Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Untuk Mendukung penelitian yang dikaji, maka penulis mengambil
beberapa referensi yang berasal dari skripsi dan jurnal, diantaranya akan disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No. Nama dan Judul Hasil Penelitian Relevan
01 Budi Santoso. Pola
Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau pada
Kawasan
Perkampungan
Plemburan Tegal,
Ngaglik Sleman
Ruang Terbuka (open
spaces) diartikan sebagai
ruang yang direncanakan
karena kebutuhan akan
tempat – tempat pertemuan
dan aktivitas bersama di
udara terbuka. Secara
teoritis, ruang terbuka
merupakan ruang yang
berfungsi sebagai wadah
(container) untuk kehidupan
manusia, baik secara
individu maupun
berkelompok, serta wadah
Jurnal ini juga
mengkaji tentang
bagaimana
pemanfaatan ruang
terbuka hijau yang
tersedia sehingga
dapat digunakan
dengan optimal
oleh
masyarakatnya.
Sama halnya
dengan Simpang
Lima Gumul
sebagai ruang
17
makhluk lainnya untuk
hidup dan berkembang
secara berkelanjutan.
Pemanfaatan RTH
berdasarkan aktivitas :
olahraga tenis lapangan,
berjualan harian, kegiatan
kelompok, pertunjukan
temporer. Terdapat fasilitas
ruang sosial dalam bentuk
taman dan fasilitas tempat
untuk olahraga.
publik yang
sekaligus menjadi
ruang terbuka hijau
dan non hijau yang
difasilitasi oleh
pemerintah sebagai
wadah ruang sosial
bagi masyarakat
yang hendak
memanfaatkannya.
02 Epi Syahadat &
Sylviani. Kebijakan
Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau
Kabupaten dan
Perkotaan : Studi
Kasus Provinsi
Banten
Berdasarkan Permenhut no
P.71/Menhut-II/2009
disebutkan bahwa adanya
RTH dipergunakan untuk
keperluan :
a. pariwisata alam, rekreasi
dan atau olahraga,
b. penelitian dan
pengembangan,
c. pendidikan,
d. pelestarian alam
Adanya RTH
disebuah wilayah
atau daerah sudah
diatur dalam
kebijakan
pemerintah dalam
pemanfaatannya,
dan terdapat dalam
Permen untuk
disediakannya
lahan terbuka yang
ditujukan untuk
18
e. budidaya hasil hutan
bukan kayu
Permendagri no 1 tahun
2007 menyampaikan RTH
adalah ruang –ruang dalam
kota atau wilayah yang lebih
luas baik dalam bentuk area/
kawasan maupun dalam area
memanjang/jalur dimana
dalam penggunaannya
bersifat terbuka yang pada
dasarnya tanpa bangunan.
Tujuan dibangun RTH
disebuah kota atau suatu
wilayah dengan tujuan untuk
menjaga kelestarian,
keserasian, dan
keseimbangan ekosistem
perkotaan yang aman,
nyaman, segar, indah, bersih
yang meliputi unsur
lingkungan, sosial, dan
budaya
menjaga
keseimbangan
ekosistem
lingkungan dan
juga dapat
digunakan
masyarakat sebagai
ruang untuk
besosialiasi, sama
halnya dengan
kawasan Simpang
Lima Gumul yang
disediakan oleh
pemerintah guna
untuk dapat
dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai
ruang sosial.
19
03 Edi Darmawan.
Ruang Publik dan
Kualitas Kota.
Ruang Publik kota
merupakan kebutuhan
penting masyarakat yang
dapat meningkatkan kualitas
ruang kota. Seberapa besar
fasilitas tersebut baik dari
segi kualitatif atau
kuantitatif tergantung dari
kondisi sosial masyarakat
pengaruhnya semakin tinggi
tingkat social
masyarakatnya, semakin
besar tuntutan fasiIitasnya
baik dari segi kualitatif
maupun dari segi kuantitatif.
Sebaliknya
bagi masyarakat yang
tingkat sosialnya rendah
tidak terlalu banyak
tuntutannya. Dengan
demikian kualitas ruang kota
tergantung dan siapa dan
bagaimana tingkat sosial
mereka.
Dengan munculnya
ruang publik dalam
kota, maka juga
akan meningkatkan
kualitas
pemanfaatan kota.
Meningkatnya
kesadaran dan
kebutuhan
masyarakat akan
suatu ruang yang
dapat digunakan
bersama yang
bersifat publik.
Adanya ruang
publik sepertri
Simpang Lima
Gumul dapat juga
meningkatkan
kualitas kota baik
dari segi tata ruang
kota dan juga
masyarakat untuk
20
Dengan tersedianya ruang
publik bagi masyarakat
dengan fasilitas yang
memadai, maka akan
mampu memberikan
kesempatan bagi masyarakat
untuk meningkatkan kualitas
pertemuan atau kebutuhan
sosial dengan menggunakan
ruang sebagai eksplorasi.
saling berinteraksi
di ruang tersebut.
04 Eva Etiningsih,
Fungsi Taman Kota
sebagai Ruang
Publik
Penelitian ini melihat Taman
Kota Metro yang merupakan
ruang terbuka hijau sebagai
ruang publik dan digunakan
oleh masyarakat sebagai
tempat untuk melakukan
aktivitas sosial. Ruang
Terbuka Hijau yang
memiliki beberpa kriteria
sebagai salah satu bentuk
RTRW di sebuah kota yang
perlu direalisasikan agar
dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Kawasan Simpang
Lima Gumul juga
terdapat ruang
terbuka hijau yang
dapat
dimanfaaatkan
sebagai ruang
publik dan sebagai
perwujudan dari
keseimbangan
ekosistem
lingkungan serta
optimalnya tata
21
ruang perencanaan
wilayah kota.
05 Elisa Ravazzoli,
Gian Paolo
Torricelli. Urban
mobility and public
space. A challenge
for the sustainable
liveable city of the
future
Jurnal ini membahas
hubungan antara ruang
publik dan mobilitas
perkotaan di kota
kontemporer, khususnya
dengan membahas sejauh
mana mobilitas perkotaan
dapat menciptakan ruang
publik yang lebih baik dan
bahkan membantu
menghasilkan model
mobilitas yang lebih
berkelanjutan.
Ruang publik
sebagai media bagi
masyarakat untuk
melakukan
aktivitas yang
mampu
menciptakan
mobilitas dan
dilakukan secara
berkelanjutan oleh
masyarakat.
6. Nia Tri Wahyuning
Tyas, Partisipasi
Masyarakat dalam
Pemanfaatan
Monumen Simpang
Lima Gumul
Kabupaten Kediri.
Dalam jurnal ini
menunjukan terdapat
beberapa faktor yang
mempengaruhi dan tidak
memepengaruhi partisipasi
masyarakat dalam
pemanfaatan kawasan
monumen Simpang Lima
Hal ini
menunjukkan ahwa
terdapat beberapa
hal yang sama
untuk dibahas,
dengan lokasi
penelitian yang
sama, jurnal ini
22
Gumul Kediri, sebagai
berikut 1) Siapa Penggagas
partisipasi, Penggagas
adalah pemerintah secara
umumya dan kelompok atau
komunitas secara
khususnya. 2) Untuk
kepentingan siapa partisipasi
itu dilaksanakan,
kepentingan untuk bersama
(pemerintah dengan
masyarakat) dan pribadi
(komunitas atau kelompok).
3) Siapa yang memegang
kendali, pemerintah secara
umum dibantu oleh dinas-
dinas terkait, namun
pemegang kendali pada
komunitas adalah kapten
komunitas itu sendiri. 4)
Hubungan pemerintah
dengan masyarakat, dalam
hal ini seperti masyarakat
sebagai pengunjung dan
juga membahas
pemanfaatan
Simpang Lima
Gumul.
23
pedagang (PKL dan UKM)
serta komunitas terjalin
dengan harmonis dan baik.
5) Kultural, kebudayaan
musyawarah atau diskusi
belum mencakup semua
kalangan dan pemerintah
juga mendukung
kebudayaan membaca
dengan adanya perpustakaan
keliling. 6) Politik,
pemerintah sudah berusaha
demokratis dan transparan
untuk menjaga kestabilan
namun belum bisa
maksimal. 7) Legalitas,
belum sepenuhnya optimal
hanya pada kalangan
tertentu saja. 8) Ekonomi,
sudah sangat baik banyak
masyarakat yang
berpartisipasi mendapatkan
manfaat sesuai dengan
tujuannya masing-masing.
24
9) Kepemimpinan,
pemerintah dibantu oleh
semua kalangan, namun
komunitas menilai
pemimpin adalah kapten dari
komunitas tersebut. 10)
Waktu, sangatlah baik
karena masyarakat bebas
dan tidak dibatasi dalam
melakukan kegiatan di
kawasan monumen. 11)
Tersedianya jaringan yang
menghubungkan antara
warga masyarakat dengan
pemerintah (forum warga),
masih belum sepenuhnya
dirasakan oleh masyarakat
luas.
8. Diah Estu Kusuma
Dewi, Pemanfaatan
Ruang Terbuka
Publik Berdasarkan
Gaya hidup di Kota
Semarang
Ruang terbuka publik dapat
berfungsi sebagai ruang
pamer bagi komunitas yang
ada di Kota Semarang. Hal
ini dapat dilihat dari
aktivitas-aktivitas yang
Jurnal ini berkaitan
dengan judul yang
diamil penulis
dengan sama
membahas
pemanfaatan ruang
25
dilakukan oleh komunitas
dapat memanfaatkan ruang
terbuka publik sebagai
ruang pamer bagi komunitas
untuk memperlihatkan gaya
hidupnya pada masyarakat
luas. Adapun pertimbangan
pemanfaatan ruang ini lebih
mengutamakan pada citra
kawasan, sehingga perlu
adanya perhatian dari pihak
pemerintah untuk
mengontrol perkembangan
aktivitas yang muncul dalam
ruang terbuka publik.
Mengingat fungsi utama
ruang terbuka publik
digunakan untuk aktivitas
masyarakat umum lainnya
bukan kelompok tertentu.
publik dan juga
faktor yang
mempengaruhi
pemanfaatan ruang
publik.
26
B. Kajian Pustaka
1. Pemanfaatan
Pemanfaatan merupakan sebuah kata yang berasal dari kata "Manfaat” yaitu
penghadapan terhadap sesuatu yang menunjukkan penerimaan, penghadapan
tersebut pada umumnya mengarah pada perolehan atau pemakaian terhadap hal –
hal yang berguna baik digunakan secara langsung maupun tidak langsung agar
berguna. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan suatu benda untuk
digunakan dan diambil kegunaannya (Yusufhadi, 1994 : 45). Sedangkan menurut
Prof. Dr. J.S. Badudu dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, mengatakan bahwa
”Pemanfaatan adalah hal, cara, hasil kerja dalam memanfaatkan sesuatu
yang berguna”
Dan definisi lain dari manfaat dikeluarkan oleh Dennis Mc Quail dan Sven
Windahl, yakni : ”Manfaat merupakan harapan sama artinya dengan explore
(penghadapan semata-mata menunjukan suatu kegiatan menerima)”.
2. Ruang Publik
a. Pengertian
Ruang publik adalah ruang yang berfungsi untuk tempat menampung
aktivitas masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok, dimana bentuk
ruang publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan (Rustam
Hakim,1987). Ruang publik juga diartikan sebagai ruang dimana kita berbagi
dengan orang asing atau yang lainnya, ruang publik adalah ruang untuk politik,
budaya, seni, agama, perdagangan, olahraga atau ruang untuk hidup secara
27
berdampingan atau untuk pertemuan yang tidak bersifat pribadi dan siapapun dapat
menggunakannya (Walzer, 1996)
Menurut Walzer dalam Madanipour (1996), ruang publik adalah ruang dimana kita
berbagi dengan orang asing, yaitu orang-orang yang bukan saudara-saudara, teman-
teman atau rekan kerja kita. Ruang publik adalah ruang untuk politik, agama,
perdagangan, olahraga atau ruang untuk hidup berdampingan secara damai dan
untuk pertemuan yang tidak bersifat pribadi. Kemudian Carr dalam Madanipour
(1996), mendefinisikan ruang publik sebagai landasan bersama di mana orang-
orang melaksanakan kegiatan fungsional dan ritual yang mengikat masyarakat baik
dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari atau dalam perayaan periodik.
Carr dalam Madanipour (1996) mengatakan bahwa ruang publik adalah
panggung berlangsungnya drama kehidupan masyarakat, sebab menurut Francis
Tibbalds ruang publik menggambarkan kondisi masyarakat, budaya masyarakat,
dan wacana sehari-hari. Ruang publik menekankan pada akses yang terbuka dan
keberagaman kegiatan. Akses terbuka artinya siapa saja boleh memasuki ruang ini
dan keberagaman kegiatan yaitu aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang
berada di ruang publik adalah berbeda-beda. Akibat dari akses yang terbuka maka
banyak orang yang datang sehingga akan terjadi interaksi sosial.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang publik
merupakan sebuah tempat, baik terbuka maupun tertutup bersifat hijau maupun non
hijau yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya
sebagai makhluk sosial seperti berdiskusi mengenai apa saja antara individu yang
satu dengan yang lain ataupun dengan kelompok, tempat untuk berolahraga, ruang
28
berlangsungnya perekonomian bagi pedagang. Ruang publik bersifat publik atau
tidak bersifat privasi, siapapun dapat memanfaatkan ruang publik secara bebas
tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
b. Kriteria
Terdapat beberapa kriteria untuk menjadi ruang publik yang baik,
diantaranya adalah :
1. Lokasi yang mudah diakses
2. Terdapat informasi yang jelas mengenai tempat tersebut bahwa tersedia
untuk digunakan dan dimaksudkan untuk digunakan
3. Memungkinkan dilakukan banyak kegiatan di tempat tersebut
4. Memberi rasa aman dan keselamatan bagi pengguananya
5. Dapat digunakan oleh semua kalangan
6. Lingkungan yang memberi kenyamanan secara psikologis
7. Tempat melakukan interasi sosial
8. Tempat melakukan apresisasi seni yang dipertunjukkan.
c. Ciri – ciri
1. Ruang publik merupakan wilayah sosial yang bebas dari adanya sensor
dan dominasi. Semua warga masyarakat pada prinsipnya boleh memasuki
ruangan tersebut, mereka merupakan pribadi – pribadi, ukanlah orang
dengan kepentingan bisnis atau profesional, bukan sebagai pejabat ataupun
politikus, tetapi sebagai pribadi yang membentuk komunikasi dengan
29
berdiskusi sehingga mereka membentuk publik, sebab bukan soal
kepribadian mereka yang diperbincangkan namun mengenai soal
kepentingan umum yang dibicarakan secara bebas tanpa ada paksaan.
2. Ruang publik sebagai tempat yang independen dari pemerintah meskipun
bisa jadi pendanaan untuk berdirinya tempat tersebut berasal dari
pemerintah, dan juga truang yang otonom dari pihak yang memiliki
kekuatan ekonomi tertentu, ruang publik juga merupakan ruang terbuka
bagi siapa saja serta terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat, dalam ranah
publik ini opini masyarakat dapat terbentuk.
3. Ruang publik merupakan ruang penciptaan opini non pemerintah, sebuah
ruang absrtrak maupun ruang fisik yang menjadi ajang pembentukan
pendapat anggota – anggota masyarakat diluar kendali pemerintah. Konsep
ruang publik ini menganggap bahwa pemerintah (baik dalam bentuk
pelaksana negara modern maupun dalam bentuk pemerintahan kerajaan)
bukan merupakan satu – satunya pihak yang dapat memonopoli kebenaran
atau untuk pengambilan keputusan. Secara idealnya sebuah masyarakat
memiliki hak dan kemampuan untuk berdebat, berpendapat, bersepakat, dan
menolak keputusan – keputusan tentang hal penting yang menyangkut diri
mereka. Pemerintah kemudian tinggal melaksanakan apa yang telah
diputuskan oleh masyarakat tersebut.
30
d. Fungsi
Menurut Eddy Dharmawan dalam Iswanto (2006), secara umum terdapat
beberapa fungsi ruang publik, yaitu sebagai berikut.
1. Sebagai pusat interaksi masyarakat. Ruang publik dapat diakses dan
dipakai oleh siapa saja sehingga ruang publik menjadi pusat pertemuan
masyarakat. Banyaknya masyarakat yang berkumpul di ruang publik maka
akan menyebabkan terjadinya interaksi didalamnya.
2. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor jalan yang
menuju ke arah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari
struktur kota serta sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan di
sekitarnya dan ruang untuk transit.
3. Sebagai tempat usaha bagi pedagang kaki lima. Pedagang kaki adalah
pedagang yang berjualan di suatu tempat umum seperti tepi jalan, taman
taman, emper-emper toko dan pasar-pasar tanpa adanya izin usaha dari
pemerintah.
4. Sebagai paru-paru kota, penyedia udara yang segar dan bersih di tengah
wilayah perkotaan yang didominasi oleh bangunan-bangunan beton
d. Ruang Publik Barat
Melalui sebuah tulisan Habermas dengan judul The Structural
Transformation of Public Sphere mengungkapkan dan menunjukkan
perkembangan institusi media dari abad ke 17 hingga saat ini. Pada abad ke 17 dan
awal abad ke 18 di Paris dan London timbul gejala baru, yaitu dengan munculnya
31
debat dan diskusi yang terjadi di salon – salon dan kafetaria. Di tempat tersebut
orang – orang berkumpul dan berdiskusi mengenai isu publik, diskusi tersebut
difasilitasi oleh penerbitan lembaran – lembaran berita dan surat kabar, ysng
merupakan forum bagi debat politik dimana orang – orang (laki – laki dan golongan
menengah) dapat melontarkan kritik kepada pemerintah. Meskipun hanya mewakili
kaum borjuis, ruang publik itu mewujudkan gagasan mengenai komunitas warga
negara, berkumpul bersama sebagai orang yang sederajat dalam suatu forum
masyarakat sipil, berbeda dari otoritas negara dan ruang privat keluarga. Forum
tersebut mampu membentuk opini publik melalui debat rasional.
Dengan demikian yang disebut politik tidak hanya mencakup arena
kekuasaan negara dan pemerintahan, tetapi diperluas dalam ruang publik, yang
merupakan mediasi antara masyarakat luas dan negara, yang memungkinkan
kontrol sosial dan politik. Semakin ruang publik terbuka, semakin dimungkinkan
terbentuknya perserikatan yang bertukar gagasan, semakin besar pula kemampuan
mendukung demokratisasi masyarakat. Suatu bentuk pertukaran ide yang
demokratik ditandai oleh debat terbuka, alternatif, kepercayaan, mutualitas.
Semuanya itu merupakan kondisi bagi kebebasan komunitas. Dalam ranah publik
itu (polis) terbentuk kewarga negaraan dan sense of belonging yang mengatasi
lingkup keluarga (oikos) dan hubungan lokal. Di situlah nilai – nilai universal dapat
dikembangkan.
Demikianlah pada masa sekarang, politik dimediasikan oleh media massa,
pers, media elektronik dan komputer. Hal tersebut mampu membawa dunia publik
ke rumah – rumah. Terjadi pergeseran keseimbangan antara ruang publik ke ruang
privat. Media komunikasi menjadi “media dialog”. Televisi dan pemirsanya adalah
32
partisipan dari pembicaraan yang berlangsung terus. Surat kabar juga memancing
pembicaraan sehingga dalam pembicaraan tersebut muncullah sebuah opini, dan
opini mampu mnyulut aksi. Menurut Habermas sekelompok orang menjadi suatu
publik sesudah mereka menggunakan rasionya dan dialog sendiri merupakan suatu
proses menggunakan rasio.
e. Ruang Publik Indonesia
Munculnya ruang publik di Indonesia juga tidak terlepas dari peran warga
negara dan pihak pemerintah yang menyediakan ruang publik yang berupa ruang
terbuka hijau sebagai space yang dapat digunakan bersama oleh masyarakat. Ruang
publik di Indonesia yang digunakan sebagai tempat berkumpul oleh warga negara
untuk melakukan aktivitas sosial dan tidak bersifat privat. Indonesia juga
menyediakan ruang publik sebagaimana yang sudah terdapat dalam peraturan
pemerintah yang mencantumkan perintah bahwa sebuah kota yang ideal memiliki
ruang publik untuk digunakan warga negara.
Ruang publik sebagai ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka hijau publik
dan ruang terbuka non hijau publik. Ruang terbuka hijau publik adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaanya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah
kota / kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat. Sedangkan ruang
terbuka non hijau publik merupakan ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak
termasuk kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan
air yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota / kabupaten yang
33
digunakan untuk kepentingan masyarakat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 5 Tahun 2008).
3. Pemanfaatan Ruang Publik
Pemanfaatan ruang publik dapat diartikan sebagai upaya atau usaha untuk
menggunakan, mengambil manfaat dari ruang publik. Ruang publik digunakan oleh
warga negara atau masyarakat sebagai ruang berinteraksi dan melakukan aktivitas
sosial. Tersedianya ruang publik, baik yang terdapat di sekitar warga negara
berdasarkan peraturan pemerintah sebagai fasilitas ruang publik maupun ruang
publik yang dibentuk sendiri oleh warga negara merupakan kesempatan bagi
mereka untuk dapat menggunakan ruang publik sebagai ruang yang bersifat publik.
Seluruh kalangan dan lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial
dan jabatan yang dimiliki, dapat memanfaatkan ruang publik. Berbagai macam
kegiatan dapat dilakukan oleh pemanfaat ruang publik dengan bebas dan tanpa ada
pihak yang mendominasi. Pemanfaatan ruang publik sudah selayaknya digunakan
sebagaimana fungsinya tanpa mengurangi nilai dan arti dari sebuah ruang publik.
Ruang publik dapat digunakan sebagai tempat berdiskusi antara individu dengan
individu yang lain, kelompok dengan kelompok membahas mengenai apa saja,
tempat yang dapat dimanfaatkan untuk berolahraga untuk meningkatkan kesehatan
jasmani, untuk berdagang dan menambah perekonomian demi memenuhi
kebutuhan hidup, pertunjukan seni ditampilkan dan disaksikan secara terbuka, dan
masih banyak aktivitas sosial yang digunakan oleh warga negara sebagai tindakan
pemanfaatan ruang publik.
34
Kegiatan pemanfaatan ruang wilayah untuk membangun RTH di
kabupaten/kota tidak akan berjalan tanpa ada dasar acuan atau kebijakan terkait
dengan pemanfaatan ruang wilayah. Mengingat pentingnya pembangunan RTH dan
untuk mendukung terbentuknya RTH di wilayah kabupaten/perkotaan, maka
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Kementerian
Kehutanan menyikapi persoalan tersebut dengan membuat dasar acuan yang
diwujudkan dalam Permendagri Nomor 1 tahun 2007, PermenPU Nomor
05/PRT/M/2008 dan Permenhut Nomor P.71/Menhut-II/2009 Tahun 2009.
Permasalahannya adalah sejauh mana sinergitas dari kebijakan dapat
diimplementasikan di tingkat tapak dengan pembangunan RTH dalam hal ini oleh
pemerintah daerah setempat.
4. Ruang Terbuka Hijau
Dalam Undang-Undang Republi Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Pasal 1 angka (31) menyatakan bahwa RTH adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam, sementara dalam pasal 35 pengendalian pemanfaatan ruang
dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi. Selanjutnya dalam Pasal 36, angka (1)
menyatakan bahwa peraturan zonasi dimaksud sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menyatakan
bahwa: RTH adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
35
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan bagian dari ruang terbuka.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang
PedomanPenyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, ruang terbuka
adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk
area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.
a. Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008,
fungsi RTH dibagi menjadi dua, yaitu fungsi utama (intrinsik) dan fungsi tambahan
(ekstrinsik).
Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:
1. Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi
udara (paru-paru kota)
2. Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami
dapat berlangsung lancar
3. Sebagai peneduh
4. Produsen oksigen
5. Penyerap air hujan
6. Penyedia habitat satwa
36
7. Penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta
8. Penahan angin
Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:
1. Fungsi sosial dan budaya:
a. Menggambarkan ekspresi budaya lokal
b. Merupakan media komunikasi warga kota
c. Tempat rekreasi
d. Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam
mempelajari alam
2. Fungsi ekonomi:
a. Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun,
sayur mayur
b. Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
lain-lain
3. Fungsi estetika:
a. Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari
skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman, maupun makro:
lanskap kota secara keseluruhan
b. Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota
37
c. Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak
terbangun
C. Landasan Teori
Jurgen Habermas : Ruang Publik
Jurgen Habermas merupakan salah satu tokoh sosiolog asal Jerman yang
memberikan sumbangan pemikirannya mengenai politik, teori kritis, pandangan
terhadap modernitas, dan lain - lain. Gagasan mengenai ruang publik disampaikan
oleh Jurgen Habermas dalam bukunya The Structural Transformation of the Public
Sphere dan Civil Society and the Political Public Sphere tentang bagaimana sejarah
dan sisi sosiologis dari ruang publik. Habermas menyampaikan bahwa ruang publik
sudah tercipta pada abad ke 18 di Inggris dan Prancis. Di Inggris pada masa tersebut
orang – orang biasa berkumpul dan berdiskusi secara tidak formal membahas
mengenai ekonomi, politik, dan juga seni di sebuah warung kopi, sedangkan di
Prancis mereka / orang – orang juga biasa mendiskusikan tentang isi buku, karya –
karya seni seperti musik dan lukisan di salon – salon kecantikan.
Jurgen Habermas menjelaskan bahwa ruang publik merupakan media untuk
mengkomunikasikan informasi dan juga pandangan. Sebagaimana yang
tergambarkan di Inggris dan Prancis, masyarakat bertemu, berinteraksi, berdiskusi
tentang buku baru yang terbit atau karya seni yang baru diciptakan. Dalam keadaan
masyarakat bertemu dan berdebat akan sesuatu secara kritis maka akan terbentuk
apa yang disebut dengan masyarakat madani. Secara sederhana masyarakat madani
bisa dipahami sebagai masyarakat yang berbagi minat, tujuan, dan nilai tanpa
38
paksaan yang dalam teori dipertentangkan dengan konsep negara yang bersifat
memaksa.
Pada perkembangan selanjutnya ruang publik juga menyangkut ruang yang
tidak saja bersifat fisik, seperti lapangan, warung-warung kopi dan salon, tetapi juga
ruang di mana proses komunikasi bisa berlangsung. Misal dari ruang publik yang
tidak bersifat fisik ini adalah media massa. Di media massa itu masyarakat
membicarakan kasus-kasus yang terjadi di lingkungannya. Penguasa yang tidak
menerima dikritik dan media massa yang menolak memuat sebuah artikel karena
takut kepada penguasa juga sebagai tanda bahwa sebuah ruang publik belum
tercipta.
Ruang publik dalam perspektif Jurgen Habermas merupakan sebuah ruang
sosial yang berawal dari tindakan komunikatif, dimana warga negara terlibat dalam
sebuah diskusi dialog mengenai isu publik, namun bukan berperan sebagai institusi
pengambil keputusan ataupun kebijakan, bukan pula suatu pertemuan publik
dengan agenda tertentu, namun warga negara yang dapat melakukan pertemuan
yang mendiskusikan suatu hal tanpa terikat secara institusional. Dialog
pembicaraan yang dilakukan warga negara dalam keseharian lama kelamaan
mampu menciptakan jembatan baru bagi ranah politik memasuki ranah privat atau
dapat dikatakan bahwa pembicaraan mengenai politik sehari – hari mampu
mentransformasi ruang privat dengan ruang publik.
Melalui sebuah tulisan Habermas dengan judul The Structural
Transformation of Public Sphere mengungkapkan dan menunjukkan
perkembangan institusi media dari abad ke 17 hingga saat ini. Pada abad ke 17 dan
39
awal abad ke 18 di Paris dan London timbul gejala baru, yaitu dengan munculnya
debat dan diskusi yang terjadi di salon – salon dan kafe. Di tempat tersebut orang –
orang berkumpul dan berdiskusi mengenai isu publik, diskusi tersebut difasilitasi
oleh penerbitan lembaran – lembaran berita dan surat kabar, ysng merupakan forum
bagi debat politik dimana orang – orang (laki – laki dan golongan menengah) dapat
melontarkan kritik kepada pemerintah. Meskipun hanya mewakili kaum borjuis,
ruang publik itu mewujudkan gagasan mengenai komunitas warga negara,
berkumpul bersama sebagai orang yang sederajat dalam suatu forum masyarakat
sipil, berbeda dari otoritas negara dan ruang privat keluarga. Forum tersebut mampu
membentuk opini publik melalui debat rasional.
Dengan demikian yang disebut politik tidak hanya mencakup arena
kekuasaan negara dan pemerintahan, tetapi diperluas dalam ruang publik, yang
merupakan mediasi antara masyarakat luas dan negara, yang memungkinkan
kontrol sosial dan politik. Semakin ruang publik terbuka, semakin dimungkinkan
terbentuknya perserikatan yang bertukar gagasan, semakin besar pula kemampuan
mendukung demokratisasi masyarakat. Suatu bentuk pertukaran ide yang
demokratik ditandai oleh debat terbuka, alternatif, kepercayaan, mutualitas.
Semuanya itu merupakan kondisi bagi kebebasan komunitas. Dalam ranah publik
itu (polis) terbentuk kewarga negaraan dan sense of belonging yang mengatasi
lingkup keluarga (oikos) dan hubungan lokal. Di situlah nilai – nilai universal dapat
dikembangkan.
Demikianlah pada masa sekarang, politik dimediasikan oleh media massa,
media elektronik dan komputer. Hal tersebut mampu membawa dunia publik ke
ruang private. Terjadi pergeseran keseimbangan antara ruang publik ke ruang
40
private. Media komunikasi menjadi media dialog. Televisi dan pemirsanya adalah
partisipan dari pembicaraan yang berlangsung terus. Surat kabar juga memamncing
pembicaraan sehingga dalam pembicaraan tersebut muncullah sebuah opini, dan
opini mampu mnyulut aksi. Menurut Habermas sekelompok orang menjadi suatu
publik sesudah mereka menggunakan rasionya dan dialog sendiri merupakan suatu
proses menggunakan rasio. (Hardiman, 2010)
Dengan masuknya politik dalam ranah publik, maka disadari atau tidak hal
tersebut juga mengakibatkan menyempitnya ruang publik yang tergerus oleh
kepentingan politik. Terdapat beberapa hal pula yang mampu mengakibatkan ruang
publik dikatakan menyempit, misalnya masuknya modernisasi dan industrialisasi
untuk memenuhi kebutuhan perekonomian atau bisa jadi warga negara sipil yang
secara tidak sadar tersihir oleh keberadaan ruang publik yang mulai pudar dan
berubahnya fungsi utama dari ruang publik dengan masuknya kapitalis dan budaya
barat. Pada abad 20 an, budaya barat yang lambat laun masuk dan menyebarnya
kapitalis dan pemilik modal untuk masuk kedalam ranah publik untuk mengatur
dan menguasai perekonomian. Kebudayaan baru yang masuk ke dalam ruang
publik dapat mempengaruhi msyarakat sipil dari golongan atas dan golongan
menengah.
Ruang publik menyempit apabila warga negara lebih menjadikan identitas
dirinya sebagai konsumen jika dibandingkan memilih dirinya sebagai identitas
warga negara yang berpartisipasi dalam ruang publik. (Roger Silverston : 122)
dalam buku Ruang Publik karya Jurgen Habermas mengatakan bahwa konsumsi
juga merupakan proses budaya yang kompleks. Dinamika konsumsi terdapat
41
beberapa proses seperti komodifikasi, imaginasi, apropiasi, objektifikasi,
inkorporasi, dan konveksi.
Komodifikasi adalah sebuah proses industrialisasi yang memproduksi
benda – benda material dan simbolik untuk dijual dalam pasar untuk kebutuhan
perekonomian, namun dalam proses komodifikasi terdapat pula hal tersembunyi
yaitu untuk memproses ideologis, yang mengekspresikan nilai dan gagasan dimana
masyarakatlah yang secara dominan memproduksinya dan menggunakan ruang
publik sebagai sarana atau akses memproduksinya. Selanjutnya ada Imaginasi yang
diartikan sebagai komoditas dikonstruksikan sebagai objek keinginan dalam pasar.
Dapat pula diartikan pula dalam proses imaginasi tersebut terjadi bujukan yang
berasal dari imaji. Jean Baudrillard mengidentifikasikan bahwa konsumsi terjadi
karena hasrat yang tumbuh dalam diri individu yang akan terpenuhi dan terpuaskan
oleh objek.
Apropiasi merupakan sebuah proses dari tahapan konsumsi yang diartikan
sebagai proses dimana suatu objek, teknologi atau pesan diambil atau dibeli dan
didapatkan menjadi kepemilikan individu atau keluarga. Dengan itu, suatu objek
sudah meninggalkan tahapan dari dunia komoditi dan sistem pertukaran, dalam
tahapan apropiasi ini maka komoditi menjadi objek dan mendapatkan sebuah
makna. Apropiasi merupakan transisi dari produkasi dan distribusi ekonomi formal
kepada ekonomi moral konsumen yang ditandai dengan peralihan objek ruang
publik kepada ruang privat. Selanjutnya objektifikasi yang diartikan sebagai proses
dimana objek yang sudah dibeli dan dimiliki oleh individu digunakan, ditampilkan
sehingga menciptakan objektifikasi nilai. Inkorporasi merupakan sebuah proses
integrasi objek yang menjadikan sebuah nilai utama dapat berubah fungsi atau
42
memiliki fungsi dan nilai yang lebih dari satu atau dapat pula berubah. Konversi
merupakan penggunaan objek untuk mengartikulasikan makna publik.
Dari penjelasan mengenai dinamika proses konsumsi yang melalui beberapa
tahap tersebut dalam sebuah ruang publik, dapat diambil kesimpulan bahwa budaya
konsumsi tersebut dapat memberi dampak dalam ruang publik, yaitu dengan
menjadi menyusutnya ruang publik karena warga negara memilih untuk menjadi
konsumen daripada mengambil peran sebagai partisipator dari ruang publik.
Artian penting ruang publik bagi Habermas adalah melihat bagaimana
warga negara dalam menggunakan ruang publik sebagaimana mestinya sesuai
fungsinya. Modernisasi juga dapat dilihat sebagai salah satu pengaruh yang dapat
merubah pola pikir dan tingkah laku masyarakat terhadap ruang publik,
menyempitnya ruang publik yang menjadi jembatan untuk media, politik,
demokrasi, konsumsi, dan budaya baru yang muncul dan merubah masyarakat
menjadi individu atau warga negara yang menuju ke dunia barat. Memudarnya
ruang publik bagi Jurgen Habermas dinilai sebagai realita yang sedang dihadapi
oleh masyarakat pada era saat ini.
Kawasan Simpang Lima Gumul di Kabupaten Kediri yang sebagai perwujudan
ruang publik yang dimanfaatkan masyarakat sebagai fasilitas negara yang berupa
ruang terbuka hijau. Masyarakat menggunakan Simpang Lima Gumul sebagai
ruang untuk melakukan aktivitas sosial dan juga sebagai ruang untuk pertumbuhan
ekonomi serta pertunjukan seni digelar dan dipertontonkan. Modernisasi juga
sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada saat ini sehingga masyarakat
43
menjadi bersifat konsumtif dan berpengaruh pada nilai ruang publik yang menjadi
menyempit.