15
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas tentang berbagai Kajian Pustaka yang terdiri dari Kajian teori yang berisi tentang kajian teori Komik, Discovey Learning pembelajaran IPA, Karakteristik anak SD dan Media Pendidikan. Selain Kajian Teori pada bab ini juga dibahas tentang Kerangka berfikir dan Hipotesis Penelitian yang akan dibahas sebagai berikut. 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Komik sebagai Media Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Komik Komik dalam etimologi bahsa Indonesia berasal dari kata “comic” yang kurang lebih secara semantik berarti “lucu”, “lelucon” atau kata komikos dari komos’ revel’ bahasa Yunani yang muncul pada abad ke-16(M. S. Gumelar 2011:2). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau dapat disingkat KBBI komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu. Mc Cloud dalam M. S. Gumelar (2011:6) menekankan bahwa komik adalah “Gambar yang berjajar dalam urutan yang disengaj a, dimaksudkan untuk menyampaika informasi atau menghasilkan respon estetik dari pembaca” Komik adalah urutan-urutan gambar yang ditata sesuai tujuan & filosofi pembuatannya hingga pesan cerita tersampaikan, komik cenderung diberi lettering yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan ( menurut M. S. Gumelar 2011). Umumnya komik dikenal sebagai cerita bergambar (cergam). Atau, dengan kata lain diartikan sebagai cerita yang didukung oleh serangkaian gambar atau lukisan yang beraturan. Sebagian orang lain berpendapat bahwa komik lebih tepat disebut gambar yang bercerita. Artinya meskipun tanpa narasi, komik bisa dinikmati pembacanya, sama seperti ketika menonton acara TV atau layar lebar yang menggambarnya tepat (menurut Rully Gusdiansyah 2009:11)

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas tentang berbagai Kajian Pustaka yang terdiri dari

Kajian teori yang berisi tentang kajian teori Komik, Discovey Learning

pembelajaran IPA, Karakteristik anak SD dan Media Pendidikan. Selain Kajian

Teori pada bab ini juga dibahas tentang Kerangka berfikir dan Hipotesis

Penelitian yang akan dibahas sebagai berikut.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Komik sebagai Media Pembelajaran

2.1.1.1 Pengertian Komik

Komik dalam etimologi bahsa Indonesia berasal dari kata “comic” yang

kurang lebih secara semantik berarti “lucu”, “lelucon” atau kata komikos dari

komos’ revel’ bahasa Yunani yang muncul pada abad ke-16(M. S. Gumelar

2011:2).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau dapat disingkat KBBI komik

adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang

umumnya mudah dicerna dan lucu.

Mc Cloud dalam M. S. Gumelar (2011:6) menekankan bahwa komik adalah

“Gambar yang berjajar dalam urutan yang disengaja, dimaksudkan untuk

menyampaika informasi atau menghasilkan respon estetik dari pembaca”

Komik adalah urutan-urutan gambar yang ditata sesuai tujuan & filosofi

pembuatannya hingga pesan cerita tersampaikan, komik cenderung diberi lettering

yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan ( menurut M. S. Gumelar 2011).

Umumnya komik dikenal sebagai cerita bergambar (cergam). Atau, dengan

kata lain diartikan sebagai cerita yang didukung oleh serangkaian gambar atau

lukisan yang beraturan. Sebagian orang lain berpendapat bahwa komik lebih tepat

disebut gambar yang bercerita. Artinya meskipun tanpa narasi, komik bisa

dinikmati pembacanya, sama seperti ketika menonton acara TV atau layar lebar

yang menggambarnya tepat (menurut Rully Gusdiansyah 2009:11)

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

6

Bagi anak-anak usia sekolah dasar membaca materi dan mendengarkan

penjelasan dari guru tidak dapat diingat secara keseluruhan. Mereka akan lebih

senang mempelajari materi yang terdapat banyak gambar didalamnya seperi tokoh

kartun ataupun tokoh komik favotitnya apalagi jika tokoh kartun yang ada di

dalamnya juga sering mereka lihat di televisi. Gambar yang sederhana dan warna-

warni juga dapat diingat cepat oleh siswa. Komik dapat mengembangkan proses

belajar kognitif siswa.

2.1.1.2 Teknik Membuat Komik

Menurut M.S Gumelar (2011:92) menyebutkan bahwa terdapat 3 tekhnik

membuat komik diantaranya:

1. Tradisional Technique

Membuat komik dengan alat dan bahan relatif tradisional seperti pensil,

nibs(pena), tinta tahan air, spidol kecil, pensil, tinta, pena, penghapus, bolpen,

penghapus tinta, screentone, cat spidol besar baik yang tahan air (waterproof)

ataupun yang tidak, kertas gambar, kertas HVS, cutter, hairdryer sebagai

pengering dan lain-lain yang relevan.

2. Hybrid Technique

Gabungan antara tradisional dan cara digital, berapa jumlah dan presentase

digital dan tradisionalnya tidak begitu dipermasalahkan yang penting menggabung

dua cara tersebut. Secara tradisional, untuk membuatnya memerlukan alat-alat

tradisional pula seperti disebutkan di atas lalu menggabungnya dengan teknologi

dan alat-alat digital seperti scanner, komputer serta graphic dan page layout

software.

3. Digital Technique

Membuat komik dengan cara murni digital, tanpa menggunakan alat dan

bahan tradisional sma sekali, misalnya menggambarnya menggunakan tablet, atau

tablet komputer (PC tablet). Hingga semua proses dilakukan muri secara digital.

2.1.1.3 Langkah-langkah Membuat Komik

Menurut M.S Gumelar (2011:100) tekhnik membuat komik secara digital

adalah sebagai berikut:

1. Siapkan PC, tablet dan softwarenya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

7

2. Siapkan skripnya.

3. Membuat layout komik.

4. Pengaturan panels (frames) atau kotak-kotak pembatas pada halaman.

5. Membuat gambar-gambar atau image (termasuk mewarnainya).

6. Memberi lettering, yaitu memberikan bubble text atau balloon text.

7. Ketik kata-kata sesuai dengan skrip pada bubble text atau ballon text.

2.1.2 Media Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Menurut M. Hosnan (2014:111) Kata media berasal dari bahasa Latin;

medium (bentuk jamak), yang berarti perantara atau pengantar. Jadi media berarti

perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau sumber pesan (sender/source)

ke penerima pesan (receiver). Secara testimologi, istilah media diartikan dengan

berbagai versi, seperti dikemukakan oleh para ahli berikut ini. Menurut

Assosiation for Educational Technoloogy (AECT) dalam M. Hosnan (2014:111),

media adalah segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi.

Menurut Santoso S. Hamidjojo, media pembelajaran adalah media yang

penggunaannnya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud

untuk mempertinggi kegiatan belajar mengajar dalam segi mutu. Menurut Oemar

Hamalik, media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang dipergunakan

dalam rangka mengaktifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam

proses pendidikan dan pengajaran. Menurut Blake dan Haralsen, media adalah

medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan pesan berjalan

antara komunikator dengan komunikan. Media adalah channel (saluran) karena

pada hakikatnya media telah memperluasatau memperpanjang kemampuan

manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat batas-batas jarak, ruang dan

waktu tertentu. Dengan bantuan media, batas-batas itu hampir tidak ada.

2.1.2.2 Fungsi Media Pembelajaran

Levie dan Lentz dalam Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011:19)

mengemukakan empat fungsi pembelajaran yaitu:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

8

a. Fungsi Atensi

Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan

makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali

pada awal pelajaran, siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata

pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka

sehingga mereka tidak memperhatikan.

b. Fungsi Afektif

Fungsi afektif media visual dapat terdapat dari tingkat kenikmatan siswa

ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual

dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut

masalah sosial atau ras.

c. Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian

tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung

dalam gambar.

d. Fungsi Kompensatoris

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian

bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membatu

siswayang lemah membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali

2.1.2.3 Jenis Media Pembelajaran

Berdasarkan jenisnya menurut Hosnan(2014:113), media terbagi menjadi

beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Di bawah ini adalah jenis-jenis media

pembelajaran:

(1) Media Transparansi

Media transparani atau overhead transparancy (OHT) merupakan perangkat

lunak/softwere, sedangkan perangkat kerasnya/ hardwarenya adalah

overhead projector (OHT). Selanjutnya OHT akan kita sebut dengan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

9

“transparansi”, trasnparansi adalah lembar bening/plastik tembus pandang

yang berisikan pesan, penjelasan atau pelajaran yang akan disampaikan

penyaji.

(2) Media Audio

Media Audio adalah media yang mengutamakan indera pendengaran.

Contoh media Audio seperti kaset radio, dan mp3.

(3) Media Visual

Media Visual adalah media yang mengutamakan indera penglihatan saja.

Contoh media visual seperti gambar, komik, poster, buku cerita, grafik, dll.

(4) Media Audio Visual

Media Audio Visual adalah media yang mengutamakan inderapenglihatan

sekaligus indera pendengaran. Contoh media audio visual adalah film, video,

televisi, dll.

2.1.3 Model Pembelajaran Discovery learning

2.1.3.1 Pengertian Discovery learning

Discovery learning adalah proses pembelajaran yang berfokus pada

penemuan masalah (sumber pembelajaran) yang berasal dari pengalaman-

pengalaman nyata siswa. Sehingga yujuan utama dari discovery learning tidak

terletak pada pencarian aplikasi pengetahuan, melainkan suatu upaya untuk

membangun pengetahuan secara induktif dari pengalaman-pengalaman siswa dan

pengalaman merupakan sumber materi yang dapat dieksplorasi dlam proses

pembelajaran (Khoirul Anam 2015: 110).

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan 2013 menyatakan bahwa

Discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses

pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam

bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat

Bruner, bahwa: “Discovery learning can be defined as the learning that takes

place when the student is not presented with subject matter in the final form, but

rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun,

1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa

anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

10

2.1.3.2 Kelebihan Penerapan Discovery learning

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan 2013 menyampaikan bahwa kelebihan

model Discovery learning diantaranya:

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-

keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci

dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh

karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki

dan berhasil.

4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai

dengan kecepatannya sendiri.

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan

melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan

gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan

sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena

mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

10. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

11. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan

manusia seutuhnya.

12. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

13. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber

belajar.

14. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

11

2.1.3.3 Kelemahan Penerapan Discovery learning

Kelemahan dari model Discovery learning menurut M.Hosnan (2014:288)

diantaranya adalah:

1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara

guru dengan siswa.

2. Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang

umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator dan

pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru, ini bukanpekerjaan

yang mudah karena itu guru memerlukan waktu yang banyak, dan seringkali

guru merasa belum puas kalau tidak banyak memberi motivasi dan

membimbing siswa belajar baik.

3. Menyita pekerjaan guru.

4. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.

2.1.3.4 Sintak Model Discovery learning

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan 2013 menyampaikan bahwa

terdapat 7 sintak dalam discovery learning diantaranya yaitu:

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru

dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca

buku, danaktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan

masalah.

Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi

belajaryang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi

bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan

teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan

demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus

kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat

tercapai.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

12

2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-

agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya

dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas

pertanyaan masalah).

3. Data collection (pengumpulan data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para

siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.

4. Data processing (pengolahan data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang

telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya,

lalu ditafsirkan.

5. Verification (pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan

alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian

atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

7. Sistem Penilaian

Dalam Model Pembelajaran Discovery learning, penilaian dapat dilakukan

dengan menggunakan tes maupun non tes. Sedangkan penilaian yang digunakan

dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.

Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model

pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

13

2.1.4 Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Desmita (2014:35) mengemukakan bahwa usia rata-rata anak Indonesia saat

masuk sekolah adalah 6 tahun dan selesai pada 12 tahun. Kalau mengacu pada

pembagian tahapan perkembangan anak berarti anak usia sekolah berada pada dua

masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa

kanak-kanak akhir (10-12 tahun)anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik

yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain,

senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau

melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya

mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan,

mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam

kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam

pembelajaran.

Menurut Havighurst dalam Desmita (2014:35) tugas perkembangan anak

usia sekolah dasar meliputi:

1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas

fisik.

2. Membina hidup sehat.

3. Belajar bergaul dan belajar dalam kelompok.

4. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.

5. Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam

masyarakat.

6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif.

7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.

8. Mencapai kemandirin pribadi.

Dalam mencapa setiap tugas perkembangan tersebut, guru dituntut untuk

memberikan bantuan berupa:

1. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.

2. Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian

sosialnya berkembang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

14

3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang

kongkret atau langsung dalam membangun konsep.

4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai, sehingga

siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi

dirinya.

Sesuai dengan karakteristik siswa yang dijabarkan di atas maka media

yang digunakan dalam pembelajaran sangatlah mempengaruhi siswa.

2.1.5 Pembelajaran IPA

2.1.5.1 Pengertian IPA

Kata “Sains” biasa yang diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam

yang berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan

dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Sains secara

harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Patta Bundu (2008:9)).

Surjani Wonoraharjo (2010:12) menyatakan bahwa sains atau ilmu

pengetahuan alam adalah adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui

metode tertentu. Proses pencarian ini telah diuji kebenarannya secara bersama-

sama oleh para ahli sains dan pemirsanya. Sains berusaha menjelaskan apa saja

yang termasuk bidang kajiannya dan untuk itu diperlukan objektivitas dan

kejelasan metode. Selain itu sains sains berusaha menguasai alam dan

memanfaatkan alam untuk kesejahteraan manusia, meningkatkan taraf hidup,

efisiensi dan efektifitas kerja. Sejarah sains dari zaman ke zaman membantu

manusia menemukan metode dan struktur yang tepat untuk bidang kajiannya.

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

15

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri

dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah ( scientific

inquiry ) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

proses dan sikap ilmiah.

2.1.5.2 Karakteristik IPA

Harlen dalam Patta Bundu (2008:10) mengemukakan tiga karakteristik

utama sains diantaranya:

1. Memandang bahwa setiap orang mempunyai kewenangan untuk menguji

validitas (kesahihan) prinsip dari teori ilmiah. Meskipun kelihatannya logis

dan dapat dijelaskan secara hipotesis, teori dan prinsip hanya berguna jika

sesuai dengan kenyataan yang ada.

2. Memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang diobservasi

yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum sampai pada

kesimpulan.

3. Memberi makna bahwa teori sains bukanlah kebenaran yang akhir tetapi

akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut. Hal ini

memberi penekanan pada kreativitas dan gagasan tentang perubahan yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

16

telah lalu dan kemungkinan perubahan di masa depan, serta pengertian

tentang perubahan itu sendiri.

2.1.5.3 Tujuan IPA

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Mata Pelajaran IPA di

SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasar-kan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

ber-manfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, me-

mecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.5.4 Ruang Lingkup IPA

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Sesuai dengan jabaran di atas makan pembelajaran IPA harus dibuat dengan

menarik dan mendukung siswa dalam memahami materi. Maka dari itu perlu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

17

diperhatikan karakteristik siswa SD demi terciptanya pembelajaran IPA yang

mempermudah siswa memahami materi dan tidak membosankan.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan atau hampir sama dengan penelitian ini yaitu:

“Pengembangan Media Komik Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas 4

Sd Semester II Tahun Ajaran 2014/2015” oleh Winarni pada tahun 2015.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ditinjau dari aspek

tampilan, media pembelajaran yang dikembangkan dinilai “Sangat Baik”. Kualitas

media yang dikembangkan menurut ahli materi dinilai “Baik”. Penggunaan media

komik pendidikan mempunyai dampak positif terhadap ketuntasan belajar siswa.

Dari 16 siswa yang telah mengikuti uji coba kelompok kecil terdapat 3 siswa yang

tidak tuntas belajar dan 13 siswa (81,25%) yang tuntas belajar. Ketuntasan belajar

ini tergolong “Sangat baik”. Kemudian pada uji coba lapangan yang melibatkan

22 siswa, terdapat 5 siswa yang tidak tuntas belajarnya dan 5 siswa (77,27%) yang

tuntas belajar. Ketuntasan belajar ini tergolong “Baik”.

Penelitian sejenis dilakukan oleh Sugito pada tahun 2012 dengan judul

“Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Komik Sains Terhadap Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 SDN Watuagung 01”.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti diperoleh kesimpulan bahwa

Penggunaan media pembelajaran komik sains berpengaruh terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas V di SDN Watuagung 01 Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang terbukti dengan nilai rata-rata penggunaan media

pembelajaran Komik Sains mencapai hasil 86.18 sedangkan rata-rata

penggunaan metode pembelajaran konvensional mencapai hasil 72,52. Terdapat

perbedaan hasil belajar pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan

mendeskrifsikan sifat-sifat cahaya. Hal tersebut membuktikan bahwa dengan

penggunaan media pembelajaran, khususnya media pembelajaran komik sains

dalam penelitian ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Penelitian sejenis dilakukan Otha Supa (2012) dengan judul “Pembuatan

Komik Fisika Tentang kemagnetan sebagai media pembelajaran”. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pembelajaran menggunakan komik

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

18

fisika dapat memotivasi siswa untuk belajar fisika. Dan pembelajaran

menggunakan komik fisika ini menjadi salah satu metode pembelajaran yang

dpaat menyelingi pembelajaran yang ada, misalnya ceramah dan praktikum.

Dengan adanya pembelajaran menggunakan membuat suatu pemahaman agar

belajar fisika bisa menggunakan macam-macam media salah satunya adalah

komik ini.

Yohanes Andri Kristiawan (2012) melakukan penelitian dengan judul

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Eklas V pada Mata Pelajaran IPA

dengan Metode Discovery di SDN Tingkir Tengah 02 Salatiga emester II Tahun

ajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa

terdapat peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I dan siklus II.

Nilai rata-rata siswa kelas V pada kondisi awal atau sebelum diadakan penelitian

dengan menerapkan model discovery adalah 68,59 dengan ketuntasan sebesar

58,97% yaitu 23 dari 39 siswa. Dengan penerapan discovery pada siklus I nilai

rata-rata kelasnya meningkat menjadi 75,77 dengan ketuntasan belajar sebesar

76,92%. kemudian dilanjutkan pada siklus II dan rata-rata nilai yang diperoleh

meningkat menjadi 86,28 dengan ketuntasan belajar sebesar 94,87%.berdasarkan

data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian yang telah dilakukan

sudah berhasil karena daat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan beberapa penelitian relevan diatas peneliti akan melakukan

penelitian serupa dengan pengembangan komik dalam pembelajaran IPA dengan

model discovery learning untuk kelas V SD dengan materi Gaya Magnet.

2.2 Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan proses belajar mengajar diperlukan bahan ajar yang

mendukung ketercapaian kompetensi siswa yang diharapkan. Bahan ajar dapat

berupa komik yang disusun secara sistematis untuk mempermudah siswa dalam

memahami materi dengan gambar/ ilustrasi yang memperkuat pemahaman siswa

pada materi. Penggunaan komik yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya

tebukti efektif dalam menunjang proses pembelajaran serta dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10924/2/T1_292012129_BAB II... · beberapa jenis. Dilihat dari jenis dan juga bentuknya, media pembelajaran

19

Melihat permasalahan yang berkenaan dengan buku pegangan siswa yang masih

dipandang sebagai sumber belajar utama peneliti akan mengembangkan

pengembangan komik dalam pembelajaran IPA dengan model discovery learning

untuk kelas V SD dengan materi Gaya Magnet.

Komik yang dikembangkan diharapkan dapat membantu siswa dalam

memahami materi dan melatih kemandirian siswa dalam proses belajar mengajar.

Materi yang disajikan dalam komik dikemas dengan kegiatan praktikum. Selain

itu materi yang ada pada komik diajarkan melalui model discovery learning untuk

melatih tingkat berpikir siswa.

Dengan mengembangkan komik dengan model discovery learning

diharapkan efektivitas pembelajaran dapat tercapai dan tentunya meningkatkan

hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Pengembangan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang diuraikan di atas,

maka dapat dirumuskan hipotesis pengembangan sebagai berikut:

1. Komik berdasarkan model discovery learning pada pembelajaran IPA di kelas

V SD dapat dikembangkan dengan desain model pembelajaran ADDIE.

2. Komik berdasarkan model discovery learning pada pembelajaran IPA di kelas

V SD valid.

3. Komik berdasarkan model discovery learning pada pembelajaran IPA di kelas

V SD efektif.