47
19 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang semua itu baik bagi dirinya maupun orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Syah (2002: 113) belajar adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Kegiatan belajar merupakan hal penting yang paling pokok dalan keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa. Menurut Hernawan (2007: 2) belajar merupakan proses perubahan perilaku dimana perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, yang mencakup dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor. Dimyati dan Mudjiono (2009:156) menjelaskan bahwa “Belajar adalah proses melibatkan manusia secara orang perorangan sebagai satu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Selain itu, definisi modern tentang belajar disampaikan oleh Gintings (2012:34) yang menyatakan bahwa “Belajar ada pengalaman terencana yang membawa kepada perubahan tingkah laku. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu secara sadar dan sudah terencana agar terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil dari kegiatan belajar.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

19

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena

dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang semua itu baik bagi dirinya maupun orang lain dalam

kehidupan bermasyarakat. Menurut Syah (2002: 113) belajar adalah

tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai

hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Kegiatan belajar merupakan hal penting yang paling pokok

dalan keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa

berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung

pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa.

Menurut Hernawan (2007: 2) belajar merupakan proses perubahan

perilaku dimana perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat

menetap, yang mencakup dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dimyati dan Mudjiono (2009:156) menjelaskan bahwa “Belajar

adalah proses melibatkan manusia secara orang perorangan sebagai satu

kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan,

keterampilan dan sikap”.

Selain itu, definisi modern tentang belajar disampaikan oleh

Gintings (2012:34) yang menyatakan bahwa “Belajar ada pengalaman

terencana yang membawa kepada perubahan tingkah laku. Artinya

tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu secara sadar dan

sudah terencana agar terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

kegiatan belajar.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

20

b. Ciri-ciri Belajar

Bahri (2011: hlm. 15–16) menyebutkan beberapa perubahan tertentu

yang dimasukan kedalam ciri-ciri belajar sebagai berikut:

a. Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya

perubahan itu, atau sekurang kurang nya individu merasakan

telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya,

kecakapan bertambah dan kebiasaannya bertambah.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan terjadi dalam diri individu

berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan

yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan

berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu

bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik

dari sebelumnya.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar bersifat menetap

atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi sebagai hasil

belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada

tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada

perubahan tingkah laku yang benar benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang di peroleh individu setelah melalui suatu proses

belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.

Dari penjelasan tentang karakteristik belajar, dapat peneliti

simpulkan bahwa karakteristik belajar pada umumnya adalah bersifat

menetap pada diri individu, perubahan yang terjadi menyeluruh baik

secara fisik maupun mental, perubahannya selalu ke arah yang positif

dan lebih baik, bersifat permanen dan dapat dilakukan dengan adanya

motivasi di dalam diri serta dapat terjadi seumur hidup. Ini

mencerminkan bahwa karakteristik dari belajar itu sendiri adalah

terjadinya perubahan yang lebih baik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

c. Teori Belajar

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai

berbagai kompetensi, keterampilan, dan sikap. Proses belajar dimulai

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

21

sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Banyak teori

tentang belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli, diantaranya

yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar

konstruktivisme.

1) Teori Belajar Behaviorisme

Perspektif behaviorisme pertama kali dikemukakan oleh

Ivan Pavlov pada tahun 1927, seorang fisiologist Rusia, dan

selanjutnya dikembangkan oleh Skinner pada tahun 1953.

Menurut Winataputra (2008: 2.5) mengemukakan bahwa

„belajar‟ pada teori behaviorisme merupakan perubahan perilaku,

khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku (yang baru)

sebagai hasil belajar, bukan sebagai hasil proses pematangan (atau

pendewasaan) semata. Belajar diartikan pula sebagai perubahan

tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respon, yaitu proses

manusia untuk memberikan respon tertentu berdasarkan stimulus

yang datang dari luar.

Pada dasarnya perspektif behaviorisme menjelaskan bahwa

seseorang akan berubah perilakunya (belajar) apabila dia berada

dalam suatu kondisi belajar yang meregulasi perilaku. Menurut

Suprijono (2010: 17) “Perilaku dalam pandangan behaviorisme

adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara

langsung. Perilaku tersebut dijelaskan melalui pengalaman yang

dapat diamati bukan melalui proses mental”. Lapono, dkk (2008:

1.15) konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan

pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku

(behavior) individu atau peserta didik yang dilakukan secara sadar.

Individu berperilaku apabila ada rangsangan (stimuli), sehingga

dapat dikatakan peserta didik akan belajar apabila menerima

rangsangan dari guru.

Teori behaviorisme sering disebut stimulus-respons (S-R)

psikologis yang artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan

oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

22

lingkungan. Proses stimulus-respons terdiri dari beberapa unsur,

yaittu dorongan (drive), stimulus atau rangsangan, respons, dan

penguatan (reinforcement).

Teori belajar behaviorisme sangat menekankan pada hasil

belajar (outcome), yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat,

dan tidak begitu memperhatikan apa yang terjadi dalam otak

manusia karena hal tersebut tidak dapat dilihat. Sesorang dianggap

telah belajar sesuatu apabila mampu menunjukkan perubahan

tingkah laku.

2) Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif memandang bahwa belajar bukan

semata-mata proses perubahan tingkah laku yang tampak,

melainkan sesuatu yang kompleks yang sangat dipengaruhi oleh

kondisi mental siswa yang tidak tampak. Perspektif teori kognitif,

belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral

meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata

hampir dalam setiap peristiwa belajar. Menurut Suprijono (2010:

22) teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal.

Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat,

dan menggunakan pengetahuan.

Prinsip teori psikologi kognitif adalah bahwa setiap orang

dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa

dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahaman

atas dirinya sendiri. Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan

mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar secara ilmiah Hasilnya

berupa prosedur-prosedur yang dapat diterapkan pada situasi kelas

untuk mendapatkan hasil yang sangat produktif (Winataputra, 2008:

3.4)

Menurut Lapono, dkk (2008: 1.23) struktur mental individu

berkembangan sesuai dengan tingkatan perkembangan kognitif

seseorang.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

23

Semakin tinggi tingkat perkembangan kognitif seseorang

semakin tinggi pula kemampuan dan keterampilannya dalam

memproses berbagai informasi atau pengetahuan yang diterimanya

dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Menurut Bruner (Suprijono, 2010: 24) perkembangan

kognitif individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan materi

pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan tahap

perkembangan individu tersebut. Tekanan utama psikologi kognitif

adalah struktur kognitif, yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi

individu yang mencakup ingatan jangka panjang (long-term

memory).

3) Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme memaknai belajar sebagai proses

mengkonstruksi pengetahuan melalui proses internal seseorang dan

interaksi dengan orang lain. Dengan demikian hasil belajar akan

dipengaruhi oleh kompetensi dan struktur intelektual sesorang.

Menurut Suprijono (2010: 30) gagasan konstruktivisme mengenai

pengetahuan adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka,

tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui

kegiatan subjek.

2) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan

struktur yang perlu untuk pengetahuan.

3) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep sesorang.

Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu

berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman

seseorang.

Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif,

bukan objektif. Pengetahuan tidak pernah tunggal. Pengetahuan

merupakan realitas plural. Semua pengetahuan adalah hasil

konstruksi dari kegiatan atau tindakan sesorang. Teori

konstruktivisme menekankan pada belajar autentik bukan artifisial

yang berarti belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks (tekstual),

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

24

terpenting ialah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi

nyata atau kontekstual.

Menurut Winataputra (2008: 6.15) perspektif

konstruktivisme pembelajaran dimaksudkan untuk mendukung

proses belajar yang aktif yang berguna untuk membentuk

pengetahuan dan pemahaman. Dan pandangan konstruktivisme

belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau

membangun ide-ide baru atau konsep.

Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran

didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan

untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang

telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa

pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran

yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif

pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada

dalam diri mereka masing-masing.

d. Tujuan Belajar

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman. Menurut Hamalik (2008:73) tujuan belajar adalah

“sejumlah hasil belajar yang menunjukan bahwa siswa telah melakukan

perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan

dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa”.

Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenal tingkah laku yang di

harapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung nya proses belajar.

Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil

pembelajaran.

Menurut Hamalik (2008:73) tujuan belajar terdiri dari tiga komponen,

yaitu:

a. Tingkah laku terminal. Tingkah laku terminal adalah komponen

tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah

belajar.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

25

b. Kondisi-kondisi tes. Komponen kondisi tes tujuan belajar

menentukan situasi dimana siswa di tuntut untuk

mempertunjukan tingkah laku terminal.

c. Ukuran-ukuran perilaku. Komponen ini merupakan suatu

pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat

pertimbangan mengenai perilaku siswa.

Tujuan belajar pada intinya merupakan suatu hasil dari kegiatan

pembelajaran sebagai tanda bahwa siswa telah mengikuti kegiatan

pembelajaran dan hasil yang di peroleh berupa pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Selain itu, “tujuan pembelajaran adalah

pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat

dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran” (Slavin,

1994).

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan

dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku yang terjadi pada

siswa yang bersifat permanen sebagai hasil dari kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan di dalam kelas. Sehingga siswa memiliki

kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

e. Pengertian Pembelajaran

Dewasa ini sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat

transmisif, pengajar mentransfer dan menggrojokkan konsep secara

langsung pada peserta didik. Dalam pandangan ini siswa secara pasif

menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat

dalam buku pelajaran.

Dimyati dan Mudjiono (2009:157) menerangkan bahwa

pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk

membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh

dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Selain itu, Yunus

Abidin (2014:6) menerangkan bahwa pembelajaran merupakan

serangkaian aktivitas yang dilakukan guna mencapai hasil belajar

tertentu di bawah bimbingan, arahan dan motivasi guru.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

26

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa,

pembelajaran adalah suatu proses kegiatan atau aktivitas belajar yang

bertujuan untuk mencapai hasil belajar berupa perubahan tingkah laku

dengan bimbingan, arahan dan motivasi dari guru. Belajar dan

pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan.

f. Ciri-ciri Pembelajaran

Implikasi Ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan Konstruktivis

yaitu pandangan lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan

belajar yang konstruktif menutut (Hudjono dalam Trianto Badar Al-

Thabany, 2014, hlm. 21) yaitu:

a. Menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan

pengetahuan baru dengan dengan pengetahuan yang telah

dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses

pembentukan pengetahuan.

b. Menyediakan berbagai alternatif pengelaman belajar .

c. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik. dan

relevan dengan melibatkan pengalaman konkret.

d. Mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan

terjadinya interaksi dan kinerja sama anta siswa.

e. Memanfaatkan Berbagai media agar pembelajaran lebih

menarik.

f. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga

matematika lebih menarik dan siswa mau belajar.

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa karakteristik dari

sebuah pembelajaran dapat penulis simpulkan adanya adanya evaluasi

sebagai bahan pengukuran tingkat kerbahasilan dari suatu kegiatan

pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan pembelajaran

yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas, sikap, dan pengetahuan

siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hanafiah (2009: 41) yang

mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu

pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

27

secara adaptif maupun generatif. Sedangkan Zubaidi (2011: 185)

mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan

secara khas oleh guru di kelas. Selanjutnya, pada pengembangan model

pembelajaran menurut pandangan konstruktivis harus memperhatikan

dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin

diperoleh di luar sekolah serta dalam pembelajarannya harus melibatkan

siswa dalam suatu kegiatan yang nyata (Rustaman, 2011: 2.17).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang

digunakan guru pada proses pembelajaran di dalam kelas yang

memperhatikan pengetahuan awal siswa dan melibatkan siswa secara

langsung berupa kegiatan nyata sehingga aktivitas, keterampilan, sikap,

dan pengetahuan siswa dapat meningkat.

b. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)

Model PBL dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang

dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar

penemuan atau discovery learning. Konsep tersebut memberikan

dukungan teoritis terhadap pengembangan model PBL yang

berorientasi pada kecakapan memproses informasi.

Menurut Tan (dalam Rusman, 2010: 229) PBL merupakan

penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk

melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan

untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

Pendapat di atas diperjelas oleh Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010:

241) bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi

yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya

belajar bagaimana belajar.

Seperti yang telah diungkapkan oleh pakar PBL Barrows (dalam

gayahidupalami.wordpress.com, 2014) PBL merupakan sebuah model

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

28

pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem)

dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau

mengintegrasikan pengetahuan (knowledge) baru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan

PBL adalah suatu model pembelajaran yang berorientasi pada

pemecahan masalah yang diintegrasikan dengan kehidupan nyata.

Dalam PBL diharapkan siswa dapat membentuk pengetahuan atau

konsep baru dari informasi yang didapatnya, sehingga kemampuan

berpikir siswa benar-benar terlatih.

c. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)

Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masing-

masing untuk membedakan model yang satu dengan model yang lain.

Seperti yang diungkapkan Trianto (2009: 93) bahwa karakteristik model

PBL yaitu: (a) adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) berfokus

pada keterkaitan antar disiplin, (c) penyelidikan autentik, (d)

menghasilkan produk atau karya dan mempresentasikannya, dan (e)

kerja sama.

Karakteristik Problem Based Learning menurut Baron dalam Rusmono

(2014, hlm. 74) adalah:

a. Menggunakan permasalahan dalam dunia nyata.

b.Pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah.

c. Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa.

d.Guru berperan sebagai fasilitator.

Sedangkan karakteristik model PBL menurut Rusman (2010: 232)

adalah sebagai berikut:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

b.Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di

dunia nyata yang tidak terstruktur.

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple

perspective).

d.Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,

sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi

kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

29

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya,

dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial

dalam problem based learning.

g.Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

h.Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah

sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk

mencari solusi dari sebuah permasalahan.

i. sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

j. Problem based learning melibatkan evaluasi dan review

pengalaman siswa dan proses belajar.

Selain itu, ada hal khusus yang membedakan model PBL dengan

model lain yang sering digunakan guru. Perbedaan tersebut dapat dilihat

pada tabel 2 yang dikemukakan oleh Slavin, dkk. (dalam Amir, 2010:

23).

Tabel 2.1 Perbedaan PBL dengan Metode Lain

No. Metode Belajar Deskripsi

1 Ceramah Informasi dipresentasikan dan didiskusikan

oleh guru dan siswa

2 Studi Kasus Pembahasan kasus biasanya dilakukan diakhir

pembelajaran dan selalu disertai dengan

pembahasan dikelas tentang materi (dan

sumber-sumbernya) atau konsep terkait dengan

kasus

3 PBL Informasi tertulis yang berupa masalah

diberikan diawal kegiatan pembelajaran.

Fokusnya adalah bagaimana siswa

mengidentifikasi isu pembelajaran sendiri

untuk memecahkan masalah. Materi dan

konsep yang relevan ditemukan oleh siswa

d. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)

Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai.

Seperti yang diungkapkan Rusman (2010: 238) bahwa tujuan model

PBL adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

30

pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan

karakteristik model PBL yaitu belajar tentang kehidupan yang lebih

luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim,

serta kemampuan berpikir reflektif dan evaluative.

Sedangkan Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010: 242)

mengemukakan tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu: (a)

membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan

memecahkan masalah; (b) belajar berbagai peran orang dewasa melalui

keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan; (c) menjadi para

siswa yang otonom atau mandiri.

e. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL)

Menurut Sitiatava Rizema dalam Skripsi Eneng Rina Sumilar (2015,

hlm. 12) adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Punya keaslian sepeti di dunia kerja. Masalah yang disajikan,

sedapat mungkin memang merupakan cerminan masalah yang

dihadapi di dunia kerja. Dengan demikian, peserta didik bisa

memanfaatkannya nanti bila menjadi lulusan yang akan

bekerja.

2) Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya.

Masalah yang dirancang, dapat membangun kembali

pemahaman peserta didik atas pengetahuan yang telah didapat,

ia bisa melihat kaitannya dengan bahan yang telah ditemukan

dan dipahami sebelumnya.

3) Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif.

Masalah dalam PBL akan membuat peserta didik terdorong

melakukan pemikiran metakognitif. Kita disebut melakukan

metakognitif kala kita menyadari tentang pemikiran kita

(thinking about our thinking). Artinya kita mencoba berefleksi

seperti apa pemikiran kita atas satu hal. Peserta didik

menjalankan proses PBL sambil menguji pemikirannya,

mempertanyakannya, mengkritisi gagasan sendiri, sekaligus

mengeksplor hal baru.

4) Meningkatkan minat dan memotivasi dalam pembelajaran.

Dengan rancangan masalah yang menarik dan menantang,

peserta didik akan tergugah untuk belajar. Bila relevannya

tinggi dengan saat nanti praktik, biasanya peserta didik akan

terangsang rasa ingin tahunya dan bertekad untuk

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

31

menyelesaikan masalahnya. Diharapkan, peserta didik yang

tadinya tergolong pasif akan bisa tertarik untuk aktif.

b. Kelemahan

Selain bebagai kelebihan tersebut, model PBL juga memiliki

beberapa kekurangan yakni:

1) Bagi siswa yang malas, tujuan daru metode tersebut tidak

dapat tercapai

2) Membutuhkan banyak waktu dan lama

3) Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan metode

PBL

f. Peran Guru dalam Model Problem Based Learning (PBL)

Seorang guru dalam model PBL harus mengetahui apa

peranannya, mengingat model PBL menuntut siswa untuk mengevaluasi

secara kritis dan berpikir berdayaguna. Peran guru dalam model PBL

berbeda dengan peran guru di dalam kelas.

Peran guru dalam model PBL menurut Rusman (2010: 245) antara lain:

a. Menyiapkan perangkat berpikir siswa

Menyiapkan perangkat berpikir siswa bertujuan agar siswa benar-

benar siap untuk mengikuti pembelajaran dengan model PBL.

Seperti, membantu siswa mengubah cara berpikirnya, menyiapkan

siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang,

membantu siswa merasa memiliki masalah, dan

mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan harapan.

b.Menekankan belajar kooperatif

Dalam prosesnya, model PBL berbentuk inquiry yang bersifat

kolaboratif dan belajar. Seperti yang diungkapkan Bray, dkk

(dalam Rusman, 2010: 235) inkuiri kolaboratif sebagai proses di

mana orang melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-

ulang, mereka bekerja dalam tim untuk menjawab pertanyaan

penting. Sehingga siswa dapat memahami bahwa bekerja dalam

tim itu penting untuk mengembangkan proses kognitif.

c. Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam model PBL

Belajar dalam bentuk kelompok lebih mudah dilakukan, karena

dengan jumlah anggota kelompok yang sedikit akan lebih mudah

mengontrolnya. Sehingga guru dapat menggunakan berbagai

teknik belajar kooperatif untuk menggabungkan kelompok-

kelompok tersebut untuk menyatukan ide.

d.Melaksanakan PBL

Dalam pelaksanaannya guru harus dapat mengatur lingkungan

belajar yang mendorong dan melibatkan siswa dalam masalah.

Selain itu, guru juga berperan sebagai fasilitator dalam proses

inkuiri kolaboratif dan belajar siswa.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

32

g. Langkah-langkah Penerapan Problem Based Learning

Menurut Miftahul Huda (2014, hlm. 272) sintak operasional PBL bisa

mencakup antara lain sebagai berikut:

a. Siswa disajikan suatu masalah

b.Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah

kelompok kecil. Mereka membrainstorming gagasan-gagasannya

dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian,

mereka mengidentifikasikan apa yang mereka butuhkan unruk

menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui.

Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu

rencana tindakan untuk menggarap masalah.

c. Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan

masalah di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup:

perpustakaan, database, website, masyarakat dan observasi

d.Siswa kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing informasi,

melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah

tertentu

e. Siswa menyajikan solusi atas masalah

f. Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses

pengerjaan selama ini. Semua yang berpartisipasi dalam proses

tersebut terlibat dalam review pribadi, review berpasangan, dan

review berdasarkan bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi

atas kontribusinya terhadap proses tersebut.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan sikap yang terjadi setelah

seseorang belajar dari suatu hal. Belajar yang tercapai apabila

seminimalnya dapat merubah pandangan terhadap suatu hal. Nashar

(2004:77) “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa

setelah melakukan kegiatan belajar”. Lebih lanjut Bloom (Sudjana,

2012: 22), membagi hasil belajar atas tiga ranah yaitu ranah kognitif,

ranah afektif, dan ranah psikomotor. Sudjana (2012:22-23) menjelaskan

tiga ranah tersebut.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif

tingkat tinggi.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

33

Ranah afektif berkenaaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisai, dan

ternalisasi.

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris,

yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c)

kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e)

gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan

interpretative.

Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di sekolah dasar

menjelaskan bahwa:

a. Ranah kognitif adalah memahami pengetahuan faktual dengan

cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-

benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat

bermain.

b. Ranah Afektif yaitu memiliki perilaku jujur, percaya diri,

disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan gotong royong atau

kerja sama dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan

tetangganya.

c. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah

psikomotor dikemukakan oleh Simpson dalam Sudijono (2011:

57) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak

dalam bentuk keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak

individual.

Berdasarkan berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa,

hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan

perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah

bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu

didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat

berupa perubahan adalah aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Dalam penelitian ini hasil belajar menjadi fokus penelitian peneliti.

b. Penilaian Hasil Belajar

Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik menurut

Permendikbud No. 53 Pasal 5 ayat 1 (2015, hlm. 5) mencakup tiga

aspek yaitu aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

34

Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik

untuk memperoleh informasi mengenai perilaku peserta didik, baik di

dalam maupun di luar pembelajaran. penilaian pengetahuan merupakan

kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan

peserta didik. Sedangkan penilaian keterampilan merupakan kegiatan

yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam

mengaplikasikan dan menerapkan pengetahuan untuk melakukan tugas

tertentu dalam konteks tertentu sesuai dengan indikator pencapaian

kompetensi.

Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar peserta didik yang

tercantum dalam Permendikbud No. 53 pasal 4 (2015, hlm. 4-5) adalah

sebagai berikut:

a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang

mencerminkan kemampuan yang diukur.

b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan

kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan

peserta didik karena kebutuhan khusus serta perbedaan latar

belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial

ekonomi, dan gender.

d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah

satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan

pembelajaran.

e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan

dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak

yang berkepentingan.

f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh

pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan

menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk

memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan

bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran

pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan,

baik dari segi teknik, prosedur, naupun hasilnya.

Penilaian hasil belajar tidak hanya perlu mengetahui prinsip-

prinsipnya, tetapi juga teknik penilaiannya. Adapun komponen-

komponen penilaian hasil belajar menurut Permendikbud No. 53 (2015,

hlm. 9-19) meliputi berbagai instrumen penilaian berupa tes,

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

35

pengamatan, penugasan perorangan atau kelompok, dan bentuk lain

yang seseuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat

perkembangan peserta didik. Berikut penjelasan teknik penilaian di SD

untuk semua kompetensi dasar yang mencakup sikap, pengetahuan,

keterampilan:

1) Penilaian Sikap

Penilaian sikap peserta didik dalam proses pembelajaran

mencakup kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler baik dari sikap

spritual maupun sosial. Penilaian sikap memiliki karakteristik

yang berbeda dari penilaian pengetahuan dan keterampilan,

sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda.

Penilaian sikap lebih ditujuakan untuk membina perilaku sesuai

budipekerti dalam rangka pembentukan karakter peserta didik

sesuai dengan proses pembelajaran.

a) Sikap spritual

Penilaian sikap spritual (KI-1), antara lain: (1) ketaatan

beribadah; (2) berperilaku syukur; (3) berdoa sebelum dan

sesudah melakukan kegiatan; dan (4) toleransi dalam

beribadah. Sikap spritual tersebut dapat ditambah sesuai

karakteristik atau satuan pendidikan.

b) Sikap sosial

Penilaian sikap sosial (KI-2) meliputi: (1) jujur; (2) disiplin;

(3) Tanggung jawab; (4) santun; (5) peduli; dan (6)percaya

diri.

c) Teknik penilaian sikap

Penilaian sikap di sekolah dasar dilakukan oleh guru kelas,

guru muatan pelajaran agama, PJOK, dan pembina

ekstrakurikuler. Teknik penilaian yang digunakan meliputi:

observasi, wawancara, catatan anekdot, catatan kejadian

tertentu sebagai unsur penilaian utama. Sedangkan teknik

penilaian diri dan antar-teman dapat dilakukan dalam

rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik,

sehingga hasilnya dapat dijadikan salah satu alat konfirmasi

dari hasil penelitian. Penilaian yang dilakukan oleh guru

kelas tidak dilaksanakan pada setiap kompetensi dasar.

Penilaian sikap dapat dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung, dan tidak hanya di dalam kelas. Hasil akhir

penilaian sikap berupa deskripsi yang menggambarkan

perilaku peserta didik. Penilaian sikap spritual dan sosial

dilaporkan kepada orangtua dan pelaku kepentingan

sekurang-kurangnya dua kali dalam satu semester.

2) Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan (KI-3) dilakukan dengan mengukur

penguasaan peserta didik yang mencakup pengetahuan faktual,

konseptual, dan prosedural dalam berbagai tingkatan proses

berpikir. Melalui penilaian tersebut diharapkan peserta didik

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

36

dapat menguasai kompetensi yang diharapkan. Untuk itu,

digunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan

kompetensi yang akan dinilai, yaitu tes tulis, lisan, dan

penugasan.

a) Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya secara

tertulis, berupa pilihan ganda, isian, benar-salah,

menjodohkan, dan uraian. Instrumen tersebut dapat

dikembangkan melalui langkah-langkah berikut.

(1) Melakukan analisis KD pada Tema, Subtema dan

pembelajaran.

(2) Menyusun kisi-kisi dilengkapi dengan KD, materi,

indikator soal, bentuk soal, jumlah soal, dan semua

kriteria lain yang diperlukan, yang menjadi dalam

pedoman penulisan soal.

(3) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan mengacu pada

kaidah-kaidah penulisan soal.

(4) Melakukan peskoran berdasarkan pedoman penskoran,

hasil peskoran dianalisis guru dipergunakan sesuai

dengan bentuk penilaian.

b) Tes lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang

diberikan pendidik secara lisan dan peserta didik merespon

pertanyaan tersebut secara lisan. Langkah-langkah

pelaksanaan tes lisan sebagai berikut:

(1) Melakukan analisis KD pada Tema, Subtema dan

pembelajaran.

(2) Menyusun kiri-kisi yang akan menjadi pedoman dalam

pembuatan pertanyaan, perintah yang harus dijawab

siswa secara lisan.

(3) Menyiapkan pertanyaan, perintah yang akan dijawab

siswa secara lisan.

(4) Melakukan tes dan analisis untuk mengetahui kekuatan

dan kelemahan peserta didik.

c) Penugasan

Penugasan adalah pemberian tugas kepada siswa untuk

mengukur dan/atau memfasilitasi siswa memperoleh atau

meningkatkan pengetahuan. Tugas dapat dikerjakan baik

secara individu maupun kelompok sesuai karakteristik tugas

yang diberikan, yang dilakukan di sekolah, di rumah dan di

luar sekolah.

3) Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan penilaian

kinerja, penilaian proyek, atau pportofolio, namun tidak semua

kompetensi dasar dapat diukur dengan teknik tersebut. Penilaian

keterampilah menggunakan angka dengan rentas skor 0 sampai

dengan 100 dan deskripsi. Teknik penilaian yang digunakan

sebagai beriku.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

37

a) Penilaian kinerja

Pada penilaian kinerja, penekanan penilaiannya dapat

dilakukan pada proses (praktik) maupun produk. Penilaian

kinerja yang menekankan pada proses misalnya memainkan

alat musik, menyanyi, bermain peran, menari dan

sebagainya. Penilaian produk misalnya membuat poster,

kerajinan, puisi dan sebagainya. Langkah penilaian kinerja

mencakup tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan

pengolahan.

b) Penilaian proyek

Penilaian proyek berupa rangkaian kegatan mulai dari

perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,

pengolahan, penyajian data, dan pelaporan. Ada empat hal

yang perlu dipertimbangkan, yaitu kemampuan

pengelolaan, relevansi, keaslian, inovasi dan kreativitas.

c) Portofolio

Portofolio dapat berupa dokumen atau teknik penialaian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan panduan

dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah adalah

sebagai berikut: (1) karya asli peserta didik; (2) saling

percaya antara guru danpeserta didik; (3) kerahasiaan

bersama antara guru dan peserta didik; (4) milik bersama

antara guru dan peserta didik; (5) kepuasan; (6) kesesuaian;

(7) penilaian proses dan hasil; (8) penilaian dan

pembelajaran; (9) bentuk portofolio.

c. Ciri-ciri Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013, hlm. 8) membagi beberapa ciri-

ciri hasil belajar yang dirinci dalam tabel berikut:

Tabel 2.2 Ciri Pendidikan, Belajar dan Perkembangan/hasil

No Unsur-unsur Pendidikan Belajar Perkembangan

1 Pelaku Guru sebagai

pelaku

mendidik dan

siswa yang

terdidik

Siswa yang

bertindak

belajar dan

pebelajar

Siswa yang

mengalami

perubahan

2 Tujuan Membantu

siswa untuk

menjadi

Memperoleh

hasil belajar

dan

Memperoleh

perubahan

mental

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

38

No Unsur-unsur Pendidikan Belajar Perkembangan

pribadi

mandiri yang

utuh

pengalaman

hidup

3 Proses Proses

interaksi

sebagai faktor

eksternal

belajar

Internal pada

diri pebelajar

Internal pada

diri pebelajar

4 Tempat Lembaga

pendidikan

sekolah dan

luar sekolah

Sembarang

tempat

Sembarang

tempat

5 Lama Waktu Sepanjang

hayat dan

sesuai jenjang

lembaga

Sepanjang

hayat

Sepanjang

hayat

6 Syarat

terjadi

Guru

memiliki

wibawa

pendidikan

Motivasi

belajar kuat

Kemauan

mengubah diri

7 Ukuran

keberhasilan

Terbentuk

pribadi

terpelajar

Dapat

memecahkan

masalah

Terjadinya

perubahan

positif

8 Faedah Bagi

masyarakat

mencerdaskan

kehidupan

bangsa

Bagi

pebelajar

mempertinggi

martabat

pribadi

Bagi

pembelajar

memperbaiki

kemajuan

mental

9 Hasil Pribadi

sebagai

pembangun

Hasil belajar

sebagai

dampak

Kemajuan

ranah kognitif,

afektif, dan

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

39

No Unsur-unsur Pendidikan Belajar Perkembangan

yang

produktif dan

kreatif

pengfajaran

dan pengiring

psikomotor.

Sumber : Buku Belajar dan Pembelajaran

d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2013, hlm. 54-60) mengemukakan bahwa hasil

belajar dipengaruhi oleh dua golongan saja yaitu, faktor intern dan

faktor ekstern yang dirinci sebagai berikut

a. Faktor Internal

1) Faktor Jasmaniah

a) Faktor kesehatan, artinya badan beserta bagiannya dalam

keadaan baik dan bebas dari penyakit.

b) Cacat tubuh, dapat berupa buta, setengah buta, tuli,

setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan

lain-lain

2) Faktor Psikologis

a) Intelegensi, adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya

dengan cepat.

b) Perhatian, adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa

itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal)

atau sekumpulan objek.

c) Minat, adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

d) Bakat, adalah kemampuan untuk belajar.

e) Motif, adalah penggerak atau pendorong terhadap

pencapaian tujuan belajar.

f) Kematangan, adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan

seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru.

g) Kesiapan, adalah kesediaan untuk memberi response atau

bereaksi.

3) Faktor kelelahan

b. Faktor Ekstern

1) Faktor keluarga

a) Cara orang tua mendidik, baik cara baik atau buruk akan

mempengaruhi anak dalam belajar.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

40

b) Relasi anggota keluarga, yaitu sejauh mana keterbukaan

antara anak dengan anggota keluarganya terutama orang

tua.

c) Suasana rumah, kebiasaan sehari-hari yang terjadi di dalam

rumah.

d) Keadaan ekonomi keluarga, ekonomi yang dimaksud

adalah keterpenuhan sandang, pangan dan papan serta

fasilitas belajar yang mendukung.

e) Pengertian orang tua, kebebasan yang dibatasi dalam

rumah.

f) Latar belakang kebudayaan, kebiasaan perilaku yang

ditunjukkan di rumah.

2) Faktor Sekolah

a) Metode mengajar, berhubungan dengan model, metode dan

pendekatan dari guru dalam belajar.

b) Kurikulum, kesesuaian dengan minat, bakat dan perhatian

siswa.

c) Relasi guru dengan siswa, interaksi yang dilakukan oleh

guru diluar kegiatan pembelajaran formal.

d) Relasi siswa dengan siswa, penyesuaian diri dengan teman

sejawatnya.

e) Disiplin sekolah, ketaatan terhadap aturan yang berlaku di

sekolah.

f) Alat pelajaran, media yang digunakan dalam penerapan

konsep kongkrit menuju abstrak.

g) Waktu sekolah, jam masuk dan jam keluar siswa dalam

kelas.

h) Standar pelajaran di atas ukuran, siswa yang berbeda akan

menerima respon yang berbeda pula.

i) Keadaan gedung, lingkungan yang memadai dalam

menunjang kegiatan belajar.

j) Metode belajar, pemberian tugas dan tes kepada siswa.

k) Tugas rumah, pemberian tugas yang sewajarnya.

3) Faktor masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

b) Media masa

c) Teman bergaul

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Berdasarkan pendapat ahli di atas penulis mengambil

kesimpulan bahwa, faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

adalah faktor internal yaitu dalam diri siswa Misalnya, minat, kebiasaan

dan kemampuan yang dimiliki siswa. Dan faktor eksternal yang ada di

luar diri siswa. Misalnya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

41

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau

kriteria dalam pencapaian suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat

tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh

perubahan tingkah laku yang baik. Salah satu yang mempengaruhi hasil

belajar siswa ialah proses belajar. jika proses belajar tidak optimal

sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

e. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa guru merupakan salah

satu faktor yang mampu membantu siswa dalam meningkatkan hasil

belajar di lingkungan sekolah baik di luar kelas maupun di dalam kelas.

Menurut Dana Ratifi Suwardi (2012, hlm. 35) cara untuk meningkatkan

hasil belajar siswa sebagai berikut:

1. Hendaknya keluarga menciptakan suasana rumah yang tenang

dan nyaman agar siswa dapat belajar dengan baik dirumah

sehingga mendapatkan nilai atau hasil belajar sesuai yang

diharapkan.

2. Siswa sebaiknya membagi waktu antara belajar dengan

kegiatan-kegiatan siswa baik di dalam sekolah maupun di luar

sekolah.

3. Hendaknya orang tua lebih memperhatikan media massa yang

digunakan oleh anak-anaknya agar media massa tersebut tetap

berpengaruh positif terhadap kegiatan belajarnya. faktor-

faktor Yang Mempengatuhi Hasil Belajar Siswa Kompetesi

Dasar Ayat jurnal Penyesuaian Mata Pelajaran Akutansi

kelas IX di SMA Negeri 1 Bae Kudus. 1 (2): 6.

Berdasarkan pendapat di atas punulis menyimpulkan bahwa,

Upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan

menerapkan konsep belajar yang membuat peserta didik belajar lebih

termotivasi, semangat untuk belajar, menarik dan tidak membosankan

dengan menggunakan media dan model yang relevan dengan situasi dan

kondisi siswa serta kelas. Dalam hal tersebutlah siswa dapat meningkat

kan hasil belajar yang lebih baik.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

42

4. Sikap Peduli

a. Pengertian Peduli

Peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan

bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan disekitar kita. Peduli

merupakan sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam

persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi. Sikap kepedulian

ditunjukan dengan sikap keterpanggilan untuk membantu mereka yang

lemah, membantu mengatasi penderitaan, dan kesulitan yang dihadapi

orang lain. Nel Noddings percaya bahwa siswa paling berkembang

menjadi manusia yang kompeten ketika mereka merasa dipedulikan.

(Erlangga, 2007: 263).

Menurut Agus Prasetyo dalam kurniawan (2013:42) “Peduli

adalah sikap dan tindakan selalu ingin memberi bantuan kepada orang

lain masyarakat yang membutuhkan”. Sedangkan menurut kurniawan

(2013:157) peduli sosial adalah sebuah tindakan, bukan hanya sebatas

pemikiran atau perasaan. Tindakan peduli tidak hanya tahu tentang

sesuatu yang salah atau benar, tapi ada kemauan gerakan sekecil apapun

untuk membantu sesama yang membutuhkan. Mulyadi (2010:44)

mendeskripsikan bahwa peduli sosial merupakan suatu tindakan

perilaku peduli manusia yang tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial

dan budaya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sikap peduli

adalah tindakan atau perilaku manusia dalam berinteraksi secara sosial

terutama di lingkungan sekolah terhadap sesama di lingkungannya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Peduli

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap peduli menurut Sarwono

(2004: 65), sebagai berikut:

a. Faktor Indogen

Faktor indogen adalah faktor yang mempengaruhii sikap sosial

anak yang datang dari dalam dirinya.

1) Faktor sugesti

Baik tidaknya sikap sosial anak dipengaruhi oleh sugestinya,

artinya apakah individu tersebut mau menerima tingkah laku

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

43

maupun prilaku orang lain, seperti perasaan senang,

kerjasama.

2) Faktor Identifikasi

Anak menganggap keadaan dirinya seperti persoalan orang

lain ataupun keadaan orang lain seperti keadaan dirinya akan

menunjukan perilaku sikap sosial positif, mereka lebih mudah

merasakaan keadaan orang sekitarnya, sedangkan anak yang

tidak mau mengidentifikasikan dirinya lebih cenderung

menarik diri dalam bergaul sehingga lebih sulit untuk

merasakan keadaan orang lain.

3) Faktor Imitasi

Imitasi dapat mendorong seseorang berbuat baik, dijelaskan

bahwa:

“Sikap seseorang dapat berusaha meniru bagai mana orang

yang merasakan keadaan orang lain maka ia berusaha meniru

bagaimana orang yang merasakan sakit, sedih, gembira, dan

sebagainya.

b. Faktor Eksogen

Menurut Soetjipto dan Sjafioedin (2001:22) dijelaskan bahwa: “

ada tiga faktor yang mempengaruhi sikap anak yaitu: “a) faktor

lingkungan keluarga, b) faktor lingkungan sekolah dan c) faktor

lingkungan masyarakat”. Berikut ini akan dijelaskan secara

singkat masing-masing faktor tersebut.

1) Faktor lingkungan keluarga

Keluarga merupakan tumpuan dari setiap anak, keluarga

merupakan lingkungan yang pertama dari anak dari keluarga

pulalah anak menerima pendidikan keluarga karenanya

keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam

perkembangan anak.

2) Faktor lingkungan sekolah

Keadaan sekolah seperti cara penyajian materi yang kurang

tepat serta anatara guru dengan murid mempunyai hubungan

yang kurang baik akan menimbulkan gejala kejiwaan yang

kurang baik bagi siswa yang akhirnya mempengaruhi sikap

sosial seorang siswa.

3) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan tempat berpijak para

remaja sebagai makhluk sosial. Anak dibentuk oleh

lingkungan masyarakat dan dia juga sebagai anggota

masyarakat,kalau lingkungan sekitarnya itu baik akan berarti

akan berarti sangat membantu didalam pembentukan

kepribadian dan mental seorang anak, begitu pula sebaliknya

kalau lingkungan sekiranya kurang baik akan berpengaruh

kurang baik pula terhadap sikap sosial seorang anak, seperti

tidak mau merasakan keadaan orang lain.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

44

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi sikap peduli adalah faktor indogen yang

merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap peduli anak yang

datang dari dalam dirinya sendiri. Sedangkan faktor eksogen yaitu

faktor yang mempengaruhi sikap peduli yang dating dari luar atau

lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah dan masyarakat.

c. Upaya Guru untuk Meningkatkan Sikap Peduli

Upaya untuk meningkatkan sikap peduli menurut Soetjipto dan

Sjafioedin (2001:22) adalah sebagai berikut:

a. Menunjukan atau memberikan contoh sikap kepedulian.

Memberikan nasihat pada anak tanpa disertai dengan contoh

langsung tidak akan memberikan efek yang besar. Jika sikap

anda dalam kehidupan sehari-hari menunjukan sikap peduli pada

sesama maka kemungkinan anak akan mengikutinya.

b. Melibatkan anak dalam kegiatan.

Biasakan untuk mengajak anak dalam kegiatan melibatkan dalam

keadaan atau kondisi yang terjadi

c. Tanamkan sifat saling menyayangi pada seama.

Menanamkan sifat saling menyayangi pada sesame dapat

diterapkan di rumah, misalnya dengan membantu orang tua,

kakak ataupun menolong seseorang.

d. Memberikan kasih sayang pada anak.

Dengan orang tua memberikan kasih sayang maka anak akan

merasa amat disayangi, dengan hal itu kemungkinan anak akan

memiliki sikap peduli kepada orang disekitarnya. Sedangkan

anak yang kurang mendapat kasih sayang justru akan cenderung

tumbuh menjadi anak yang peduli diri sendiri.

e. Mendidik anakuntuk tidak membeda-bedakan teman.

Mengajarkan pada anak untuk saling menyayangi terhadap

sesama teman tidak membedakan kaya atau miskin, warna kulit

dan juga agama.beri penjelasan bahwa semua orang itu sama

yaitu ciptaan Tuhan.

5. Pembelajaran Pada Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mengutamakan

pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, Siswa dituntut untuk

paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki

sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum 2013 bertujuan untuk

mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

45

sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,

inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Pembelajaran Kurikulum 2013 memilliki tiga ciri utama dalam

pembelajarannya, yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran yang secara

sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran

maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan tersebut,

peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara

utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Hal

itu sejalan dengan pendapat Trianto (2010: 83) Pembelajaran tematik

menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas

pembelajaran itu relevan dan penuh makana bagi siswa, baik aktivitas

formal maupun informal. Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: 1)

berpusat pada siswa; 2) memberikan pengalaman langsung; 3)

pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; 4) menyajikan konsep-

konsep dari berbagai mata pelajaran; 5) bersifat fleksibel; 6) hasil

pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; 7)

menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

(Hernawan, 2007: 131).

b. Pendekatan Scientific

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern

dalam pembelajarannya yaitu menggunakan pendekatan ilmiah atau

Scientific. Kemendikbud (2013: 9-11) menjelaskan pendekatan

Scientific adalah pembelajaran yang mendorong anak melakukan

keterampilan-keterampilan ilmiah, yaitu sebagai berikut: 1) mengamati;

2) menanya; 3) mengumpulkan informasi; 4) mengolah informasi; 5)

mengomunikasikan.

c. Penilaian Autentik

Pembelajaran Kurikulum 2013 menekankan kepada keaktifan

siswa dalam proses belajar, sehingga penilaian tidak hanya dilihat dari

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

46

hasil belajar saja namun juga dari proses belajar yang dialami siswa

baik pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Teknik penilain

autentik di sd adalah:

1) Sikap. Penilaian aspek sikap melalui observasi, penilaian diri,

penilaian antar teman, dan jurnal.

2) Pengetahuan. Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan tes tulis, tes

lisan, dan penugasan.

3) Keterampilan. Aspek keterampilan dapat dinilai dari kinerja atau

performance, projek, dan fortofolio

6. Analisis dan Pengembangan Metode Pembelajaran

a. Keluasan dan Kedalaman Materi

Tema Indahnya Kebersamaan merupakan salah satu tema yang

ada dalam daftar tema pada kurikulum 2013. Tema Indahnya

Kebersamaan memiliki 4 subtema dalam penerapannya. Salah satu

subtema dari tema yang ada dalam tema tersebut adalah subtema

Keberagaman Budaya Bangsaku pada subtema ini terdiri dari 6

Pembelajaran.

Terkait dengan penelitian ini, peneliti menggunakan

pembelajaran 1 sampai dengan pembelajaran 6 untuk bahan penelitian.

Dimana setiap pembelajaran terdiri dari beberapa mata pelajaran.

Pembelajaran 1 terdiri dari mata pelajaran SBdP, Bahasa Indonesia, IPS

dan PPKn. Pembelajaran 2 terdiri dari Bahasa Indonesia, Matematika,

SbdP. Pembelajaran 3 terdiri dari pelajaran PJOK, PPKn, dan IPS.

Pembelajaran 4 terdiri dari pelajaran IPS, IPA, PPKn. Pembelajaran 5

terdiri dari pelajaran IPA, Bahasa Indonesia, SBdP, Matematika dan

Pembelajaran 6 terdiri dari pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika.

Pada pembelajaran keberagaman budaya bangsaku seluruh aspek

sikap, pengetahuan dan keterampilan dikembangkan. Pada setiap

pembelajaran aspek sikap yang dikembangkan dalam penelitian ini

berupa sikap peduli.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

47

b. Karakteristik Materi

Karakteristik materi pembelajaran tema Indahnya Kebersamaan

dan subtema keberagaman budaya bangsaku yaitu:

1) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Dalam penjabaran materi tentunya merupakan perluasan dari

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang sudah

ditetapkan berikut adalah Kompetensi Inti (KI) yang terdapat pada

tema Indahnya Kebersamaan dan subtema Keberagaman budaya

bangsaku di Kelas IV: (1) Menerima dan menjalankan ajaran agama

yang dianutnya. (2) Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan

keluarga, teman, guru dan tetangganya. (3) Memahami pengetahuan

faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan

menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya

di rumah, sekolah dan tempat bermain. (4) Menyajikan pengetahuan

faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis,

dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi dasar pada tema Indahnya Kebersamaan subtema

Keberagaman budaya bangsaku yang merupakan suatu kesatuan ide

masing-masing dari setiap mata pelajaran dalam bagan berikut:

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

48

Gambar 2.1 Pemetaan Kompetensi Dasar KI-1 dan KI-2

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Guru Kelas IV (2013:

hlm. 1)

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

49

Gambar 2.2 Pemetaan Kompetensi Dasar KI-3 dan KI-4

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Guru Kelas IV (2013:

hlm. 2)

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

50

Adapun penerapan pembelajaran tema Indahnya Kebersamaan

subtema Keberagaman budaya bangsaku sebagai berikut:

Tabel 2.3 Ruang Lingkup Pembelajaran

Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Kompetensi yang

Dikembangkan

Pembelajaran

1

Mengenal keberagaman budaya

Indonesia

Memahami keberagaman

budaya

Berekspresi dengan lagu

Sikap:

Percaya diri dan rasa

ingin tahu

Pengetahuan:

Keberagaman budaya dan

lagu nasional

Keterampilan:

Berkomunikasi dan

mencari informasi

Pembelajaran

2

Bereksplorasi tentang sudut

dengan rumah adat

Memahami keberagaman

budaya rumah adat

Memahami keberagaman tarian

tradisional

Sikap:

Toleransi dan rasa ingin

tahu, dan teliti

Pengetahuan:

Keberagaman budaya

rumah adat, tarian

tradisional, dan sudut

Keterampilan:

Mengukur dan mencari

informasi

Pembelajaran

3

Memainkan permainan

tradisional

Mengamalkan sila pancasila

Menulis pengalaman

berinteraksi dengan orang lain

Sikap:

Toleransi, tekun, peduli

dan teliti

Pengetahuan:

Permainan tradisional,

poster, sila Pancasila, dan

keberagaman

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

51

Keterampilan:

Membuat poster dan

mencari informasi

Pembelajaran

4

Mengenal alat musik

tradisional

Bereksplorasi tentang sumber

bunyi

Berkreasi dengan bunyi

Bercerita tentang pengamalan

nilai-nilai Pancasila

Sikap:

Toleransi, Percaya diri,

Peduli dan rasa ingin tahu

Pengetahuan:

Musik tradisional,

sumber bunnyi, dan nilai-

nilai Pancasila

Keterampilan:

Kerja ilmiah, mengukur

besar sudut, menulis,

membuat rumah adat

Pembelajaran

5

Bereksplorasi tentang media

perambatan bunyi

Menulis laporan

Berkreasi membuat rumah adat

impian

Sikap:

Rasa ingin tahu, teliti,

dan kerja sama

Pengetahuan:

Media perambatan bunyi,

teks instruksi, sudut, dan

laporan

Keterampilan:

Kerja ilmiah, mengukur

besar sudut, menulis,

membuat rumah adat

Pembelajaran

6

Bereksplorasi dengan segi

banyak

Menganalisis teks cerita

Sikap:

Toleransi dan teliti

Pengetahuan:

Segi banyak, teks cerita,

kata baku dan tidak baku

Keterampilan:

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

52

Menghitung, mencari

informasi, dan membaca

peta

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Guru Kelas IV (2013:

hlm. 3)

Adapun dari setiap pembelajaran memiliki indikator yang di

petakan dalam buku panduan guru sebagai acuan untuk membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran, agar indikator yang menjadi acuan

guru untuk siswa dapat dicapai.

Adapun pemetaan indikator pembelajaran dapat dilihat sebagai

berikut:

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

53

Gambar 2.3 Pemetaan Indikator Pembelajaran 1

Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Guru Kelas IV (2013:

hlm. 4)

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

54

Gambar 2.4 Pemetaan Indikator Pembelajaran 2

Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Guru Kelas IV (2013:

hlm. 11)

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

55

Gambar 2.5 Pemetaan Indikator Pembelajaran 3

Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Guru Kelas IV (2013:

hlm. 18)

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

56

Gambar 2.6 Pemetaan Indikator Pembelajaran 4

Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Guru Kelas IV (2013:

hlm. 27)

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

57

Gambar 2.7 Pemetaan Indikator Pembelajaran 5

Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Guru Kelas IV (2013:

hlm. 33)

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

58

Gambar 2.8 Pemetaan Indikator Pembelajaran 6

Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Guru Kelas IV (2013:

hlm. 39)

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

59

c. Materi Pelajaran Pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku

a. Bahasa Indonesia

1) Mengolah informasi dari teks “Mengenal Suku Minang” dalam

bentuk peta pikiran

2) Menjelaskan persamaan antara dua rumah adat yang disajikan

3) Menjelaskan perbedaan antara dua rumah adat yang disajikan

4) Mempraktikkan langkah-langkah yang terdapat pada teks

percobaan perambatan bunyi

5) Menyajikan langkah-langkah percobaan dalam bentuk laporan

6) Menemukan kosakata baku untuk mengganti kosakata tidak baku

dalam teks cerita

7) Menuliskan cerita pengalaman mengunjungi suatu tempat dengan

pilihan kata yang tepat dan runtut

b. Matematika

1) Membedakan jenis sudut lancip, tumpul, dan siku-siku

2) Mengukur besar sudut dengan menggunakan busur

3) Mendeskripsikan bentuk-bentuk sudut

4) Mendesain rumah adat impian dengan memperhatikan penggunaan

sudut lancip, tumpul, dan siku-siku

5) Membedakan segi banyak dan bukan segi banyak

c. IPA

1) Menjelaskan sumber bunyi dalam bentuk tulisan

2) Membandingkan bunyi yang dihasilkan oleh benda yang bergetar

3) Menjelaskan perambatan sumber bunyi

4) Membandingkan hasil percobaan perambatan bunyi melalui padat,

cair, dan gas

d. IPS

1) Menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati

keberagaman dalam bentuk tulisan

2) Menjelaskan nilai-nilai yang dipelajari pada saat mempraktikkan

permainan tradisional yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

60

3) Menceritakan pengalamannya menjaga keharmonisan hubungan

dengan teman sebagai pengamalan nilai-nilai Pancasila

e. SBdP

1) Menyanyikan lagu “Aku Anak Indonesia” dengan tinggi rendah

nada yang sesuai

2) Menjelaskan (asal, keunikan gerakan) salah satu tarian adat (tari

Kipas)

3) Mendesain gambar rumah adat impian dengan teknik kolase

f. PJOK

1) Mempraktikkan permainan tradisional dengan teknik bermain yang

benar

g. PPKn

1) Menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk

tulisan

2) Menjelaskan ciri khas suku Minang dalam bentuk peta pikiran

3) Menuliskan contoh perilaku sebagai bentuk kebanggaan menjadi

anak Indonesia

4) Menuliskan makna dari tiap sila Pancasila dalam bentuk peta

pikiran

5) Menjelaskan perilaku yang sesuai dengan sila-sila Pancasila dalam

bentuk tulisan

6) Mendesain poster tentang persatuan

7) Menceritakan pengalaman mengamalkan nilai-nilai Pancasila

dalam kehidupan sehari-hari

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

61

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut hasil penelitian yang dilakukan terkait dengam model

pembelajaran Problemt Based Learning diantaranya:

Penelitian oleh May Sharah (2016) diperoleh hasil bahwa dalam

pembelajaran dengan Tema Lingkungan siswa kelas II SDN Sukalaksana I

Kec. Sucinokja Kab. Garut dengan penerapan model Problem Based Learning

dapat meningkatakan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Aktivitas dan

prestasi belajar siswa menunjukkan peningkatan yang baik untuk setiap siklus

hal ini terlihat dari hasil belajar pada siklus I: siswa yang tuntas mencapai

KKM sekitar 13 orang atau sebesar 52% dan 12 orang siswa atau sekitar 48%

belum mencapai KKM. Pada siklus II: Mencapai 88% sekitar 22 orang

mencapai KKM dan 3 orang atau sekitar 12 % belum mencapai KKM . hal ini

sudah melibihi target yang dinginkan yaitu sebesar 80% sehingga peneliatan

ini dapat dikatakan berhasil.

Adapun hasil Penelitian oleh Arifin Rohman (2016) Diperoleh hasil

bahwa dalam pembelajaran Pada Subtema Wujud Benda dan Cirinya siswa

kelas V SDN Halimun bandung dengan penerapan model Problem Based

Learning dapat meningkatakan motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi dan

hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan yang baik untuk setiap siklus hal

ini terlihat dari hasil belajar pada siklus I: 28 orang jumlah siswa kelas V,

yang telah mencapai ketuntasan 20 orang siswa atau sebesar 71,24% dari

keseluruhan siswa dan yang belum mencapai ketuntasan 8 orang atau sebesar

28,57%. pada siklus II: Siswa kelas mencapai ketuntasan sebanyak 23 orang

siswa atau sebesar 82,14% hal ini menunjukkan peningkatan 10,72% dari

siklus sebelumnya yaitu siklus I. Dan 5 orang siswa atau sebesar 17,85% yang

belum bisa mencapai ketuntasan. pada siklus III: Siswa yang sudah mencapai

ketuntasan sebanyak 28 orang atau sebesar 100% dari keseluruhan siswa.

sehingga peneliatan ini dapat dikatakan berhasil.

Sedangkan, penelitian oleh Annisa Patonah (2014) diperoleh hasil

yang didapat setelah menerapkan model project based learning adalah positif

yakni dapat menumbuhkan sikap kerjasama siswa dalam kemampuan

menganalisis siswa pada subtema selalu hemat energi kelas IV SDN Pinggiran

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

62

I, Pada penelitian siklus pertama sikap kerja sama siswa dan menganalisis

siswa sudah baik, kemudian pada siklus kedua sikap kerja sama dan

menganalisis siswa sangat baik sikap kerja samanya pun meningkat dari 40%

menjadi 80%. Setelah membandingkan Haasil belajar dari setiap siklusnya,

pada siklus I siswa yang mencapai KKM sebanyak 20 dari 31 siswa atau jika

dipersentasekan 64,51% dengan nilai rata-rata hasil belajar 56,61. Pada siklus

II siswa yang mencapai KKM sebanyak 29 siswa dari 31 siswa atau jika

dipersentasekan 93,54% dengan nilai rata-rata 70,48. Dapat disimpulkan

bahwa model project based learning mampu meningkatkan sikap kerjasama

dan kemampuan menganalisiswa siswa Kelas IV SDN Pinggirsari 1 Pada

Subtmema Selalu Hemat Energi.

C. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini di lakukan berdasarkan kondisi awal peserta didik

dengan menerapkan pembelajaran yang konvensional. Dari hasil observasi

kondisi awal peserta didik seperti yang dijelaskan dalam latar belakang peserta

didik SD Negeri 8 Manggar yang mengalami kendala yaitu peserta didik pasif

karena model yang digunakan guru monoton. Media yang digunakan oleh

guru kurang menarik bagi siswa sehingga siswa sulit memecahkan

permasalahan atau tantangan yang diajukan oleh guru. Kurang pedulinya sikap

peserta didik terhadap lingkungan sekitar atau sekolah yang dilihat dari sikap

siswa yang selalu membuang sampah sembarangan, wc kotor, banyak sampah

di dalam kelas, serta coretan di atas meja dan dinding, kurang menjaga keasrian,

keindahan, dan kebersihan lingkungan sekolah. perhatian terhadap kebersihan

kelas dan lingkungan sekolah rendah, jika ada yang yang berselisih

(bertengkar) siswa kurang peduli, kurang Berpartisipasi dalam kegiatan kerja

bakti di sekolah. Akibatnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran

kurang maksimal.

Oleh karena itu, penulis berupaya menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning, model ini memberikan kesempatan pada guru untuk

mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek memuat

tugas-tugas yang kompleks berdasarkan pada pertanyaan dan permasalahan

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

63

yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan

masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta

memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja secara mandiri dalam

menyelesaikan tugas yang dihadapinya.

Pendekatan model pembelajaran yang dipilih guru dalam

menyampaikan suatu materi pembelajaran hendaknya mendukung untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Semakin tepat dan sesuai dalam memilih

model dan metode pembelajaran, berarti memberikan hasil yang lebih baik.

Melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa akan

dilatih untuk bisa memecahkan masalah yang dihadapi dan bisa meningkatkan

sikap peduli terhadap pembelajaran. Senada dengan pendapat Rusman (2010:

242) PBL memiliki tujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis,

keterampilan memecahkan masalah, percaya diri dan kerjasama yang

dilakukan dalam PBL mendorong munculnya berbagai keterampilan sosial

dalam berpikir.

Pada siklus I peneliti akan melakukan penyesuaian proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL), siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan

memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Pada siklus II

peneliti akan melakukan evaluasi dan refleksi dari siklus I dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa

secara berkelompok memperhatikan dan mendiskusikan topik permasalahan

yang diberikan oleh guru.

Apabila pada siklus II sudah menunjukkan perubahan atau peningkatan

yang sangat signifikan, maka penelitian cukup hanya dengan dua siklus. Akan

tetapi, apabila masih belum terlihat peningkatan, maka akan dilakukan

perbaikan-perbaikan dari hasil evaluasi dan refleksi dari siklus II tersebut yang

akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan siklus III

Setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

dalam proses belajar mengajar siswa tidak hanya menghafal informasi yang

diberikan guru, melainkan memahami informasi yang diberikan oleh guru.

Sehingga dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

64

sikap peduli dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 8 Manggar pada

subtema Keberagaman budaya bangsaku dapat meningkat. Secara sistematis,

alur kerangka pemikiran dalam melaksanakan penelitian ini dapat dilihat pada

bagan berikut ini:

Bagan 2.1

Alur Kerangka Berpikir

D. Asumsi Dan Hipotesis

1. Asumsi

Model PBL adalah salah satu model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan yang dapat digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran pada subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SD

Negeri 8 Manggar, dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat

meningkatkan sikap peduli dan hasil belajar siswa.

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Guru menggunakan metode

ceramah, pembelajaran masih

berupusat pada guru

Siswa/yang diteliti:

Sikap peduli dan hasil

belajar rendah dan

mengakibatkan proses

pembelajaran menjadi

pasif Menerapkan Model PBL

Siklus I

Siklus II

Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based

learning, sikap peduli dan

hasil belajar siswa kelas IV

SD Negeri Asmi Kota

Bandung Meningkat

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANrepository.unpas.ac.id/30703/3/12. BAB II.pdf · yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme

65

2. Hipotesis

a. Hipotesis tindakan secara umum

Berdasarkan perumusan masalah, hipotesis tindakan sebagai berikut,

Jika Guru menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) pada Subtema Keberagaman Budaya

Bangsaku maka Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 8 Mangggar

akan meningkat.

b. Hipotesis tindakan secara khusus

1) Jika guru melaksanakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) sesuai dengan langkah-langkah

pembelajarannya pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku

maka Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 8 Manggar akan

meningkat.

2) Jika guru menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) pada Subtema Keberagaman Budaya

Bangsaku maka hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 8 Manggar

akan meningkat.

3) Jika guru menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) pada Subtema Keberagaman Budaya

Bangsaku maka sikap peduli siswa kelas IV SD Negeri 8 Manggar

akan meningkat.

4) Jika guru menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) pada Subtema Keberagaman Budaya

Bangsaku kelas IV SD Negeri 8 Manggar maka guru akan

menemukan hambatan-hambatan yang berasal dari guru, siswa dan

lingkuungan sekolah.

5) Jika guru berupaya mengatasi hambatan pembelajaran pada

Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kelas IV SD Negeri 8

Manggar maka sikap dan hasil belajar siswa mampu meningkat.