Upload
haquynh
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Kebijakan Publik
Istilah kebijakan publik sebenarnya telah sering kita dengar dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan-kegiatan akademis, seperti dalam
kuliah-kuliah ilmu politik. Berangkat dari hal terebut istilah kebijakan publik bisa
dikatakan tidak lagi menjadi hal yang baru dalam tataran dunia akademisi.
Adapun beberapa defenisi kebijakan publik yang disampaikan oleh para ahli
dengan pendekatan dan batasan kebijakan publik yang ditawarkan sebagai berikut.
Menurut Charles O. Jones istilah kebijakan (politic term) digunakan dalam
praktek sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau
keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan
(goals), program, keputusan (decisions), standart, proposal, dan grand design
(winarno Budi 2011 halaman 22). Kebijakan publik dalam konteks ini dipahami
dan didudukan dalam konteks kebijakan sebagai suatu keputusan. Namun
keputusan yang berwujud kebijakan publik tidaklah sama dengan kuputusan biasa
pada umumnya, sesuai dengan defenisi diatas kebijakn publik lebih tepatnya
merupakan suatu kegiatan atau keputusan yang telah melalui tahap-tahap yang
sistematis, sehingga dapat diterapkan menjadi suatu keputusan bersama
(kebijakan publik).
Sedangkan Carl Friedrich memandang kebijakan publik sebagai suatu arah
tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang-peluang
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam
rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu
maksud tertentu. berangkat dari pengertian kebijakan publik yang di gambarkan
oleh seorang Carl Frederich dapat dilihat penjelasan kebijakan publik di pahami
11
pada cakupan yang luas, hal ini dikarenakan kebijakan publik merupakan suatu
tindakan yang bukan hanya bisa lahir dari suatu lembaga, namun seorang aktor
juga dapat membuat kebijakan publik demi pencapaian suatu tujuan tertentu.
Ada pun menurut Anderson kebijakan merupakan arah tindakan yang
mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor
dalam mengatasi masaalah atau suatu persoalan (Budi.2012 halaman 23), konsep
kebijakan publik Anderson dapat digambarkan bahwa kebijakan publik tidak lain
adalah akumulasi dari sejumlah nilai yang ditentukan dari salah satu nilai terbaik
dengan pertimbangan-pertimbangan sistematis dan diharapkan dapat mengatasi
masaalah atas suatu persoalan publik.
Mengacu pada definisi-definisi yang dijelaskan oleh beberapa ahli diatas,
maka secara umum istilah “kebijakan atau policy” digunakan untuk menunjukan
perilaku seorang aktor (seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga
pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang tertentu yang dengan suatu
upaya sistematis membuat suatu arah tindakan (kebijakan) dalam bentuk aturan
yang disasarkan oleh sekelompok orang dengan maksud ingin mencapai tujuan-
tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh suatu kelompok tertentu.
Sementara itu, Amir Santoso dengan mengkomparasikan berbagai definisi
dari para ahli yang menaruh minat dalam bidang kebijakan publik menyimpulkan
bahwa pada dasarnya pandangan mengenai kebijakan publik dapat dibagi kedalam
dua wilayah kategori. Pertama, pendapat ahli yang menyamakan kebijakan
publik dengan tindakan-tindakan pemerintah. Para ahli dalam kelompok ini
cenderung mengatakan bahwa semua kebijakan pemerintah dapat disebut
kebijakan publik. Pandangan kedua, menurut Amir Santoso berangkat dari para
ahli yang memberikan perhatian khusus kepada pelaksana kebijakan. Para ahli
yang masuk dalam kategori ini terbagi dalam kedua kubu, yakni mereka yang
menganggap kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan pemerintah yang
mempunyai tujuan dan maksud-maksud tertentu dan mereka yang menganggap
kebijakan publik sebagai memiliki akibat-akibat yang bisa diramalkan.
12
Sama halnya dengan Amir Santoso, Anderson juga menggambarkan
konsep kebijakan publik berdasarkan implikasi dari kebijakan publik yang dibagi
dalam beberapa bagian, yakni pertama, titik perhatian dalam kebijakan publik
berorentasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara serampangan.
Penggambaran dari bagian pertama implikasi konsep diatas di maksudkan
kebijakan publik bukan suatu tindakan yang terjadi secara kebetulan atau
“spontanitas”, melainkan kebijakan publik merupakan usaha-usaha dan upaya
sadar dan terencana secara tersistem dari aktor maupun lembaga dalam upaya
pencapaian tujuan dari berbagai kepentingan aktor maupun lembaga tersebut.
Kedua, kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat-
pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan-keputusan
tersendiri.
Kebijakan publik pada hakikatnya diperuntukan untuk orang banyak
(publik), sehingga kebijakan bukan hanya berhenti pada tataran perumusan
sampai dengan terbentuknya suatu keputusan atau kebijakan, melainkan kebijakan
harus disertakan dengan formulasi serta ketentuan-ketentuan penerapan kebijakan
tersebut. Ketiga, kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh
pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau
mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa yang dinginkan pemerintah.
Implikasi kebijakan pada poin ini menegaskan pada originalitas suatu kebijakan
yang lahir berdasarkan pada suatu persoalan tertentu yang berangkat dari
kebutuhan yang objektif di masyarakat. Keempat, kebijakan publik mungkin
dalam bentuknya bersifat positif atau negatif. Secara positif, kebijakan mungkin
mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk mempengaruhi masaalah
tertentu. Secara negatif, kebijakan mencakup suatu keputusan oleh pejabat-pejabat
pemerintah, tetapi tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan
sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukan keterlibatan pemerintah.
Berangkat dari implikasi kebijakan publik yang digambarkan oleh
Anderson, berdasarkan keempat poin implikasi diatas, maka dapat digambarkan
secara sederhana kebijakan publik secara implikasinya sebagai berikut:
13
1. Implikasi Pertama, Kebijakan publik merupakan upaya sistematis
dan terencana, dalam pengertian kebijakan publik tidak lahir secara
spontanitas.
2. Implikasi Kedua, kebijakan publik merupakan usaha pemerintah
untuk memilih nilai terbaik dari berbagai nilai yang dijadikan dalam
suatu bentuk kebijakan.
3. Implikai Ketiga, kebijakan publik merupakan usaha pemerintah yang
berangkat dari keoriginalitas akumulasi persoalan dimasyarakat yang
dijadikan sebagai istrumen pemecahan suatu persoalan
dimasyarakat.
4. Implikasi Keempat, Kebijakan publik yang pada penerapannya
terdapat dua implikasi postif dan negatif. Implikasi positif,
keterlibatan pemerintah dalam persoalan publik. Implikasi negatif,
ketidak keterlibatan pemerintah dalam persolan publik.
2.1.1. Teori Analisis Kebijakan Publik
Analisis kebijakan publik adalah aktivitas menciptakan pengetahuan dan
proses pembuatan kebijakan. Dalam menciptakan pengetahuan tentang proses
pembuatan kebijakan analisis kebijakan, meneliti sebab, akibat, dan kinerja
kebijakan dan program publik. Secara sederhana analisis kebijakan adalah untuk
merumuskan masaalah sebagai pencarian solusi.
George C Edwards III (1980) dalam bukunyan Ag.Subarnoso Analisis
Kebijakan Publik Menjelaskan bahwa implementasi kebijakan di pengaruhi oleh
empat variabel, yakni : (1) komunikasi, (2)sumberdaya, (3)disposisi, (4)struktur
birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain.
1. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan masyarakat agar
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang
menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditrasmisikan kepada
14
kelompok sasaran (target group) hingga akan mengurangi distorsi
implenmentasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak
jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok
sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok
sasaran.
Keberhasilan program keluarga berencana (KB) di
Indonesia, sebagi contoh, salah satu penyebabnya adalah karena
Badan Koordinasi keluarga berencana Nasional (BKKBN) secara
intensif melakukan sosialisai tujuan dan manfaat program KB
terhadap pasangan usia subus (PUS) melalui berbagai media.
2. Sumberdaya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomnikasikan secara jelas
dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya
untuk melaksanakan, implenmentasi tidak akan brjalan efektif.
Sumberdata tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni
sumberdata adalah faktor penting untuk implenmentasi kebijakan
agar efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal dikertas
menjadi dokumen saja.
3. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implemntor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila
implementor memiliki diposisi yang baik, maka dia akan dapat
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuatan kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau
perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses
implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektf.
15
4. Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan
kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implentasi
kebijakan.Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap
organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (Standard
operating prosedures atau SOP). SOP menjadi pedoman setiap
implementor dalam bertindak.Struktur organisasi yang terlalu
panjang akan cenderung akan melemahkan penguasaan yang
menimbulkan red-tape,yakni prosedur birokrasi yang rumit dan
kompleks ini pada gilirannya menyebabkan aktifias organisasi
tidak fleksibel.
2.1.2. Tipe-Tipe Masalah Publik
Dalam analisis kebijakan publik terdapat beberapa tipologi masalah (
Dunn, 1994:146). Di tinjau dari tingkat kompleksitasnya, masalah dapat di
Kategorikn menjadi tiga yakni, masalah yang terstruktur dengan baik (well
structured), masalah yang agak struktur (moderatelli structured ) dan masalah
yang tidak terstruktur ( ill structured)
Masalah terstruktur dengan baik adalah masalah yang pemecahannya
hanya melibatkan beberapa pembuat kebijakan, dengan alternatif
pemecahan terbatas , nilai dari pemecahan masalah disetujui, dan hasilnya
lebih dapat dipastikan dengan tingkat probabilitas yang dapat
diperhitungkan. Sebagai contoh, masalah penghentian pegawai. Dalam hal
ini sudah jelas ada penjabat tertentu yang berwenang menghentikan, dan
sudah ada aturannya : kapan dan dalam kondisi seperti apa seorang
pegawai dapat di perhentikan dari tugasnya.
Sedangkan masalah yang agak terstruktur adalah maslah yang
pemecahannya yang melibatkan beberapa pembuat kebijakan, alternatif
16
pemecahannya terbatas, nilai yang akan dikejar disetujui, tetapi hasilnya
tidak pasti dengan tingkat probalitas yang sulit di hitung.
Kemudian masalah yang tidak terstruktur adalah masalah yang
pemecahanya melibatkan banyak pembuat kebijakan, alternatif
pemecahannya tidak terbatas, nilai yang akan dikejar masih menimbulkan
Konflik, dan hasil akhirnya sangat sulit diketahui dengan pasti karena
tingkat probalitasnya sangat sulit dihitung.
2.1.3. Metode Pengembangan Alternatif kebijakan
Ketika pembuat kebijakan (Policy Makers) menghadapi masalah
terutama yang bersifat tidak berstruktur, maka ia dituntut mengembangkan
berbagai alternatif kebijakan sebelum sampai pada pilihan kebijakan yang
tepat. Mengembangkan alternatif kebijakan bukanlah pekerjaan yang mudah,
karena pembuat kebijakan dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas yang
berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi. Patton dan Sawicki
(1987:182-185). Mengidenfikasi beberapa metode yang dapat digunakan
pembuat kebijakan untuk mengembangkan alternatif kebijakan seperti
diuraikan berikut ini.
(1). Metode Status Quo (No-Action)
(2). Metode Survei cepat (Quick Surveys)
(3). Tinjauan Pustaka (Liberature Review)
(4). Perbandingan dengan Pengalaman Nyata (Comparison of Real-Worls
Experiencees)
(5). Metode Analogy,Metaphor and Synetics
(6). Curah Pendapat (Brainstroming)
17
2.2. Pembangunan Kependudukan
Secara garis besar terdapat empat aspek masalah kependudukan yang di
alami Indonesia sampai saat ini. Pertama, Berkaitan dengan kuantitas
penduduk. Dari sisi kuantitas, penduduk Indonesia berjumlah sangat besar,
yaitu nomor empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika
Serikat. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih cukup tinggi,
diperkirakan penduduk Indonesia setiap tahun masih akan bertambah sekitar
3,5 juta jiwa.
Masalah kedua berkenaan dengan kualitas penduduk. Penduduk yang
besar, kalau berkualitas tinggi sebenarnya baik dan justru menjadi aset atau
pendorong pembangunan. Sebagai contoh, negara dengan jumlah penduduk
besar seperti Amerika Serikat dan Jepang merupakan salah satu negara paling
maju di dunia karena penduduk mereka kualitas yang handal. Sebaliknya,
penduduk yang besar seperti Nigeria, Pakistan, Bangladesh dan
termasuk Indonesia misalnya, Karena tidak didukung kualitas yang baik justru
menjadi beban bagi pambangunan ekonomi dan upaya peningkatan kesejatraan
masyarakat.
Kualitas penduduk yang masih rendah ini ditandai antara lain dengan
angka kemiskinan yang masih besar jumlahnya, serta secara umum Indeks
pembangunan manusia masih ditataran bawah. Fenomena ketiga adalah
masalah persebaran penduduk. Persebaran penduduk Indonesia sangat tidak
merata, sebagian besar penduduk (58%) tinggal di pulau Jawa yang luas
areanya hanya sekitar 7% dari luas Indonesia. Jumlah penduduk yang tidak
merata dan berjejal di suatu wilayah akan memberikan beban yang berat bagi
wilayah yang bersangkutan termasuk masalah lingkungan (evironmetal stress)
seperti kerusakan hutan (termasuk bakau), kerusakan terumbu karang,
masalah air bersih ( water management), sampah, pendangkalan sungai, serta
polusi udara yang parah.
18
Teori kependudukan di kembangkan oleh dua faktor yang sangat
dominan yaitu, pertama adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk di
negara-negara yang sedang berkembang dan hal ini menyebabkan agar para
ahli dapat memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penduduk.
Sedangkan faktor kedua adalah adanya masalah-masalah universal yang
menyebabkan para ahli harus banyak mengembangkan dan menguasai
kerangka teori untuk mengkaji lebih lanjut sejauh mana telah terjalin suatu
hubungan antara penduduk dengan perkembangan ekonomi dan sosial.
Penduduk dapat di bagi sebagai berikut;
Teori pertumbuhan penduduk menurut para ahli.
1. Marxist.
Teori ini mengemukakan bahwa semakin banyak jumlah manusia
semakin tinggi produksi yang di hasilkan (Ida Bagoes Bantra,”demografi
umum” 2000: 67).
2. Paul Edric
Dalam bukunya yang berjudul (the population bomb) yang
menggambarkan bahwa penduduk dan lingkaran yang ada didunia ini sebagai
berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan
bahan makanan sudah terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia
ini lingkungan lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar. Pada tahun
1990 Edric merevisi bukunya dengan judul baru (The Population Explotion),
yang isinya adalah bom penduduk yang di khawatirkan pada tahun 1968, kini
sewaktu-waktu akan dapat meletus. Kerusakan dan pencemaran lingkungan
parah karena sudah banyak penduduk yang sangat merisaukan (Ida Bagoes
Mantra, 2000: 71).
19
3. Robert Thomas Malthus (1766-1834).
Menurut Malthus (1766-1834) yang terkenal sebagai pelopor ilmu
kependudukan yang lebih populer disebut dengan prinsip kependudukan (the
prinsiple of population) yang menyatakan bahwa apabila tidak ada pembatasan
akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa
bagian dari permukaan bumi ini dan ia juga menyatakan bahwa manusia untuk
hidup memerlukan bahan makanan sedangkan laju pertumbuhan bahan
makanan jauh lebih lambat di banding dengan laju pertumbuhan penduduk dan
apabila tidak ada pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk maka manusia
akan mengalami kekurangan bahan makanan sehingga inilah yang menjadi
sumber kemelaratan dan kemiskinan manusia. (Mantra, 2000:62).Demografi
Untuk memahami keadaan kependudukan suatu daerah atau negara maka perlu
didalami kajian demografi.
Para ahli biasanya membedakan antara ilmu kependudukan (demografi)
dengan studi-studi tentang kependudukan (population studies). Demografi
berasal dari kata Yunani demos-penduduk dan Grafien -tulisan atau dapat
diartikan tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah,
persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor
tersebut berubah dari waktu ke waktu. Menurut Munir, dalam teori
kependudukan dapat dikembangkan kemudian dipengaruhi dalam dua faktor
yang sangat dominan, pertama ialah meningkatkanpertumbuhan penduduk
dinegara negara yang sedang berkembang, dan ini meyebabkan tantangan dari
beberapa para ahli dalam mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
Kedua adalah masalah yang sifatnya universal yang meyebabkan para
ahli harus lebih banyak mengembangkan dan menguasai kerangka teori untuk
lebih lanjut sampai sejauh mana hubungan anatara penduduk dengan
perkembangan ekonomi dan sosial dalam kependudukan agar dapat diterima.
Sedangkan Hauser dan Duncan (1959) mengusulkan defenisi demografi
sebagai berikut: Demography is the study of the size, territorial distribution and
20
composition of population, changes there in and the components of such
changes which maybe identified as natality, teritorial movement (migration),
and social mobility (change of states). Yang dalam Bahasa Indonesia adalah
“Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi
penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang
biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerakan teritorial
(migrasi) dan mobilitas social (perubahan status). Dari kedua defenisi di atas
dapatlah disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses
penduduk di suatu wilayah. Sedangkan studi-studi kependudukan mempelajari
secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk
dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya.
2.3 Otonomi Daerah
Seperti yang telah ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia dan memiliki lebih dari 17 ribu pulau yang tersebar serta
dibagi menjadi 33 provinsi yang ada. Akan sangat tidak efektif apabila negara
kepulauan seperti Indonesia memiliki pemerintahan yang hanya terpusat pada
pemerintah pusat saja, maka dibuatlah sistem otonomi daerah supaya jalannya
pemerintahan di indonesia dapat berjalan lebih efektif lagi.
Dengan adanya otonomi daerah, maka setiap daerah yang ada di
Indonesia dapat membuat kebijakan masing-masing daerah mereka sendiri,
tetapi tidak bertentangan dengan UUD 1945 serta tetap berdasar pada
Pancasila, walaupun diadakan sistem otonomi, tetapi pemerintahan Indonesia
tetaplah terpusat pada pemerintah pusat yang berkedudukan di ibukota.
Otonomi daerah sendiri adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang mengatur pelaksana otonomi daerah di Indonesia adalah UUD
1945 Pasal 18 Ayat 1-7, 18A Ayat 1 dan 2, serta 18B Ayat 1 dan 2. Otonomi
21
daerah dilaksankan dalam rangka memperbaiki serta mengusahakan
kesejahteraan rakyat dan memiliki tujuan peningkatan pelayanan masyarakat
yang semakin baik serta pengembangan kehidupan demokrasi di Indonesia.
Meski demikian, masih terjadi banyak penyimpangan mengenai
otonomi daerah di Indoensia. Sistem ini memiliki banyak celah yang dapat
dengan mudah digunakan untuk pemanfaatan kebutuhan pribadi, ditambah
lagi dengan banyaknya anggota pemerintah yang duduk di lembaga-lembaga
pemerintah daerah yang memiliki mental kurang baik dalam
mengimplementasikan otonomi daerah.
Seperti yang telah kita tahu, Indonesia sangat terkenal dengan budaya
korupsinya yang sudah sangat kental, dengan adanya sistem otonomi daereah,
maka oknum pemerintah dapat dengan mudah melakukan dengan
memanipulasi korupsi anggaran yang diberikan negara. dengan otonomi
daerah, setiap provinsi mendapatkan APBD masing-masing dan dapat
memanfaatkanya secara mandiri.
Tidak jarang terjadi penyalahgunaan serta manipulasi dilakukan oleh
oknum pemerintah daerah dalam pelaksanaannya. tidak heran apabila sudah
banyak terjadi kasus korupsi di daerah selama berlangsungnya otonomi daerah
di indoneisa karena memang pada kenyataanya banyak sekali celah yang dapat
dimanfaatkan untuk melakukan tindak korupsi dalam pelaksanaan sistem
otonomi daaerah.
Memang tidak ada sistem yang tidak memiliki kekurangan namun
semua pasti memiliki kekurangan serta kelebihannya masing-masing. Yang
perlu diusahkan adalah bagaimana cara untuk meminimalisir kekurangan dari
sistem otonomi daerah, untuk membuatnya menjadi efektif, maka diperlukan
adanya perbaikan mental agar tidak terjadi kecurangan serta penyewengan
dalam pelaksanaannya. dengan demikian. Tujuan utama dari otonomi daearah
22
yaitu untuk mengusahakan serta memwujudkan kesejahteraan rakyat dapat
terlaksana dengan baik.
Otonomi Daerah adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri
berdasarkan prakarsa dan aspirasi darirakyatnya dalam kerangka negara
kesatuan Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi maka munculah
otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah
istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai
penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan
Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem
pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan
perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia.
Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab,
kewenangan, dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah. Dasar pemikiran yang melatarbelakanginya adalah
keinginan untukmemindahkan pengambilan keputusan untuk lebih dekat
dengan mereka yang merasakan langsung pengaruh program dan pelayanan
yang dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini akan meningkatkan
relevansi antara pelayanan umum dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat
lokal, sekaligus tetap mengejar tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah
ditingkat daerah dan nasional, dari segi sosial dan ekonomi. Inisiatif
peningkatan perencanaan, pelaksanaan, dan keuangan pembangunan sosial
ekonomi diharapkan dapat menjamin digunakannya sumber-sumber daya
pemerintah secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan lokal. tujuan
utama dari otonomi daearah yaitu untuk mengusahakan serta memwujudkan
kesejahteraan rakyat dapat terlaksana dengan baik.
23
2.4 Penelitian yang relevan
Syawal (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Peran
pemerintah dalam Pengendalian Pertumbuhan Penduduk (Studi Tentang
Peranan dan Fungsi BKBPP dalam Meminimalisir Pertumbuhan Penduduk di
Kec. Enrekang Kab.Enrekang)”.Hasil penelitian menunjukan bahwa
pengendalian pertumbuhan penduduk yang ada di Kab. Enrekang dan
khususnya di Kec. Enrekang berjalan sesuai dengan peraturan yang ada dan
hampir mendekati tingkat kesempurnaan, hal ini terlihat dari pelaksanaan tugas
yang harus dijalankan dan dirangkaikan program kerja yang telah dibuat.
Tugas yang dijalankan khususnya dalam proses pengendalian pertumbuhan
penduduk, yaitu: 1) menumbuhkan serta meningkatkan kepedulian masyarakat
dalam rangka pembudayaan keluarga, 2) melakukan pendekatan kepada
masyarakat dalam hal perencanaan keluarga secara cermat, 3) meningkatkan
upaya pemberdayaan perempuan, dala menjalankan tugas ini ada beberapa
faktor yang menjadi penghambatnya. Berbicara tentang faktor penghambat,
ada beberapa hal yang dapat berpengaruh dalam peningkatan jumlah
pertumbuhan penduduk khususnya di Kec. Enrekang, yakni: 1) pernikahan
yang dilakukan pada usia yang masih muda ( pernikahan dini ), 2) minimnya
pemanfaatan program pemerintah, dan 3) tingkat kelahiran yang sangat tinggi.
Hal inilah yang terus diupayakan oleh BKBPP untuk diatasi.