Upload
vuanh
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Partisipasi Siswa
1. Pengertian Partisipasi
Menurut Tannenbaun dan Hahn (dalam Sukidin, et al 2002:159)
dalam konteks pembelajaran di kelas menyatakan bahwa Partisipasi
adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada
tingkatan sejauh mana peran siswa melibatkan diri dalam kegiatan dan
menyumbangkan tenaga dan pikiranya dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Sementara itu, menurut Keit Davis (dalam Sastroputro
(1989: 35) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan
emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan
serta tenggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. George Terry
(dalam Winardi (2002:149) menyatakan bahwa partisipasi adalah turut
sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk
memberikan sumbangan - sumbangan pada proses pembuatan keputusan,
terutama mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang
bersangkutan melaksanakan tanggungjawabnya untuk melakukan hal
tersebut. Selain itu partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga
diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004: 156).
6
7
Jadi partisipasi yang peneliti maksud adalah partisipasi siswa
yang merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan
pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan
emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan
kontribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu
tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.
2. Jenis - jenis partisipasi
Menurut Sukidin (2002:158) mengemukakan bahwa patisipasi
siswa dalam pembelajaran itu bisa berbentuk partisipasi kontributif dan
partisipasi inisiatif.
1) Partisipasi kontributif itu meliputi keberanian menyampaikan
refleksi kepada guru, baik dalam mengajukan pertanyaan, merespon
(termasuk menyampaikan usul/pendapat), memberikan sanggahan,
termasuk mengikuti pelajaran dengan baik, mengerjakan tugas
terstruktur di kelas dan dirumah dengan baik.
2) Partisipasi inisiatif merupakan partisipasi siswa secara spontan
dalam mengerjakan tugas mandiri tanpa terstruktur, inisiatif untuk
minta ulangan formatif dan sumatif secara lisan, inisiatif
mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum dan akan
diajarkan serta inisiatif membuat catatan ringkas.
8
Dari bentuk - bentuk partisipasi tersebut, maka yang menjadi
indikator dari penelitian ini adalah:
a. Mengajukan pertanyaan
b. Merespon (termasuk menyampaikan usul/pendapat)
c. Memberikan sanggahan
d. Mengikuti pelajaran dengan baik
e. Mengerjakan tugas terstruktur di kelas dan dirumah dengan
baik.
3. Faktor - faktor yang menyebabkan partisipasi
Menurut Sudjana (dalam Hayati (2001:16) partisipasi siswa di
dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental
dan emosional. Disamping itu, partisipasi merupakan salah satu bentuk
tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara lain:
a. Pengetahuan/kognitif, berupa pengetahuan tentang tema, fakta,
aturan, dan keterampilan membuat translation.
b. Kondisi situasi seperti:
- Lingkungan fisik
- Lingkungan sosial
- Psikososial
- Danfaktor - faktor sosial.
c. Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.
d. Kebutuhan, meliputi:
- Kebutuhan Approach (mendekatkan diri)
9
- Avoid (menghindari), kebutuhan individual.
e. Sikap, meliputi:
- Pandangan/perasaan
- Kesedian bereaksi
- Interaksi sosial
- Minat dan perhatian.
4. Prasyarat terjadinya partisipasi
Berdasarkan pendapat Keit Davis dan Newstrom (dalam Hayati
(2001:18) bahwa ada beberapa prasyarat terjadinya partisipasi, yaitu
antara lain:
a. Waktu yang cukup untuk berpartisipasi maksudnya adalah harus ada
waktu yang cukup untuk berpartisipasi sebelum diperlukan tindakan,
sehingga partisipasi hampir tidak tepat apabila dalam situasi darurat.
b. Keuntungannya lebih besar dari kerugian. Artinya kemungkinan
mendapat keuntungan seyogyanya lebih besar daripada kerugian
yang diperoleh.
c. Relevan dengan kepentingan siswa. Artinya bidang garapan
partisipasi haruslah relevan dan menarik bagi siswa.
d. Kemampuan siswa. Artinya siswa hendaknya mempunyai
pengetahuan seperti kecerdasan dan pengetahuan untuk
berpartisipasi.
10
e. Kemampuan berkomunikasi timbal balik. Maksudnya para siswa
haruslah mampu berkomunikasi timbal balik untuk berbicara dengan
bahasa yang benar dengan orang lain.
f. Tidak timbul perasaan terancam bagi kedua belah pihak artinya
masing-masing paihak seharusnya tidak merasa bahwa posisinya
terancam oleh partisipasi.
g. Masih dalam bidang keleluasaan. Maksudnya partisipasi untuk
meneruskan arah tindakan dalam pembelajaran yang hanya boleh
berlangsung dalam bidang keleluasaan belajar dengan batasan -
batasan tertentu untuk menjaga kesatuan dari keseluruhan. Pada
hakekatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkunganya. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang
optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa
dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat
penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran. Dalam kegiatan
belajar, siswa dituntut secara aktif untuk ikut berpartisipasi dalam
pembelajaran. Karena dengan demikian siswalah yang akan
membuat suatu pembelajaran dikatakan sukses, efektif dan efisien.
Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan terlihat pada baik dan
buruknya prestasi yang diperoleh. Sudjana (dalam Mulyasa
(2004:156) mengemukakan syarat kelas yang efektif adalah adanya
keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari siswa.
Keterlibatan siswa merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar
11
dikelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu siswa harus memahami dan
memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar atau
pembelajaran. Keterlibatan itupun harus memiliki arti penting
sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh
sumber belajar. Untuk mendorong partisipasi siswa dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain memberikan pertanyaan dengan
menanggapi respon siswa secara positif, menggunakan pengalaman
berstruktur dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih
melibatkan siswa. Siswa sebagai subjek sekaligus objek dalam
pembelajaran. Sebagai subjek siswa adalah individu yang melakukan
proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan
pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada
diri subjek belajar. Untuk itu, dari pihak siswa diperlukan partisipasi
dalam kegiatan pembelajaran.
5. Ciri - ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipasi adalah:
a. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui
terhadap semua bahan ajar.
b. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
c. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran.
d. Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.
e. Pendidik bersama peserta didik saling belajar.
12
f. Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar
yang kondusif.
g. Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran berkelompok.
h. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat
berprestasi.
i. Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupanya.
B. Prestasi belajar matematika
1. Pengertian belajar
Menurut James O (dalam Ahmadi dkk, (1991:119) belajar dapat
didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Kingsley (dalam
Ahmadi dkk, (1991:120) belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Menurut Slameto (2003:2) untuk memperoleh pengertian yang
obyektif tentang belajar, terutama belajar disekolah, perlu dirumuskan
secara jelas pengertian belajar. Pengertian belajar sudah banyak
dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi
pendidikan.
Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkunganya dengan memenuhi kebutuhan hidupnya.
13
Perubahan - perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku.
Dari penjelasan diatas dapat kita definisikan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.
2. Pengertian Matematika
Menurut Johnson dkk (dalam Abdurrahman (2009:252)
matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi fraktisnya untuk
mengekspresikan hubungan - hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner
(dalam Abdurrahman (2009:252) mengemukakan bahwa matematika
disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal
yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline (dalam
Abdurrahman (2009:172) juga mengemukakan bahwa matematika
merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara
bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan menunujukan
bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih
ditekankan pada metodenya daripada pokok persoalan matematika itu
sendiri.
14
3. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan
siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuanya
untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena
adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang
beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu
dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa
belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri
dalam interaksi dengan lingkunganya. Proses tersebut tidak akan terjadi
apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi
belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar
itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang
berbeda - beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari
pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan
15
pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Selanjutnya
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan
menurut Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang
dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar
dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif
dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika
seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa
dalam menerima, menolak dan menilai informasi - informasi yang
diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang
sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi
pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang
studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa
dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
4. Faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Slameto (2003:54-71) faktor - faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan
menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern
16
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
a. Faktor - faktor intern
Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas
menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan
faktor kelelahan
1) Faktor jasmaniah
a. Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian - bagianya bebas dari penyakit.Kesehatan adalah
keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya.
b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
2) Faktor psikologi
Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor - faktor itu
adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
dan kelelahan.
3) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk
dipisahkan tetapi dapat dibedakan jadi dua macam, yaitu
17
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu menjadi hilang.
Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat
dihilangkan dengan tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam
belajar juga dalam bekerja, menggunakan obat - obat yang
bersifat melancarkan peredaran darah, rekreasi dan ibadah yang
cukup, olahraga secara teratur, mengimbangi makan dengan
makanan yang memenuhi syarat - syarat kesehatan, jika
kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli.
b. Faktor - faktor ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat
dikelompokan menjadi tiga faktor.
1) Faktor keluarga
Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan keluarga: cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan.
18
2) Faktor sekolah
Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan sekolah: metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, tugas rumah.
3) Faktor msyarakat
Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan sekolah: kegiatan
siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk
kehidupan masyaakat.
C. Pembelajaran CTL ( Contextual, Teaching And Learning )
1. Pengertian
Menurut Trianto (2010:107) menyatakan bahwa CTL
(Contextual, Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam
kehidupan mereka sehari - hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme ( contruktivism),
inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), dan penilaian autentik (authentic assemessment).
19
2. Langkah Pembelajaran CTL (Contextual, Teaching and Learning)
Menurut Trianto (2010: 111), untuk mencapai kompetensi yang
sama dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah - langkah
pembelajaran seperti dibawah ini.
a. Pendahuluan
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Guru menyampaikan motivasi siswa.
3) Guru menyampaikan apersesi
b. Kegiatan inti
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara mengonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua tofik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok -
kelompok).
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan reflaksi di akhir pembelajaran.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
c. Penutup
Guru memberikan pekerjaan rumah pada siswa.
20
3. Komponen pembelajaran CTL (Contextual, Teaching and Learning)
Dalam Trianto (2010:111) bahwa CTL sebagai suatu pendekatan
pembelajaran yang memiliki tujuh asas. Asas - asas ini melandasi
pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.
Adapun ketujuh asas tersebut antara lain yaitu :
a. Konstruktivisme (Contructivism)
Konstruktivisme(Contructivism) merupakan landasan berpikir
pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas dan tidak dengan tiba - tiba. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat.
Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan
pandangan kaum objektivitis, yang lebih menekankan pada hasil
pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivitis, strategi memperoleh
lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh
dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah
memfasilitasi proses tersebut dengan:
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri.
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri
dalam belajar.
21
b. Menemukan (Inquiry)
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta - fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan
yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang
diajarkannya. Siklus inquiry terdiri dari: Observasi, bertanya,
mengajukan dugaan, pengumpulan data, penyimpulan.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari
bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang
berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis
inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahuidan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya
berguna untuk :
1) Menggali informasi, baik administrative maupun akademik.
2) Mengetahui tingkat pemahaman siswa.
3) Membangkitkan respon siswa.
22
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
5) Mengetahui hal - hal yang sudah diketahui siswa.
6) Memfokuskan perhatian siswa pada suatu yang dikehendaki
pengajar.
7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa
d. Masyarakat belajar (Learning community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari sharring antar teman, antar kelompok, dan antar yang
tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok - kelompok belajar.
Siswa dibagi dalam kelompok - kelompok yang heterogen, yang
pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum
tahu, yang cepat mendorong yang lambat, dan setrusnya. Kelompok
siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah,
bahkan bisa melibatkan kelas diatasnya, atau guru melakukan
kolaborasi dengan mendatangkan ahli. Masyarkat belajar bisa terjadi
apabila ada proses komunkasi dua arah.
e. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan pemodelan adalah bahwa dalam sebuah
pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang
bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
23
melakukan sesuatu. Pengajar memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu. Dengan begitu pengajar memberi model tentang bagaimana
cara belajar.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari
atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa
lalu. Siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai
struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi
dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
g. Penilaian autentik (authentic assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh pengajar agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Apabila data yang dikumpulkan guru ternyata mengidentifikasi
bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru bisa
segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari
kemacetan belajar. Gambaran tentang kemajuan belajar diperlukan
sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan
diakhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil
belajar, tetapi dilakukan besama - sama secara terintegrasi (tidak
terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
24
Karakteristik penilaian autentik: a). dilaksanakan selama dan
sesudah proses pembelajaran berlangsung. b). bisa digunakan untuk
formatif maupun sumatif. c). yang diukur keterampilan dan
performansi, bukan mengingat fakta. d). berkesinambungan. e).
terintegrasi. f). dapat digunakan sebagai feedback.
D. Pokok Bahasan
Materi pelajaran matematika pokok bahasan kubus dan baloksesuai
dengan kurikulum 2004 di SMP Negeri 5 Purwokerto adalah sebagai berikut:
a. Kubus dan balok
• Mengenal unsur - unsur kubus dan balok
• Menggambar kubus dan balok
• Menghitung luas permukaan (sisi) kubus dan balok
• Menemukan volume kubus dan balok
25
E. Kerangka Pikir
Indikator Partisipasi Mengajukan pertanyaan Merespon (mengajukan pendapat) Memberikan sanggahan Mengikuti pelajaran dengan baik Mengerjakan tugas
Indikator Prestasi Belajar Siswa Masih rendahnya persentase ketuntasan belajar siswa kelas VIII E SMP Negeri 5 Purwokerto
Berdasarkan observasi dikatakan indikator - indikator di atas dinyatakan rendah
1) Kontruktivisme Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Inquiry Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua tofik.
3) Bertanya Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Diskusi (masyarakat belajar) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok - kelompok).
5) Pemodelan Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Refleksi Lakukan reflaksi di akhir pembelajaran.
7) Penilaian sebenarnya
Dengan adanya perlakuan pembelajaran CTL diharapkan partisipasi aktif dan prestasi belajar siswa tersebut di atas dapat meningkat.
26
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah diuraikan didepan,
yang menyatakan bahwa indikator partisipasi siswa yang terdiri dari
mengajukan pertanyaan, merespon, memberikan sanggahan, megikuti
palajaran dengan baik, mengerjakan tugas dikatakatan masih rendah.
Dalam hal ini, rendahnya partisipasi siswa dapat diperbaiki dalam
beberapa tahap: Pertama, rendahnya kegiatan siswa dalam mengajukan
pertanyaan ini dapat perbaiki juga melalui pembelajaran CTL yaitu pada
langkah bertanya (questioning). Dalam langkah bertanya ini, siswa
diberikan waktu seluas - luasnya untuk mengajukan pertanyaan, dan waktu
untuk berpikir disaat siswa diberi pertanyaan oleh teman atau oleh
gurunya. Langkah bertanya, ini bisa terjadi juga saat terjadinya proses
diskusi. Kedua, rendahnya kegiatan siswa dalam merespon (temasuk
mengajukan pendapat), ini dapat diperbaiki melalui pembelajaran CTL
yaitu pada langkah masyarakat belajar (learning community), dan juga bisa
terjadi pada langkah/kegiatan bertanya. Pada langkah iniakan terjadi
sharring antara teman belajar, antara kelompok, antara yang tahu dengan
yang belum tahu, dan setiap individu diberikan keleluasaan untuk
menyampaikan pendapat/ide serta gagasan - gagasannya. Ketiga,
rendahnya kegiatan siswa dalam memberikan sanggahan dapat diperbaiki
melalui pembelajaran CTL yaitu pada langkah masyarakat belajar
(learning community), juga bisa terjadi saat langkah/kegiatan bertanya,
juga disaat kegiatan inquiry (menemukan), karena pada proses ini akan
terjadi proses diskusi, sharring, dan setiap individu diberi keleluasaan
27
untuk mengemukakan pendapatnya yang berbeda dengan temanya.
Keempat, rendahnya kegiatan mengikuti pelajaran dengan baik dapat
diperbaiki melalui pembelajaran CTL dalam ke tujuh karakteristik
pembelajaran. Dalam ketujuh karakteristik ini, siswa dituntut untuk
mengikuti setiap langkah dengan baik, karena dalam ketujuh karakteristik
pembelajaran ini setiap siswa mengerahkan aktivitas dirinya baik secara
mental maupun emosionalnya untuk belajar, sehingga siswa dapat
merasakan kebermaknaan dari belajar tersebut. Kelima, rendahnya
kegiatan mengerjakan tugas dapat diperbaiki melalui pembelajaran CTL
yaitu pada langkah penilaian autentik (authentic assessment), karena
dalam kegiatan ini siswa diberikan tanggung jawab dalam mengerjakan
tugas, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana perkembangan belajar
siswa, sejauh mana siswa memiliki pemahaman terhadap materi yang
dipelajari. Dalam hal ini hampir semua kegiatan terjadi pada ketujuh
langkah kegiatan CTL.Sehingga dengan adanya perlakuan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran CTL ini, diharapkan dapat
meningkatkan partisipasi serta prestasi siswa dalam belajar.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “partisipasi dan
prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran CTL