Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Media Pembelajaran Audio Visual
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Menurut Gerlach & Ely
1971 dalam (Arsyad, 2013:3) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru,
buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih
khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung
diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal.
Sejalan dengan Heinch dkk 1982 dalam (Arsyad, 2013:3)
mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto radio,
rekaman, audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan
sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa
pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
9
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media
pembelajaran.
Secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar. Menurut
sadiman 1993:6 dalam (Kustandi & Sutjipto, 2013:7) mengemukakan
bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan. Dijelaskan pula oleh Raharjo (1989:25) bahwa media
adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan kepada
sasaran atau penerima pesan tersebut. Materi yang diterima adalah pesan
instruksional, sedangkan tujuan yang dicapai adalah tercapainya proses
belajar (Kustandi & Sutjipto, 2013:7).
Namun demikian, menurut (Wina Sanjaya, 2011: 204) media
bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang
memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Ely
(1980: 244) dalam (Wina Sanjaya, 2011:204) menyatakan: “A medium,
conceived is any person, material or event that establishs condition
which enable the learner to acquire knowlodge, skill and attitude”.
Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan,
peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisiyang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi, dalam
pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide,
bahan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber
belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar,
10
karyawisata, semulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk
mengubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan.
Sedangkan menurut (Rusman, 2013:60) Media pembelajaran
adalah alat atau bentuk stimulus yang berfungsi untuk menyampaikan
pesan pembelajaran. Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai
media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realita,
gambar bergerak atau tidak, tulisan, dan suara yang direkam.
Sejalan dengan (Rusman, 2013:60) bahwa menurut Sanjaya
dalam skripsi (Afianti, 2014:7) media pembelajaran adalah seluruh alat
dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti,
radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Selain itu Rossi
menyatakan alat-alat seperti radio, dan televisi apabila digunakan dan
program untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau
elektronis untuk menangkap, memoproses, dan menyusun kembali
informasi visual dan verbal (Kustandi & Sutjipto, 2013:7).
Dari pendapat-pendapat tersebut maka peneliti menyimpulkan
bahwa media pembelajaran merupakan semua yang berperan langsung
seperti guru, lingkungan, alat-alat untuk disampaikan kepada penerima
pesan agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
11
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
a. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki fungsi yang sangat strategis
dalam pembelajaran. Seringkali terjadi banyaknya siswa yang tidak
atau kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan guru
atau pembentukan kompetensi yang diberikan pada siswa
dikarenakan ketiadaan atau kurang optimalnya pemberdayaan media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Menurut (Rusman, 2013:175) Ada beberapa fungsi media
pembelajaran dalam pembelajaran diantaranya:
1) Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat
memperjelas, mempermudah, mempercepat penyampaian pesan
atau materi pelajaran kepada para siswa, sehingga inti materi
pelajaran secara utuh dapat disampaikan pada para siswa. Di
samping itu, melalui alat bantu belajar ini memungkinkan siswa
belajar secara mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,
auditori & kinestetiknya. Dampak pada siswa lain dalam kelas
diharapkan dapat memberikan stimulus, mempersamakan
pengalaman dan pemahaman objek pesan yang disampaikan dalam
pembelajaran.
12
2) Sebagai komponen dari subsistem pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang mana di
dalamnya memiliki sub-sub komponen diantaranya adalah
komponen media pembelajaran. Dengan demikian, media
pembelajaran merupakan subkomponen yang dapat mentukan
keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran.
3) Sebagai pengarah dalam pembelajaran.
Salah satu fungsi dari media pembelajaran adalah sebagai
pengarah pesan atau materi apa yang akan disampaikan, atau
kompetensi apa yang akan dikembangkan untuk dimiliki siswa.
Banyak pembelajaran tidak mencapai hasil prestasi belajar siswa
dengan baik karena tidak memiliki atau tidak optimalnya alat bantu
yang digunakan dalam pembelajaran.
4) Sebagai permainan atau mebangkitkan perhatian dan motivasi
siswa.
Media pembelajaran dapat membangkitkan perhatian dan
motivasi siswa dalam belajar, karena media pembelajaran dapat
mengakomodasi semua kecakapan siswa dalam belajar, karena
media pembelajaran dapat mengakomodasi semua kecakapan siswa
dalam belajar. Media pembelajaran dapat memberikan bantuan
pemahaman pada siswa yang kurang memiliki kecakapan
mendengar atau melihat atau yang kurang memiliki konsentrasi
dalam belajar. Dapat pula alat bantu pembelajaran ini menimbulkan
13
gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber
belajar.
5) Meningkatkan hasil dan proses pembelajaran.
Secara kualitas dan kuantitas media pembelajaran sangat
memberikan kontribusi terhadap hasil maupun proses pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam penggunaan media pembelajaran harus
memerhatikan rambu-rambu mekanisme media pembelajaran.
6) Mengurangi terjadinya verbalisme.
Dalam pembelajaran sering terjadi siswa mengalami
verbalisme karena apa yang diterangkan atau dijelaskan guru lebih
bersifat abstrak atau tidak ada wujud, tidak ada ilustrasi nyata atau
salah contoh, sehingga siswa hanya bisa mengatakan tetapi tidak
memahami bentuk, wujud atau karakteristik objek. Dengan
demikian, media pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat yang
efektif dalam memperjelas pesan yang disampaikan.
7) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.
Sering terjadinya dalam pembelajaran menjelaskan objek
pembelajaran yang memerlukan alat bantu untuk menjelaskan,
mendekatkan pada objek yang dimaksud.
Fungsi media di dalam proses pembelajaran cukup penting
dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama
membantu siswa untuk belajar. Dua unsur yang sangat penting
14
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu metode dan media
pembelajaran. Kedua hal ini saking berkaitan satu sama lain.
Pemilihan suatu metode akan menentukan media
pembelajaran tidak serta merta digunakan dalam proses
pembelajaran, perlu analisis terlebih dahulu sebelum media
pembelajaran dipakai dalam proses pembelajaran.
Menurut Hamalik (2008: 49) dalam (Rusman, 2013:171)
fungsi media pembelajaran, yaitu:
1) Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.
2) Penggunaan media merupakan bagian integral dalam sistem
pembelajaran.
3) Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
4) Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mempertinggi mutu pendidikan.
Selain itu, menurut Kemp & Dayton (1985: 28) dalam
(Rusman, 2013:20) fungsi utama media pembelajaran adalah:
1) Memotivasi minat dan tindakan, direalisasikan dengan teknik
drama atau hiburan.
2) Menyajikan informasi, digunakan dalam rangka penyajian
informasi di hadapan sekelompok siswa.
3) Memberi intruksi, informasi yang terdapat dalam media harus
melibatkan siswa.
15
Pembelajaran media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu dalam penyampaian pesan dan
isi pelajaran serta memberikan makna yang lebih dari proses
pembelajaran sehingga memotivasi peseta didik untuk
meningkatkan proses belajarnya (Rusman, 2013:171).
Menurut Kemp dan Dayton (1985:28) dalam (Kustandi,
2013:20) media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama
apabila media itu digunakan untuk perorangan kelompok, atau
kelompok yang besar jumlahnya, yaitu dalam hal sebagai berikut:
1) Memotivasi minat atau tindakan
2) Menyajikan informasi
3) Memberi instruksi
Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat
direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Sedangkan untuk
tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam
rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Isi dan
bentuk penyajian bersifat sangat umum, berfungsi sebagai
pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang.
Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik
motivasi.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut (Latief, 2013:165) banyak manfaat yang dapat
diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran, yaitu:
16
1) Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih
jelas, menarik, konkret dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan belaka (verbalistis).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra. Misalnya,
objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realitas,
gambar, film, atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi
di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video,
dan lain-lain. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan
dengan model, diagram, dan lain-lain.
3) Meninkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
4) Menimbulkan kegairahan dan memotivasi dalam belajar.
5) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa
dengan lingkungan dan kenyataan.
6) Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
7) Memberikan perangsang, pengalaman, dan persepsi yang sama
bagi siswa.
3. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Menurut Gerlach dan Ely (1971) dalam (Kustandi & Sutjipto,
2013:12) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk
mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh
media yang mungkin guru tidak mampu melakukannya.
a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
17
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,
menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi, suatu peristiwa atau
objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali
dengan media, seperti fotografi, video tape, audio tape, disket
komputer, compact disk dan film. Suatu objek yang telah diambil
gambarnya (direkam) dengan video atau video kamera dengan
mudah dapat direproduksi, bisa kapan saja diperlukan. Dengan ciri
fikstatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau
objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa
mengenal waktu.
b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan
karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan
waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua
atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse
recording. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong,
kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat, suatu kejadian juga
dapat diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu
rekaman video. Misalnya, proses tsunami atau reaksi kimia dapat
diamati melalui kemampuan manipulatif dari media.
c. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
18
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu,
misalnya rekaman video, file komputer dapat disebar ke sluruh
penjuru tempat yang diinginkan kapan saja. Sekali informasi
direkam dalam format media apa saja, maka ia dapat diproduksi
seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai
tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat.
Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau
hampir sama dengan aslinya. (Kustandi & Sutjipto, 2013:12).
4. Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Dalam menentukan maupun memilih media pembelajaran,
seorang guru harus mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai acuan
dalam mengoptimalkan pembelajaran. Menurut (Rusman, 2013:175)
Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah:
a. Efektivitas
Pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan pada
ketepatgunaan (efektivitas) dalam pembelajaran dan pencapaian
tujuan pembelajaran atau pembentukan kompetensi. Guru harus
dapat berusaha agar media pembelajaran yang diperlukan untuk
membentuk kompetensi secara optimal dapat digunakan dalam
pembelajaran.
b. Relevansi
19
Kesesuaian media pembelajaran yang digunakan dengan
tujuan, karakteristik materi pelajaran, potensi dan perkembangan
siswa, serta dengan waktu yang tersedia.
c. Efesiensi
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus benar-
benar memperhatikan bahwa media tersebut murah atau hemat biasa
tetapi dapat menyampaikan inti pesan yang dimaksud, persiapan dan
penggunaannya relatif memerlukan waktu yang singkat, kemudian
hanya memerlukan sedikit tenaga.
d. Dapat digunakan
Media pembelajaran yang dipilih harus benar-benar dapat
digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran, sehingga dapat
menambah pemahaman siswa dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
e. Kontekstual
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus
mengedepankan aspek lingkungan sosial dan budaya siswa.
Alangkah baiknya jika mempertimbangkan aspek pengembangan
pada pembelajaran life skills.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan
media, di antaranya:
a. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Apakah tujuan tersebut bersifat kognitif, afektif, atau psikomotor.
20
Perlu dipahami tidak ada satu pun media yang dapat dipakai cocok
untuk semua tujuan. Setiap media memiliki karakteristik tertentu,
yang harus dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pemakaiannya.
b. Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas. Artinya
pemilihan media tertentu bukan didasarkan kepada kesenangan guru
atau sekadar selingan dan hiburan, melainkan harus menjadi bagian
integral dalam keseluruhan proses pembelajaran untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran siswa.
c. Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Ada
media yang cocok untuk sekelompok siswa, namun tidak cocok
untuk siswa yang lain.
d. Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa serta gaya
dan kemampuan guru. Oleh sebab itu, guru perlu memahami
karakteristik serta prosedur penggunaan media yang dipilih.
e. Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas
dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.
Selain pertimbangan di atas, untuk memilih media dapat
menggunakan pola seperti yang lain. Sejumlah pertimbangan dalam
memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu
kata ACION, yaitu akronim dari; access, Cost, Technology,
interactivity, Organization, dan novelty.
21
a. Access
Kemudian akses menjadi pertimbangan pertama dalam
memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia,
mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh murid. Misalnya, kita ingin
menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih
dahulu apakah ada saluran untuk koneksi ke internet atau tidak.
Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid
diizinkan untuk menggunakannya.
b. Cost
Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media
yang dapat menjadi pilihan kita. Media canggih biasanya mahal.
Namun, mahalnya biaya itu harus kita hitung dengan aspek
manfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan, maka unit Cost
dari sebuah media akan semakin menurun.
c. Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu, tetapi
kita perlu perhatikan apakah teknologinya tersedia dan mudah
menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan media
audiovisual di kelas. Perlu kita pertimbangkan, apakah ada jaringan
listrik, apakah voltase listriknya memadai.
d. Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan
komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan
22
pembelajaran yang anda kembangkan tentu saja memerlukan media
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.
e. Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan
organisasi. Misalnya, apakah pimpinan sekolah mendukung?
Bagaimana pengorganisasiannya.
f. Novelty
Kebaruan dari media yang anda pilih juga harus menjadi
pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan
menarik bagi siswa.
5. Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran sangatlah penting. Diperlukan
pengetahuan wawasan, pengetahuan dan keterampilan guru untuk dapat
melaukannya dengan tepat, sehingga media yang diambil sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan anak. Pada dasarnya pertimbangan untuk
memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi
kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak.
Menurut Sadiman (1993) dalam (Latief, 2016:155) mengatakan,
bila media itu sesuai pakailah,”If medium fits, use it”! “ Dan, yang
menjadi pertanyaannya adalah apa ukuran atau kriteria kesesuaian
tersebut. Beberapa factor perlu dipertimbangkan, misalnya : tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis
rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak, dan
23
seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat dan
luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada
akhirnya harus diterjemahkan dalam norma atau kriteria keputusan
pemilihan.
Penetapan rambu-rambu dan kriteria untuk pemilhan media
pembelajaran merupakan patokan yang harus dijadikan pegangan
bersama. Rambu-rambu tersebut diperlukan agar dapat menyediakan
berbagai media pembelajaran yang tepat dan berdaya guna tinggi.
Beberapa dasar pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
media pembelajaran tersebut di antaranya:
a. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan pemakai yang dilayani serta mendukung tujuan
pembelajaran.
b. Media pembelajaran yang dipillih perlu didasarkan atas asas
manfaat, untuk ada dan mengapa media pembelajaran tersebut
dipilih.
c. Pemilihan media pembelajaran hendaknya berposisi ganda baik
berada pada sudut pandang pemakai (guru, anak) maupun dari
kepentingan lembaga. Dengan demikian, kepentingan kedua belah
pihak akan terpelihara dan tidak ada yang dirugikan manakala
kepentingan masing-masing ada yang kurang selaras.
d. Pemilihan media pembelajaran harus didasarkan pada kajian
edukatif dengan memerhatikan kurikulum yang berlaku, cakupan
24
bidang pengembangan yang dikembangkan, karakteristik peserta
didik serta aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
pengembangan pendidikan dalam arti luas.
e. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya memenuhi persyaratan
kualitas yang telah ditentukan antara lain relevansi dengan tujuan,
persyaratan fisik, kuat dan tahan lama, sesuai dengan dunia anak,
sederhana, atraktif, dan berwarna, terkait dengan aktivitas bermain
anak serta kelengkapan yang lainnya.
f. Pemilihan media pembelajaran hendaknya memerhatikan pula
keseimbangan koleksi (well rounded collection), termasuk media
pembelajaran pokok dan bahan penunjang sesuai dengan kurikulum
baik untuk kegiatan pembelajaran maupun media pembelajaran
penunjang untuk pembinaan bakat, minat, dan keterampilan yang
terkait.
Sejalan menurut (Hosnan, 2014:120) guru akan lebih mudah
mempertimbangkan kriteria-kriteria media yang baik dengan
mengetahui prinsip-prinsip pemilihan media. Adapun beberapa kriteria
pemilihan media, sebagai berikut.
a. Media yang dipilih hendaknya selalu menunjang tercapainya tujuan
pengajaran.
b. Media yang dipilih hendaknya selalu disesuaikan dengan
kemampuan dan daya nalar siswa.
c. Media yang digunakan hendaknya bisa digunakan sesuai fungsinya.
25
d. Media yang dipilih hendaknya memang tersedia, artinya
alat/bahannya memang tersedia, baik dilihat dari waktu untuk
mempersiapkan maupun untuk mempergunakannya.
e. Media yang dipilih hendaknya disenangi oleh guru dan siswa.
f. Persiapan dan penggunaan media hendaknya disesuaikan dengan
biaya yang tersedia.
g. Kondisi fisik lingkungan kelas harus mendukung. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan baik-baik kondisi lingkungan pada saat
merencanakan penggunaan media, seperti bisa tidaknya kelas
digelapkan jika memakai LCD, ada tidaknya aliran dan stop contact
listrik, dan sebagainya.
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang
baik, demikian pula media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran perlu direncanakan dengan baik. Heinich (1982) yang
dikutip Sugyar dkk (2009) mengemukakan model perencanaan
penggunaan media yang efektif, sebagai berikut.
a. Menganalisis karakteristik kelompok sasaran (analyze learner
characteristics). Analisis ini didasarkan pada jenjang
pendidikan, jenis kelamin, latar belakang social dan ekonomi,
serta karakteristik khusus yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap awal.
b. Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran (stae
objectives), yaitu perilaku atau kemampuan baru (pengetahuan,
26
keterampilan, atau sikap) yang diharapkan siswa menguasai
kompetensi setelah proses pembelajaran selesai. Tujuan ini akan
memngaruhi pemilihan media dan lengkah-langkah penyajian
serta kegiatan belajar.
c. Memillih. Memodifikasi, atau merancang (select or modify
media) dan mengembangkan materi dan media yang tepat.
Kesesuaian materi dan media pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran, maka keduanya digunakan untuk menghemat
waktu, tenaga, dan biaya. Bilamana materi dan media yang
tersedia tidak cocok dengan tujuan atau tidak sesuai dengan
sasaran partisipan, materi dan media dengan tepat, diperlukan
persiapan bagaimana dan berapa banyak waktu diperlukan untuk
menggunakannya. Di samping praktik dan latihan
menggunakannya, persiapan ruangan juga diperlukan seperti
tata letak tempat duduk siswa, fasilitas yang diperlukan seperti
meja peralatan, listrik, layar dan lain-lainnya harus dipersiapkan
sebelum penyajian.
d. Meminta tanggapan dari siswa (require learner response). Guru
sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respons dan
umpan balik mengenai kefektifan proses pembelajaran. Dengan
demikian, siswa akan menampakkan partisipasi yang lebih
besar.
27
e. Mengevaluasi proses belajar (evaluate). Tujuan utama evaluasi
di sini adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa
mengenai tujuan pembelajaran, keefektifan media, pendekatan,
dan guru sendiri (Sumantri, 2016:304).
6. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
a. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan indra penglihatan yang terdiri dari atas media yang
dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan yang
biasanya berupa gambar diam atau gambar bergerak.
b. Media Audio
Media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang
dapat nerangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para
peserta didik untuk mempelajari bahan ajar. Contoh dari media
audio ini adalah program kaset suara dan program radio.
c. Media Audio Visual
Media yang merupakan kombinasi audio dan visual atau
biasa disebut media pandang-dengar. Contoh dari media audio
visual adalah program video/televisi pendidikan, video/televisi
instruksional, dan program slide suara (sound slide).
28
1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja,
atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio
dan rekaman suara.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja,
tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam
media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan,
gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti
media grafis.
c) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain
mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar
yang dapat yang dapat dilihat, seperti rekaman video,
berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.
Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih
menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang
pertama dan kedua.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi
ke dalam:
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak
seperti radio dan televise. Melalui media ini siswa dapat
mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang actual
secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
29
b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang
dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain
sebagainya.
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi
ke dalam:
a) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip,
transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang
demikian memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film
projector untuk memproyeksikan film slide, Over Head
Projektor (OHP) untuk memproyeksikan transparansi.
Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media
semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
b) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto,
lukisan, radio, dan lain sebagainya.
7. Media Audio Visual (Video)
Menurut Shanti:2010 dalam (Christian, 2013:5) media audio
visual adalah media yang menjadi perantara atau penyampai informasi
yang mempunyai unsur suara, gambar, warna, gerakan dan cahaya.
Bahan pembelajaran yang akan dikembangkan merupakan bahan
pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran. Diharapkan lewat media audio visual,
peserta didik lebih termotivasi dan dapat melihat, mendengar,
30
mengingat dan mengaplikasikan dengan baik selain yang disampaikan
atau didemostrasikan oelh pendidik.
Sedangkan menurut (Kustandi & Sutjipto, 2013:103) Media
audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan
terjangkau. Sekali kita membeli tape dan peralatan, seperti tape
recorder, maka hampir tidak diperlukan lagi biaya tambahan, karena
tape dapat dihapus setelah digunakan dan pesan baru dapat direkam
kembali. Di samping menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari
materi lebih banyak, materi audio visual dapat digunakan untuk:
a. Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa
yang telah didengar.
b. Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan
mengungkapkan pendapat-pendapat para ahlli yang berada jauh dari
lokasi.
c. Menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa.
d. Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan tingkat kecepatan
belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah.
Salah satu bentuk dari media audio visual adalah video
pembelajaran. Arsyad (2004: 36) dalam (Rusman, 2013:218)
mengemukakan video merupakan serangkaian gambar gerak yang
disertai suara yang membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi
sebuah alur, dengan pean-pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan
31
pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan media
tersebut.
Menurut (Mukhtar Latief, 2013:154) media proyeksi dia (audio-
visual) mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti
menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Perbedaannya adalah pada
media grafis dapat berinteraksi secara langsung dengan pesan media
bersangkutan, sedangkan pada media proyeksi diam terlebih dahulu
harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran,
ada kalanya media ini disertai dengan rekaman audio, tetapi ada pula
yang hanya visual saja. Bebrapa jenis media proyeksi diam antara lain:
film, bingkai, film rangkai, media transparansi, proyektor tak tembus
pandang, mikrofis, film, film gelang, televise, video, permainan (game),
dan simulasi.
8. Kelebihan dan Kekurangan Media Video
a. Media video memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1) Memberi pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh
siswa.
2) Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.
3) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
4) Lebih realistis, dapat diulang dan dihentikan sesuai dengan
kebutuhan.
5) Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat memengaruhi
sikap siswa.
32
Menurut (Pramono, 2008: 9), media video memiliki banyak
kelebihan, antara lain:
1) Memaparkan keadaan real dari suatu proses, fenomena atau
kejadian.
2) Sebagai bagian terintegrasi dengan media lain, seperti teks atau
gambar, video dapat memperkaya pemaparan.
3) Penggunaan dapat melakukan replay pada bagian-bagian
tertentu untuk gambaran yang lebih focus.
4) Sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku.
5) Kombinasi video dan audio dapat lebih efektif dan lebih cepat
menyampaikan pesan dibandingkan dengan media teks.
Kelebihan video lain dikemukakan oleh Heinich, Molenda,
Russel (1993: 202) sebagai berikut.
1) Bergerak, sifat-sifat yang nyata pada video dalam proses
pembelajaran, adalah kemampuannya untuk memperlihatkan
gerakan-gerakan. Hal ini membuat video lebih menguntungkan
dari media lain.
2) Proses, video dapat menyajikan suatu proses dengan lebih tepat
guna (efektif) dibanding media lain.
3) Pengamatan yang baik, video memungkinkan adanya
pengamatan yang baik terhadap suatu keadaan/peristiwa yang
berbahaya bila dilihat secara langsung, dapat dilihat/diamati
secara baik dan meyakinkan.
33
4) Kemampuan belajar, menurut hasil penelitian terbukti bahwa
video sangat berguna untuk mengajarkan keterampilan, karena
kemungkinan adanya pengulangan sehingga suatu
keterampilan bias dipelajari secara berulang-ulang juga.
5) Dramatisasi, kemampuan video untuk mendramatisasi
peristiwa-peristiwa dan situasi yang membuatnya cocok bagi
pembelajaran dalam bidang ilmu-ilmu social dan masalah-
masalah kemanusiaan.
6) Domain efektif, karena memiliki dampak emosional yang
tinggi/besar, video sangat cocok untuk mengajarkan masalah-
masalah yang menyangkut domain efektif.
7) Memcahkan masalah (problem solving), suatu episode video
dapat digunakan secara tepat guna dalam situasi pembelajaran
yang menekankan pada proses pemecahan masalah.
8) Pemahaman budaya, Kita dapat mengembangkan suatu saluran
penghargaan untuk budaya lain dengan melihat lukisan video
dan film tentang kehidupan sehari-hari masyarakat lain.
9) Pemahaman yang sama, dengan mengamati program video atau
film together, suatu kelompok yang berlainan dapat
membangun suatu basis bersama untuk mendiskusikan suatu
masalah dengan kecenderungan yang sama.
10) Media video memiliki beberapa kelemahan antara lain:
a) Jangkauannya terbatas
34
b) Sifat komunikasinya satu arah
c) Gambarnya relative kecil
d) Kadangkala terjadi distorsi gambar dan warna akibat
kerusakan atau gangguan magnetik.
Selain itu, keterbatasan lain yang dimiliki oleh media video
adalah:
1) Keterbatasan daya rekam tidak akan dapat dipakai ulang lagi
untuk diganti isinya.
2) Biaya pengembangan untuk menyiapkan format piringan video
ini relative memerlukan biaya yang cukup besar (Rusman,
2013:220).
B. Kreativitas Siswa
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti satu kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari sebelumnya.
Penambahan huruf akhir ‘itas’ pada kata ‘kreatif’ menjadi petunjuk
perubahan arti kata, dari semula kata kerja menjadi kata sifat. Sehingga,
istilah kreativitas berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk menemukan atau menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda dari bentuk yang sebelumnya ada atau sudah
diketahui (Jasa Ungguh Muliawan, 2016:2).
Menurut (Mutiah, 2010:44) kreativitas merupakan dimensi
kemampuan anak dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
35
dan seni. Kreativitas merupakan sebuah proses yang mampu melahirkan
gagasan, pemikiran, konsep dana atau langkah-langkah baru pada diri
seseorang. Kebermaknaan kreativitas terletak pada hakikat dan
perannya sebagai dimensi yang memberi ciri keunggulan bagi
pertumbuhan diri peserta didik yang sehat, produktif dan inovatif.
Menurut (Martini, 2013:74) kreativitas merupakan aktivitas mental
karena berkaitan dengan pemahaman manusia terhadap lingkungannya
secara terus-menerus dengan penuh ketekunan dan kesabaran yang
menghasilkan berbagai ide, temuan, cara-cara baru, dan berbagai
tindakan yang merupakan terobosan bagi suatu perubahan yang sangat
bernilai dan bermakna bagi manusia dalam mengembangkan, mengatur,
dan mengendalikan lingkungannya sehingga memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia dan lingkungannya.
Sejalan dengan menurut Supardi 1994 dalam (Rachmawati &
Kurniati, 2011:13) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.
Definisi selanjutnya diutarakan oleh Chaplin (1989),
mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan
bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam
memecahkan masalah-masalah dengan metode baru.
Adapun Semiawan (1997) mengemukakan bahwa kreativitas
adalah kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan
36
menerapkannya dalam pemecahan masalah (Rachmawati & Kurniati,
2011:14).
Ngalimun (Utami Munandar, 2013: 45) dalam jurnal (Hapsari dkk,
2015:1) mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta
kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan. Menurut Harris dalam
jurnal (Nisa, 2011 Vol. 1: 38) kreativitas adalah suatu kemampuan
untuk membayangkan atau menciptakan suatu yang baru;
kemampuan untuk membangun ide-ide baru dengan
mengkombinasikan, mengubah, menerapkan ulang ide-ide yang sudah
ada; suatu sikap, yaitu kemauan untuk menerima perubahan dan
pembaharuan, bermain dengan ide dan memiliki fleksibilitas dalam
pandangan; suatu proses, yaitu proses bekerja keras dan terus menerus
sedikit demi sedikit untuk membuat perubahan dan perbaikan terhadap
pekerjaan yang dilakukan.
Feldman (dalam Craft, 2005) dalam jurnal (Hurriyati & Marwani,
2013 Vol. 1: 41) mendefinisikan kreativitas adalah: “the achievement of
something remarkable and new, something which transforms and
changes a field of endeavor in a significant way …the kinds of things
that people do that change the world.” Menurut Munandar dalam
(Akbar, 2001) kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang
ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga
37
dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada
sebelumnya. Kelancaran, Fleksibilitas, Orisinalitas, dan elaborasi
merupakan ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan
berpikir seseorang, semakin kreatif seseorang, ciri-ciri tersebut
makin dimiliki.
Berdasarkan definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan karya yang
imajinatif, berinovasi dengan menggunakan metode yang berbeda yang
berdaya guna dalam berbagai bidang.
2. Aspek-aspek Kreativitas
a. Aspek Kognitif
Kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir adalah salah
satu aspek berpengaruh terhadap munculnya kretivitas seseorang.
Kemampuan berpikir yang dapat menghasilkan kreativitas adalah
kemampuan berpikir devergen, yaitu kemampuan untuk
menghasilkan berbagai alternative dalam pemecahan masalah atau
dalam menghasilkan produk baru. Kemampuan berpikir ini
merangkai kemampuan dalam mensintesis, menganalisis,
mengevaluasi, dan mengaplikasikan berbagai informasi yang
menghasilkan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah atau
memperoduk kreasi baru.
38
b. Aspek Intuitif dan Imajinatif
Kemampuan intuitif dan imajinatif yang ada di alam bawah
sadar dalam mengolah informasi secara holistik merupakan aktifitas
yang dilakukan oleh belahan otak bagian kanan yang menghasilkan
kreativitas.
c. Aspek Kepekaan dalam Penginderaan
Kreativitas dipengaruhi oleh kepekaan dalam penginderaan.
Kemampuan dalam menggunakan pancaindera secara peka.
Kepekaan ini menghasilkan seseorang dapat menemukan sesuatu
yang tidak dapat dilihat atau tidak disadari oleh orang lain.
d. Aspek Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi berkaitan dengan keuletan, kesabaran,
dan ketabahan dalam menghadapi ketidak pastian, dalam
menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan aktivitas
yang menghasilkan kreativitas (Jumaris, 2013:80)
3. Karakteristik Kreativitas
Guilford (Sternberg dan Wiliams, 2012: 5) (Jumaris, 2013:81)
menjelaskan bahwa kreativitas adalah hasil kerja dari perpaduan antara
berpikir divergen, berpikir konvergen, dan berpikir evaluatif. Perpaduan
dari ketiga bentuk kemampuan berpikir tersebut duwujudkan dalam
bentuk kemampuan untuk menyeimbangkan kemampuan mensintesis,
menganalisis, dan menerapkan berbagai informasi yang terkumpul
untuk memecahklan masalah yang sedang dihadapi. Oleh sebab itu,
39
kreativitas dapat diidentifikasikan melalui fleksibility atau kelenturan,
fluensy atau kelancaran, dan orginility atau keaslian serta sensitity atau
kepekaan dalam merespon situasi yang mengandung masalah.
a. Flexibility adalah kemampuan dalam memilah berbagai
konfigurasi informasi yang berkaitan dengan klasifikasi, relasi
dan sistem yang berbeda-beda dan mensintesisnya ke dalam
berbagai alternatif untuk memecahkan masalah atau
menghasilkan sesuatu yang baru.
b. Fuency adalah kemampuan menjelaskan hasil yang diperoleh
dari berbagai alternatif yang digunakan dalam memecahkan
masalah.
c. Originality adalah kemampuan untuk menghasilkan berbagai
transformasi informasi secara orisinil ke dalam berbagai bentuk
penerapan yang sesuai dengan pemecahan masalah yang belum
dilakukan sebelumnya.
d. Elaboration adalah bentuk perluasan dari suatu informasi yang
diterima sehingga menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan
apa yang telah ada sebelumnya.
e. Sensitivity adalah kemampuan dalam mengevaluasi berbagai
ketidaksesuaian atau berbagai ketimpangan yang ada. Hasil
evaluasi tersebut digunakan untuk melakukan perbaikan dan
peningkatan.
40
4. Jenis-jenis Kreativitas
Menurut (Muliawan, 2016:5) bahwa menurut jenisnya terbagi
dalam 3 kategori mendasar, yaitu kreativitas motorik, kreativitas
imajinatif, kreativitas intelektual, dan kreativitas gabungan.
a. Kreativitas Motorik
Kreativitas motorik adalah salah satu jenis kreativitas yang
banyak didominasi oleh kemampuan gerak refleks motorik
seseorang. Kemampuan kreativitas yang tercipta secara alami dalam
bentuk gerakan-gerakan tubuh. Misalnya gerak lentur penari balet
atau kombinasi gerak unik pantomim (seni gerak tanpa suara).
Kreativitas motorik dapat pula berwujud penciptaan bentuk melalui
keterampilan dan ketangkasan tangan semisal membuat kerajinan
tangan atau desain seni rupa berbentuk patung dan ukir-ukiran
dengan motiv tertentu.
b. Kreativitas Imajinatif
Kreativitas imajinatif adalah jenis kreativitas yang
berhubungan dengan kemampuan berimajinasi dalam diri
seseorang. Kemampuan berkhayal dan berimajinasi dalam diri
seseorang. Kemampuan berkhayal dan berimajinasi menjadi unsur
dominan sebagai sumber utama jenis kreativitas yang dihasilkannya.
Kreativitas imajinatif merupakan salah satu jenis kreativitas yang
paling unik, indah dan bisa dibilang istimewa.
41
Kreativitas imajinatif tidak memiliki pola yang tetap bersifat
bebas, dan cenderung meluas menjangkau wilayah-wilayah yang
tidak bisa dijangkau realitas kenyataan. Bentuknya sangat beragam.
Dari yang paling unik dan ganjil sampai yang paling indah dan
menakjubkan. Dari segala yang ‘ada’ sampai segala yang ‘tidak
ada’. Kreativitas imajinatif merupakan kreativitas murni yang paling
menonjol dan membedakan jenis kreativitas ini dengan kreativitas
yang lain. Dalam dunia imajinasi, apapun dapat terwujud dan
diwujudkan dalam bentuk nyata. Meskipun hanya berbentuk
gambar. Bentu benda ataupun yang dada di dalam dunia nyata.
c. Kreativitas Intelektual
Kreativitas intelektual adalah salah satu jenis kreativitas
yang didominasi pembentukannya oleh kemampuan akal pikir dan
rasionalitas manusia. Selain bersifat imajinatif, kreativitas
intelektual biasanya dapat diwujudkan dalam bentuk nyata. Tidak
sepenuhnya bebas seperti wujud yang ada dalam kreativitas
imajinatif. Kreativitas intelektual merupakan satu-satunya penyebab
ilmu pengetahuan manusia tidak melaju melampaui batas-batas
hukum alam. Contoh paling nyata dari kreativitas intelektual adalah
terciptanya teknologi, mulai dari teknologi sederhana semisal
sepeda, sampai pada teknologi supercanggih pesawqat ruang
angkasa.
42
d. Kreativitas Gabungan
Kreativitas gabungan adalah jenis yang tidak hanya
didominasi oleh unsur/elemen tertentu, tetapi merupakan gabungan
dari dua atau tiga unsur/elemen sebelumnya, yaitu unsur motorik,
imajinasi dan intelektual. Kreativitas gabungan pada level dasar
merupakan bentuk kreativitas umum yang dimiliki oleh setiap
manusia. Oleh sebab itu dianggap sebagai potensi/kemampuan
bawaan. Sedangkan pada level tinggi, kreativitas gabungan menjadi
kemampuan istimewa yang dimiliki seseorang.
5. Ciri Kreativitas
Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memahami
ciri-cirinya. Upaya menciptakan iklim yang kondusif bagi
oerkembangan kreativitas hanya mungkin dilakukan jika kita
memahami terlebih dahulu sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim
lingkungan yang mengitarinya.
Supardi (1994) dalam (Rachmawati, 2017:15) mengatakan
bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori,
kognitif dan nonkognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinalitas,
fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri nonkognitif
diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Sedangkan
mengenai 24 ciri kepribadian yang ditemukannya dalam berbagai studi,
adalah sebagai berikut:
a. Terbuka terhadap pengalaman baru.
43
b. Fleksibel dalam berpikir.
c. Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.
d. Mengahargai fantasi.
e. Tertarik pada kegiatan kreatif.
f. Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang lain.
g. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
h. Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti.
i. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.
j. Percaya diri dan mandiri.
k. Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.
l. Tekun dan tidak mudah bosan.
m. Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.
n. Kaya dan inisiatif.
o. Peka terhadap situasi lingkungan.
p. Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu.
q. Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.
r. Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan
mengandung teka-teki.
s. Memiliki gagasan yang orisinal.
t. Mempunyai minat yang luas.
u. Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan
konstruktif bagi pengembangan diri.
v. Kritis terhadap pendapat orang lain.
44
w. Senang mengajukan pertanyaan yang baik.
x. Memiliki kesadaran etika-moral dan estetika yang tinggi.
6. Pengembangan Kreativitas Imajinatif Melalui Menciptakan
Produk (Hasta Karya)
Menurut (Kandahdjaja:1) Imajinasi merupakan kemampuan
yang dimiliki manusia untuk mempelajari sesuatu, dan menciptakan
suatu ide yang baru. Imajinasi juga memungkinkan manusia untuk
menciptakan alternatif-alternatif dari kenyataan yang ada, sehingga
imajinasi merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah proses
kreasi dan proses pembelajaran.
Pada dasarnya hasil karya anak yang dibuat melalui aktivitas
membuat, menyusun atau mengkontruksi ini akan memberikan
kesempatan bagi anak untuk menciptakan benda buatan mereka sendiri
yang belum pernah mereka temui, ataupun mereka membuat modifikasi
dari benda yang telah ada sebelumnya. Apa pun yang dibuat oleh anak
akan membantu mereka menjadi lebih kreatif dan semangat untuk
menemukan sesuatu yang baru (Rachmawati & Kurniati, 2011).
Pengembangan kreativitas imajinatif pada anak melalui kegiatan
hasta karya ini memiliki posisi penting dalam berbagai aspek
perkembangan anak. Tidak hanya kreativitas yang akan terfasilitasi
untuk berkembang dengan baik, tetapi juga kemampuan kognitif anak.
Dalam kegiatan hasta karya setiap anak akan menggunakan
imajinasinya untuk membentuk suatu bangunan atau benda tertentu
45
sesuai dengan khayalannya. Dalam pembuatannya pun mereka
menggunakan berbagai bahan yang berbeda. Setiap anak bebas
mengekspresikan kreativitasnya, sehingga kita akan memperoleh hasil
yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya.
Kemampuan imajinasi menduduki tempat pertama sebagai unsur
dasar pembentukan kreativitas. Posisinya hampir bisa dikatakan tidak
tergantikan dibandingkan unsur yang lain. Kemampuan berimajinasi itu
sendiri dalam dataran formal terbagi menjadi dua. Imajinasi rasional dan
imajinasi fiktif.
Imajinasi rasional adalah imajinasi yang memiliki karakteristik
ilmiah. Imajinasi yang didasarkan pada pembenaran atau atau kebenaran
logika akal sehat. Imajinasi ilmiah dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya melalui serangkaian uji coba eksperimen di lapangan.
Sedangkan imajinasi fiktif adalah imajinasi yang tidak memiliki
karakteristik ilmiah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara empiris. Imajinatif fiktif murni berada dalam
kawasan daya khayal dan imajinasi manusia. Bersifat abstrak dan tidak
pernah terbukti keberadaannya sebagai suatu bentuk fakta realita dalam
dunia nyata. Kecuali sebatas duplikasi rekayasa.
Kretaivis sebagai satu bentuk hasil cipta, rasa dan karsa manusia
berdasarkan asal-usul pembentukan sebagian besar didominasi oleh
kekuatan imajinasi. Bahkan objek tertentu sulit dibedakan. Mana yang
masuk kategori imajinasi rasional dan mana imajinasi fiktif.
46
Penyebabnya jelas. Kemampuan mencipta motoric manusia sudah
mencapai level tertinggi dibadingkan makhluk lain selain dirinya.
Dalam hal ini unsur imajinasi menjadi penyebab tunggal keindahan
perbedaan dan keunikan kreativitas hasil cipta, rasa, dan karsa manusia
dimana kekuatan imajinasi mampu menggabungkan, memadukan dan
bahkan memodifikasi banyak hal yang tidak bisa dilakukan unsur lain.
Termasuk kemampuan mencipta motoric maupun intelektual manusia.
(Muliawan, J.U, 2016:21-24)
C. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya
Pendidikan seni budaya dan prakarya diberikan pada siswa sekolah
dasar agar tetap menumbuhkan rasa kecintaan siswa terhadap seni budaya
Indonesia. Rasa kecintaan ini dapat menimbulkan minat, kreativitas, dan
apresiasi anak terhadap seni dan budaya bangsa. PP No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan seni
budaya meliputi berbagai aspek kehidupan. Kompetensi dasar muatan lokal
yang berkenaan dengan seni, budaya, dan keterampilan diintegrasikan ke
dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP). Pendidikan seni
budaya memposisikan siswa sebagai pewaris budaya bangsa yang kreatif
sekaligus memiliki kecerdasan intelektual.
Pembelajaran seni di tingkat pendidikan dasar bertujuan untuk
mengembangkan kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum, baik
dalam domain konsepsi, apresiasi, kreasi, penyajian, maupun tujuan-tujuan
psikologis-edukatif untuk pengembangan kepribadian siswa secara positif,
47
sehingga individu lebih memahami budaya sebagai salah satu tujuan dari
pendidikan (Permen No. 57 Tahun 2014). Tujuan pembelajaran seni dapat
tercapai jika guru memiliki kompetensi dan persepsi yang baik dalam
pelaksanaan pembelajaran seni. Pendidikan seni dan budaya dapat dijadikan
sebagai media alternatif dalam masa pendampingan melalui aktivitas kreatif
anak berkebutuhan khusus yang bertujuan selain menghasilkan sebuah
karya seni yang estetis juga sebagai sarana katarsis atau proyeksi anak
berkebutuhan khusus dalam keinginan untuk mencoba mengungkap
perasaan terdalamnya yang selama ini sulit diungkapkan (Mareza, 2017).
D. Batik Teknik Ikat Celup
Menurut Anita Chairul (2013: 83) dalam (Midiah Astusi 2014: 7),
batik adalah sehelai kain yang dibuat secara tradisional yang didalamnya
terkandung doa, harapan tuntunan, dan tatanan dalam kehidupan manusia.
Hamzuri (1994: VI), menegaskan kembali bahwa batik adalah lukisan atau
gambar pada mori (kain berkolin) yang dibuat dengan menggunakan alat
bernama canting atau kuas, membatik menghasilkan barang batikan berupa
macam-macam motif dan mempunyai sifat-sifat khusus dengan melalui
proses pelilinan, pewarnaan, pelodoran (menghilangkan lilin).
Salah satu metode atau teknik membatik yang cukup sederhana
namun memiliki nilai keunikan yang tinggi adalah dengan teknik celup dan
ikat (tie-dyed). Teknik ini menghasilkan motif pewarnaan yang unik pada
kain batik. Jadi keunikannya tidak pada gambaran canting pada kain batik,
namun pola atau cara menahan warna pada kain batik. (Wardhana, 2016)
48
Ada dua teknik membuat batik ikat celup atau jumputan, yang
pertama teknik ikat, dan yang kedua teknik jahitan . Teknik ikatan adalah
bagian yang ikat kencang itu pada saat dicelup tidak terkena warna,
sehingga setelah ikatannya dilepas akan terbentuk gambarnya. Sementara
teknik jahitan adalah kain diberi pola terlebih dahulu lalu dijahit dengan
menggunakan tusuk jelujur pada garis warnanya dengan menggunakan
benang, lalu benang ditarik kuat sehingga kain berkerut serapat mungkin.
Pada waktu dicelup benang yang rapat akan menghalangi warna masuk ke
kain, benang yang dipakai sebaiknya benangyang tebal dan kuat seperti
benang plastik/sintesis, benang jins, atau benang sepatu. (Setiawati &
Ningsih, 2017)
E. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan proses komunikasi diantara pembelajar,
pengajar, dan bahan ajar (Sanaky, 2011: 3). Pembelajaran juga merupakan
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2010: 57). Sedangkan menurut
Dimyati dan Mudjiono (1999:157), pembelajaran adalah proses yang
diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar
bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan
bertanggung jawab menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat
belajar. Untuk itu guru lebih berfungsi sebagai penasehat, pembimbing,
49
motivator, dan fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar. Peran yang
seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat
berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar.
Dalam proses belajar mengajar terdapat dua unsur yang sangat
penting, yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Unsur-unsur ini
sangat berkaitan karena penentuan metode mengajar akan mempengaruhi
media pembelajaran yang digunakan meskipun masih banyak hal yang
harus diperhatikan dalam memilih media, seperti tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, dan karakteristik siswa.
Media pembelajaran merupakan bahan dan alat maupun metode atau
teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan
penggunaan media pembelajaran adalah membantu guru dalam
menyampaikan pesan-pesan atau materi pelajaran kepada siswanya, agar
pesan lebih mudah dimengerti, lebih menarik, dan lebih menyenangkan
kepada siswa. Sehingga dengan melalui media tersebut siswa diharapkan
untuk bisa belajar dengan kondusif serta dapat berkembang daya
kreativitasnya, salah satunya dengan melalui media pembelajaran. Melalui
media pembelajaran media audio visual inilah siswa kreatif, di mana siswa
mampu melahirkan gagasan, pemikiran, konsep dana atau langkah-langkah
baru pada diri seseorang.
50
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
F. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis mengambil beberapa sumber dari
penelitian lain yang terdapat kaitannya dalam penulisan penelitian penulis,
dengan maksud sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan selanjutnya.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Skripsi yang ditulis oleh Leni Sri Suryani, jurusan PGMI, FITK IAIN
Syekh Nurjati Cirebon judul “Pengaruh Penggunaan Media Audio
Visual terhadap Motivasi Belajar pada Mata Pelajaran IPS Materi
Peristiwa Proklamasi di SDN Rajagaluh Kidul II Kabupaten
Majalengka.”
PEMBELAJARAN
GURU
SISWA
MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL (VIDEO)
KREATIVITAS SISWA
51
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil angket
tentang penggunaan media audio visual dengan rata-rata prosentasenya
adalah (47,1%) dan hasil angket tentang motivasi belajar terhadap
penggunaan media audio visual rata-rata (65,5%), sehingga mengalami
peningkatan sebesar (18,4%). dari analsis juga didapatkan nilai r hitung
sebesar 0,568, nilai ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara media audio visual dengan motivasi belajar materi peristiwa
proklamasi di SDN Rajagaluh Kidul II Kabupaten Majalengka.
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, setelah dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan media audio visual menunjukkan
bahwa berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
2. Penelitian yang berkaitan dengan Media Pembelajaran Audio Visual
adalah peneliti yang dilakukan oleh Eka Fitri 2015 dari jurusan PAI
FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjudul Pengaruh
Media Pembelajaran Audio-Visual terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
X pada Mata Pelajaran PAI di SMA Islam Soerjo Alam Ngajum
Malang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Penerapan media
pembelajaran audio-visual pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam terhadap hasil belajar siswa kelas X di SMA Islam Soerjo Alam
Ngajum Malang adalah sedang sebesar 56,52%. Artinya, dalam proses
belajar-mengajar Pendidikan Agama Islam siswa sangat antusias dan
dapat menerima proses pembelajaran dengan menerapkan media
52
pembelajaran audio visual pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Dengan demikian, terdapat pengaruh yang signifikan akibat
penerapan media pembelajaran audio-visual pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam terhadap hasil belajar siswa.
3. Penelitian yang berkaitan dengan Media Audio Visual adalah penelitian
yang dilakukan oleh Qoriroh Andini dari Jurusan PGMI, FITK IAIN
Syekh Nurjati Cirebon yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media
Audio Visual terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di
kelas IV MI Hidayatul Muta’alimin Desa Sindangjawa Kec.
Dukupuntang Kab. Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
perhitungan koefisien regresi dihasilkan nilai konstanta 62,723 dengan
t hitung 8.536 dan nilai signifikansi 0,000. Koefisien penggunaan media
audio visual adalah 2,249 dengan t hitung 3,715 dan nilai signifikansi
0,000, di mana jika t table dicari dengan α= 0,05 dan (df) n-k-1 atau 34
– 2 – 1 = 31, jadi t table = 2,03951 maka dapat dilihat nilai signifikan
sebesar 0,000. Karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 dan t hitung
(8,536) lebih besar dari t table (2,03951) maka Ho ditolak. Dan
diketahui pada uji determinasi nilai Square sebesar 0,695 (kuadrat dari
koefesien korelasi 0,834). R Square disebut koefisien determinan yang
dalam hal ini 69,5%. Dari nilai tersebut dapat diartikan bahwa 69,5%
hasil belajar dipengaruhi oleh media audio visual sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh factor lain.
53
4. Penelitian lain yang berkaitan dengan Media Audio Visual adalah
penelitian yang dilakukan oleh Luvita Duri Igustiyan FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang berjudul Pengaruh Media Audio Visual
terhadap Keterampilan Menulis Karangan pada Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Kutabanjarnegara Tahun 2014/2015. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh media audio visual terhadap keterampilan
menulis karangan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kutabanjarnegara.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Subyek
penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Kutabanjarnegara yang
berjumlah 40 siswa. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis hasil uji
statistic diperoleh nilai t hitung sebesar 2,827 dengan p = 0,007. Oleh
karena nilai p < 0,05, maka Ho ditolak, yang berarti bahwa media audio
visual berpengaruh terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa
kelas V SD Negeri 3 Kutabanjarnegara Tahun Ajaran 2014/2015
Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis
yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Audio Visual terhadap
Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya di
kelas III MI Al-Hidayah GUPPI Kota Cirebon” yakni terdapat pada
variabel Y kreativitas siswa, bahwa melalui media pembelajaran audio
visual seorang guru tidak hanya mengajar saja, tetapi perlunya inovasi
baru untuk mendapatkan hasil dari pembelajaran melalui sebuah karya
yang menghasilkan kreativitas. Kreativitas merupakan dimensi dan seni.
Kebermaknaan kreativitas terletak pada hakikat dan perannya sebagai
54
dimensi yang memberi ciri keunggulan bagi pertumbuhan diri peserta
didik yang sehat, produktif dan inovatif. Melalui media pembelajaran
audio visual yang ditampilkan, membuat batik bertujuan untuk
mengetahui kretavitas siswa. Metode yang digunakan peneliti dalam
membuat batik adalah teknik ikat celup, dari hasil karya tersebut peneliti
dapat mengetahui seberapa besar pengaruh media pembelajaran audio
visual terhadap kreativitas siswa pada mata pelajaran seni budaya dan
prakarya di kelas III MI Al-Hidayah GUPPI Kota Cirebon.