14
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Kolb dalam Sulistyaningrum (2010) menyatakan bahwa gaya belajar melibatkan pengalaman baru, mengembangkan observasi atau refleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan teori untuk memecahkan masalah. Terdapat dua aspek dalam pengertian tersebut, yaitu: pengalaman konkret pada suatu pihak dan konseptual abstrak pada pihak lain, serta eksperimentasi aktif pada suatu pihak dan observasi reflektif pada pihak lain. Menurut Supeno (2003), gaya belajar adalah pilihan-pilihan siswa dalam berpikir yang berhubungan dengan orang lain dan tipe-tipe khusus dari pengalaman dan lingkungan ruang kelas. Sementara Budianto (2006), mendefinisikan gaya belajar adalah pola kecenderungan yang lebih disukai siswa didalam memproses pengalaman dan informasi yang didapat atau kebiasaan yang mencerminkan cara siswa dalam menangani pengalaman yang diperolehnya melalui modalitas belajar. Gaya belajar menurut Setyowati (2006), gaya belajar merupakan karakteristik perilaku seseorang dalam berinteraksi dan berkreasi dari prinsip-prinsip, aturan-aturan, dan konsep-konsep pengalaman yang mengarah pada situasi yang baru untuk memulai sedangkan definisi lain dikemukakan oleh Gunawan (2006), gaya belajar adalah cara-cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya belajar diartikan sebagai suatu cara yang khas (kecenderungan) yang dilakukan oleh siswa selama proses belajarnya. B. Gaya Belajar Model Kolb Gaya belajar model Kolb mulai dikembangkan oleh David Kolb seorang pelopor bidang gaya belajar di Amerika sejak tahun 1976 pada dasarnya terletak pada cara individu memproses pengalaman (Susilo, 2006). Kolb dalam Endah (2005) menyatakan bahwa belajar adalah proses mencipta pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Kolb dalam Supeno (2003) menyatakan bahwa proses untuk mencipta pengetahuan transformasi melalui Apprehension dan Comprehension. Apprehension adalah suatu kondisi kognitif seseorang untuk dapat mengertisedangkan Comprehension

BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Gaya Belajar

Kolb dalam Sulistyaningrum (2010) menyatakan bahwa gaya belajar

melibatkan pengalaman baru, mengembangkan observasi atau refleksi,

menciptakan konsep, dan menggunakan teori untuk memecahkan

masalah. Terdapat dua aspek dalam pengertian tersebut, yaitu:

pengalaman konkret pada suatu pihak dan konseptual abstrak pada pihak

lain, serta eksperimentasi aktif pada suatu pihak dan observasi reflektif

pada pihak lain.

Menurut Supeno (2003), gaya belajar adalah pilihan-pilihan siswa

dalam berpikir yang berhubungan dengan orang lain dan tipe-tipe khusus

dari pengalaman dan lingkungan ruang kelas. Sementara Budianto (2006),

mendefinisikan gaya belajar adalah pola kecenderungan yang lebih disukai

siswa didalam memproses pengalaman dan informasi yang didapat atau

kebiasaan yang mencerminkan cara siswa dalam menangani pengalaman

yang diperolehnya melalui modalitas belajar.

Gaya belajar menurut Setyowati (2006), gaya belajar merupakan

karakteristik perilaku seseorang dalam berinteraksi dan berkreasi dari

prinsip-prinsip, aturan-aturan, dan konsep-konsep pengalaman yang

mengarah pada situasi yang baru untuk memulai sedangkan definisi lain

dikemukakan oleh Gunawan (2006), gaya belajar adalah cara-cara yang

lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti

suatu informasi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa gaya belajar diartikan sebagai suatu cara yang khas

(kecenderungan) yang dilakukan oleh siswa selama proses belajarnya.

B. Gaya Belajar Model Kolb

Gaya belajar model Kolb mulai dikembangkan oleh David Kolb seorang

pelopor bidang gaya belajar di Amerika sejak tahun 1976 pada dasarnya

terletak pada cara individu memproses pengalaman (Susilo, 2006). Kolb

dalam Endah (2005) menyatakan bahwa belajar adalah proses mencipta

pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Kolb dalam Supeno (2003)

menyatakan bahwa proses untuk mencipta pengetahuan transformasi

melalui Apprehension dan Comprehension. Apprehension adalah suatu

kondisi kognitif seseorang untuk dapat mengertisedangkan Comprehension

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

7

adalah kecakapan untuk mengerti sesuatu, jadi belajar yang berpusat pada

siswa adalah belajar berpengalaman. Bentuk proses belajar terdiri dari dua

dimensi yaitu dimensi pertama, berposisi vertikal ditunjukkan melalui

pengalaman konkrit dan konseptualisai abstrak dan dimensi dua, berposisi

horizontal ditunjukkan melalui eksperiman aktif dan observasi reflektif.

Gambar 2.1 Gaya Belajar Model Kolb

Kolb dalam Supeno (2003) menjelaskan bahwa kutub di atas terdapat

adanya dua garis yang berpotongan (vertikal dan horizontal) terbentuklah

empat kutub kecenderungan yang digunakan seseorang dalam proses

belajar pada Gambar 2.1, yaitu kutub:

1. Kutub Perasaan atau Feeling (Concrete Experience)

Siswa mengutamakan perasaan, dengan menekankan segi-segi

pengalaman konkrit, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan

kepekaan terhadap perasaan orang lain. Dalam proses belajar, individu

cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan

yang dihadapinya.

2. Kutub Pengamatan atau Watching (Reflective Observation)

Siswa mengutamakan pengamatan, penekanannya mengamati sebelum

menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu

menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Pada proses belajar,individu

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

8

akan menggunakan pikiran dan perasaan untuk membentuk opini atau

pendapat.

3. Kutub Pemikiran atau Thinking (Abstract Conceptualization)

Siswa mengutamakan pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis

dari ide-ide, perencanaan sistematik, dan pemahaman intelektual dari

situasi atau perkara yang dihadapi. Pada proses belajar, individu akan

mengandalkan perencanaan sistematik serta mengembangkan teori atau

ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

4. Kutub Tindakan atau Doing (Active Eksperimentation)

Siswa mengutamakan tindakan atau berbuat, cenderung kuat dalam

segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan

mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Pada proses belajar anak

akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan.

Berhubungan dengan penjelasan gaya belajar Model Kolb diatas,

Padmomartono dalam Anatawati (2004), menyebutkan bahwa terdapat

empat mod belajar yang bersama-sama membentuk dimensi belajar, yaitu

dimensi belajar konkret abstrak dan dimensi belajar aktif reflektif. Kolb

dalam Sulistyaningrum (2010) menyatakan setiap siswa menggunakan tiap

mod belajar sampai taraf tertentu, namun siswa bergaya belajar hasil

kecenderungan kalau tak belajar melalui Pengalaman Konkret (Concrete

Experience atau CE), maka ia belajar melalui membangun Kerangka Teoritik

(Abstract Conceptualization atau AC), berkombinasi kecenderungan kalau

tidak Eksperimentasi Aktif (Active Experimentation atau AE) maka ia

belajar berefleksi (Reflective Observation atau RO). Berdasarkan rumusan

tentang jenis-jenis gaya belajar seorang siswa, setiap guru perlu

memberikan bantuan kepada siswa untuk menyadari adanya hampiran

alternatif terhadap berbagai situasi pembelajaran yang berbeda-beda.

Seorang guru juga perlu menyadari gaya belajarnya sendiri sebagai

landasan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif

selaras dengan perbedaan gaya belajar dari masing-masing siswa. Menurut

Kolb dalam Anatawati (2004), menyatakan bahwa tidak ada individu yang

gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub

diatas. Kutub-kutub tersebut saling berkombinasi yang terbentuk dari dua

kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar.

Pada Gambar 2.1 gaya belajar model Kolb diatas, terdapat empat

kombinasi gaya belajar model Kolb yang digunakan untuk menentukan

gaya belajar seseorang dan yang diwakili oleh kuadran 1 sampai dengan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

9

kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005)

menghasilkan empat tipe belajar, yaitu :

1. Gaya Diverger

Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching),

terdapat pada kuadran I. Anak dengan tipe Diverger unggul dalam melihat

situasi konkrit dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya

pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”. Anak

seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan

ide-ide (brainstroming), biasanya juga menyukai isu budaya serta suka

sekali mengumpulkan berbagai informasi.

2. Gaya Assimilator

Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching),

terdapat pada kuadran II. Anak dengan tipe Assimilator memiliki kelebihan

dalam memahami berbagai sajian informasi serta merangkumnya dalam

suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang

perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang

abstrak, mereka juga cenderung lebih teoritis.

3. Gaya Converger

Kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking and doing), terdapat pada

kuadran III. Anak dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi

praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan

yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka

juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada

masalah sosial atau hubungan antarpribadi.

4. Gaya Accomodator

Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing), terdapat

pada kuadran IV. Anak dengan tipe Accomodator memiliki kemampuan

belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukan sendiri.

Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya sendiri dalam

berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk

bertindak berdasarkan intuisi atau dorongan hati daripada berdasarkan

analisa logis, dalam usaha memecahkan masalah mereka biasanya

mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan atau

informasi) dibanding analisa teknis.

Selain model gaya belajar Kolb terdapat model gaya belajar

DePorter. Berdasarkan model gaya belajar DePorter (2002), terdapat tiga

jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

10

memproses informasi (perceptual modality) mencakup (a) gaya belajar

Visual (V) yang cenderung lebih dominan dalam penglihatannya dan lebih

fokus pada apa yang siswa lihat, (b) gaya belajar Auditori (A) yang

cenderung siswa dalam belajar lebih memfokuskan pada apa yang siswa

dengar pada panca indra telinga siswa , (c) gaya belajar Kinestetik (K) yang

cenderung siswa belajar melalui gerak atau sentuhan.

1. Visual (Visual Learners)

Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman

penglihatan, artinya bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih

dahulu agar mereka paham gaya belajar seperti ini mengandalkan

penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa

mempercayainya. Beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang

yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat

sesuatu (informasi atau pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau

memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap

warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik,

keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung,

kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran

secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau

ucapan.

Ciri-ciri gaya belajar visual ini yaitu : (a) cenderung melihat sikap,

gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar, (b) bukan pendengar yang

baik saat berkomunikasi, (c) saat mendapat petunjuk untuk melakukan

sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia

sendiri yang bertindak, (d) tidak suka bicara didepan kelompok dan tidak

suka pula mendengarkan orang lain, (e) kurang mampu mengingat

informasi yang diberikan secara lisan, (f) lebih suka peragaan daripada

penjelasan lisan, (g) dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan

ramai tanpa terganggu.

2. Auditori (Auditory Learners )

Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) yang mengandalkan pada

pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.

Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan

pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan

yang berarti gaya belajar auditori ini mendengar terlebih dahulu kemudian

bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang

memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

11

melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi

dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis

ataupun membaca.

Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu : (a) mampu mengingat dengan baik

penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam

kelompok atau kelas, (b) pendengar ulung adalah anak mudah menguasai

materi iklan dan lagu di televisi atau radio, (c) cenderung banyak bicara, (d)

tidak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik

karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya,

(e) kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang atau menulis, (f)

senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain, (g) kurang

tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti

hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas

3. Kinestetik (Kinesthetic Learners)

Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu

yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi

tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa

karakteristik model belajar seperti ini yang tidak semua orang bisa

melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai

alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Orang yang

bergaya belajar kinestetik ini mempunyai kelebihan dengan memegangnya

saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa

harus membaca penjelasannya.

Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu : (a) menyentuh segala sesuatu

yang dijumpainya termasuk saat belajar, (b) sulit berdiam diri atau duduk

manis, selalu ingin bergerak, (c) mengerjakan segala sesuatu yang

memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan

pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar, (d)

suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar, (e) sulit

menguasai hal-hal abstrak seperti peta, simbol dan lambing, (f) menyukai

praktek atau percobaan, (g) menyukai permainan dan aktivitas fisik.

Model gaya belajar Honey dan Mumford dalam Risnawati dan Gufron

(2012) membagi gaya belajar seseorang menjadi empat menyerupai

rumusan gaya belajar Kolb, yaitu gaya belajar reflektor, teoris, pragmatis

dan aktivis.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

12

1. Gaya belajar Aktivis

Filosofi hidup mereka adalah “aku akan mencoba segala sesuatunya

sekali”, dari filosofi hidup mereka tampak bahwa para aktivis sepanjang

hidupnya akan bergelut dengan tantangan. Orang dengan gaya belajar

aktivis menyukai melakukan eksperimen, termasuk simulasi, studi kasus,

dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Biasanya orang dengan

karakter gaya belajar aktivis memiliki pikiran yang terbuka tidak skeptic

dan selalu antusias terhadap hal-hal baru. Kecenderungan dalam diri

seorang aktivis untuk melakukan segala sesuatunya terlebih dahulu tanpa

memerhatikan resiko yang akan dihadapi di kemudian waktu. Hari-hari

seorang aktivis biasanya selalu penuh dengan kegiatan-kegiatan dan

kegiatannya itu tampak seorang aktivis ini sebagai pusat dari yang ada

disekitarnya.

2. Gaya belajar Reflektor

Individu dengan gaya belajar reflektif ini adalah bila orang tersebut

lebih menyukai, elisitasi, diskusi, debat, dan seminar dalam proses

belajarnya. Seorang reflector sangat mempertimbangkan pengalaman dan

memandang dari beberapa perspektif yang berbeda. Pengumpulan data

menjadi sangat penting bagi para reflector karena hal tersebut menjadi

pertimbangan utamanya dalam membuat sebuah kesimpulan. Para

reflector menyukai, mengobservasi orang lain dalam beraktivitas,

mendengarkan orang lain, mendapatkan inti-inti dari pembicaraannya

tersebut dan membuat poin-poinnya sendiri. Individu yang bergaya

reflector ini cenderung low profile dan memiliki toleransi tinggi.

3. Gaya belajar Pragmatis

Individu pragmatis dalam aktivitas belajarnya cenderung kepada

pengalaman konkrit baik di laboratorium, bekerja di lapangan, maupun

observasi. Mereka berusaha untuk mengeluarkan ide-ide baru dan

opportunis. Biasanya mereka cenderung tidak sabar pada perenungan dan

open-ended diskusi. Mereka memandang masalah dan kesempatan di

depan mereka sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi, hal tersebut

sesuai dengan filosofi hidup para pragmatis, yaitu “selalu ada jalan lain”,

dan apabila itu dapat terjadi maka akan baik.

4. Gaya belajar Teoritis

Orang yang memiliki gaya belajar teoritis adalah individu yang dalam

aktivitas belajarnya cenderung kepada membaca buku, berpikir, membuat

analogi, dan membandingkan teori satu dengan teori lainnya. Mereka suka

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

13

menganalisis dan bersintesis. Pendekatan mereka terhadap semua

masalah yang dihadapi adalah secara logika, hal tersebut sudah menjadi

mental set mereka, dan dengan pasti mereka akan menolak segala sesuatu

yang bertentangan dengan prinsipnya itu. Teoritis menyukai segala

sesuatu yang pasti dan biasanya mereka tidak nyaman dengan subjective

judgements, cara berpikir lateral, dan segala sesuatu yang sembrono.

Kolb dalam Nasution (2005) menyatakan bahwa terdapat langkah-

langkah seorang siswa mengalami suatu pengalaman dan membentuk

gaya belajar. Adapun langkah-langkah pelibatan gaya belajar pada diri

seorang siswa dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Langkah-langkah Gaya Belajar Model Kolb

Kemampuan Kegiatan Pelibatan

Concrete

Experience

(CE)

Reflection

Observatio

n (RO)

Abstract

Conceptuali

zation (AC)

Active

Experimenta

tion (AE)

Siswa melibatkan diri

sepenuhnya dalam

pengalaman baru

Siswa mengobservasi atau

memikirkan pengalamannya

dari berbagai segi

Siswa menciptakan konsep-

konsep baru yang

mengintegrasikan

observasinya menjadi teori

yang sehat

Siswa menggunakan teori itu

untuk memecahkan masalah-

masalah dan mengambil

keputusan

Feeling

(perasaan)

Watching

(mengamati)

Thinking

(berpikir)

Doing

(Berbuat)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

14

Berdasarkan pada Gambar 2.2, diatas dapat diketahui pelibatan

beberapa unsur dalam melihat gaya belajar model Kolb tersebut

memberikan dampak yang positif terhadap bagaimana seseorang siswa

harus bertindak sesuai dengan apa yang dimilikinya. Mekanisme pelibatan

unsur-unsur tersebut diatas akan sangat bergantung aktivitasnya. Gaya

belajar model Kolb terimplisit dalam resource based learning (belajar

berdasarkan sumber) yang mengajak siswa melakukan observasi untuk

memecahkan masalah. Kolb dalam Nasution (2005) menyatakan bahwa

gaya belajar gaya belajar yang melibatkan pengalaman baru siswa,

mengembangkan observasi atau merefleksi, menciptakan konsep, dan

menggunakan teori untuk memecahkan masalah. Berdasarkan batasan

pengertian gaya belajar model Kolb di atas, terdapat dua aspek atau

dimensi, yaitu: 1) Pengalaman konkrit pada suatu pihak dan konseptual

abstrak pada pihak lain; 2) Eksperimentasi aktif pada suatu pihak dan

observasi reflektif pada pihak lain. Gaya belajar seorang siswa merupakan

cerminan kecakapan yang diperolehnya dari lingkungan dan riwayat

belajar siswa sebelumnya. Menurut Kolb dalam Anatawati (2004), siswa

belajar sebaik-baiknya ketika materi pembelajaran disajikan dalam pola

yang selaras dengan gaya belajar pilihannya sebagaimana yang disajikan

pada Tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1

Hubungan gaya belajar dengan Situasi pembelajaran

Gaya Belajar Situasi Pembelajaran yang Memberi Peluang Siswa Belajar Sebaik-

baiknya

Assimilator Sajian teoritik yang berisi pemikiran yang logic

Converger Sajian penerapan praktikal konsep-konsep dan teori-teori

Accomodator Sajian yang memberi peluang siswa bersentuhan seketika dengan

pengalaman belajar langsung atau konkret (hands on experience)

Diverger Sajian yang memberi peluang siswa mengamati dan mengumpulkan

berbagai jenis informasi

Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa kelas XI

program IPA dan IPS di SMA 1 Bae Kudus setiap individu mempunyai gaya

belajar yang berbeda-beda dengan gayanya sendiri. Seperti yang

dikemukakan oleh Kolb dalam Padmomartono (2003) menyatakan bahwa

proses belajar berlangsung melalui empat tahap, yaitu memperoleh

pengalaman konkret (CE), mengembangkan observasinya (RO), kemudian

membentuk generalisasi dan abstraksi (AC), selanjutnya dari ketiga

langkah tersebut dijadikan pegangan dalam menghadapi pengalaman-

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

15

pengalaman baru (AE). Kenyataannya, di sekolah siswa lebih banyak

diarahkan, dibentuk pada gaya belajar asimilasi (bersifat tertutup atau

menghafal). Siswa jarang dilatih pada pertanyaan-pertanyaan yang

memacu kreativitas (accomodator) yang bersifat terbuka untuk

mengembangkan imajinasinya. Selain itu, pada umumnya terjadi di

sekolah adalah siswa dibentuk dalam cara belajar yang cenderung terpusat

pada pengajar. Siswa jarang sekali diberi kesempatan untuk menjadi

pengamat (converger) kemudian menuliskan hasil pengamatannya. Di

sekolah nampaknya siswa masih banyak belum diberi kesempatan untuk

merancang (diverger) dan diajak untuk melakukan apa yang telah

direncanakannya. Padahal keempat gaya belajar di atas tidak dapat

dipisahkan satu sama lainnya. Memiliki kemampuan assimilator tanpa

memiliki kemampuan accommodator dapat menyebabkan siswa kurang

berkembang dalm mengembangkan gagasan-gagasannya karena

kekeringan imajinasi. Demikian juga, mengembangkan gagasan dan logika

siswa tidak akan terjadi tanpa memiliki pengalaman sendiri melalui proses

pengamatan. Siswa juga tidak dapat mengembangkan gagasan pikirannya

jika sebenarnya siswa memiliki banyak gagasan namun tidak diajak

bersama dengan pengajar untuk merancang apa yang dipikirkan dan

diminta melakukan apa yang dirancang.

Kolb dalam Susilo (2006) menyatakan bahwa pola atau gaya belajar

tersebut dipengaruhi oleh jurusan atau bidang yag digeluti yang

selanjutnya akan turut mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam

meraih prestasi. Terdapat lima tingkatan berbeda yang mendasari

seseorang memilih gaya belajar tertentu yaitu: tipe kepribadian, jurusan

yang dipilih, karier atau profesi yang digeluti, pekerjaan atau peran yang

sedang dilakukan, dan adaptive competencies (kompetensi adaptif).

Pengukuran gaya belajar dalam penelitian skripsi ini menggunakan

Kolb’s Learning Style Inventory 1984 (Kolb dalam Supeno 2003)

pernyataaan berjumlah 12, masing-masing pernyataan terdiri dari 4

kategori jawaban AE (Active Experimentation), RO (Reflective Observation),

AC (Abstract Conceptualitation), CE (Concrete Experience). Jawaban dari

masing-masing pernyataan tersebut harus ditulis dengan angka yang

berbeda dan setiap pernyataan harus di rangking. Pilihan angka 4 adalah

yang paling disenangi siswa, pilihan 3 adalah yang disenangi siswa, pilihan

2 adalah agak disenangi siswa, dan pilihan 1 adalah yang tidak disenangi

siswa. Alasan pemilihan Kolb’s Learning Style Inventory sebagai alat ukur

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

16

adalah karena jumlah pernyataannya tidak terlalu banyak sehingga tidak

akan membuat siswa malas untuk mengisi setiap pernyataan selain itu alat

ukur ini sudah sudah teruji validitasnya.

C. Program IPA dan IPS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan bahwa jurusan

adalah arahan, tujuan dan bagian. Pengertian dari IPA sendiri adalah

bidang studi yang berkaitan dengan bidang eksakta atau ilmu pasti seperti

bidang matematika, fisika, biologi dan kimia. Berdasarkan penjelasan

diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan jurusan IPA adalah

suatu arah, tujuan dan bagian dari suatu ilmu yang berkaitan dengan

bidang studi matematika dan IPA. Program IPA atau jurusan IPA bertujuan

untuk mempersiapkan siswa melanjutkan pendidikan ke jenjang

pendidikan yang berkaitan dengan matematika dan IPA baik dalam bidang

akademik maupun professional. Selain itu, program ini juga bertujuan

memberikan bekal kemampuan kepada siswa secara langsung atau tidak

langsung untuk bekerja di masyarakat. Pengertian dari IPS adalah bidang

studi yang berkaitan dengan bidang social ekonomi, sosiologi, tatanegara

dan antropologi. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan jurusan IPS adalah suatu arahan, tujuan dan bagian

dari suatu ilmu yang berkaitan dengan bidang studi ekonomi, sosiologi,

tatanegara dan antropologi. Pilihan program IPS atau jurusan IPS ini

dimaksudkan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi yang

berkaitan dengan bidang studi IPS, naik dalam bidang akademik, maupun

professional. Selain itu, program ini juga bertujuan memberikan bekal

kemampuan kepada siswa secara langsung untuk bekerja di masyarakat.

Pengklasifikasikan siswa pada kelas tertentu, setiap sekolah

mempunyai kriteria dengan kebijakan yang ada pada sekolah tersebut,

termasuk dalam pengelompokkan antara siswa IPA dan IPS yang sering

disebut penjurusan kelas. Penjurusan kelas di SMA pada umumnya ada

tiga, yaitu program IPA, program IPS dan program Bahasa. Salah satu

kriteria dalam pengklasifikasian tersebut adalah nilai siswa, baik ranah

kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dapat menunjukkan

kemampuan siswa terhadap mata pelajaran yang ada pada setiap jurusan.

Penelitian Istiawati (2002), ditemukan bahwa keputusan siswa dalam

memilih jurusan dipengaruhi oleh faktor internal, seperti: gaya belajar,

cita-cita, minat, tingkat kemampuan, persepsi siswa mengenai jurusan

yang akan dipilih, motivasi dan bakat, serta dipengaruhi oleh faktor

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

17

eksternal, seperti: keluarga, teman, pengaruh pandangan masyarakat,

serta guru.

Drost dalam Sulistyaningrum (2009) juga menyatakan bahwa

kemampuan siswa hanya sebagian syarat untuk dapat berhasil yang lebih

penting adalah minat. Sebab ada siswa yang gagal di IPA bukan karena

tidak mampu, melainkan karena tidak berminat. Setiap siswa dapat

berhasil pada setiap jurusan, asalkan pada jurusan yang diminati.

Penjurusan merupakan media untuk memfokuskan minat, bakat, dan

kemampuan ke suatu bidang yang disukai siswa, supaya bisa

dikembangkan lebih jauh. Dapat disimpulkan bahwa masalah penjurusan

kelas di SMA tidak hanya dipengaruhi oleh nilai atau prestasi yang baik,

tetapi minat siswa terhadap pilihan jurusan yang diinginkan juga ikut

berpengaruh. Yang lebih ditekankan lagi adalah kelas IPA dan IPS sama

pentingnya

D. Kajian yang sejalan

Hasil penelitian Portes et al dalam Padmomartono (2003),

menunjukkan bahwa mahasiswa bidang studi Sains sosial ternyata

cenderung bergaya belajar diverger, sedangkan mahasiswa bidang studi

sains fisika sangat dominan dengan gaya belajar converger. Perbedaan

paling mencolok ditemukan antara sains sosial dan sains fisika dalam

dimensi abstrak-konkret. Mahasiswa seni cenderung berada pada kategori

ditengah-tengah abstrak-konkret dalam tipologi gaya belajar Kolb.

Mahasiswa arsitektur, desain interior, bahasa asing dan jurnalis yang

termasuk kategori bidang studi seni kurang memakai eksperimentasi aktif

ketimbang sains fisika dan sains sosial.

Hasil penelitian Willcoxson dan Prosser dalam Padmomartono (2003)

pada mahasiswa di Australia menemukan bahwa di dalam disiplin ilmu

yang berpumpun terutama pada pengalaman manusia dan interaksi antar

pribadi, konsep-konsep akademik yang dikembangkan sebagai didasarkan

pada pengalaman dan perasaan pribadi. Muncul perbantahan ada disiplin

ilmu yang menuntut saling bergantung antar pengalaman konkret dan

konseptualisasi abstrak, terlebih bila dilakukan pembandingan dengan

Sains yang memiliki konsep cenderung dikembangkan sebagai respons atas

refleksi dari eksperimentasi aktif.

Penelitian Lucia (2003) pola belajar mahasiswa ITS (Institut Teknologi

Sepuluh Nopember Surabaya) menemukan bahwa mahasiswa FMIPA 30%

mengikuti pola dikuadran I yaitu gaya belajar Diverger (perasaan dan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

18

melihat) dengan menggunakan KLSI untuk menentukan gaya belajar.

Penelitian Setyowati (2006) terhadap 167 siswa kelas XI IPA SMA N 9

Semarang dengan menggunakan instrument KLSI untuk mengukur gaya

belajar, hasil analisis menunjukkan bahwa kelas XI IPA cenderung ke gaya

Assimilator dan Accomodator.

Di lain pihak, siswa Sekolah Menengah di Malaysia menghadapi

persoalan tentang pilihan lanjutan studi. Kementrian Pendidikan Malaysia

mendorong siswa memilih bidang studi yang berorientasi pada sains

ketimbang seni atau bisnis. Sarawak Education Department Statistics on

Student Entry dalam Padmomartono (2003) menunjukkan sekitar 20%

siswa yang berprestasi belajar superior memilih jurusan studi sains

ketimbang 80% siswa berprestasi studi superior yang memilih jurusan studi

seni.

Hasil penelitian Schroeder (2002) pada Universitas Saint Louis

menunjukkan mahasiswa yang kuliah di universitas ini sebesar 50%

bergaya belajar concrete active, yaitu berorientasi tindakan nyata dalam

belajar. Sebesar 10% bergaya belajar abstract reflective yaitu berminat

pada pengetahuan, menghargai gagasan, teori dan dalamnya pemahaman.

Sebesar 40% dibagi merata antar mahasiswa bergaya concrete reflective,

menangani pembelajaran nyata dan faktual secara seksama, tidak tergesa-

gesa dan gaya belajar abstract active yang berorientasi pada tindakan

dengan minat belajar luas dan senang akan hal baru. Tetapi di jurusan

studi bisnis, keperawatan dan ilmu kesehatan didominasi mahasiswa

bergaya belajar concrete active. Sedikit mahasiswa (hanya 9%) bergaya

belajar abstract reflective kuliah di jurusan studi seni dan sains, hampir

tidak ada mahasiswa bergaya belajar abstract reflective di jurusan studi

keperawatan.

Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa memang terdapat berbagai macam gaya belajar diantara satu siswa

dengan siswa yang lain begitupun dengan kelas XI IPA dan IPS SMA 1 Bae

ini. Oleh sebab itu, hendaknya guru perlu menyadari dan mengetahui gaya

pembelajaran yang dibawakannya seiring dengan berbagai macam gaya

belajar dari masing-masing anak didiknya.

E. Kerangka berpikir

Pada uraian mengenai gaya belajar Model Kolb pada dasarnya gaya

belajar ini dibagi beberapa kutub menjadi gaya Diverger, gaya Assimilator,

gaya Converger, gaya Accomodator. Gaya belajar adalah karakteristik

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdf9 kuadran 4 yang dimaknai oleh Heineman dalam Endah (2005) menghasilkan empat tipe belajar, yaitu : 1. Gaya Diverger Kombinasi dari perasaan dan

19

perilaku seseorang dalam berinteraksi dan berkreasi dari prinsip-prinsip,

aturan-aturan, dan konsep-konsep pengalaman yang mengarah pada

situasi yang baru untuk memulai suatu proses belajar, sehingga dapat

menguasai (retain) informasi yang baru. Variabel dalam penelitian skripsi

ini adalah gaya belajar (X). Variabel tersebut akan diukur untuk

mengetahui jenis-jenis gaya belajar yang dimiliki oleh siswa kelas XI

program IPA dan IPS di SMA 1 Bae ini, melalui angket variabel tersebut

diukur dengan menggunakan skor penskalaan akan diperoleh skor total

dan akan diklasifikasikan berdasarkan aturan Model gaya belajar Kolb.

Berdasarkan perhitungan data melalui angket tersebut, maka dapat

didapati kecenderungan gaya belajar yang dimiliki oleh siswa kelas XI

program IPA dan IPS di SMA 1 Bae ini.

1. Model Kerangka Teoritik

Model kerangka teoritik gaya belajar siswa program IPA dan IPS

seperti gambar berikut ini:

Siswa Program IPA

Gaya Belajar (X)

Siswa Program

IPS