sebagaimana yang
telah ada sejak jaman Hindia-Belanda dan bank sentral pertama yang sebelumnya
memang belum ada di Indonesia. Melalui Undang-Undang No. 2 Prp. Tahun 1946,
Jajasan Poesat Bank Indonesia tersebut dilebur menjadi Bank Negara Indonesia,
yang ditetapkan dan diharapkan dapat bekerja sebagai bank sentral milik Negara
Republik Indonesia. Namun karena berbagai faktor hambatan yang dihadapi, Bank
47
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Negara Indonesia ternyata tidak berkesempatan untuk menyelenggarakan fungsi
yang telah dipikulkan kepadanya oleh undang-undang (Rahardjo, 1995: 2).
Faktor politik yang terjadi pada saat itu pun ternyata memiliki pengaruh
terhadap usaha pendirian suatu bank sentral di Indonesia. Pasca Indonesia merdeka
tahun 1945, Indonesia tidak dapat lepas begitu saja dari pemerintah kolonial Belanda
yang pernah menjajahnya. Pengaruh dari pihak kolonial tersebut masih terasa dalam
bidang politik maupun ekonomi. Hal ini ditandai dengan terjadinya Agresi Militer
Belanda I tahun 1947 dan Agresi Militer Belanda II tahun 1948. Timbulnya berbagai
pengaruh pihak kolonial pasca kemerdekaan RI ini memicu pemerintah Indonesia
untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan jalan diplomasi. Upaya yang ditempuh
ialah dengan melakukan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag pada tahun
1949. Hasil dari konferensi ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan politik saja
tetapi juga mencoba menyelesaikan permasalahan ekonomi Indonesia yang masih ada
sangkut pautnya dengan pihak kolonial salah satunya ialah masalah De Javasche
Bank.
Sejarah di nasionalisasikannya De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia
penulis temukan dalam buku karya Hadi Soesastro, dkk (2005) yang berjudul
Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir
1 1945-1959. Salah satu hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) dalam bidang
perekonomian ialah memutuskan bahwa De Javasche Bank yang ditunjuk sebagai
bank sentral bagi Indonesia sedangkan Bank Negara Indonesia (BNI 46) ditugasi
sebagai bank pembangunan (Rachbini, 2000:1). De Javasche Bank yang pada saat itu
48
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
masih berstatus sebagai bank sirkulasi dialih fungsikan menjadi bank sentral untuk
negara Indonesia. Salah satu alasan ditunjuknya De Javasche Bank sebagai bank
sentral di Indonesia karena De Javasche Bank dianggap sebagai bank yang telah
berpengalaman dalam mengatur keuangan suatu negara, dalam hal ini ialah Hindia-
Belanda. Sedangkan Bank Negara Indonesia yang baru didirikan hanya dijadikan
sebagai bank pembangunan dibawah naungan bank sentral.
Status De Javasche Bank yang pada saat itu masih milik Belanda, memicu
pemerintah Indonesia untuk melakukan nasionalisasi De Javasche Bank. Pada tanggal
1 Juli 1953 Bank Indonesia resmi didirikan menggantikan De Javasche Bank.
Fungsinya pun dialihkan dari bank sirkulasi menjadi bank sentral. Sebenarnya, proses
nasionalisasi ini telah direncanakan sejak tahun 1951 dengan membentuk Panitia
Nasionalisasi De Javasche Bank. Panitia itu, yang mempunyai kekuasaan untuk
mengambil tindakan-tindakan persiapan dan untuk mengadakan perundingan-
perundingan mengenai nasionalisasi bank atas nama pemerintah, mempunyai tugas
untuk mengajukan usul-usul mengenai nasionalisasi itu kepada pemerintah pada
umumnyadan untuk memajukan rencana undang-undang nasionalisasi pada
khususnya (Soesastro, 2005: 95)
Setelah Bank Indonesia diresmikan sebagai bank sentral, tentu saja fungsi dan
perannya pun menjadi lebih besar karena bank sentral merupakan the bankers’ bank
yaitu bank dari semua bank. Salah satu fungsi dari bank sentral adalah sebagai banker
pemerintah. Oleh karena itu, wajar jika bank sentral harus memenuhi kebutuhan
pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah. Tetapi bentuk dan sifat dati peranan
49
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bank sentral sebagai bankir pemerintah tersebut di negara yang sedang berkembang
akan dipengaruhi oleh peranan kongkrit yang dijalankan oleh pemerintah sebagai
agen pembangunan (Rahardjo, 1995: 16).
Secara umum bank sentral adalah sebuah lembaga yang diberi tugas untuk
mengontrol sistem keuangan dan perbankan. Untuk menjalankan peranannya itu,
pada umumnya bank sentral diberi hak monopoli untuk mengeluarkan uang dan
wewenang prerogratif untuk jumlah uang beredar. Disamping itu, bank sentral juga
diberi fungsi dan wewenang untuk membina dan mengawasi kegiatan perbankan
sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary). Dalam menjalankan
fungsinya itu, bank sentral mempunyai peranan khusus dalam sistem moneter sebagai
sumber peminjaman bagi bank-bank lain. Dalam fungsinya ini, bank sentral sekaligus
juga berperan dalam mengembangkan sistem perkreditan yang sehat (Rahardjo, 1995:
17).
Sejak disahkannya Bank Indonesia menjadi bank sentral Indonesia, fungsi dan
peranannya pun menjadi lebih luas dan kompleks. Tidak hanya mengatur
perekonomian negara tetapi juga difungsikan sebagai bank dari semua bank yang
dapat menaungi bank-bank lain yang didirikan di Indonesia. Fungsi dan peranannya
sebagai bank sentral tersebut, diatur dalam undang-undang Bank Indonesia. Untuk
lebih mengetahui mengenai fungsi dan peranan Bank Indonesia dalam perekonomian
di Indonesia yang penulis batasi sejak berdirinya hingga berakhirnya masa Demokrasi
Terpimpin, penulis temukan dalam buku karya Oey Beng To (1991) yang berjudul
Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I: 1945-1958. Selain itu, dalam mengkaji
50
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perkembangan Bank Indonesia yang didalamnya mendeskripsikan tentang peranan
Bank Indonesia dalam mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia sejak tahun
1953-1966, penulis temukan dalam kedua buku karya Tim Penulis Bank Indonesia
(2000) yang berjudul perkembangan Bank Indonesia periode Demokrasi Liberal
1950-1959 dan perkembangan Bank Indonesia periode Demokrasi terpimpin 1959-
1965. Dijelaskan bahwa Bank Indonesia didirikan sebagai upaya menjadikan
Indonesia sebagai negara yang merdeka seutuhnya. Sehingga Indonesia pun dituntut
untuk dapat mengatur perekonomiannya sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu
lembaga keuangan sentral untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang biasa
dihadapi oleh negara yang baru merdeka.
Jika dikaitkan dengan permasalahan penelitian, maka didasarkan atas kondisi
Indonesia pada saat yang baru merdeka dari penjajahan kolonial dan Jepang. Oleh
sebab itu kondisi politik dan kondisi ekonomi dalam negeri pun belum stabil.
Sehingga harus ada upaya untuk menstabilkan kondisi tersebut terutama kondisi
perekonomian untuk mensejahterakan masyarakatnya. Salah satu upaya yang
dilakukannya itu ialah dengan nasionalisasi De Javasche Bank. Namun proses
penasionalisasian ini dirasa terlalu cepat dan tidak dengan perencanaan yang matang
sehingga tugas, fungsi dan peranannya setelah menjadi Bank Indonesia pun sempat
tidak berjalan dengan lancar. Perjalanan dan perkembangan dari Bank Indonesia ini
dapat penulis temukan dalam buku karya Tim Penulis LP3ES (1995) yang berjudul
Bank Indonesia dalam Kilasan Sejarah Bangsa dan buku karya Noek Hartono (1976)
yang berjudul Bank Indonesia: Sejarah Lahir dan Pertumbuhannya. Dijelaskan
51
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bahwa sejak didirikannya Bank Indonesia semua permasalahan ekonomi menjadi
tugas dan fungsi dari Bank Indonesia.
Perjalanan Bank Indonesia menjadi bank sentral tentunya berkaitan erat
dengan tugas dan perannya yang erat kaitannya dengan kebijakan moneter untuk
mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia. Di awal kemerdekaan, Indonesia
telah mengalami hyperinflasi dan defisit pada anggaran belanja negara. Selain itu, kas
negara yang masih belum tercukupi untuk membiayai proses produksi menjadi faktor
utama dalam pentingnya mengeluarkan suatu kebijakan moneter yang seharusnya
diatur pemerintah dalam ketentuan bank sentral. Kebijakan-kebijakan moneter yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam mengatasi permasalahan ekonomi Indonesia
penulis temukan dalam buku karya Oey Beng To (1991) yang berjudul Sejarah
Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I: 1945-1958. Selain itu, penulis juga mengkaji
laporan-laporan tahunan Bank Indonesia yang dikeluarkan setiap tahunnya. Dalam
penelitian ini, laporan yang penulis gunakan ialah laporan yang dikeluarkan sejak
Bank Indonesia berdiri hingga tahun 1966.
Buku karya M. Dawam Rahardjo (1995) yang berjudul Bak Indonesia Dalam
Kilasan Sejarah Bangsa juga menjelaskan mengenai bank dan lembaga keuangan
lainnya yang ada di Indonesia yang turut mengatur perekonomian Indonesia. Buku ini
memaparkan bahwa selain Bank Indonesia yang menjadi lembaga keuangan sentral di
Indonesia, terdapat pula bank dan lembaga keuangan milik pemerintah lainnya yang
pada saat itu ikut berperan aktif dalam perekonomian Indonesia. Diantaranya ialah
Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 1946 dan
52
Rendi Rudiana, 2012
Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diperkuat oleh pendirian Bank Industri Negara (BIN) pada bulan April 1950 yang
bertujuan untuk membantu dalam pembangunan Negara dan kemajuan bangsa
Indonesiadalam lapangan perkebunan, perindustrian dan pertambangan.
Sampai tahun 1957, dari segi kepemilikan, terdapat 68 bank terdiri dari 6 bank
milik negara 54 bank swasta dan 8 bank asing, yaitu nationale Handelsbank NV,
Nedelandsche Handel Mij. NV, Escompto Bank, Great Eastern Banking Corp. Ltd.,
The Chartered Bank Ltd., Overseas Chinese Banking Corporasion, Bank of China,
dan The Hongkong & Shanghai Banking corp. tiga bank Belanda di atas, setelah
berada pengawasan, dilakukan tindakan nasionalisasi.
Pada perkembangannya, Bank Dagang Negara (BDN) dan Bank
Pembangunan Indonesia (BAPINDO) berdasarkan UU No. 30 Prp. Tahun 1960,
tanggal 16 Agustus 1960 berada dibawah suatu Dewan Pembangunan, Bank
Koperasi, Tani dan Nelayan diintegrasikan ke dalam Indonesia berdasarkan Penpres
No. 9 Tahun 1965, selanjutnya Bank Umum Negara (BUNEG), Bank Tabungan
Negara (BTN) dan Bank Negara Indonesia (BNI) turut diintegrasikan ke dalam Bank
Indonesia berdasarkan Penpres No. 10, No. 11 dan No. 13 Tahun 1965. Adapun
perusahaan-perusahaan negara (sekarang disebut Badan Usaha Milik Negara atau
BUMN) turut melengkapi lembaga keuangan di Indonesia (Rahardjo, 1995: 125-
126).