34
14 BAB II KAJIAN TEORI Konsep penelitian yang akan dibahas dalam kajian teori ini antara lain tentang penanaman nilai, toleransi beragama, dan SMP (Sekolah Menegah Pertama). Adapun penjelasan dari kajian teori tersebut sebagai berikut : A. Tinjauan tentang Penanaman Nilai 1. Pengertian Penanaman Nilai Manusia dalam kehidupan akan selalu berhubungan dengan nilai. Misalnya yaitu ketika seseorang mengatakan orang lain baik atau buruk, hal ini menandakan adanya suatu penilaian terhadap suatu objek, baik dan buruk itu adalah contoh nilai. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Dalam bahasa Inggris, nilai diartikan sebagai value yaitu suatu harga, penghargaan, atau taksiran. Maksudnya yaitu harga yang melekat pada sesuatu atau penghargaan terhadap sesuatu. Bambang Daroeso (Muchson AR, 2000: 16) mengemukakan bahwa nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang. Nilai sendiri memiliki arti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (W.J.S. Purwadarminta, 2002: 677). Nilai itu

BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

14

BAB II

KAJIAN TEORI

Konsep penelitian yang akan dibahas dalam kajian teori ini antara lain

tentang penanaman nilai, toleransi beragama, dan SMP (Sekolah Menegah

Pertama). Adapun penjelasan dari kajian teori tersebut sebagai berikut :

A. Tinjauan tentang Penanaman Nilai

1. Pengertian Penanaman Nilai

Manusia dalam kehidupan akan selalu berhubungan dengan nilai.

Misalnya yaitu ketika seseorang mengatakan orang lain baik atau buruk,

hal ini menandakan adanya suatu penilaian terhadap suatu objek, baik dan

buruk itu adalah contoh nilai. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu,

menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai

berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

Dalam bahasa Inggris, nilai diartikan sebagai value yaitu suatu

harga, penghargaan, atau taksiran. Maksudnya yaitu harga yang melekat

pada sesuatu atau penghargaan terhadap sesuatu. Bambang Daroeso

(Muchson AR, 2000: 16) mengemukakan bahwa nilai adalah suatu

kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu

tingkah laku seseorang.

Nilai sendiri memiliki arti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau

berguna bagi kemanusiaan (W.J.S. Purwadarminta, 2002: 677). Nilai itu

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

15

praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga

secara obyektif di dalam masyarakat (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:

110). Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini

sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola

pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku. Oleh karena itu, sistem

nilai dapat merupakan standard umum yang diyakini, diserap dari keadaan

objektif maupun diangkat dari keyakinan, sentimen (perasaan umum)

maupun identitas yang diberikan atau diwahyukan oleh Allah SWT, yang

pada giliranya merupakan sentimen (perasaan umum), kejadian umum,

identitas umum yang oleh karenanya menjadi syariat umum (Abu Ahmadi

dan Noor Salimi, 2008: 202).

Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Chabib Thoha (1996: 61)

mengartikan bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal,

nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan

salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang

dikehendaki dan tidak dikehendaki. Sedang Chabib Thoha sendiri nilai

merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang

telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang

meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi

manusia sebagai acuan tingkah laku.

Dalam buku Lubis dan Zubaedi (2008: 17) Sidi Gazalba

mengungkapkan bahwa nilai adalah sesuatu yang abstrak dan ideal. Nilai

bukan benda konkret, bukan fakta yang tidak hanya sekedar penghayatan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

16

yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, yang disenangi dan yang tidak

disenangi. Nilai itu terletak antara hubungan subjek penilai dengan objek”.

Milton dan James Bank menjelaskan bahwa nilai adalah suatu

kepercayaan seseorang yang harus bertindak atau menghindari suatu

tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan,

dimiliki dan dipercayai (Lubis dan Zubaedi, 2008: 16 ). Sedangkan sistem

nilai adalah ketentuan umum yang merupakan pendekatan kepada hakikat

filosofi dari tiga hal yaitu keyakinan, sentiment, dan identitas (Abu

Ahmadi dan Noor Salimi, 2008: 202). Dari beberapa pengertian tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak dan

melekat pada suatu objek. Dengan adanya nilai seseorang dapat

mengetahui tentang baik dan buruknya sesuatu.

Steeman (Sjarkawi, 2005: 29) berpendapat bahwa nilai adalah

yang memberikan makna hidup, yang memberi pada hidup ini titik tolak,

isi, dan tujuan. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai

dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan,

nilai selalu menyangkut tindakan. Nilai dapat dianggap keharusan, suatu

cita yang menjadi dasar bagi keputusan yang diambil seseorang. Nilai-nilai

itu merupakan bagian kenyataan yang tidak dapat dipisahkan atau

diabaikan. Setiap orang yang bertingkah laku sesuai dengan seperangkat

nilai, baik nilai yang sudah merupakan hasil pemikiran yang tertulis

maupun yang belum.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

17

Ada beberapa ahli yang memberikan definisi berbeda-beda

mengenai istilah nilai, di antaranya yaitu Djahiri dan Wahab (1996: 22)

yang menyatakan bahwa nilai adalah “sesuatu yang berharga, baik

menurut standar logika (benar-salah), estetika (baik-buruk), etika (adil-

tidak adil), agama (dosa dan halal haram), dan hukum (sah-absah), serta

menjadi acuan dan atau sistem keyakinan diri maupun kehidupan”. Nilai-

nilai ada dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan baik dalam

keilmuan, maupun dalam Ipoleksosbudhankam. Selain itu, Frankel (1977:

6) menjelaskan bahwa nilai adalah suatu idea atau konsep tentang segala

sesuatu yang berharga dalam kehidupan manusia.

Sedangkan penanaman adalah proses (perbuatan, cara)

menanamkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 1002). Jadi yang

dimaksud dengan penanaman di sini adalah bagaimana usaha seseorang

atau seorang guru menanamkan suatu nilai kepada anak didiknya yang

dilandasi oleh pemahaman terhadap berbagai kondisi agama berbeda-beda.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

penanaman nilai adalah suatu proses menanamkan sesuatu yang berharga

yang melekat pada suatu objek. Salah satu contoh yang terkait dengan

penanaman nilai yaitu kegiatan ESQ yang merupakan kegiatan yang

memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn spritual

dengan psikoanalitik dan ilmu pengetahuan secara cerdas dan meyakinkan.

Menurut Ary Ginanjar (2008: 13) ESQ, kecerdasan spiritual adalah

kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku,

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

18

kegiatan, serta kemampuan menyinergikan IQ, EQ, dan SQ secara

komprehensif.

2. Macam-Macam Nilai

Noeng Muhadjir (Lubis dan Zubaedi, 2008: 18) beranggapan

bahwa nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yang akhirnya

menyebabkan terdapat bermacam-macam nilai, antara lain:

a. dilihat dari kemampuan jiwa manusia, nilai dapat dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu nilai yang statis seperti kognisi,

emosi, konasi, dan psikomotor. Kemudian nilai/kemampuan yang

dinamik, seperti motif, berafiliasi, dan motif berprestasi;

b. berdasarkan pendekatan budaya manusia, nilai hidup dapat dibagi

menjadi tujuh kategori yaitu nilai ilmu pengetahuan, nilai

ekonomi, nilai keindahan, nilai politik, nilai keagamaan, nilai

kekeluargaan, dan nilai kejasmanian;

c. nilai bisa dilihat dari sumbernya, terdapat 2 jenis yaitu nilai

Ilahiyah dan nilai insaniah. Nilai Ilahiyah adalah nilai yang

bersumber dari agama (wahyu Allah), sedangkan nilai insaniyah

adalah nilai yang dicitakan oleh manusia atas dasar criteria yang

diciptakan oleh manusia pula;

d. dilihat dari segi ruang lingkup dan keberlakuannya, nilai dapat

dibagi menjadi nilai-nilai universal dan nilai-nilai local. Tidak

semua nilai- nilai agama itu universal, demikian pula ada nilai-

nilai insaniyah yang bersifat universal. Dari segi keberlakuan

masanya, nilai dapat dibagi menjadi nilai-nilai abadi, nilai pasang

surut, dan nilai temporal;

e. ditinjau dari segi hakikatnya, nilai dapat dibagi menjadi nilai

hakiki (Root Values) dan nilai instrumental. Nilai-nilai yang

hakiki itu bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai

instrumental dapat bersifat likal, pasang surut, temporal.

Kemudian Robert W. Rickey (Muchson AR, 2000: 19) membagi

nilai menjadi tujuh macam yaitu nilai intelektual, nilai personal dan fisik,

nilai kerja, nilai penyesuaian, nilai sosial, nilai keindahan dan nilai

rekreasi. Sementara itu Notonegoro membagi nilai menjadi tiga macam

yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

19

a. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi

kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.

b. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia

untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani

manusia. Nilai kerohanian ini meliputi:

1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (cipta, budi, rasio)

manusia

2) Nilai keindahan atau nilai estetika yang bersumber pada

unsur perasaan manusia.

3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur

kehendak (karsa) manusia.

4) Nilai religious (agama) yang merupakan nilai kerohanian

tertinggi dan mutlak bersumber pada kepercayaan atau

keyakinan manusia.

Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh

dalam kehidupan sehari-hari. Jika seorang siswa dapat menjawab suatu

pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab

pertanyaan, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk

karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada

tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah apabila

kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan,

atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang

bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah

lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak

suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa lukisan itu

indah.

Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang

menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia. Moral selalu

berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

20

Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral

inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.

Berdasarkan Pancasila nilai ada lima yaitu:

a. Nilai Ketuhanan: yang mengandung arti adanya pengakuan dan

keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam

semesta;

b. Nilai Kemanusiaan: yang mengandung arti kesadaran sikap dan

perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama

atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu

hal sebagaimana mestinya;

c. Nilai Persatuan: yang mengandung makna usaha ke arah bersatu

dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. Nilai Kerakyatan: nilai yang mengandung makna suatu

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan

cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga

perwakilan;

e. Nilai Keadilan: yang mengandung makna sebagai dasar sekaligus

tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan

Makmur secara lahiriah ataupun batiniah;

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Noor Salimi (2008: 203)

nilai dibagi menjadi dua yaitu:

a. Nilai Ilahi yaitu nilai yang bersumber pada Alquran dan sunnah;

b. Nilai yang mondial (duniawi) yang berupa ra’yu (pikiran), adat istiadat

dan kenyataan alam;

Bagi umat Islam sumber nilai yang tidak berasal dari Alquran

dan Sunnah hanya digunakan sepanjang tidak menyimpang atau yang

menunjang sistem nilai yang bersumber kepada Alquran dan Sunnah.

Dengan kata lain nilai yang tidak ada dalam Alquran dan Sunnah serta

tidak menyimpang maka akan digunakan, tetapi terlebih dahulu dalam

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

21

Islam nilai yang utama digunakan adalah nilai yang bersumber dari

Alquran dan Sunnah.

Di mata Wahib ada dua nilai dalam Islam: nilai yang kontekstual

dan nilai yang tetap. Nilai yang kontekstual memprasyaratkan ”kalau nilai-

nilai yang berlaku dalam masyarakat itu berkembang, seharusnyalah

hukum-hukum Islam itu berkembang.” Sedangkan, untuk nilai-nilai yang

tetap, Wahib menyebutnya dengan ”a well tested framework of values,”

berupa keadilan, persamaan dan toleransi (Sidiq Fatonah, 2012: 81 - 82).

3. Ciri-ciri Nilai

Selain memiliki tujuan dan fungsi, nilai juga memiliki ciri-ciri, di

antaranya yaitu:

a. Nilai itu berkaitan dengan subjek. Apabila tidak ada subjek yang

menilai maka tidak ada nilai juga.

b. Nilai tampil dalam suatu konteks yang praksis dan subjek ingin

membuat sesuatu.

c. Nilai menyangkut sifat-sifat yang ditambah oleh subyek pada sifat

yang dimiliki objek (Bertens, 2007: 141).

Sementara itu menurut Bambang Daroeso nilai memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai

yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Misalnya, orang yang

memiliki kejujuran;

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

22

b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-

cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das

sollen);

c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah

pendukung nilai. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini

menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat

ketakwaan (Herwan Priyanto, 2012: 1).

4. Strategi atau Metode Penanaman Nilai

Pendidikan nilai merupakan suatu metode yang dapat

disampaikan secara langsung atau tidak langsung. Metode langsung dapat

dimulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya

indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian

secara langsung pada ajaran dengan melalui mendiskusikan,

mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya. Metode tidak

langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan

tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik

dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah ini dimanfaatkan

untuk mengembangkan perilaku yang baik bagi anak didik (Darmiyati

Zuchdi, 2003: 4).

Menurut Kirschenbaum (1995: 7) pendidikan nilai yang

dilakukan tidak hanya menggunakan strategi tunggal saja, seperti melalui

indoktrinasi, melainkan harus dilakukan secara komprehensif. Strategi

tunggal dalam pendidikan nilai sudah tidak cocok lagi apalagi yang

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

23

bernuansa indoktrinasi. Pemberian teladan atau contoh juga kurang efektif

diterapkan, karena sulitnya menentukan siapa yang paling tepat untuk

dijadikan teladan.

Istilah komprehensif yang digunakan dalam pendidikan nilai

mencakup berbagai aspek di antarnya yaitu:

a. Pendidikan nilai harus komprehensif meliputi semua permasalahan

yang berkaitan dengan nilai, mulai dari pilihan nilai-nilai yang bersifat

pribadi sampai pertanyaan-pertanyaan mengenai etika secara umum.

b. Metode yang digunakan dalam pendidikan nilai juga harus

komprehensif. Termasuk di dalamnya inkulkasi (penanaman) nilai,

pemberian teladan, dan penyiapan generasi muda agar dapat mandiri

dengan mengajarkan dan memfasilitasi pembuatan keputusan moral

secara bertanggung jawab dan keterampilan-keterampilan hidup yang

lain. Generasi muda perlu memperoleh penanaman nilai-nilai

tradisional dari orang dewasa yang menaruh perhatian kepada mereka,

yaitu para anggota keluarga, guru, dan masyarakat. Mereka juga

memerlukan teladan dari orang dewasa mengenai integritas

kepribadian dan kebahagiaan hidup. Demikian juga mereka perlu

memperoleh kesempatan yang mendorong mereka memikirkan dirinya

dan mempelajari keterampilan-keterampilan untuk mengarahkan

kehidupan mereka sendiri.

c. Pendidikan nilai hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses

pendidikan, seperti di kelas, dalam kegiatan ekstrakurikuler, dalam

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

24

proses bimbingan dan penyuluhan, dalam upacara-upacara pemberian

penghargaan, dan dalam semua aspek kehidupan. Contoh-contoh

mengenai hal tersebut misalnya tercermin dalam kegiatan yang

dilakukan oleh siswa seperti belajar kelompok, penggunaan bahan-

bahan bacaan dan topik-topik tulisan mengenai kebaikan. Penggunaan

klarifikasi nilai dan dilema moral, pemberian teladan tidak merokok,

tidak korup, tidak munafik, dermawan, kejujuran, menyayangi sesama

mahluk ciptaan Tuhan, dan lain sebagainya.

d. Pendidikan nilai hendaknya terjadi melalui kehidupan dalam

masyarakat. Orang tua, lembaga keagamaan, aparat penegak hukum,

polisi, organisasi kemasyarakatan, semua perlu berpartisipasi dalam

pendidikan nilai. Konsistensi semua pihak dalam melaksanakan

pendidikan nilai mempengaruhi kualitas moral generasi muda

(Kirschenbaum, 1995: 9-10).

Dari uraian di atas menunjukan bahwa ada beberapa metode yang

dapat digunakan untuk menginternalisasikan nilai. Pendidikan nilai dapat

dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja. Dengan adanya pendidikan

nilai diharapkan generasi muda yang akan datang dapat berperilaku sesuai

dengan aturan masyarakat yang ada.

B. Tinjauan tentang Toleransi Antarumat Beragama di Indonesia

1. Pengertian Toleransi Antarumat Beragama

Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama

yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

25

terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh

mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama,

di mana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan

keberadaan agama-agama lainnya atau suatu sikap atau perilaku manusia

yang tidak menyimpang dari aturan, seseorang menghargai atau

menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.

Dalam ilmu biologi misalnya istilah toleransi dipakai untuk

membiarkan terus bertumbuhnya sebuah kelainan biologis di tubuh

seseorang, misalnya kutil. Kutil yang tumbuh di tubuh saya mestinya

dibinasakan, namun saya membiarkannya saja, toh tidak terlalu

mengganggu. Dengan demikian, keberadaan kutil itu sangat tergantung

dari kemauan dan kerelaan saya. Di bidang ilmu kedokteran istilah ini

dipergunakan untuk mengacu kepada bahan-bahan yang diizinkan guna

pengobatan. Misalnya, di dalam pengobatan kanker yang memakai

penyinaran, maka harus sungguh-sungguh diatur dalam batas-batas

toleransi agar pengobatan itu tidak berubah menjadi penyakit baru. Dalam

ilmu tumbuh-tumbuhan istilah ini dipakai untuk mengacu kepada

kemampuan suatu organisme menolak pengaruh suatu parasit virus atau

dari faktor-faktor lingkungan (Djohan Effendi, 2011: 81). Sedangkan

dalam bahasa Arab toleransi adalah tasamuh, menurut formulasi ini, yaitu

“keinginan untuk membiarkan dan sabar terhadap orang lain yang pikiran

dan cara hidupnya berbeda, tanpa merusak iman”. Seterusnya, “toleransi

juga berarti memberikan kebebasan terhadap orang dan kelompok lain

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

26

untuk beribadah, dan mengatur kehidupan mereka selama tidak

bertentangan dengan kondisi stabilitas masyarakat.” Definisi ini

menunjukkan pembatasan sikap toleransi: iman umat dan kestabilan

masyarakat (Djohan Effendi, 2011: 328).

Secara prinsipil, apa yang dikemukakan Djohan Effendi dan

Nurcholish Madjid, tak jauh berbeda dengan pandangan Abdurrahman

Wahid yang menekankan pluralisme dalam bertindak dan berpikir. Inilah

menurutnya yang melahirkan toleransi. Sikap toleran tidak bergantung

pada tingginya tingkat pendidikan formal atau pun kepintaran pemikiran

secara alamiah, tetapi merupakan persoalan hati dan perilaku. Bahkan,

seringkali semangat ini terdapat justru pada mereka yang tidak pintar juga

tidak kaya, yang biasanya disebut ”orang-orang terbaik” (Mohammad

Takdir Ilahi, 2012: 99).

Toleransi merupakan sebuah keniscayaan untuk membendung

arus-arus intoleransi (Zuhairi Misrawi, 2008: xl). Toleransi sendiri berasal

dari bahasa latin, yaitu “tolerantia” yang berarti kelonggaran, kelembutan

hati, keringanan, dan kesabaran. Dengan kata lain, toleransi merupakan

suatu sikap untuk memberikan hak sepenuhnya kepada orang lain agar

bebas menyampaikan pendapat kendatipun pendapat tersebut belum tentu

benar atau berbeda. Secara etimologis, istilah toleransi juga dikenal sangat

baik di dataran Eropa, terutama pada masa revolusi Perancis. Hal itu

terkait dengan slogan kebebasan, persamaan, dan persaudaraan yang

menjadi inti revolusi di Perancis. Ketiga istilah tersebut mempunyai

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

27

kedekatan etimologis dengan istilah toleransi. Secara umum istilah

tersebut mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela, dan

kelembuatan. Bila ditarik dalam ruang sosiologis, toleransi dapat dipahami

sebagai sikap dan gagasan yang menggambarkan berbagai kemungkinan

(Moh. Yamin dan Vivi Aulia, 2011: 5).

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abdul Halim (2008) dalam

arikel yang berjudul “Menggali Oase Toleransi”, menyatakan “Toleransi

berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerantia, berarti kelonggaran,

kelembutan hati, keringanan, dan kesabaran”. Secara umum, istilah ini

mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, sukarela, dan kelembutan.

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

(UNESCO) mengartikan toleransi sebagai sikap “saling menghormati,

saling menerima, dan saling menghargai di tengah keragaman budaya,

kebebasan berekspresi, dan karekter manusia”. Untuk itu, toleransi harus

didukung oleh cakrawala pengetahuan yang luas, bersikap terbuka, dialog,

kebebasan berfikir dan beragama. Singkatnya toleransi setara dengan

bersikap positif dan menghargai orang lain dalam rangka menggunakan

kebebasan asasi sebagai manusia.

Begitu pula dengan pendapat Djohan Effendi (2011: 33), di mana

ia berpendapat bahwa tidak ada pertentangan logis antara beriman dan

menjadi toleran. Justru sebaliknya, toleransi bersumber dari iman yang

benar dan seharusnya menjadi bagian identitas agama. Seringkali “orang-

orang sekuler” mempertentangkan keteguhan beriman dengan toleransi,

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

28

seolah tidak mungkin menjadi kesatuan: orang yang beriman pasti tidak

toleran dan sebaliknya orang yang toleran pasti tidak beriman. Sedangkan

terkait dengan militan Djohan berpendapat bahwa “toleransi militan”

adalah suatu pandangan bahwa perjuangan untuk mewujudkan toleransi

antaragama dan antariman bisa merupakan bagian dari pergumulan iman

sejati.

Menurut Soerjono Soekanto (2002: 518), toleransi adalah suatu

sikap yang merupakan perwujudan pemahaman diri terhadap sikap pihak

lain yang tidak disetujui. Sedangkan Gerald O’ Collins SJ dan Edward G.

Farrugia SJ (1996: 335) memberikan pengertian bahwa toleransi adalah

membiarkan dalam damai orang-orang yang mempunyai keyakinan dan

praktik hidup yang lain. Kemudian menurut Asyraf Abdul Wahab,

toleransi dalam konteks sosial-budaya merupakan keniscayaan. Pada

hakikatnya, setiap masyarakat yang plural membutuhkan kedamaian dan

perdamaian. Kedua hal tersebut adalah toleransi. Secara lebih tegas,

toleransi merupakan sikap moderat yang bisa menghubungkan ketegangan

antara pihak yang berbeda dalam paham dan kepentingan tertentu.

Toleransi menjadi pembangun tingkat kesadaran maha tinggi, bahwa

perbedaan paham dan kepentingan adalah sangat wajar dalam kehidupan

manusia. Siapapun harus menyadari bahwa toleransi bukanlah konstruksi

pemikiran kelompok manusia tertentu melainkan sebuah bangunan konsep

kodrati dari Tuhan Yang Maha Esa bahwa perbedaan dan keperbedaan

tidak bisa dihindari ataupun dijauhi akan tetapi menjadi bagian hidup

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

29

manusia dalam berbangsa dan itu harus dijadikan satu prinsip dasar dalam

menjalani kehidupan berbangsa, bukan kemudian mengingkari dengan

sedemikian rupa (Moh. Yamin dan Vivi Aulia, 2011: 7).

Toleransi dalam pengertianya mengizinkan (membiarkan)

seseorang (segolongan) atas dasar kerelaan dan kehendak seseorang

(segolongan) yang lebih kuat memang membutuhkan regulasi. Secara

harfiah, regulasi berarti pengaturan yang dalam penampakannya bisa

bersifat aturan dan atau undang-undang. Kegunaan regulasi adalah, agar

yang lemah (yang ditoleransi) dilindungi dan tidak tenggelam di dalam

kesewenangan yang menolerir. Kalau sikap toleran hanya didasarkan atas

kehendak dan kemauan seseorang (atau segolongan), maka bukan tidak

mungkin sewaktu-waktu kehendak dan kemauan itu ditarik kembali.

Dalam keadaan seperti ini, maka pihak yang ditolerir akan menjadi

korban. Dalam sejarah Eropa, sebagaimana secara singkat dikemukakan di

atas, dibutuhkan Undang-undang, seperti toleration Act, dan sebagainya.

Ukuran untuk menguji apakah nilai-nilai demokrasi benar-benar telah

diterapkan adalah apabila golongan yang dianggap lemah di dalam

masyarakat telah memperoleh hak-haknya (Djohan Effendi, 2011: 83).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa toleransi berarti

sikap lunak, membiarkan, dan memberi keleluasan kepada penganut

agama yang lain. Jadi toleransi beragama adalah suatu sikap untuk

bersabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

30

agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama yang

lain.

Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas

menganut agama tertentu dan esok harinya menganut agama yang lain,

atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritual semua agama tanpa

adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi toleransi beragama harus

dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain

selain agama kita dengan segala bentuk sistem, dan tata cara

peribadatannya, serta memberikan kebebasan untuk menjalankan

keyakinan agamanya masing-masing.

Gagasan dasar yang dapat digunakan sebagai masukan untuk

menyusun metode pendidikan yang menyantuni multikulturalisme di

antaranya sebagai berikut:

Pertama, menjadikan program pendidikan apresiasi

multikulturalis-me/pluralisme sebagai kebijakan resmi oleh

institusi pendidikan dan institusi agama, untuk kemudian

diterjemahkan dan dijabarkan melalui prinsip-prinsip otonomi

pendidikan dan manajemen pendidikan berbasis kompetensi sesuai

dengan latar belakang, karakteristik, dan kebutuhan komunitas

lokal di daerah masing-masing;

Kedua, mengembangkan proses dan metode belajar-

mengajar yang memanfaatkan sebanyak mungkin potensi sosial

yang ada pada komunitas lokal setempat, untuk

menumbuhkembangkan social competence anak didik (secara

individual) dan social capital (secara kolektif), dengan tujuan

menciptakan dan memelihara harmoni dalam relasi social;

Ketiga, menyiapkan tenaga pendidik yang kompeten dalam

menerjemahkan muatan etika relasi sosial, dan berfungsi sebagai

role model yang nyata (living model) dalam menanamkan sikap

tepa slira (empathy) dan toleransi serta apresiasi yang inklusif pada

anak didik. Tenaga pendidik harus mampu memberi teladan

penegakan asas demokrasi yang mengakomodasi perbedaan, baik

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

31

dalam interaksi vertikal (antara guru dan murid) maupun interaksi

horizontal (murid dengan murid atau guru dengan guru);

Keempat, memodifikasi kurikulum agar lebih banyak berisi

muatan toleransi dan apresiasi terhadap budaya dan kelompok lain;

Kelima, mempopulerkan program-program pertukaran

budaya (cross-cultural exchange program), seperti program

SchoolsCombat Racism di Amerika Serikat misalnya, yang

memfasilitasi kontak, komunikasi, interaksi, dan kerja sama di

antara anak didik yang berasal dari kelompok etnis dan agama

yang berbeda-beda (Ahmad Syafii Maarif, 2012: 91)

Adapun macam-macam toleransi menurut Hardjana (1993: 115)

dibagi menjadi dua yaitu toleransi ajaran atau dogmatis dan toleransi

bukan ajaran atau toleransi praksis. Toleransi ajaran atau dogmatis adalah

toleransi di mana pemeluk agama tidak menonjolkan keunggulan ajaran

agamanya masing-masing. Sedangkan toleransi bukan ajaran atau praksis

adalah toleransi yang pemeluk agamanya akan membiarkan pemeluk

agama yang lain melaksanakan keyakinan mereka masing-masing.

Pemahaman demikian akan melahirkan konsep baru.

Sedangkan menurut Abdul Halim (2008) dalam artikelnya

membagi model toleransi menjadi dua macam, yaitu toleransi pasif dan

toleransi aktif. Toleransi pasif yaitu, sikap menerima perbedaan sebagai

sesuatu yang bersifat faktual. Kemudian toleransi aktif yaitu toleransi yang

melibatkan dirinya sendiri bergabung dengan yang lain di tengah

perbedaan dan keragaman.

David Little, toleransi itu ada dua macam, yaitu toleransi dalam

arti sempit dan toleransi dalam arti luas. Kalau Little sendiri mengambil

toleransi dalam arti yang luas yaitu toleransi dalam pengertian memihak

(Budhy Munnawar, 2011: 343). Kemudian Misrawi (2010: 3) mengutip

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

32

pendapat Rainer Forst dalam Tolerantion and Democracy (2007)

menyebutkan, ada dua cara pandang tentang toleransi, yaitu konsepsi yang

dilandasi pada otoritas negara ( permission conception) dan konsepsi yang

dilandasi pada kultur dan kehendak untuk membangun pengertian dan

penghormatan terhadap yang lain (respect conception). Dalam hal ini,

Forst lebih memilih konsepsi kedua, yaitu toleransi dalam kontek

demokrasi harus mampu membangun saling pengertian dan saling

menghargai ditengah keragaman suku, agama, ras, dan bahasa. Untuk

membangun toleransi sebagai nilai kebajikan setidaknya ada dua modal

yang dibutuhkan, yaitu: pertama, toleransi membutuhkan interaksi sosial

melalui percakapan dan pergaulan yang intensif. Kedua, membangun

kepercayaan di antara berbagai kelompok dan aliran.

Ditinjau dari kacamata sejarah, orang biasa membedakan antara

toleransi formal dan toleransi material. Toleransi formal berarti

membiarkan saja pandangan-pandangan dan praktik-praktik politik atau

agama yang tidak sesuai dengan pandangan kita sejauh itu tidak

mengganggu. Sementara toleransi material bermakna suatu pengakuan

terhadap nilai-nilai positif yang mungkin terkandung dalam pemahaman

yang berbeda itu. Agama misalnya, selama ia hanya memasuki seluruh

relung kehidupan dan solidaritas dengan kelompok yang ambil bagian

berisikan ritual saja, maka kita ketemu di sini dengan toleransi formal

dalam berhadapan dengan agama-agama lain. Dalam hal ini sering agama-

agama yang bersifat politeistis lebih supel, ketimbang agama-agama

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

33

monoteistis yang sangat eksklusif. Dalam agama-agama yang lebih tinggi

kita melihat adanya pergeseran-pergeseran: agama-agama universal, yang

tidak terikat kepada masyarakat tertentu (Buddhisme, Kekristenan, Islam,

etc). Sebaliknya, yang disebut agama-agama profetis, disebabkan oleh

pretensinya yang mutlak, menjadi tidak toleran. Contoh mengenai hal ini

bisa dilihat di dalam kitab Perjanjian Lama. Yang disebut agama-agama

mistik justru memper lihat kan toleransi yang tinggi. Di situ diakui adanya

berbagai jalan untuk tiba pada kesatuan dengan yang ilahi (Djohan

Effendi, 2011: 81).

Dengan adanya pandangan mengenai toleransi, Richard H. Dees

(1999) memberikan resep yang sejauh ini merupakan cara terbaik untuk

mengkukuhkan toleransi, khususnya dalam masyarakat plural. Menurut

Dees, masalah utama toleransi selama ini karena toleransi dipahami

sebagai modus vivendi, yaitu kesepakatan bersama yang dituangkan dalam

persetujuan hitam diatas putih. Toleransi pada level ini, menurut Dees,

mempunyai kelemahan yang bisa bertentangan dengan spirit toleransi

karena rentan terjebak dalam kepentingan kelompok tertentu, terutama bila

pihak mayorutas menjadikan otoritasnya untuk menentukan arah dan

acuan dari kesepakatan toleransi. Toleransi pada model ini bisa menjadi

jalan tol bagi munculnya tindakan intoleran karena toleransi yang

dibangun hanya di permukaan, yang biasa dikenal dengan toleransi politis

(Zuhairi Misrawi, 2010: 5).

2. Tujuan Toleransi

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

34

Pendidikan adalah proses pencerahan dan pencerdasan kehidupan

manusia, sehingga harus mampu mengarahkan manusia untuk berfikir dan

bertindak jernih, bukan mengikuti libido sektoral. Diakui maupun tidak,

inilah yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Hal tersebut sama

halnya dengan pentingnya pelaksanaan pendidikan toleransi yang

bertujuan membuka pandangan sempit dan kerdil setiap orang. Muara

akhirnya adalah agar setiap orang atau kelompok masyarakat bisa lebih

komunikatif dalam berinteraksi. Kita sangat tidak menghendaki sebuah

kegagalan komunikasi sosial karena sebuah kesalahpahaman semata

diantara sesama (Moh. Yamin dan Vivi Aulia, 2011: 28)

Adapun pandangan dari Djohan Effensi (2011: 34) bahwa belajar

dari pengalaman perjuangan toleransi yang panjang tujuanya adalah pada

level doktrinal kita sama-sama tumbuh dan, pada level praktis kita sama-

sama bersatu mengatasi problem-problem kehidupan, seperti bencana

alam, perang, kebodohan, kemiskinan, pengangguran, dengan membangun

kerjasama sosial mengonsentrasikan sumber daya yang ada, waktu,

keterampilan, dan ilmu agar masalah yang dihadapi dapat lebih efektif

diatasi bersama. Hal ini, akan lebih mungkin berhasil dicapai kalau

dilakukan bersama-sama dari pada sendiri-sendiri.

Sedangkan Wacana kebebasan beragama dan berkeyakinan

sesungguhnya dapat menumbuhkan semangat toleransi terhadap agama

lain yang berbeda. Melalui toleransi, diharapkan terjalin hubungan yang

harmonis antarumat beragama, dengan terciptanya sikap saling memahami

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

35

dan menerima setiap perbedaan. Lebih dari itu, penerimaan terhadap

keberadaan agama lain adalah suatu upaya rekonstruksi semangat

keberagamaan yang seimbang dan konsisten di tengah kemajemukan

bangsa (Mohammad Takdir Ilahi, 2012: 97).

3. Bentuk-bentuk Toleransi Umat Beragama

Toleransi dalam suatu kehidupan akan melahirkan suatu karya-

karya besar yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Sebaliknya, apabila terjadi suatu pertikaian atau konflik maka akan

menimbulkan suatu kerusakan di bumi. Manusia sebagai makhluk sosial

akan selalu membutuhkan keberadaan orang lain dan hal ini akan

terpenuhi jika nilai-nilai toleransi tumbuh dan berkembang dikalangan

masyarakat.

Toleransi umat beragama merupakan suatu kebutuhan sosial,

dimana satu sama lain saling membutuhkan dengan tujuan agar terpenuhi

kebutuhan hidupnya dalam bermasyarakat. Salah satu contoh ajaran

mengenai toleransi umat beragama yaitu, dalam ajaran Islam seorang

muslim tidak diperbolehkan mencaci maki orang tua. Artinya, jika

seseorang mencaci maki orang tua saudaranya, maka orang tuanya pun

akan dibalas oleh saudaranya untuk dicaci maki. Demikian pula mencaci

maki Tuhan atau peribadatan agama lain, maka akibatnya pemeluk agama

lain pun akan mecaci maki Tuhan kita. Sejalan dengan hal tersebut, maka

sesama umat umat manusia dan sesama agama diwajibkan untuk saling

menghargai dan saling menghormati.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

36

Indonesia yang merupakan salah satu negara yang multikultural

terbesar di dunia ini yang memiliki kurang lebih 13.000 pulau besar dan

kecil, dan jumlah penduduk kurang lebih 200 juta jiwa, terdiri dari 300

suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Kebenaran hal

tersebut dapat dilihat dari sosio kultur maupun geografis yang begitu

beragam dan luas. Selain itu juga masyarakat Indonesia menganut agama

dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katholik, Kristen protestan,

Hindu, Budha, Konghucu, dan kepercayaan yang lainnya. Wacana

pendidikan multikultural adalah salah satu isu yang mencuat ke permukan

di era globalisasi seperti saat ini. Pendidikan sebagai ruang tranformasi

budaya hendaknya selalu mengedepankan wawasan multikultural, bukan

monokultural. Untuk memperbaiki kekurangan dan kegagalan, serta

membongkar praktik-praktik diskriminatif dalam proses pendidikan

(Enndha).

Berdasarkan konteks pendidikan, semua persoalan dalam

masyarakat akan bisa diperbaiki melalui proses pendidikan. Artinya

kegagalan masyarakat adalah kegagalan pendidikan dan sebaliknya.

Dengan demikian, dalam mengatasi segala problematika masyarakat

sebaiknya dimulai dari penataan secara sistemik dan metodologis dalam

pendidikan. Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah Proses

belajar mengajar (pembelajaran). Untuk memperbaiki realitas masyarakat,

perlu dimulai dari proses pembelajaran. Multikultural bisa dibentuk

melalui proses pembelajaran, dengan menggunakan pembelajaran berbasis

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

37

multicultural, yaitu proses pembelajaran yang lebih mengarah pada upaya

menghargai perbedaan diantara sesama manusia sehingga terwujud

ketenangan dan ketentraman tatanan kehidupan masyarakat.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran

multikultural diantaranya yaitu:

a. Asumsi terhadap siswa, Siswa merupakan input utama dalam

pembelajaran. Siswa merupakan elemen yang memiliki potensi yang

bisa mengarah pada realitas negatif maupun realitas positif.

Pembelajaran mengarahkan siswa kearah terwujudnya atau

terbentuknya realitas sikap dan perilaku siswa yang positif. Dalam

konteks ini, maka proses pembelajaran harus mampu menjawab,

memberikan dan menyelesaikan problematika siswa. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, dinyatakan bahwa dalam

pendidikan harus ada standar proses, yaitu proses pembelajaran yang

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan

kemandirian sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan fisik serta

psikologis anak. Apabila pembelajaran justru melahirkan situasi dan

kondisi dimana siswa tidak mampu melakukan ekpresi secara bebas,

maka multikultural tidak akan dapat dicapai.

b. Asumsi terhadap pembelajaran. Ibarat sebuah pabrik, pembelajaran

adalah proses mencetak sesuatu barang menjadi barang cetakan.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

38

Pembelajaran merupakan proses berinteraksinya seluruh elemen dalam

pembelajaran, seperti, siswa, tujuan, materi, metode, guru, sarana,

lingkungan. Seluruh elemen ini diramu, dikelola guru agar mampu

mewujudkan kualitas siswa sesuai dengan harapan. Pembelajaran

berarti mengoptimalisasikan seluruh elemen atau faktor dengan cara

yang sesuaid engan kapasitas siswa. Banyak anak-anak tidak suka

terhadap materi pelajaran tertentu, bukan disebabkan karena sulitnya

materi pelajaran tersebut, tetapi lebih pada faktor siswa yang pernah

memiliki pengalaman pahit di masa lalu terhadap pelajaran tersebut.

Oleh karena itu, jika pembelajaran tidak dikemas dengan suasana yang

menyenangkan maka, tidak akan dapat melahirkan pembelajaran

multikultural.

c. Asumsi terhadap guru. Guru diakui atau tidak memiliki peluang sangat

besar dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Meskipun demikian,

guru tidak bisa bersikap dan berperilaku sembarangan. Guru tidak

diperbolehkan memiliki anggapan bahwa dirinya merupakan satu-

satunya orang yang paling pinter, siswa adalah anak yang tidak

mengetahui apa-apa (bodoh). Apa yang dikatakan guru pasti benar dan

tidak boleh dibantah. Guru ibarat raja kecil didalam kelas yang harus

ditiru segala ucapan dan tindakannya. Jika asumsi demikian yang ada

dalam diri guru maka pembelajaran multikultural tidak pernah ada.

Guru adalah sebagai fasilitator, motivator, dinamisator dan mediator

segala elemen dalam pembelajaranan memiliki tugas dan kewenangan

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

39

memberi falisitas, memotivasi, memediasi segala faktor agar siswa

memiliki kesempatan yang baik dalam melakukan proses pembelajaran

(Enndha).

C. Tinjauan tentang SMP (Sekolah Menengah Pertama)

1. Pengertian SMP

Sekolah menengah pertama (disingkat SMP, Bahasa Inggris:

junior high school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan

formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat).

Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari

kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran 1994/ 1995 hingga 2003/

2004, sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat pertama

(SLTP). Siswa kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional yang

mempengaruhi lulus atau tidaknya siswa. Lulusan sekolah menengah

pertama dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan lebih tinggi, yaitu

pendidikan sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menengah

kejuruan (SMK) atau yang sederajat. Pelajar sekolah menengah

pertama umumnya berusia 13-15 tahun.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) termasuk wajib belajar

bagi setiap warga Negara yang berusia 7-15 tahun di Indonesia. Wajib

belajar 9 tahun meliputi pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau

sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3

tahun.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

40

Sekolah Menengah Pertama ( SMP) diselenggarakan oleh

pemerintah maupun swasta. Pengelolaan sekolah menengah pertama

negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen

Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah

kabupaten/kota sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun

2001. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan

sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara

struktural, sekolah menengah pertama negeri merupakan unit

pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten (Wikipedia Ensiklopedia.

http://id. wikipedia. org/wiki/ Sekolah_dasar. Diakses tanggal 1 Juni

2012).

Definisi pendidikan dasar disederhanakan berdasarkan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yaitu:

a. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah.

b. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah

ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah

menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau

bentuk lain yang sederajat.

2. Karakteristik Siswa SMP

Masa remaja menurut Kanopka (Syamsu Yusuf, 2009: 9)

menyatakan bahwa masa remaja adalah segmen kehidupan yang

penting dalam siklus perkembangan siswa dan merupakan masa

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

41

transisi (dari masa anak-anak ke masa dewasa) yang diarahkan kepada

perkembangan masa dewasa yang sehat. Secara jelas Kanopka

(Syamsu Yusuf, 2009: 10) membagi masa remaja meliputi:

a. Remaja awal (12-15 tahun)

b. Remaja madya (15-18 tahun)

c. Remaja akhir (19-22)

Berdasarkan konsep perkembangan tersebut, maka dapat dilihat

bahwa siswa SMP berada pada usia remaja awal, yakni secara

kronologis individu yang memasuki masa reaja awal berkisar 12-15

tahun. Pada masa ini individu akan mulai merasakan berbagai

perubahan dalam dirinya baik dalam aspek psikis, sosial, mental,

maupun intelektual.

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

dewasa, di mana kegiatanya dipengaruhi oleh faktor emosi. Pada masa

ini remaja akan menghadapi berbagai macam permasalahan yang

semakin kompleks, maka emosi yang baik pada masa remaja akan

sangat berpengaruh terhadap proses pemecahan masalah yang baik

pula.

Karakteristik siswa SMP menurut Ali (2005: 16-18) sebagai

berikut:

a. Kegelisahan

Sesuai dengan fase perkembanganya remaja memiliki

banyak idealisme atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

42

depan. Namun sesungguhnya remaja belum memiliki kemampuan

yang memadai untuk mewujudkan semua itu, seringkali angan-

angan dan keinginanya jauh lebih besar dibandingkan

kemampuanya.

b. Pertentangan

Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja

berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari

orang tua dan perasaan yang belum mampu untuk mandiri. Oleh

karena itu, pada umumnya remaja seringkali mengalami

kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara

mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi itu

menimbulkan keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua

kemudian ditentangkan sendiri karena didalam diri remaja ada

keinginan untuk memperoleh rasa aman. Remaja sesungguhnya

belum begitu berani mengambil resiko dari tindakan meninggalkan

lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi dirinya.

c. Menghayal

Keinginan untuk menjelajah dan berpetualang namun

tidak semuanya tersalurkan. Biasanya hambatanya dari segi

keuangan atau biaya. Sebab, menjelajah lingkungan yang lebih luas

membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja

hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya

mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

43

khayalanya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya

berkisar soal prestasi dan jenjang karir. Sedang remaja putri lebih

mengkhayalkan romantika kehidupan. Khayalan ini tidak

selamanya negatif, karena khayalan ini kadang-kadang

menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya timbul

ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.

d. Aktivasi berkelompok

Berbagai macam keinginan remaja seringkali tidak dapat

terpenuhi karena bermacam-macam kendala. Adanya larangan dari

orang tua seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan

semangat remaja. Kebanyakan remaja akan menemukan jalan

keluar setelah berkumpul dengan rekan sebayanya. Mereka akan

melakukan kegiatan secara berkelompok, sehingga berbagai

kendala dapat diatasi secara bersama-sama.

e. Keinginan mencoba segala sesuatu

Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang

cukup tinggi. Hal ini dikarenakan remaja yang ingin berpetualang

menjelajah segala sesuatu dan mencoba hal-hal yang belum pernah

dialaminya.

Selain karakteristik tersebut, siswa SMP sebagai remaja juga

dipengaruhi oleh dimensi perkembangan remaja sebagai berikut :

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

44

a. Dimensi Biologis/Fisik

Dalam dimensi ini, jika terjadi perubahan bentuk fisik

tubuh yang semakin tumbuh dan berkembang baik bagi remaja

putri maupun putera yang disebut sebagai masa pubertas. Selain itu

terjadi kematangan sistem reproduksi ditandai dengan perubahan

suara pada laki – laki, menstruasi pada wanita.

b. Dimensi Kognitif

Dalam pandangan Jean Piaget dalam Makmum (2000),

perkembangan kognitif remaja merupakan “periode terakhir dan

tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of

formal operational)”. Pada periode ini idealnya para remaja susah

memiliki pola piker sendiri dalam usaha memecahkan masalah –

masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir remaja

berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah

dapat membayangkan banyak alternative pemecahan masalah

beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.

c. Dimensi moral

Masa remaja adalah periode dimana sesorang mulai

bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di

lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri

mereka. Turiel (1978) menyatakan bahwa “remaja mulai membuat

penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah – masalah popular

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

45

yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya : politik,

kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb”.

d. Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada

masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat.

Hasil penelitian di Chicago oleh Csikszentmihalyi dan Larson

(1984) menemukan bahwa remaja rata – rata memerlukan waktu

hanya 4 menit untuk merubah dari mood :senang luar

biasa”ke”sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan

beberapa jam untuk hal yang sama.

e. Dimensi Emosional

Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal

adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai

akibat dari perubahan fisik dan hormonal, dan juga pengaruh

lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah tersebut.

Keterbatasannya secara kognitif mengolah perubahan – perubahan

baru tersebut dapat membawa pengaruh besar dalam fluktuasi

emosinya. Dikombinasikan dengan pengaruh – pengaruh sosial

yang juga senantiasa berubah, seperti tekanan dari teman sebaya,

media masa, dan minat pada jenis kelamin lain. Remaja menjadi

lebih terorientasi secara seksual.

f. Dimensi Bahasa

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

46

Karakteristik perkembangan bahasa remaja telah

mencapai kompetensi lengkap. Pada usia ini diharapkan individu

telah mempelajari semua sarana bahasa dan ketrampilan –

ketrampilan perfomansi untuk memahami dan menghasilkan

bahasa tertentu dengan baik.

Perilaku dan sikap siswa SMP dipengaruhi oleh perubahan

masa puber, perubahan itu diantaranya adalah emosi yang meninggi

yang ditunjukan dengan sikap kemurungan, merajuk, ledakan amarah,

dan kecenderungan menangis karena hasutan yang sangat kecil

merupakan ciri-ciri bagian dari masa puber. Pada masa ini anak

cenderung merasa khawatir, gelisah dan cepat marah (Hurlock, 1997:

192).

Adapun karakteristik siswa menurut Nurihsan (2005: 1-2)

tugas-tugas perkembangan siswa adalah sebagai berikut:

a. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis

terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri untuk

kehidupan yang sehat.

c. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam

peranannya sebagai pria dan wanita.

d. Memantabkan nilai dan cara bertingkahlaku yang dapat diterima

dalam kehidupan sosial yang lebih luas

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/18139/3/BAB II 08.01.009 Ran p.pdf · tindakan, atau mengenai ... memadukan antara prinsip Islam dan Alquran sebagai landasarn

47

e. Mengenal kemampuan bakat, minat dan arah kecenderungan karir

dan apresiasi seni.

f. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan

kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau

mempersiapkan karir serta berperan dalam masyarakat.

g. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang hidup

mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.

h. Mengenal sistem etika dan nilai–nilai bagi pedoman hidup sebagai

pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa Sekolah

Menengah Pertama (SMP) adalah remaja yang masih dipengaruhi oleh

faktor emosi. Dalam masa – masa ini siswa SMP akan menghadapi

bebagai macam permasalahan yang sifatnya kompleks, baik itu secara

biologis, psikologis maupun emosional.