25
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar Matematika. 2.1.1 Karakteristik Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil menurut (Prihandoko:2006). Sedangkan hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang dedukatif. Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya.Maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa menurut (Prihandoko:2006). Matematika merupakan ilmu tentang bilanganbilangan, tetapi pada kenyataannya cakupan matematika lebih luas. Matematika tidak hanya mempelajari tentang bilangan saja, tetapi juga mempelajari tentang ruang, bidang, dan metodologi untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Mulyono (2003:252) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedang fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Selanjutnya menurut Mulyono (2003:252) matematika adalah bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung

penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang

mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori

dalam penelitian ini berisi tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil

belajar Matematika.

2.1.1 Karakteristik Mata Pelajaran Matematika

Matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima

pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang

terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan,

ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil menurut (Prihandoko:2006).

Sedangkan hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada

kesepakatan, dan pola pikir yang dedukatif. Dalam matematika, setiap konsep yang

abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan

bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola

tindakannya.Maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan

pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan

mudah dilupakan siswa menurut (Prihandoko:2006). Matematika merupakan ilmu

tentang bilangan–bilangan, tetapi pada kenyataannya cakupan matematika lebih luas.

Matematika tidak hanya mempelajari tentang bilangan saja, tetapi juga mempelajari

tentang ruang, bidang, dan metodologi untuk memperoleh kesimpulan. Menurut

Mulyono (2003:252) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedang fungsi

teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Selanjutnya menurut Mulyono

(2003:252) matematika adalah bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan

cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

9

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian

matematika adalah suatu pembelajaran yang tidak hanya suatu simbol, namun di

setiap simbol terdapat sebuah arti, yang digunakan untuk berfikir.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Tujuan dari Mata Pelajaran Matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar

diantaranya adalah: (1) agar siswa dapat memahami konsep Matematika, menjelaskan

keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes,

akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) siswa dapat menggunakan

penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika,

(3) siswa dapat memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan

solusi yang diperoleh, (4) siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5)

siswa memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari Matematika sifat-

sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (kurikulum tingkat satuan

pendidikan 2006 SD).

Selanjutnya GBPP (dalam Soedjadi 2000: 43) mengemukakan beberapa tujuan

khusus pengajaran Matematika di Sekolah Dasar, yaitu:

a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan

bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan

Matematika.

c. Mengembangkan pengetahuan dasar Matematika sebagai bekal belajar lebih

lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

10

Tujuan mata pelajaran matematika menurut Permendiknas nomor 22 tahun

2006 adalah sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,

dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar Matematika yang hendak dicapai dalam proses

pembelajaran telah tercantum dalam kurikulum yang sekarang digunakan yaitu

kurikulum SD 2006, walaupun guru harus menjabarkan lebih dahulu menjadi tujuan-

tujuan yang lebih khusus yang disebut indikator. Adapun kompetensi dasar

Matematika yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dalam buku kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI sebagai berikut.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

11

Tabel: 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

Kelas 3 SD Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Menghitung keliling, luas

persegi dan persegi panjang,

serta penggunaannya dalam

pemecahan masalah

5.2 Menghitung luas persegi dan persegi

panjang

Standar kompetensi adalah tujuan pembelajaran yang berupa kompetensi yang

bersifat umum sedangkan kompetensi dasar adalah pernyataan tujuan pembelajaran

yang berupa kompetensi yang sifatnya lebih khusus. Standar kompetensi dan

kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam

merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses

dan Standar Penilaian.

2.2 Pengertian Proses Belajar

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti

“berjalan ke depan”.kata ini menunjukkan konotasi urutan langka atau kemajuan yang

mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chalpin (1972),proses adalah any

change in any object or oeganism,particulary a behavioral or psychological change

(proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan).

Proses pembelajaran yaitu suatu proses interaksi antara siswa dengan pengajar

dan sumber belajar dalam suatu lingkungan. Pembelajaran merupakan bentuk bantuan

yang diberikan pengajar supaya bisa terjadi proses mendapatkan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran serta tabiat, pembentukan sikap dan

kepercayaan pada murid. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk

membantu murid supaya bisa belajar secara baik. Pembelajaran mempunyai arti yang

mirip dengan pengajaran, meskipun memiliki konotasi yang tidak sama. Pada konteks

pendidikan, seorang guru mengajar agar murid bisa belajar dan menguasai isi

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

12

pelajaran sehingga memperoleh sesuatu obyektif yang ditentukan atau aspek kognitif,

serta bisa mempengaruhi perubahan sikap atau aspek afektif, dan ketrampilan atau

aspek psikomotor seseorang murid. Pengajaran mempunyai kesan hanya sebagai

pekerjaan satu pihak saja, yaitu pekerjaan guru. Pembelajaran menyiratkan adanya

interaksi antara guru dengan murid.

Menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang

telah tersusun yaitu unsur material, manusiawi, perlengkapan, fasilitas, perlengkapan

serta prosedur yang saling berpengaruh untuk memperoleh tujuan pembelajaran, yaitu

manusia yang terlibat didalam sebuah sistem pengajaran yang terdiri dari guru, murid

dan tenaga yang lain. Materinya meliputi buku-buku, papan tulis dan lain sebagainya.

Fasilitas serta perlengkapan terdiri atas ruang kelas dan audiovisual. Prosedur

pengajaran meliputi jadwal beserta metode penyampaian informasi, belajar, ujian dan

lain sebagainya. Sedangkan pengertian proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan

perubahan pada perilaku kognitif, perilaku afektif dan psikomotorik yang terjadi

dalam diri murid. Perubahan itu bersifat positif yang berarti berorientasi ke arah yang

lebih baik. Dalam pengertian proses belajar dapat dibedakan atas tiga fase yaitu fase

informasi lalu fase transformasi dan terakhir fase evaluasi. Dimana setiap pelajaran

diperoleh sejumlah informasi. Ada informasi yang menambah pengetahuan yang

sudah dimiliki, ada informasi yang memperhalus dan memperdalamnya, ada juga

informasi yang bertentangan dengan apa yang sudah diketahui sebelumnya. Sebuah

informasi harus dilakukan analisis, diubah atau ditransformasi ke dalam suatu bentuk

yang lebih abstrak atau konseptual supaya bisa dipakai untuk hal yang lebih luas.

Untuk itu bantuan guru sangat dibutuhkan. Kemudian semua itu dinilai sampai sejauh

mana pengetahuan yang didapat dan tranformasi itu bisa dimanfaatkan untuk

memahami gejala lain.

Proses belajar megajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar

mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu

perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

13

dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang di kelompokan ke dalam

4 ha, yaitu : Proses informasi, perkembangan pribadi, interaksi sosial dan modifikasi

tingkah laku ( Joyce & Weil, Models of Teaching, 1980 ) Proses belajar mengajar

merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa

atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa

itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi

dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar

hubungan antara guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan

hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan

nilai pada diri siswa yang sedang belajar.

Proses belajar mengajar memiliki makna dan pengertian yang lebih luas

daripada pengertian mengajar semata. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya

suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang

mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

Jadi,proses belajar dapat di artikan sebagai tahapan perubahan prilaku

kognitif,afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan

tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang maju dari pada keadaan

sebelumnya.

Menurut Djamarah (2000:45) hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan

yang telah di kerjakan,di ciptakan baik secara individu maupun kelompok.Hasil tidak

akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu.Untuk menghasilkan

sebuah prestasi di butuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar.Hanya

dengan keuletan,sungguh-sungguh kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah

yang mampu mencapainya.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang di miliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya.Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari

apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu dan juga suatu perubahan yang

terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

14

tetepi juga untuk membantu kecakapan,kebiasaan,pengertian,pegusaan dan

penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa

melaui proses belajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri

sebagai berikut ;

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa

2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya

3. Hasil belajar yang di capai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama di

ingatanya.membentuk prilakunya,bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

dapat di gunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan

lainnya.

4. Kemampuan peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

dirinya terutama dalam menilai hasil yang di capainya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan hasil belajarnya.

2.3 Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010:22) hasil belajar adalah segala kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Dimyati

dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Sementara menurut Lindgren dalam Suprijono (2011:7)

hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang

sama juga dikemukakan oleh Gagne dalam Suprijono (2011:5-6) bahwa hasil belajar

itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan

motorik, dan sikap.

Senada dengan Gagne, Bloom dalam Suprijono (2011:6-7) mengemukakan

bahwa.

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,

ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,

contoh), application (menerapkan), analysys (menguraikan,

menentukan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru, evaluation (meskor).

Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

15

(memberikan respon), valuing (skor), organization (organisasi),

Characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi

initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup

keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan

intelektual.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses

belajar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

hasil akhir yang merupakan bukti keberhasilan seseorang setelah mengalami

proses/pengalaman belajar. Untuk mengukur bukti keberhasilan seseorang setelah

mangalami proses belajar digunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil

yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

Cara untuk mencari hasil belajar dapat dicari dengan pengukuran. Pengukuran

hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan teknik tes dan non

tes.

1) Teknik Tes

Adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites, dan

berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan

tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai alat ukur sangat banyak

macamnya dan luas penggunaannya. Yang termasuk dalam teknik tes, yaitu :

a. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Yaitu tes dengan soal yang harus dijawab oleh peserta didik dengan memilih

jawaban yang tersedia.

b. Tes Tertulis

Yaitu tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan

jawaban tertulis

c. Tes Lisan

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

16

Yaitu tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab

seciara langsung antara pendidik dengan peserta didik.

d. Tes Perbuatan

Yaitu tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertuliis dan

pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja.

2) Teknik Non Tes

Teknik non tes dapat dilakukan dengan observasi baik secaira langsung ataupun

tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan diengan Sosiometri.

Teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan digunakan sebagaii pertimbangan

tambahan dalam pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini

dapat bersifat lebih menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak.

Menurut bentuknya tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Tes Objektif

Menurut Popham 1981 dalam Purwanto (2011:70) tes objektif adalah tes yang

keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia.

Keunggulan tes obyektif adalah hanya mempunyai dua kemungkinan jawaban

benar atau salah, sehingga penilaiannya bersifat obyektif.

b) Tes Essay

Nurkancana dan Sumartana 1986 dalam Purwanto (2011:70) menyebutkan bahwa

tes essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang

menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Tes dirancang

untuk mengukur hasil belajar di mana unsur-unsur yang diperlukan untuk

menjawab soal dicari, diciptakan, dan disusun sendiri oleh siswa.

2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Slameto

(2010:54) menerangkan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

17

1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (Intern),

yang meliputi :

a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika

salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi

belajar.

b. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian

ingatan berfikir.

c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani

nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk.

Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk mengahsilkan sesuatu akan

hilang.

2) Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor ekstern, yang

meliputi:

a. Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat

menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.

b. Faktor Sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru

dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.

c. Faktor Masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat

mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah

lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk

lebih giat belajar.

Sejalan dengan pendapat di atas, ahli lain menjelaskan bahwa “Faktor yang

mempengaruhi pencapaian hasil belajar berasal dari (a) dalam diri (internal), antara

lain: kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi serta cara belajar. (b) luar diri

(eksternal), antara lain: keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar” (H.

Djaali, 2008:100 dalam Aniendriani 2011).

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

18

2.3.2 Aspek Hasil Belajar

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai

melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor (Sudjana,

2009:22). Perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6

aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai.

Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau

reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks

nilai.

c. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Ketiga kategori ranah tersebut menjadi dasar penilaian hasil belajar. Dalam hal

ini, kategori ranah kognitif yang sering digunakan oleh guru untuk menilai hasil

belajar, karena ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan siswa menguasai

pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Meskipun demikian ranah afektif dan

psikomotor juga tetap berperan dalam penilaian hasil belajar siswa.

2.4 Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2011:22) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif berasal

dari kata “cooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama

dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim

selanjutnya berikutnya di kemukakan lagi menurut Isjoni (2011:27) pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan

menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang menginteraksi

keterampilan sosial yang bermuatan akademik lebih lanjut lagi dikemukakan menurut

Isjoni (2011:21), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

19

melibatkan pelajaran secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan

dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil.

Menurut Agus Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang

lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru dijabarkan lagi pembelajaran kooperatif menurut

Wina (2013:242), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam

orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau

suku yang berbeda (heterogen).

Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok saja tapi

pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan beberapa jumlah siswa

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda dimana dalam

menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama

dan saling membantu guna mencapai tujuan dalam pembelajaran tertentu. Dalam

pembelajaran kooperatif ini, dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam

kelompok belum menguasai bahan belajar.

2.4.1 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif kadang dianggap sebagai “sekadar” belajar kelompok.

“Padahal pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok, bahkan dalam

beberapa hal yang lebih dari sekedar belajar kelompok” (Huda 2011:79). Jadi model

pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada

unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengemukakan

lima unsur model cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif, (2)

tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota dan (5)

evaluasi proses kelompok (dalam Anita Lie, 2002: 31).

2.4.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk

peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

20

kelompok. Karena siswa bekerja dalam satu tim, maka dengan sendirinya dapat

memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan

kemampuan, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan proses kelompok dan

pemecahan masalah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah

Menurut Johnson & Johnson (dalam Trianto 2011:57) . Manfaat penerapan belajar

kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud

input atau level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan

solidaritas sosial di kalangan siswa. Pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar

dengan bekerja secara tim untuk meningkatkan penguasaan terhadap materi siswa

baik individu maupun kelompok seiring dengan meningkatnya keterampilan sosial

antar siswa.

2.4.3 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Setiap strategi pembelajaran mempunyai ciri masing-masing yang membedakan

dengan yang lainnya. Proses pembelajaran pada kooperatif lebih menekankan pada

kerja sama kelompok, hal ini yang menyebabkan kooperatif berbeda dengan yang

lainnya. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2012:207) adalah:

a) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim harus

mampu membuat seluruh anggotanya belajar. Setiap anggota tim harus saling

membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen ini mempunyai tiga fungsi yaitu: sebagai perencanaan, sebagai

organisasi, dan sebagai kontrol.

c) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

kelompok. Tanpa kerjasama yang baik antar siswa dalam satu kelompok,

pembelajaran kooperatif tidak dapat berhasil maksimal.

d) Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran secara berkelompok. Dalam hal ini siswa didorong untuk

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota satu tim.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

21

2.4.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif akan berhasil dengan baik dalam proses pembelajaran

apabila sesuai dengan langkah-langkah dan dapat terampil dalam menjalankan model

pembelajaran ini. Ada enam tahap pembelajaran kooperatif yang dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 2.1

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Sumber: Rusman 2009:211

2.5 Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Suatu model pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan

sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran tersebut. Menurut Slavin

(2005:143) STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis,

skor kemajuan individual dan rekognisi (penghargaan) tim. Uraiannya sebagai

berikut:

Tahap Tingkah laku guru

Tahap-1 Menyampaikan tujuan dan

motivasi

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar.

Tahap-2 Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi pada siswa dengan

jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Tahap-3 Mengorganisasikan siswa

kedalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok-kelompok belajar dan

membentu setiap kelompok agar melakukan transisi

secara efisien.

Tahap-4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Tahap-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu maupun kelompok

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

22

a. Presentasi Kelas

Presentasi kelas merupakan pengajaran langsung seperti yang sering

dilakukan atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Perbedaan presentasi kelas

dengan pengajaran biasa hanyalah presentasi tersebut haruslah benar-benar

terfokus pada unit STAD. Jadi para siswa harus benar-benar memberi

perhatian penuh terhadap presentasi kelas agar mereka dapat mengerjakan

kuis-kuis sehingga dari skor kuis akan menentukan skor tim mereka.

b. Tim

Tim terdiri dari 4-5 siswa yang berbeda dalam tingkat kemampuan

akademik, jenis kelamin, dan ras. Fungsi tim yaitu memastikan bahwa semua

anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa

mengerjakan kuis dengan baik. Tim berkumpul untuk mempelajari lembar

kerja siswa, setelah guru menyampaikan materi. Pada tiap pertemuan, guru

menekankan anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan setiap tim

pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

c. Kuis

Para siswa akan mengerjakan kuis yang dilaksanakan setelah satu atau dua

periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua

periode praktim tim. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu

dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara

individual untuk memahami materinya. Setelah siswa mengerjakan kuis,

siswa dapat saling bertukar kertas dengan anggota tim lain, ataupun

mengumpulkan kuisnya untuk dinilai setelah kelas selesai. Skor kuis dan

skor tim dihitung tepat pada waktunya untuk digunakan pada kelas

selanjutnya.

d. Skor Kemajuan Individual

Skor kuis para siswa dibandingkan berdasarkan tingkat kemajuan yang

diraih siswa pada hasil yang mereka capai sebelumnya. Para siswa

mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat di mana skor

kuis mereka melampaui skor awal mereka. Berikut penentuan poin skor

kemajuan individual dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

23

Tabel 2.3

Skor Kemajuan Individual

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10-1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor

awal) 30

Sumber: Slavin 2005: 159

Menghitung skor individudan skor kelompok Langkah ini merupakan langkah

untuk menentukan perkembangan individu yang akan dikembangkan sebagai skor

kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih antara skor

awal mereka yaitu nilai ulangan sebelumnya dengan nilai terbaru mereka. Dengan

cara ini setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan

sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya. Kriteria sumbangan individu terhadap

kelompok. Hasil dari kuis individu yang dijadikan skor kemajuan untuk dikumpulkan

menjadi skor tim dicatat dengan menggunakan tabel berikut.

Tabel 2.4

Lembar Skor Kuis Individu

Siswa

Tanggal: Tanggal: Tanggal:

Kuis: Kuis: Kuis:

Skor

dasar

Skor

kuis

Poin

kema-

juan

Skor

dasa

r

Skor

kuis

Poin

kema-

juan

Skor

dasa

r

Skor

kuis

Poin

kema

-juan

Sumber: Slavin (2005:162)

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

24

Tabel 2.5

Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok

Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

0 ≤ N ≤ 5 -

6 ≤ N ≤ 15 Tim baik (Good Team)

16 ≤ N ≤ 20 Tim hebat (Great Team)

21 ≤ N ≤ 30 Tim super (Super Team)

Sumber: Rusman (2012:216)

Menghitung skor perkembangan kelompok Skor kelompok dihitung dengan

menjumlahkan skor perkembangan tiap-tiap individu anggota kelompok kemudian

dibagi dengan banyaknya anggota kelompok tersebut. Setelah diperoleh skor

kelompok maka diberikan penghargaan terhadap prestasi kelompok tersebut.

2.5.1 Ciri-ciri STAD

Berdasarkan judulnya, arti Student Team Achievment Division adalah siswa,

tim, prestasi, dan pembagian. Jika dirangkai ke dalam sebuah kalimat STAD adalah

pembagian siswa ke dalam tim, untuk mencapai prestasi. Jadi penekanan STAD

adalah prestasi tim, bukan prestasi individual. Jadi siswa dalam satu kelas dibagi ke

dalam kelompok atau tim. Kemudian siswa dalam tim bekerja sama mempelajari

suatu materi pelajaran. Satu sama lain saling membantu untuk menguasai pelajaran.

Jadi keberhasilan (prestasi) belajar siswa diukur dari prestasi tim, bukan prestasi

masing-masing siswa. Oleh karena itu, semakin tinggi rata-rata skor tim, maka

dianggap semakin berhasil tim itu belajar.

Menurut Slavin (dalam Kireyinha, 2008: 10), ciri-ciri model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yaitu:

1. Bahan pelajaran disajikan oleh guru dan siswa harus mencurahkan

perhatiannya, karena hal itu akan mempengaruhi hasil kerja mereka dalam

kelompok.

2. Anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, mereka heterogen dalam

berbagai hal seperti prestasi akademik dan jenis kelamin.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

25

3. Setelah tiga kali pertemuan diadakan tes individu berupa kuis mengguan yang

dikerjakan siswa sendiri-sendiri.

4. Materi pelajaran disiapkan oleh guru dalam bentuk lembar kerja siswa.

Penempatan siswa dalam kelompok lebih baik ditentukan oleh guru daripada

memilih sendiri.

2.5.2 Pembelajaran STAD dalam Pembelajaran Matematika SD

Kegiatan pembelajaran yang baik tentunya adalah pemelajaran yang

pemilihan model pembelajarannya yang sesuai dengan mata pelajaran dan

karakteristik siswa. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal

diperlukan model pembelajaran yang tepat.

Menurut Slavin:

“Model pembelajaran STAD telah digunakan dalam berbagai mata

pelajaran mulai dari Matematika, Seni, Bahasa, Ilmu Sosial, dan Ilmu

Pengetahuan Ilmiah lain, mulai dari kelas dua sampai perguruan tinggi.

Lebih lanjut lagi, Slavin menambahkan STAD paling sesuai untuk

mengajarkan bidang studi yang sudah terdefenisikan dengan jelas, seperti

Matematika, berhitung, dan studi terapan, penggunaan dan mekanika

bahasa, geografi dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu

pengetahuan ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran STAD

sesuai dan dapat dilakukan dalam pelajaran Matematika di SD”

(2005:12).

Sementara itu, Isjoni (2009:21) menyebutkan “Teknik pembelajaran kooperatif

sangat sesuai di dalam kelas yng berisi siswa-siswa yang mempunyai berbagai tingkat

kecerdasan”. Pernyataan ini semakin menguatkan penelitian yang peneliti lakukan

mengingat SD yang peneliti gunakan pun juga memiliki tingkat kecerdasan yang

beragam. Hal ini juga menunjukkan bahwa pembelajaran STAD sesuai dan dapat

dilakukan dalam pembelajaran Matematika di SD khususnya di SDN Sumogawe 01

Kecamatan Getasan dimana peneliti menggunakannya sebagai tempat penelitian.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

26

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan STAD

Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.

Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kelebihan model

pembelajaran Kooperatif STAD menurut Jamdin (2011) adalah:

a) Meningkatkan kecakapan individu

b) Meningkatkan kecakapan kelompok

c) Meningkatkan komitmen

d) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya

e) Tidak bersifat kompetitif

f) Tidak memiliki rasa dendam

Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Jamdin

(2011) adalah.

1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota

yang pandai lebih dominan.

Solusi kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD di atas adalah:

a) Siswa dengan prestasi rendah pasti merasa minder dengan nilai yang

disumbangkan kepada timnya. Oleh karena itu guru harus memberikan motivasi

kepada siswa dan kelompok untuk saling bekerjasama membantu teman untuk

mencapai tujuan bersama.

b) Guru memberikan pengertian kepada seluruh siswa bahwa dalam pelaksanaan

diskusi dan poin yang diperoleh merupakan usaha kelompok. Guru juga

memberikan pengertian bahwa dalam hidup itu ada yang menang dan ada yang

kalah. Dengan hal tersebut dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan lebih

giat lagi.

2.5.4 Implementasi model STAD dalam Pembelajaran Matematika

Implementasi model STAD dalam pembelajaran Matematika adalah sebagai

berikut:

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat
Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

28

2.6 Kajian Hasil – hasil Penelitian yang Relefan

Penelitian Yang Dilakukan Oleh oleh Siswatin, Nunung Maemunah (2012),

dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Student Teams-Achievment Division (STAD) bagi Siswa Kelas IV SD

Puri 01 Kecamatan Pati Kabupaten Pati Semester I/2011-2012. Dari hasil dari

analisis ini menunjukan bahwa : Penerapan model pembelajaran STAD (Student

Team Achievement Division) tidak hanya dapat meningkatkan aspek kognitif saja,

namun semua aspek yang menyangkut perkembangan siswa dalam pembelajaran

seperti kemampuan kerjasama serta partisipasi siswa dalam pembelajaran, selain itu

pembelajaran kooperatif (STAD) Student Team Achievement Division juga dapat

meningkatkan guru dalam menrancang serta mengelola pembelajran secara

individual, kalsikal maupun secara kelompok. . Peningkatan ini dapat dilihat dari

hasil peningkatan setiap siklus dan kondisi awal. Pada kondisi awal rata-rata hasil

belajar siswa sebesar 57,1. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 66,7.

Rata-rata hasil belajar pada siklus 2 sebesar sebesar 68,8. Dengan kata lain hasil

belajar siswa pada kondisi awal berada pada kategori rendah dan pada siklus I hasil

belajar pada kategori sedang, dan pada siklus 2 hasil belajar siswa walaupun tidak

termasuk kategori tinggi tetapi mengalami peningkatan dari hasil siklus I. Penelitian

yang dilakukan oleh Guntari, Heri Tri (2012) dengan judul Peningkatan Hasil Belajar

IPA Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan

Media Kongkrit Pada Siswa Kelas II SD Negeri 12 Purwodadi, Kecamatan

Purwodadi, Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil

analisis diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar pada siklus I diperoleh dari tes

yang dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I dengan ketuntasan klasikal 71%

atau 41 siswa yang tuntas, meningkat pada siklus 2 yaitu ketuntasan klasikal belajar

siswa mencapai 90% atau 52 siswa tuntas. Penelitian yang dilakukan oleh Tanti,

Mey Syaroh Lies (2011) dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan

Menerapkan Model STAD (Student Teams-Achievment Division) dengan Media

Manik-Manik Pada Siswa Kelas II SDN Sumur 03 Semester I/2011-2012. Hasil

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

29

penelitian ini membuktikan bahwa prosentase hasil belajar dalam pembelajaran

meningkat. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil evaluasi rata-rata kelas 58,5 pada

pra siklus menjadi 70,5 pada siklus I dan 83 pada siklus II. Ketuntasan belajar

klasikal dari 35% pada pra siklus menjadi 80% pada siklus I dan 90% pada siklus II.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model STAD (Student Teams-

Achievment Division) di SDN Sumur 03 kelas II dapat ditingkatkan. Hasil penelitian

dapat meningkatkan hasil belajar Matematika dengan menerapkan model STAD

(Student Teams-Achievment Division) dengan media manik-manik pada siswa kelas II

SDN Sumur 03 Semester I/2011-2012.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami, Ning Asih (2011) dengan judul Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas V SDN 1 Tlogo, Kec. Sukoharjo,

Kab. Wonosobo Semseter II Tahun Pelajaran 2010/2011. Penggunaan model

pembelajaraan kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran melalui penelitian

tindakan kelas ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya materi

pecahan di kelas V SDN 1 Tlogo, kec. Sukoharjo, kab. Wonosobo. Pada awal

pembelajaran siklus 1 diadakan preetes dengan nilai rata-rata 54,4. Setelah diberi

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe stad pada siklus 1 diadakan

evaluasi nilai rata-rata kelas naik menjadi 70,1. Dan pada siklus 2 nilai rata-rata naik

lagi menjadi 78,5. Dengan adanya kenaikan nilai rata-rata pada setiap siklus di atas

indikator kinerja adalah 60, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa,

khususnya materi pecahan di kelas V SDN 1 Tlogo, Kec. Sukoharjo, Kab.

Wonosobo.

Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan beberapa penelitian di atas

adalah intrumen yang digunakan yaitu sama-sama berupa tes dan non tes. Sedangkan

perbedaan terletak pada masalah, tujuan, tindakan, variabel dan subyek penelitian.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

30

2.7 Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran matematika diperlukan berbagai pengetahuan dan

pemahaman guru yang baik tentang matematika sebagai sentral dari wahana

pendidikan sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Namun model pembelajaran yang digunakan guru selama ini masih

bersifat konvensional dan masih didominisi metode ceramah dimana kegiatan

pembelajarannya berpusat pada guru. Siswa selalu pasif hanya mendengar dan

melakukan kegiatan sesuai perintah guru. Siswa hanya diam dan tidak mampu

memecahkan soal-soal yang diberikan oleh guru.

Model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa salah

satunya adalah model kooperatif tipe STAD Model pembelajaran STAD (ini adalah

model pembelajaran kelompok dan dimana setiap kelompoknya bersifat hetrogen.

Model pembelajaran STAD ini seperti lomba beregu dikarenakan pada akhirnya

pembelajaran dari tiap kelompok akan dijumlahkan untuk mengetahui kelompok

mana yang memperoleh nilai paling tinggi dan berhak mendapat hadiah dari guru.

Sehingga para siswa dituntun aktif dalam mengikuti pelajaran agar kelompoknya

mendapat nilai tertinggi. Dalam proses pembelajaran ini peran guru adalah sebagai

pengarah pola pikir siswa, penuntun siswa dalam kegiatan pembelajaran dan

memfasilitasi kesempatan kepada siswa untuk berikir berkelompok menyelesaikan

tugas yang diberikan oleh guru.

Adapun kerangka pikir mengenai penggunaan model pembelajaran STAD

pada mata pelajaran Matematika dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai

berikut.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

31

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Guru menyampaikan

materi

Pembelajaran

konvensional

Siswa kurang

konsentrasi

Proses berfikir abstrak

ke konkret

Model pembelajaran

STAD

Guru sebagai

fasilitator

Hasil belajar Rendah

< KKM

Siswa

mengkonstruksi

Kuis individu

Hasil belajar Meningkat

> KKM

Diskusi dan

presentasi Proses berfikir

konkret ke

abstrak

Pembelajaran Matematika

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Karakteristik ...€¦ · cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 9 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

32

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan kerangka pikir di atas, maka

hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

a. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di duga dapat

meningkatkan proses pembelajaran Matematika pada materi menghitung luas

persegi dan persegi panjang.

b. Melalui peningkatan proses pembelajaran dengan penerapan model kooperatif

tipe STAD di duga dapat meningkatkan hasil belajar menghitung luas persegi dan

persegi panjang pada siswa kelas 3 SD Negeri 01 Sumogawe Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang.