21
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu bertujuan untuk menjelaskan beberapa hasil- hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yang memiliki kesamaan tema, dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ruswanto, Moch. Zainuddin, dan Hery Wibowo 2 pada tahun 2016 yang berjudul “Peran Pekerja Sosial Dalam Rehabilitasi Sosial Kepada Orang Dengan Disabilitas Mental Eks Psikotik Di Panti Sosial Bina Laras “Phala Martha” Sukabumi”. Subyek dalam penelitian ini adalah pekerja sosial yang bekerja di lingkungan PSBL Phala Martha. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah Pelayanan rehabilitasi sosial kepada orang dengan disabilitas mental eks psikotik yang dilaksanakan di Panti Sosial Bina Laras (PSBL) “Phala Martha” Sukabumi menggunakan metode : “Family therapy.” Tugas Pekeja Sosial sebagai manajer kasus klien dalam rehabilitasi sosial antara lain melaksanakan asesmen, perencanaan, menghubungkan/rujukan, advokasi kasus, monitoring dan konseling serta Kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial yang diberikan kepada klien meliputi ; bimbingan fisik, mental sosial dan vokasional. 2 Ruswanto., Zainuddin., & Wibowo,. 2016. Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial kepada Orang dengan Disabilitas Mental Eks Psikotik di Panti Sosial Bina Laras “Phala Martha” Sukabumi. Dalam Jurnal Prosiding KS: Riset&PKM. 3(3), 1. https://studylibid.com/doc/1085489/prosiding-ks---pustaka-ilmiah-universitas- padjadjaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64388/45/BAB II.pdf10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu bertujuan

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu bertujuan untuk menjelaskan beberapa hasil-

    hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yang

    memiliki kesamaan tema, dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ruswanto, Moch.

    Zainuddin, dan Hery Wibowo2 pada tahun 2016 yang berjudul “Peran Pekerja

    Sosial Dalam Rehabilitasi Sosial Kepada Orang Dengan Disabilitas Mental

    Eks Psikotik Di Panti Sosial Bina Laras “Phala Martha” Sukabumi”. Subyek

    dalam penelitian ini adalah pekerja sosial yang bekerja di lingkungan PSBL

    Phala Martha. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah

    pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil dari

    penelitian ini adalah Pelayanan rehabilitasi sosial kepada orang dengan

    disabilitas mental eks psikotik yang dilaksanakan di Panti Sosial Bina Laras

    (PSBL) “Phala Martha” Sukabumi menggunakan metode : “Family therapy.”

    Tugas Pekeja Sosial sebagai manajer kasus klien dalam rehabilitasi sosial

    antara lain melaksanakan asesmen, perencanaan, menghubungkan/rujukan,

    advokasi kasus, monitoring dan konseling serta Kegiatan pelayanan

    rehabilitasi sosial yang diberikan kepada klien meliputi ; bimbingan fisik,

    mental sosial dan vokasional.

    2Ruswanto., Zainuddin., & Wibowo,. 2016. Peran Pekerja Sosial dalam Rehabilitasi Sosial

    kepada Orang dengan Disabilitas Mental Eks Psikotik di Panti Sosial Bina Laras “Phala

    Martha” Sukabumi. Dalam Jurnal Prosiding KS: Riset&PKM. 3(3), 1.

    https://studylibid.com/doc/1085489/prosiding-ks---pustaka-ilmiah-universitas-

    padjadjaran

    https://studylibid.com/doc/1085489/prosiding-ks---pustaka-ilmiah-universitas-padjadjaranhttps://studylibid.com/doc/1085489/prosiding-ks---pustaka-ilmiah-universitas-padjadjaran

  • 11

    Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Hilda Novia Laksaita3 pada

    tahun 2017 yang berjudul “Peran Pekerja Sosial Dalam Rehabilitasi Sosial

    Bagi Penyalahguna Napza Di Rumah Sehat Orbit Surabaya” untuk

    mendeskripsikan proses pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi

    penyalahgunaan napza serta untuk mendeskripsikan peran pekerja sosial

    dalam rehabilitasi sosial bagi penyalahguna napza di Rumah Sehat Orbit

    Surabaya.Dengan menggunakan metode kualitatif serta teknik

    pengumpulan berupa dokumentasi, observasi dan wawancara mendalam.

    Kesimpulan dari studi ini, menunjukan bahwasanya Pemulihan klien

    penyalahangunaan napza didasari oleh kesinambungan peran pekerja

    sosial dalam Proses Pelaksanaan Rehabilitasi melalui bimbingan Fisik,

    Mental dan Sosial serta Keterampilan. Sehingga memulihkan

    keberfungsian sosial klien penyalahgunaan napza di “Rumah Sehat Orbit

    Surabaya”. Akan tetapi hasil temuan peneliti melalui observasi di “Rumah

    Sehat Orbit Surabaya” dalam Proses pelaksanaan rehabilitasi sudah

    berjalan dengan baik. Namun, masih memiliki beberapa kekurangan

    diantaranya mengenai kurikulum yang masih dalam proses sehingga

    pemberian layanan cenderung disamakan untuk klien yang baru dan yang

    lama, kurikulum ini diharapkan cepat terbentuk sehingga dapat

    membedakan atau membentuk kelas-kelas untuk klien.

    3 Novia Laksaita. 2017 “Peran Pekerja Sosial Dalam Rehabilitasi Sosial Bagi Penyalahguna

    Napza Di Rumah Sehat Orbit Surabaya” dalam jurnal Unesa, 1(1), 1

    https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-luar-sekolah/article/view/21874

    https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-luar-sekolah/article/view/21874

  • 12

    Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Harya Seno Waskita4 pada

    tahun 2018 yang berjudul “Peran Pekerja Sosial Terhadap Korban

    Narkoba Di Badan Narkotika Nasional Baddoka Kota Makassar” rumusan

    masalah dalam penelitian ini untuk menjawab pertanyaan bagaimana peran

    pekerja sosial terhadap rehabilitasi korban Narkotika di Yayasan

    Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obat Terlarang

    serta apa yang menjadi kendala dalam proses rehabilitasi korban narkotika

    di Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obat

    Terlarang (IYKP2N) Kota Makassar. Jenis penelitian ini bersifat kualitatif

    deskriptif dengan menggunakan beberapa informan untuk melakukan

    wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

    Rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkotika dengan basis

    rehabilitasi sosial merupakan alternative karena pola yang digunakan

    melalui pendekatan pekerja sosial yaitu dengan mengubah sikap dan

    perilaku korban menjadi kearah yang lebih baik melalui beberapa peran

    diantaranya sebagai pendamping, penghubung, fasilitator dan motivator.

    kendala yang dihadapi dalam proses rehabilitasi korban narkotika yaitu

    sikap perilaku yang tidak menentu, sikap tertutup dari klien, dan hubungan

    dengan keluarga yang kurang baik.

    4Seno Waskita. 2018. “Peran Pekerja Sosial Terhadap Korban Narkoba di Badan Narkotika

    Nasional Baddoka Kota Makassar”. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi. Universitas Islam

    Negeri Syarif Alauddin Makassar

  • 13

    Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Risdiyanto5 pada tahun

    2014 yang berjudul “Peran Pekerja Sosial Dalam Rehabilitasi Sosial

    Penyalahguna Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Galih

    Pakuan Bogor”. Rumusan masalah pada penelitian ini untuk menjawab

    pertanyaan bagaimana peran Pekerja Sosial dalam rehabilitasi Sosial di

    PSPP “Galih Pakuan” Bogor. Penelitian ini menggunakan metode

    pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah Peran

    Pekerja Sosial dalam rehabilitasi sosial memiliki beberapa peran yaitu,

    peran sebagai perantara, peran sebagai pendorong, peran sebagai

    penghubung, peran sebagai advokasi, peran sebagai perunding, peran

    sebagai pelindung, peran sebagai fasilitator, peran sebagai negosiator.

    Peran yang paling menonjol dari peran tersebut adalah peran sebagai

    pendorong dan peran sebagai fasilitator, dan yang menonjol dari PSPP

    “Galih Pakuan” Bogor adalah rehabilitasi sosialnya yang menerapkan

    penuh pembinaan mental, sosial, dan fisik tanpa menggunakan obat-

    obatan pemulihan kecanduan narkoba.

    Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Donny Dinarto6 pada tahun

    2017 yang berjudul “Peran Pekerja Sosial Dalam Program Rehabilitasi

    Wanita Rawan Sosial Ekonomi Dibalai Perlindungan Dan Rehabilitasi

    Sosial Wanita Yogyakarta” penelitian ini mendiskripsikan pelaksanaan

    5Risdiyanto. 2014. “Peran Pekerja Sosial Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba Di

    Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Galih Pakuan Bogor”. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6Dinardo, Donny. 2017. “Peran Pekerja Sosial Dalam Program Rehabilitasi Wanita Rawan Sosial

    Ekonomi Dibalai Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Wanita Yogyakarta” dalam jurnal

    Pendidikan Luar Biasa, 1(2), 1.https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pls/article/view/8495

    https://journal.student.uny.ac.id/

  • 14

    program rehabilitasi sosial, peran pekerja sosial dalam program

    rehabilitasi, faktor pendukung dan penghambat pelayanan rehabilitasi

    sosial di Balai perlindungan dan rehabilitasi sosial wanita Yogyakarta.

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

    kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah program rehabilitasi sosial

    menggunakan sistem top down approach. Pelaksanaan program tersebut

    sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah direncanakan oleh pihak PRS.

    Didalam proses rehabilitasi tersebut Pekerja sosial memiliki peran sebagai

    motivator, pendamping, mediator, dan perantara. Faktor pendukung

    pelayanan program rehabilitasi sosial yaitu keikhlasan pekerja sosial

    dalam memberikan pelayanan dan sarana prasarana yang memadai.

    B. Konsep Pekerja Sosial

    Menurut National Association of Social Workers (Asosiasi Nasional

    Pekerjaan Sosial) Amerika Serikat, pekerjaaan sosial adalah kegiatan

    professional yang membantu Individu, kelompok atau komunitas untuk

    meningkatkan atau memulihkan kemampuan mereka berfungsi sosial dan

    untuk menciptakan kondisi sosial yang mendukung. Praktik pekerjaan

    sosial terdiri atas penerapan professional dari nilai-nilai, prinsip-prinsip

    dan teknik-teknik pekerjaan sosial pada satu atau lebih dari tujuan berikut:

    membantu orang memperoleh pelayanan-pelayanan nyata; memberikan

    konseling dan psikoterapi untuk individu-individu dan keompok-

    kelompok, membantu komunitas atau kelompok dalam memberikan atau

    memperbaiki pelayanan-pelayanan sosial dan kesehatan dan ikut serta

  • 15

    dalam proses-proses-proses legislatif yang berkaitan. Praktik pekerjaan

    sosial memerlukan pengetahuan tentang institusi-institusi sosial, ekonomi,

    dan kultural dan tentang interaksi antara semua faktor ini.

    Pekerja sosial adalah orang yang memiliki kewenangan keahlian

    dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial. Pekerja sosial adalah

    seseorang yang mempunyai kompetensi professional dalam pekerjaan

    sosial yang diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman

    praktik di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara

    resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas professional pekerjaan

    sosial. Dapat dirumuskan bahwa pekerja sosial merupakan seseorang yang

    mempunyai kompetensi dan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan

    dan pelatihan dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial baik di

    instansi pemerintah maupun di instansi swasta lainnya.7

    Pekerja Sosial Menurut Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2019

    tentang Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan,

    keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta telah mendapatkan

    sertifikat kompetensi. Praktik pekerjaan sosial adalah penyelenggaraan

    pertolongan professional yang terencana, terpadu, berkesinabungan dan

    tersupervisi untuk mencegah disfungsi sosial, serta memulihkan dan

    meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok, dan

    masyarakat.

    Pekerja sosial berbeda dengan profesi lain, semisal psikolog,

    dokter atau psikiater. Sebagai ilustrasi, pada saat mengobati pasien seorang

    7 Pujileksono, Sugeng. & Wuryantari, Mira. 2017. Implementasi Teori, Teknik dan Prinsip

    Pekerjaan Sosial. Malang: Intrans Publishing, hlm. 157

  • 16

    dokter hanya memfokuskan pada penyakit pasien saja. saat menghadapi

    klien seorang pekerja sosial tidak hanya melihat klien sebagai target

    perubahan, melaikan pula mempertimbangkan lingkungan atau situasi

    sosial dimana klien berada termasuk di dalamnya “orang-orang penting

    lain” yang mempengaruhi klien. mandat utama pekerja sosial adalah

    memberikan pelayanan sosial baik kepada individu, keluarga, kelompok,

    maupun masyarakat yang membutuhkannya sesuai dengan nilai-nilai,

    pengetahuan dan keterampilan professional pekerjaan sosial.8

    Menurut penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerja

    sosial adalah bidang keahlian yang memiliki kewenangan untuk

    melaksankan dan menyelenggarakan berbagai upaya untuk mencegah,

    memecahkan dan menangani masalah-masalah sosial yang dihadapi klien

    baik itu individu, kelompok, keluarga, maupun masyarakat yang bertujuan

    untuk meningkatkan fungsi-fungsi sosialnya melalui berbagai pelanyanan-

    pelayanan sosial yang diberikan.

    Dalam bekerja dengan individu, kelompok, keluarga, organisasi

    dan komunitas, seorang pekerja sosial diharapkan memiliki pengetahuan

    dan keterampilan dalam berbagai peran. Peran khusus yang dipilih harus

    ditentukan yang paling efektif sesuai dengan keadaan. Dijelaskan oleh

    Zastrow9 (2010: 70-72) beberapa peran-peran yang dilakukan oleh pekerja

    sosial yaitu :

    8 Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT Refika

    Aditama, hlm. 24 9 Zastrow, Charles. 2010. Introduction to Social Work and Social Welfare Empower People. USA:

    Brools Cole, hlm 70-72

  • 17

    1. Enabler (Pemungkin)

    Dalam peran ini, seorang pekerja membantu individu atau

    kelompok untuk mengartikulasikan kebutuhan mereka, untuk

    mengklarifikasi dan mengidentifikasi masalah mereka, untuk

    mengeksplorasi, menyelesaikan strategi, untuk memilih dan

    menerapkan strategi, dan untuk mengembangkan kapasitas mereka

    untuk menangani masalah mereka sendiri secara lebih efektif. Ini

    mungkin merupakan pendekatan yang paling sering digunakan dalam

    konseling individu, kelompok, dan keluarga.

    2. Broker (Penghubung)

    Broker menghubungkan individu dan kelompok yang

    membutuhkan bantuan dengan layanan. Pekerja sosial bertindak di

    antara klien atau penerima layanan dengan sistem sumber. Pekerja

    sosial berupaya membentuk jaringan kerja atau kerjasama dengan

    organisasi layanan sosial untuk mengontrol kualitas pelayanannya.

    3. Advocate (Advokat)

    Advocate adalah peran aktif dan terarah di mana pekerja sosial

    mengadvokasi klien atau kelompok. Dalam peran seperti advokat

    memberikan kepemimpinan untuk mengumpulkan informasi, untuk

    membicarakan tentang kebutuhan dan permintaan klien. Dalam peran

    advokat adalah secara eksklusif melayani kepentingan klien atau

    kelompok. Dalam menjadi advokat, seorang pekerja berusaha untuk

  • 18

    memberdayakan klien atau kelompok melalui pengamanan perubahan

    yang menguntungkan dalam satu atau lebih kebijakan lembaga.

    4. Aktivist (Aktivis)

    Seorang aktivis mencari perubahan kelembagaan, seringkali

    tujuannya melibatkan pergeseran kekuasaan dan sumber daya ke

    kelompok yang kurang beruntung. Aktivis prihatin dengan

    ketidakadilan sosial, ketidakadilan, dan perampasan, dan strategi

    mereka termasuk konflik, konfrontasi, dan negosiasi. Tujuannya

    adalah mengubah lingkungan sosial untuk lebih memenuhi kebutuhan

    klien. pekerja sosial terlibat dalam pencarian fakta , analisis kebutuhan

    masyarakat, penelitian, penyebaran dan memberikan informasi,

    mobilisasi, dan upaya lain untuk mempromosikan pemahaman dan

    dukungan publik atas nama program sosial yang ada atau yang

    diusulkan.

    5. Mediator (Penengah)

    Peran mediator melibatkan intervensi dalam perselisihan antara

    para pihak untuk membantu mereka menemukan kompromi,

    mendamaikan perbedaan, atau mencapai kesepakatan yang saling

    memuaskan. Pekerja sosial telah menggunakan orientasi nilai dan

    keterampilan unik mereka dalam berbagai bentuk mediasi. Mediator

    tetap netral, tidak berpihak pada salah satu pihak, dan memastikan

    mereka memahami posisi kedua belah pihak. Mereka dapat membantu

    memperjelas posisi, mengidentifikasi miskomunikasi tentang

  • 19

    perbedaan, dan membantu mereka yang terlibat menyajikan kasus

    mereka dengan jelas.

    6. Negotiator (Perunding)

    Seorang negosiator menyatukan mereka yang berkonflik karena

    satu atau lebih masalah dan berupaya mencapai tawar-menawar dan

    kompromi untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima

    bersama. Agak seperti mediasi, negosiasi melibatkan menemukan jalan

    tengah yang bisa dijalani semua pihak. Namun, tidak seperti mediator,

    yang merupakan peran netral, negosiator biasanya bersekutu dengan

    salah satu pihak yang terlibat.

    7. Educator (Pendidik)

    Peran pendidik mencakup memberikan informasi kepada klien dan

    mengajari mereka keterampilan adaptif . Untuk menjadi pendidik yang

    efektif, pekerja harus terlebih dahulu memiliki pengetahuan. Selain itu, ia

    harus menjadi komunikator yang baik sehingga informasi disampaikan

    dengan jelas dan mudah dipahami oleh penerima.

    8. Initiator (Inisiator)

    Seorang inisiator memperhatikan masalah atau bahkan masalah

    potensial. Penting untuk menyadari bahwa beberapa masalah dapat

    dikenali terlebih dahulu. Biasanya peran inisiator harus diikuti oleh

    fungsi-fungsi lain, hanya meminta perhatian pada masalah biasanya

    tidak menyelesaikannya.

    9. Empowerer (Memberdayakan)

  • 20

    Tujuan utama praktik kerja sosial adalah pemberdayaan, yang

    merupakan proses membantu individu, keluarga, kelompok, organisasi,

    dan komunitas meningkatkan kekuatan dan pengaruh pribadi,

    interpersonal, sosial ekonomi, dan politik melalui peningkatan. Pekerja

    sosial yang terlibat dalam praktik yang berfokus pada pemberdayaan

    berusaha mengembangkan kapasitas klien untuk memahami

    lingkungan mereka, membuat pilihan, bertanggung jawab atas pilihan

    mereka, dan memengaruhi situasi kehidupan mereka melalui

    organisasi dan advokasi. Pekerja sosial yang berfokus pada

    pemberdayaan juga berupaya mendapatkan distribusi sumber daya dan

    kekuasaan yang lebih adil di antara berbagai kelompok dalam

    masyarakat. Fokus pada keadilan dan keadilan sosial ini telah menjadi

    ciri khas profesi pekerjaan sosial.

    10. Coordinator (Kordinator)

    Kordinator menyatukan komponen-komponen dalam semacam

    cara yang terorganisir. Sebagai contoh, untuk sebuah keluarga banyak

    masalah sering diperlukan bagi beberapa agensi untuk bekerja bersama

    untuk memenuhi kebutuhan keuangan, emosional, hukum, kesehatan,

    sosial, pendidikan, rekreasi, dan intraktasional yang rumit dari anggota

    keluarga. Seseorang di suatu agensi perlu mengambil peran manajer

    kasus untuk mengoordinasikan layanan dari agensi yang berbeda untuk

    menghindari duplikasi dan untuk mencegah beragam layanan dari

    memiliki tujuan yang saling bertentangan.

    11. Researcher (Peneliti)

  • 21

    Setiap pekerja sosial kadang-kadang seorang

    peneliti. penelitian dalam praktek pekerjaan sosial mencakup

    mempelajari literatur tentang topik yang menarik, mengevaluasi hasil

    latihan seseorang, menilai kelebihan dan kekurangan dari program,

    mempelajari kebutuhan masyarakat.

    12. Group Facilitator (Fasilitator kelompok)

    Fasilitator kelompok adalah orang yang berfungsi sebagai

    pemimpin untuk kegiatan kelompok. Mungkin kelompok terapi,

    kelompok pendidikan, kelompok swadaya, kelompok sensitivitas,

    kelompok terapi keluarga, atau kelompok dengan beberapa fokus

    lainnya.

    13. Public Speaker (Pembicara Publik)

    Pekerja sosial kadang-kadang direkrut untuk berbicara dengan

    berbagai kelompok (seperti kelas sekolah menengah, organisasi layanan

    publik seperti polisi, staf di lembaga lain) untuk memberi tahu mereka

    tentang layanan yang tersedia atau untuk mengadvokasi layanan baru.

    Pekerja sosial yang memiliki keterampilan berbicara di depan umum

    dapat menjelaskan layanan kepada kelompok klien potensial.

    Peran pekerja sosial sebagai pendamping dan motivator dalam

    program rehabilitasi sosial10 ;

    1. Peran pekerja sosial sebagai pendamping merupakan peran pendukung

    dari suatu program yang bertujuan untuk memfasilitasi penerima program

    10 Dinardo, Donny. 2017. “Peran Pekerja Sosial Dalam Program Rehabilitasi Wanita Rawan Sosial Ekonomi Dibalai Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Wanita Yogyakarta” dalam jurnal

    Pendidikan Luar Biasa, 1(2), 1.https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pls/article/view/8495

    https://journal.student.uny.ac.id/

  • 22

    dalam dalam hal ini adalah klien agar mereka mampu memenuhi

    kebutuhannya. Tujuan dari pendampingan ini untuk memberikan fasilitas

    kepada klien atau dengan kata lain menjadi fasilitator. Ketika klien kurang

    paham dengan materi yang disampaikan oleh instruktur maka disitulah

    pekerja sosial mendekati klien untuk memberikan pemahaman kembali.

    2. Peran pekerja sosial sebagai motivator adalah suatu peran untuk

    memberikan motivasi, semangat, dukungan, dan dorongan agar penerima

    motivasi dapat melakukan perubahan menjadi lebih baik yang dapat

    dipergunakan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam

    suatu bentuk kegiatan bersama.

    Rabinson (Pujileksono, Sugeng & Wuryantari, 2017) menjelaskan

    bahwa hubungan kerja dalam penanganan kasus merupakan interaksi yang

    dinamis dari sikap dan emosi antara pekerja sosial dan klien dengan tujuan

    membantu klien untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik antara

    dirinya dan lingkungannya. Dengan demikian tujuan membangun

    hubungan adalah untuk membantu klien dengan kebutuhan psikososial dan

    masalahnya. Hubungan antara pekerja sosial dan klien diperkuat dengan

    menggunakan prinsip-prinsip.11

    a. Prinsip Individualisasi

    Prinsip individualisasi menegaskan akan perbedaan antara

    individu satu dan individu yang lainnya, jadi tidak dapat disamakan

    baik itu mengenai sifatnya, sikap maupun kualitas anatar individu satu

    dengan yang lain. Dalam segi masalah yang dialami mungkin saja

    11 Pujileksono, Sugeng & Wuryantari, Mira. op. cit. hlm 96

  • 23

    sama, akan tetapi penyebab-penyebab masalahya, persepsi, kekuatan,

    kelemahan dan kemampuan individu untuk menghadapi masalah antar

    individu yang satu dan yang lainnya itu berbeda.

    b. Prinsip Hubungan Yang Bermakna

    Tujuan dalam membangun hubungan yang bermakna antara

    pekerja sosial dan klien agar klien yakin dan percaya akan kemampuan

    pekerja sosial untuk membantunya menyelesaikan masalah yang

    dihadapi klien dan bila sudah seperti itu maka klien akan timbul rasa

    hormat, sehingga pekerja sosial mudah untuk mengubah ataupun

    memperbaiki perilaku, penyesuaian situasi klien menjadi lebih baik

    dari sebelumnya serta timbul rasa saling percaya anatar keduanya.

    c. Prinsip Penerimaan

    Prinsip penerimaan menuntut pekerja sosial untuk menerima klien

    dengan segala keterbatasanya serta kemampuan yang dimilikinya,

    pekerja sosial tidak menolak dan memusuhi klien jika perilaku klien

    tidak sesuai dengan yang di harapkan, akan tetapi pekeja sosial akan

    mengubah perilaku tersebut perlahan-lahan melalui perhatian yang

    tulus, mendengarkan dengan baik masalahnya, dan memberikan

    pemahaman yang tulus kepada klien.

    d. Prinsip Komunikasi

    Melalui komunikasi akan menimbulkan pemahaman yang tepat

    untuk mengidentifikasi masalah klien, untuk itu harus ada komunikasi

    yang baik antara pekerja sosial dengan klien. diamana fungsi pekerja

    sosial yang utama adalah menciptakan lingkungan untuk klien agar

  • 24

    merasa nyaman untuk meluapkan perasaannya, dan hal tersebut

    tergantung bagaimana tepatnya komunikasi yang terjalin harus adanya

    persamaan persepsi antar keduanya.

    e. Prinsip dari Ekspresi Perasaan

    Mengekspresikan perasaan adalah bertujuan untuk meluapkan

    perasaan klien, apa yang sedang dirasakan klien baik itu sedih, senang,

    marah, takut, cemas, dsb. Klien bebas untuk mengutarakan perasaanya,

    terutama perasaan negatif kepada pekerja sosial dan pekerja sosial

    harus siap untuk mendengarkan, menghargai serta tidak mengecilkan

    perasaanya tersebut, karena pekerja sosial sebagai ruang untuk

    mengekspresikan berbagai perasaan klien.

    f. Prinsip Keterlibatan Emosional yang di Kendalikan

    Prinsip dimana seorang pekerja sosial tidak boleh ikut larut dalam

    perasaan emosional yang sedang dialami klien atas masalah yang

    terjadi. Misalkan pekerja sosial memiliki klien yang posisinya saat itu

    menjadi korban kekerasan, maka perkerja sosial tidak boleh memiliki

    perasaan benci, marah ataupun dendam terhadap pelakunya. Disini

    pekerja sosial harus fokus untuk mengidentifikasi masalah klien.

    g. Prinsip Sikap Yang Tidak Menghakimi

    Pekerja sosial harus menjalin komunikasi tanpa menghakimi

    klien, yang mana ini penting untuk perkembangan hubungan dengan

    klien. pekerja sosial tidak boleh menyalahkan, memejokkan klien atas

    masalah dan penderitaan yang sedang dialaminya. Karena sikap

  • 25

    menghakimi bisa saja akan membuat klien mundur dalam proses

    pertolongan yang sudah berlangsung.

    h. Prinsip Penentuan Nasib Klien Sendiri

    Klien memiliki hak untuk memilih dan menentukan nasibnya

    sendiri, akan tetapi pekerja sosial tetap memiliki tanggung jawab untuk

    menciptakan hubungan kerja dalam menentukan pilihan yang dapat

    dieksekusi untuk klien.

    i. Prinsip Kesadaran Diri

    Dalam prinsip ini pekerja sosial harus membatasi diri dalam hal

    hubungan pribadi dengan klien, tetap menjaga etika dan tetap bekerja

    dan menjalin hubungan secara professional dengan klien serta jika

    pekerja sosial merasa tidak mampu untuk menangani masalah klien

    maka harus merujuk ke otoritas yang lebih tepat agara klien merasa

    dirinya ditangani orang yang tepat.

    j. Prinsip Fungsi Sosial

    Prinsip ini mendorong klien agar dapat menjalankan fungsi

    sosialnya secara memadai sesuai dengan status dan peran sosial klien

    di masyarakat. Pekerja sosial bertugas untuk meningkatkan

    keberfungsian sosial klien misalnya dengan menggali potensi apa yang

    dimiliki klien agar dapat di kembangkan dan selanjutnya pekerja sosial

    mencari sistem sumber yang tepat dan sesuai untuk membantu

    mengembangkan potensi klien tersebut.

    k. Prinsip Pembelajaran Sosial

    Pembelajaran sosial merupakan syarat untuk perubahan yang

    melibatkan klien dalam pemecahan masalah yang di alami. Dimana

  • 26

    proses pembelajaran sosial melibatkan membangkitkan dan

    memusatkan perhatian dan kepedulian, mengatur dan mengevaluasi

    masalah dan merencanakan tindakan di masa depan, mencari dan

    memperoleh informasi baru, dan memberikan kesempatan kepada

    klien untuk pengalaman baru. Prinsip ini memberikan pembelajaran

    kepada klien untuk setiap pengalaman dalam berperilaku untuk

    menghadapi kehidupan kedepanya agara lebih baik dari sebelumnya.

    l. Prinsip Kerahasiaan

    Pekerja sosial harus meyakinkan klien bahwa semua rahasia klien

    dalam bentuk apapun aman tersimpan dan hanya pekerja sosial yang

    menanganinya saja yang tau serta hanya untuk kepentingan

    professional saja rahasia klien diungkapkan pada waktu sidang.

    Kepercayaan dan keyakinan klien didasarkan atas jaminan dari pekerja

    sosial untuk tidak mempublikasikan informasi dan permasalahan klien.

    C. Konsep Rehabilitasi Sosial

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Rehabilitasi

    diartikan sebagai suatu pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama

    baik) yang dahulu (semula) atau perbaikan anggota tubuh yang cacat dan

    sebagainya atas individu (misalnya pasien rumah sakit, korban bencana)

    supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat dalam

    masyarakat.12

    Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009, Tentang

    Kesejahteraan Sosial, Rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi

    12 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. http://https://kbbi.web.id/rehabilitasi.

    http://https/kbbi.web.id/rehabilitasi

  • 27

    dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu

    melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

    Sedangkan Rehabilitasi yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah

    Nomor 72 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa, adalah upaya

    bantuan medik, sosial, pendidikan dan keterampilan yang terkoordinasi

    untuk melatih peserta didik yang menyandang kelainan agar dapat

    mencapai kemampuan fungsionalnya setinggi mungkin. Selanjutnya pada

    Pasal 29 disebutkan: 1) Rehabilitasi merupakan upaya bantuan medik,

    sosial dan keterampilan yang diberikan kepada peserta didik agar mampu

    mengikuti pendidikan; 2) Rehabilitasi medik meliputi usaha

    penyembuhan/pemulihan kesehatan penyandang kelainan serta pemberian

    alat pengganti dan/atau alat pembantu tubuh; 3) Rehabilitasi sosial

    meliputi usaha pemberian bimbingan sosial kepada peserta didik yang

    mencakup pengarahan pada penyesuaian diri dan pengembangan pribadi

    secara wajar. Rehabilitasi diberikan oleh ahli terapi fisik, ahli terapi bicara,

    dokter umum, dokter spesialis, ahli psikologi, perawat dan pekerja sosial.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi sosial

    merupakan suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu melalui

    pelatihan ataupun bimbingan fisik, mental, spiritual maupun sosial agar

    klien ketika kembali kemasyarakat nantinya setelah selesai di rehabilitasi

    dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik dan dapat diterima oleh

    keluarga dan masyarakat.

    Tujuan yang hendak dicapai dalam rehabilitasi ialah menuju

    kemandirian setiap individu penyandang kelainan sehingga dapat

  • 28

    menghilangkan ketergantungan individu terhadap orang lain. Tujuan

    rehabilitasi yaitu :

    a. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta

    tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun

    masyarakat atau lingkungan sosialnya.

    b. Memulihkan kembali kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi

    sosialnya secara wajar.

    Tujuan rehabilitasi sebenarnya selain menyembuhkan secara fisik

    juga menyembuhkan keadaan sosial secara menyeluruh seperti

    menyiapkan individu atau pasien agar mampu melakukan kegiatan-

    kegiatan baik secara penuh maupun tidak penuh, serta mengembalikan

    kepercayaan kepada diri sendiri.

    Dengan demilkian program rehabilitasi ditunjukkan agar individu

    atau penyandang cacat mencapai kemandirian mental, fisik, psikologis

    dan sosial, dalam arti adanya keseimbangan antara apa yang masih dapat

    dilakukannya dan apa yang tidak dapat dilakukannya. Sehingga

    menghilangkan sikap yang menggantungkan diri terus menerus pada orang

    lain. Untuk mencapai tujuan program rehabilitasi harus dilaksanakan

    secara komprehensif.13

    D. Konsep Penyandang Disabilitas Mental

    Penyandang disabilitas mental adalah seseorang yang mempunyai

    kelainan mental atau tingkah laku akibat dari perkembangan kecerdasan

    yang terganggu. Oleh karena itu merupakan rintangan atau hambatan

    13 Haryanto.2009.Diklat Bahan Kuliah Rehabilitasi dan Pekerjaan Sosial. Yogyakart: Jurusan

    pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Hlm. 65

  • 29

    baginya untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara layak atau wajar.

    Penyandang disabilitas mental berhubungan dengan psikis atau aspek

    kejiwaannya. Adanya hambatan dalam konsentrasi membuat peyandang

    disabilitas mental sangat membutuhkan pertolongan orang lain dalam hal

    membantu menemukan apa yang mereka pikirkan dan ingin lakukan.14

    Gangguan Mental dimaknakan sebagai adanya penyimpangan norma-

    norma perilaku, yang mencangkup pikiran, perasaan dan tindakan. Orang yang

    depresi dan alkoholik, adalah orang yang mengalami gangguan mental karena

    terjadi penyimpangan perilaku, orang yang depresi perasaanya sangat tertekan,

    dan orang yang alkoholik tidak dapat menahan tindakannya dan secara

    persisten mengkonsumsi minuman beralkohol. Perilaku yang dilakukan secara

    persisten atau repetisif terutama perilaku yang tidak dikehendaki merupakan

    indikasi gangguan mental.15

    Menurut Kementrian Sosial Republik Indonesia, Penyandang

    disabilitas mental adalah individu yang mengalami cacat mental atau

    gangguan jiwa yang telah dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan

    direkomendasikan dalam kondisi tenang dan oleh karenanya merupakan

    rintangan atau hambatan baginya untuk melakukan fungsi sosialnya dalam

    pemenuhan kebutuhan, pemecahan masalah dan kegiatan sehari-hari.16

    Penyandang disabilitas erat kaitannya dengan permasalahan

    gangguan jiwa. Menurut Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2014,

    Tentang Kesehatan Jiwa menjelaskan Orang Dengan Masalah Kejiwaan

    yang selanjutnya disingkat ODMK adalah orang yang mempunyai masalah

    14 Chrisnita Vani, Gabriela, dkk. 2016. Pelayanan Sosial Tuna Ganda. Bandung: Unpad Press,

    hlm. 32-33 15 Notosoedirjo, Moeljono & Latipun. 2016. Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan. Malang:

    UMM Press, hlm. 36 16 Kementrian Sosial Republik Indonesia, 2010. Pedoman Rehabilitasi Sosial Orang dengan

    Kecacatan Mental Eks Psikotik dalam Panti. Jakarta: Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan

    Kecacatan, Hlm. 4

  • 30

    fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas

    hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Dan Orang

    Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang

    yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang

    termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan

    perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan

    hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.Berkaitan

    dengan masalah gangguan jiwa dapat disebabkan oleh berbagai macam

    faktor, diantaranya:

    1. Faktor biologis, seperti penyakit fisik kronis, penyakit fisik yang

    mempengaruhi otak dan penyalahgunaan narkoba, psikotropika,

    dan zat adiktif lainnya (napza).

    2. Faktor psikologis, seperti pola adaptasi, pola penyelesaian masalah,

    pola mekanisme pertahanan diri dan pola kepribadian.

    3. Faktor sosial, spiritual seperti pola relasi, sistem dukungan, situasi

    khusus/kritis, tantangan/tugas-tugas dan stressor atau pemicu.17

    Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang

    penyandang disabilitas mental erat kaitanya dengan orang yang

    mempunyai permasalahan gangguan jiwa yang mana orang tersebut

    mengalami kelainan mental dan tingkah laku serta hambatan dalam

    interaksi sosial dan partisipasi di masyarakat yang disebabkan karena

    beberapa faktor baik itu faktor biologis, faktor psikologis maupun faktor

    sosial.

    17 Yuri Rahmanto, Tony. 2019. “Hak Pilih bagi Penyandang Disabilitas Mental Ditinjau dari

    Perspektif Hak Asasi Manusia”. Dalam jurnal HAM, 10(1). https://ejournal.balitangham.go.