Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Cahyaningsih (2016) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
investasi asing langsung di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah produk
domestik bruto, inflasi dan infrastruktur. Model analisis dilakukan dengan
metode Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel produk domestik bruto dan infrastruktur berpengaruh positif
signifikan terhadap investasi asing langsung di Indonesia. Dalam jangka
panjang produk domestik bruto dan infrastruktur berpengaruh positif
signifikan, dan dalam jangka pendek variabel produk domestik bruto dan
infrastruktur tidak memiliki berpengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel
inflasi berpengaruh negatif signifikan. Dalam jangka panjang inflasi
berpengaruh positif signifikan, dan dalam jangka pendek variabel inflasi tidak
memiliki berpengaruh yang signifikan.
Perbedaan penelitian Cahyaningsih dengan penelitian ini adalah
tahun dan variabel independen yang digunakan dimana penelitian terdahulu
menggunakan tahun 1981 sampai dengan tahun 2014 dengan menggunakan
variabel independen produk domestik bruto, inflasi dan infrastruktur.
Sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan tahun 1997 sampai
dengan tahun 2016 dengan menggunakan variabel independen produk
domestik bruto dan suku bunga .
6
7
Anwar (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi Foreign Direct
Investment (FDI) di kawasan Asia Tenggara. Variabel yang digunakan adalah
suku bunga, inflasi dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel (X) dan
foreign direct investment sebagai variabel (Y). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel suku bunga acuan dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap foreign direct investment di Indonesia,
Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam. Sedangkan variabel inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap foreign direct investment di
Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam.
Perbedaan penelitian Anwar dengan dengan penelitian ini adalah
lokasi penelitian, jenis data, tahun dan variabel independen yang digunakan
dimana penelitian terdahulu dilakukan di Asia Tenggara dengan
menggunakan data panel tahun 2005 sampai dengan tahun 2014 dan variabel
independen yang digunakan adalah suku bunga, inflasi dan pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan penelitian sekarang dilakukan di Indonesia dengan
menggunakan data time series tahun 1997 sampai dengan tahun 2016 dengan
menggunakan variabel independen produk domestik bruto dan suku bunga.
Malisa (2017) analisis investasi langsung di Indonesia. Variabel yang
digunakan adalah produk domestik bruto, suku bunga dan nilai tukar sebagai
variabel (X) dan penanaman modal asing sebagai variabel (Y). Model analisis
dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel produk domestik bruto dan suku bunga
berpengaruh positif signifikan terhadap investasi langsung di Indonesia
8
sedangkan variabel nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap
investasi langsung di Indonesia.
Perbedaan penelitian Malisa dengan penelitian ini adalah metode,
tahun dan variabel independen yang digunakan dimana penelitian terdahulu
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan tahun penelitian
yang digunakan adalah tahun 2005.3 sampai dengan tahun 2014.4 dan
variabel independen yang digunakan adalah produk domestik bruto, suku
bunga dan nilai tukar. Sedangkan penelitian yang sekarang dianalisis
menggunakan metode Error Correction Model (ECM), tahun penelitian yang
digunakan adalah tahun 1997 sampai dengan tahun 2016 dengan
menggunakan variabel independen produk domestik brutodan suku bunga .
Relevansi penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian
pengembangan. Dimana terdapat perbedaan yang pertama tahun yang
digunakan penelitian ini adalah tahun 1997 – 2016 sebagai tahun terbaru.
Perbedaan kedua adalah penggabungan variabel independen dalam satu
penelitian yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) dan suku bunga.
B. Landasan Teori
1. Foreign Direct Investment (FDI)
a. Pengertian Foreign Direct Investment (FDI)
Foreign Direct Investment (FDI) adalah arus modal
internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau
memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak
hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi
9
pemberlakukan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri Krugman
dalam [ CITATION Sar021 \l 1057 ].
Foreign direct investment merupakan dana-dana investasi yang
langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau
mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi seperti membeli lahan,
membuka pabrik-pabrik, mendatangkan mesin-mesin, membeli bahan
baku, dan sebagainya [CITATION Mic00 \t \l 1057 ].
Investasi langsung dapat berupa pembentukan suatu cabang
perusahaan di negara pengimpor modal, pembentukan suatu
perusahaan dimana perusahaan dari negara penanam modal memiliki
mayoritas saham, pembentukan suatu perusahaan di negara pengimpor
yang semata-mata dibiayai oleh perusahaan terletak di negara
penanam modal, mendirikan suat korporasi di negara penanam modal
untuk secara khusus beropearasi di negara lain, atau menaruh asset
tetap negara lain oleh perusahaan nasional dari negara penanam modal
[ CITATION Jhi141 \l 1057 ].
Perusahaan yang terlibat dalam FDI dan memiliki atau
mengendalikan aktifitas penambahan nilai suatu negara atau lebih
disebut korporasi multinasional (Multinasional Corporation-MNC).
Oleh karena itu FDI sangat erat kaitannya dengan perusahaan-
perusahaan multinasional. Sebuah perusahaan multinasional pada
dasarnya adalah sebuah perusahaan raksasa yang menjalankan,
memiliki serta mengendalikan operasi bisnis atau kegiatan-kegiatan
10
usahanya di lebih dari satu negara. Terdapat dua karakteristik utama
dari perusahaan multinasional, yang pertama adalah ukuran
perusahaan yang luar biasa besar dan yang kedua adalah operasi
bisnisnya biasanya dikelola secara terpusat oeh para pimpinannya di
kantor pusatnya yang berkedudukan di negara asal. Para perusahaan
multinasional inilah yang merupakan kekuatan utama bagi
keberlangsungan globalisasi perdagangan secara pesat. Pada dasarnya
perusahaan-perusahaan multinasional tersebut merupakan pabrik
global yang mampu dan senantiasa gigih dalam mencari kesempatan-
kesempatan ekonomi di setiap penjuru dunia.
Dilihat dari sasaran penjualan outputnya, perusahaan
multinasional dapat dibedakan menjadi dua kelompok :
1) penanaman modal asing yang berorientasi ke pasar domestik yang
biasanya cenderung menggunakan teknologi produksi yang padat
modal.
2) penanaman modal asing yang berorientasi ke pasar luar negeri
yang besarnya cenderung menggunakan produksi berteknologi
padat karya karena lebih mudah.
Menjalankan perusahaan dapat dilakukan dengan dua cara
sebagai berikut :
1) Perusahaan berkedudukan diluar negeri dan menjalankan
perusahaan di Indonesia, dengan hanya mempunyai kantor tertentu
11
atau, tanpa mendirikan badan hukum menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia.
2) Dengan mendirikan badan hukum di Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia.
Investasi asing langsung memainkan peran yang luar biasa dan
berkembang dalam bisnis global. FDI dapat memberikan suatu
perusahaan pasar dan saluran pemasaran baru, fasilitas produksi yang
lebih murah, akses ke teknologi baru, produk, keterampilan dan
pembiayaan. Untuk negara tuan rumah atau perusahaan asing yang
menerima investasi, dapat memberikan sumber teknologi baru, modal,
proses, produk, teknologi organisasi dan keterampilan manajemen,
dan dengan demikian dapat memberikan dorongan yang kuat untuk
pembangunan ekonomi.
Aliran dana yang berupa Foreign Direct Investment lebih
penting dalam menjamin kelangsungan pembangunaan dibandingkan
dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya FDI
disuatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how,
management skill, resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable.
Aliran modal dari suatu negara ke negara lainnya bertujuan untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, yang lebih produktif dan
juga sebagai diversifikasi usaha. Hasil yang diharapkan dari aliran
modal internasional adalah meningkatnya output dan kesejahteraan.
12
Disamping peningkatan income dan output, keuntungan bagi negara
tujuan dari aliran modal asing adalah :
1) Investasi asing membawa teknologi yang lebih mutakhir. Besar
kecilnya keuntungan bagi negara tujuan tergantung pada
kemungkinan penyebaran teknologi yang bebas bagi perusahaan.
2) Investasi asing meningkatkan kompetisi di negara tujuan.
Masuknya perusahaan baru dalam sektor yang tidak
diperdagangkan (non tradable sector) meningkatkan output
industri dan menurunkan harga domestik, sehingga pada akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan.
3) Investasi asing dapat berperan dalam mengatasi kesenjangan nilai
tukar dengan negara tujuan (investment gap).
4) Masuknya investasi asing dapat mengatasi masalah tidak
tercukupinya valuta asing yang digunakan untuk membiayai impor
faktor produksi dari luar negeri.
b. Faktor Penentu Investasi
Menurut [ CITATION Suk02 \l 1057 ] ada beberapa faktor
yang menentukan investasi yang ditanamkan pada suatu negara atau
daerah, antara lain :
1) Tingkat bunga
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan
memberikan keuntungan kepada para pemilik modal (investor).
Para investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat
13
pengembalian modal dari modal yang ditanamkan (return of
investment), yaitu berupa persentase keuntungan netto (belum
dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih
besar dari tingkat bunga. Seorang investor mempunyai dua
pilihan di dalam menggunakan modal yang dimilikinya yaitu
dengan meminjamkan atau membuangkan uang tersebut
(deposito), dan menggunakannya untuk investasi. Dalam hal
dimana pendapatan yang akan diperoleh adalah lebih besar dari
tingkat bunga, maka pilihan terbaik adalah mendepositokan uang
tersebut dan akan menggunakannya untuk investasi apabila
tingkat keuntungan yang diperoleh adalah lebih besar dari tingkat
bunga yang dibayar.
2) Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh
Ramalan mengenai keuntungan dimasa depan akan
memberikan gambaran kepada investor mengenai jenis usaha
yang prospektif dan dapat dilaksanakan dimasa depan dan
besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi
tambahan barang-barang modal yang diperlukan.
3) Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat
pendapatan masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat
juga meningkat, total aggregat demand meningkat yang pada
14
akhirnya akan mendorong tumbuhnya investasi lain (induced
investment).
4) Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan
Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan,
maka akan mendorong para investor untuk menyediakan sebagian
dari keuntungan yang diperoleh untuk investasi baru.
5) Situasi politik
Kestabilan politik suatu negara akan menjadi
pertimbangan tersendiri bagi investor terutama para investor asing
untuk menanamkan modalnya. Mengingat bahwa investasi
memerlukan jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh
kembali modal yang ditanam dan memperoleh keuntungan
sehingga stabilitas politik jangka panjang akan sangat diharapkan
oleh para investor.
6) Kemajuan tekonologi
Dengan adanya temuan-temuan teknologi baru (inovasi),
maka akan semakin banyak kegiatan pembaharuan yang akan
dilakukan oleh investor, sehingga semakin tinggi tingkat investasi
yang akan dicapai.
7) Kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah
15
Tersedianya berbagai sarana dan prasarana awal, seperti
jalan raya, listrik dan sistem komunikasi akan mendorong para
investor untuk menanamkan modalnya di suatu daerah.
Disamping itu adanya bentuk insentif yang diberikan pemerintah
seperti keringanan-keringanan di dalam perpajakan (tax holiday).
Keringanan di dalam pembebanan pajak yang diberikan kepada
suatu perusahaan yang mau menanamkan modalnya agar
keuntungan yang diperolehnya ditanamkan kembali kedalam
bentuk investasi baru atau jika perusahaan yang bersangkutan
mau dan bersedia menanamkan investasinya disuatu daerah dalam
kurun waktu tertentu. Investasi adalah salah satu faktor penggerak
pertumbuhan.
c. Marginal Efficiency of Capital (MEC)
Dalam teori makro Keynes, untuk memutuskan apakah suatu
investasi akan dilaksanakan atau tidak tergantung pada perbandingan
antara besarnya keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam
persentase per satuan waktu) di satu pihak dan ongkos penggunaan
dana atau tingkat bunga di lain pihak. Tingkat keuntungan yang
diharapkan inilah yang disebut dengan istilah Marginal Efficiency of
Capital (MEC).
Pada intinya konsep ini dapat digambarkan apabila
keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih besar dari tingkat bunga,
maka investasi dilaksanakan. Sebaliknya apabila MEC lebih kecil dari
16
tingkat bunga, maka investasi tidak boleh dilaksanakan dan apabila
MEC = tingkat bunga, maka investasi boleh dilaksanakan dan boleh
tidak sesuai keputusan dari pihak pemilik modal.
Gambar 2.1 Kurva Investasi (Marginal Efficiency of Capital)
Fungsi MEC menunjukkan hubungan antara tingkat bunga
yang berlaku dengan tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan
oleh investor. Tiga hal yang perlu di garis bawahi mengenai fungsi
investasi adalah bahwa fungsi tersebut mempunyai slope negatif,
artinya semakin rendah tingkat bunga semakin besar pula tingkat
pengeluaran investasi yang di inginkan. Kedua, dalam kenyataan
fungsi tersebut sulit untuk di peroleh sebab posisinya sangat stabil
(mudah berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat). Kelebihan
MEC
MEC__
_______
_______
_______
_______
++++++
++++++
++++++
++++++
+
+______
_______
_______
_______
_______
__>>>>
>
Suk
u bu
nga
0Investasi yang
17
fungsi investasi ini akan segera dapat di pahami karena posisinya
sangat tergantung pada nilai MEC dari proyek-proyek yang ada dan
bahwa MEC adalah keuntungan yang di harapkan oleh investor.
Ketiga, yang perlu ditekankan adalah hubungan teori Keynes dengan
kenyataan, khususnya masalah tersedianya dana investasi.
d. Marginal Efficiency of Investment (MEI)
Kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) sering juga
disebut sebagai kurva permintaan investasi, kurva MEI mirip dengan
bentuk kurva MEC, kurva ini mempunyai slope yang menurun dari kiri
atas dan ke kanan bawah tetapi kedua kurva tersebut merupakan kurva
yang berbeda. Bila investasi dapat diartikan sebagai flow/aliran, maka
kapital diartikan sebagai stok namun antara kurva MEC dan kurva
MEI tersebut terdapat hubungan.
Investasi dalam ekonomi makro biasanya sebagai pengeluaran
investasi untuk memperoleh alat-alat modal baru. Oleh karena itu
investasi total yang terjadi dalam suatu perekonomian sebagian berupa
pembelian alat-alat modal yang sudah tidak ekonomis untuk dipakai
lagi dan sebagian lagi berupa pembelian alat-alat modal baru untuk
memperbaiki stok kapital.
Hubungan tingkat bunga dengan investasi juga dapat dilihat
dari Marginal Efficiency of Investment (MEI). MEI menggambarkan
hubungan investasi yang telah dilakukan oleh pengusaha dalam
18
jangka waktu tertentu. Sementara itu MEC lebih menekankan pada
hubungan antara hasil yang diharpakan dari modal yang ditanamkan
oleh seorang pengusaha. Hubungan tersebut dilakukan untuk usaha-
usaha yang memiliki tingkat pengembalian modal (rate of return)
yang lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga yang berlaku
[CITATION Suk101 \t \l 1057 ].
e. Teori Akselerasi
Teori akselerasi merupakan teori investasi yang didasarkan
kepada hubungan rigid atau kaku di antara jumlah barang modal
(capital stock) dengan tinggi pendapatan nasional yang dapat
diciptakannya. Menurut teori ini, rasio di antara nilai stok modal
dengan nilai produksi yang dapat diwujudkannya adalah tetap. Teori
ini dikembangkan oleh Bickerdike dan J.M.Clark pada tahun 1910an
[CITATION Suk02 \t \l 1057 ].
Y = AK α Lβ
Log Y = Log A + α Log K + β Log L
Kα = Y
A Lβ
K = ( Y
A Lβ ¿❑
K = ( Y
A Lβ ¿1 /α
Pandangan utama dari teori akselerasi menurut [CITATION
Suk02 \t \l 1057 ] sebagai berikut :
19
1) Terdapat hubungan yang proporsional di antara jumlah barang
modal yang tersedia dengan tingkat produksi nasional yang dapat
diwujudkannya.
2) Kebutuhan yang meningkatkan produksi di masa depan
memerlukan investasi yang beberapa kali nilainya dari
peningkatan produksi yang perlu dilakukan.
Aspek kedua dari pandangan ini menyebabkan teori investasi
ini lebih dikenal sebagai prinsip akselerasi atau prinsip percepatan.
Selanjutnya rasio atau perbandingan di antara nilai stok modal yang
diperlukan dengan produksi nasional yang dapat diwujudkan
dinamakan akselerator atau koefisien akselerasi.
Prinsip akselerasi atau prinsip percepatan pada intinya adalah
konsep ekonomi yang menggambarkan hubungan antara tingkat
perubahan konsumsi dan investasi modal. Prinsip percepatan
menjelaskan proses dimana peningkatan atau penurunan permintaan
barang konsumsi mengarah pada peningkatan atau penurunan dalam
investasi barang modal. Dengan kata lain, jika konsumsi meningkat,
maka akan ada perubahan yang sesuai tetapi memperbesar investasi.
Prinsip ini tidak menghitung tingkat perubahan dalam investasi modal
sebagai produk dari tingkat konsumsi keseluruhan, tetapi sebagai
produk dari tingkat perubahan dalam tingkat konsumsi. Hal yang
mendasari prinsip percepatan adalah adanya beberapa hubungan
optimal antara output dan persediaan modal.
20
Investasi merupakan suatu kegiatan untuk menambah barang
modal dalam perekonomian. Walau bagaimanapun pada setiap periode
investasi tidak akan menambah barang modal sebanyak nilai investasi
tersebut. Sebagian dari investasi dilakukan untuk menggantikan
barang modal yang telah didepresiasikan dan tidak digunakan lagi.
Pertambahan barang modal dalam suatu periode tertentu dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :
∆ K t = It – Dt
It = ∆ K t + Dt
I = f (Y)
Dimana :
∆Kt = pertambahan nilai modal pada tahun t
It = nilai investasi pada tahun t
Dt = nilai barang modal yang didepresiasikan pada tahun t
Biasanya It > Dt sehingga akibatnya investasi yang dilakukan
terus menerus pada masa lalu akan menyebabkan suatu akumulasi
stok modal tertentu, yaitu pada tahun t nilai stock modal tersebut
adalah Kt. Kemampuan stok modal ini akan menghasilkan produksi
nasional ditentukan oleh rasio modal produksi, yaitu W. Dengan
demikian hubungan antara stok modal (Kt) dan produksi nasional
yang dapat diciptakan (Y pt ) sebagai berikut :
Kt = W Y pt
21
Dimana Y pt adalah nilai maksimum dari pendapatan
nasional yang dapat diciptakan oleh barang modal yang bernilai Kt.
2. Produk Domestik Bruto (PDB)
a. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai seluruh barang dan
jasa yang di produksi suatu negara dalam suatu periode tertentu, pada
kondisi keseimbangan, jumlah output yang diproduksi sama dengan
jumlah yang diminta [ CITATION Dor08 \l 1057 ].
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator ekonomi
untuk mengukur total nilai barang jasa akhir dalam suatu
perekonomian. Selain itu, PDB juga mengukur dua hal pada saat
bersamaan yaitu total pendapatan semua orang dalam perekonomian
dan total dalam pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa
hasil dari perekonomian. Alasan PDB melakukan pengukuran total
pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian
secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran
[CITATION Gre06 \l 1057 ].
b. Jenis-jenis Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto (PDB) dibedakan dalam dua jenis
yaitu :
1) Produk domestik bruto nominal
22
Produk domestik bruto nominal atau PDB dengan harga
berlaku merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada
tahun tersebut.
2) Produk domestik bruto riil
Produk domestik bruto riil atau PDB dengan harga tetap
merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara
dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu
tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan
jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain.
c. Penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB)
Untuk menghitung PDB ada tiga macam pendekatan, yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran. Dua pendekatan pertama merupakan perhitungan PDB
dari sisi penawaran agregat (aggregat supply), sedangkan pendekatan
yang disebut terakhir merupakan perhitungan PDB dari sisi permintaan
agregat (aggregat demand).
1) Pendekatan Produksi (Production Approach)
Metode pendekatan produksi adalah perhitungan
pendapatan nasional dengan menghitung jumlah produksi masing-
masing sektor ekonomi produksi dalam wilayah suatu negara.
Untuk tidak terjadi perhitungan ganda, maka dalam metode ini
yang dihitung hanya nilai tambah (value added) dari semua faktor
23
kegiatan ekonomi [ CITATION Rah04 \l 1057 ]. Formula dalam
menghitung PDB dengan pendekatan produksi adalah sebagai
berikut :
PDB = (PxQ1) + (PxQ2) + (PxQ3) + .... + (PxQn)
Di mana :
P = Harga barang/jasa masing-masing sektor
Q = Kuantitas barang masing-masing sektor
2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua
pendapatan atau balas jasa setiap faktor – faktor produksi secara
matematis [ CITATION Rah04 \l 1057 ]. Formula dalam
menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan adalah sebagai
berikut :
Y = Yw + Yr + Yi + Yp
Dimana :
Y = Pendapatan nasional atau PDB
Yw = Pendapatan upah/gaji
Yr = Pendapatan sewa
Yi = Pendapatan bunga
Yp = Pendapatan laba
24
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi
tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik
modal, dan laba untuk pengusaha. Secara teori, PDB dengan
pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka
yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan
pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering
digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua
pengeluaran yang dilakukan berbagai golongan pembeli dalam
masyarakat secara matematis [CITATION Rah04 \t \l 1057 ].
Formula dalam menghitung PDB dengan pendekatan pengeluaran
adalah sebagai berikut :
Y = C +I + G + (X – M)
Dimana :
Y = PDB (Produk Domestik Bruto)
C = Pengeluaran rumah tangga konsumen untuk konsumsi
I = Pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk investasi
G = Pengeluaran rumah tangga pemerintah
(X-M) = Ekspor netto atau pengeluaran rumah tangga luar negeri
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh
rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah
oleh pemerintah, ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri.
25
3. Suku Bunga
a. Pengertian Suku Bunga
Suku bunga adalah tingkat bunga yang dinyatakan dalam
persen, pada jangka waktu tertentu (perbulan atau pertahun). Bunga
merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh
debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur [CITATION Sun80 \l
1057 ].
Tingkat suku bunga merupakan biaya yang harus dibayar oleh
peminjam atas pinjamannya yang diterima dan merupakan imbalan
bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi
keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih
banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga
juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan
masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga
ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran.
Menaikkan suku bunga adalah alat utama bank sentral untuk
memerangi inflasi. Dengan membuat biaya pinjaman semakin mahal
maka jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang dan
aktivitas perekonomian akan menurun. Kejadian sebaliknya akan
terjadi. Turunnya suku bunga akan menyebabkan biaya pinjaman
menjadi semakin murah. Para investor akan cenderung terdorong
untuk melakukan ekspansi bisnis atau investasi baru dan para
konsumen akan menaikkan pengeluarannya. Dengan demikian output
26
perekonomian akan meningkat dan lebih banyak tenaga kerja yang
dibutuhkan. Selain itu investasi ke pasar saham juga akan naik.
Suku bunga dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal
dan suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah suku bunga yang bisa
kita lihat di bank atau media cetak. Suku bunga nominal cendurung
naik seiring dengan angka inflasi.
Jika i menyatakan suku bunga nominal, r suku bunga rill, dan
π tingkat inflasi, maka hubungan diantara ketiga variable tersebut bisa
ditulis sebagai berikut :
r = i – π
Apabila persamaan tingkat bunga rill di atas diatur kembali,
bisa dilihat bahwa suku bunga nominal adalah jumlah suku bunga rill
dan inflasi sebagi berikut:
I = r + π
Suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan
memberikan keuntungan kepada para pengusaha dan dapat
dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan
untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari
investasi yang dilakukan, yaitu persentasi keuntungan yang diperoleh
sebelum dikurangi buga uang yang dibayar, lebih besar dari bunga.
Untuk menghitung tingkat pengembalian modal digunakan formula
sebagai berikut :
M = Y 1
(1+R)+
Y 2
(1+R)2+¿
Y 3
(1+R)3+¿ .......... +
Y n
(1+R)n+¿
27
Dimana :
M : Nilai modal yang diinvestasikan.
Y 1 , Y 2 , Y 3 , Y n : Pendapatan neto (keuntungan) yang
diperoleh dari tahun ke 1 hingga tahun ke n.
R : Tingkat pengembalian modal.
Dalam persamaan di atas nilai yang akan dihitung adalah R
karena M dan Y 1 hingga Y n sudah diketahui. Investasi
dipandang menguntungkan apabila nilai R lebih besar daripada suku
bunga.
b. Teori Suku Bunga Klasik
Menurut kaum klasik, suku bunga menentukan besarnya
tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian
yang akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada penggunaan
tenaga kerja penuh akan selalu sama yang dilakukan oleh pengusaha.
Teori klasik mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan nilai balas
jasa dari modal. Semakin langka modal, semakin tinggi suku bunga
begitupun sebaliknya. Investasi juga merupakan fungsi dari suku
bunga. Semakin tinggi suku bunga, keinginan masyarakat untuk
melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang investor
akan menambah pengeluaran investasinya apa
bila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari
suku bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut
28
merupakan ongkos penggunaan dana (Cost of Capital). Semakin
rendah suku bunga maka investor akan lebih terdorong untuk
melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.
c. Fungsi Suku Bunga
Adapun fungsi suku bunga menurut [ CITATION Sun80 \l 1057
] adalah :
1) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana
lebih untuk diinvestasikan.
2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar
dalam suatu perekonomian.
3) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengatur
jumlah uang beredar. Ini berarti pemerintah dapat mengatur
sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan Foreign Direct
Investment
Gambar 2.2 Hubungan Investasi dan Pendapatan Nasional
Jum
lah
inve
stas
i
Pendapatan nasional
0
29
Sumber : (Sukirno, 2010)
Pada kurva di atas dapat menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendapatan nasional, maka semakin tinggi pula tingkat investasi.
Kenaikan pendapatan dari Y 0 menjadi Y 1 menyebabkan
investasi naik dari I 0 menjadi I1 .
Penjelasan tersebut sesuai dengan pandangan pada teori
akselerasi yang menyatakan bahwa pendapatan nasional yang semakin
meningkat menunjukkan semakin memerlukan barang modal yang
semakin banyak [CITATION Suk02 \t \l 1057 ]. Dengan demikian
investor perlu melakukan investasi yang lebih tinggi dan lebih banyak
modal perlu dipinjam .
2. Hubungan Suku Bunga dengan Foreign Direct Investment
Suku bunga merupakan faktor utama yang mempengaruhi
investasi. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat suku bunga dan
investasi dapat menggunakan konsep efisiensi investasi marjinal atau
dengan kurva Marginal Eficiency Of Investment (MEI). Kurva MEI
menjelaskan bahwa investasi akan dilakukan oleh investor jika tingkat
pengembalian modal lebih besar atau sama dengan tingkat suku bunga.
30
Semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan
investasi juga makin kecil [CITATION Suk101 \t \l 1057 ].
Jika suku bunga tinggi, maka investasi akan berkurang. Hal ini
disebabkan karena kenaikan suku bunga terutama dalam hal ini suku
bunga pinjaman menyebabkan biaya investasi semakin tinggi sehingga
akan mempengaruhi tingkat pengembalian modal atau tingkat
keuntungan yang akan diperoleh dari kegiatan investasi yang
dilakukan. Kegiatan investasi hanya akan dilaksanakan apabila tingkat
pengembalian modal lebih besar atau sama dengan suku bunga.
Sebaliknya, jika suku bunga rendah akan mendorong lebih banyak
investasi karena biaya investasinya rendah sehingga tingkat
pengembalian modal atau harapan keuntungan dari kegiatan investasi
tersebut akan tinggi.
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis
PDB (X1)
FDI (Y)
Suku Bunga (X2)
31
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara karena, jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga
dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik [ CITATION Sug14 \l 1057 ].
Dari permasalahan yang telah di bahas di atas, hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah” Di duga Produk Domestik Bruto
(PDB) dan suku bunga berpengaruh terhadap Foreign Direct Investment
(FDI).