28
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian yang dikaji, maka penulis mengambil beberapa referensi yang berasal dari skripsi dan jurnal, diantaranya akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut. Tabel 1. Penelitian Terdahulu No. Nama dan Judul Hasil Penelitian Relevan 01 Budi Santoso. Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perkampungan Plemburan Tegal, Ngaglik Sleman Ruang Terbuka (open spaces) diartikan sebagai ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Secara teoritis, ruang terbuka merupakan ruang yang berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta wadah Jurnal ini juga mengkaji tentang bagaimana pemanfaatan ruang terbuka hijau yang tersedia sehingga dapat digunakan dengan optimal oleh masyarakatnya. Sama halnya dengan Simpang Lima Gumul sebagai ruang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Untuk Mendukung penelitian yang dikaji, maka penulis mengambil

beberapa referensi yang berasal dari skripsi dan jurnal, diantaranya akan disajikan

dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No. Nama dan Judul Hasil Penelitian Relevan

01 Budi Santoso. Pola

Pemanfaatan Ruang

Terbuka Hijau pada

Kawasan

Perkampungan

Plemburan Tegal,

Ngaglik Sleman

Ruang Terbuka (open

spaces) diartikan sebagai

ruang yang direncanakan

karena kebutuhan akan

tempat – tempat pertemuan

dan aktivitas bersama di

udara terbuka. Secara

teoritis, ruang terbuka

merupakan ruang yang

berfungsi sebagai wadah

(container) untuk kehidupan

manusia, baik secara

individu maupun

berkelompok, serta wadah

Jurnal ini juga

mengkaji tentang

bagaimana

pemanfaatan ruang

terbuka hijau yang

tersedia sehingga

dapat digunakan

dengan optimal

oleh

masyarakatnya.

Sama halnya

dengan Simpang

Lima Gumul

sebagai ruang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

17

makhluk lainnya untuk

hidup dan berkembang

secara berkelanjutan.

Pemanfaatan RTH

berdasarkan aktivitas :

olahraga tenis lapangan,

berjualan harian, kegiatan

kelompok, pertunjukan

temporer. Terdapat fasilitas

ruang sosial dalam bentuk

taman dan fasilitas tempat

untuk olahraga.

publik yang

sekaligus menjadi

ruang terbuka hijau

dan non hijau yang

difasilitasi oleh

pemerintah sebagai

wadah ruang sosial

bagi masyarakat

yang hendak

memanfaatkannya.

02 Epi Syahadat &

Sylviani. Kebijakan

Pemanfaatan Ruang

Terbuka Hijau

Kabupaten dan

Perkotaan : Studi

Kasus Provinsi

Banten

Berdasarkan Permenhut no

P.71/Menhut-II/2009

disebutkan bahwa adanya

RTH dipergunakan untuk

keperluan :

a. pariwisata alam, rekreasi

dan atau olahraga,

b. penelitian dan

pengembangan,

c. pendidikan,

d. pelestarian alam

Adanya RTH

disebuah wilayah

atau daerah sudah

diatur dalam

kebijakan

pemerintah dalam

pemanfaatannya,

dan terdapat dalam

Permen untuk

disediakannya

lahan terbuka yang

ditujukan untuk

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

18

e. budidaya hasil hutan

bukan kayu

Permendagri no 1 tahun

2007 menyampaikan RTH

adalah ruang –ruang dalam

kota atau wilayah yang lebih

luas baik dalam bentuk area/

kawasan maupun dalam area

memanjang/jalur dimana

dalam penggunaannya

bersifat terbuka yang pada

dasarnya tanpa bangunan.

Tujuan dibangun RTH

disebuah kota atau suatu

wilayah dengan tujuan untuk

menjaga kelestarian,

keserasian, dan

keseimbangan ekosistem

perkotaan yang aman,

nyaman, segar, indah, bersih

yang meliputi unsur

lingkungan, sosial, dan

budaya

menjaga

keseimbangan

ekosistem

lingkungan dan

juga dapat

digunakan

masyarakat sebagai

ruang untuk

besosialiasi, sama

halnya dengan

kawasan Simpang

Lima Gumul yang

disediakan oleh

pemerintah guna

untuk dapat

dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai

ruang sosial.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

19

03 Edi Darmawan.

Ruang Publik dan

Kualitas Kota.

Ruang Publik kota

merupakan kebutuhan

penting masyarakat yang

dapat meningkatkan kualitas

ruang kota. Seberapa besar

fasilitas tersebut baik dari

segi kualitatif atau

kuantitatif tergantung dari

kondisi sosial masyarakat

pengaruhnya semakin tinggi

tingkat social

masyarakatnya, semakin

besar tuntutan fasiIitasnya

baik dari segi kualitatif

maupun dari segi kuantitatif.

Sebaliknya

bagi masyarakat yang

tingkat sosialnya rendah

tidak terlalu banyak

tuntutannya. Dengan

demikian kualitas ruang kota

tergantung dan siapa dan

bagaimana tingkat sosial

mereka.

Dengan munculnya

ruang publik dalam

kota, maka juga

akan meningkatkan

kualitas

pemanfaatan kota.

Meningkatnya

kesadaran dan

kebutuhan

masyarakat akan

suatu ruang yang

dapat digunakan

bersama yang

bersifat publik.

Adanya ruang

publik sepertri

Simpang Lima

Gumul dapat juga

meningkatkan

kualitas kota baik

dari segi tata ruang

kota dan juga

masyarakat untuk

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

20

Dengan tersedianya ruang

publik bagi masyarakat

dengan fasilitas yang

memadai, maka akan

mampu memberikan

kesempatan bagi masyarakat

untuk meningkatkan kualitas

pertemuan atau kebutuhan

sosial dengan menggunakan

ruang sebagai eksplorasi.

saling berinteraksi

di ruang tersebut.

04 Eva Etiningsih,

Fungsi Taman Kota

sebagai Ruang

Publik

Penelitian ini melihat Taman

Kota Metro yang merupakan

ruang terbuka hijau sebagai

ruang publik dan digunakan

oleh masyarakat sebagai

tempat untuk melakukan

aktivitas sosial. Ruang

Terbuka Hijau yang

memiliki beberpa kriteria

sebagai salah satu bentuk

RTRW di sebuah kota yang

perlu direalisasikan agar

dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Kawasan Simpang

Lima Gumul juga

terdapat ruang

terbuka hijau yang

dapat

dimanfaaatkan

sebagai ruang

publik dan sebagai

perwujudan dari

keseimbangan

ekosistem

lingkungan serta

optimalnya tata

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

21

ruang perencanaan

wilayah kota.

05 Elisa Ravazzoli,

Gian Paolo

Torricelli. Urban

mobility and public

space. A challenge

for the sustainable

liveable city of the

future

Jurnal ini membahas

hubungan antara ruang

publik dan mobilitas

perkotaan di kota

kontemporer, khususnya

dengan membahas sejauh

mana mobilitas perkotaan

dapat menciptakan ruang

publik yang lebih baik dan

bahkan membantu

menghasilkan model

mobilitas yang lebih

berkelanjutan.

Ruang publik

sebagai media bagi

masyarakat untuk

melakukan

aktivitas yang

mampu

menciptakan

mobilitas dan

dilakukan secara

berkelanjutan oleh

masyarakat.

6. Nia Tri Wahyuning

Tyas, Partisipasi

Masyarakat dalam

Pemanfaatan

Monumen Simpang

Lima Gumul

Kabupaten Kediri.

Dalam jurnal ini

menunjukan terdapat

beberapa faktor yang

mempengaruhi dan tidak

memepengaruhi partisipasi

masyarakat dalam

pemanfaatan kawasan

monumen Simpang Lima

Hal ini

menunjukkan ahwa

terdapat beberapa

hal yang sama

untuk dibahas,

dengan lokasi

penelitian yang

sama, jurnal ini

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

22

Gumul Kediri, sebagai

berikut 1) Siapa Penggagas

partisipasi, Penggagas

adalah pemerintah secara

umumya dan kelompok atau

komunitas secara

khususnya. 2) Untuk

kepentingan siapa partisipasi

itu dilaksanakan,

kepentingan untuk bersama

(pemerintah dengan

masyarakat) dan pribadi

(komunitas atau kelompok).

3) Siapa yang memegang

kendali, pemerintah secara

umum dibantu oleh dinas-

dinas terkait, namun

pemegang kendali pada

komunitas adalah kapten

komunitas itu sendiri. 4)

Hubungan pemerintah

dengan masyarakat, dalam

hal ini seperti masyarakat

sebagai pengunjung dan

juga membahas

pemanfaatan

Simpang Lima

Gumul.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

23

pedagang (PKL dan UKM)

serta komunitas terjalin

dengan harmonis dan baik.

5) Kultural, kebudayaan

musyawarah atau diskusi

belum mencakup semua

kalangan dan pemerintah

juga mendukung

kebudayaan membaca

dengan adanya perpustakaan

keliling. 6) Politik,

pemerintah sudah berusaha

demokratis dan transparan

untuk menjaga kestabilan

namun belum bisa

maksimal. 7) Legalitas,

belum sepenuhnya optimal

hanya pada kalangan

tertentu saja. 8) Ekonomi,

sudah sangat baik banyak

masyarakat yang

berpartisipasi mendapatkan

manfaat sesuai dengan

tujuannya masing-masing.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

24

9) Kepemimpinan,

pemerintah dibantu oleh

semua kalangan, namun

komunitas menilai

pemimpin adalah kapten dari

komunitas tersebut. 10)

Waktu, sangatlah baik

karena masyarakat bebas

dan tidak dibatasi dalam

melakukan kegiatan di

kawasan monumen. 11)

Tersedianya jaringan yang

menghubungkan antara

warga masyarakat dengan

pemerintah (forum warga),

masih belum sepenuhnya

dirasakan oleh masyarakat

luas.

8. Diah Estu Kusuma

Dewi, Pemanfaatan

Ruang Terbuka

Publik Berdasarkan

Gaya hidup di Kota

Semarang

Ruang terbuka publik dapat

berfungsi sebagai ruang

pamer bagi komunitas yang

ada di Kota Semarang. Hal

ini dapat dilihat dari

aktivitas-aktivitas yang

Jurnal ini berkaitan

dengan judul yang

diamil penulis

dengan sama

membahas

pemanfaatan ruang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

25

dilakukan oleh komunitas

dapat memanfaatkan ruang

terbuka publik sebagai

ruang pamer bagi komunitas

untuk memperlihatkan gaya

hidupnya pada masyarakat

luas. Adapun pertimbangan

pemanfaatan ruang ini lebih

mengutamakan pada citra

kawasan, sehingga perlu

adanya perhatian dari pihak

pemerintah untuk

mengontrol perkembangan

aktivitas yang muncul dalam

ruang terbuka publik.

Mengingat fungsi utama

ruang terbuka publik

digunakan untuk aktivitas

masyarakat umum lainnya

bukan kelompok tertentu.

publik dan juga

faktor yang

mempengaruhi

pemanfaatan ruang

publik.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

26

B. Kajian Pustaka

1. Pemanfaatan

Pemanfaatan merupakan sebuah kata yang berasal dari kata "Manfaat” yaitu

penghadapan terhadap sesuatu yang menunjukkan penerimaan, penghadapan

tersebut pada umumnya mengarah pada perolehan atau pemakaian terhadap hal –

hal yang berguna baik digunakan secara langsung maupun tidak langsung agar

berguna. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan suatu benda untuk

digunakan dan diambil kegunaannya (Yusufhadi, 1994 : 45). Sedangkan menurut

Prof. Dr. J.S. Badudu dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, mengatakan bahwa

”Pemanfaatan adalah hal, cara, hasil kerja dalam memanfaatkan sesuatu

yang berguna”

Dan definisi lain dari manfaat dikeluarkan oleh Dennis Mc Quail dan Sven

Windahl, yakni : ”Manfaat merupakan harapan sama artinya dengan explore

(penghadapan semata-mata menunjukan suatu kegiatan menerima)”.

2. Ruang Publik

a. Pengertian

Ruang publik adalah ruang yang berfungsi untuk tempat menampung

aktivitas masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok, dimana bentuk

ruang publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan (Rustam

Hakim,1987). Ruang publik juga diartikan sebagai ruang dimana kita berbagi

dengan orang asing atau yang lainnya, ruang publik adalah ruang untuk politik,

budaya, seni, agama, perdagangan, olahraga atau ruang untuk hidup secara

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

27

berdampingan atau untuk pertemuan yang tidak bersifat pribadi dan siapapun dapat

menggunakannya (Walzer, 1996)

Menurut Walzer dalam Madanipour (1996), ruang publik adalah ruang dimana kita

berbagi dengan orang asing, yaitu orang-orang yang bukan saudara-saudara, teman-

teman atau rekan kerja kita. Ruang publik adalah ruang untuk politik, agama,

perdagangan, olahraga atau ruang untuk hidup berdampingan secara damai dan

untuk pertemuan yang tidak bersifat pribadi. Kemudian Carr dalam Madanipour

(1996), mendefinisikan ruang publik sebagai landasan bersama di mana orang-

orang melaksanakan kegiatan fungsional dan ritual yang mengikat masyarakat baik

dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari atau dalam perayaan periodik.

Carr dalam Madanipour (1996) mengatakan bahwa ruang publik adalah

panggung berlangsungnya drama kehidupan masyarakat, sebab menurut Francis

Tibbalds ruang publik menggambarkan kondisi masyarakat, budaya masyarakat,

dan wacana sehari-hari. Ruang publik menekankan pada akses yang terbuka dan

keberagaman kegiatan. Akses terbuka artinya siapa saja boleh memasuki ruang ini

dan keberagaman kegiatan yaitu aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang

berada di ruang publik adalah berbeda-beda. Akibat dari akses yang terbuka maka

banyak orang yang datang sehingga akan terjadi interaksi sosial.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang publik

merupakan sebuah tempat, baik terbuka maupun tertutup bersifat hijau maupun non

hijau yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya

sebagai makhluk sosial seperti berdiskusi mengenai apa saja antara individu yang

satu dengan yang lain ataupun dengan kelompok, tempat untuk berolahraga, ruang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

28

berlangsungnya perekonomian bagi pedagang. Ruang publik bersifat publik atau

tidak bersifat privasi, siapapun dapat memanfaatkan ruang publik secara bebas

tanpa adanya paksaan dari pihak lain.

b. Kriteria

Terdapat beberapa kriteria untuk menjadi ruang publik yang baik,

diantaranya adalah :

1. Lokasi yang mudah diakses

2. Terdapat informasi yang jelas mengenai tempat tersebut bahwa tersedia

untuk digunakan dan dimaksudkan untuk digunakan

3. Memungkinkan dilakukan banyak kegiatan di tempat tersebut

4. Memberi rasa aman dan keselamatan bagi pengguananya

5. Dapat digunakan oleh semua kalangan

6. Lingkungan yang memberi kenyamanan secara psikologis

7. Tempat melakukan interasi sosial

8. Tempat melakukan apresisasi seni yang dipertunjukkan.

c. Ciri – ciri

1. Ruang publik merupakan wilayah sosial yang bebas dari adanya sensor

dan dominasi. Semua warga masyarakat pada prinsipnya boleh memasuki

ruangan tersebut, mereka merupakan pribadi – pribadi, ukanlah orang

dengan kepentingan bisnis atau profesional, bukan sebagai pejabat ataupun

politikus, tetapi sebagai pribadi yang membentuk komunikasi dengan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

29

berdiskusi sehingga mereka membentuk publik, sebab bukan soal

kepribadian mereka yang diperbincangkan namun mengenai soal

kepentingan umum yang dibicarakan secara bebas tanpa ada paksaan.

2. Ruang publik sebagai tempat yang independen dari pemerintah meskipun

bisa jadi pendanaan untuk berdirinya tempat tersebut berasal dari

pemerintah, dan juga truang yang otonom dari pihak yang memiliki

kekuatan ekonomi tertentu, ruang publik juga merupakan ruang terbuka

bagi siapa saja serta terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat, dalam ranah

publik ini opini masyarakat dapat terbentuk.

3. Ruang publik merupakan ruang penciptaan opini non pemerintah, sebuah

ruang absrtrak maupun ruang fisik yang menjadi ajang pembentukan

pendapat anggota – anggota masyarakat diluar kendali pemerintah. Konsep

ruang publik ini menganggap bahwa pemerintah (baik dalam bentuk

pelaksana negara modern maupun dalam bentuk pemerintahan kerajaan)

bukan merupakan satu – satunya pihak yang dapat memonopoli kebenaran

atau untuk pengambilan keputusan. Secara idealnya sebuah masyarakat

memiliki hak dan kemampuan untuk berdebat, berpendapat, bersepakat, dan

menolak keputusan – keputusan tentang hal penting yang menyangkut diri

mereka. Pemerintah kemudian tinggal melaksanakan apa yang telah

diputuskan oleh masyarakat tersebut.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

30

d. Fungsi

Menurut Eddy Dharmawan dalam Iswanto (2006), secara umum terdapat

beberapa fungsi ruang publik, yaitu sebagai berikut.

1. Sebagai pusat interaksi masyarakat. Ruang publik dapat diakses dan

dipakai oleh siapa saja sehingga ruang publik menjadi pusat pertemuan

masyarakat. Banyaknya masyarakat yang berkumpul di ruang publik maka

akan menyebabkan terjadinya interaksi didalamnya.

2. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor jalan yang

menuju ke arah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari

struktur kota serta sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan di

sekitarnya dan ruang untuk transit.

3. Sebagai tempat usaha bagi pedagang kaki lima. Pedagang kaki adalah

pedagang yang berjualan di suatu tempat umum seperti tepi jalan, taman

taman, emper-emper toko dan pasar-pasar tanpa adanya izin usaha dari

pemerintah.

4. Sebagai paru-paru kota, penyedia udara yang segar dan bersih di tengah

wilayah perkotaan yang didominasi oleh bangunan-bangunan beton

d. Ruang Publik Barat

Melalui sebuah tulisan Habermas dengan judul The Structural

Transformation of Public Sphere mengungkapkan dan menunjukkan

perkembangan institusi media dari abad ke 17 hingga saat ini. Pada abad ke 17 dan

awal abad ke 18 di Paris dan London timbul gejala baru, yaitu dengan munculnya

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

31

debat dan diskusi yang terjadi di salon – salon dan kafetaria. Di tempat tersebut

orang – orang berkumpul dan berdiskusi mengenai isu publik, diskusi tersebut

difasilitasi oleh penerbitan lembaran – lembaran berita dan surat kabar, ysng

merupakan forum bagi debat politik dimana orang – orang (laki – laki dan golongan

menengah) dapat melontarkan kritik kepada pemerintah. Meskipun hanya mewakili

kaum borjuis, ruang publik itu mewujudkan gagasan mengenai komunitas warga

negara, berkumpul bersama sebagai orang yang sederajat dalam suatu forum

masyarakat sipil, berbeda dari otoritas negara dan ruang privat keluarga. Forum

tersebut mampu membentuk opini publik melalui debat rasional.

Dengan demikian yang disebut politik tidak hanya mencakup arena

kekuasaan negara dan pemerintahan, tetapi diperluas dalam ruang publik, yang

merupakan mediasi antara masyarakat luas dan negara, yang memungkinkan

kontrol sosial dan politik. Semakin ruang publik terbuka, semakin dimungkinkan

terbentuknya perserikatan yang bertukar gagasan, semakin besar pula kemampuan

mendukung demokratisasi masyarakat. Suatu bentuk pertukaran ide yang

demokratik ditandai oleh debat terbuka, alternatif, kepercayaan, mutualitas.

Semuanya itu merupakan kondisi bagi kebebasan komunitas. Dalam ranah publik

itu (polis) terbentuk kewarga negaraan dan sense of belonging yang mengatasi

lingkup keluarga (oikos) dan hubungan lokal. Di situlah nilai – nilai universal dapat

dikembangkan.

Demikianlah pada masa sekarang, politik dimediasikan oleh media massa,

pers, media elektronik dan komputer. Hal tersebut mampu membawa dunia publik

ke rumah – rumah. Terjadi pergeseran keseimbangan antara ruang publik ke ruang

privat. Media komunikasi menjadi “media dialog”. Televisi dan pemirsanya adalah

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

32

partisipan dari pembicaraan yang berlangsung terus. Surat kabar juga memancing

pembicaraan sehingga dalam pembicaraan tersebut muncullah sebuah opini, dan

opini mampu mnyulut aksi. Menurut Habermas sekelompok orang menjadi suatu

publik sesudah mereka menggunakan rasionya dan dialog sendiri merupakan suatu

proses menggunakan rasio.

e. Ruang Publik Indonesia

Munculnya ruang publik di Indonesia juga tidak terlepas dari peran warga

negara dan pihak pemerintah yang menyediakan ruang publik yang berupa ruang

terbuka hijau sebagai space yang dapat digunakan bersama oleh masyarakat. Ruang

publik di Indonesia yang digunakan sebagai tempat berkumpul oleh warga negara

untuk melakukan aktivitas sosial dan tidak bersifat privat. Indonesia juga

menyediakan ruang publik sebagaimana yang sudah terdapat dalam peraturan

pemerintah yang mencantumkan perintah bahwa sebuah kota yang ideal memiliki

ruang publik untuk digunakan warga negara.

Ruang publik sebagai ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka hijau publik

dan ruang terbuka non hijau publik. Ruang terbuka hijau publik adalah area

memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaanya lebih bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah

maupun yang sengaja ditanam yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah

kota / kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat. Sedangkan ruang

terbuka non hijau publik merupakan ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak

termasuk kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan

air yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota / kabupaten yang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

33

digunakan untuk kepentingan masyarakat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 5 Tahun 2008).

3. Pemanfaatan Ruang Publik

Pemanfaatan ruang publik dapat diartikan sebagai upaya atau usaha untuk

menggunakan, mengambil manfaat dari ruang publik. Ruang publik digunakan oleh

warga negara atau masyarakat sebagai ruang berinteraksi dan melakukan aktivitas

sosial. Tersedianya ruang publik, baik yang terdapat di sekitar warga negara

berdasarkan peraturan pemerintah sebagai fasilitas ruang publik maupun ruang

publik yang dibentuk sendiri oleh warga negara merupakan kesempatan bagi

mereka untuk dapat menggunakan ruang publik sebagai ruang yang bersifat publik.

Seluruh kalangan dan lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial

dan jabatan yang dimiliki, dapat memanfaatkan ruang publik. Berbagai macam

kegiatan dapat dilakukan oleh pemanfaat ruang publik dengan bebas dan tanpa ada

pihak yang mendominasi. Pemanfaatan ruang publik sudah selayaknya digunakan

sebagaimana fungsinya tanpa mengurangi nilai dan arti dari sebuah ruang publik.

Ruang publik dapat digunakan sebagai tempat berdiskusi antara individu dengan

individu yang lain, kelompok dengan kelompok membahas mengenai apa saja,

tempat yang dapat dimanfaatkan untuk berolahraga untuk meningkatkan kesehatan

jasmani, untuk berdagang dan menambah perekonomian demi memenuhi

kebutuhan hidup, pertunjukan seni ditampilkan dan disaksikan secara terbuka, dan

masih banyak aktivitas sosial yang digunakan oleh warga negara sebagai tindakan

pemanfaatan ruang publik.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

34

Kegiatan pemanfaatan ruang wilayah untuk membangun RTH di

kabupaten/kota tidak akan berjalan tanpa ada dasar acuan atau kebijakan terkait

dengan pemanfaatan ruang wilayah. Mengingat pentingnya pembangunan RTH dan

untuk mendukung terbentuknya RTH di wilayah kabupaten/perkotaan, maka

Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Kementerian

Kehutanan menyikapi persoalan tersebut dengan membuat dasar acuan yang

diwujudkan dalam Permendagri Nomor 1 tahun 2007, PermenPU Nomor

05/PRT/M/2008 dan Permenhut Nomor P.71/Menhut-II/2009 Tahun 2009.

Permasalahannya adalah sejauh mana sinergitas dari kebijakan dapat

diimplementasikan di tingkat tapak dengan pembangunan RTH dalam hal ini oleh

pemerintah daerah setempat.

4. Ruang Terbuka Hijau

Dalam Undang-Undang Republi Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, Pasal 1 angka (31) menyatakan bahwa RTH adalah area

memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang

sengaja ditanam, sementara dalam pasal 35 pengendalian pemanfaatan ruang

dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan

disinsentif, serta pengenaan sanksi. Selanjutnya dalam Pasal 36, angka (1)

menyatakan bahwa peraturan zonasi dimaksud sebagai pedoman pengendalian

pemanfaatan ruang. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor

26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menyatakan

bahwa: RTH adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

35

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh

secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan bagian dari ruang terbuka.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang

PedomanPenyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, ruang terbuka

adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk

area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam

penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.

a. Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008,

fungsi RTH dibagi menjadi dua, yaitu fungsi utama (intrinsik) dan fungsi tambahan

(ekstrinsik).

Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:

1. Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi

udara (paru-paru kota)

2. Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami

dapat berlangsung lancar

3. Sebagai peneduh

4. Produsen oksigen

5. Penyerap air hujan

6. Penyedia habitat satwa

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

36

7. Penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta

8. Penahan angin

Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:

1. Fungsi sosial dan budaya:

a. Menggambarkan ekspresi budaya lokal

b. Merupakan media komunikasi warga kota

c. Tempat rekreasi

d. Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam

mempelajari alam

2. Fungsi ekonomi:

a. Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun,

sayur mayur

b. Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan

lain-lain

3. Fungsi estetika:

a. Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari

skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman, maupun makro:

lanskap kota secara keseluruhan

b. Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

37

c. Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak

terbangun

C. Landasan Teori

Jurgen Habermas : Ruang Publik

Jurgen Habermas merupakan salah satu tokoh sosiolog asal Jerman yang

memberikan sumbangan pemikirannya mengenai politik, teori kritis, pandangan

terhadap modernitas, dan lain - lain. Gagasan mengenai ruang publik disampaikan

oleh Jurgen Habermas dalam bukunya The Structural Transformation of the Public

Sphere dan Civil Society and the Political Public Sphere tentang bagaimana sejarah

dan sisi sosiologis dari ruang publik. Habermas menyampaikan bahwa ruang publik

sudah tercipta pada abad ke 18 di Inggris dan Prancis. Di Inggris pada masa tersebut

orang – orang biasa berkumpul dan berdiskusi secara tidak formal membahas

mengenai ekonomi, politik, dan juga seni di sebuah warung kopi, sedangkan di

Prancis mereka / orang – orang juga biasa mendiskusikan tentang isi buku, karya –

karya seni seperti musik dan lukisan di salon – salon kecantikan.

Jurgen Habermas menjelaskan bahwa ruang publik merupakan media untuk

mengkomunikasikan informasi dan juga pandangan. Sebagaimana yang

tergambarkan di Inggris dan Prancis, masyarakat bertemu, berinteraksi, berdiskusi

tentang buku baru yang terbit atau karya seni yang baru diciptakan. Dalam keadaan

masyarakat bertemu dan berdebat akan sesuatu secara kritis maka akan terbentuk

apa yang disebut dengan masyarakat madani. Secara sederhana masyarakat madani

bisa dipahami sebagai masyarakat yang berbagi minat, tujuan, dan nilai tanpa

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

38

paksaan yang dalam teori dipertentangkan dengan konsep negara yang bersifat

memaksa.

Pada perkembangan selanjutnya ruang publik juga menyangkut ruang yang

tidak saja bersifat fisik, seperti lapangan, warung-warung kopi dan salon, tetapi juga

ruang di mana proses komunikasi bisa berlangsung. Misal dari ruang publik yang

tidak bersifat fisik ini adalah media massa. Di media massa itu masyarakat

membicarakan kasus-kasus yang terjadi di lingkungannya. Penguasa yang tidak

menerima dikritik dan media massa yang menolak memuat sebuah artikel karena

takut kepada penguasa juga sebagai tanda bahwa sebuah ruang publik belum

tercipta.

Ruang publik dalam perspektif Jurgen Habermas merupakan sebuah ruang

sosial yang berawal dari tindakan komunikatif, dimana warga negara terlibat dalam

sebuah diskusi dialog mengenai isu publik, namun bukan berperan sebagai institusi

pengambil keputusan ataupun kebijakan, bukan pula suatu pertemuan publik

dengan agenda tertentu, namun warga negara yang dapat melakukan pertemuan

yang mendiskusikan suatu hal tanpa terikat secara institusional. Dialog

pembicaraan yang dilakukan warga negara dalam keseharian lama kelamaan

mampu menciptakan jembatan baru bagi ranah politik memasuki ranah privat atau

dapat dikatakan bahwa pembicaraan mengenai politik sehari – hari mampu

mentransformasi ruang privat dengan ruang publik.

Melalui sebuah tulisan Habermas dengan judul The Structural

Transformation of Public Sphere mengungkapkan dan menunjukkan

perkembangan institusi media dari abad ke 17 hingga saat ini. Pada abad ke 17 dan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

39

awal abad ke 18 di Paris dan London timbul gejala baru, yaitu dengan munculnya

debat dan diskusi yang terjadi di salon – salon dan kafe. Di tempat tersebut orang –

orang berkumpul dan berdiskusi mengenai isu publik, diskusi tersebut difasilitasi

oleh penerbitan lembaran – lembaran berita dan surat kabar, ysng merupakan forum

bagi debat politik dimana orang – orang (laki – laki dan golongan menengah) dapat

melontarkan kritik kepada pemerintah. Meskipun hanya mewakili kaum borjuis,

ruang publik itu mewujudkan gagasan mengenai komunitas warga negara,

berkumpul bersama sebagai orang yang sederajat dalam suatu forum masyarakat

sipil, berbeda dari otoritas negara dan ruang privat keluarga. Forum tersebut mampu

membentuk opini publik melalui debat rasional.

Dengan demikian yang disebut politik tidak hanya mencakup arena

kekuasaan negara dan pemerintahan, tetapi diperluas dalam ruang publik, yang

merupakan mediasi antara masyarakat luas dan negara, yang memungkinkan

kontrol sosial dan politik. Semakin ruang publik terbuka, semakin dimungkinkan

terbentuknya perserikatan yang bertukar gagasan, semakin besar pula kemampuan

mendukung demokratisasi masyarakat. Suatu bentuk pertukaran ide yang

demokratik ditandai oleh debat terbuka, alternatif, kepercayaan, mutualitas.

Semuanya itu merupakan kondisi bagi kebebasan komunitas. Dalam ranah publik

itu (polis) terbentuk kewarga negaraan dan sense of belonging yang mengatasi

lingkup keluarga (oikos) dan hubungan lokal. Di situlah nilai – nilai universal dapat

dikembangkan.

Demikianlah pada masa sekarang, politik dimediasikan oleh media massa,

media elektronik dan komputer. Hal tersebut mampu membawa dunia publik ke

ruang private. Terjadi pergeseran keseimbangan antara ruang publik ke ruang

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

40

private. Media komunikasi menjadi media dialog. Televisi dan pemirsanya adalah

partisipan dari pembicaraan yang berlangsung terus. Surat kabar juga memamncing

pembicaraan sehingga dalam pembicaraan tersebut muncullah sebuah opini, dan

opini mampu mnyulut aksi. Menurut Habermas sekelompok orang menjadi suatu

publik sesudah mereka menggunakan rasionya dan dialog sendiri merupakan suatu

proses menggunakan rasio. (Hardiman, 2010)

Dengan masuknya politik dalam ranah publik, maka disadari atau tidak hal

tersebut juga mengakibatkan menyempitnya ruang publik yang tergerus oleh

kepentingan politik. Terdapat beberapa hal pula yang mampu mengakibatkan ruang

publik dikatakan menyempit, misalnya masuknya modernisasi dan industrialisasi

untuk memenuhi kebutuhan perekonomian atau bisa jadi warga negara sipil yang

secara tidak sadar tersihir oleh keberadaan ruang publik yang mulai pudar dan

berubahnya fungsi utama dari ruang publik dengan masuknya kapitalis dan budaya

barat. Pada abad 20 an, budaya barat yang lambat laun masuk dan menyebarnya

kapitalis dan pemilik modal untuk masuk kedalam ranah publik untuk mengatur

dan menguasai perekonomian. Kebudayaan baru yang masuk ke dalam ruang

publik dapat mempengaruhi msyarakat sipil dari golongan atas dan golongan

menengah.

Ruang publik menyempit apabila warga negara lebih menjadikan identitas

dirinya sebagai konsumen jika dibandingkan memilih dirinya sebagai identitas

warga negara yang berpartisipasi dalam ruang publik. (Roger Silverston : 122)

dalam buku Ruang Publik karya Jurgen Habermas mengatakan bahwa konsumsi

juga merupakan proses budaya yang kompleks. Dinamika konsumsi terdapat

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

41

beberapa proses seperti komodifikasi, imaginasi, apropiasi, objektifikasi,

inkorporasi, dan konveksi.

Komodifikasi adalah sebuah proses industrialisasi yang memproduksi

benda – benda material dan simbolik untuk dijual dalam pasar untuk kebutuhan

perekonomian, namun dalam proses komodifikasi terdapat pula hal tersembunyi

yaitu untuk memproses ideologis, yang mengekspresikan nilai dan gagasan dimana

masyarakatlah yang secara dominan memproduksinya dan menggunakan ruang

publik sebagai sarana atau akses memproduksinya. Selanjutnya ada Imaginasi yang

diartikan sebagai komoditas dikonstruksikan sebagai objek keinginan dalam pasar.

Dapat pula diartikan pula dalam proses imaginasi tersebut terjadi bujukan yang

berasal dari imaji. Jean Baudrillard mengidentifikasikan bahwa konsumsi terjadi

karena hasrat yang tumbuh dalam diri individu yang akan terpenuhi dan terpuaskan

oleh objek.

Apropiasi merupakan sebuah proses dari tahapan konsumsi yang diartikan

sebagai proses dimana suatu objek, teknologi atau pesan diambil atau dibeli dan

didapatkan menjadi kepemilikan individu atau keluarga. Dengan itu, suatu objek

sudah meninggalkan tahapan dari dunia komoditi dan sistem pertukaran, dalam

tahapan apropiasi ini maka komoditi menjadi objek dan mendapatkan sebuah

makna. Apropiasi merupakan transisi dari produkasi dan distribusi ekonomi formal

kepada ekonomi moral konsumen yang ditandai dengan peralihan objek ruang

publik kepada ruang privat. Selanjutnya objektifikasi yang diartikan sebagai proses

dimana objek yang sudah dibeli dan dimiliki oleh individu digunakan, ditampilkan

sehingga menciptakan objektifikasi nilai. Inkorporasi merupakan sebuah proses

integrasi objek yang menjadikan sebuah nilai utama dapat berubah fungsi atau

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

42

memiliki fungsi dan nilai yang lebih dari satu atau dapat pula berubah. Konversi

merupakan penggunaan objek untuk mengartikulasikan makna publik.

Dari penjelasan mengenai dinamika proses konsumsi yang melalui beberapa

tahap tersebut dalam sebuah ruang publik, dapat diambil kesimpulan bahwa budaya

konsumsi tersebut dapat memberi dampak dalam ruang publik, yaitu dengan

menjadi menyusutnya ruang publik karena warga negara memilih untuk menjadi

konsumen daripada mengambil peran sebagai partisipator dari ruang publik.

Artian penting ruang publik bagi Habermas adalah melihat bagaimana

warga negara dalam menggunakan ruang publik sebagaimana mestinya sesuai

fungsinya. Modernisasi juga dapat dilihat sebagai salah satu pengaruh yang dapat

merubah pola pikir dan tingkah laku masyarakat terhadap ruang publik,

menyempitnya ruang publik yang menjadi jembatan untuk media, politik,

demokrasi, konsumsi, dan budaya baru yang muncul dan merubah masyarakat

menjadi individu atau warga negara yang menuju ke dunia barat. Memudarnya

ruang publik bagi Jurgen Habermas dinilai sebagai realita yang sedang dihadapi

oleh masyarakat pada era saat ini.

Kawasan Simpang Lima Gumul di Kabupaten Kediri yang sebagai perwujudan

ruang publik yang dimanfaatkan masyarakat sebagai fasilitas negara yang berupa

ruang terbuka hijau. Masyarakat menggunakan Simpang Lima Gumul sebagai

ruang untuk melakukan aktivitas sosial dan juga sebagai ruang untuk pertumbuhan

ekonomi serta pertunjukan seni digelar dan dipertontonkan. Modernisasi juga

sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada saat ini sehingga masyarakat

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56178/3/BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Untuk Mendukung penelitian

43

menjadi bersifat konsumtif dan berpengaruh pada nilai ruang publik yang menjadi

menyempit.