Upload
trinhkien
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Diare adalah defekasi yang tidak normal, baik frekwensi maupun konsistensinya.
Frekwensi diare lebih dari 4 kali sehari ( FKUI, 2001 ).
Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal dan bentuk tinja yang
encer dengan frekwensi lebih dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekwensi
BAB lebih dari 4 x, sedang untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak, bila
frekwensi lebih dari 3 x ( FKUI, 2001 ).
Diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh brgbagai
bakteri, virus dean patogan paralistik ( Dona L.Wong, 2003, hal 492 ).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Sistem Pencernaan Makanan
Pengertian, Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkanya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan
proses pencernaan ( pengunyahan, penelanan dan pencampuran ) dengan enzim
dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
2. Susunan Saluran Pencesranan
Susunan saluran pencernaan terdiri dari :
a. Mulut ( oris )
b. Faring ( tekak )
c. Osofagus ( kerongkongan )
d. Ventrikulus ( Lambung )
e. Intestinum minor ( Usus halus )
1) Dedenum ( usus 12 jari )
2) Yeyenum
3) Ileum
f. Intestinum mayor ( Usus besar )
1) Seikum
2) Kolon asendens
3) Kolon transversum
4) Kolon desendens
5) Kolon sigmoid
g. Rektum
h. Anus
3. Alat-alat Penghasil Getah Cerna
a. Kelenjar ludah
1) Kelenjar ( Glandula ) parotis
2) Kelenjar ( Glandula ) submaksilaris
3) kelenjar ( glandula ) sublingualis
b. klenjar getah lambung
c. Kelenjar hati
d. Kelenjar pancreas ( Penghasil insulin )
e. kelenjar getah usus ( penghasil enzim )
Selama dalam pancreas,pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat
yang sederhana yang hanya diserap dan digunakan oleh sel jarinagn tubuh.
Brrbagai perubahan sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang
terkandung didalam berbagai cairan pencernaan. Setiap jenis zat mempunyai
tugas khusus bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh
terhadap jenis lain.
4. Lambung ( Gaster )
Bagian lambung terdiri :
a Fundus fertrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri esteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b Korpus ventrikuli, setinggi oestum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
c antrum pylorus bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk spinter pylorus.
d Kurvatora minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari oestum
kardiak sampai ke pylorus.
e Kurvatora mayor, lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri
osteum kardiakum melaui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai ke
pylorus interior.
f Ostium kardiakum, merupakan tempat dimana osofagus bagian abdomen
masuk ke lambung.
Susunan lapisan dari dalam keluar :
a Lapisan selaput landir
b Lapisan otot melingkar
c Lapisan otot miring
d Lapisan otot panjang
e Lapisan jaringan ikat / serosa
Fungsi lambung terdiri dari :
menampung makanan
getah cerna lambung yang dihasilkan :
1) Pepsin fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino
2) Asam garam ( HCI ) fungsinya mengasamkan makanan
3) Renin fungsinya sebagai yang membekukan susu dan membentuk kasien dari
kasinogen.
4) Lapisan lambung
5. Usus Halus ( Intestinum Minor )
Intertinum minor adalah bagian dari system pencernaan makanan yang
berpangkal pada pirolusdan berakhir pada seikum panjangnya ± 6 m. Terdiri dari
usus lapisan usus halus; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang, lapisan serosa ( sebelah luar ).
Duodenum disebut juga usus 12 jari panjanganya ± 25 cm. Berbentuk
sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pancreas. Dan
bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit disebut Papila
vateri.
Pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu ( duktus koledokus ) dan
saluran pancreas ( duktus wirsungi / duktus pankreatikus ).
Empedu dibuat dihati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus
yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase.
Pancreas juga menghasilkan ; Amilase yang berfungsi mencerna hydrat arang
menjadi disakarida, dan Triksin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam
amino atau albumin dan polipeptika.
Diding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung
kelenjar brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum. Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar ± 6 meter.
Dua perlima bagian atas adalah ( yeyenum ) dengan panjang ± 2-5 meter dan
ileum dengan panjang ± 4-5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada
dinding abdomen posterior dengan perantara lipatan poritonium yang berbentuk
kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan
vena mesentrika superior, pembulah limfe dan saraf keruang antara 2 lapisan
peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan
ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Unjung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantara lubang yang
bernama Orifisum Ileoseikalis. Orifisium ini diperkuat oleh spinter ileoseikalis
dan pada bagian ini terdapat katub valvula seikalis / kalkula baukini yang
berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon asendens tidak masuk kembali
keadaan ileum.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa
dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorsi, lipatan ini dibentuk oleh kosa
dan submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus.
pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan
bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memgang peranan aktif
dalam pencernaan.
Absorpsi. Absorpsi, makanan yang sudah di cernakan seluruhnya berlangsung
didalam usus halus melalui 2 ( dua ) saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah
dan saluran limfe disebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vilus berisi
lacteal, pembuluh darah epithelium dan jaringan otot yang diikat bersama oleh
jaringan limfoit seluruhnya diliputi membrane dasar dan ditutupi oleh olium.
Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan
lemak yang diabsorpsi kedalam lacteal kemudian berjalan melalui pembuluh
limfe masuk kedalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta di bawa
ke hati untuk mengalami perubahan.
RINGKASAN ABSORPSI
Sumber makanan Hasil akhir cernaan Organ absorpsi
Protein
Lemak
Hidrat karbon
Asam amino
Gliserin dan asam lemak
Monosakarida
Glukosa. Leavolosa
Dari epithelium masuk ke
pembuluh darah dan aliran
darah
Dari epithelium vili masuk
ke lacteal dan aliran limfe
Dari epithelium vili dan
dinding pembuluhn darah
galaktosa masuk aliran darah.
Fungsi usus halus terdiri dari :
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Karbohidrat diserap dalam bentuk emulsi, lemak.
Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang
menyempurnakan makanan. ;
1) Laktase mengubah lactase menjadi monosakarida.
2) Maltosa merubah maltosa menjadi monosakarida.
3) Sukrosa merubah sukrosa menjadi monosakarida.
6. Usus Besar ( IntestinumMayor )
Panjangnya ± 1½ m, lebarnya 5-6 cm,
Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar ;
1) Selaput lendir
2) Lapisan otot melingkar
3) Lapisan otot memanjang
4) Jaringan ikat
Fungsi usus besar terdiri dari :
1) Menyerap air dari makanan
2) Tempat tinggal bakteri koli
3) Tempat fases
Seikum, dibawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga disebut juga umbai cacing panjangnya 6 cm.
Kolon asendens, panjangnya 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan
membujur keatas dari ileum kebawah hati.
Appendiks (usus buntu ), bagian dari usus besar yang berbentuk seperti corong
dari akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan
dapat dilewati oleh beberapa isi usus.
Kolon transversum, panjangnya ± 38 cm membujur dari kolon asendens sampai
ke kolon desendensberada dibawah abdomen.
Kolon desendens, panjangnya ± 25 cm terletak dibawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas kebawah dari fleksura lienalis sampai kedepan ileum kiri
bersambung dengan kolon sigmoid.
Kolon sigmoid, merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring ujung
bawahnya berhubungan dengan rectum.
Rectum, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis.
Anus, bagian dari pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia kuar (
udara luar ). Terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat oleh 3 spinter;
1) Spinter ani internus, bekerja tidak menurut kehendak.
2) Spinter lavatory ani, bekerja tidak menurut kehendak.
3) Spiter ani eksternus, bekerja menurut kehendak.
Defekasi ( Buang Air Besar )
Didahului oleh transport fases kedalam rectum yang mengakibatkan ketegangan
dinding rectum mengakibatkan rangsangan untuk reflek defekasi sedangkan otot
usus lainya berkontraksi. M. Levator ani relaksasi secara volunter dan tekanan
ditimbulkan oleh otot-otot abdomen.
( Drs. H Saefudin, B.AC)
C. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. infeksi internal
1) Tonsillitis / Tonsilofaringitis
2) Bronchopneumonia
3) Ensefalitis
2 Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
1) Disakarida ( Intoleransi laktosa, Maltosa dan Sukrosa )
2) Monosakarida (Intoleransi laktosa, fruktosa dan galaktosa )
b. Malabsorbsi Lemak
c. Malabsorbsi Protein
3 Faktor Makanan
Yaitu makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4 Faktor psikologis
Yaitu rasa takut dan cemas ( Jarang, tetapi dapat terjadimpada anakyang lebih
besar ) ( Ngastiyah, 1997, hal. 143 ).
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan osmotic
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
mengakibatkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergesaran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan Sekresi
akibat rangsangan tertentu ( missal oleh toksin ) pada diding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltikusus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut :
a Masuknya jasat renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah
berhasil melintasi rintangan asam lambung.
b Jasad renik tersebut kemudian berkembang biak ( Multiplikasi) didalam
usus halus.
c Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (Toksin diaregenik ).
d Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
e Patogenesis diare kronis
f Lebih kompleka dan factor-faktor yang menimbulkanya ialah infeksi
bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
a) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa ( asidosis
metabolic, hipokalemia ).
b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan ( masukan
makanan kurang, pengeluaran bertambah )
c) Hipoglikemia
d) Gangguan sirkulasi darah ( FKUI, 1985 ).
E. MANIFESTASI KLINIK
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja cair
dan mungkin disertai lendir atau drah. Warna tinja mungkin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur empedu anus dan daerah sekitar lecet karena
seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya
asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh kembung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan eletrolit, mata dan umbun0umbun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 1997, hal. 144)
Derajat dehidrasi menurut banyaknya cairan yang hilang meliputi :
1. Dehidrasi ringan
kehilangan cairan 0-5% dari BB atau rata-rata 25 ml/kg BB.
Gejala klinik dehidrasi ringan :
a. Kesadaran kompos mentis
b. Nadi 120 x / menit
c. Turgor kulit biasa / normal
d. Mata agak cekung
e. Ubun-ubun besar agak cekung
f. Pernafasan normal
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-10% dari BB atau rata-rata 75 ml / kg BB.
Gejala klinik diare dehidrasi sedang :
a. Kesadaran gelisah
b. Nadi 120 x / menit
c. Turgor kulit kurang elastis
d. Mata cekung
e. Pernafasan agak cepat
3. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 10-15% dari BB atau rata-rata 125 ml /kg BB
Gejala klinik diare dehidrasi berat :
a. Kesadaran apatis sangat koma
b. Nadi cepat dan kecil ( lebih 140 x / menit )
c. Turgor kulit jelek
d. Kelopak mata cekung sekali
e. Ubun-ubun besar cekung sekali
f. Pernafasan cepat dan dalam ( kussmoul )
g. Akibat dehidrasi, deuresis berkurang ( Oligari sampai anuria ) (Ngatiyah,
1997, hal. 145 )
F. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan
a. Rehidrasi dilakukan dalam 2 tahap yaitu :
1) Infuse awal darurat ( encergency initial infusion ) ( 1-2 jam ) tahap ini
mempunyai tujuan untuk :
a) koreksi cairan : melancarkan ekskresi urine
b) Koreksi asidosis dan elektrolit
2) Infuse pemeliharaan ( maintenance infusion )
tujuan :
a) Pemberian air dan elektrolit
b) Pelancaran ekskresi urine
c) Supply makanan supaya daya tahan tubuh tak lebih
mundur
d) Jumlah cairan yang diberikan adalah :
Jumlah cairan total – jumlah cairan pada infuse awal
Pada dehidrasi ringan diberikan :
1) oralit dan cairan
2) Asi / susu yang sesuai
b. Antibiotika ( Hanya kalau perlu )
Pada dehidrasi sedang penderita tidak perlu dirawat.
Pada dehidrasi berat penderita harus dirawat.
1) Diet
Waktu rehidrasi i.v ( intravena )
a.) Bila masih memberi air susu ibu, asi harus diteruskan, bila tidak ada
syok
b.) Pada kolera simolkan diberikan makanan secara oral ( oralit ) juga
sejak awal ( system rose ( rehidrasi dengan ringer laktat, oralit,
simolkan, dan edukasi ) ).
c.) Obat-obatan
Antbiotik pemebrian atas dasar indikasi
Antidiare
G. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Syok hipofolemik
3. Hipofalemia
4. Hipoglikemia
5. Kejang
6. Malnutrisi energi protein
7. Gagal ginjal
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Nutrisi muntah, diare, nyeri perut, kejang perut, penurunan BB, tanda dehidrasi (
takikardi, nadi melemah, turgor kulit jelek, tekanan darah turun, mata cekung,
rasa haus )
2. Aktivitas dan istirahat : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat leleh, perasaan
gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas
3. Integritas ego : ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya, factor stress,
budaya.
4. Higine, tanda : ketdakmampuan mempertahankan perawatan diri
5. Nyeri / kenyamanan, gejala : nyeri tekan abdomen dengan nyeri pada kuadran
kanan bawah, nyeri abdomen tengah bawah, nyeri tekan menyebar kebagian peri
umbilical, titik nyeri berpindah. Tanda : Nyeri tekan sbdomen / distensi (
Doenges, 2000).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila perlu diadalan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan
PH dan cadangan alkali atau lebih cepat lagi dengan pereiksaan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatininuntuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalsium, kalium, dan fosfor dalam
serum ( terutama pada pasien diare yang disertai kejang. ).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum umum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada pasien diare
kronik ( FKUI. 1985).
6. Penata laksanaan
a. pemberian cairan
b. Dietetik
I. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
Diagnosa perawat yang mungkin muncul pada pasien diare antara lain :
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan
ancer
2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adekuatnya nutrisi
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar
5. Perubahan istirahat tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan karena perut
kembung
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit
diare dan pencegahanya
7. Resiko inveksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman diare (
Suriadi, 2001, hal. 87 )
PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. DP.1 : Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar
dan ancer Rencana tujuan :
Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai
dengan pengeluaran urin sesuai turgor kulit elastis, membrane mukosa
lembab, BB tidak menunjukan penurunan.
Rencana tindakan :
a Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit, membrane mukosa
b Monitor tanda-tanda vital suhu, nadi, pernafasan
c Kaji intage dan output
d Catat dan observasi frekwensi defikasi, karakteristik, jumlah dan
factor pecetus
e Pemberian obat anti diare dan anti biotic sesuai program
2. DP.2 : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Rencana tujuan :
Suhu tubuh dapat dipertahankan dalam suhu normal
Rencana tindakan :
a Monitor tanda-tanda vital suhu, nadi, pernafasan
b Kaji intake dan output
c Berikan kompres dingin pada bagian kepala, lipatan seperti ketiak dan
paha
d Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakai pakaian yang tipis
3. DP.3 : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
adekuatnya nutrisi
Rencana tujuan :
Mempertahankan BB dalam batas normal dan meningkatkan kebutuhan
nutrisi yang optimal
Rencana tindakan :
a Observasi tanda-tanda vital
b Monitor intake dan output
c Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberi asi
d Timbang BB anak setiap hari
e Lakukan kebersihan mulut sehabis makan dan minum
4. DP.4 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar
Rencana tujuan :
Mempertahankan keutuhan kulit dan tidak menunjukkan gangguan-
gangguan integritas kulit ditandai dengan kulit utuh dan tidak lecet
Rencana tindakan :
a Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB
b Gunakan kapas lembab dan sabun bayi untuk membersihkan anus setiap
kali BAB
c Hindari dari penggunaan pakaian atau alas tempat tidur yang lembab
d Ganti pakaian / popok bila basah
e Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perional
5. DP.5 : Perubahan istirahat tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan
karena perut kembung
Rencana tujuan :
Menunjukan kebutuhan tidur terpenuhi, perut kembung hilang, perut
kembung normal
Rencana tindakan :
a Monitor tanda-tanda vital
b Berikan minyak angina untuk merangsang flatus
c Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
d Batasi pengunjung agar pasien dapat istirahat dengan nyaman
6. DP.6 : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang
penyakit diare dan pencegahanya
Rencana tujuan :
Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak
Rencana tindakan :
a Kaji tingkat pemahaman orang tua
b Ajarkan kepada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
menghindari kontaminasi
c Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
d Jelaskan tentang pentingnya pengobatan
7. DP.7 : Resiko infeksi pada orang alin berhubungan dengan terinfeksi kuman
diare dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang pencegahan penyebaran
penyakit
Rencana tujuan :
Tidak terjadi penularan pada orang lain ditandai dengan menunggu orang
tua dalam kondisi sehat saat saat menunggu anaknya di RS.
Rencana tindakan :
e Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang lain dan
pengunjung
f Segera bersihkan dan angkat bekas BAB dan tempatkan pada tempat
khusus.
g Tempatkan pada ruangan yang khusus
h Ajarkan kepada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
menghindari kontaminasi
i Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
j Jelaskan tentang pentingnya pengobatan
PATHWAY KEPERAWATAN
INFEKSI ( Bakteri, Virus parasit
Metabolisme makanan di usus
Makanan beracun
Factor psikologis
Reaksi imflamasi
Sekresi cairan dan elektrolit meningkat
Tekanan osmotic meningkat
Isi rongga usus meningkat Hiper peristaltik
Hipo peristaltik
Merangsang usus untuk mengeluarkan isinya
Sekresi air dan elektrolit
Bakteri tumbuh berlebihan
DIARE
Rangsangan saraf parasimpatis meningkatkan
Motilitas usus Pergeseran cairan
dan elektrolit kerongga usus
Output berlebihan absorbsi berkurang
Defekasi sering Kerusakan mukosa usus Dehidrasi
Demam Tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ( Turgor kurang )
Kemerahan dan exorasi kulit sekitar anus ( lecet iritasi )
Gangguan nutrisi