25
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Asesmen Perkembangan di seputar penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupakan salah satu komponen yang terkait langsung dengan kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (PP No.19, Th. 2005:3). Kurikulum yang berbasis kompetensi sebagaimana yang dipergunakan di dunia pendidikan di Indonesia yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) komponen penilaian menempati posisi penting. Ada tiga fokus utama dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu penentuan kompetensi, pengembangan silabus, dan pengembangan penilaian. Komponen penilaian diyakini memberikan dampak nyata bagi keberhasilan pembelajaran kompetensi kepada siswa, maka penilaian kini ditempatkan pada posisi yang penting dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Bentuk dan cara penilaian dalam banyak hal memberikan pengaruh penting bagi proses pembelajaran, bagaimana guru harus membelajarkan dan bagaimana siswa harus belajar, dan karenanya menentukan capaian kompetensi. Ada banyak definisi penilaian yang dikemukakan orang, walau berbeda rumusan, pada umumnya menunjuk pada pengertian yang hampir sama. Penilaian diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (PP No.19 Th 2005:3). Penilaian secara umum dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengetahui/mendapatkan informasi tentang keadaan, perkembangan, kemajuan dan/atau hasil belajar siswa, dalam bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA Perkembangan di seputar penilaian hasil … · 2012. 11. 21. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Asesmen Perkembangan di seputar penilaian hasil

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    2.1.1. Asesmen

    Perkembangan di seputar penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan

    dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan

    penilaian merupakan salah satu komponen yang terkait langsung dengan

    kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat rencana dan

    pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

    digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

    untuk mencapai tujuan tertentu (PP No.19, Th. 2005:3).

    Kurikulum yang berbasis kompetensi sebagaimana yang

    dipergunakan di dunia pendidikan di Indonesia yang bernama Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) komponen penilaian menempati posisi

    penting. Ada tiga fokus utama dalam pengembangan kurikulum berbasis

    kompetensi, yaitu penentuan kompetensi, pengembangan silabus, dan

    pengembangan penilaian. Komponen penilaian diyakini memberikan

    dampak nyata bagi keberhasilan pembelajaran kompetensi kepada siswa,

    maka penilaian kini ditempatkan pada posisi yang penting dalam

    rangkaian kegiatan pembelajaran. Bentuk dan cara penilaian dalam banyak

    hal memberikan pengaruh penting bagi proses pembelajaran, bagaimana

    guru harus membelajarkan dan bagaimana siswa harus belajar, dan

    karenanya menentukan capaian kompetensi.

    Ada banyak definisi penilaian yang dikemukakan orang, walau

    berbeda rumusan, pada umumnya menunjuk pada pengertian yang hampir

    sama. Penilaian diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan

    informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (PP

    No.19 Th 2005:3). Penilaian secara umum dapat diartikan sebagai kegiatan

    untuk mengetahui/mendapatkan informasi tentang keadaan,

    perkembangan, kemajuan dan/atau hasil belajar siswa, dalam bentuk

  • 6

    apapun yang dapat dipergunakan untuk mengambil keputusan (A.

    Kosasih, 2010: 39).

    Penilaian pendidikan adalah proses untuk mendapatkan informasi

    tentang prestasi atau kinerja peserta didik. Hasil penilaian digunakan untuk

    melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan

    efektivitas proses pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah

    keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi

    yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus

    dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya

    dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi Lulusan

    (SKL) adalah kompetensi yang harus dicapai peserta didik untuk tingkat

    satuan pendidikan (BNSP, 2007: 3).

    Asesmen adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

    mengukur prestasi belajar siswa sebagai hasil dari suatu program

    instruksional. Jadi, asesmen bukan hanya menilai siswa melainkan sangat

    fungsional untuk menilai sistem pengajaran itu sendiri (Oemar Hamalik,

    2010: 146).

    Kegiatan penilaian dalam pembelajaran utamanya dilakukan dalam

    rangka mengambil keputusan tentang penampilan siswa setelah belajar dan

    ketepatan srategi pembelajaran yang digunakan (Sri Wardhani, 2004: 1).

    Oleh karena itu tujuan penilaian dalam kegiatan pembelajaran pada

    intinya, antara lain adalah untuk umpan balik bagi siswa agar mengetahui

    kelemahan dan kelebihannya serta hasil usahanya, umpan balik bagi guru

    agar mengetahui tingkat efektifitas dari kegiatan pembelajaran yang

    dikelolanya, informasi bagi orang tua, sebagai pertanggungjawaban

    sekolah dalam mengelola keegiatannya, memberikan penghargaan dan

    motivasi kepada siswa agar meningkat usaha belajarnya.

  • 7

    2.1.2. Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Belajar

    Istilah asesmen (penilaian) proses dan hasil belajar merupakan suatu

    kegiatan guru selama rentang pembelajaran yang berkaitan dengan

    pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi peserta didik yang

    memiliki karakteristik individual yang unik (Depdiknas.2006). Data

    diperlukan sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan

    keputusan. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung

    dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai

    dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Proses ini diperoleh

    potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar

    kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing.

    Rumusan tentang pengertian asesmen proses dan hasil belajar

    tersebut di atas, nampak jelas bahwa ada empat komponen penting dalam

    asesmen proses dan hasil belajar, yaitu: 1) pelacakan terhadap kompetensi

    siswa mencakup proses dan hasil belajar. Asesmen proses dilakukan

    selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan dan

    beberapa pertemuan berikutnya (dilakukan pada awal, pertengahan atau

    akhir pertemuan). Hasil asesmen proses memberikan gambaran tentang

    kompetensi siswa (sementara) pada pertemuan tersebut. Hasil pemantauan

    kompetensi sementara ini menjadi bahan acuan bagi guru dalam

    menentukan langkah pembelajaran berikutnya. Apakah RPP yang telah

    direncanakan dapat dilanjutkan atau dilakukan penyesuaian, perbaikan

    atau bahkan menyusun RPP baru. Idealnya siklus asesmen proses ini

    dilakukan terus menerus pada setiap pertemuan dengan mengacu indikator

    yang telah ditetapkan. Pada akhirnya setelah terlaksana beberapa siklus

    asesmen pembelajaran diperoleh gambaran pencapaian kompetensi siswa

    pada satu kompetensi dasar yang mencakup semua indikator. Sedangkan

    asesmen hasil belajar dilakukan minimal setelah satu kompetensi dasar

    dipelajari. Bila cakupan kompetensinya cukup luas, asesmen hasil belajar

  • 8

    dapat dilakukan lebih dari satu kali, dan tidak perlu semua indikator

    diases. Cukup indikator-indikator esensial yang menjadi parameter

    pencapaian kompetensi dasarnya. Oleh karena basis asesmen proses dan

    hasil belajar adalah sejauhmana sebuah kompetensi telah dicapai oleh

    siswa, maka Mulyasa (2002:103) menyamakan terminologi asesmen

    proses dan hasil belajar ini sebagai Penilaian Berbasis Kompetensi/PBK

    (Competency Based Assesment); 2) kompetensi siswa sebagai tujuan

    pembelajaran hakikatnya adalah kesatuan utuh (holistik) pengetahuan,

    ketrampilan serta nilai-nilai dan sikap yang dapat ditampilkan siswa dalam

    berpikir dan bertindak (bandingkan dengan Mulyasa. 2002:37). Oleh

    karena itu asesmen harus mencakup ranah kognitif, afektif dan

    psikomotor; 3) asesmen dilakukan selama rentang pembelajaran;

    maknanya bahwa asesmen merupakan satu kesatuan integral dalam

    merancang dan melaksanakan pembelajaran, bukan bagian yang terpisah

    dari pembelajaran; dan 4) pengambilan keputusan dalam asesmen

    didasarkan pada karakteristik siswa secara individual. Maknanya bahwa

    keputusan tentang tingkat pencapaian kompetensi siswa harus

    memperhatikan konstruk pengetahuan yang dibangun oleh masing-masing

    siswa secara individual, seturut dengan paradigma konstruktivisme. Oleh

    karena itu guru harus menggunakan berbagai data/informasi yang

    diperoleh dari berbagai teknik dan instrumen asesmen sesuai dengan

    karakteristik masing-masing siswa, baik teknik tes maupun non tes.

    Individualisasi dalam pelayanan asesmen inilah yang menjadi acuan

    Poham (1995) dan Depdiknas (2006) yang menyatakan bahwa terminologi

    asesmen proses dan hasil belajar disepadankan dengan Penilaian Kelas

    (Classroom Assesment).

  • 9

    2.1.3. Tujuan Asesmen Proses dan Asesmen Hasil belajar

    Popham (1995:4-13) menyatakan bahwa asesmen bertujuan antara

    lain untuk: 1) mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,

    2) memonitor kemajuan siswa, 3) menentukan jenjang kemampuan siswa,

    4) menentukan efektivitas pembelajaran, dan 5) mempengaruhi persepsi

    publik tentang efektivitas pembelajaran.

    Sedangkan Balitbang Depdiknas (2006: 3) secara rinci menyatakan

    bahwa tujuan asesmen proses dan hasil belajar adalah:

    a) Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah

    proses pembelajaran berlangsung.

    b) Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui

    kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.

    c) Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang

    dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan

    remedial.

    d) Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,

    kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.

    e) Untuk memberikan piliha alternatif penilaian kepada guru.

    f) Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah

    tentang efektivitas pendidikan.

    2.1.4. Prinsip Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Belajar

    Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip

    asesmen pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani oleh guru

    dalam melakukan asesmen proses dan hasil belajar. Ada beberapa prinsip

    dasar asesmen pembelajaran yang harus dipedomani seperti berikut ini.

    a) Memandang asesmen dan kegiatan pembelajaran secara terpadu,

    sehingga penilaian berjalan bersama-sama dengan proses

    pembelajaran.

    b) Mengembangkan tugas-tugas asesmen yang bermakna, terkait

    langsung dengan kehidupan nyata.

  • 10

    c) Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat asesmen

    sebagai evaluasi diri siswa.

    d) Melakukan berbagai strategi asesmen di dalam program pembelajaran

    untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar

    peserta didik.

    e) Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.

    f) Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi

    dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik.

    g) Menggunakan teknik dan instrument asesmen yang bervariasi.

    Asesmen kelas dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk,

    portofolio, unjuk kerja, proyek, dan pengamatan partisipasi peserta

    didik dalam proses pembelajaran sehari-hari sesuai dengan kompetensi

    dasar yang harus dikuasai.

    h) Melakukan asesmen secara berkesinambungan terhadap semua Standar

    Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk memantau proses, kemajuan,

    dan perbaikan hasil dalam bentuk tes formatif dan sumatif.

    Disamping prinsip-prinsip seperti tersebut di atas, Balitbang Depdiknas

    (2006 : 4) dan Slameto (2005) menyatakan bahwa dalam asesmen proses

    dan hasil belajar, instrument asesmen harus memenuhi kriteria instrumen

    yang baik. Kriteria tersebut yakni:

    a. Sahih (valid)

    Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam

    melakukan penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai

    dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi”.

    Apabila yang diukur sikap, tetapi asesmen mengukur pengetahuan,

    maka asesmen tersebut tidak valid. Kesahihan asesmen biasanya

    diukur dalam prosentase atau dalam derajat tertentu dengan alat ukur

    tertentu.

  • 11

    b. Terandalkan (reliable)

    Pengertian reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan)

    hasil penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan

    perbandingan yang reliable, menjamin konsistensi, dan

    keterpercayaan. Contoh, dalam menguji kompetensi siswa dalam

    melakukan eksperimen di laboratorium. Sepuluh peserta didik

    melakukan eksperimen dan masing-masing menulis laporannya.

    Penilaian ini reliable jika guru dapat membandingkan taraf penguasaan

    10 peserta didik itu dengan kompetensi eksperimen yang dituntut

    dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 peserta didik yang

    sama mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan

    hasilnya ternyata sama. Jika alat asesmen yang sama dilakukan

    terhadap kelompok peserta didik yang sama beberapa kali dalam waktu

    yang berbeda-beda atau situasi yang berbeda-beda, memberikan hasil

    yang sama, maka asesmen dinyatakan terandalkan.

    c. Objektif

    Objektif dalam konteks penilaian adalah bahwa proses penilaian

    yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau

    pertimbangan subjektif dari guru. Dalam implementasinya, penilaian

    harus dilaksanakan secara objektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus

    adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat

    dipahami peserta didik, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam

    pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor). Asesmen

    dikatakan objektif jika tidak mendapat pengaruh subjektif dari pihak

    penilai.

  • 12

    d. Terfokus pada kompetensi

    Seturut dengan hakikat kurikulum tingkat satuan pendidikan,

    maka asesmen proses dan hasil belajar harus terfokus pada pencapaian

    kompetensi, bukan hanya penguasaan materi pelajaran.

    e. Komprehensif

    Asesmen proses dan hasil belajar hendaknya menyeluruh,

    mengases semua ranah kompetensi siswa, baik kognitif, afektif

    maupun psikomotor. Menggunakan beragam teknik dan instrumen

    asesmen, sehingga mampu menggambarkan profil kompetensi siswa

    secara utuh.

    f. Mendidik

    Asesmen dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran

    bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi siswa.

    2.1.5 Teknik Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Belajar

    Mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa dapat

    dilakukan dengan teknik tes maupun non tes, baik untuk mengases proses

    belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut

    pada prinsipnya adalah cara asesmen kemajuan belajar peserta didik

    terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Asesmen

    suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator

    pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun

    psikomotor. Setidaknya ada beberapa ragam teknik yang dapat digunakan,

    yaitu :

    1. Asesmen Proses

    a. Unjuk Kerja

    Penilaian unjuk kerja (Performance assessment atau

    performance-based assessment) merupakan jenis penilaian yang

    memberikan kesempatan kepada para siswa untuk

  • 13

    mendemonstrasikan pengetahuan, dan keterampilan yang mereka

    miliki dalam berbagai konteks. Seperti berbicara, berpidato,

    membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam

    memecahkan masalah dalam kelompok; partisipasi peserta didik

    dalam diskusi; ketrampilan menari; ketrampilan memainkan alat

    musik; kemampuan berolah raga; ketrampilan menggunakan

    peralatan laboratorium; praktek sholat, bermain peran, bernyanyi,

    dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat.

    b. Penugasan

    Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas

    yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai

    dalam waktu tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara

    bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data,

    dan penyajian data. Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk

    menilai keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman dan

    pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi

    pengetahuan dalam suatu penyelidikan, dan kemampuan

    menginformasikan subjek secara jelas. Penugasan dapat dilakukan

    secara individual maupun kelompok.

    c. Portofolio

    Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang

    didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan

    perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode

    tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari

    proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik,

    pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilakukan, beberapa contoh tes

    yang telah selesai dilakukan, berbagai keterangan-keterangan yang

    diperoleh peserta didik, keselarasan antara pembelajaran dan tujuan

    spesifik yang telah dirumuskan, contoh-contoh hasil pekerjaannya

  • 14

    sehari-hari, evaluasi diri terhadap perkembangan pembelajaran dan

    hasil observasi guru.

    d. Penilaian Sikap.

    Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang

    terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon

    sesuatu/objek. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku

    atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen,

    yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah

    perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap

    sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau

    keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif

    adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-

    cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara

    umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran

    berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut. Sikap terhadap

    materi pelajaran, sikap terhadap guru/pengajar, sikap terhadap

    proses pembelajaran, sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang

    berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Asesmen sikap dapat

    dilakukan dengan beberapa cara antara lain: observasi perilaku,

    pertanyaan langsung, dan laporan pribadi, daftar chek, skala sikap,

    buku harian, angket, ungkapan perasaan, catatan anekdot, dan lain

    lain.

    e. Asesmen Produk

    Asesmen produk merupakan ragam penilaian untuk menilai

    kemampuan siswa dalam membuat produk tertentu, seperti :

    teknologi tepat guna, karya seni, keramik, lukisan dan lain-lain.

    Asesmen produk dapat digunakan untuk menilai proses maupun

    hasil belajar siswa. Pengembangan produk meliputi tiga tahap, yaitu

  • 15

    tahap persiapan, tahap pembuatan produk dan tahap penilaian

    produk.

    f. Asesmen diri (self assessment)

    Asesmen diri adalah suatu teknik penilaian dimana siswa

    diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status,

    proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam

    mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria yang telah

    ditetapkan. Tujuan utama asesmen diri adalah untuk mendukung

    atau memperbaiki proses pembelajaran. Ada beberapa jenis asesmen

    diri, diantaranya adalah : a) penilaian langsung dan spesifik, yaitu

    penilaian langsung pada saat atau setelah siswa melakukan tugas

    tertentu, b) penilaian tidak langsung dan holistik, yaitu penilaian

    yang dilakukan dalam kurun waktu yang panjang, misalnya satu

    semester untuk memberikan penilaian secara keseluruhan, dan c)

    penilaian sosia-afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif

    atau emosional. Misalnya siswa diminta untuk membuat tulisan

    yang memuat curahan perasaannya terhadap obyek tertentu.

    g. Observasi

    Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan

    cara mencatat hasil pengamatan terhadap objek tertentu.

    Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara menggunakan

    instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis

    perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasi,

    misalnya dalam kelas, waktu bekerja dalam bengkel/laboratorium.

    Metode pencatatan, berapa lama dan berapa kali observasi

    dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi. Metode ini

    digunakan juga untuk memeriksa proses melalui analisis tugas

    tentang beroperasinya suatu kegiatan/pekerjaan tertentu maupun

    produk yang dihasilkannya. Penilaia atau guru dapat secara

  • 16

    langsung mengamati dan mencatat perilaku yang muncul, dan dapat

    juga menggunakan lembar observasi atau daftar ceklis mengenai

    aspek-aspek tugas atau pekerjaan tertentu yang akan diamati.

    Berdasarkan uraian diatas, teknik penilaian proses yang akan

    digunakan dalam penelitian ini adalah unjuk kerja, penilaian diri, dan

    observasi. Karena penilaian unjuk kerja sebagai penilaian proses

    belajar untuk mengetahui ketrampilan dan pengetahuan siswa saat

    praktikum, penilaian diri untuk menilai siswa dalam proses

    pembelajaran sebagai upaya perbaikan, serta observasi sebagai

    penilaian proses untuk melihat siswa dalam berpresentasi.

    2. Asesmen Hasil

    Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan.

    Khusus tes tertulis, ragamnya meliputi : tes essay atau disebut juga tes

    subyektif dan tes obyektif, yang terdiri dari tes isian, salah-benar,

    menjodohkan dan pilihan ganda. Tes essay atau tes uraian adalah

    bentuk tes berupa soal-soal yang masing-masing mengandung

    permasalahan dan menuntut penguaraian sebagai jawabannya. Materi

    tes yang dipilih adalah materi yang sekiranya cocok untuk tes essay.

    Tes ini dibedakan menjadi 2 yaitu: tes uraian jawaban singkat yaitu tes

    yang meminta jawaban panjangnya sekitar satu dua kalimat dan tes

    uraian jawaban luas/panjang. Tes obyektif terdiri dari pertanyaan-

    pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus dijawab atau dipilih

    dari beberapa alternatif jawaban dengan cara menulisnya, atau mengisi

    jawaban pendek tanpa menguraikan. Tes ini disebut obyektif karena

    skor yang diberikan relatif tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif

    penilai. Ragam tes obyektif meliputi tes isian (Completion Test), Tes

    Salah-Benar (True False Test), Tes Menjodohkan (Matching Test), dan

    Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test).

  • 17

    2.1.6. Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009: 5), hasil

    belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa

    dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

    perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

    sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa

    menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.

    Menurut Winkel (dalam Lina, 2009: 5),“mengemukakan bahwa hasil

    belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

    Sedangkan menurut Arif Gunarso (dalam Lina, 2009: 5),”hasil belajar

    adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan

    usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh

    seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya.

    Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih

    baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh

    seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya

    dinyatakan dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar

    dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

    siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

    peranan penting dalam proses pembelajaran.

    Nana Sudjana (dalam techonly13, 2009) menyatakan bahwa proses

    penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru

    tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya

    melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat

    menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk

    keseluruhan kelas maupun individu. Setiap keberhasilan belajar diukur

    dari seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa. Keberhasilan siswa

    dalam mencapai tujuan pengajaran diwujudkan dengan nilai.

    Nana Sudjana (dalam techonly13, 2009) menyatakan bahwa hasil

    belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang

    dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh

  • 18

    siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai

    siswa.

    Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

    prestasi/hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau

    usaha yang dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni

    penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat

    diukur dengan tes tertentu. Penelitian ini yang diungkap adalah hasil

    belajar siswa kelas IV di SD N 01 Todanan Blora.

    2.1.7. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

    lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor

    dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah

    mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan

    pembentukan sikap. Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern

    meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor

    ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

    Menurut Slameto (2003: 54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor

    yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor

    tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

    a) Faktor-faktor intern

    Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor

    intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor

    psikologis dan faktor kelelahan.

    1. Faktor jasmaniah

    Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam

    keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas

    dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap

    hasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan

    seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang

  • 19

    bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah,

    kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta

    tubuhnya.

    Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang

    menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh.

    Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh

    dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu,

    hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau

    diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan

    itu.

    2. Faktor psikologis

    Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam

    faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu

    adalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

    menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

    menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

    mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua

    perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-

    mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga

    minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

    mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat yaitu kemampuan

    untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi

    kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. Kelima motif harus

    diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif

    atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat

    belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan

    seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi

    renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas

    mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil

    belajar tidak akan baik.

  • 20

    3. Faktor kelelahan

    Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan

    tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan

    jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).

    Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

    dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi

    karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh.

    Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.

    Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan

    dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang.

    Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk

    berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

    Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena memikirkan

    masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal

    yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu

    karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan

    perhatiannya.

    Menurut Slameto (2003: 60) kelelahan baik jasmani

    maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut:

    tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan

    obat-obat yang melancarkan peredaran darah, rekreasi atau ibadah

    teratur, olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat lima

    sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi sorang ahli.

    b) Faktor-faktor ekstern

    Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor

    ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat

    yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:

  • 21

    1. Faktor keluarga

    Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

    berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,

    suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Sebagian

    waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu, keluarga

    merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh sebab

    itu orang tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing,

    memberi teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik,

    memberikan suasana yang mendukung belajar, dan dukungan

    material yang cukup.

    2. Faktor sekolah

    Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup

    metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

    dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,

    standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas

    rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar

    memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus

    menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan

    dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum yang

    sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode

    pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana

    penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana

    yang lainnya.

    3. Faktor masyarakat

    Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

    berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena

    keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi

    hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam

    mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat,

    kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan

    terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur

  • 22

    waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat

    kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar

    di masyarakat. Ketiga teman bergaul, teman bergaul siswa lebih

    cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman

    bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri

    siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang tidak baik

    misalnya suka begadang, pecandu rokok, keluyuran minum-

    minum, lebih-lebih pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat

    bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar

    siswa juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat yang

    terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka

    mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan

    berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di situ.

    Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi

    hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan

    kelelahan, dan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan

    masyarakat.

    Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar,

    dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka

    siswa harus memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern. Untuk

    meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki

    kebiasaan belajar yang baik.

    2.1.8. Pembelajaran IPA

    Pembelajaran Sains mendasarkan kepada bagaimana siswa belajar

    secara aktif. Belajar Sains memerlukan pemahaman konsep yang akan

    melahirkan rumus, teorema atau dalil. Peranan guru Sains adalah

    memberikan motivasi kepada siswa supaya mereka mau belajar serta

    mewujudkan tujuan pembelajaran yang juga merupakan tugas yang

  • 23

    cukup berat, karena pada umumnya siswa menganggap pelajaran sains

    kurang menarik bahkan ada yang beranggapan sangat membosankan.

    Berpijak dari uraian tersebut, guru Sains harus dapat memberikan

    motivasi serta menggunakan cara-cara yang kreatif dalam menyampaikan

    materi di kelas, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari Sains

    tanpa adanya rasa takut dan bosan. Hal ini merupakan salah satu usaha

    dalam mengajar, dan guru juga bertugas membuat rancangan untuk

    memberikan kemudahan mencapai tujuan pembelajaran.

    Sains berasal dari bahasa Inggris science yang berarti pengetahuan.

    Sains adalah ilmu pengetahuan yang sangat dinamis dan selalu

    mengalami perubahan dan perkembangan secara kontinu. Sains banyak

    mendiskusikan tentang alam yang terdiri dari ilmu fisika, kimia, dan

    biologi. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

    sistematis, sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan

    pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

    prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan

    Sains di sekolah menengah pertama diharapkan dapat menjadi wahana

    bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.

    Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman

    langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu

    menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains

    diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu

    siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

    sekitar. Oleh karena itu, pendidikan Sains diterapkan dalam menyajikan

    pembelajaran. Sains adalah memadukan antara pengalaman proses Sains

    dan pemahaman produk Sains dalam bentuk pengalaman langsung.

    Secara umum, hakikat Sains menurut model kontemporer adalah

    organisasi pengetahuan kita untuk membantu kita mempelajari alam,

    bagian dari kemajuan dan kreativitas manusia (Sains itu berkembang),

    sebuah pencarian untuk temuan-temuan (Sains adalah sebuah proses),

    sains terdiri dari berbagai disiplin dan proses, sains adalah upaya-upaya

  • 24

    kompetitif, popularitas pengetahuan ilmiah berkait secara langsung

    dengan prestise orang yang menemukan pengetahuan itu, kemudahan

    seorang ilmuwan menerima pengetahuan berkaitan secara langsung

    dengan seberapa dekat paradigma ilmuwan (program penelitian dll)

    dengan paradigma pengetahuan yung satu dengan yang lainnya.

    1. Tujuan Pembelajaran IPA

    Dalam Permendiknas no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD

    bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

    a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha

    Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam

    ciptaan-Nya

    b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

    IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

    sehari-hari

    c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran

    tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

    lingkungan, teknologi dan masyarakat

    d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

    sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

    e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

    menjaga dan melestarikan lingkungan alam

    f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

    keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

    g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

    sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    2. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

    tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

  • 25

    b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat

    dan gas

    c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

    listrik, cahaya dan pesawat sederhana

    d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

    benda-benda langit lainnya.

    2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan

    Penelitian oleh Suwandi (2005) yang berjudul “Pengaruh Harapan

    Guru tentang Prestasi Siswa dan Model Penilaian terhadap Mutu Proses

    Pembelajaran dan Prestasi Siswa” menyimpulkan bahwa: harapan guru

    tentang prestasi siswa menunjukkan pengaruh terhadap variabel PBM dan

    prestasi siswa. Semakin tinggi harapan guru tentang prestasi siswa semakin

    tinggi pula mutu proses pembelajarannya, dan hal itu akan mempengaruhi

    juga prestasi belajar siswa. Model penilaian mempengaruhi proses

    pembelajaran yang selanjutnya mempengaruhi prestasi belajar siswa.

    Dengan kata lain, semakin baik model penilaaian guru dalam mengajar akan

    meningkatkan mutu proses pembelajaran dan selanjutnya mempengaruhi

    variabel prestasi belajar siswa

    Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nengah Datrini (2007) yang

    bejudul “Pengaruh Asesmen Portofolio dan Konsep Diri Siswa terhadap

    Kemampuan Menulis dalam Mata Pelajaran Bahasa dan Sasta Indonesia

    (Eksperimen pada siswa kelas VIII SMP Saraswati 1 Tabanan)”, bentuk

    implikasi penelitian ini: asesmen portofolio merupakan asesmen alternatif

    yang cocok untuk pembelajaran menulis. Penerapan asesmen portofolio

    hendaknya mempertimbangkan konsep diri siswa. Pembelajaran hendaknya

    juga dirancang untuk membantu meningkatkan konsep diri siswa.

    Kelebihannya yaitu kemampuan menulis kelompok siswa yang mengikuti

    pembelajaran dengan asesmen portofolio lebih tingggi daripada kemampuan

    menulis kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen

    konvensional, dibuktikan oleh nilai FA = 4,10 dengan p

  • 26

    kelompok siswa yang memiliki konsep diri akademik tinggi, kemampuan

    menulis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen portofolio

    lebih tinggi dari pada kemampuan menulis kelompok siswa yang mengikuti

    pembelajaran dengan asesmen konvensional. Hal itu dapat dilihat pada

    besaran nilai Q = 7,98 dengan p

  • 27

    Struktur, Fungsi Organ Manusia dan Hewan dengan Pendekatan Jelajah

    Alam Sekitar (JAS)”, yang menguji keefektifan penerapan alternatif

    assessment dapat dilihat dari analisis kuesioner yang diberikan kepada guru

    biologi SMA sehingga dapat diketahui validitas dan reliabilitasnya.

    Kelebihan: Peneliti mengembangkan asesmen alternatif, mengujicobakan

    dan menguji keefektifannya pada 10 guru di 6 SMA. Alternative

    assessment yang dikembangkan efektif diterapkan dalam pembelajaran

    struktur, fungsi organ manusia dan hewan dengan pendekatan jelajah alam

    sekitar. Indikator keefektivan alternative assessment yang dikembangkan

    yaitu berdasarkan validitas isi, secara keseluruhan alternative assessment

    yang dikembangkan sesuai dengan tujuan, materi dan kegiatan

    pembelajaran. Indikator yang kedua dari perhitungan reliabilitas dan didapat

    r11 hitung 0,92. Kelemahan: Penelitian ini hanya melihat analisis kuesioner

    dari guru dan tidak diobsevasi penerapannya.

    2.3 Kerangka Berpikir

    Keberhasilan belajar mengajar dipengaruhi beberapa faktor yakni

    guru, siswa, tujuan, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Evaluasi

    mencakup asesmen, pengukuran dan tes. Asesmen pembelajaran yang

    digunakan adalah asesmen proses dan hasil pembelajaran.

    Asesmen proses biasanya menggunakan teknik non tes yaitu unjuk

    kerja, observasi, penilaian diri, penilaian antar teman. Penggunaan jenis

    asesmen didasarkan pada kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan

    tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru demi kebaikan para

    siswa. Asesmen proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung

    pada setiap pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya (dilakukan

    pada awal, pertengahan atau akhir pertemuan). Hasil asesmen proses

    memberikan gambaran tentang kompetensi siswa (sementara) pada

    pertemuan tersebut. Hasil pemantauan kompetensi sementara ini menjadi

    bahan acuan bagi guru dalam menentukan langkah pembelajaran

    berikutnya. Apakah RPP yang telah direncanakan dapat dilanjutkan atau

  • 28

    dilakukan penyesuaian, perbaikan atau bahkan menyusun RPP baru.

    Idealnya siklus asesmen proses ini dilakukan terus menerus pada setiap

    pertemuan dengan mengacu indikator yang telah ditetapkan. Pada akhirnya

    setelah terlaksana beberapa siklus asesmen pembelajaran diperoleh

    gambaran pencapaian kompetensi siswa pada satu kompetensi dasar yang

    mencakup semua indikator. Sedangkan asesmen hasil belajar dilakukan

    minimal setelah satu kompetensi dasar dipelajari. Bila cakupan

    kompetensinya cukup luas, asesmen hasil belajar dapat dilakukan lebih

    dari satu kali, dan tidak perlu semua indikator diases. Cukup indikator-

    indikator esensial yang menjadi parameter pencapaian kompetensi

    dasarnya. Oleh karena basis asesmen proses dan hasil belajar adalah

    sejauhmana sebuah kompetensi telah dicapai oleh siswa, Mulyasa

    (2002:103) .

    Manfaat yang akan didapat bagi siswa apabila pembelajaran dengan

    penilaian proses dilakukan secara optimal cenderung menunjukan hasil

    yang berciri yaitu, 1) kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan

    motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. 2) menambah keyakinan akan

    dirinya. 3) hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti

    akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk

    mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh

    informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk

    belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya. 4) hasil belajar

    diperoleh siswa secara menyeluruh (Komprehensif), yakni mencakup

    ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan

    apresiasi; serta ranah psikomotor, ketrampilan atau perilaku. 5)

    kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

    dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

    mengendalikan proses dan usaha belajarnya. oleh sebab itu, penilaian

    terhadap proses belajar – mengajar tidak hanya bermanfaat bagi guru,

    tetapi juga bagi para siswa yang pada saatnya akan berpengaruh terhadap

    hasil belajar yang dicapainya, Sudjana (2010 : 56).

  • 29

    Asesmen proses dalam penelitian ini yaitu unjuk kerja, penilaian diri,

    dan observasi. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran

    IPA di kelas IV SD N Todanan 01 Blora,dilakukan asesmen hasil

    pembelajaran berupa tes pilihan ganda setelah satu pokok bahasan selesai

    disampaikan.

    Berikut bagan kerangka berfikir Efektivitas Asesmen Proses dan

    Asesmen Hasil terhadap Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas

    IV SD N 01 Todanan Blora Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 :

    Gambar 2.1 Efektivitas Penggunaan Jenis Asesmen Proses dan Asesmen Hasil

    terhadap Hasil Belajar

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini, diduga ada

    Efektivitas yang diantaranya :

    1. Nilai hasil belajar IPA siswa jika diberi assesmen proses dan hasil mencapai

    rata – rata > 67

    2. Nilai hasil belajar IPA siswa jika diberi assesmen hasil rata – rata > 67

    3. Ho = ( Hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Proses dan Asesmen Hasil

    sama dengan hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Hasil )

    Ha = (Hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Proses dan Asesmen Hasil

    tidak sama dengan hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Hasil )

    Asesmen Proses

    Unjuk Kerja

    Penggunaan Jenis

    Asesmen

    Hasil Belajar

    Penilaian Diri

    Observasi Asesmen

    Hasil Tes Pilihan

    Ganda