23
16 Universitas Indonesia BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Lembaga Keuangan Perkembangan kelembagaan keuangan sebagai lembaga intermediasi, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank yang mengalami pasang surut sesuai dengan perkembangan kondisi keuangan dan moneter yang dialami suatu negara. Lembaga keuangan terdiri dari beraneka ragam bentuk lembaga yang bergerak pada sektor finansial. Dengan demikian, konsep lembaga keuangan dapat dirumuskan dalam beberapa definisi tergantung dari sudut mana melihatnya (Rivai, dkk, 2007, Hal.15). Lembaga keuangan dalam sistem perbankan adalah lembaga keuangan yang menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1, ”adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.” Sedangkan lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan selain bank yang dalam kegiatannya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, yang meliputi perusahaan asuransi, dana pensiun, pasar modal, leasing, modal ventura, pegadaian, serta perusahaan pembiayaan lainnya. Dilihat dari sifat operasinya, suatu lembaga atau organisasi dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, lembaga yang berorientasi untuk mendapatkan keuntungan (profit institution). Kedua, lembaga yang dalam menjalankan aktivitasnya tidak berorientasi mengumpulkan keuntungan (non-for-profit institution) yang dalam bahasa lain sering disebut organisasi nirlaba. Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Lembaga Keuanganlib.ui.ac.id/file?file=digital/120638-T 25499-faktor-faktor... · lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, untuk

Embed Size (px)

Citation preview

16 Universitas Indonesia

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Lembaga Keuangan

Perkembangan kelembagaan keuangan sebagai lembaga intermediasi, baik

bank maupun lembaga keuangan bukan bank yang mengalami pasang surut sesuai

dengan perkembangan kondisi keuangan dan moneter yang dialami suatu negara.

Lembaga keuangan terdiri dari beraneka ragam bentuk lembaga yang bergerak

pada sektor finansial. Dengan demikian, konsep lembaga keuangan dapat

dirumuskan dalam beberapa definisi tergantung dari sudut mana melihatnya

(Rivai, dkk, 2007, Hal.15).

Lembaga keuangan dalam sistem perbankan adalah lembaga keuangan yang

menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1,

”adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat

banyak.”

Sedangkan lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan selain

bank yang dalam kegiatannya tidak diperkenankan menghimpun dana secara

langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, yang meliputi perusahaan

asuransi, dana pensiun, pasar modal, leasing, modal ventura, pegadaian, serta

perusahaan pembiayaan lainnya.

Dilihat dari sifat operasinya, suatu lembaga atau organisasi dapat dibagi

menjadi dua macam. Pertama, lembaga yang berorientasi untuk mendapatkan

keuntungan (profit institution). Kedua, lembaga yang dalam menjalankan

aktivitasnya tidak berorientasi mengumpulkan keuntungan (non-for-profit

institution) yang dalam bahasa lain sering disebut organisasi nirlaba.

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

17

Kelangsungan hidup organisasi nirlaba sangat tergantung dari berbagai

sumbangan yang diberikan oleh pihak-pihak yang percaya kepada organisasi

tersebut.

Di berbagai negara, seperti Amerika Serikat dan Eropa, organisasi nirlaba

berkembang sangat pesat. Secara umum, pengertian organisasi nirlaba adalah

institusi yang dalam menjalankan operasinya tidak berorientasi mencari laba.

Namun demikian, bukan berarti organisasi nirlaba tidak dibolehkan menerima

atau menghasilkan keuntungan dari setiap aktivitasnya. Hanya biasanya jika

memperoleh keuntungan, keuntungan tersebut dipergunakan untuk menutupi

biaya operasional atau kembali disalurkan untuk kegiatan utamanya lagi (Widodo

dan Kustiawan, 2001, Hal 4).

Karakteristik yang biasanya melekat pada organisasi nirlaba adalah:

♦ Sumber daya organisasi berasal dari para penyumbang yang tidak

mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding

dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

♦ Menghasilkan barang dan atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika

organisasi menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak untuk dibagikan kepada

para pendiri atau pemilik organisasi tersebut.

2.2 Keuangan Mikro dan LKM

Keuangan mikro (microfinance) merupakan alat yang penting dan strategis

dalam mewujudkan pembangunan dalam tiga hal sekaligus, yaitu: menciptakan

lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengentaskan

kemiskinan. Akses terhadap jasa keuangan yang berkelanjutan merupakan

prasyarat bagi masyarakat miskin dan pengusaha mikro untuk meningkatkan

kemampuan dan kapasitas ekonominya.

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

18

Asian Development Bank mendefinisikan microfinance sebagai penyediaan

layanan keuangan yang seluas-luasnya, seperti deposito, pinjaman, jasa

pembayaran, transfer uang dan asuransi bagi orang miskin dan rumah tangga

berpenghasilan rendah dan kepada usaha-usaha kecil/mikro.

Dalam handbook yang dikeluarkan Bank Dunia disebutkan bahwa

microfinance adalah penyediaan jasa keuangan bagi nasabah berpenghasilan

rendah, yang umumnya berupa pemberian kredit dan menerima tabungan. Dalam

konteks lembaga keuangan di Indonesia, microfinance biasa diterjemahkan

sebagai pembiayaan mikro atau kredit mikro, yaitu aktivitas pembiayaan yang

ditujukan bagi nasabah berpenghasilan rendah di mana pada umumnya belum

terjangkau oleh bank umum, seperti sektor informal, usaha rumah tangga, serta

para petani kecil di pedesaan.

Salah satu pendekatan yang dipergunakan dalam aplikasi konsep keuangan

mikro adalah diarahkan pada upaya pengentasan kemiskinan melalui instrumen

kredit yang biasanya disertai dengan layanan tambahan, seperti pelatihan baca

tulis, menghitung, penyuluhan kesehatan dan gizi, kegiatan keagamaan dan lain

sebagainya. Melalui pendekatan ini, pemerintah dan atau pihak donor membiayai

kredit untuk orang miskin, dengan bunga di bawah suku bunga pasar. Sasarannya

adalah orang miskin, untuk membantu keluar dari jerat kemiskinan serta

memberdayakan mereka.

Prinsip umum pengelolaan microfinance antara lain: a) Pelayanan dan

pengembangan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi nasabah

mikro; b) Pelayanan terbuka bagi seluruh lapisan (sektor) melalui pendekatan

sistem dan prosedur yang sederhana, persyaratan yang mudah, lokasi yang

strategis, sehingga gampang dijangkau dan mengurangi ongkos transaksi bagi

nasabah; c) Organisasi, sistem operasional, administrasi, pengawasan serta sistem

informasi didesain secara sederhana, mudah, dengan memperhatikan efisiensi dan

efektivitas; d) Sistem kegiatannya terbuka (transparan); dan e) Kelangsungan

kegiatan didukung oleh sistem yang berjalan dengan baik, serta menjamin

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

19

keberlanjutan pelayanan bagi nasabah potensial dan menyumbang manfaat bagi

pengembangan kinerja pelayanan itu sendiri, sehingga tercipta sistem keuangan

mikro yang berkesinambungan.

Aktivitas keuangan mikro dilakukan oleh lembaga-lembaga pembiayaan mikro

(microfinance institution) yang selama ini sudah cukup dikenal oleh masyarakat,

seperti Bank Perkreditan Rakyat, Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal wat

Tamwil, Lembaga Swadaya Masyarakat, serta berbagai kelompok arisan. Selain

itu, BRI Unit Desa sebagian besar pembiayaannya juga dapat digolongkan dalam

kredit mikro.

Pada intinya, layanan microfinance dapat dilakukan baik oleh pemerintah,

swasta, LSM, lembaga keuangan formal ataupun informal, bahkan oleh

perseorangan. Layanan microfinance yang dilakukan oleh perbankan disebut

microbanking. Konsep microbanking adalah bagaimana perbankan dapat

melayani sektor usaha mikro yang umumnya bersifat informal.

Namun, di balik peranannya yang strategis dalam pemberdayaan ekonomi

kerakyatan itu, tidak sedikit lembaga pembiayaan mikro yang menghadapi

kendala, sehingga tidak mampu menjalankan peranan dan fungsinya secara

optimal. Kendala itu baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kendala

internal mencakup lemahnya kualitas sumber daya manusia serta terbatasnya

sumber pendanaan. Sedangkan kendala eksternal yaitu rendahnya kepedulian

masyarakat dan pemerintah terhadap lembaga keuangan mikro ini.

Sementara, pada saat yang sama, keberadaan lembaga keuangan mikro juga

belum mendapat tempat yang jelas dalam konstelasi perekonomian nasional

sebagaimana lembaga keuangan lainnya seperti perbankan, asuransi, dan

perusahaan pembiayaan. Keberadaan perbankan telah diatur secara jelas dalam

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dengan Bank Indonesia sebagai motor

penggeraknya, bahkan terdapat penjaminan oleh pemerintah berupa Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS) yang semakin mengukuhkan keberadaan perbankan.

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

20

Kondisi ini akan jauh berbeda bila dibandingkan dengan keberadaan LKM yang

telah jelas mempunyai kontribusi pada pelaku UKM yang peranannya dalam

Produk Domestik Bruto sangat besar (Wijono, 2005, Hal.2).

Segmen masyarakat di Indonesia berdasarkan strata ekonomi masih didominasi

kelompok ekonomi lemah, di mana kelompok tersebut relatif tidak banyak

memiliki pilihan dalam menggunakan jasa lembaga keuangan. Sementara

kehadiran lembaga keuangan mikro kenyataannya belum mampu berbuat banyak

dalam mengatasi persoalan perekonomian masyarakat. Di sisi lain, lembaga

keuangan yang telah berkembang lebih dahulu seperti perbankan cenderung

memanjakan kelompok kaya dan mengesampingkan (kepentingan) kelompok tak

berpunya.

Baik di negara-negara kaya maupun miskin, lembaga-lembaga kredit lebih

memihak kaum kaya dan dengan demikian mereka memaklumkan lonceng

kematian bagi kaum miskin. Dalam teori ekonomi, kredit dipandang hanya

sebagai alat untuk melumasi roda-roda perdagangan, bisnis, dan industri.

Kenyataannya, kredit menciptakan kekuatan ekonomi yang dengan cepat berubah

menjadi kekuatan sosial. Ketika lembaga-lembaga perkreditan serta perbankan

membuat ketentuan yang menguntungkan sektor (kelompok) tertentu, maka sektor

(kelompok) itu akan menigkat status sosial ekonominya (Yunus, 2007, Hal.151).

Menurut Robinson (2000) seperti dikutip Wijono (2005, Hal.4), pinjaman

dalam bentuk micro credit merupakan salah satu upaya yang ampuh dalam

mengatasi kemiskinan. Hal tersebut didasarkan bahwa pada masyarakat miskin

sebenarnya terdapat perbedaan klasifikasi yang mencakup: pertama, masyarakat

yang sangat miskin (the extreme poor) yakni mereka yang tidak berpenghasilan

dan tidak memiliki kegiatan produktif, kedua, masyarakat yang dikategorikan

miskin namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor),

dan ketiga, masyarakat yang berpenghasilan rendah (lower income) yakni mereka

yang memiliki penghasilan meskipun tidak banyak.

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

21

Semakin tinggi taraf hidup dan tingkat sosial suatu masyarakat, maka semakin

banyak tingkat pilihan masyarakat tersebut untuk memenuhi keinginan dan

kebutuhannya (Assauri, 1987, Hal.17). Dalam konteks penggunaan jasa keuangan,

semakin rendah taraf hidup seseorang, maka semakin sedikit pilihan untuk dapat

menikmati jasa keuangan yang ada.

Dalam kaitan akses masyarakat terhadap jasa dan layanan keuangan, lembaga

keuangan mikro dapat menjadi pilihan bagi kelompok masyarakat yang tidak

terlayani oleh lembaga perbankan karena keterbatasannya, serta seperangkat

peraturan juga persyaratan bank yang ketat, bahkan bagi sebagian masyarakat

dirasakan terlalu rumit.

Keuangan mikro, termasuk lembaganya, adalah sebuah konsep yang berangkat

dari pengalaman riil masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh

karena itu, lembaga keuangan mikro memiliki karakteristik khusus yang sesuai

dengan segmen sasarannya, yaitu: 1) Terdiri dari berbagai bentuk pelayanan

keuangan, terutama simpan dan pinjam, 2) Diarahkan untuk melayani masyarakat

berpenghasilan rendah, dan 3) Menggunakan sistem serta prosedur yang

sederhana (Ginanjar, 2003, Hal.26).

Menurut Rancangan Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro (RUU LKM),

Keuangan Mikro didefinisikan sebagai layanan jasa keuangan berupa

penghimpunan dana dan pemberian pinjaman dalam jumlah kecil, penyediaan

jasa-jasa keuangan terkait yang ditujukan untuk kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah. Sedangkan pengertian umum LKM adalah lembaga

keuangan penyedia jasa keuangan mikro (Salam, 2008, Hal.9).

Menurut Bank Indonesia (2006), lembaga keuangan mikro (LKM) dalam

pengertian yang umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: (1) LKM

berbentuk bank, yaitu BPR dan Unit Mikro dari Bank Umum; (2) LKM berbentuk

koperasi, yaitu KSP, USP, KJKS, UJKS; serta (3) LKM Bukan Bank Bukan

Koperasi (LKM B3K) seperti BKD dan LPKD yang tidak memenuhi syarat dalam

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

22

UU Perbankan, Baitul Maal wat Tamwil (BMT), dan Koperasi Kredit yang tidak

memiliki izin pendirian koperasi, dan sebagainya. LKM B3K selanjutnya dikenal

sebagai LKM Informal.

Asian Development Bank (ADB) mendefinisikan lembaga keuangan mikro

sebagai lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposit), kredit atau

pembiayaan (loan/financing), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment

services) serta money transfer yang ditujukan bagi masyarakat miskin atau

pengusaha kecil. Dengan demikian LKM memiliki fungsi sebagai lembaga jasa

keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro (Wijaya,

2007, Hal.32).

Konstelasi LKM di Indonesia masih didominasi lembaga keuangan perbankan

seperti BRI Unit dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dominasi LKM perbankan

tersebut mengindikasikan bahwa LKM yang memiliki keterkaitan dengan sistem

keuangan nasional memiliki kesempatan untuk berkembang lebih baik dibanding

LKM koperasi dan LKM bukan bank bukan koperasi (Salam, 2008, Hal.10)

Kehadiran lembaga keuangan mikro diharapkan dapat lebih membuka akses

jasa keuangan bagi masyarakat yang terkatagori tidak bankable, sehingga mereka

mendapat manfaat dalam memenuhi kebutuhan serta melangsungkan kegiatan

ekonominya. Littlefield (2003) seperti dikutip Salam (2008, Hal.3), menegaskan

bahwa pendapatan keluarga miskin mengalami perkembangan seiring keberadaan

lembaga keuangan mikro.

Kredit mikro membangkitkan mesin ekonomi kecil dari masyarakat kelas

bawah yang tersingkir. Ketika sejumlah besar mesin-mesin kecil mulai bekerja,

panggung bisa dibentuk untuk hal-hal yang lebih besar (Yunus, 2007, Hal.212).

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

23

2.3 Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

2.3.1 Definisi dan Fungsi BMT

Pengertian BMT atau padanan kata dari Balai-usaha Mandiri Terpadu adalah

lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, untuk

menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat

derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin (PKES, 2006,

Hal.1).

Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi, yaitu baitul maal (bait = rumah,

maal = harta) yang menerima titipan dana zakat, infaq, dan shadaqah serta

mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya, dan

fungsi baitut tamwil (bait = rumah, at-tamwil = pengembangan harta) untuk

melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam

meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan

mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya

(Aziz, 2004, Hal.1).

BMT adalah lembaga keuangan mikro yang memadukan kegiatan ekonomi

berupa simpanan dan pembiayaan dalam berbagai jenis akad, serta kegiatan sosial

melalui penggalangan titipan dana sosial untuk kepentingan masyarakat, seperti

zakat, infaq, dan shadaqoh serta mendistribusikannya dengan prinsip

pemberdayaan masyarakat sesuai peraturan dan amanahnya (Aziz, 2005, Hal.1).

Dalam menjalankan fungsi sosialnya, BMT dapat berperan sebagai outlet bagi

lembaga baitul maal. Pengajuan pembiayaan atau peminjaman yang tidak layak

kepada BMT, dapat dipertimbangkan untuk diambil alih baitul maal

(Widyaningrum. 2002).

Sedangkan misi ekonomi BMT sebagai baitul tamwil dilakukan melalui

berbagai pembinaan yang menyertai pembiayaan yang diberikan kepada pelaku

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

24

usaha mikro. Dalam banyak kisah sukses BMT, kedekatan LKM tersebut dengan

masyarakat serta pelaku usaha mikro yang dibiayainya dibangun melalui

pembinaan berbasis kelompok yang materinya mencakup tata kelola usaha, teknis,

dan spiritual secara berkelompok. Pembinaan berbasis kelompok ini di satu sisi

sangat mendukung performa kolektibilitas pembiayaan dengan penerapan

tanggung jawab bersama, dan di sisi lain meningkatkan efisiensi BMT dalam

melakukan pengawasan dan penyuluhan atau pembinaan.

Tujuan BMT adalah terciptanya sistem, lembaga, dan kondisi kehidupan

ekonomi rakyat banyak yang dilandasi oleh nilai-nilai dasar salaam: keselamatan

yang berintikan keadilan, kedamaian, serta kesejahteraan berwujud pada tiga

perempat usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia sebelum tahun 2014 (Aziz,

2004, Hal.2).

2.3.2 Sejarah BMT

Inspirasi kelembagaan BMT merupakan perpaduan ideal praktik muamalah

dalam Islam, di mana didalamnya terkandung misi bisnis sekaligus misi sosial

(keumatan). Implementasinya telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para

sahabat dalam konteks yang lebih luas, di mana praktik bisnis pada masa itu tidak

pernah tercerai dari semangat beramal (ibadah) dan berbuat adil kepada sesama.

Baitul maal yang mulai dilembagakan pada masa Umar bin Khattab dalam

konteks kekhalifahan merupakan manifestasi tanggung jawab negara terhadap

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar rakyatnya.

Cikal bakal BMT di Indonesia muncul pertama kali pada awal 1980 dengan

berdirinya Baitut Tamwil-Salman di Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta

(Ascarya. 2007). Namun kedua lembaga tersebut tidak sempat berkembang. BMT

perintis yang masih bertahan hingga kini adalah BMT Bina Insan Kamil yang

berdiri pada awal 1992 (Widyaningrum. 2002).

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

25

Dalam praktiknya, BMT lebih mudah menjangkau pengusaha mikro dan kecil

serta masyarakat miskin di daerah-daerah karena lebih memiliki kedekatan dengan

lingkungannya daripada lembaga perbankan dengan seperangkat peraturan yang

membatasinya. Statusnya sebagai lembaga keuangan nonbank melepaskan BMT

dari kewajiban perbankan, selain memberikan kemudahan untuk pendirian BMT,

dan transaksi dengan nasabah menjadi lebih fleksibel.

Pada akhir 2006 sedikitnya terdapat 3.400 BMT di Indonesia, dengan total aset

lebih dari Rp2,2 trilyun. Arsitektur BMT diarahkan pada usaha penyebaran yang

diharapkan tumbuh menjadi 10.000 BMT pada 2010. Keberadaan BMT-BMT ini

perlu diperkuat untuk berperan sebagai agen pengembangan jasa keuangan Islam

yang menyentuh segmen usaha mikro (Ascarya dan Yumanita, 2007, Hal.2).

Di Provinsi Lampung, sejarah pendirian BMT tidak lepas dari inisiasi Pusat

Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dan lembaga swadaya masyarakat

lainnya, yang dimulai pada awal 1990-an, di mana cikal bakal BMT di Lampung

diawali sejak 1993 dan terus bertumbuh hingga sekarang, meski banyak

diantaranya yang tidak mampu mempertahakan apalagi mengembangkan

usahanya, sehingga saat ini tinggal nama dalam catatan saja.

2.3.3 Operasional Baitul Maal

Praktik baitul maal secara esensi dan aplikasi sebenarnya telah dicontohkan

oleh Rasulullah SAW, dan secara formal mulai ada pada masa Khulafaur

Rasyidin. Baitul maal merupakan lembaga keuangan Islam yang strategis dalam

tatanan sistem ekonomi Islam. Lembaga ini banyak memberikan kontribusi dalam

membangun perekonomian umat Islam bahkan mampu menyejahterakan umat.

Sejarah Islam menjadi saksi akan hal tersebut (Fikri, 1997, Hal.207).

Dalam konteks lain yang lebih sempit yaitu lembaga BMT, fungsi baitul maal

dapat diimplementasikan tidak saja terbatas pada penggalangan dana dan

penyaluran yang bersifat sesaat, tetapi juga penggalangan dan penyaluran dana

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

26

yang berkesinambungan untuk kegiatan-kegiatan produktif masyarakat kelompok

fakir miskin dalam rangka pemberdayaan, yang diharapkan akan dapat

berkembang menjadi usaha yang lebih mandiri.

Gambar 2.1 Manajemen Baitul Maal

BAITUL MAAL SUMBER DANA PENGGUNA DANA (DONATUR/MUZAKKI) (MUSTAHIQ) Uang, emas P PEMBEBASAN GHARIMIN Dan perak E UTANG M U Z Simpanan L Dan saham I A H PEMENUHAN A KEBUTUHAN A Profesi dan N POKOK K Pendapatan S FAKIR P MODAL DAN N A Perdagangan E KERJA DAN MISKIN Dan Industri N INVESTASI A T G U F Pertanian dan A MANAJEMEN Peternakan T USAHA A MIKRO U N T Infaq dan shadaqah P PEMBINAAN S A E KADER A N M B M O Wasiat B PEMBINAAN I N I MASYARAKAT L A N I Z Waqaf A KELEMBAGAAN L A A MASYARAKAT L K N A A Hibah H T BIAYA MANAJEMEN DAN Lainnya OPERASIONAL BAITUL MAAL ‘AMIL

Sumber: Diolah (2008)

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

27

Gambar 2.1 menunjukkan mekanisme pengelolaan baitul maal BMT yang

terdiri dari penghimpunan dana dari para muzaki atau donatur dan penyalurannya

kepada mustahiq sesuai syariah dan batasan yang diberikan oleh muzaki atau

donatur. Sifat sumber dana dibagi menjadi dana zakat yang memiliki sifat dan

syarat tertentu, dan sumber dana nonzakat. Sedangkan peruntukannya dapat

disalurkan dalam bentuk zakat, hibah, dana bergulir, qordul hasan, dan

pembiayaan.

Dalam Quran surah at-Taubah: 60 disebutkan mereka yang berhak menerima

zakat, yaitu golongan delapan asnaf yang terdiri dari orang fakir, miskin,

pengurus zakat (amil), para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)

budak, orang yang berutang (gharimin), untuk jalan Allah (fisabilillah), dan orang

yang sedang dalam perjalanan. Sasaran penggunaan dana baitul maal BMT untuk

asnaf utama (Gambar 2.1.)—dengan tidak mengurangi hak kelompok asnaf

lainnya—sesuai dengan konteks waktu dan kebutuhan terhadap dana zakat

tersebut.

Aplikasi fungsi sosial BMT adalah mengelola dana-dana kebajikan yang terdiri

dari zakat, infaq, shadaqah (ZIS) dan lainnya, baik dalam hal penghimpunan

maupun pendistribusiannya secara syariah dan amanah, diarahkan bukan untuk

menghasilkan laba. Organisasi pengelola zakat adalah lembaga pemberdayaan

yang mempunyai tujuan besar, yaitu merubah keadaan sebagai mustahiq menjadi

muzaki. Di sisi lain, organisasi pengelola zakat adalah lembaga keuangan syariah

karena menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat berupa

ZIS atau dana-dana lainnya (Widodo dan Kustiawan, 2001, Hal.73).

Organisasi pengelola zakat harus dapat membuktikan bahwa dana ZIS apabila

dikelola dengan benar dan baik akan dapat mengatasi permasalahan ekonomi

masyarakat bahkan negara sebagai mana terjadi pada masa khulafaurrasyidin.

Peran yang demikian besar, yang diemban oleh organisasi pengelola zakat, tidak

mungkin tercapai tanpa adanya profesionalitas dalam pengelolaannya. Salah satu

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

28

wujud profesionalitas adalah adanya manajemen yang sehat dalam segala sisi,

baik itu sumber daya manusia, perencanaan strategis, operasional, maupun

keuangan.

Baitul maal dalam BMT berperan dalam beberapa hal, antara lain:

1. Mengelola dana ZIS dari lembaga, anggota, maupun masyarakat disekitarnya.

2. Membantu baitul tamwil dalam menyediakan kas untuk alokasi pembiayaan

nonkomersial qardul hasan.

3. Menyediakan cadangan penyisihan penghapusan pembiayaan macet akibat

kebangkrutan usaha nasabah baitul tamwil yang berstatus ghorimin.

4. Dengan kiprahnya yang nyata dalam usaha-usaha peningkatan bidang

kesejahteraan sosial, seperti pemberian beasiswa, santunan kesehatan,

sumbangan pembangunan sarana umum dan peribadatan, serta lainnya, ia

dapat membantu baitul tamwil dalam menyukseskan kegiatan promosi

produk-produk penghimpunan dana (funding) dan penyalurannya kepada

masyarakat (financing).

Dengan pengelolaan dana-dana kebajikan tersebut, diharapkan dapat menjadi

sarana untuk menumbuhkan usahawan-usahawan baru yang memulai usahanya

dari awal, sehingga kemudian menjadi mitra BMT yang siap dan layak untuk

mendapatkan pembiayaan berikutnya dengan akad komersiil melalui fungsi

tamwil-nya.

BMT idealnya mampu menjalankan dua peran tersebut secara sinergis.

Alternatif lain, BMT dapat bekerja sama secara sinergis dengan lembaga lain

dalam mengelola potensi filantrophi umat Islam yang dirasakan mengalami

peningkatan dari waktu-ke-waktu. Dengan seiring berjalannya dua fungsi

muamalah tersebut, diharapkan melahirkan umat yang semakin berdaya secara

ekonomi dengan taraf kesejahteraan yang semakin baik.

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

29

2.3.4 Kinerja Baitul Maal BMT

Dalam kaitan akses terhadap layanan BMT, masyarakat berpendapatan rendah

(kelompok defisit) memiliki kepentingan berbeda dengan para aghnia (kelompok

surplus) dalam berhubungan dengan lembaga keuangan mikro syariah tersebut.

Kelompok defisit dalam menggunakan jasa BMT antara lain untuk kepentingan

pembiayaan seperti modal usaha, jual beli, atau berkaitan dengan masalah

pemenuhan kebutuhan pokok. Sementara kelompok surplus atau orang yang

berharta, dapat menggunakan jasa BMT antara lain sebagai tempat penyimpanan

(penitipan) hartanya, atau lembaga penyaluran zakat, infaq, shadaqah (ZIS) untuk

kemudian didistribusikan kepada yang berhak menerimanya.

Kedua kelompok kepentingan tersebut perlu diakomodasi oleh BMT, dengan

sekaligus memainkan peran secara kaffah sebagai lembaga baitul maal dan juga

sebagai lembaga tamwil. BMT sebagai lembaga keuangan mikro diharapkan dapat

lebih fokus pada kelompok sasaran masyarakat miskin dan usaha mikro-kecil.

Kedua fungsi BMT tersebut hendaknya saling menopang, apalagi mengingat

potensi zakat yang cukup besar dan dapat dikelola untuk memberdayakan umat

yang masih mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber penghidupan dan

pemenuhan kebutuhan pokok.

Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki

kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keunggulan, antara lain:

Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. Kedua, untuk

menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung

untuk menerima zakat dari muzaki. Ketiga, untuk mencapai efisiensi dan

efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala

prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam

dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami (Hafidhuddin, 2002,

Hal.126).

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

30

Secara bahasa zakat berarti tumbuh, berkembang dan berkah (HR.At Tirmidzi),

atau dapat berarti membersihkan atau mensucikan (QS. At Taubah:10). Seorang

yang berzakat karena keimanannya, nicaya akan mendapat kebaikan yang banyak.

Allah SWT berfirman : “Pungutlah zakat dari sebagian kekayaan mereka dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS : At Taubah : 103).

Zakat merupakan sebagian dari harta yang wajib untuk dikeluarkan oleh

muzaki (pembayar zakat) dan diserahkan kepada mustahiq (penerima zakat) sesuai

dengan ketentuan syariah. Laporan sumber dan penggunaan dana ZIS adalah

untuk menunjukkan sumber dan penggunaan ZIS dalam suatu jangka tertentu,

serta saldo ZIS pada tanggal tertentu (Aziz dan Hatta, 2006, Hal.45).

Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan

manfaat demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang

berzakat (muzaki), penerimanya (mustahiq), harta yang dikeluarkan zakatnya,

maupun bagi masyarakat keseluruhan (Hafidhuddin, 2002, Hal.9).

Salah satu hikmah zakat adalah, karena merupakan hak mustahiq, maka zakat

berfungsi menolong, membantu, dan membina mereka terutama fakir miskin, ke

arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera sehingga mereka dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah,

terhindar dari bahaya kekufiran dan sifat buruk lainnya.

Sementara pengertian infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat

dan non zakat. Infaq ada yang wajib dan ada yang sunnah. Infaq wajib antara lain,

zakat, kafarat, nadzar. Infak sunnah diantaranya, infak kepada fakir miskin sesama

muslim, infak bencana alam, infak kemanusiaan dan lain-lain. Terkait infak ini,

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim

ada malaikat yang senantiasa berdo'a setiap pagi dan sore : "Ya Allah berilah

orang yang berinfak, gantinya”.

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

31

Adapun shadaqoh dapat bermakna infak, zakat, serta kabaikan nonmateri.

Dalam hadits Rasulullah SAW memberi jawaban kepada orang-orang miskin yang

cemburu terhadap orang kaya yang banyak bershadaqoh dengan hartanya, beliau

bersabda : "Setiap tasbih adalah shadaqoh, setiap takbir shadaqoh, setiap tahmid

shadaqoh, setiap tahlil shadaqoh, amar ma'ruf shadaqoh, nahi munkar shadaqoh

dan menyalurkan syahwatnya kepada istri adalah shadaqoh".

Mengenai pengertian shadaqah dan infaq ini, sebagian ulama fiqh berpendapat

bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq.

Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq

sunnah dinamakan shadaqah (www.pkpu.or.id).

Sumber dana ZIS berasal dari:

a. Zakat BMT berasal dari keuntungan bersih BMT selama periode satu tahun.

b. Zakat dari nasabah BMT yang dipotong dari rekening atas perintah nasabah

tersebut.

c. Zakat dari pihak luar BMT adalah dana yang disetor atau dititipkan oleh pihak

luar ke rekening ZIS BMT.

d. Infaq didapatkan dari pihak luar atau diterima dari nasabah BMT dengan

memotong dari rekening atas perintah nasabah tersebut.

e. Shadaqah didapatkan dari pihak luar atau diterima dari nasabah dengan

memotong dari rekening atas perintah nasabah tersebut (Aziz dan Hatta, 2006,

Hal.45).

Sedangkan pengertian qardul hasan adalah pinjaman tanpa imbalan yang

memungkinkan peminjam untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu

tertentu dan wajib mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode

yang telah disepakati. Laporan sumber dan penggunaan qardul hasan merupakan

laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana selama jangka waktu

tertentu, serta saldo qardul hasan pada tanggal tertentu (Aziz dan Hatta, 2006,

Hal.46).

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

32

Dana qardul hasan bersumber dari:

a. Infaq yang didapatkan dari pihak luar atau diterima dari nasabah BMT dengan

memotong dari rekening atas perintah nasabah tersebut.

b. Shadaqah yang didapatkan dari pihak luar atau diterima dari nasabah BMT

dengan memotong dari rekening atas perintah nasabah tersebut.

c. Denda yang berasal dari keterlambatan pelunasan piutang maupun

pembiayaan yang diberikan oleh BMT kepada debiturnya yang diakibatkan

karena kelalaian debitur yang bersangkutan.

d. Sumbangan yang didapatkan dari nasabah atau pihak luar.

e. Hibah.

f. Penerimaan nonsyariah, misalnya yang berasal dari penerimaan jasa giro BMT

pada bank konvensional atau penerimaan lainnya yang tidak dapat dihindari

dari kegiatan operasional BMT.

Khusus penyaluran dana nonsyariah diarahkan untuk membantu pembangunan

fasilitas atau infrastruktur publik, seperti jalan dan jembatan, dan bukan untuk

bantuan konsumtif atau untuk perseorangan.

Dana qardul hasan dapat disalurkan untuk dana kebajikan dan sebagai dana

bergulir dan/atau pinjaman sosial. Laporan sumber dan penggunaan dana

kebajikan merupakan laporan yang memberikan informasi agar pemakai dapat

mengevaluasi aktivitas BMT dalam mengelola dana tersebut, atau berkaitan

dengan pelaksanaan fungsi sosial BMT yang bersangkutan.

2.3.5 Sejarah BMT di Lampung

Di Lampung, cikal-bakal BMT dimulai sekitar tahun 1993. Sejumlah pegiat

sosial di Ibu Kota Provinsi mendirikan Forum Ekonomi Syariah Lampung (Fesla)

dengan didukung Dompet Dhuafa (DD) Republika, dan mulai mengawali

mendirikan Baitul Maal wat-Tamwil Sunduqul Ummah di Bandar Lampung.

Namun, BMT tersebut tidak berumur panjang.

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

33

Pada 1995, PINBUK Provinsi Lampung bekerja sama dengan Dinas Koperasi

mengadakan serangkaian pelatihan dan memberikan dukungan pendanaan kepada

kelompok-kelompok masyarakat potensial diantaranya dari tokoh agama, tokoh

masyarakat, serta kalangan aktivis organisasi Islam dan pesantren untuk

menginisiasi pendirian lembaga keuangan mikro syariah. Upaya PINBUK melalui

program pelatihan dan dukungan pendanaan tercatat telah berhasil melahirkan

lebih dari seratus BMT di Provinsi Lampung, meski sebagian besar diantaranya

tidak mampu mempertahakan kelanjutan hidupnya hingga hari ini.

Geliat lembaga keuangan mikro syariah terus berlangsung di Provinsi

Lampung. Tahun 1998 sejumlah yayasan lokal yang konsern pada perkembangan

perekonomi rakyat dan lembaga keuanga mikro atau koperasi mulai intens

melakukan pelatihan-pelatihan serta pendampingan terhadap keberadaan BMT

khususnya, yang bekerja sama dengan lembaga swadaya nasional seperti Dompet

Dhuafa Jakarta dan Yayasan Peramu Bogor, dengan program pemberdayaan

kelompok mustadhafin.

Sekitar tahun 2002 Baitul Maal Muamalat yang dipayungi Bank Muamalat

Indonesia (BMI) melaksanakan program penguatan kelembagaan (capacity

building) serta bantuan permodalam bagi BMT-BMT di Lampung. Diperkuat

selanjutnya dengan dukungan pendanaan dari pemerintah, lembaga-lembaga

swadaya nasional, baik dalam bentuk hibah atau dana bergulir, termasuk dari bank

syariah dalam bentuk kerja sama bagi hasil kepada BMT.

Diantaranya dari Mercy Corp, Jakarta, yang memberikan dana hibah pada

tahun 2003-2004 kepada BMT-BMT yang dinilai layak menerima, di samping

penguatan kelembagaan dan juga asistensi atau pendampingan manajemen. Selain

itu, lembaga Microfin, melalui cabangnya di Lampung, sejak pertengahan 2004

menyalurkan program dana bergulir untuk usaha mikro melalui BMT, serta

program pendampingan dan transfer software IT komputer untuk laporan

keuangan BMT, yang masih berlanjut hingga saat ini.

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

34

BMT di Lampung pada umumnya berstatus badan hukum koperasi, baik dalam

bentuk Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), maupun Unit Jasa Keuangan

Syariah (UJKS) yang menjadi bagian dari koperasi induknya, dan sebagian kecil

berbentuk Koperasi Serba Usaha (KSU). KJKS dan UJKS dalam operasionalnya

fokus pada penyediaan jasa keuangan dengan prinsip syariah, di samping

penampungan dana zakat, infaq, shadaqah (ZIS). Namun status hukum tersebut

tidak mengurangi ruh pendirian BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah

yang filosofi dasarnya adalah mengemban fungsi sosial (baitul maal) sekaligus

fungsi bisnis (tamwil) sesuai dengan prinsip muamalah dalam Islam.

2.3.6 Kelembagaan BMT di Lampung

Kelembagaan BMT yang ada di Provinsi Lampung pada umumnya berbadan

hukum koperasi, baik sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), Koperasi

Serba Usaha, atau Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) yang menjadi unit usaha

dari koperasi induknya. Operasional KJKS secara spesifik diatur dalam Keputusan

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Nomor 91 Tahun 2004

tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

Sejak terbit SK Menteri tersebut, sejumlah BMT menyesuaikan legalitas lembaga

dengan merubah statusnya menjadi KJKS. Sebelum berbadan hukum koperasi,

sejumlah BMT memakai label Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Struktur

BMT menurut standar Pinbuk dapat dilihat dalam Gambar 2.3.

Di Provinsi Lampung perkembangan BMT cukup menggembirakan. Sejumlah

ormas belakangan ini juga mulai menyadari pentingnya keberadaan LKM dalam

mengatasi problem ekonomi masyarakat dan mulai menginisiasi pembentukan

BMT-BMT baru. Saat ini di Provinsi Lampung sedikitnya terdapat sekitar 50

BMT yang tercatat menjadi anggota pendampingan lembaga Microfin dalam

aspek manajerial, IT, dan permodalan.

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

35

Gambar 2.3 Struktur BMT

Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok

Dewan Syariah Pembina Manajemen

Manajer

Maal Tamwil Pemasaran Kasir Pembukuan

Anggota dan Nasabah Sumber: Pinbuk (2004). Dalam besaran aset, BMT di Lampung cukup bervariasi mulai dari yang

memiliki aset sekitar Rp50 juta, hingga yang paling besar dengan aset sekitar Rp6

miliar. BMT-BMT tersebut tersebar di Bandar Lampung, Kota Metro, Kabupaten

Tanggamus, Tulangbawang, Way Kanan, Lampung Tengah, Lampung Selatan,

Lampung Utara, Lampung Barat, dan Lampung Timur.

2.4 Penelitian Terdahulu

Peran strategis sektor keuangan mikro telah dibuktikan Grameen Bank yang

mampu mengatasi kemiskinan penduduk di wilayah Bangladesh melalui kredit

tanpa agunan. Pengalaman Grameen menunjukkan bahwa sekecil apa pun

dukungan modal keuangan yang diberikan, kaum miskin sepenuhnya mampu

meningkatkan kehidupan mereka (Yunus, 2007, Hal.204).

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

36

Keuangan mikro merupakan alat yang cukup penting untuk mewujudkan dan

melaksanakan pembangunan oleh pemerintah Indonesia dalam tiga hal sekaligus,

yaitu: menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan

mengentaskan kemiskinan (Mulyadi, 2006, Hal.37).

BMT merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang memiliki dua peran

asasi, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal BMT adalah jenis lain dari

baitul maal pada masa khulafaurrasyidin yang memiliki cakupan kegiatan lebih

sempit, yakni sebatas menghimpun dana zakat, infaq, shadaqah (ZIS) yang

dimungkinkan dalam kerangka manajemen BMT (Ilmi, 2002, Hal.67).

Baitul maal BMT sebagai pengelola ZIS yang menyatu dalam lembaga

keuangan mikro syariah dan pemberdayaan masyarakat, harus menerapkan

manajemen yang baik terhadap keuangannya, sehingga kepercayaan muzaki

kepada lembaga tersebut akan semakin besar dan peningkatan kesejahteraan

dikalangan ummat menjadi suatu kenyataan.

Melihat pengelolaan zakat pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat,

penyaluran zakat dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu bantuan sesaat dan

pemberdayaan. Bantuan sesaat berarti penyaluran kepada mustahiq yang tidak

disertai target terjadinya kemandirian ekonomi (pemberdayaan) pada diri si

mustahiq, karena ia tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada orang tua yang sudah

jompo, penyandang cacat yang sulit untuk mandiri, atau orang gila. Adapun

pemberdayaan adalah penyaluran zakat atau dana lainnya yang disertai target

merubah keadaan penerima (lebih dikhususkan kepada golongan fakir miskin)

dari kondisi katagori mustahiq menjadi katagori muzakki. Untuk bantuan sesaat

sifat penyaluran idealnya adalah hibah. Adapun untuk pemberdayaan sifat

penyalurannya dapat berupa hibah, dana bergulir, qardul hasan, dan pembiayaan

(Widodo dan Kustiawan, 2001, Hal.85).

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

37

Penelitian Nurul Widyaningrum (2002) tentang Model Pembiayaan BMT dan

Dampaknya bagi Pengusaha Kecil; Studi Kasus BMT Dampingan Yayasan

Peramu Bogor, membuktikan bahwa mayoritas mitra BMT mengalami kenaikan

produktivitas usahanya, di mana peran BMT adalah:

a. Membuka akses terhadap sumber permodalan di luar akumulasi

keuntungannya sendiri.

b. Membantu menjaga keberlangsungan usaha. Sebagai penyedia modal kerja,

BMT membantu menjaga sustainability usaha. Bahkan dalam kondisi tertentu,

misalnya modal tersedot oleh kebutuhan keluarga, BMT dapat memberikan

pinjaman tanpa bagi hasil dengan akad qardul hasan.

c. Pada mitra lama dan mitra usaha dengan tahapan akumulasi modal, BMT

dapat menjadi sumber modal untuk investasi atau diversifikasi usaha.

Widyaningrum, dalam rekomendasi penelitian tersebut menyatakan, terkait

upaya pemberdayaan kelompok usaha mikro dan kecil yang menjadi sasaran

BMT, menghadapi kendala karena dalam pelaksanaan operasional sehari-hari staf

BMT sudah cukup sibuk menyelenggarakan kegiatan administrasi, sementara

kegiatan pemberdayaan (sosial) kurang mendapat perhatian. Untuk keperluan

tersebut, BMT perlu menjalin kerja sama dengan lembaga lain, sehingga dapat

mendorong tercapainya tujuan pemberdayaan.

Pada tingkat usaha produktif penerima zakat (mustahiq), penelitian yang

dilakukan Ibnu Siena (2005) membuktikan bahwa dana zakat, infaq, shadaqah

berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan usaha. Peningkatan

pendapatan usaha ini adalah peningkatan antara sebelum mengikuti program dan

setelah mengikuti program Yayasan Peramu dalam pengelolaan dana zakat, infaq,

dan shadaqah untuk kegiatan produktif mustahiq.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pelaksanaan fungsi sosial BMT

dengan pengelolaan dana ZIS secara benar dan baik, merupakan potensi tersendiri

bagi LKM ini dalam melakukan pembinaan dan pengembangan usaha-usaha

produktif sektor informal, sehingga para mustahiq dapat ditingkatkan menjadi

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008

Universitas Indonesia

38

muzaki, juga kapasitas ekonominya untuk memperoleh pembiayaan dari BMT

dengan usaha yang lebih maju dan mandiri.

Fungsi sosial perusahaan dalam konteks industri modern dewasa ini dikenal

dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Aplikasi CSR merupakan

bentuk kesadaran bahwa pembangunan ekonomi adalah satu kesatuan dengan

pembangunan lingkungan sosial. Jika salah satu tertinggal, maka yang lain akan

menerima dampaknya. CSR didasarkan pada konsep bahwa bisnis bersifat

acountable terhadap berbagai pihak (pemangku kepentingan atau stakeholders),

tidak hanya kepada para pemegang saham/investor (shareholders). CSR memiliki

fokus sosial, selain pandangan ekonomi dan keuntungan tradisional dari

kebanyakan perusahaan.

CSR memiliki banyak manfaat bagi perusahaan, karyawan, masyarakat, dan

lingkungan, serta bagi khalayak pada umumnya. CSR dapat membantu

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, menurunkan biaya operasinya,

meningkatkan citra dan reputasi, meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan,

menghasilkan produktivitas dan kualitas produk yang lebih tinggi, menarik dan

mempertahankan karyawan, mengakses modal, dan membantu memastikan

keselamatan produk serta menurunkan kewajiban legal suatu organisasi. Di

samping itu, CSR juga memberikan manfaat kepada masyarakat dan khalayak,

misalnya, berupa dana, pekerja atau pelatih sukarela, keterlibatan dan dukungan

perusahaan bagi pendidikan masyarakat, program ketenagakerjaan dan program-

program serupa lainnya, demikian pula memberikan produk yang aman dan

berkualitas (Yusuf dan Williams, 2007, Hal.242).

Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008