35
18 Rendi Rudiana, 2012 Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini merupakan pemaparan hasil studi kepustakaan yang merupakan hasil penelaahan terhadap sumber-sumber litreratur berupa buku yang digunakan sebagai pegangan oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini. Kajian pustaka ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam mengkaji permasalahan penelitian. Kajian pustaka ini berisi tentang pendapat-pendapat dan analisis-analisis dari berbagai sumber-sumber literatur yang didapatkan pada proses pencarian dan pengumpulan sejarah melalui sebuah penelaahan yang berkaitan dengan masalah utama penelitian yaitu mengenai peranan Bank Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia tahun 1953-1966. Kajian pustaka digunakan oleh penulis sebagai landasan berpikir dalam mengkaji dan menganalisis permasalahan mengenai perekonomian Indonesia khususnya peranan Bank Indonesia dalam menumbuhkan perekonomian Indonesia ketika Indonesia baru saja merdeka. Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan interdisipliner, pendekatan interdisipliner ini mengacu kepada pendekatan yang melibatkan sejumlah disiplin ilmu sosial atau ilmu humaniora lainnya. Dengan pendekatan interdisipliner, kita mungkin memanfaatkan kajian sejarah, sosiologi, pendidikan, politik, ekonomi, dan budaya yang seluas-luasnya. Penulisan skripsi ini mengkaji mengenai Sejarah perekonomian Indonesia pada tahun 1953-1966 terutama peranan Bank Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

  • Upload
    vumien

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

18

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pemaparan hasil studi kepustakaan yang merupakan hasil

penelaahan terhadap sumber-sumber litreratur berupa buku yang digunakan sebagai

pegangan oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini. Kajian pustaka ini bertujuan

untuk mempermudah peneliti dalam mengkaji permasalahan penelitian. Kajian

pustaka ini berisi tentang pendapat-pendapat dan analisis-analisis dari berbagai

sumber-sumber literatur yang didapatkan pada proses pencarian dan pengumpulan

sejarah melalui sebuah penelaahan yang berkaitan dengan masalah utama penelitian

yaitu mengenai peranan Bank Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia tahun

1953-1966. Kajian pustaka digunakan oleh penulis sebagai landasan berpikir dalam

mengkaji dan menganalisis permasalahan mengenai perekonomian Indonesia

khususnya peranan Bank Indonesia dalam menumbuhkan perekonomian Indonesia

ketika Indonesia baru saja merdeka.

Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan interdisipliner, pendekatan

interdisipliner ini mengacu kepada pendekatan yang melibatkan sejumlah disiplin

ilmu sosial atau ilmu humaniora lainnya. Dengan pendekatan interdisipliner, kita

mungkin memanfaatkan kajian sejarah, sosiologi, pendidikan, politik, ekonomi, dan

budaya yang seluas-luasnya. Penulisan skripsi ini mengkaji mengenai Sejarah

perekonomian Indonesia pada tahun 1953-1966 terutama peranan Bank Indonesia

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

19

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam memajukan perekonomian, dengan demikian akan dipakai suatu pendekatan

dari ilmu ekonomi dan politik.

Bab ini dibagi menjadi tiga sub bab utama. Sub bab tersebut ialah, pertama

mengenai kondisi sosial-politik Indonesia tahun 1953-1966. Kedua, sistem

perekonomian di Indonesia, dan yang ketiga mengenai lembaga-lembaga keuangan di

Indonesia.

2.1 Kondisi Sosial-Politik Indonesia 1953-1966

Dalam mengkaji pembahasan mengenai kondisi sosial politik Indonesia

Tahun 1953-1966, penulis menggunakan sumber literatur yang termasuk dalam

kategori sumber sekunder. Buku-buku tersebut diantaranya ialah buku karya Marwati

Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (1984) yang berjudul Sejarah

Nasional Indonesia, buku karya M. C. Ricklefs (2007) yang berjudul Sejarah

Indonesia Modern, buku karya R.E. Elson (2009) yang berjudul The Idea Of

Indonesia Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Didalam buku-buku terdapat bagian yang

membahas khusus tentang kehidupan perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi

Liberal dan Demokrasi Terpimpin.

Dalam suatu negara, kehidupan sosial-politik sangatlah penting bagi

perkembangan suatu negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan politik menjadi

faktor utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selain dari kehidupan

ekonomi yang tidak dapat lepas dari kehidupan negara tersebut. Jika suatu negara

memiliki potensi kehidupan politik yang stabil maka kualitas bangsa dan rakyatnya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

20

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pun akan sejahtera. Kehidupan politik dan ekonomi merupakan dua sisi yang tidak

dapat dipisahkan dalam suatu negara. Keduanya saling berpengaruh dan

mempengaruhi karena jika kondisi politik di suatu negara stabil maka negara itu akan

lebih mudah untuk mengembangkan perekonomiannya, begitupun sebaliknya.

Namun bagaimana halnya dengan bangsa dan negara yang baru merdeka seperti

halnya Indonesia yang baru mendeklarasikan kemerdekaannya akibat dari penjajahan

Belanda dan Jepang.

Dalam hal ini tentu saja waktu dan proses menjadi faktor utama dalam

membangun suatu negara yang baru merdeka, karena pertumbuhan ekonomi dan

kestabilan politik yang diharapkan oleh negara tersebut memerlukan proses dan

waktu yang panjang untuk mencapai hasil yang maksimal. Kehidupan ekonomi di

Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kebijakan politik yang dikeluarkan oleh

pemerintah yang sedang berkuasa. Begitupun sebaliknya kehidupan politik di suatu

negara tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Seharusnya,

kehidupan politik dan kehidupan ekonomi di suatu negara harus dapat berjalan

seimbang. Pemerintah yang bertugas sebagai pengatur negara, seharusnya memiliki

keahlian dalam menyeimbangkan kehidupan politik dan kehidupan ekonomi agar

keduanya dapat saling mengisi satu sama lain.

Dalam sub-bab ini, penulis mencoba mendeskripsikan mengenai gambaran

kehidupan sosial politik Indonesia pasca kemerdekaan khususnya dari tahun 1953-

1966 yang akan berpengaruh pada kehidupan perekonomian Indonesia pada saat itu.

Pembahasan mengenai kondisi politik Indonesia masa Demokrasi Liberal penulis

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

21

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

temukan dalam buku karya M. C. Ricklefs (2007) yang berjudul Sejarah Indonesia

Modern. Buku ini membahas mengenai pergolakan politik Indonesia pada masa

Demokrasi Liberal yang disebabkan karena struktur pemerintahan Indonesia belum

stabil karena baru merdeka. Selain itu, ketidakstabilan politik Indonesia pada masa ini

juga dipengaruhi oleh silih bergantinya kabinet pada masa ini karena sistem yang

dianut oleh Indonesia ialah sistem parlementer. Ketidakstabilan politik ini juga

berpengaruh pada ketidakstabilan ekonomi. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa

sejak masa kemerdekaan kehidupan politik Indonesia ini mengalami ketidakstabilan

dan dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang mengandung unsur politik. Kebijakan

ekonomi Indonesia pada periode 1953-1966 dikeluarkan berdasarkan pada kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berkuasa pada saat itu, karena pada

masa demokrasi liberal, Indonesia dipimpin oleh kabinet yang silih berganti

meskipun pada masa demokrasi terpimpin pun terjadi pergantian kekuasaan.

Perubahan kekuasaan tersebut tentu saja berpengaruh terhadap kebijakan

ekonomi yang dikerluarkan yang juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi

masyarakat Indonesia pada masa itu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Tulus. T. H. Tambunan (2009) dalam buku yang berjudul Perekonomian Indonesia.

Selama masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, perekonomian Indonesia

tidak berjalan lancar, bahkan dapat dikatakan buruk yang ternyata disebabkan oleh

ketidakstabilan politik didalam negeri yang dicerminkan kerena terjadinya beberapa

pemberontakan disejumlah daerah, termasuk di Sumatera dan Sulawesi, pada dekade

1950-an yang nyaris meruntuhkan sendi-sendi ekonomi nasional. Terlihat ada suatu

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

22

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dimamika pasang surut ekonomi Indonesia pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-

an. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Tambunan (2009: 12):

Selama periode 1950-an, hanya pada tahun 1953 tercatat pertumbuhan indeks

ouput agregat sebesar 22,1%, sedangkan pada tahun-tahun lainnya berkisar antara

terendah -1,9% (1959) dan tertinggi 5,8% (1957) pada dekade 1960-an, kondisi

perekonomian Indonesia bertambah buruk yang nyaris mengalami stagflasi selama

tahun 1965-1966 dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) masing-

masing hanya 0,5% dan 0,6%. Kehancuran ekonomi Indonesia menjelang akhir

periode orde lama juga didorong oleh hiperinflasi yang pada tahun 1966 mencapai

650%.

Didalam buku ini pun dibahas mengenai sistem perekonomian Indonesia yang

digunakan pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin yang akan saya

paparkan lebih lanjut dalam sub-bab berikutnya. Relevansi pembahasan dalam buku

ini dengan tema penelitian yaitu pemaparan mengenai kondisi perekonomian

Indonesia dan sistem perekonomian Indonesia yang berhubungan erat dengan peranan

Bank Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Kondisi perekonomian yang

digambarkan tentunya menjadi acuan untuk mendeskripsikan bagaiamana peranan

Bank Indonesia itu dapat berjalan sebagai bank sentral di Indonesia.

Pembahsan mengenai segi politik secara murni penulis temukan dalam buku

karya R.E. Elson (2009) yang berjudul The Idea Of Indonesia Sejarah Pemikiran dan

Gagasan. Buku ini menjelaskan bahwa jika dilihat dari sisi politik, masa awal

kemerdekaan merupakan suatu masa konsolidasi. Dalam Konferensi Meja Bundar

(KMB) yang dilaksanakan pada tahun 1949, struktur politik Indonesia berubah ke

dalam bentuk federal yang diberi nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Bagi

pemerintahan RIS, usaha yang paling penting dilakukan ialah merubah bentuk negara

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

23

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

federal menjadi bentuk pemerintah Negara Kesatuan, dan konstitusi RIS diganti pula

menjadi Undang-Undang Dasar yang sesuai dengan Negara Kesatuan. Uasaha

tersebut tercapai dengan diterimanya Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)

tahun 1950. Sejak saat itu terbentuklah Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan

berdasarkan Undang Undang Dasar Sementara 1950. Dalam Undang-Undang Dasar

Sementara disebutkan bahwa bentuk pemerintahan negara Republik Indonesia ialah

menganut sistem parlementer dengan seorang Perdana Menteri sebagai kepala

pemerintahan.

Konsolidasi politik yang terjadi sejak tahun 1950, pada intinya diarahkan pada

tujuan agar unsur-unsur nasional dalam struktur politik Republik Indonesia tercapai.

Salah satu hasil KMB yang paling penting bagi Indonesia ialah ketika masalah Irian

Barat tidak tuntas terselesaikan. Masalah tersebut perlu perundingan lebih lanjut

antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda yang kemudian ternyata sangat

mempengaruhi perkembangan politik karena pada saat itu hubungan Indonesia

dengan Belanda semakin meruncing dari tahun ke tahun, sehingga kegiatan ekonomi

dan moneter berkembang di bawah pengaruh dan tekanan untuk memasukkan Irian

Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia (Beng To, 1991: 116).

Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) tidak hanya memutuskan

mengenai masalah politik saja tetapi juga menghasilkan suatu keputusan

perekonomian Indonesia yang memiliki kaitan dengan Belanda. Hal ini seperti yang

dikemukakan oleh Oey Beng To (1991) dalam bukunya yang berjudul Sejarah

Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I (1945-1958), ia menyatakan bahwa:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

24

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Konferensi Meja Bundar telah menghasilkan pula persetujuan keuangan dan

perekonomian yang antara lain menetapkan bahwa pemerintah Indonesia

berkewajiban untuk merundingkan hal-hal tertentu mengenai kebijakan yang

fundamental di bidang ekonomi-keuangan dengan pihak Belanda terlebih dahulu,

walaupun tidak perlu adanya persetujuan (Beng To, 1991: 116)

Konferensi Meja Bundar pun membahas mengenai masalah pewarisan utang-

utang pemerintah Hindia-Belanda yang dibebankan kepada pemerintah Republik

Indonesia karena masih banyak perusahaan dan aset milik pemerintah Hindia-Belanda

di Indonesia. Selain itu, konferensi ini pun mengatur dan mengeluarkan beberapa

ketentuan dalam bidang ekonomi dan keuangan yang pada intinya membatasi

kebebasan pemerintah Indonesia untuk bertindak. Seperti, perubahan nilai tukar antara

rupiah dengan gulden Belanda, pembatasan kebijakan devisa, pemberian kredit Bank

Sirkulasi kepada pemerintah Republik Indonesia, adanya pengaturan jaminan

mengenai pemindahan uang ke negeri Belanda untuk laba dan penyusutan bagi

perusahaan-perusahaan Belanda, untuk biaya asuransi jiwa dan pensiun bagi warga

negara Belanda yang masih atau pernah bekerja di Indonesia. Hal diatas merupakan

sarana untuk melindungi kepentingan pihak Belanda tetapi juga merupakan

pembatasan bagi pemerintah Indonesia dalam mengambil tindakan-tindakan pentingdi

bidang ekonomi dan keuangan (Beng To, 1991: 117).

Ketidakstabilan politik didalam negeri yang juga membuat terpuruknya

perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin

juga diwarnai oleh perubahan kabinet selama delapan kali pada masa Demokrasi

Liberal pada periode 1950-1959. Penjelasan mengenai kehidupan politik yang

Indonesia pada setiap kabinet dalam masa ini dijelaskan oleh Marwati Djoened

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

25

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (1984) dalam bukunya yang berjudul

Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Buku ini membahas mengenai kebijakan yang

dikeluarkan oleh setiap kabinet dan pemerintah tentu saja memiliki karakteristik

tersendiri dalam membawa Indonesia yang baru merdeka ke arah kemajuan ekonomi

meskipun pada kenyataannya perekonomian Indonesia pada masa ini tidak

mengalami kemajuan yang stagnan. Sejak tahun 1950 sampai tahun 1955 terdapat

empat kabinet yang memerintah, sehingga rata-rata tiap tahun terdapat pergantian

kabinet. Pergantian kabinet ini akan berpengaruh terhadap kestabilan politik dalam

negeri. Pernyataan ini sesuai yang dipaparkan oleh Poesponegoro (1984), yang

menyatakan bahwa :

Dapat digambarkan, bahwa dalam waktu rata-rata satu tahun itu, tidak ada

kabinmet yang dapat melaksanakan programnya, karena parlemen terlalu sering

menjatuhkan kabinetnya sendiri. Boleh dikatakan bahwa semua kabinet, termasuk

yang resminya bersifat Zaken Kabinet (yang mentetri-menterinya dianggap ahli

pada bidangnya masing-masing), didukung oleh koalisi di antara berbagai partai.

Inilah yang menyebabkan berkecamuknya instabilitas politik (Poesponegoro,

1984: 213).

Pemerintah Indonesia yang lahir dari Proklamasi Kemerdekaan pada 17

Agustus 1945 sebenarnya tidak dapat segera melakukan transformasi ekonomi dan

politik dari ekonomi dan politik kolonial menjadi suatu ekonomi dan politik nasional

karena masalah politik yang belum tuntas yaitu adanya agresi Belanda. Dapat

diperkirakan titik awal transformasi ekonomi-politik kolonial ke arah ekonomi-politik

nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun upaya

ini mengalami berbagai hambatan baik dari dalam maupun luar negeri. Di bawah

kepemimpinan Kabinet Natsir, masalah ekonomi moneter yang sangat menonjol

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

26

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

antara lain ialah masalah nasionalisasi perusahaan milik kolonial Belanda dan

masalah utang kolonial Belanda yang diwariskan pada pemerintah Indonesia

berdasarkan kesepakatan dalam KMB. Hal ini tentu saja berdampak pada nilai inflasi

yang semakin membesar. Tetapi pada masa ini, perekonomian Indonesia dapat

dikatakan sedikit meningkat bila dibandingkan dengan masa sebelumnya karena ada

keuntungan dari terjadinya Korea Boom yang menyebabkan nilai pendapatan ekspor

Indonesia naik dan devisa negara pun bertambah.

Selanjutnya buku ini menjelaskan mengenai karakteristik kehidupan politik

selama pergantian kabinet. Pertama selama Kabinet Sukiman defisit anggaran

meningkat lagi. Keputusan penting yang diambil oleh kabinet ini adalah

menasionalisasi De Javashe Bank. Namun, setelah Kabinet Sukiman jatuh Indonesia

kembali mengalami krisis pemerintahan. Hal ini disebabkan karena dalam waktu

yang hanya satu tahun itu sudah tentu program kabinet yang direncanakan tidak bisa

terlaksana. Salah satu faktor penyebab jatuhnya kabinet-kabinet itu ialah dalam

rangka sistem ekonomi parlementer yang liberal yaitu adanya sepuluh partai dan

beberapa fraksi dalam parlemen yang mayoritas anggotanya berasal dari Masyumi

dan PNI (Poesponegoro, 1984: 215).

Kedua, masa kabinet Wilopo berniat untuk meningkatkan anggaran

berimbang dan melakukan pengetatan impor namun mengalami hambatan karena

terjadinya peristiwa kudeta oleh angkatan bersenjata (Oktober 1952) yang mengalami

kegagalan. Anggaran pemerintah tetap mengalami defisit walaupun jumlahnya

kurang dari yang diperkirakan semula. Untuk menangani masalah defisit ini maka

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

27

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pemerintah menerapkan sistem sertifikat devisa. Sedangkan dalam masalah konstelasi

politik pada masa kabinet ini partai-partai kecil tetap diperhitungkan agar dapat

mencapai mayoritas di parlemen. Program Kabinet Wilopo lebih ditujukan pada

persiapan pelaksanaan pemilihan umum (untuk Konstituante, DPR dan DPRD),

kemakmuran, pendidikan rakyat, dan keamanan. Sedangkan program luar negeri

lebih ditujukan pada penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda dan

pengembalian Irian Barat ke Indonesia serta menjalankan politik bebas aktif menuju

perdamaian dunia (Poesponegoro, 1984: 216-217).

Ketiga dan keempat, Ketika kabinet Ali Satroamidjojo bagian pertama

memimpin, utang pemerintah meningkat dan cadangan Internasional terkuras. Untuk

mengatasi ini, kabinet secara sepihak membatalkan bagian yang berkenaan dengan

kebijakan perdagangan. Dalam pelaksanaannya, program Benteng dilakukan secara

screening yang lebih ketat. Setelah itu pada tahun 1955 dibentuk kabinet

Burhanuddin Harahap yang behasil menghilangkan defisit anggaran praktis dan

menghapuskan sistim sertifikasi impor. Periode kabinet ini dimulai dengan

dilaksanakannya pemilihan umum satu dan berakhir dengan diumumkannya Dekrit

Presiden tahun 1959 tentang kembalinya ke UUD 1945 yaitu pada masa kabinet

terakhir yaitu Kabinet Djuanda. Permasalahan yang timbul setelah Pemilihan Umum

1955 ialah ketika munculnya kekuatan baru yaitu NU dan PKI sebagai partai besar

yang saling bersaing dengan partai lainnya.

Kelima, Pada tahun 1956 kabinet Burhanuddin digantikan oleh kabinet Ali

Satroamidjojo bagian kedua. Namun tetap saja Indonesia mengalami krisis baik itu

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

28

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

krisis politik maupun krisis ekonomi. Masalah politik yang terjadi masih mengenai

permasalahan partai koalisi maupun oposisi. Sedangkan masalah ekonomi ialah

mengenai masalah defisit yang semakin membesar. Pada bulan Agustus 1956

pemerintah terpaksa meminta bantuan International Monetary Fund (IMF) dan

memperoleh pinjaman sebesar US$ 55 juta. Pemerintah juga memutuskan untuk tidak

lagi membayar utang kepada Negeri Belanda.

Keenam, ketika situasi politik dalam negeri semakin kacau yang disebabkan

karena munculnya banyak partai-partai politik yang saling bersaing, pada bulan Maret

1957 pemerintah membentuk kabinet Djuanda di luar persetujuan parlemen. Pada

masa kabinet ini pun defisit anggaran belanja negara masih membengkak. Ditambah

dengan memuncaknya masalah Irian Barat, pemerintah membiarkan pengambil-

alihan perusahaan-perusahaan Belanda yang bermula dengan pemogokan oleh

pekerja perusahaan pelayaran. Sampai pada berakhirnya masa Demokrasi Liberal

kondisi perekonomian Indonesia masih berada dalam keaadan surplus dengan inflasi

dan defisit yang tinggi walaupun disamping itu terdapat pula peningkatan ekonomi

yang rendah.

Selanjutnya buku karya M.C. Ricklefs (2007) yang berjudul Sejarah

Indonesia Modern dijelaskan mengenai kehidupan politik Indonesia masa Demokrasi

Terpimpin. Ricklefs (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa sama halnya dengan

masa Demokrasi Liberal yang telah dipaparkan diatas, pada masa setelahnya pun

yakni pada masa Demokrasi Terpimpin, pasang surut perekonomian di Indonesia

masih terjadi. Inflasi dan defisit masih menjadi permasalahan utama dalam

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

29

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perekonomian Indonesia pada masa ini. Tetapi yang membedakan disini ialah kondisi

politik yang mempengaruhi kondisi ekonomi pada saat itu. jika pada masa Demokrasi

Liberal, permasalahan ekonomi ditangani oleh beberapa kabinet yang silih berganti.

Tetapi pada masa Demokrasi Terpimpin ini seluruh urusan negara diatur dan

ditentukan oleh kepala negara yaitu Presiden Soekarno, karena menurut Presiden

Soekarno makna dari Demokrasi Terpimpin ialah demokrasi yang dipimpin sehingga

disini peran pemimpin sangatlah menonjol, dalam hal ini ialah Presiden Soekarno.

masalah politik yang terjadi pada masa ini ialah munculnya tiga kekuatan politik

besar di Indonesia yang saling bertentangan dan memiliki kepentingan masing-

masing. Tiga kekuatan tersebut ialah antara Soekarno, TNI-AD dan PKI.

Dalam membahas mengenai kondisi politik Indonesia yang mempengaruhi

kehidupan perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin ini, akan

penulis paparkan berdasarkan buku yang disunting oleh Hadi Soesastro, dkk (2005)

yang berjudul Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah

Abad Terakhir 2 1959-1966. Buku ini menjelaskan mengenai hubungan antara

kehidupan politik dan kehidupan ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin. Sama

halnya dengan masa Demokrasi Liberal, pada Demokrasi Terpimpin Indonesia

mengalami ketidakstabilan politik yang berpengaruh pada perekonomian Indonesia

bahkan pada masa ini perekonomian Indonesia lebih memburuk lagi karena Indonesia

hanya dipimpin oleh penguasa tunggal yaitu Presiden Soekarno yang lebih

mementingkan permasalahan politik.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

30

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Demokrasi terpimpin dimulai sejak konsep Demokrasi Terpimpin yang

diajukan oleh Presiden Soekarno diterima masyarakat. Selain itu, Demokrasi

Terpimpin ditandai pula oleh Dekrit Presiden 1959 mengenai kembalinya kepada

UUD 1945. Pada masa ekonomi terpimpin kepemimpinan negara berada ditangan

Presiden dan dukungan ABRI dan partai-partai. Bagi pemerintah yang penting pada

saat itu ialah bahwa fungsi pengawasan parlemen terhadap jumlah sirkulasi uang

dihapus sehingga pemerintah dapat mencetak uang tanpa pengawasan dan tanpa

batas. Laju inflasi yang sudah mulai terasa meningkat tajam pada tahun 1956 yang

akhirnya mengakibatkan runtuhnya periode Demokrasi Liberal tersebut. Sedangkan

ekonomi dipimpin oleh politik.

Pada awal-awal periode Demokrasi Terpimpin rupanya keadaan ekonomi

akan membaik, terlihat dari adanya pemulihan keadaan produksi perkebunan-

perkebunan. Misalnya disektor gula, panen dalam tahun 1959 mencapai puncak pada

masa pasca kolonial. Tahun 1959 sampai 1960-1961 rupanya ada perbaikan keadaan

ekonomi Indonesia karena adanya anggaran belanja seimbang dan valuta asing yang

cukup besar. Walaupun pada tahun-tahun sebelumnya Indonesia masih berada dalam

kondisi kekacauan politik seperti konflik tentang Irian Barat dan konfrontasi dengan

Malaysia yang menyebabkan Indonesia terdorong ke dalam isolasi ekonomi yang

merosotkan produksi dan investasi.

Gambaran politik Indonesia antara tahun 1960-1965 merupakan suatu kondisi

yang memuncak, dimana terlihat kepentingan-kepentingan dari setiap kekuatan

politik yang muncul berlomba-lomba untuk menyebarkan pengaruhnya. Pembahasan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

31

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengenai hal ini penulis temukan dalam buku karya R. E. Elson (2009) yang berjudul

The Idea Of Indonesia Sejarah Pemikiran dan Gagasan di Indonesia. Buku ini

menjelaskan bahwa Pada masa demokrasi terpimpin, kegiatan poltik lebih menonjol

bila dibandingkan dengan perkembangan kehidupan ekonomi. Hal ini disebabkan

karena pemerintah Indonesia mengutamakan untuk menstabilkan kehidupan poltik

terlebih dahulu. Pada masa demokrasi terpimpin pun peran Presiden Soekarno sangat

besar dalam segala kegiatan terutama sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden tahun

1959. Selain itu, pada masa ini ketidakstabilan politik dalam negeri terlihat pada saat

muncul tiga keuatan besar di Indonesia diantaranya yaitu Islam (NU), TNI-AD dan

Komunis (PKI). Masalah lain yang muncul ialah dalam komposisi DPR-GR (Dewan

Perwakilan Rakyat-Gotong Royong) yang dianggap tidak sesuai berdasarkan

perbandingan jumlah perwakilan dari masing-masing golongan/partai.

Dalam periode ini, terjadi pula hyperinflasi. Tingkat hyperinflasi dicapai

dalam pertengahan bulan Juni tahun 1966 sebesar 650%. Sedangkan pada tahun 1965

jumlah pengeluaran negara mencapai kurang lebih Rp. 1,8 triliyun yang juga

diperuntukan untuk menumpas Gestapu-PKI karena pada saat itu, menurut

Menteri/Gubernur Bank Sentral yaitu Yusuf Muda mengatakan bahwa 20% (Rp 500

milyar) dari uang peredaran milik negara berada di tangan PKI.

Relevansi pembahasan dalam buku-buku diatas dengan penelitian penulis

ialah bahwa dalam buku ini dipaparkan secara deskriptis kondisi dan karakteristik

perekonomian Indonesia dalam masa kepemimpinan Soekarno yang terbagi kedalam

dua periode yaitu periode Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

32

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendeskripsian perekonomian pada kedua masa ini sangat berhubungan erat dengan

periode yang penulis ambil dalam penelitian. Konsep inflasi, defisit, surplus,

kebijakan moneter dan kebijakan ekonomi serta kebijakan poltik yang dikeluarkan

pemerintah yang digambarkan dalam kedua buku ini menjadi acuan dalam

menggambarkan peranan Bank Indonesia dalam menghadapi permasalahan

perekonomian yang dihadapi Indonesia pada kedua masa ini. Selain itu, permasalahan

politik yang terjadi dalam periode-peride ini menjadi suatu hal yang penting dalam

proses mengembangkan ekonomi nasional. Dalam masa konsolidasi politik,

perkembangan ekonomi tentunya dipengaruhi pula oleh peristiwa yang terjadi dan

kepentingan-kepentingan politik tersebut.

2.2 Sistem Perekonomian Indonesia 1953-1966

Perekonomian Indonesia selama tahun 1953-1966 tidak dapat dilepaskan dari

peristiwa-peristiwa politik yang terjadi pada masa ini, karena masa ini dapat

dikatakan sebagai masa transisi menuju kemerdekaan Indonesia seutuhnya. Masa ini

disebut sebagai masa konsolidasi politik karena pada masa ini pemerintah lebih

menekankan kepentingannya terhadap permasalahan-permasalahan politik yang

terjadi. Pada masa konsolidasi ini, perkembangan ekonomi tentunya dipengaruhi pula

oleh tujuan-tujuan politik. Selaras dengan konsolidasi politik yang menitik beratkan

pada unsur-unsur nasional, salah satu tujuan utama dalam bidang ekonomi pada masa

ini pun ialah untuk mengubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Buku

yang digunakan dalam membahas persoalan ini ialah buku karya Oey Beng To (1991)

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

33

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang berjudul Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia dan buku karya Hadi Soesastro,

dkk (2005) yang berjudul Pemikiran dan Permasalahn Ekonomi di Indonesia dalam

Setengah Abad Terakhir Jilid 1 (1945-1959) dan Jilid 2 (1959-1966), buku karya

Mohammad Hatta (1960) yang berjudul Ekonomi Terpimpin, buku karya P.C. Suroso

(1993) yang berjudul Perekonomian Indonesia.

Buku pertama yang digunakan penulis untuk melihat gambaran ekonomi ialah

buku karya Oey Beng To (1991) yang berjudul Sejarah Kebijakan Moneter

Indonesia. Buku ini menjelaskan proses perubahan ini merupakan cikal bakal dari

sistem ekonomi yang akan diterapkan Indonesia pada masa setelahnya. Dalam masa

transisi antara ekonomi kolonial menuju ekonomi nasional terdapat suatu dinamika

dan proses panjang untuk menentukan arah jati diri bangsa Indonesia seutuhnya.

Dalam buku ini dibahas pula mengenai kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah untuk menangani pemasalahan ekonomi Indonesia pada masa konsolidasi

politik ini.

Langkah awal yang harus dilakukan pemerintah dalam mengubah ekonomi

kolonial menjadi ekonomi nasional ialah pemerintah Republik Indonesia harus

memberi kesempatan lebih besar kepada para pengusaha pribumi untuk

mengembangkan peranannya dalam lapangan ekonomi Indonesia. Sistem ekonomi

nasional yang diterapkan di Indonesia berlandaskan pada diberlakukannya kembali

UUD 1945. Dalam hal ini terlihat bahwa pemerintah Indonesia menginginkan adanya

suatu jati diri bangsa yang kuat dan tidak terpengaruh oleh intervensi asing dalam

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

34

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pelaksanaan sistem ekonomi setelah Indonesia merdeka. Dalam buku karya

Tambunan (2009) yang berjudul Perekonomian Indonesia, dijelaskan bahwa:

Soekarno sebagai Bapak Proklamator Kemerdekaan Indonesia sangat

membenci dasar-dasar pemikiran Barat, termasuk sistem ekonomi

liberal/kapitalismenya. Soekarno menganggap sistem kapitalisme-liberalisme

selama penjajahan Belanda telah benar-benar menyengsarakan rakyat Indonesia

sehingga aliran ini harus dibenci dan diusir dari Indonesia. Menurut Soekarno,

untuk mengusir dan mengimbangi kekuatan ekonomi Barat berlandaskan

kapitalisme-liberalisme, Indonesia harus menerapkan pemikiran dari

Marhaenisme, yaitu Marxisme (Tambunan, 2009: 11).

Namun pada masa Demokrasi Liberal, sistem ekonomi nasional berdasarkan

konsepsi Presiden Soekarno itu tidak terlalu dihiraukan bahkan tidak direalisasikan,

karena pada saat itu Indonesia menganut sistem parlementer sehingga tampuk

kepemimpinan berada dibawah kabinet yang berkuasa. Sehingga dalam hal ini sistem

ekonomi yang dijalankan di Indonesia tetap sistem ekonomi nasional, hanya saja

pelaksanaannya bukan berdasarkan pada prinsip Marhaenisme melainkan kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh setiap kabinet dalam masa Demokrasi Liberal.

Kebijakan-kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh setiap kabinet yang berkuasa

memiliki karakteristik tersendiri dalam membawa Indonesia ke arah perbaikan

ekonomi.

Pembahasan sistem perekonomian pada masa Demokrasi Liberal penulis

temukan dalam buku karya Suroso (1993) yang berjudul Perekonomian Indonesia.

Buku ini menyatakan bahwa dalam masa Demokrasi Liberal, konstelasi politik yang

terjadi menyebabkan nilai inflasi yang melambung tinggi baik itu disebabkan karena

kekacauan politik dalam negeri seperti pemberontakan-pemberontakan di berbagai

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

35

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

daerah maupun pertentangan dengan pihak asing terutama Belanda. Selain itu terjadi

pula kelangkaan devisa dan penurunan produktifitas ekonomi yang menyebabkan

tidak mencukupinya persediaan barang konsumsi yang penting. Anngaran Belanja

Pemerintah pun tidak mencukupi untuk mengatasi masalah ini bahkan dapat

dikatakan sangat kurang untuk menutupinya. Oleh sebab itu, permasalahan ini

menuntut pemerintah untuk menyusun rencana stabilitas ekonomi sampai rencana

pembangunan ekonomi untuk mengatasa masalah ekonomi moneter tersebut.

Selain itu Suroso (1993) pun menjelaskan pemerintah dituntut untuk bertindak

cepat agar permasalahan ini tidak semakin meluas ddan merambat pada permasalahan

lainnya. Pada kurun waktu 1950-1953 pemerintah telah mengeluarkan beberapa

kebijakan ekonomi yang dinilai sangat luar biasa dan diharapkan dapat mengatasi

permasalahan diatas. Kebijakan ekonomi ini dijalankan dibawah kepemimpinan lima

kabinet yaitu Mohammad Hatta (RIS), Mohammad Natsir, Soekiman Wirjosandjojo,

Wilopo dan Ali Sastroamidjojo. Pada awal bulan Maret 1950 kebijakan yang

dikeluarkan meliputi sistem sertifikat devisa dan penyehatan uang dengan jalan

mengurangi volume uang secara serentak, dikenal sebagai tindakan “gunting

Syafruddin”. Lalu dilanjutkan dengan penyeragaman berbagai jenis mata uang yang

beredar dalam masyarakat dengan melakukan pergantian ORI (Oeang Repoeblik

Indonesia) dan jenis-jenis uang lainnya ke dalam uang baru. Kebijakan ini disertai

dengan devaluasi mata uang rupiah pada tanggal 4 Februari 1952 dengan presentase

yang cukup besar.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

36

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pembahasan mengenai tindakan moneter dijelaskan dalam buku karya Oey

Beng To (1991) yang berjudul Sejarah Kebijaksanaan Moneter. Buku ini membahas

mengenai tindakan moneter dan peraturan devisa tersebut merupakan peristiwa

penting yang telah mempengaruhi dan menentukan perkembangan ekenomi serta

moneter pada tahun 1950-1953 yang juga berpengaruh pada periode-periode

setelahnya. Dilihat dari sudut kebijakan moneter, maka diberlakukannya sistem

sertifikat devisa dan devaluasi mata uang rupiah merupakan tindakan yang paling

penting dari kebijakan moneter lainnya karena sistem dan devaluasi tersebut

merupakan sarana utama bagi perkembangan ekonomi dan moneter dalam masa

1950-1953.

Sebenarnya sistem sertifikat devisa telah membuka sejarah baru dalam

perkembangan moneter di Indonesia, yaitu diberlakukannya sistem multiple exchange

rates (kurs berganda) yang telah digunakan bertahun-tahun sampai pada tahun 1968.

Terlepas dari tujuan utamanya yaitu untuk merangsang ekspor, sistem tersebut pun

telah disertai dengan sertifikat indusemen yang pada awalnya diadakan khusus untuk

ekspor karet rakyat dari Kalimantan Barat pada tahun 1947. Berdasarkan buku karya

Oey Beng To disebutkan bahwa setidaknya terdapat tiga tujuan dari deterapkannya

sistem sertifikat devisa tersebut.

Sistem sertifikat devisa bertujuan untuk: (1) menghentikan atau sedikitnya

meredakan sebanyak mungkin perkembangan inflasi didalam negeri; (2)

memperbaiki perkembangan neraca pembayaran; (3) menggali sumber pendapatan

bagi pemerintah untuk menutup kekurangan dalam Anggaran Belanja (Beng To,

1991: 121).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

37

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada tahun 1952 pun, terjadi peristiwa yang tidak muncul ke permukaan

namun turut berpengaruh dalam perekonomian Indonesia yakni pembukaan kembali

Bursa Efek Jakarta, setelah sebelumnya perdagangan efek seluruhnya terhenti selama

perang dunia dan perjuangan fisik melawan Belanda. Perdagangan efek di Indonesia

menunjukan kegiatan yang cukup aktif sebelum perang dunia kedua.

Namun kebijakan moneter yang telah dikeluarkan tersebut ternyata

dihadapkan pada kondisi keamanan negara yang cukup sulit dan kacau, terutama jika

dilihat dari sudut situasi politik yang kacau merupakan tindakan yang tepat dan

berani. Akan tetapi, pada kenyataannya sertifikat devisa yang pada awalnya

diharapkan dapat menekan nilai inflasi ternyata kandas sama sekali yang disebabkan

pula oleh defisit pemerintah sejak berakhirnya pertentangan dengan Belanda. Bahkan

nilai inflasi pun melambung tinggi yang juga diperparah oleh sektor ekspor yang

menurun. Hal ini sesuai dengan pemaparan Poesponegoro (1984), yang menyebutkan

bahwa krisis moneter yang dihadapi pemerintah ialah defisit anggaran belanja pada

tahun 1952 sebanyak 3 milyar rupiah, ditambah dengan sisa defisit anggaran tahun

sebelumnya sebesar 1,7 milyar rupiah… (Poesponegoro, 1984: 241).

Karakteristik kebijakan ekonomi yang dikeluarkan setiap kabinet dalam masa

Demokrasi Liberal, ikut pula mewarnai sistem perekonomian di Indonesia. Hal ini

tergambarkan dalam buku karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho

Notosusanto (1984) yang berjudul Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI, di bawah

Perdana Menteri Natsir, untuk menghidarkan inflasi dilakukan pengetatan anggaran

pemerintah. Meskipun kabinet ini hanya memimpin selama 6 bulan tetapi dinilai

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

38

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

paling berdedikasi dalam menangani masalah ekonomi. Kebijakan yang dilakukan

ialah meliberalisali impor akibat peningkatan pendapatan ekspor untuk membantu

mengendalikan inflasi. Selain itu dikeluarkan pula berbagai kebijakan yang bersifat

nasionalistis, seperti Rencana Urgensi Perekonomian dan program Benteng.

Sementara Kabinet Sukiman berusaha membatasi krisis moneter. Salah satu

usaha yang ditempuh ialah dengan melakukan nasionalisasi terhadap De Javasche

Bank . Sedangkan Kabinet Wilopo lebih melakukan pengetatan pada sektor impor.

Kabinet Ali Sastroamidjojo bagian pertama lebih mengutamakan kebijakan

Indonesianisasi, yaitu mendorong tumbuh dan berkembangnya pengusaha-pengusaha

swasta nasional pribumi dalam usaha untuk mendobrak ekonomi kolonial menjadi

ekonomi nasional. Selama Kabinet Burhanuddin, dilakukan liberalisasi impor,

kebijakan uang ketat untuk menekan laju uang beredar dan penyempurnaan Program

Benteng serta memperbolehkan investasi asing masuk ke Indonesia dan pemberian

bantuan terhadap pengusaha pribumi.

Pembahasan mengenai sistem ekonomi yang digunakan pada masa Demokrasi

Terpimpin penulis temukan dalam buku karya Mohammad Hatta (1960) yang

berjudul Ekonomi Terpimpin. Hatta dalam bukunya memaparkan bahwa pada masa

Demokrasi Terpimpin, Presiden Soekarno terlihat mulai memberi penekanan pada

sektor ekonomi. Dengan konsep terpimpin yang diusungnya, ia membubarkan

parlemen dan kedudukan para kabinet kini digantikan oleh peranan presiden sebagai

pemimpin negara yang seutuhnya. Termasuk dalam bidang ekonomi, setelah

Mohammad Hatta mengundurkan diri sebagai wakil presiden pada tanggal 1

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

39

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Desember 1956 lantas tidak ada lagi pendamping Presiden Soekarno yang ia jadikan

pula sebagai penasihat ekonomi. Oleh sebab itu, Presiden Soekarno mulai

melancarkan berbagai konsep yang dianggap sebagai kebijakan yang ia keluarkan

untuk mengatasi permasalahan ekonomi Indonesia.

Pemaparan mengenai konsep ekonomi Presiden Soekarno, penulis temukan

dalam buku yang disunting oleh Hadi Soesatro dkk (2005) yang berjudul Pemikiran

dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir 2 1959-

1966. Buku ini merupakan kumpulan dari beberapa tulisan, yang salah satunya yaitu

karya Soerjadi yang menulis tentang Ekonomi Terpimpin. Pada tahun 1957, Soekarno

merencanakan “Ekonomi Terpimpin” yang lebih memperkuat lagi sistem ekonomi

komando, dan selama tahun 1957-1958 terjadi nasionalisasi perusahaan-perusahaan

Belanda walaupun pada tahun 1951-1953, pemerintah telah melakukan nasionalisasi

terhadap perusahaan Belanda yaitu De Javasche Bank. Dengan perancangan Ekonomi

Terpimpin, sistem politik Indonesia semakin dekat dengan haluan/pemikiran

sosialis/komunis. Walaupun ideologi Indonesia Pancasila, pengaruh ideologi komunis

dari negara bekas Uni Soviet dan Cina sangat kuat.

Sebenarnya pemerintah pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada

umumnya memilih haluan politik yang berbau komunis hanya merupakan suatu

refleksi dari perasaan antikolonialisasi, antiimperialisasi, dan antikapitalisasi pada

masa itu. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Soekarno percaya bahwa pemikiran

Marxisme merupakan satu-satunya senjata yang ampuh untuk melawan kapitalisme.

Pada masa itu, prinsip-prinsip individualisme, persaingan bebas dan perusahaan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

40

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

swasta atau pribadi sangat ditentang oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya

karena prinsip-prinsip tersebut sering dikaitkan dengan pemikiran kapitalis. Keadaan

seperti ini membuat Indonesia semakin sulit mendapat dana dari negara-negara barat,

baik dalam bentuk pinjaman maupun penanaman modal asing (PMA), sedangkan

untuk membiayai rekontruksi ekonomi dan pembangunan selanjutnya Indonesia

sangat membutuhkan dana yang sangat besar.

Hingga akhir tahun 1950-an, tepatnya sebelum menasionalisasi perusahaan-

perusahaan Belanda, sumber utama penanaman modal asing di Indonesia berasal dari

Belanda yang sebagian besar untuk kegiatan ekspor hasil-hasil perkebunan dan

pertambangan serta untuk kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkait. Dari semua

perkebunan yang diandalkan untuk ekspor, tiga perempatnya jatuh ketangan Republik

Indonesia dengan program nasionalisasi yang disahkan parlemen tahun 1958. Dengan

demikian seluruh perekonomian kolonial bekas Hindia Belanda kini derada ditangan

negara.

Sejak akhir tahun 1957 sampai 1958 ekspor Indonesia sangat kurang.

Keadaan ekonomi kacau ditambah dengan adanya pemberontakan

PRRI/PERMESTA. Namun pada tahun 1959 rupanya keadaan ekonomi akan

membaik, terlihat dari adanya pemulihan keadaan produksi perkebunan-perkebunan.

Misalnya disektor gula, panen dalam tahun 1959 mencapai puncak pada masa pasca

kolonial. Tahun 1959 sampai 1960-1961 rupanya ada perbaikan keadaan ekonomi

Indonesia karena adanya anggaran belanja seimbang dan valuta asing yang cukup

besar. Selain itu, diantara tahun 1960-1965 terdapat dua dokumen politik ekonomi

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

41

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang dirancang untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi yaitu Rencana

Pembangunan Semesta 8 tahun (1961-1969) oleh Prof. Mohammad Yamin dan

Deklarasi Ekonomi (1963) oleh Presiden Soekarno.

Selanjutnya dibahas mengenai konsep Deklarasi ekonomi Presiden Soekarno

yang dikeluarkan pada masa Demokrasi Terpimpin. Pembahasan ini dipaparkan

dalam buku yang disunting oleh Hadi Susastro, dkk (2005) yang berjudul Pemikiran

dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir 2 1959-

1966. Di bagian pertama buku ini terdapat tulisan Bung Karno yang menjelaskan

tentang Deklarasi Ekonomi. Pada tahun 1963, Soekarno menyampaikan konsep

ekonomi yang dikenal dengan sebutan Deklarasi Ekonomi, yang berisi semacam

tekad untuk menggunakan sistem ekonomi pasar, sebagai “koreksi” terhadap praktik-

praktik ekonomi komando. Sayangnya, tekad ini dapat dilaksanakan karena tidak

mendapat dukungan dari partai-partai politik yang ada pada saat itu, termasuk Partai

Komunis Indonesia (PKI).

Prinsip-prinsip Deklarasi Ekonomi akhirnya dilupakan sebagian besar

masyarakat dan hingga berakhirnya masa pemerintahan Soekarno, sistem ekonomi

Indonesia yang berlaku tetap sistem ekonomi komao. Pada tahun 1957, Presiden

Soekarno mencanangkan “Ekonomi Terpimpin” yang lebih memperkuat lagi sistem

ekonomi komando, dan selama tahun 1957-1958 terjadi nasionalisasi perusahaan-

perusahaan Belanda (Tambunan, 2009: 13). Sebenarnya Deklarasi Ekonomi

dikeluarkan demi mewujudkan cita-cita ekonomi nasional yang pada saat Demokrasi

Liberal terhambat pelaksanaannya karena diterapkannya ekonomi liberal. Menurut

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

42

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

strategi dasar ekonomi Indonesia, maka dalam tahap pertama kita harus menciptakan

susunan ekonomi yang bersifat nasional dan demokratis, yang bersih dari sisa-sisa

imprealisme dan bersih dari sisa-sisa feodalisme. Sedangkan tahap kedua ialah

menciptakan ekonomi sosialis Indonesia, ekonomi tanpa penghisapan manusia oleh

manusia, maksudnya ialah ekonomi tanpa adanya eksploitasi manusia.

Menurut Presiden Soekarno, pada masa Demokrasi Terpimpin masyarakat

Indonesia sedang berada dalam tahap penemuan kembali revolusi kita. Oleh karena

itu, pada masa ini sistem ekonomi diperlukan untuk mengikis hgabis sisa-sisa

imprealisme dan feodalisme di bidang ekonomi, menggerakan semua potensi nasional

untuk meletakan dasar dan mempertumbuhkan suatu ekonomi nasional yang bebas

dari imprealisme dan feodalisme sebagai landasan menuju masyarakat Sosialis

Indonesia.

Pada pelaksanaan sistem ekonomi nasional berdasarkan Deklarasi ekonomi,

Rencama Pembangunan Semesta 8 tahun pun mulai dijalankan untuk mengatasi

permasalahan ekonomi jangka pendek. Namun dalam kenyataannya, pelaksanaan ini

mendapat tantangan dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Tantangan dari dalam

negeri itu berupa tanggapan-tanggapan atau ketidak setujuan banyak pihak dalam

kabinet tentang dilaksanakannya Deklarasi Ekonomi tersebut. Pihak yang menentang

tersebut beranggapan bahwa Bung Karno tidak terlalu pandai dalam mengatasi

permasalahan ekonomi. Sebagian pihak tersebut menganggap bahwa konsep-konsep

ekonomi yang dikeluarkan oleh Bung Karno lebih mengarah pada konsep pemikiran

marxis/komunis Selain itu, kekacauan ekonomi dalam negeri yang disebabkan oleh

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

43

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

inflasi dan defisit ikut menentukan pelaksanaan konsep Deklarasi Ekonomi tersebut.

Sedangkan tantangan dari luar negeri ialah masih banyaknya pihak asing yang

menguasai perusahaan-perusahaan di Indonesia yang tentunya dapat menghambat

pembangunan ekonomi Indonesia.

Namun disamping tantangan dan kekacauan yang dihadapi itu, Presiden

Soekarno telah menanamkan pula semangat mandiri dan program berdikari, program

swasembada pangan dan sandang, adanya program untuk memenuhi 9 bahan pokok

bagi rakyat. Dua jasa besar Presiden Soekarno dalam bidang perekonomian

berdasarkan konsep Deklarasi Ekonominya yakni dalam hal Pertamina dan

Perkebunan. Pendobrakan yang dilakukan terhadap monopoli dan dominasi asing

dalam bidang perminyakan dengan dikeluarkannya UU Perminyakan Nasional dan

Pertamina merpakan usaha yang nyata. Sedangkan dalam bidang perkebunan jasa

bung karno terlihat pada saat beliau tidak tunduk pada tekanan politik dan tidak

menyerahkan pimpinan dan pembinaan perkebunan pada pihak PKI. Selain itu beliau

berhasil mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang pengoperan manajemen

perkebunan oleh pemerintah pada tahun 1965.

Keterkaitan antara pembahasan dalam buku diatas mengenai sistem ekonomi

di Indonesia dengan penelitian penulis ialah terlihat dalam kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah perekonomian Indonesia.

Kebijakan-kebijakan ini akan berhubungan langsung dengan lembaga keuangan pusat

yang berttugas untuk mengaturnya dalam hal ini ialah bank sentral yang ada di

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

44

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Indonesia. Pemerintah hanyalah aktor yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan

tersebut, tetapi pada aplikasinya kebijakan itu dilaksanakan oleh bank sentral.

2.3 Lembaga-lembaga Keuangan di Indonesia

Pembahasan mengenai Lembaga-lembaga keuangan di Indonesia pada masa

kemerdekaan penulis temukan dalam buku karya Thomas Suyatno, dkk (1993) yang

berjudul Kelembagaan Perbankan Edisi Pertama dan Edisi Kedua, buku karya

Muchdarsyah Sinungan (1995) yang berjudul Uang & Bank, buku karya Widjananrto

(1997) yang berjudul Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Buku-buku ini

membahas mengenai lembaga keuangan yang ada di Indonesia yang penulis

khususkan pada masa kemerdekaan dan setelahnya. Setelah Indonesia merdeka dan

lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang, Indonesia dituntut untuk mengatur

perekonomiannya sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak luar/asing.

Pembahasan mengenai De Javasche Bank dijelaskan dalam buku kara M.

Dawam Rahardjo (1995) yang berjudul Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah

Bangsa. Rahardjo (1995) dalam bukunya menjelaskan selama penjajahan Belanda

keuangan dan perekonomian Indonesia diatur oleh sebuah Bank yang didirikan

pemerintah kolonial Belanda yang khusus mengatur lalu lintas perekonomian Hindia-

Belanda yakni De Javasche Bank. Pada jaman Hindia Belanda De Javasche Bank

ditunjuk sebagai bank sirkulasi yang berbentuk Perseroan Terbatas (Naamlooze

Vennootschap).

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

45

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada jaman penjajahan Jepang, pada saat pendudukan Jepang di Indonesia

lembaga keuangan yang digunakan ialah Nanpo Kaihatsu Ginko, namun De Javasche

Bank masih digunakan sebagai lembaga keuangan yang mengatur keuangan Hindia-

Belanda. Ketika Jepang terusir dari Indonesia pun, De Javasche Bank kembali

dijadikan sebagai lembaga keuangan pusat di Hindia-Belanda disertai dengan

lembaga keuangan asing milik pihak kolonial lainnya. Setelah runtuhnya kekuasaan

Jepang, pihak kolonial Belanda segera memulihkan operasi dan kedudukannya yang

dominan di Indonesia.

Buku karya Muchdarsyah Sinungan (1995) yang berjudul Uang & Bank

menjelaskan mengenai sejarah kelembagaan Bank di Indonesia sejak masa

kemerdekaan sampai masa Orde Baru. Dalam buku ini dijelaskan bahwa setelah

Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, pemerintah Indonesia mulai

mendirikan beberapa bank dan lembaga keuangan lainnya untuk mengatur

perekonomian Indonesia. Ketika Indonesia baru merdeka, unsur kolonial masih kental

termasuk dalam bidang perbankan. Oleh karena itu usaha untuk memasukan unsur

nasional sangatlah kuat pada saat itu. Pada tahun 1950-1953, pemerintah Indonesia

mulai lebih banyak memasukkan unsur nasional dalam bidang perbankan. Dalam

usaha pembangunan kekuatan ekonomi nasional tersebut diwujudkan dengan

pembangunan bank-bank baru baik itu bank pemerintah maupun bank swasta serta

mengembangkan operasi bank-bank nasional.

Bank dianggap sebagai suatu badan usaha yang sangat penting dan diperlukan

dalam suatu negara dengan tujuan untuk mengatur perekonomian negara tersebut.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

46

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002: 103-104) bank

merupakan badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di

masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa pada lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang. Menurut A. Abdurrachman (LP3ES, 1995: 16) definisi bank yaitu

lembaga keuangan yang melaksanakan pelbagai macam jasa, seperti pemberian

pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak

sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha pengusaha dan

lain-lain.

Di negara-negara yang sedang berkembang, dalam hal ini Indonesia,

pemerintah pada umumnya berperan sebagai agen pembangunan dan perubahan

sosial. Dalam menjalankan peranannya itu, pemerintah membutuhkan dukungan bank

sentral sebagai lembaga yang berperan penting dalam pembiayaan pembangunan.

Secara umum bank sentral adalah sebuah lembaga yang diserahi tugas untuk

mengontrol sistem keuangan dan perbankan (Rahardjo, 1995: 17). Perekonomian

Indonesia yang tidak stabil pasca kemerdekaan yang ditandai oleh inflasi dan defisit

yang tinggi memicu pemerintah Indonesia untuk mendirikan suatu lembaga keuangan

pusat (bank sentral) yang mampu mengatur perekonomian Indonesia.

Pemerintah Indonesia mencoba untuk mendirikan Bank Indonesia yang dengan

mendirikan Jajasan Poesat Bank Indonesia pada tanggal 9 Oktober 1945, sebagai

langkah awal untuk membentuk satu-satunya bank sirkulasi sebagaimana yang

telah ada sejak jaman Hindia-Belanda dan bank sentral pertama yang sebelumnya

memang belum ada di Indonesia. Melalui Undang-Undang No. 2 Prp. Tahun 1946,

Jajasan Poesat Bank Indonesia tersebut dilebur menjadi Bank Negara Indonesia,

yang ditetapkan dan diharapkan dapat bekerja sebagai bank sentral milik Negara

Republik Indonesia. Namun karena berbagai faktor hambatan yang dihadapi, Bank

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

47

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Negara Indonesia ternyata tidak berkesempatan untuk menyelenggarakan fungsi

yang telah dipikulkan kepadanya oleh undang-undang (Rahardjo, 1995: 2).

Faktor politik yang terjadi pada saat itu pun ternyata memiliki pengaruh

terhadap usaha pendirian suatu bank sentral di Indonesia. Pasca Indonesia merdeka

tahun 1945, Indonesia tidak dapat lepas begitu saja dari pemerintah kolonial Belanda

yang pernah menjajahnya. Pengaruh dari pihak kolonial tersebut masih terasa dalam

bidang politik maupun ekonomi. Hal ini ditandai dengan terjadinya Agresi Militer

Belanda I tahun 1947 dan Agresi Militer Belanda II tahun 1948. Timbulnya berbagai

pengaruh pihak kolonial pasca kemerdekaan RI ini memicu pemerintah Indonesia

untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan jalan diplomasi. Upaya yang ditempuh

ialah dengan melakukan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag pada tahun

1949. Hasil dari konferensi ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan politik saja

tetapi juga mencoba menyelesaikan permasalahan ekonomi Indonesia yang masih ada

sangkut pautnya dengan pihak kolonial salah satunya ialah masalah De Javasche

Bank.

Sejarah di nasionalisasikannya De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia

penulis temukan dalam buku karya Hadi Soesastro, dkk (2005) yang berjudul

Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir

1 1945-1959. Salah satu hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) dalam bidang

perekonomian ialah memutuskan bahwa De Javasche Bank yang ditunjuk sebagai

bank sentral bagi Indonesia sedangkan Bank Negara Indonesia (BNI 46) ditugasi

sebagai bank pembangunan (Rachbini, 2000:1). De Javasche Bank yang pada saat itu

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

48

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

masih berstatus sebagai bank sirkulasi dialih fungsikan menjadi bank sentral untuk

negara Indonesia. Salah satu alasan ditunjuknya De Javasche Bank sebagai bank

sentral di Indonesia karena De Javasche Bank dianggap sebagai bank yang telah

berpengalaman dalam mengatur keuangan suatu negara, dalam hal ini ialah Hindia-

Belanda. Sedangkan Bank Negara Indonesia yang baru didirikan hanya dijadikan

sebagai bank pembangunan dibawah naungan bank sentral.

Status De Javasche Bank yang pada saat itu masih milik Belanda, memicu

pemerintah Indonesia untuk melakukan nasionalisasi De Javasche Bank. Pada tanggal

1 Juli 1953 Bank Indonesia resmi didirikan menggantikan De Javasche Bank.

Fungsinya pun dialihkan dari bank sirkulasi menjadi bank sentral. Sebenarnya, proses

nasionalisasi ini telah direncanakan sejak tahun 1951 dengan membentuk Panitia

Nasionalisasi De Javasche Bank. Panitia itu, yang mempunyai kekuasaan untuk

mengambil tindakan-tindakan persiapan dan untuk mengadakan perundingan-

perundingan mengenai nasionalisasi bank atas nama pemerintah, mempunyai tugas

untuk mengajukan usul-usul mengenai nasionalisasi itu kepada pemerintah pada

umumnyadan untuk memajukan rencana undang-undang nasionalisasi pada

khususnya (Soesastro, 2005: 95)

Setelah Bank Indonesia diresmikan sebagai bank sentral, tentu saja fungsi dan

perannya pun menjadi lebih besar karena bank sentral merupakan the bankers’ bank

yaitu bank dari semua bank. Salah satu fungsi dari bank sentral adalah sebagai banker

pemerintah. Oleh karena itu, wajar jika bank sentral harus memenuhi kebutuhan

pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah. Tetapi bentuk dan sifat dati peranan

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

49

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bank sentral sebagai bankir pemerintah tersebut di negara yang sedang berkembang

akan dipengaruhi oleh peranan kongkrit yang dijalankan oleh pemerintah sebagai

agen pembangunan (Rahardjo, 1995: 16).

Secara umum bank sentral adalah sebuah lembaga yang diberi tugas untuk

mengontrol sistem keuangan dan perbankan. Untuk menjalankan peranannya itu,

pada umumnya bank sentral diberi hak monopoli untuk mengeluarkan uang dan

wewenang prerogratif untuk jumlah uang beredar. Disamping itu, bank sentral juga

diberi fungsi dan wewenang untuk membina dan mengawasi kegiatan perbankan

sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary). Dalam menjalankan

fungsinya itu, bank sentral mempunyai peranan khusus dalam sistem moneter sebagai

sumber peminjaman bagi bank-bank lain. Dalam fungsinya ini, bank sentral sekaligus

juga berperan dalam mengembangkan sistem perkreditan yang sehat (Rahardjo, 1995:

17).

Sejak disahkannya Bank Indonesia menjadi bank sentral Indonesia, fungsi dan

peranannya pun menjadi lebih luas dan kompleks. Tidak hanya mengatur

perekonomian negara tetapi juga difungsikan sebagai bank dari semua bank yang

dapat menaungi bank-bank lain yang didirikan di Indonesia. Fungsi dan peranannya

sebagai bank sentral tersebut, diatur dalam undang-undang Bank Indonesia. Untuk

lebih mengetahui mengenai fungsi dan peranan Bank Indonesia dalam perekonomian

di Indonesia yang penulis batasi sejak berdirinya hingga berakhirnya masa Demokrasi

Terpimpin, penulis temukan dalam buku karya Oey Beng To (1991) yang berjudul

Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I: 1945-1958. Selain itu, dalam mengkaji

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

50

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perkembangan Bank Indonesia yang didalamnya mendeskripsikan tentang peranan

Bank Indonesia dalam mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia sejak tahun

1953-1966, penulis temukan dalam kedua buku karya Tim Penulis Bank Indonesia

(2000) yang berjudul perkembangan Bank Indonesia periode Demokrasi Liberal

1950-1959 dan perkembangan Bank Indonesia periode Demokrasi terpimpin 1959-

1965. Dijelaskan bahwa Bank Indonesia didirikan sebagai upaya menjadikan

Indonesia sebagai negara yang merdeka seutuhnya. Sehingga Indonesia pun dituntut

untuk dapat mengatur perekonomiannya sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu

lembaga keuangan sentral untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang biasa

dihadapi oleh negara yang baru merdeka.

Jika dikaitkan dengan permasalahan penelitian, maka didasarkan atas kondisi

Indonesia pada saat yang baru merdeka dari penjajahan kolonial dan Jepang. Oleh

sebab itu kondisi politik dan kondisi ekonomi dalam negeri pun belum stabil.

Sehingga harus ada upaya untuk menstabilkan kondisi tersebut terutama kondisi

perekonomian untuk mensejahterakan masyarakatnya. Salah satu upaya yang

dilakukannya itu ialah dengan nasionalisasi De Javasche Bank. Namun proses

penasionalisasian ini dirasa terlalu cepat dan tidak dengan perencanaan yang matang

sehingga tugas, fungsi dan peranannya setelah menjadi Bank Indonesia pun sempat

tidak berjalan dengan lancar. Perjalanan dan perkembangan dari Bank Indonesia ini

dapat penulis temukan dalam buku karya Tim Penulis LP3ES (1995) yang berjudul

Bank Indonesia dalam Kilasan Sejarah Bangsa dan buku karya Noek Hartono (1976)

yang berjudul Bank Indonesia: Sejarah Lahir dan Pertumbuhannya. Dijelaskan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

51

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bahwa sejak didirikannya Bank Indonesia semua permasalahan ekonomi menjadi

tugas dan fungsi dari Bank Indonesia.

Perjalanan Bank Indonesia menjadi bank sentral tentunya berkaitan erat

dengan tugas dan perannya yang erat kaitannya dengan kebijakan moneter untuk

mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia. Di awal kemerdekaan, Indonesia

telah mengalami hyperinflasi dan defisit pada anggaran belanja negara. Selain itu, kas

negara yang masih belum tercukupi untuk membiayai proses produksi menjadi faktor

utama dalam pentingnya mengeluarkan suatu kebijakan moneter yang seharusnya

diatur pemerintah dalam ketentuan bank sentral. Kebijakan-kebijakan moneter yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam mengatasi permasalahan ekonomi Indonesia

penulis temukan dalam buku karya Oey Beng To (1991) yang berjudul Sejarah

Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I: 1945-1958. Selain itu, penulis juga mengkaji

laporan-laporan tahunan Bank Indonesia yang dikeluarkan setiap tahunnya. Dalam

penelitian ini, laporan yang penulis gunakan ialah laporan yang dikeluarkan sejak

Bank Indonesia berdiri hingga tahun 1966.

Buku karya M. Dawam Rahardjo (1995) yang berjudul Bak Indonesia Dalam

Kilasan Sejarah Bangsa juga menjelaskan mengenai bank dan lembaga keuangan

lainnya yang ada di Indonesia yang turut mengatur perekonomian Indonesia. Buku ini

memaparkan bahwa selain Bank Indonesia yang menjadi lembaga keuangan sentral di

Indonesia, terdapat pula bank dan lembaga keuangan milik pemerintah lainnya yang

pada saat itu ikut berperan aktif dalam perekonomian Indonesia. Diantaranya ialah

Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 1946 dan

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0704086_chapter2(1).pdf · nasional baru dapat terjadi pada tahun 1950 di bawah Kabinet Natsir meskipun

52

Rendi Rudiana, 2012

Peranan Bank Indonesia Dalam Kehidupan Ekonomi : Indonesia Tahun 1953-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diperkuat oleh pendirian Bank Industri Negara (BIN) pada bulan April 1950 yang

bertujuan untuk membantu dalam pembangunan Negara dan kemajuan bangsa

Indonesiadalam lapangan perkebunan, perindustrian dan pertambangan.

Sampai tahun 1957, dari segi kepemilikan, terdapat 68 bank terdiri dari 6 bank

milik negara 54 bank swasta dan 8 bank asing, yaitu nationale Handelsbank NV,

Nedelandsche Handel Mij. NV, Escompto Bank, Great Eastern Banking Corp. Ltd.,

The Chartered Bank Ltd., Overseas Chinese Banking Corporasion, Bank of China,

dan The Hongkong & Shanghai Banking corp. tiga bank Belanda di atas, setelah

berada pengawasan, dilakukan tindakan nasionalisasi.

Pada perkembangannya, Bank Dagang Negara (BDN) dan Bank

Pembangunan Indonesia (BAPINDO) berdasarkan UU No. 30 Prp. Tahun 1960,

tanggal 16 Agustus 1960 berada dibawah suatu Dewan Pembangunan, Bank

Koperasi, Tani dan Nelayan diintegrasikan ke dalam Indonesia berdasarkan Penpres

No. 9 Tahun 1965, selanjutnya Bank Umum Negara (BUNEG), Bank Tabungan

Negara (BTN) dan Bank Negara Indonesia (BNI) turut diintegrasikan ke dalam Bank

Indonesia berdasarkan Penpres No. 10, No. 11 dan No. 13 Tahun 1965. Adapun

perusahaan-perusahaan negara (sekarang disebut Badan Usaha Milik Negara atau

BUMN) turut melengkapi lembaga keuangan di Indonesia (Rahardjo, 1995: 125-

126).