BAB II. Konsep vitas

Embed Size (px)

Citation preview

Bab 2 Konsep Relativitas

2.1 Deskripsi Teori relativitas memeriksa bagaimana pengukuran kuantitas fisis bergantung pada pengamat seperti juga pada peristiwa yang diamati. Dari relativitas muncul mekanika baru yang menyiratkan kaitan yang sangat erat antara ruang dan waktu, massa dan energy, kelistrikan dan kemagnetan, tanpa kaitan itu kita tidak mungkin mengerti dunia fisika. Untuk keseluruhannya konsep relativitas dijelaskan dengan menerapkan matematika sederhana, yaitu dengan memilih suatu kerangka acuan (kerangka inersia) sebagai perbandingan pengamatan dengan peristiwa sebenarnya. Konsep relativitas meliputi gerak relative, transformasi Galileo, postulat relativitas khusus, postulat relativitas umum, eksperimen Michelson- Morley, konsekuensi relativitas khusus : dilatasi waktu, kontraksi panjang, paradoks anak kembar ; transformasi Lorentz, momentum relativistik, energi relativistik, massa sebagai ukuran energi, hukum kekekalan momentum relativistik, massa dan energi. 2.2 Relevansi Bab ini merupakan kajian paling dasar mengawali fisika kuantum sebagai pengembangan fisika klasik, serta sebagai perkenalan kajian teori kuantum modern. Keterkaitan antara bab ini dengan bab-bab selanjutnya adalah sebagai landasan atau dasar konsep kajian relativistic.

2.3 Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan konsep kerangka inersia dan gerak relatif 2. Menjelaskan rumusan-rumusan prinsip relativitas khusus, serta fenomenanya meliputi pemuaian waktu, pengerutan panjang, efek Doppler, paradox kembar. 3. Memahami menurunkan transformasi Lorentz dan transformasi baliknya serta akibatakibat dari trasformasi Lorentz. 4. Memahami momentum relativisttik dan hukum kekekalannya.

19

2.4 Uraian Materi 2.4.1 Gerak Relatif Suatu benda dikatakan bergerak bila kedudukan benda itu berubah terhadap suatu titik acuan atau kerangka acuan. Seorang penumpang kereta api yang sedang duduk di dalam kereta api yang bergerak meninggalkan stasiun dikatakan diam bila titik acuannya adalah kereta api, sedangkan bila titik acuannya adalah stasiun penumpang tersebut dikatakan bergerak. Pengertian diam dan bergerak di sini bersifat relatif tergantung titik acuannya. Stasiun kita anggap diam, padahal stasiun bersama bumi bergerak mengelilingi matahari, matahari bersama bumi bergerak terhadap galaksi, bintang, dan seterusnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada benda yang bergerak mutlak, yang ada hanyalah gerak relatif. Relativitas merupakan subjek yang penting berkaitan dengan pengukuran

(pengamatan) tentang di mana dan kapan suatu kejadian terjadi dan bagaimana kejadian tersebut dianalisa (diukur) menurut suatu kerangka acuan yang bergerak relative terhadap kerangka yang lain. Topik tentang relativitas sebenarnya ada 2 bagian yaitu Relativitas Khusus (Special Relativity) dan Relativitas Umum (General Relativity). Dalam Teori Relativitas Khusus subjek yang menjadi fokus adalah kerangka acuan yang inersial. Ingat pengertian tentang kerangka acuan yang inersial, yaitu kerangka acuan yang padanya hukum gerak Newton berlaku. Sedangkan Teori Relativitas Umum berkaitan dengan situasi yang lebih rumit dimana kerangka acuan mengalami percepatan gravitasi. Teori Relativitas Khusus didasari pada postulat Einstein, yang mengubah pemahaman klasik tentang relativitas. Pemahaman klasik tentang relativitas didasari konsep Galileo (ingat kembali pembahasan tentang relativitas gerak).

2.4.2 RELATIVITAS NEWTON Kajian kinematika dari partikel didasarkan pada teori medan kuantum (teori relativitas khusus dan mekanika kuantum). Teori medan kuantum adalah alat untuk mempelajari partikel yang didasarkan atas obyek-obyek yang dapat menciptakan partikel dan merusak partikel. Obyek tersebut adalah medan-medan dari teori medan kuantum. Medan-medan kuantum adalah obyek-obyek yang menyerap dimensi ruang-waktu. Partikel-partikel dapat dihasilkan atau dirusak dimana-mana dan pada setiap waktu. Sebagai contoh, sebuah elektron atau foton

20

dapat tampak atau tidak tampak dimana-mana di dalam ruang, sesuai dengan tafsiran probabilistik. Proses-proses kuantum mengijinkan sejumlah partikel-partikel bermuatan di alam semesta untuk berubah melalui penciptaan atau perusakan partikel. Masing-masing partikel diciptakan atau dirusak oleh medan-medan. Berbeda dengan teori elektromagnetik, dalam teori medan kuantum gaya dan interaksinya digambarkan dalam ungkapan medan-medan yang terjadi pada setiap titik dalam ruang-waktu. Konsep ruang-waktu, ruang dan waktu tidak dapat ditinjau secara bebas, berasal dari perumusan relativitas khusus Einstein untuk menggambarkan kecepatan, energi dan momentum dari partikel yang sangat tinggi, kecepatannya mendekati kecepatan cahaya. Meskipun ruang dan waktu tidak sama, ruang dan waktu jelas berbeda, pengukuran kedua besaran tersebut berdasarkan pada kecepatan dimana sistem bergerak relatif satu sama lain. Sebagai contoh, dalam dilatasi waktu (time dilation), waktu yang dialami oleh obyek-obyek yang bergerak cepat adalah berbeda. Pengukuran dilatasi waktu digunakan untuk mempelajari partikel-partikel elementer yang dihasilkan ketika bertumbukan dan bergerak pada kecepatan relativistik. Hukum pertama Newton (hukum Inersia) tidak membedakan antara partikel yang diam dan partikel yang bergerak dengan kecepatan konstan. Jika tidak terdapat gaya luar-bersih yang bekerja, partikel tersebut tetap akan berada pada keadaan awalnya-diam atau bergerak dengan kecepatan awalnya (lembam). Sebuah koin dijatuhkan oleh seseorang yang berada dalam sebuah mobil yang sedang bergerak. Pada kerangka acuan S (pengemudi mobil), ketika koin dijatuhkan terlihat kion jatuh vertikal ke bawah. Sedangkan dalam kerangka acuan S (Pengamat yang diam diluar mobil) koin mengikuti suatu kurva lintasan parabola karena koin tersebut memiliki kecepatan awal V ke kanan. Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa Hukum Newton baerlaku untuk kerangka acuan S dan S. Kerangka acuan dimana hukum Newton berlaku disebut kerangka acuan Inersia. Kerangka acuan inersia adalah suatu kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam atau bergerak terhadap acuan lainya dengan kecepatan konstan pada suatu garis lurus. Kerangka acuan inersia tidak mengalami percepatan dan tidak berotasi. Jika kita memiliki kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif terhadap yang lainya seperti S dan S, tidak ada percobaan mekanika yang dapat memberitahu kita bagian mana yang diam dan bagian mana yang sedang bergerak atau21

keduanya bergerak. Hasil ini dikenal dengan prinsip relativitas Newton, yaitu hukum-hukum Newton tentang gerak dan persamaan gerak sutu benda tetap sama dalam semua kerangka acuan inersia, sedangkan kecepatan benda tidak mutlak tapi bersifat relatif. Prinsip ini dikenal oleh Galileo, Newton dan yang lainya pada abad ke 17. Akan tetapi, pada akhir abad ke 19. Pandangan ini telah berubah. Sejak itu umumnya dipikirkan bahwa relativitas Newton tidak berlaku lagi dan gerak mutlak dapat dideteksi dalam prinsip pengukuran kecepatan cahaya.

Kegagalan Relativitas Klasik Pandangan tentang alam, yang berasal dari Galileo mengatakan bahwa : Ruang dan waktu adalah mutlak Setiap percobaan yang dilakukan dalam kerangka acuan (pengamatan) kita barulah bermakna fisika apabila dapat dikaitkan dengan percobaan serupa yang dilakukan dalam kerangka acuan.mutlak, yaitu suatu sistem koordinat kartesius semesta yang padanya tercantumkan jam-jam mutlak . Contoh pada azas kelembaman (inersia) Galileo, mengatakan bahwa sebuah benda yang diam cenderung diam kecuali jika padanya dikenakan gaya luar. Bila kita mencoba menguji asas ini dalam sebuah kerangka acuan yang mengalami percepatan, seperti sebuah mobil yang berhenti secara mendadak, atau sebuah komidi putar yang berputar dengan sangat cepat, kita akan dapati bahwa azas ini tidak berlaku (dilanggar). Jadi hukum I Newton (kelembaman), tidak berlaku dalam kerangka acuan yang mengalami percepatan, kecuali dalam kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan konstan. Kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan konstan disebut kerangka acuan lembam (inersial). Peristiwa-peristiwa yang diamati dari berbagai kerangka lembam dapat tampak berbeda bagi masing-masing pengamat dalam tiap kerangka itu. Perbandingan pengamatan-pengamatan yang dilakukan dalam berbagai kerangka lembam memerlukan sebuah perumusan yang disebut transformasi Galileo, yang mengatakan bahwa kecepatan (relatif terhadap tiap kerangka lembam) mematuhi aturan jumlah yang paling sederhana.

22

2.4.3 Transformasi Galileo Dalam membahas teori relativitas diperlukan suatu kerangka acuan inersial yaitu kerangka acuan di mana hukum pertama Newton berlaku. Kerangka acuan inersial adalah suatu kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam atau bergerak terhadap acuan lainnya dengan kecepatan konstan pada suatu garis lurus. Misalkan kejadian fisika berlangsung di dalam sebuah kerangka acuan inersial, maka lokasi dan waktu kejadian dapat dinyatakan dengan koordinat (x, y, z, t) dengan t adalah waktu. Kita dapat memindahkan koordinat ruang dan waktu suatu kejadian yang berlangsung di dalam sebuah kerangka acuan inersial ke dalam kerangka acuan lain yang bergerak dengan kecepatan relatif yang konstan melaui transformasi Galileo. Pada gambar 2.1 terdapat dua kerangka acuan inersial S dan S. S diam dan S bergerak dengan kecepatan v terhadap S sepanjang sumbu x positif.

Gambar 2.1 kerangka acuan inersial S dan S. S diam dan S bergerak dengan kecepatan v terhadap S 1 Bayangkanlah S sebagai stasiun dan S sebagai kereta api yang bergerak dengan kecepatan konstan v. Mula-mula S dan S berimpit lalu setelah t sekon, S sudah menempuh jarak d = vt. Seorang penumpang P di dalam kereta api terhadap kerangka acuan S bergerak dengan kecepatan tetap ux searah dengan v. Pada saat t sekon, P mempunyai koordinat P(x, y, z) terhadap kerangka acuan S dan mempunyai koordinat P(x, y, z) terhadap kerangka acuan S dengan hubungan : ; ; ;

(2.1)

Persamaan (2.1) disebut sebagai transformasi Galileo. Untuk menentukan kecepatan, Persamaan (2.1) diturunkan terhadap waktu t. karena menurut transformasi Galileo, t = t, maka diperoleh :

23

Bentuk terhadap S.

adalah kecepatan P terhadap S dan bentuk

adalah kecepatan P

Dengan demikian, Persamaan (2.1) menjadi : ; ; (2.2)

Untuk mendapatkan percepatan, Persamaan (2.2) diturunkan terhadap waktu. Karena v konstan, maka ; 0 , sehingga berlaku hubungan : ; (2.3)

Menurut Persamaan (2.3), jika a = a sedangkan massa P di kerangka acuan S sama dengan massa P di kerangka acuan S. Dengan demikian, hukum Newton, adalah sama atau F = F. F=ma dengan F=ma,

2.4.4 Teori Relativitas Khusus Teori relativitas muncul sebagai hasil analisis konsekuensi fisis yang tersirat oleh ketiadaan kerangjka acuan universal. Teori relativitas khusus yang dikembangkan oleh Einstein tahun 1905 adalah salah satu teori sangat penting yang merupakan deviasi dramatik dari fisika klasik dan sangat esensial dalam perkembangan teori relativitas umum dan teori medan kuantum yang mempersoalkan kerangka acuan universal. Kerangka acuan ini bergerak dengan kecepatan tetap (yaitu, kecepatan tetap dan arah tetap) terhadap kerangka lainnya. Teori ini didasarkan atas dua postulat : (1) Hukum-hukum fisika adalah sama dalam semua kerangka inersia. (2) Laju cahaya, c, adalah sama dalam setiap kerangka inersia. Pada postulat pertama dinyatakan ketiadaan kerangka acuan yang universal. Bila hukum-hukum fisika berbeda untuk kerangka acuan yang berbeda dalam keadaan gerak relatif, maka kita dapat menentukan mana yang dalam keadaan diam dan mana yang bergerak dari perbedaan tersebut. Namun, karena tidak terdapat kerangka acuan universal, perbedaan tersebut tidak terdapat, sehingga muncul postulat di atas. Postulat ini mengikuti konsep intuitif mengenai ruang dan waktu yang kita bentuk dalam kehidupan sehari-hari.

24

Teori relativitas umum, diusulkan oleh Einstein sepuluh tahun kemudian, mempersoalkan kerangka yang dipercepat satu terhadap yang lainnya. Seorang pengamat dalam laboratorium yang terisolasi dapat mendeteksi percepatan. Setiap orang yang pernah naik elevator atau komedi putar dapat membuktikan pernyataan tersebut dari pengalamannya. Contoh yang sederhana, kita mempunyai dua buah kapal, A dan B. Kapal A diam di atas air sedangkan kapal B bergerak dengan kecepatan tetap vr . daerah tersebut diliputi kabut sehingga kedua pengamat pada masing-masing kapal tidak bisa mengetahui kapal mana yang bergerak. Pada saat B berdampingan dengan A, api dinyalakan untuk sesaat. Menurut postulat kedua dari relativitas khusus, cahaya api akan merambat ke segala arah dengan kelajuan tetap. Pengamat pada masing-masing kapal mendapatkan bola cahaya dengan ia sebagai pusat, walaupun salah satu pengamat berubah kedudukannya terhadap tempat padamnya api tersebut. Jadi, kalau kita menempatkan kerangka acuan pada masing-masing kapal maka pengamat pada kedua kapal akan melihat peristiwa yang sama karena kelajuan cahaya sama dalam kedua kerangka acuan tesebut. Dua postulat Einsten tersebut kemudian menjadi dasar dari teori relativitas khusus. Jika kita menyakini atau setuju dengan kedua postulat tersebut, ada beberapa akibat dari postulat tersebut: 1. Waktu tidak universal. 2. Simultanitas adalah relatif. 3. Dilatasi waktu: gerak jam berjalan lambat. 4. Kontraksi panjang: benda yang bergerak akan mengkerut dalam arah geraknya. 5. Massa dan energi adalah ekuivalen.

2.4.5 Percobaan Michelson-Morley Menurut teori gelombang Huygens, cahaya memerlukan medium untuk merambat. Jadi, cahaya dapat mencapai Bumi dari Matahari karena di ruang hampa yang dilalui cahaya ada medium perambatan gelombang cahaya yang disebut eter. Namun, belum ada bukti langsung akan keberadaan eter tersebut. Pada tahun 1887, Michelson dan Morley, ilmuwan fisika berkebangsaan Amerika melakukan percobaan untuk mengukur kelajuan eter dengan alat yang dinamakan interferometer. Percobaan itu berdasarkan prinsip penjumlahan vector kecepatan. Pada gambar25

2.2 perahu A dan B bergerak dengan kecepatan c terhadap Bumi sedangkan kecepatan aliran air terhadap Bumi adalah u. Kita akan membandingkan waktu yang diperlukan perahu A bergerak bolak-balik memotong arus sungai dengan waktu yang diperlukan perahu B bolakbalik searah arus sungai untuk jarak yang sama, d, seperti pada gambar.

Gambar 2.2 Prinsip Penjumlahan KecepatanPerahu dengan Kecepatan Air Sungai Agar resultan kecepatan perahu A tegak lurus pada aliran sungai, maka saat berangkat kecepatan perahu harus sesuai dengan diagram dan saat kembali juga harus sesuai dengan diagram seperti yang tampak pada gambar 2.2. Besar kecepatan resultannya adalah sama, yaitu v2 = c2 u2 sehingga waktu bolak-balik perahu A adalah : / /

(2.4)

Untuk perahu B, kelajuan saat pergi adalah v1 = c + u dan kelajuan saat kembali adalah v2 = c u. waktu bolak-balik yang dibutuhkan oleh perahu B adalah :/ /

(2.5)

Perbandingan tA dengan tB adalah : 1 / (2.6)

Bila kecepatan c sama dengan kecepatan cahaya dan perbandingan waktu tA/tB dapat diukur, maka kecepatan aliran sungai u dapat dihitung. Michelson dan Morley menggunakan prinsip di atas untuk percobaan yang menggunakan interferometer seperti pada gambar 2.3. Andaikan eter itu ada, maka gerak Bumi mengelilingi Matahari mengakibatkan gerak eter26

relatif terhadap Bumi sama dengan kecepatan Bumi mengelilingi Matahari yaitu 3 x 104 m/s. Gerak eter ini analog dengan aliran air sungai pada ilustrasi gerak perahu.

Gambar 2.3 Bagan Percobaan Michelson-Morley

Sinar Matahari yang jatuh pada gelas setengah cermin, sebagian diteruskan ke cermin I dan sebagian dipantulkan ke cermin II hingga akhirnya sinar itu sampai di layar pengamat seperti pada gambar. Sinar yang menuju cermin I segaris dengan aliran eter sehingga analog dengan perahu B. Sedangkan sinar yang menuju cermin II tegak lurus dengan aliran eter sehingga analog dengan perahu A. Hasil pengamatan yang telah dilakukan berkali-kali untuk posisi dan waktu yang berbeda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan waktu antara tA dan tB. Persamaan (2.6) tidak dipenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan : 1) hipotesis tentang eter tidak benar; ternyata eter tidak ada, 2) kecepatan cahaya adalah besaran mutlak, tidak bergantung pada kerangka acuan inersial.

2.4.6 Transformasi Lorentz Transformasi Galileo, yaitu Persamaan (2.1) dan (2.2) hanya berlaku untuk kecepatankecepatan yang jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya, c. Untuk peristiwa yang lebih luas hingga kecepatan yang menyamai kecepatan cahaya diperlukan suatu transformasi baru sehingga diperoleh bahwa kecepatan cahaya adalah vakum merupakan besaran mutlak. Untuk memasukkan konsep relativitas Einstein, maka selang waktu menurut kerangka acuan bergerak t tidak sama dengan selang waktu menurut kerangka acuan bergerak t. Karenanya, hubungan transformasi mengandung suatu pengali , yang disebut tetapan

27

transformasi. Dengan demikian bila transformasi ini dianggap linear, maka Persamaan (2.1) menjadi : (2.7) Jika kerangka acuan S terhadap kerangka acuan S bergerak ke kanan dengan kecepatan tetap v, maka kerangka acuan S terhadap S dapat dianggap bergerak relatif ke kiri dengan kecepatan v. Hubungan x terhadap x menjadi : (2.8) Substitusi nilai x dari Persamaan (2.7) ke dalam Persamaan (2.8) menghasilkan

(2.9) Misalkan kecepatan P terhadap kerangka acuan S adalah kecepatan cahaya ux=c, maka menurut Einstein kecepatan cahaya terhadap kerangka acuan S sama besarnya yaitu ux=c. Dari sini diperoleh hubungan x=ct dan x=ct sehingga Persamaan (2.7) menjadi ct =(x vt). Kemudian dengan menggunakan nilai t dari Persamaan (2.9) diperoleh :

Faktor yang mengandung x dikumpulkan di sebelah kiri sehingga : 1 Atau : 1 1

Karena x = ct maka haruslah : 1 atau 1 1 atau (2.10) Akhirnya dapat kita tulis hasil transformasi Lorentz sebagai : 1 1

28

;

;

;

(2.11a)

(2.11b) Sekarang kita perhatikan kedua persamaan di atas, persamaan (2.11a) dan (2.11b). Ada beberapa hal yang dapat kita pahami : 1. bila kita mengambil v / c cukup kecil atau c atau v 0 sehingga 1, maka kita akan memperoleh persamaan transformasi Galileo, 2. koordinat ruang dan waktu tidak dipisahkan (x,t) , 3. persamaannya tidak berubah bentuk dari satu kerangka acuan dengan kerangka acuan yang lain. Berarti persamaannya mengikuti postulat Einstein yang pertama. 4. hanya ada kecepatan relatif. Kerangka acuan S memiliki kecepatan relatif (-v) terhadap S atau sebaliknya.

Di sini kita lihat bahwa relativitas Einstein, ruang dan waktu adalah relatif sedangkan relativitas Newton, ruang dan waktu adalah mutlak. Transformasi Lorentz akan tereduksi menjadi tambahan transformasi Galileo apabila kelajuan v jauh lebih kecil dari kelajuan cahaya (v