31
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Bab ini menguraikan mengenai kajian pustaka dan rumusan hipotesis. Bab ini terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian 2.1 menguraikan mengenai landasan teori dan bagian 2.2 menguraikan mengenai rumusan hipotesis. 2.1 Landasan Teori Secara terperinci bagian 2.1 menguraikan mengenai agency theory, agency cost, mekanisme untuk mengurangi konflik keagenan, corporate governance, nilai perusahaan, dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi pasar, dan efektivitas kompetisi pasar sebagai mekanisme pengendalian. 2.1.1 Agency Theory Agency theory merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual di mana satu atau lebih orang (prinsipal) memberikan mandat kepada pihak lain (agen) untuk melakukan kegiatan atau layanan atas nama mereka dan memberikan wewenang kepada agen sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Meckling, 1976). Agency theory berfokus untuk mengatasi dua masalah yang terjadi dalam hubungan keagenan. Pertama masalah keagenan akan muncul ketika adanya konflik kepentingan dari prinsipal dan agen, selain itu sulit bagi prinsipal untuk memastikan apa yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Kedua,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

  • Upload
    donhan

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Bab ini menguraikan mengenai kajian pustaka dan rumusan hipotesis. Bab

ini terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian 2.1 menguraikan mengenai

landasan teori dan bagian 2.2 menguraikan mengenai rumusan hipotesis.

2.1 Landasan Teori

Secara terperinci bagian 2.1 menguraikan mengenai agency theory, agency

cost, mekanisme untuk mengurangi konflik keagenan, corporate governance, nilai

perusahaan, dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen, komite audit,

struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi pasar,

dan efektivitas kompetisi pasar sebagai mekanisme pengendalian.

2.1.1 Agency Theory

Agency theory merupakan konsep yang menjelaskan hubungan

kontraktual di mana satu atau lebih orang (prinsipal) memberikan mandat kepada

pihak lain (agen) untuk melakukan kegiatan atau layanan atas nama mereka dan

memberikan wewenang kepada agen sebagai pengambil keputusan (Jensen dan

Meckling, 1976). Agency theory berfokus untuk mengatasi dua masalah yang

terjadi dalam hubungan keagenan. Pertama masalah keagenan akan muncul

ketika adanya konflik kepentingan dari prinsipal dan agen, selain itu sulit bagi

prinsipal untuk memastikan apa yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Kedua,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

17

masalah mengenai pembagian risiko yang muncul ketika prinsipal dan agen

memiliki sikap yang berbeda mengenai risiko yang dihadapi (Eisenhardt, 1989).

Tujuan dari teori agensi adalah:

1) Untuk meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen)

dalam mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The belief

revision role).

2) Untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna

mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan

kontrak kerja (The performance evaluation role).

Tabel 2.1 Agency Theory Overview

Ide Kunci Hubungan prinsipal-agen harus mencerminkan pengaturan

informasi dan biaya risiko yang efisien

Unit analisis Kontrak antara prinsipal dan agen

Asumsi manusia 1. Self interest

2. Bounded rationality

3. Risk aversion

Asumsi organisasi

atau kelompok

1. Konflik kepentingan diantara prinsipal dan agen

2. Efesiensi sebagai standar dari efektivitas

3. Asimetri informasi antara prinsipal dan agen

Asumsi informasi Informasi sebagai komoditas yang dibeli

Masalah kontrak 1. Agency (moral hazard dan adverse selection)

2. Pembagian risiko

Masalah utama Hubungan dimana prinsipal dan agen memiliki perbedaan tujuan

dan pilihan risiko (contoh: kompensasi, aturan, kepemimpinan,

integrasi vertikal, harga transfer)

Sumber: Kathleen M. Eisenhardt/Academy of Management Review 14 (1) 57-74

Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga

asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri

(self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa

mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

18

averse). Dari asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik

agensi yang sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya

sifat dasar tersebut. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda

dan masing–masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi

adalah munculnya konflik kepentingan.

Dalam perkembangannya, terdapat suatu kecenderungan timbulnya

masalah keagenan yang muncul sebagai akibat dari kemustahilan tercapainya

perikatan secara sempurna bagi pihak agen dan prinsipal. Masalah agensi awalnya

diangkat oleh Berle dan Means (1932), yang berpendapat bahwa biaya agensi

mungkin terjadi karena pemisahan kepemilikan dan kontrol sehingga akan

menimbulkan kepentingan pribadi manajemen dan pemegang saham. Jensen dan

Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan kontrak yang tidak lengkap antara

principal (pemegang saham) dan agent (manajemen) dapat menyebabkan masalah

keagenan. Dimana munculnya masalah keagenan dijelaskan dalam beberapa

faktor, sebagai berikut.

1) Moral hazard (MH)

Hal ini umumnya terjadi pada perusahaan besar (kompleksitas yang

tinggi), dimana manajer cenderung untuk memanfaatkan insentif yang sesuai

dengan kepentingannya atau berdasarkan keahliannya untuk bayaran yang

diterima dari perusahaan dan kemungkinan hal tersebut tidak termasuk dalam

kontrak.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

19

2) Penahanan laba (Earning Retention)

Masalah ini berkisar pada kecenderungan untuk melakukan investasi yang

berlebihan oleh pihak manajemen melalui peningkatan dana pertumbuhan

dengan tujuan untuk memperbesar kekuasaan, prestise, atau memperbesar

kemampuan untuk mendominasi dewan komisaris, maupun penghargaan bagi

dirinya, namun dapat menghancurkan kesejahteraan prinsipal.

3) Horizon waktu

Konflik ini muncul sebagai akibat dari kondisi arus kas, dimana prinsipal

lebih menekankan pada arus kas untuk masa depan yang kondisinya belum

pasti, sedangkan manajemen cenderung menekankan kepada hal-hal yang

berkaitan dengan pekerjaan mereka.

4) Penghindaran risiko manajerial

Masalah ini muncul ketika ada batasan diversifikasi portofolio yang

berhubungan dengan pendapatan manajerial atas kinerja yang dicapainya,

sehingga manajer akan berusaha meminimalkan risiko saham perusahaan dari

keputusan investasi yang meningkatkan risikonya. Misalnya manajemen lebih

senang dengan pendanaan ekuitas dan berusaha menghindari pendanaan yang

berasal dari utang, karena dapat memperkecil beban dengan tidak adanya

beban bunga.

Sartono (2001:12) dalam Putri (2011) menyatakan bahwa dalam usaha

meminimumkan masalah keagenan dalam perusahaan maka diperlukan biaya

yang disebut dengan kos keagenan (agency cost) dan tercemin dalam empat

alternatif, yaitu:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

20

1) Pengeluaran untuk monitoring seperti halnya biaya untuk pemeriksaan

akuntansi dan prosedur pengendalian intern.

2) Pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk manajemen atas prestasi

yang konsisten.

3) Fidelity bond adalah kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga,

dimana pihak ketiga (bonding company) setuju untuk membayar perusahaan

jika manajer berbuat tidak jujur sehingga menimbulkan kerugian bagi

perusahaan.

4) Golden parachutes dan poison pill dapat digunakan pula untuk mengurangi

konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Golden parachutes

adalah suatu kontak antara manajemen dan pemegang saham yang

menjamin bahwa manajemen akan mendapat kompensasi sejumlah tertentu

apabila perusahaan dibeli oleh perusahaan lain atau terjadi perubahan

pengendalian perusahaan. Dengan demikian manajemen tidak perlu

khawatir akan kehilangan pekerjaan. Sedangkan poison pill adalah usaha

pemegang saham untuk menjaga agar perusahaan tidak diambil alih oleh

perusahaan lain. Usaha ini dapat dilakukan dengan mengeluarkan hak

penjualan saham pada harga tertentu atau mengeluarkan obligasi disertai

dengan hak penjualan obligasi pada harga tertentu. Sehingga apabila

perusahaan dibeli oleh perusahaan lain, pembeli perusahaan wajib membeli

saham dan obligasi pada harga yang telah ditentukan sebelumnya.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

21

2.1.2 Agency Cost

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai

penjumlahan dari pengeluaran monitoring oleh prinsipal, pengeluaran bonding

oleh agen dan kerugian residual. Semakin besar perusahaan, semakin besar pula

agency cost-nya karena meningkatnya kebutuhan monitoring dalam perusahaan

besar. Agency cost yang lebih rendah diasosiasikan dengan nilai perusahaan yang

semakin tinggi.

Alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu melalui mekanisme

pengendalian internal dan mekanisme pengendalian eksternal atau pengendalian

pasar. Mekanisme pengendalian internal didesain untuk menyamakan kepentingan

antara manajer dengan pemegang saham.

Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa terdapat tiga macam

kos keagenan, diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Monitoring cost (biaya monitoring)

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemegang saham

untuk mengawasi aktivitas dan perilaku manajer, yang dirancang untuk

membatasi kegiatan menyimpang yang dilakukan manajer. Contoh:

membayar auditor untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan.

2) Bonding cost (biaya bonding)

Kos ini ditanggung oleh manajer untuk memberi jaminan kepada

pemilik bahwa manajer tidak melakukan tindakan yang merugikan

perusahaan. Contoh: penyelenggaraan sistem akuntansi yang baik

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

22

sehingga mampu menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan

kebutuhan prinsipal

3) Residual loss (kerugian residual)

Kos yang timbul akibat adanya perbedaan antara keputusan yang

diambil oleh manajemen dengan keputusan yang seharusnya dapat

memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Contoh: penurunan

nilai perusahaan, serta memanfaatkan fasilitas perusahaan secara

berlebihan seperti pengeluaran untuk perjalanan dinas dan akomodasi

kelas satu.

2.1.3 Mekanisme untuk Mengurangi Konflik Keagenan

Arifin (2002) menyatakan mekanisme untuk mengurangi masalah agensi

adalah sebagai berikut.

1) Mekanisme kontrol dengan monitoring

Ada beberapa mekanisme untuk mengurangi kos keagenan. Berikut

mekanisme-mekanisme kontrol dengan monitoring yang dapat dipakai

untuk mengurangi masalah keagenan:

a) Pembentukan dewan komisaris

Pembentukan dewan komisaris adalah salah satu

mekanisme yang banyak dipakai untuk memonitor manajer.

Namun penelitian Mace (1986) dalam Putri (2011) menemukan

bahwa pengawasan dewan komisaris pada manajemen pada

umumnya tidak efektif. Hal ini terjadi karena proses pemilihan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

23

dewan komisaris kurang demokratis, dimana kandidat dewan

komisaris sering dipilih oleh manajemen, sehingga setelah terpilih

tidak berani mengkritik manajemen.

Untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance

maka diperlukan komisaris independen yang berintegritas,

berkemampuan, tidak cacat hukum dan independen, serta yang

tidak memiliki hubungan bisnis (kontraktual) ataupun hubungan

lainnya dengan pemegang saham mayoritas (pemegang saham

pengendali) dan dewan direksi (manajemen) baik secara langsung

maupun tidak langsung. Disamping itu, jika dewan komisaris

didominasi oleh anggota luar (Independent Board of Director)

maka monitoring dewan komisaris terhadap manajer menjadi

efektif.

b) Pasar corporate control

Manne (1965) dalam Wiratmaja (2011) menyatakan bahwa

adanya pasar untuk corporate control, dimana perusahaan yang

menurun nilainya akibat adanya masalah keagenan akan diambil

alih oleh perusahaan lain, merupakan mekanisme yang lebih baik,

sehingga masalah agensi dapat dikurangi.

c) Pemegang saham besar

Model pengurangan masalah keagenan yang dibuat Jensen

dan Meckling (1976) mengasumsikan bahwa pemegang saham

terdiri dari investor-investo kecil. Biaya monitoring pada

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

24

manajemen oleh para investor tersebut menjadi sangat besar,

sehingga mereka cenderung tidak melakukan monitoring.

d) Kepemilikan terkonsentrasi

Kepemilikan diartikan lebih terkonsentrasi untuk mencapai

kontrol dominasi atau mayoritas dibutuhkan penggabungan lebih

sedikit investor.

e) Pasar manajer

Fama (1980), meyatakan bahwa masalah keagenan akan

berkurang dengan sendirinya karena manajer akan dicatat

kinerjanya oleh pasar manajer, baik yang ada dalam perusahaan

sendiri maupun yang berasal dari luar perusahaan.

2) Mekanisme kontrol dengan peningkatan kepemilikan manajer

Ketika kepemilikan saham oleh manajer perusahaan meningkat,

maka mereka berinisiatif untuk menginvestasikannya pada proyek-proyek

yang memiliki Net Present Value (NPV) yang positif dan mengurangi

konsumsi untuk kepentingan pribadinya. Insentif kepemilikan dapat

memberikan manajer dan pemegang saham untung maupun rugi yang

sama.

3) Mekanisme kontrol dengan bonding

Jensen (1986) melihat masalah keagenan dari sudut keterbatasan

uang yang dapat digunakan manajer untuk kegiatan „konsumtif‟. Dana

tersebut adalah free cash flows yaitu kelebihan dana yang ada dalam

perusahaan setelah semua proyek yang menghasilkan net present value

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

25

positif dilaksanakan. Jika kos keagenan ingin dikurangi maka free cash

flows harus dikurangi terlebih dahulu. Dengan kata lain manajer harus

menunjukan kepada pemegang saham bahwa dia telah melakukan upaya

menahan diri (bonding) untuk tidak menciptakan peluang melakukan

penyimpangan-penyimpangan.

2.1.4 Corporate Governance

Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan good corporate governance

(GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib

dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk

berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang

berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara

keseluruhan. Implementasi prinsip-prinsip GCG secara konsisten di perusahaan

akan menarik minat para investor, baik domestik maupun asing. Hal ini sangat

penting bagi perusahaan yang akan mengembangkan usahanya, seperti melakukan

investasi baru maupun proyek ekspansi.

Prinsip-prinsip corporate governance yang dikembangkan oleh OECD

(Organization for Economic Co-operation and Development) mengemukakan 5

hal berikut ini.

1) Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (the rights of

shareholders)

2) Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham (the equitable

treatment of shareholders)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

26

3) Peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan (the role of

stakeholders)

4) Pengungkapan dan transparansi (disclosure and transparency)

5) Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi (the responsibilities of the

board)

Prinsip-prinsip GCG sesuai Pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-

MBU/2002 Tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan GCG pada BUMN ialah.

1) Transparancy (Transparansi)

Informasi yang disediakan harus material dan relevan serta mudah

diperoleh dan dipahami oleh pengguna informasi. Oleh karena itu, inisiatif

dari perusahaan diperlukan untuk mengungkapkan hal-hal penting dalam

mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

2) Accountability (Akuntabilitas)

Kinerja perusahaan wajib dipertanggungjawabkan dengan transparan dan

wajar. Tata kelola perusahaan dijalankan secara benar, sesuai, dan terukur.

Akuntabilitas menjadi syarat yang diperlukan untuk mewujudkan kinerja

yang berkesinambungan.

3) Responsibility (Pertanggungjawaban)

Perusahaan wajib untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan memiliki tanggung jawab kepada masyarakat dan

lingkungan agar usaha yang dijalankan dapat tetap bertahan dalam waktu

jangka panjang.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

27

4) Independency (Independensi)

Asas good corporate governance dapat terlaksana dengan lancar jika

perusahaan dikelola secara independen. Setiap bagian perusahaan tidak

dapat diintervensi oleh pihak lain dan tidak saling mendominasi.

5) Fairness (Keadilan)

Asas keadilan dan kesetaraan harus diterapkan pada setiap perusahaan

dalam melaksanakan usahanya. Sikap adil ditunjukkan kepada semua

pihak yang berkepentingan.

Sistem corporate governance pada perusahaan modern dibagi menjadi dua

bagian yaitu mekanisme internal governance dan mekanisme external governance

yang sifatnya beragam tergantung lingkungan tertentu yang dianjurkan (Short,

Keasy, Wright dan Hull, 1999, dalam Wulandari, 2006). Dengan berjalannya

kedua mekanisme tersebut secara bersamaan, maka sistem corporate governance

perusahaan mencoba memotivasi manajer agar memaksimalkan nilai pemegang

saham.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

28

Gambar 2.1 Corporate governance:a board framework

Sumber: S.L. Gillan/Journal of Corporate Finance 12 (2006)381-402

2.1.5 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang

tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Bringham

Gapensi,1996 dalam Susanti, 2010). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi

pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para

pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran

pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan

dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari

keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset.

Menurut Fama (1978), nilai perusahaan akan tercermin dari harga

sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan

penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar

saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

29

perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi

oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan

sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga

dapat meningkatkan nilai perusahaan.

2.1.6 Dewan Direksi

Dewan direksi (board of directors) berfungsi untuk mengurus atau

mengelola perusahaan. Dewan direksi dipilih oleh pemegang saham dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) yang mewakili kepentingan para pemegang

saham tersebut.

Menurut Swatha & Sukotjo (2002) dalam Novany dkk (2015) direktur

adalah individu yang ditunjuk untuk memimpin sebuah perusahaan, tugas dari

seorang direktur adalah mengambil keputusan strategis yang berhubungan dengan

kebijakan perusahaan. Salah satu bentuk direktur yang dikembangkan didalam

sebuah perusahaan adalah direktur eksekutif. Jabatan direktur eksekutif pada

umumnya diberikan kepada orang yang dianggap berpengalaman didalam suatu

organisasi.

Sedangkan non-eksekutif direktur merupakan perpanjangan tangan dari

dewan komisaris yang bertugas membantu perusahaan untuk mencapai sasaran

tertentu (Inclaw, 2008 dalam Novany dkk, 2015). Non-eksekutif direktur adalah

individu yang tidak terkait dengan pihak manapun, yang ditunjuk sebagai alat

untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh direktur

eksekutif. Setiap perusahaan memiliki jumlah non-eksekutif direktur yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

30

berbeda antara satu dengan lain. Non-eksekutif direktur juga dikenal dengan

direktur independen. Pada bagian III.1.5.1 Peraturan Nomor 1-A Surat Keputusan

Direksi Bursa Efek Indonesia, ditentukan bahwa direktur independen “Berjumlah

paling kurang 1 (satu) orang dari jajaran anggota direksi yang dapat dipilih

terlebih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak

sebagai direktur independen setelah saham perusahaan tersebut tercatat”. Pada

bagian III.1.5.2 Peraturan Nomor 1-A ditentukan bahwa Direktur Independen

disyaratkan:

1. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pengendali perusahaan

tercatat yang bersangkutan paling kurang selama 6 (enam) bulan sebelum

penunjukan sebagai direktur independen.

2. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan komisaris atau direksi lainnya

dari calon perusahaan tercatat.

3. Tidak bekerja rangkap sebagai direksi pada perusahaan lain.

4. Tidak menjadi orang dalam pada lembaga atau profesi penunjang pasar

modal yang jasanya digunakan oleh calon perusahaan tercatat selama 6

(enam) bulan sebelum penunjukan sebagai direktur.

2.1.7 Dewan Komisaris

Effend (2009) dalam Lizarti (2012) menjelaskan bahwa dewan komsaris

(board of commissioners) berfungsi untuk melakukan pengawasan. Selain itu,

komisaris independen (independent commissioner) berfungsi sebagai kekuatan

penyeimbang (conterveiling power) dalam pengambilan keputusan oleh dewan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

31

komsaris. Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi

yang bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan

memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan

melaksanakan GCG. Berdasarkan Forum for Corporate Governance Indonesia

(FCGI), Dewan Komisaris merupakan inti corporate governance (tata kelola

perusahaan) yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,

mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas. Dewan komisaris dipilih melalui Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS).

Dewan komisaris dibagi menjadi komisaris terafiliasi dan komisaris

independen. Komisaris terafiliasi (komisaris dalam), yang dimaksud dengan

terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan

dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain,

serta dengan perusahaan itu sendiri. Komisaris dalam mewakili kepentingan dari

para pemegang saham, dan terkadang memiliki pengetahuan yang dalam atas

kinerja, keuangan, penguasaan pangsa pasar dari organisasi tersebut.

Sedangkan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang

bukan merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung dengan organisasi

tersebut, dan tidak mewakili pemegang saham. Sebagai contoh adalah seorang

komisaris yang diangkat yang sedang atau pernah menjabat posisi presiden sebuah

perusahaan dari sektor industri yang berbeda. Komisaris luar diangkat karena

pengalamannya dianggap berguna bagi organisasi tersebut. Mereka bisa

mengawasi komisaris dalam dan mengawasi bagaimana organisasi tersebut

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

32

dijalankan. Komisaris luar biasanya berguna dalam melerai sengketa antara

komisaris dalam, atau antara pemegang saham dan dewan komisaris. Komisaris

luar dianggap berguna karena mereka bisa bersikap objektif dan memiliki resiko

kecil dalam conflict of interest. Di sisi lain, komisaris luar mungkin kekurangan

pengalaman dalam menangani masalah spesifik yang dihadapi oleh organisasi

tersebut.

Menurut Muntoro, komposisi merupakan kombinasi karakteristik yang

diinginkan dari anggota dewan komisaris. Ada tiga karakterisitik utama yang

diperhatikan dalam melihat komposisi dewan komisaris, yaitu (1) kesenioran (atau

kejunioran) dari anggota dewan komisaris, (2) jenis keahlian yang dimiliki, dan

(3) komisaris independen versus komisaris non-independen. Jumlah anggota

dewan komisaris disesuaikan dengan industri dimana perusahaan berada karena

hal tersebut akan turut menentukan jenis kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh

dewan komisaris.

Sesuai Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No. Kep-339./BEJ/07-2001

butir C mengenai board governance yang terdiri dari komisaris independen,

komite audit dan sekretaris perusahaan bahwa untuk mencapai good corporate

governance, jumlah komisaris independen yang harus terdapat dalam perusahaan

sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan komisaris.

Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan (komisaris) diambil dari teori

agensi. Dari persepektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme

internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

33

membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Wahyudi.,

2010).

2.1.8 Komisaris Independen

Komisaris luar (komisaris independen) adalah anggota dewan komisaris

yang bukan merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung dengan

organisasi tersebut, dan tidak mewakili pemegang saham. Sebagai contoh adalah

seorang komisaris yang diangkat yang sedang atau pernah menjabat posisi

presiden sebuah perusahaan dari sektor industri yang berbeda. Komisaris luar

diangkat karena pengalamannya dianggap berguna bagi organisasi tersebut.

Mereka bisa mengawasi komisaris dalam dan mengawasi bagaimana organisasi

tersebut dijalankan. Komisaris luar biasanya berguna dalam melerai sengketa

antara komisaris dalam, atau antara pemegang saham dan dewan komisaris.

Komisaris luar dianggap berguna karena mereka bisa bersikap objektif dan

memiliki resiko kecil dalam conflict of interest. Di sisi lain, komisaris luar

mungkin kekurangan pengalaman dalam menangani masalah spesifik yang

dihadapi oleh organisasi tersebut.

Komite Nasional Good Corporate Governance (KNGCG) mengeluarkan

pedoman tentang komisaris independen yang ada di perusahaan publik. Pedoman

tersebut menyebutkan bahwa pada prinsipnya, komisaris bertanggung jawab dan

berwenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta memberikan

nasihat kepada direksi jika diperlukan.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

34

Dalam kaitannya dengan implementasi GCG dalam perusahaan,

diharapkan bahwa keberadaan komisaris maupun komisaris independen tidak

hanya sebagai pelengkap, karena dalam diri komisaris melekat tanggung jawab

secara hukum (yuridis). Oleh karena itu, peranan komisaris independen sangat

penting.

2.1.9 Komite Audit

Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite audit

sebagai berikut: “Suatu komite yang bekerja secara professional dan independen

yang dibentuk oleh dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah

membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas)

dalam menjalankan fungsi pengawasan (oversight) atas pelaporan keuangan,

manajemen risiko, pelaksanaan, audit dan implementasi corporate governance di

perusahaan-perusahaan”.

Salah satu alat untuk menerapkan Good Corporate Governance adalah

dengan adanya komite audit yang efektif. Komite audit bersifat independen dalam

bertugas. Komite audit bertanggung jawab kepada para stakeholder yang

dipublikasikan didalam rapat umum pemegang saham yang dilakukan satu kali

dalam setahun (Herwidayatmo, 2000). Surat edaran dari direksi PT Bursa Efek

Jakarta No. SE-008/BEI/12-2001 Tanggal 7 perihal keanggotaan komite audit

disebutkan bahwa, komite audit sukarang-kurangnya terdiri dari 3 orang yang

diketuai oleh 1 orang komisaris independen. Dan anggota komite audit lainnya

berasal dari pihak eksternal yang independen.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

35

2.1.10 Struktur Utang

Menurut Weston dan Brigham (1997) dalam Putri (2011) leverage adalah

tingkat penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Menurut

Sawir (2004) dalam Widanaputra dan Ratnadi (2008) leverage keuangan adalah

penggunaan sumber dana yang menimbulkan beban tetap keuangan. Beban tetap

keuangan yaitu bunga yang harus dibayar tanpa mempedulikan tingkat laba

perusahaan. Adapun rasio pengelolaan utang dibagai menjadi tiga, yaitu: rasio

utang, rasio kemampuan membayar bunga atau Time Interest Earnd (TIE), dan

rasio kemampuan membayarkan beban tetap.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam

hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber

pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan antara pemegang saham dengan

manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang

rendah sebaiknya menggunakan utang sebagai sumber pembiayaannya karena

penggunaan utang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga

secara teratur. Leverage keuangan menyiratkan dua hal penting, dengan

menaikkan dan melalui utang, pemilik dapat mempertahankan pengendalian atas

perusahaan dengan investasi terbatas. Kreditor mensyaratkan adanya ekuitas atau

dana yang disediakan oleh pemilik sebagai margin pengaman, jika pemilik hanya

menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan total, maka risiko perusahaan

dipikul terutama oleh kreditornya (Widanaputra dan Ratnadi 2008).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

36

2.1.11 Struktur Remunerasi

Struktur remunerasi ialah total tunjangan dan kompensasi tahunan yang

diberikan kepada semua anggota dewan. Besarnya remunerasi yang diterima oleh

dewan komisaris dan direksi ditentukan melalui rapat bersama dengan presiden

direktur yang membahas kebijakan remunerasi dewan komisaris dan direksi,

melalui rekomendasi kebijakan komite nominasi dan remunerasi yang adil dan

layak, sesuai dengan tugas, tanggung jawab serta kinerjanya masing-masing

berdasarkan sistem remunerasi perusahaan. Diprediksi dalam literatur sebelumnya

bahwa semakin tinggi remunerasi direksi maka biaya agensi semakin rendah

karena insentif ini akan mendorong manajer bekerja untuk kepentingan pemegang

saham perusahaan dalam rangka untuk terus menerima manfaat dan untuk

melindungi keamanan pekerjaan mereka.

2.1.12 Kepemilikan Institusional

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional

memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan

yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor

institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam

setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor

institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah

percaya terhadap tindakan manipulasi laba.

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

37

investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki arti

penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh

institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.

Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang

saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan

melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.

2.1.13 Kompetisi Pasar

Dalam teori ekonomi, persaingan sempurna mengacu pada pasar di mana

tidak ada peserta yang cukup besar untuk memiliki kekuatan pasar untuk

menetapkan harga produk yang homogen. Jelas, dasar untuk persaingan dalam

pengertian ini adalah untuk mengejar kepentingan pribadi yang merupakan motto

dari ekonom klasik dan neoklasik. Oleh karena itu, persaingan dalam kapitalisme

didasarkan pada jumlah modal keseluruhan dan keuntungan pribadi. Persaingan

dalam kegiatan ekonomi adalah salah satu faktor utama dalam organisasi dan unit

bisnis ( Setayesh dan Kargar , 2011 dalam Prawibowo dan Juliarto, 2014).

Praktik kompetisi yang dinamis akan berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan daya saing perusahaan, industri, dan negara. Pertumbuhan dan

pembangunan daya saing industri dijelaskan lebih rinci oleh Porter (1996) melalui

model persaingan, penelitiannya menyatakan bahwa ada 4 (empat) daya atau

faktor yang dapat dimiliki dan diakses untuk menentukan derajat persaingan antar

perusahaan di suatu industri yaitu konsumen, pemasok sumber daya, calon

pesaing potensial, dan produk substitusi.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

38

2.1.14 Efektivitas Kompetisi Pasar Sebagai Mekanisme Pengendalian

Hart (1983) menyatakan bahwa dengan adanya persaingan di pasar produk

akan jelas mengurangi kekenduran manajerial (managerial slack). Peningkatan

persaingan akan meningkatkan kemungkinan bahwa perusahaan dengan biaya

yang tinggi maka tidak mendapatkan laba yang optimal dan dapat membuat

tingkat likuidasi perusahaan akan meningkat (Schmidt, 1997).

Perusahaan yang memiliki persaingan yang kompetitif baik dalam

persaingan internal maupun secara global dituntut agar memiliki tata kelola

perusahaan yang baik (good corporate governance). Hal ini dapat membantu agar

seorang agen membatasi keleluasaan mereka dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Teori ekonomi mikro menunjukkan bahwa persaingan dinilai dapat

menyamai biaya marjinalnya dan menciptakan efisiensi perusahaan. Dalam

persaingan yang kompetitif akan dipastikan bahwa perusahaan yang yang

memiliki daya saing yang baik akan bertahan dan hal tersebut akan mendorong

pemberian kompensasi yang lebih untuk manajer.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

39

2.2 Rumusan Hipotesis

Bagian 2.2 menguraikan mengenai pengaruh persentase non-eksekutif dan

eksekutif direktur pada agency cost, pengaruh proporsi komisaris independen

pada agency cost, pengaruh komite audit pada agency cost, pengaruh struktur

utang pada agency cost, pengaruh struktur remunerasi pada agency cost, pengaruh

kepemilikan institusional pada agency cost, dan pengaruh kompetisi pasar pada

agency cost.

2.2.1 Pengaruh Persentase Non-Eksekutif dan Eksekutif Direktur pada

Agency Cost

Agency cost timbul karena adanya mekanisme pengawasan untuk

menyeimbangkan antara kepentingan prinsipal dan agen. Susunan dewan direksi

dalam suatu mekanisme corporate governance memegang peran penting dalam

memonitor manajer, keefektifan para dewan tergantung pada ukuran dan

komposisinya. Jumlah dewan yang besar, akan lebih kuat dari pada jumlah dewan

yang kecil, karena lebih mempertimbangkan keperluan untuk keefektifan

organisasi (Florackis dan Ozkan, 2004). Sejalan dengan pendapat Pearce dan

Zahra (1991) dalam Linda (2012), dewan yang mempunyai kuasa membantu

dalam menguatkan hubungan antara perusahaan dengan lingkungannya,

memberikan saran mengenai opsi strategik untuk perusahaan dan berperan

penting dalam menciptakan indentitas perusahaan.

Keberadaan dewan direksi eksternal pada susunan corporate governance

meningkatkan monitoring sekaligus juga memperbaiki nilai perusahaan (Fama

and Jensen, 1983). Hasil penelitian yang lainnya juga mengemukakan reputasi dan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

40

ancaman dapat memotivasi pihak direksi eksternal untuk bertindak yang lebih

baik dalam mementingkan kepentingan investor. Keefektifan susunan corporate

governance akan tercapai apabila direktur non-eksekutif dan direktur ekskutif

memiliki kepentingan yang sama dengan pemegang saham, yang juga membantu

mengurangi biaya agensi. Penelitian Faisal (2005) dan Lindawati (2010)

menemukan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan negatif pada

agency cost. Selain itu, penelitian Novany dkk (2015) menemukan bahwa

persentase eksekutif dan non eksekutif memiliki pengaruh signifikan dalam

meminimumkan agency cost.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1a: besarnya persentase non-eksekutif direktur pada susunan dewan direksi

perusahaan berpengaruh negatif pada monitoring cost

H1b: besarnya persentase non-eksekutif direktur pada susunan dewan direksi

perusahaan berpengaruh negatif pada bonding cost

H1c: besarnya persentase non-eksekutif direktur pada susunan dewan direksi

perusahaan berpengaruh negatif pada residual loss

H1d: keberadaan eksekutif direktur pada susunan dewan direksi perusahaan

berpengaruh negatif pada monitoring cost

H1e: keberadaan eksekutif direktur pada susunan dewan direksi perusahaan

berpengaruh negatif pada bonding cost

H1f: keberadaan eksekutif direktur pada susunan dewan direksi perusahaan

berpengaruh negatif pada residual loss

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

41

2.2.2 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen pada Agency Cost

Menurut Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI), inti dari

corporate governance adalah dewan komisaris. Dewan komisaris yang ditugaskan

untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam

mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Komposisi

dewan komisaris yang terdiri dari komisaris independen dan komisaris terafiliasi

memberikan perlindungan baik pemegang saham mayoritas maupun minoritas

(pemegang saham publik). Dalam kaitannya dengan implementasi GCG di

perusahaan, diharapkan bahwa keberadaan komisaris maupun komisaris

independen tidak hanya sebagai pelengkap, karena dalam diri komisaris melekat

tanggung jawab secara hukum (yuridis). Keberadaan dewan komisaris independen

dapat meningkatkan nilai perusahaan, karena komisaris independen membantu

merencanakan strategi jangka panjang dan secara berkala melakukan review atas

implementasi strategi tersebut (Zanera dkk, 2013). Penelitian Sajid (2012)

menyebutkan bahwa semakin besar komposisi dewan komisaris independen

dianggap sebagai mekanisme yang memainkan peran penting dalam membatasi

atau mengendalikan masalah agensi. Hasil dari penelitian Henry (2004)

menyimpulkan bahwa biaya agensi akan lebih rendah apabila semakin tinggi

jumlah komisaris independen di dalam komposisi dewan komisaris.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H2a: Keberadaan komisaris independen berpengaruh negatif pada monitoring cost

H2b: Keberadaan komisaris independen berpengaruh negatif pada bonding cost

H2c: Keberadaan komisaris independen berpengaruh negatif pada residual loss

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

42

2.2.3 Pengaruh Komite Audit pada Agency Cost

Komite audit merupakan perpanjangan tangan dari dewan komisaris.

Sehingga komite audit membantu fungsi dewan komisaris dalam melakukan

pengawasan terhadap agen perusahaan. Semakin efektif pengawasan yang

dilakukan dewan komisaris bersamaan dengan komite audit, maka agency cost

dapat dikurangi. Keberadaan komite audit dalam perusahaan juga dapat

meningkatkan kualitas laba dan nilai perusahaan (Arifianti, 2010). Saputro dan

Syafrudin (2012) menemukan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap

biaya keagenan, dan hasil penelitian Linda (2012) menyebutkan bahwa komite

audit dapat menekan agency cost.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H3a: Komite Audit berpengaruh negatif pada monitoring cost

H3b: Komite Audit berpengaruh negatif pada bonding cost

H3c: Komite Audit berpengaruh negatif pada residual loss

2.2.4 Pengaruh Struktur Utang pada Agency Cost

Peningkatan utang merupakan salah satu cara untuk mengurangi kos

keagenan. Semakin besar utang, maka perusahaan harus mencadangkan lebih

banyak kas untuk membayar bunga serta pokok pinjaman sehingga akan

memperkecil dana yang menganggur. Dari sudut pandang pemegang saham,

kebijakan peningkatan utang dapat mengurangi pengawasan pada manajemen

karena pihak ketiga yang meminjamkan dana (bond holder) akan melakukan

pengawasan pada manajemen agar pinjamnannya tidak disalahgunakan, sehingga

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

43

nantinya akan mengurangi kos keagenan. Namun, pada umumnya perusahaan

yang terlalu banyak melakukan pembiayaan dengan utang, dianggap tidak sehat

karena dapat menurunkan laba. Peningkatan dan penurunan tingkat utang

memiliki pengaruh terhadap penilaian pasar. Kelebihan utang yang besar akan

memberikan dampak yang negatif pada nilai perusahaan (Ogolmagai, 2013). Pada

penelitian Nazir dan Saita (2013) menemukan bahwa leverage dapat menurunkan

agency cost. Sejalan dengan penelitian Putri (2011) dan Punia (2012)

menyebutkan bahwa semakin tinggi leverage maka agency cost yang ditimbulkan

semakin rendah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H4a: Struktur utang berpengaruh negatif pada monitoring cost

H4b: Struktur utang berpengaruh negatif pada bonding cost

H4c: Struktur utang berpengaruh positif pada residual loss

2.2.5 Pengaruh Struktur Remunerasi pada Agency Cost

Remunerasi merupakan total kompensasi, komisi dan tunjangan yang

diterima oleh para dewan sebagai imbalan dari jasa yang telah dikerjakannya.

Tunjangan yang diberikan perusahaan kepada dewan komisaris maupun direksi

dapat memotivasi kinerja para dewan dalam memonitor ataupun mengelola

perusahaan untuk kepentingan pemegang saham. Penelitian Dogan dan Smyth

(2002) menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara remunerasi dewan

dengan tingkat penjualan. Selain itu, penelitian Gul et al (2012) dan Yegon et al

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

44

(2014) menemukan bahwa struktur remunerasi dewan dapat meminimumkan

agency cost.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H5a: Struktur remunerasi berpengaruh negatif pada monitoring cost

H5b: Struktur remunerasi berpengaruh negatif pada bonding cost

H5c: Struktur remunerasi berpengaruh negatif pada residual loss

2.2.6 Pengaruh Kepemilikan Institusional pada Agency Cost

Peran kepemilikan institusional timbul karena adanya konflik antara

manajer dengan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976), untuk

mengendalikan konflik tersebut maka timbul aturan-aturan yang berfungsi untuk

mengatasi konflik tersebut. Faizal (2004) menyatakan kepemilikan institusional

umumnya betindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Iswantaya (2007)

dalam Kamil (2014) berpendapat bahwa institusi dengan kepemilikan saham

yang relatif besar dalam perusahaan mungkin akan mempercepat manajemen

perusahaan untuk menyajikan pengungkapan secara sukarela. Hal ini terjadi

karena investor institusional dapat melakukan monitoring dan dianggap

sophisticated investor yang tidak mudah dibodohi oleh tindakan manajer.

Tingginya tingkat pengendalian oleh pihak eksternal ini akan mempengaruhi

jalannya perusahaan yang akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan sehingga

akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Faizal (2004)

menunjukkan bahwa kehadiran institusional ownership pada perusahaan-

perusahaan non-keuangan di BEI mempunyai pengaruh yang signifikan pada

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

45

agency cost. Penelitian Gul et al (2012) yang mengambil kasus di Pakistan,

menyatakan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional dapat mengurangi

timbulnya agency cost.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H6a: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif pada monitoring cost

H6b: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif pada bonding cost

H6c: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif pada residual loss

2.2.7 Pengaruh Kompetisi Pasar pada Agency Cost

Penelitian sebelumnya Valipour et.al. (2013) dalam Prawibowo dan

Juliarto (2014) menemukan hubungan yang berbanding terbalik atau negatif

antara CPS (Cost per Sale) terhadap agency cost. Hal tersebut menunjukkan

adanya peningkatan CPS menjadikan suatu ukuran perusahaan akan meningkat

seiring peningkatan persaingan yang semakin kompetitif. Wang (2013)

menyatakan bahwa persaingan yang kompetitif merupakan salah satu praktik

good corporate governance, hal tersebut menuntut pihak agen (manajer) agar

melakukan keputusan yang efektif agar dapat bersaing dan tidak bertindak

oportunis. Dengan demikian, adanya peningkatan CPS sebagai proksi dari

persaingan akan mengurangi masalah keagenan dengan penurunan agency cost.

Prawibowo dan Juliarto (2014) menyatakan bahwa tingkat persaingan yang tinggi

akan ditunjukkan dengan rasio HPP terhadap penjualan yang semakin meningkat.

Rasio HPP yang tinggi menandakan laba semakin kecil. Laba yang semakin kecil

akan mengindikasikan bahwa tingkat persaingan yang tinggi. Dengan demikian,

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS II.pdf · ini terdiri atas dua bagian utama, ... komite audit, struktur utang, struktur remunerasi, kepemilikan institusional, kompetisi

46

penelitian Prawibowo dan Juliarto (2014) membuktikan bahwa persaingan yang

tinggi dapat menurukan monitoring cost yang diproksikan dengan audit fee.

Sejalan dengan penelitian Heshmatzadeh et al (2013) juga menyatakan bahwa

kompetisi pasar dapat menurunkan agency cost.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H7a: Kompetisi pasar berpengaruh negatif pada monitoring cost

H7b: Kompetisi pasar berpengaruh negatif pada bonding cost

H7c: Kompetisi pasar berpengaruh negatif pada residual loss