16
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1. Pengertian Self Disclasure Keterbukaan diri cenderung bersifat timbal balik dan menjadi semakin mendalam selama hubungan komunikasi berlangsung. Hubungan yang baik dapat terbina bila seseorang mau mengungkapkan reaksi terhadap kejadian yang dialami orang lain akan mengenal diri seseorang bila orang tersebut mau terbuka. Menurut Johson (Supratiknya, 1994) menyatakan bahwa keterbukaan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap sesuatu yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, menurut Supratiknya (1994) keterbukaan diri dapat diartikan sebagai upaya mengungkapkan tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan ketiga kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Keterbukaan Diri

2.1.1. Pengertian Self Disclasure

Keterbukaan diri cenderung bersifat timbal balik dan menjadi semakin

mendalam selama hubungan komunikasi berlangsung. Hubungan yang baik dapat

terbina bila seseorang mau mengungkapkan reaksi terhadap kejadian yang

dialami orang lain akan mengenal diri seseorang bila orang tersebut mau terbuka.

Menurut Johson (Supratiknya, 1994) menyatakan bahwa keterbukaan diri

adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap sesuatu yang sedang

kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang

berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini.

Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, menurut Supratiknya

(1994) keterbukaan diri dapat diartikan sebagai upaya mengungkapkan

tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi, termasuk kata-kata yang

diucapkan atau perbuatan ketiga kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

11

2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka

Brooks dan Emmert (Rachmat, 2003) mengemukakan ciri-ciri orang

terbuka dan orang tertutup (dogmatisme). Seperti yang terlihat dalam tabel

dibawah ini :

Tabel 1. Ciri-ciri orang terbuka

Terbuka Tertutup

1. Menilai pesan secara obyektif, dengan

menggunakan data dan keajekan

logika

2. Membedakan dengan mudah, melihat

nuansa

3. Berorientasi pada isi

4. Mencari informasi dari berbagai

sumber

5. Lebih bersifat provisional dan

bersedia mengubah kepercayaannya.

6. Mencari pengertian pesan yang tidak

1. Menilai pasar berdasar motif-motif

pribadi

2. Berpikir simplistis, artinya berpikir

hitam putih ( tanpa nuansa ).

3. Bersandar lebih banyak sumber pesan

daripada isi pesan.

4. Mencari informasi tentang

kepercayaan orang lain dari sumbernya

sendir, bukan dari kepercayaan orang

lain.

5. Secara kaku mempertahankan dan

memegang teguh sistem

kepercayaannya

6. Menolak , mengabaikan, mendistorsi

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

12

sesuai dengan rangkaian

kepercayaannya.

dan menolak pesan yang tidak

konsisten dengan sistem

kepercayaannya.

Ciri-ciri orang terbuka dapat diuraikan sebagai berikut ::

a. Menilai pesan secara obyektif dengan menggunakan data dan logika.

Orang yang dalam menerima pesan menggunakan akal pikiran yang baik,

sedangkan pada orang tertutup cenderung menggunakan keyakinan.

b. Mampu membedakan dan melihat nuansa dengan mudah . orang yang

terbuka lebih mudah dalam membedakan situasi dan kondisi kapan

mererka mau terbuka.

c. Lebih menekankan pada isi. Dalam keterbukaan diri orang yang terbuka

cenderung menekankan pada “apa” yang dibicarakan dari pada “siapa”

d. Berusaha mencari informasi dario sumber lain. Mereka lebih senang

mencari informasi dari berbagai sumber yang relefan sebagai bahan

pertimbangannya.

e. Bersifat profisional dan berusaha mencari informasi serta bersedia

mengubah keyakinannya joika tidak sesuai dengan keadaan. Orang yang

terbuka dan menerima kelemahannya dan berusaha untuk

menyempurnakan dengan mencari informasi-informasi yang berhubungan

dengan keyakinannya tersebut.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

13

f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian

kepercayaaanya. Orang yang terbuka akan mampu menerima pesan yang

tidak sesuai dengan gagasannya.

Dari ciri-ciri di atas apabila diterapkan secara tepat dan didukung oleh

sikap saling percaya akan dapat menciptakan hubungan yang intim. Begitu

pula jika diterapkan dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Dalam

proses mengajar tersebut diperlukan suatu keterbukaan diri dari siswa dan

guru agar tercipta suatu interaksi yang baik karena diharapkan sikap

keterbukaan diri tersebut dapat mendorong timbulnya saling pengertian,

saling menghargai dean saling mengembangkan hungan sehingga tercipta

situasi belajar yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri menurut Jourard

(Devito, 1989) adalah sebagai berikut :

a. The Dyadic Effec

Menurut Jourard (Devito, 1989 ) “Bila seseorang membuka sesuatu

tentang dirinya pada orang lain, ia cenderung memunculkan tingkat

keterbukaan balasan pada orang yang kedua.

“ Inilah yang disebut efek dyadic. Dari pernyataan diatas mengandung

pengertian bahwa jika keterbukaan diri dilakukan secara baik dan akrab

akan membangkitkan balasan keterbukaan diri yang serupa dari orang lain

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

14

dan bila keterbukaan diri dilakukan secara dangkal atau sederhana maka

akan membangkitkan balasan keterbukaan diri.

b. Audience Size

Ukuran pendengar sangat mempengaruhi keefektifan seseorang dalam

melakukan keterbukaan diri. Keterbukaan diri dinggap lebih efektif bila

berada dalam situasi kelompok yang kecil dibandingkan jika berada dalam

kelompok besar, karena dalam kelompok yang kecil interaksi anggota

kelompok lebih mudah dan cepat mendapat respon atau umpan balik dari

orang lain

c. Topik

Topik pembicaraan mempengaruhi kuantitas dan tipe keterbukaan diri.

Dalam keterbukaan diri orang cenderung lebih suka terbuka tentang

informasi mengenai pekerjaan atau hobi daripada tentang kehidupan

keluarga atau keadaan ekonominya.

d. Valance

Dalam keterbukaan diri lebih ditekankan pada isi, maksudnya adalah

lebih mengarah pada “ apa “ yang diungkapkan daripada kepada siapa

informasi tersebut diungkapkan. Keterbukaan dianggap berhasil apabila

seseorang memahami betul terhadap apa yang diinformasikan baik positif

maupun negatif karena hal itu sangat menentukan dalam perkembangan

selanjutnya.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

15

e. Gender

Dalam penelitian diungkapkan bahwa keterbukaan diri cenderung

dimilikioleh kaum wanita daripada pria. Maksudnya adalah dalam

kehidupan, wanita lebih terbuka kepada orang lain dari pada laki-laki.

Pada dasarnya wanita dan pria sama-sama membutuhkan orang lain hanya

saja wanita bila dalam kehidupan sehari-hari mengalami kejadian tertuntu

atau informasi-informasi baik tentang dirinya maupun orang lain mereka

cepat- cepat membaginya dengan orang lain baik kesenangan maupun

kesusahan yang sedang dialami, sebaliknya laki-laki lebih senang diam

atau memendam sendiri permasalahannya daripada membeberkan kepada

orang lain akibatnya laki-laki lebih cepat terserang stress dan usianyapun

tidak panjang.

f. Receiver

Relationship dalam keterbukaan diri penerima hubungan menjadi

faktor penting. Karena keterbukaan diri dianggap berhasil jika ada umpan

balik dari pendengar informasi. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang

berbeda-beda harus kepada siapa mereka harus terbuka kepda teman-

temannya daripada orang tuanya, karena usia mereka yang tergolong

remaja dimana mereka senang berkelompok dan meras lebih mudah dalam

mengungkapkan reaksinya terhadap kejadia-kejadian tertentu karena

merasa memiliki satu tujuan. Sebaliknya wanita lebih senang membuka

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

16

dirinya kepada orang tua atau teman prianya, karena mereka dianggap

mampu membantu dan memberikan perlindungan kepada dirinya.

2.1.4. Aspek-aspek Keterbukaan diri

Aspek-aspek keterbukaan diri siswa menurut Brooks dan Emeert

(Nurmawati, 2005) adalah :

a. Menilai pesan secara obyektif,dengan menggunakan data dan ketetapan

logika

Indikatornya :- Lebih melihat penilaian secara obyektif,

logis,cukup bukti

- Setiap pesan akan dievaluasi tidak

berdasarkan desakan dari dalam individu

(dogmatis, egois, kebiasaan diri )

b. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa.

Indikator : - Berpikir pada bentuk “antara “

- Tidak memiliki pola pikir yang sederhana

c. Berorientasi pada isi

Indikator : - Mengacu pada materi yang sedang dikerjakan

- Tidak terikat pada otoritas yang lain.

d. Memberi informasi dari berbagai sumber

Indikator : - Terbuka terhadap pendapat orang lain

- Menyerap informasi dari berbagai sumber

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

17

e. Lebih bersifat provesional dan bersedia mengubah kepercayaannya

Indikator : - Mampu membuat perbandingan dari beberapa

pendapat menjadi sebuah kepercayaan baru

akan tetapi tetap mempertimbangkan.

f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian

kepercayaannya

Indikator : - Mampu memahami pesan yang tidak sesuai

dengan gagasan atau penilaiannya

- Tahan dalam suasana inkonsisten

2.2. Permainan Simulasi Bimbingan Kelompok

2.2.1. Bimbingan Kelompok

Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang

perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil

manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (dalam Winkel & Sri

Hastuti, 2004).

Berdasarkan pemaparan tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa

bimbingan kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan kelompok untuk

memberikan bantuan kepada peserta didik/siswa yang dilakukan oleh seorang

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

18

pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk

mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak.

2.2.2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Kesuksesan layanan bimbngan kelompok sangat dipengaruhi sejauh mana

tujuan yang akan dicapai dalam layanan layanan kelompok yang

diselenggarakan.

Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3)

adalah sebagai berikut :

a.Tujuan Umum

Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya

sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Sering

menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosisalisasi/berkomunikasi seseorang

sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak

obyektif, sempit dan terkukung serta tidak efektif

b.Tujuan Khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui

dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

19

pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang

diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif.

2.3. Teknik Bimbingan Kelompok

Keberhasilan dari suatu program bimbingan akan ditentukan oleh ketepatan

menggunakan teknik bimbingan disamping kemampuan dan ketrampilan petugas –

petugasnya. Menurut Hendra dkk (2003) ada beberapa teknik bimbingan

kelompok yang perlu dipahami oleh para petugas bimbingan disekolah antara lain

: teknik home room, diskusi kelompok, pelajaran bimbingan, kelompok kerja,

pengajaran remidi, sosiodrama, psikodrama, ceramah bimbingan, karya wisata,

organisasi siswa, proses katarsis dan wawancara bimbingan.

Sedangkan menurut Romlah (2001) ada beberapa teknik dalam

pelaksanaksanaan bimbingan kelompok, yaitu teknik pemberian informasi, diskusi

kelompok, pemecahan masalah (problem solving), permainan peran (rale playing),

permainan simulasi (simulation games), karya wisata (field trip) dan teknik

penciptaan suasana kekeluargaan (home room).

Teknik yang digunakan oleh Peneliti adalah menggunakan teknik permainan

simulasi, karena dengan menggunakan teknik ini semua siswa bisa memecahkan

masalah, memperjelas masalah dan mengembangkan pribadi individu siswa

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

20

2.4. Permainan Simulasi

Model permainan simulasi didesain untuk membantu siswa mempelajari

dan menganalisis dunia nyata secara aktif. Siswa yang terlibat dalam simulasi

mempunyai peranan masing-masing dan berinteraksi dengan siswa yang lainnya.

Siswa mengambil keputusan sendiri dan menanggung konsekuensi dari

keputusannya. Metode pembelajaran yang seperti ini, tentunya memudahkan

siswa memahamai konsep-konsep permainan, karena objek yang dipelajari siswa

dapat mengalami dalam kehidupan sehari-hari. (Hasibuan dan Moedjiono, 1993).

Menurut Adams dalam Romlah (2001) menyatakan bahwa “permainan

simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi

yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya “ permainan simulasi dapat

dikatakan merupakan gabungan antara teknik permainan perasaan dan teknik

diskusi.

Cara melaksanakan permainan simulasi, langkah yang pertama adalah

menentukan peserta permainan yaitu terdiri dari fasilitator, penulis, pemain,

pemegang peran dan penonton. Setelah peserta permainan ditentukan, permainan

dapat dilaksanakan dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menyediakan alat permainan beserta kelngkapannya.

b. Fasilitator menjelaskan tujuan permainan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

21

c. Menetukan permainan, pemegang peran dan penulis.

d. Menjelaskan aturan permainan.

e. Bermain dan berdiskusi.

f. Menyimpulkan hasil diskusi.

g. Menutup permainan dan menentukan waktu dan tempat bermain

berikutnya

Menurut Sukmadewi (2003) menyatakan bahwa ada tahap-tahap dalam

model pembelajaran permainan simulasi dibagi atas empat bagian, yaitu:

orientasi (orientations), penyiapan peserta, dalam hal ini siswa (participant

preparations), pelaksanaan simulasi (simulation/enactment operations), diskusi.

a. Orientasi

Siswa memerlukan orientasi terhadap permainan simulasi yang akan diikuti.

tahap ini bermanfaat bagi siswa jika sebelumnya tidak pernah mengikuti kegiatan

pembelajaran yang menggunakan simulasi.

Perlu dijelaskan kepada siswa mengenai permasalahan yang akan disimulasikan,

Bagian terpenting dalam fase ini adalah penjelasan terhadap situasi simulasi.

Siswa diberikan bayangan-bayangan dalam pelaksanaan simulasi. Hal lain yang

perlu dijelaskan kepada siswa adalah tentang tujuan yang akan dicapai setelah

permainan simulasi selesai. Penjelasan terhadap situasi permainan dimaksudkan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

22

untuk memberikan arah dan pedoman dalam melakukan pembahasan terhadap

hasil – hasil simulasi.

b. Penyiapan peserta

Bagian-bagian ini sebagai berikut :

a. menyusun scenario simulasi.

b. menetapkan prosedur.

c. mengorganisasikan peserta.

Guru menyusun dan menjelaskan kepada siswa skenario simulasi, yaitu

tentang apa saja yang akan dilakukan oleh peserta simulasi. Termasuk di

dalamnya adalah aturan-aturan yang harus diikuti siswa, prosedur dan

keputusan-keputusan yang harus dilakukan. Langkah selanjutnya adalah

mengorganisasikan peserta. Jika siswa perlu dikelompokkan, maka guru

membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Berikutnya adalah pembagian

peranan dalam permainan simulasi. Siapa atau kelompok mana yang

mempunyai suatu peranan perlu dijelaskan kepada siswa. Juga, apa yang

dilakukan oleh masing-masing pemegang peran.

c) Pelaksanaan simulasi

Bagian ini terdiri atas simulasi, dan penutup simulasi. Pelaksanaan simulasi

adalah bagian utama dari metode ini. Semua komponen berinteraksi untuk

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

23

memperoleh pengalaman-pengalaman yang disimulasikan, selanjutnya hal itu

dipahami sebagai bagian dari pelajaran. Siswa menerapkan permainan,

sementara fasilitator memfasilitasi pelaksanaan simulasi. Fasilitator yang

dilakukan sangat penting, karena menginginkan siswa untuk mempunyai

cukup kebebasan untuk menganalisis situasi, menyelesaikan permasalahan,

dan membuat keputusan tanpa terlalu banyak partisipasi dari guru. Siswa akan

mempunyai pengertian di dalam dirinya bahwa telah melakukan sesuatu

untuk memperoleh pengetahuan bagi dirinya sendiri. Singkatnya, guru hanya

mengarahkan jika perlu, khususnya menjaga siswa agar berada dalam

perannya masing-masing.

d) Diskusi

Bagian dari diskusi adalah berikut ini.

a. Refleksi terhadap pelaksanaan simulasi,

b. Menghubungkan simulasi dengan dunia nyata.

Permainan simulasi bukanlah pengalaman belajar, tetapi pembelajaran yang

sebenarnya baru ditentukan setelah diskusi. Setalah diskusi berakhir, barulah

siswa memperoleh pelajaran yang dituntut untuk dikuasai oleh siswa. Pada

bagian ini terdapat empat hal yang harus diperhatikan, yaitu: pengalaman,

identifikasi, analisis dan generalisasi. Pada metode ini, semua pengalaman

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

24

yang diperoleh selama simulasi perlu direview agar nantinya dihubungkan

dengan dunia nyata. Identifikasi bermakna mendeskripsikan pengalaman

dalam data-data yang terkumpul.

Analisis dilakukan untuk melihat simulasi secara lebih mendalam dan

bermakna, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik. Terakhir adalah

generalisasi, yaitu membuat generalisasi dari hasil-hasil yang diperoleh selama

simulasi untuk memperoleh pengetahuan yang dituntut untuk dikuasai oleh

siswa.

2.5. Penelitian yang Relevan

Dias Ratnawati (2007), dalam penelitiannya menemukan bahwa layanan

bimbingan kelompok (permainan simulasi) efektif dalam meningkatkan

keterbukaan diri siswa SMA Negeri Getasan Kabupaten Semarang . Romi Dwi

Setyo Wibowo (2010), menemukan bahwa teknik permainan simulasi

(bimbingan kelompok) efektif dalam meningkatkan keterbukaan diri siswa SMA

Negeri 3 Malang yang ditunjukan dengan adanya perbedaan interaksi antara

kelompok eksperimen dengan kontrol. Selain itu dalam penelitian Astri

dityaningrum (2010), menemukan bahwa treatment permainan simulasi terbukti

efektif untuk meningkatkan keterbukaan diri siswa SMA Salahudin.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1793/3/T1_132007059_BAB II.pdf · 11 2.1.2. Ciri – ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert

25

2.6. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka

penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

“ Teknik permainan simulasi efektif dapat meningkatkan keterbukaan diri pada

siswa kelas XI E SMK PGRI 2 Salatiga”.