Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Koperasi
Kata koperasi berasal dari bahasa latin yaitu coopere yang dalam bahasa
Inggris disebut cooperation dan cooperative. Koperasi berasal dari kata co dan
operation yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal I, Ayat I
dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang
atau badan koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas
kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Sedangkan
menurut “Bapak Koperasi Indonesia” Moh.Hatta adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.
Pengertian koperasi menurut Rudianto (2006) menyatakan bahwa
“Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip prinsip
koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada
khususnya dan masyarakat daerah pada umumnya, dengan demikian koperasi
merupakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional.”
9
2.1.1 Jenis-jenis Koperasi
Menurut ketentuan Pasal 16 UU No.25 Tahun 1992 koperasi secara
umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi konsumen, koperasi
produsen dan koperasi kredit (jasa keuangan). Secara garis besar jenis
koperasi yang ada dapat kita bagi menjadi 5 golongan (Anoraga,2007),
yaitu :
1) Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi ialah Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri
dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam
lapangan konsumsi.
2) Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang
bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-
tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian
dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat, dan
tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.
3) Koperasi Produksi
Koperasi Produksi adalah Koperasi yang bergerak dalam bidang
kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang, baik yang dilakukan
oleh Koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota Koperasi.
10
4) Koperasi Jasa
Koperasi Jasa adalah Koperasi yang berusaha di bidang penyediaan
jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.
5) Koperasi Serba Usaha
Koperasi Serba Usaha adalah Koperasi yang berusaha dalam
beberapa macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan para
anggota
2.1.2 Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi ini sering kali juga disejajarkan dengan nama koperasi
kredit, koperasi ini menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus
memberikan kredit bagi anggotanya. Layanan-layanan ini
menempatkan koperasi sebagai pelayan anggota memenuhi kebutuhan
pelayanan keuangan bagi anggota menjadi lebih baik dan lebih maju.
Dalam koperasi anggotanya memiliki kedudukan identitas ganda
sebagai pemilik (owner) dan nasabah (customers). Dalam kedudukan
sebagai nasabah anggota melaksanakan kegiatan menabung dan
meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi. Pelayanan koperasi
kepada anggota yang menabung dalam bentuk simpanan wajib,
simpanan sukarela, dan deposito, merupakan sumber modal bagi
11
koperasi. Penghimpunan dana dari anggota menjadi modal yang
selanjutnya oleh koperasi disalurkan dalam bentuk pinjaman atau
kredit kepada anggota dan calon anggota. Dengan cara pinjam (KSP)
dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi. Dengan cara
itulah koperasi melaksanakan fungsi intermediasi dana milik anggota
untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada anggota yang
membutuhkan. Penyelenggaraan kegiatan simpan pinjam oleh
koperasi dilaksanakan dalam bentuk/wadah koperasi simpan pinjam.
Pengertian dari koperasi simpan pinjam menurut Kasmir (2007) dalam
bukunya ”Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya” menyatakan bahwa
“Koperasi adalah badan usaha yang dapat dikategorikan sebagai
lembaga pembiayaan”. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam, kegiatan
usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut melalui
usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang
bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi
yang bersangkutan, koperasi lain atau anggotanya. Landasan ideal
koperasi Indonesia adalah Pancasila. Pancasila akan menjadi pedoman
yang mengarahkan semua tindakan koperasi dan organisasi-organisasi
lainnya dalam mengemban fungsinya masing-masing di tengah-tengah
masyarakat.
12
2.2 Pengertian Kredit
Kredit berasal dari kata credere atau creditium. Credere dari bahasa
Yunani yang berarti kepercayaan, sedangkan creditium dari bahasa latin yang
berarti kepercayaan atas kebenaran. Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang
perbankan (revisi UU No. 14 tahun 1992), kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan tersebut berdasarkan persetujuan
pinjam-meminjam antara pihak bank dengan pihak lain, debitur berkewajiban
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sedangkan kredit yang didefinisikan oleh Malayu S.P Hasibuan (2007) adalah
“Jenis-jenis pinjaman yang harus dibayarkan bersama bunganya oleh
peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”. Fungsi kredit pada
dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam
rangka mendorong dan melancarkan produksi, perdagangan dan konsumsi,
sehingga pada akhirnya akan menaikkan pendapatan masyarakat (Firdaus,
2004).
Berdasarkan beberapa pengertian maka dapat disimpulkan bahwa
unsur yang terkandung dalam kredit (Suyatno, 2007) adalah :
a) Kepercayaan
Suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa
uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu
13
dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh koperasi, dimana
sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik
secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi
masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
b) Kesepakatan
Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini
dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya.
c) Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka
waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka
panjang.
d) Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan
suatu resiko tidak tertagihnya / macet pemberian kredit. Semakin besar suatu
kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi
tanggungan koperasi, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai,
maupun oleh resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
14
e) Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.
2.2.1 Tujuan dan fungsi Kredit
Pemberian fasilitas kredit memilki beberapa tujuan yang tentunya tidak terlepas dari
misi perusahaan tersebut didirikan, menurut Kashmir (2008 : 105 ) tujuan pemberian
kredit anatara lain:
l. Mencari keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh hasil
keuntungan yaitu dalam bentuk bunga yang diterima atas penyaluran kredit
nasabah.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan selanjutnya adalah membentu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja, dengan dana
tersebut maka pihak nasabah akan dapat mengembangkan dan memperluas
usahanya.
3. Membantu pemerintah
Tujuan lain nya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang,
bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan, maka semakin baik
15
mengingat semakin banyak kredit adanya kucuran dana dalam rangka
peningkatan pembangunan diberbagai sektor terutama sektor rill
Disamping memiliki tujuan, pemberian fasilitas kredit juga memiliki
fungsi antara lain:
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Adanya kredit dapat meningkat kan daya guna uang maksudnya jika
uang hanya disimpan tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna, dengan
diberikann kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang
dan jasa oleh penerima kredit.
2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke
wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang peredaran uangnya sedikit akan
memperoleh tambahan peredaran uang dengan adanya kredit yang disalurkan.
3. Meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan dapat digunakan oleh nasabah untuk mengolah
barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran barang
Adanya kredit dapat menambah atau memperlancar arus barang dari
satu wilayah ke wilayah lain nya, sehingga jumlah barang yang beredar dari
satu wilayah ke wilayah lain nya bertambah.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
16
Memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi
karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang
yang diperlukan oleh masyarakat, kredit dapat membantu mengekspor barang
dari dalam negeri keluar negeri sehingga dapat meningkat kan devisa Negara.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi penerima kredit akan meningkat kan kegairahan berusaha,
terkhusus bagi nasabah yang memeilki modal pas - pasan dengan
memeperoleh kredit dapat memperbesar dan memperluas usahanya.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang dislaurkan, maka akan semakin baik
terutama dalam meningkatkan pendapatan.
2.2.2 Jenis- jenis Kredit
Kredit-kredit yang digunakan kepada nasabah memiliki berbagai jenis
penggolongan antara lain :
1. Kredit Menurut Jangka Waktu
a. Kredit jangka pendek yaitu kredit yang memiliki jangka waktu
pengembaliannya kurang dari 1 (satu) tahun.
b. Kredit jangka menengah yaitu kredit yang memiliki jangka waktu
pengembaliannya antara 1(satu) sampai 3(tiga) tahun.
c. Kredit jangka panjang yaitu kredit yang memiliki jangka waktu
pengembaliannya lebih dari 1 (satu) tahun.
17
2. Kredit menurut tujuan penggunaannya
a. Kredit konsumtif yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi
(pembelian barang atau jasa)
b. Kredit produktif terdiri dari :
1. Kredit modal kerja, kredit untuk membiayai modal kerja lancar yang
habis dalam satu atau beberapa kali proses produksi usaha
2. Kredit investasi, kredit untuk membiayai pembelian barang modal
tetap atau barang-barang tahan lama dalam proses produksi usaha
3. Kredit likuiditas, kredit untuk membantu perusahaan yang mengalami
kesulitan likuiditas dalam rangka pemeliharaan modal dibawah
minimum.
3. Kredit Menurut dari segi jaminan
a. kredit tanpa jaminan yaitu kredit yang diberikan tanpa adanya jaminan
barang atau orang melainkan benar-benar atas dasar kepercayaan saja.
b. kredit dengan jaminan yaitu kredit yang diberikan dengan menyertakan
jaminan berupa orang atau barang tertentu baik berupa barang berwujud
maupun tidak berwujud.
4. kredit menurut cara pencairannya :
18
a. kredit tunai yaitu kredit yang pencairannya dilakukan secara tunai atau
pemindah bukuan ke rekening nasabah atau yang ditunjuk.
b. Kredit non tunai yaitu kredit yang pencairannya tidak dibayarkan langsung
pada saat perjanjian dibuat, melainkan adanya tenggang waktu tertentu
sesuai dengan yang dipersyaratkan.
5. kredit menurut sektor usaha
a. Kredit Pertanian
Kredit yang digunakan untuk kegiatan pertanian, perkebunan,
peternakan, dan perikanan. Biasanya kredit ini diberikan bersamaan
dengan program penyuluhan perbaikan kualitas atau peningkatan
kemampuan masyarakat dari pemerintah atau lembaga tertentu.
b. Kredit Perindustrian
Kredit yang digunakan untuk kegiatan industri, baik untuk skala kecil,
menengah, atau besar. Tujuan penggunaan kredit ini biasanya memiliki
dua alasan yaitu untuk perluasan kegiatan usaha atau produksi dan untuk
membuka usaha baru.
c. Kredit Pertambangan
19
Kredit yang digunakan untuk membiayai kegiatan pertambangan dengan
jangka waktu yang lama, seperti batu bara, emas, dan minyak.
d. Kredit Ekspor Impor
Kredit yang digunakan untuk kegiatan ekspor impor, yaitu dengan
memberikan dana kepada eksportir maupun importir untuk menghasilkan
barang yang memiliki demand yang tinggi sehingga memberikan
keuntungan maksimal.
e. Kredit Koperasi
Kredit yang diberikan untuk berbagai jenis koperasi baik dalam
rangka mengerakkan fungsi pendanaan kepada anggota atau
permodalan baru sehingga menambah pelayanan kepada anggota atau
masyarakat luas.
f. Kredit Profesi
Kredit yang diberikan khusus untuk para professional, yaitu guru,
dokter, karyawan swasta. Biasanya sudah terdapat desain khusus dari
pemerintah untuk pelayanan jenis ini.
g. Kredit Perumahan
20
Kredit ini termasuk jenis yang paling sering diminati dan dicari
oleh keluarga baru, yaitu kredit yang digunakan untuk pembelian rumah
baru atau pembiayaan pembangunan.
2.2.3 Jaminan kredit
Koperasi dalam menjalankan perkreditannya mengandung suatu unsur
resiko diantaranya yaitu risiko kerugian. Risiko ini dapat terjadi akibat suatu
musibah yang tidak dapat dihindari seperti bencana alam, tetapi risiko yang
paling fatal adalah akibat nasabah mampu tetapi tidak bersedia membayar
kewajiban angsuran kreditnya.
Resiko kerugian dimana nasabah lagi untuk membayar sebagian atau
semua kewajibannya baik sementara waktu atau selamanya harus segera
diantisipasi oleh pihak koperasi. Jika tidak, sudah dipastikan kredit tersebut
macet atau tidak terbayar lagi.
Ketidakmampuan nasabah dalam melunasi kreditnya dapat ditutupi dengan
suatu jaminan kredit. Fungsi jaminan kredit adalah untuk melindungi koperasi
dari kerugian. Dengan adanya jaminan kredit, dimana nilai jaminannya biasanya
melebihi nilai kredit dan untuk mengantisipasi agar koperasi tidak mengalami
kerugian. Koperasi dapat mempergunakan atau menjual jaminan kredit untuk
menutupi kredit. Tidak sedikit nasabah mampu tetapi tidak mau membayar
kreditnya. Yang paling penting dalam jaminan kredit adalah mengikat nasabah
21
untuk segera melunasi kewajiban-kewajibannya kepada pihak koperasi dimana
nasabah akan terikat dengan pihak koperasi mengingat jaminan kredit akan disita
oleh koperasi apabila nasabah tidak mampu membayar.
Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon nasabah
adalah sebagai berikut :
1. Jaminan BPKB atau sertifikat Tanah untuk pinjaman > Rp. 1.000.000
2. Pinjaman tanpa jaminan max Rp. 900.000
2.2.4 Risiko kredit
Koperasi dalam usahanya menyalurkan fasilitas kredit hendaknya tetap
memperhitungkan risiko yang timbul yaitu gagalnya pengembalian sebagian
kredit yang diberikan dan dapat berakibat menjadi kredit bermasalah sehingga
mempengaruhi pendapatan koperasi. Permasalahan tersebut biasa terjadi dalam
bisnis perkoperasian dimana hampir mustahil semua kredit yang diberikan dapat
100% kembali. Hal ini mengakibatkan banyak koperasi menghadapi kredit
bermasalah. Kredit bermasalah yang dihadapi koperasi dipengaruhi oleh adanya
risiko kredit.
Menurut Firdaus dan Ariyanti (2009) menyebutkan bahwa risiko kredit
disebabkan oleh :
1.Risiko Usaha
22
Setiap jenis usaha pasti memiliki risiko yang berbeda-beda. Secara umum
jenis usaha yang tingkat keuntungannya tinggi, biasanya mengandung risiko
yang tinggi pula (high return high risk). Sebaliknya jenis usaha yang tingkat
keuntungannya rendah, maka risikonya pun rendah (low return low risk).
2.Risiko Geografis
Risiko geografis dari suatu jenis usaha erat kaitannya dengan bencana
alam, misalnya perkebunan, peternakan, pabrik/industri yang berlokasi
berdekatan dengan gunung berapi atau dekat muara sungai yang sering banjir,
akan berisiko terkena bencana.
Demikian juga jenis usaha yang berada di lingkungan pemukiman
penduduk namun mengganggu dan mencemarkan lingkungan baik karena
bising, atau adanya limbah beracun dan lain sebagainya, bisa saja usahanya
diprotes penduduk sehingga harus ditutup.
Termasuk dalam risiko geografis adalah apabila lokasi usaha berada
ditempat tertentu yang seringkali terganggu oleh kerumunan masa yang
berunjuk rasa sehingga langganan menjadi tidak nyaman akibat kemacetan lalu
lintas, susah memarkir kendaraan dan lain sebagainya.
3.Risiko Politik
23
Banyak terjadi kegagalan kredit yang disebabkan oleh gagalnya usaha
nasabah sebagai akibat dari ketidak konsistennya kebijakan pemerintah serta tidak
adanya kestabilan politik.
4.Risiko Ketidakpastian (uncertainly)
Masa yang akan datang adalah masa yang tidak pasti. Salah satu unsur kredit
adalah adanya tenggang waktu antara pemberian kredit dengan waktu pembayaran
kembali sehingga risiko ketidakpastian setiap kredit selalu melekat (inherent)
sejumlah uang tunai (cash) yang ada ditangan saat sekarang jauh lebih berharga
dibandingkan dengan jumlah uang yang sama dimasa yang akan datang.
5. Risiko Inflasi
Secara umum inflasi dapat didefinisikan bahwa naiknya harga barang-
barang dan jasa pada umumnya sebagai akibat dari jumlah uang (permintaan) lebih
banyak dibanding dengan jumlah barang-barang atau jasa yang tersedia
(penawaran). Sebagai akibat dari inflasi adalah turunnya nilai uang.
Walaupun kredit koperasi berjalan lancar dimana utang pokok dan bunga
telah dibayar, namun dengan berjalannya waktu, nilai uang tetap turun karena
inflasi, maka daya beli uang tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
sebelumnya yaitu pada saat kredit diberikan. Apalagi jika kreditnya tidak berjalan
lancar (bermasalah).
24
6. Risiko Persaingan
Koperasi harus benar-benar selektif dalam memberikan kreditnya yaitu
hanya memberikan kepada calon-calon nasabah yang benar-benar dapat dipercaya
dan dapat menenangkan persaingan atas usaha sejenis. Kalau tidak , maka kredit
tidak akan kembali akibat usaha nasabah menurun volume usahanya dan
menderita rugi akibat langganan-langganannya pindah ke usaha pesaing-
pesaingnya.
2.2.5 Kualitas kredit
Kredit berdasarkan kualitasnya dibagi menjadi 5 macam yaitu kredit
Lancar (L), Kredit dalam perhatian khusus (DPK), kredit kurang lancar (KL),
Kredit diragukan (D), dan kredit macet (M). Penetapan kredit tersebut
didasarkan pada faktor atau kinerja penilaian atas prospek usaha, kinerja
(performance) nasabah, dan kemampuan membayar nasabah.
Penilaian terhadap kemampuan membayar nasabah meliputi penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
1. Ketepatan pembayaran pokok dan bunga
2. Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan nasabah
3. Kelengkapan dokumentasi kredit
4. Kepatuhan terhadap perjanjian kredit
5. Kesesuaian penggunaan dana
6. Kewajaran sumber pembayaran kewajiban
25
2.2.6 Tinjauan umum kredit bermasalah
A. Pengertian Kredit Bermasalah
Menurut Mudrajat Kuncoro & Suhardjono (2002:462) adalah suatu
keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggung membayar sebagian atau
seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah dijanjikannya.
Dalam prakteknya , yang dapat digolongkan kredit bermasalah adalah kredit
kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet.
1. Kredit Kurang Lancar
Kredit dianggap kurang lancar apabila :
a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui sembilan puluh hari; atau
b. sering terjadi cerukan (over draft) karena penarikan yang jangka
waktunya telah melampaui masa 15 hari kerja, tetapi belum
melampaui masa 30 hari kerja.
c. terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikanlebih dari
sembilan puluh hari
d. terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah
e. dokumentasi pinjaman yang lemah.
2. Kredit Diragukan
26
Kredit digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila tidak dapat
memenuhi kriteria kredit lancar dan kredit kurang lancar, namun
berdasarkan hasil penilaian kreditur dapat disimpulkan bahwa:
a. Kredit tersebut dapat diselamatkan serta mempunyai jaminan kredit
yang nilainya tidak kurang dari 75% jumlah nilai pinjaman pokok
dan bunga yang tertunggak.
b. Kredit tersebut tidak dapat diselamatkan tetapi nilai jaminan
kreditnya tidak kurang dari 100% nilai kredit dari bunga yang
tertunggak.
3. Kredit Macet
Kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi kriteria:
a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 270 hari; atau
b. kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau
c. dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai wajar
2.2.7 Penyebab kredit bermasalah
Sutojo (2008) menyebutkan bahwa penyebab kredit bermasalah dapat
berhulu pada tiga macam sumber, yaitu faktor intern koperasi kreditur,
ketidaklayakan nasabah, dan faktor-faktor ekstern.
27
a. Faktor intern koperasi yang dapat menjadi penyebab munculnya kredit
bermasalah adalah :
1. Rendahnya kemampuan atau ketajaman koperasi melakukan analisis
kelayakan permintaan kredit yang diajukan oleh calon nasabah.
2. Lemahnya sistem informasi kredit serta sistem pengawasan dan administrasi
kredit mereka.
3.Pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna.
Sedangkan George H. Hempel, Alan B. Coleman dan Donald G.
Simonson (Sutojo, 2008) menyebutkan macam-macam faktor intern
koperasi yang dapat menjadi penyebab munculnya kredit bermasalah, yaitu:
1. Taksiran nilai jaminan yang lebih tinggi dari nilai sebenarnya
2. Penarikan dana kredit oleh nasabah sebelum dokumentasi kredit
diselesaikan
3. Kredit diberikan tanpa pendapat dan saran dari komite kredit, atau
diusulkan oleh petugas koperasi yang mempunyai hubungan persahabatan
dengan nasabah
4. Kredit diberikan kepada perusahaan baru yang dikelola pengusaha yang
belum berpengalaman
5. Penambahan kredit tanpa tambahan jaminan yang cukup
6. Berulangkali koperasi mengirimkan surat teguran tentang penunggakan
bunga, tanpa tindakan lanjutan yang berarti
7. Koperasi jarang mengadakan analisis cash flow dan daya cicil nasabah
28
8. Tidak ada usaha koperasi untuk mengawasi penggunaan kredit, sehingga
timbul kemungkinan nasabah menggunakannya secara tidak sesuai
dengan ketentuan perjanjian kredit
9. Komunikasi antara koperasi dan nasabah tidak berjalan dengan lancar
10. Tidak ada rencana dan jadwal pembayaran kembali kredit yang tegas, atau
tidak dilampirkan pada perjanjian kredit
11. Koperasi tidak dapat merealisir jaminan kredit karena nasabah
mengajukan berbagai macam argumen yuridis
12. Koperasi gagal menerapkan sistem dan prosedur tertulis mereka
13. Pimpinan puncak koperasi terlalu dominan dalam proses pengambilan
keputusan pemberian kredit
14. Koperasi mengabaikan terjadinya cerukan, walaupun sadar bahwa cerukan
adalah salah satu tanda terganggunya kondisi keuangan nasabah
15. Koperasi tidak berhasil meninjau kondisi fasilitas produksi milik nasabah
16. Daftar keuangan dan dokumen pendukung yang diserahkan kepada
koperasi, telah direkayasa sebelumnya, tidak di audit atau tidak
diverifikasi
17. Koperasi tidak memperhatikan laporan dari pihak ketiga yang bernada
kurang menguntungkan nasabah
18. Koperasi tidak berhasil menguasai jaminan secepatnya, ketika mereka
mencium tanda-tanda bahwa kredit yang diberikan berkembang kearah
kredit bermasalah
29
b. Faktor ketidaklayakan nasabah (nasabah sebagai penyebab kredit
bermasalah)
Nasabah koperasi terdiri dari dua kelompok, yaitu anggota dan bukan
anggota. Sumber dana pembayaran bunga dan angsuran kredit sebagian besar
nasabah anggota maupun bukan anggota adalah penghasilan mereka. Setiap
jenis gangguan terhadap kesinambungan keuangan (penghasilan) mereka
dapat menyebabkan ketidaklancaran pembayaran bunga dan atau cicilan
kredit. Penyebab kredit bermasalah yang lain erat hubungannya gangguan
terhadap diri pribadi nasabah, misalnya kecelakaan, sakit, kematian.
Selanjutnya, faktor ekstern lain yang dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha dan kemampuan nasabah mengembalikan pinjaman
adalah bencana alam. Bencana alam seringkali merusak atau menurunkan
kapasitas produksi peralatan yang dioperasikan nasabah. akibatnya, jumlah
produksi, hasil penjualan produk dan keuntungan menurun sehingga
likuiditas keuangan nasabah memburuk yang berdampak pada kemampuan
nasabah untuk mengembalikan kredit menurun.
Iklim persaingan koperasi yang ketat seringkali dimanfaatkan oleh
nasabah untuk membujuk koperasi memberikan kredit dalam jumlah besar
dengan syarat seringan mungkin. Seringkali kredit tersebut untuk mendanai
usaha bisnis yang bersifat spekulatif oleh para nasabah apabila dikemudian
hari bisnis spekulatif oleh para nasabah. Apabila dikemudian hari bisnis
spekulatif tersebut tidak mendapat capital gain melainkan mengalami
30
kerugian dan likuiditas keuangan terganggu, besar kemungkinan kredit yang
mereka pinjam akan berkembang menjadi kredit bermasalah.
2.2.8 Dampak kredit bermasalah
Sutojo (2008) kredit bermasalah dalam jumlah yang besar dapat
mengakibatkan dampak yang tidak menguntungkan baik bagi koperasi sebagai
pemberi kredit, dunia perkoperasian maupun terhadap perekonomian (moneter)
suatu negara.
a. Dampak terhadap koperasi sebagai pemberi kredit
Kebanyakan koperasi yang mengalami problem kredit bermasalah dalam
jumlah yang besar akan mengalami berbagai macam kesulitan operasional.
Hal tersebut dikarenakan :
1. Sebuah koperasi yang mengalami kredit bermasalah dalam jumlah besar
cenderung menurun profitabilitasnya, dengan akibat nilai kesehatan
operasi akan ikut menurun.
2. Kerugian yang ditanggung koperasi dari kredit bermasalah akan
mengurangi jumlah modal sendiri mereka, akibatnya koperasi yang
bersangkutan harus menambah dana segar untuk modal maka tingkat
operasi mereka akan menurun
31
b. Dampak terhadap dunia perkoperasian
Apabila penurunan mutu kredit dan profitabilitas koperasi sebagai
akibat dari banyaknya kredit bermasalah demikian parahnya sehingga
mempengaruhi likuiditas keuangan dan solvabilitas mereka, maka
kepercayaan para penitip dana pada koperasi tersebut akan menurun,
sehingga tingkat kesehatan koperasi akan merosot ketingkat koperasi
bermasalah.
Jika jumlah koperasi bermasalah dalam suatu negara cukup banyak
maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap koperasi pada umumnya
akan menurun, sehingga sistem perkoperasian di negara tersebut akan
terganggu.
2.2.9 Tinjauan tentang penilaian kelayakan permohonan kredit
1. Prinsip-prinsip penilaian kelayakan kredit
Dalam setiap pemberian kredit diperlukan adanya pertimbangan serta
kehati-hatian agar kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam kredit
benar-benar terwujud sehingga kredit yang diberikan dapat tepat sasaran dan
dapat terjamin pengembalian kredit tersebut tepat pada waktunya sesuai
dengan perjanjian.
Tidak kembalinya kredit yang telah diberikan oleh suatu koperasi
berarti secara tidak langsung mengancam kelangsungan hidup bagi koperasi
32
itu sendiri. Hal tersebut karena penghasilan koperasi yang utama berasal dari
bunga yang dikenakan terhadap kredit-kredit yang diberikan. Karena
penghasilan bunga dari kredit-kredit yang diberikan merupakan tulang
punggung pendapatan koperasi, serta untuk terjaminnya kelancaran
pengembalian pokok pinjaman, maka sudah sewajarnya dalam pemberian
kredit tersebut memerlukan perhitungan-perhitungan yang mendalam yang
meliputi berbagai prinsip kelayakan permohonan kredit.
Setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, tentu
harus dilakukan penilaian secara seksama oleh pejabat koperasi.
Dalam penilaian kredit, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu
prinsip 5 C ,7 P (Kasinir 2008) yang meliputi:
a. Character
Character atau watak debitur sangat menentukan kemauan untuk
membayar kembali kredit yang telah diterimanya. Namun demikian, untuk
mengetahui character seseorang itu tidak mudah. Oleh karena itu, penilaian atas
character debitur perlu dilakukan secara hati-hati dan secermat mungkin.
Informasi dari keluarga dan teman-teman dekat dari debitur, serta informasi dari
bank pemberi kredit sebelumnya adalah sangat penting.
Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran yang jelas tentang watak
calon debitur ini, dapat dilakukan usaha-usaha seperti: melakukan interview
33
langsung terhadap calon debitur; meneliti daftar riwayat hidupnya, mengetahui
reputasi calon debitur berdasarkan informasi dari ‘lingkungan’ usahanya, serta
meneliti kegiatan dan pengalaman-pengalaman usahanya.
b. Capacity
Capacity mengandung arti kemampuan calon debitur dalam mengelola
usahanya. Dengan demikian, capacity berkaitan erat dengan kemampuan calon
debitur dalam melunasi kreditnya. Unsur-unsur yang dinilai untuk mengetahui
kemampuan calon debitur antara lain meliputi penilaian terhadap:
1. Proyeksi arus kas
2. Proyeksi laporan keuangan
3. Pusat informasi kredit
4. Kemampuan manajemen
5. Kemampuan pemasaran
6. Kemampuan teknis
7. Kewajiban-kewajiban pada pihak lainnya.
c. Capital
Informasi mengenai besar kecilnya modal (capital) perusahaan calon
debitur adalah sangat penting bagi bank. Modal yang dimaksudkan disini
adalah modal sendiri (networth) atau nilai kekayaan bersih yang dimiliki
perusahaan, yang merupakan selisih antara total aktiva dengan total kewajiban
34
(utang). Semakin besar modal yang dimiliki perusahaan merupakan cerminan
keberhasilan perusahaan di masa lalu, dan ini tentunya semakin baik
dihadapan bank. Mengingat kredit bank hanya merupakan pelengkap atau
tambahan bagi pembiayaan kegiatan operasional perusahaan. Posisi modal
suatu perusahaan dapat dianalisis dari laporan keuangannya. Untuk
mendapatkan gambaran yang lengkap tentang modal perusahaan, maka bank
harus melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan selama
paling tidak tiga tahun periode akuntansi sebelumnya.
d. Collateral
Collateral (jaminan kredit) merupakan setiap aktiva atau barang-barang
yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit yang diperoleh dari
bank. Manfaat jaminan ini bagi bank adalah sangat penting, sebagai ‘back
up’ atas kredit yang diberikan kepada debitur. Tujuannya adalah agar bank
dapat memperoleh pelunasan kembali atas kredit yang diberikan kepada
debitur, apabila kelak debitur tidak mampu melunasi kreditnya atau pun
ingkar janji (wan prestasi). Atas jaminan yang diberikan oleh debitur, maka
perlu diperhatikan cara pengikatannya sesuai dengan hukum yang berlaku,
untuk menghindari sengketa yang kemungkinan muncul di kemudian hari.
e. Conditions
Yang dimaksud conditions disini adalah keadaan perekonomian secara
umum dimana perusahaan tersebut beroperasi. Kondisi perekonomian
35
sangat menentukan keberhasilan maupun kegagalan suatu perusahaan. Oleh
karena itu, bank atau dalam hal ini analis kredit, harus mempertimbangkan
keadaan perekonomian, dan proyeksi perekonomian selama jangka waktu
kredit yang diberikan.
Sementara itu, penilaian 7 P adalah sebagai berikut :
a. Personality
Adalah menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap,
emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
masalah.
b. Party
Adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta
karakternya sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu
dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari koperasi.
c. Purpose
Adalah untuk mengetahui tujuan nasabah mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan
kredit dapat bermacam-macam, apakah untuk tujuan konsumtif,
produktif atau perdagangan.
36
d. Prospect
Adalah untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas
kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya koperasi
yang rugi, tetapi juga nasabah.
e. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber
penghasilan nasabah, akan semakin baik sehingga jika salah satu
usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan
tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan
kredit yang akan diperolehnya dari koperasi.
g. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan
oleh koperaso, tetapi melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat
berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
37
Disamping melakukan penilaian dengan 5 C dan 7 P, Prinsip
penilaian kredit dapat pula dilakukan dengan studi kelayakan, terutama
untuk kredit dalam jumlah yang relatif besar. Adapun penilaian kredit
dengan studi kelayakan meliputi :
1. Aspek yuridis/hukum
Yang dinilai dari aspek yuridis atau hukum dalam penilaian
kredit adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang
dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai
dengan akte pendirian perusahaan sehingga dapat diketahui siapa-
siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik.
2. Aspek pemasaran
Yang dinilai dari aspek pemasaran dalam penilaian kredit
adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan
di masa yang akan datang prospeknya bagaimana. Yang perlu diteliti
dalam aspek ini adalah :
Pemasaran produknya minimal 3 bulan yang lalu atau 3 tahun
yang lalu
Rencana penjualan dan produksi minimal 3 bulan atau tiga
tahun yang akan datang
38
Peta kekuatan pesaing yang ada
Prospek produk secara keseluruhan
3. Aspek keuangan
Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki
untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan data
tersebut. Di samping itu, hendaknya dibuatkan cash flow dari pada
keuangan perusahaan.
4. Aspek teknis dan operasi
Peran aspek teknis dan operasi dalam penilaian kredit adalah
membahas masalah yang berkaitan dengan produksi, seperti
kapasitas yang digunakan, masalah lokasi, lay out ruangan, dan
mesin-mesing termasuk jenis mesin yang digunakan.
5. Aspek manajemen
Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya
manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya
manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai
prospek yang ada dan pertimbangan lainnya.
6. Aspek sosial ekonomi
39
Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan
masyarakat umum seperti :
Meningkatkan ekspor barang
Mengurangi pengangguran atau lainnya
Meningkatkan pendapatan masyarakat
Tersedianya sarana dan prasarana
Membuka isolasi daerah tertentu
7. Aspek AMDAL
Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air, atau
udara jika proyek atau usaha itu dijalankan. Analisis ini dilakukan
secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka
proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di
sekitarnya. Pencemaran yang sering terjadi antara lain terhadap :
Tanah/darat menjadi gersang
Air, menjadi limbah berbau busuk, berubah warna atau rasa
Udara mengakibatkan polusi, berdebu, bising, dan panas
2. Tujuan dan manfaat penilaian kelayakan permohonan kredit
Menurut Firdaus dan Ariyanti (2009) bahwa kredit yang disalurkan
oleh koperasi simpan pinjam merupakan bagian terbesar dari assets yang
40
dimiliki oleh koperasi yang bersangkutan dalam kondisi perekonomian yang
normal kredit dapat mencapai 70% sampai 90% dari assets koperasi.
Mengingat kredit merupakan kegiatan utama, maka pihak koperasi
harus mendeteksi sejak dini terhadap kredit-kredit yang berpotensi
bermasalah sehingga pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan
yang menjadi salah satu unsur dalam kredit benar-benar terwujud sehingga
kredit yang diberikan dapat tepat sasaran dan dapat terjamin pengembalian
kredit tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian.
Kredit yang diberikan tanpa didahului oleh penilaian atau analisis
kredit yang profesional dapat diragukan mutunya. Tujuan dan manfaat dan
penilaian kelayakan permohonan kredit adalah :
a. Menilai mutu permintaan kredit baru yang diajukan oleh calon
nasabah, atau permintaan tambahan kredit yang diajukan oleh nasabah
lama
b. Menilai seberapa besar kemampuan dan kesediaan calon nasabah
maupun nasabah lama dalam mengembalikan kredit yang mereka
pinjam dan membayar bunganya sesuai dengan isi perjanjian kredit.
Untuk itulah penilaian kelayakan permohonan kredit sangat
diperlukan sebagai langkah awal untuk mengurangi terjadinya kredit
bermasalah. Kredit bermasalah terutama dalam jumlah yang besar
dapat mengganggu likuiditas koperasi.
41
2.3 Prosedur dalam Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2012:101), secara umum dapat dijelaskan prosedur pemberian
kredit oleh badan hukum sebagai berikut :
1. Pengajuan berkas-berkas.
Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang
dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya
yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya yang berisi antara lain
sebagai berikut :
a. Latar Belakang Perusahaan
seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas
perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya,
perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan
swasta.
b. Maksud dan tujuan
Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas
produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya.
c. Besarnya kredit dan jangka waktu
Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin
diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan
jangka waktunya dapat kita lihat dari cash flow serta laporan keuangan (neraca
42
dan laporan rugi laba) tiga tahun terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai
dengan permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis
mereka dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak
diberikan kepada sipemohon.
d. Cara pemohon mengembalikan kredit
Dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya
apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.
e. Jaminan kredit
Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko terhadap
kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau
tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa,
palsu, dan sebagainya. Biasanya jaminan diikat dengan sutu asuransi tertentu.
2. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum
lengkap atau cukup , maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan
apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan
tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.
43
3. Wawancara I
Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan
dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai
dan lengkap seperti yang bank inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui
keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.
4. On The Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai
objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot di
cocokkan dengan hasil wawancara I. Pada saat hendak melakukan on the spot
hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah. Sehingga apa yang kita lihat
dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-
kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan yang ada
pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan dengan pada saat on the
spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran. Analisis
permohonan kredit adalah untuk menganalisa semua faktor resiko yang berkaitan
dengan permohonan kredit dan untuk menilai sejauh mana hal tersebut
beralasan/layak dibiayai, memiliki keabsahan hukum dan sesuai dengan praktek
perbankan yang sehat. Menurut Budi Untung (2011 : 163) Analisis kredit
dikelompokkan menjadi dua,yakni :
44
a. Analisis kualitatif
Merupakan analisis terhadap kondisi-kondisi non angka yang tidak tercermin
dalam laporan keuangan, meliputi analisis terhadap aspek manajemen, teknis,
pemasaran, hukum jaminan dan sosial ekonomi.
b. Analisis Kuantitaf
Merupakan analisis terhadap kondisi keuangan. Debitur, yang bertujuan agar
bank mendapat gambaran secara kuantitatif mengenai kondisi keuangan debitur
dimasa lalu, saat ini dan proyeksinya dimasa yang akan datang, sehingga dapat
analisis besarnya pinjaman yang diperlukan penggunaannya serta kemampuannya
membayar bunga dan pokok pinjaman. Analisis kuantitatif meliputi analisis ratio
keuangan, analisis laba rugi,analisis arus kas dan analisis rekening. Kredit yang
diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank
harus memperhatikan kebijakan dan prosedur perkreditan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
6. Keputusan kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan
diberikan atau ditolak, jika di terima, maka dipersiapkan administrasi nya,
biasanya keputusan kredit yang akan mencakup :
a. Jumlah uang yang diterima
b. Jangka waktu kredit
45
c. Dan biaya yang harus di bayar.
Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan team. Begitu pula bagi
kredit yang di tolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan
alasannya masing-masing.
7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka
sebelum kredit dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah menandatangani akad
kredit ,mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang
dianggap perlu. Penandatangan dilaksanakan :
a. Antara bank dengan debitur secara langsung atau
b. Dengan melalui notaris
8. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang
diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang
bersangkutan.
9. Penyaluran atau penarikan dana
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi
dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu
sekaligus atau secara bertahap.
46
Rencana Pengembangan
Usaha
Mengisi formulir
Aplikasi Kredit
Melengkapi Persyaratan :
1. Data Histeris Perusahaan
2. Data Proyeksi
3. Data Jaminan
Persyaratan
Lengkap?
Tidak
Penyerahan Dokumen Ke
Bank/Lembaga Keuangan
Konfirmasi
Data/Dokumen
Persyaratan
Lengkap?
Analisa Kredit
Kelayakan 5C
47
Flowchart Prosedur Pemberian Kredit
Analisa Keuangan
Ok?
Persetujuan
Kredit
Revisi?
STOP
48
2.4 Penelitian Sebelumnya
Beberapa peneliti telah meneliti tentang evaluasi prosedur permohonan
pinjaman untuk mengurangi kemacetan kredit di koperasi simpan pinjam.
Beberapa hasil dari penelitian yang sudah dilakukan terlebih dahulu akan
dijadikan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, adapun
penelitian terdahulu antara lain
HASIL PENELITIAN TERDAHULU
No Peneliti Keterangan penelitian Hasil penelitian
1. Muhammat Syafriansyah
(2015)
Judul :
ANALISIS SISTEM DAN
PROSEDUR PEMBERIAN
KREDIT PADA KOPERASI
SIMPAN PINJAM
SENTOSA DI
SAMARINDA
Sistem dan prosedur pemberian kredit
di KSP Sentosa Sudah mengikuti
Standar Prosedur pemberian kredit
yang ditetapkan dan membantu proses
pemberian kredit di KSP Sentosa.
Namun prosedur pemberian kredit di
KSP Sentosa masih sangat sederhana
sehingga terdapat kekurangan dalam
langkahlangkah dan pembagian fungsi
pada prosedur pemberian kredit.
49
Prosedur pemberian kredit di KSP
Sentosa menjadi lebih mudah
dibandingkan dengan standar prosedur
pemberian kredit yang ditetapkan.
Dengan kemudahan persyaratan dalam
permohonan pinjaman seperti foto
copy Bukti Pemilik
Kendaraan Bermotor (BPKB) dan
Kartu Identitas Diri (KTP) dan bunga
pinjaman yang rendah sehingga
menjadi daya tarik peminjam untuk
melakukan pinjaman.
Hal ini dapat dilihat pada setiap
tahunnya, jumlah anggota KSP Sentosa
mengalami peningkatan yang sangat
pesat. Dalam prosedur pemberian
kredit di KSP
Sentosa juga terdapat masalah-masalah
yang menghambat kelancaran dalam
prosedur pemberian kredit, yaitu tidak
konsisten dalam menjalankan prosedur
50
pemberian kredit. Namun masalah-
masalah tersebut tidak mempengaruhi
proses pemberian kredit di KSP
Sentosa. Sebaiknya KSP Sentosa
mengikuti SOP yang dikeluarkan oleh
Menperindagkop Tahun 2004, terutama
dalam hal pembagian fungsi dan tugas
untuk menjalankan sistem dan prosedur
pemberian kredit.KSP Sentosa
sebaiknya lebih konsisten lagi di dalam
menjalankan sistem dan prosedur
pemberian untuk
mencapai hasil yang lebih baik.
KSP Sentosa sebaiknya tidak hanya
menggunakan BPKB sebagai jaminan,
tapi juga memperhatikan kejelasan
persyaratan jaminan lain seperti surat
tanah, surat usaha, dan lain-lain,
sehingga dapat melakukan seleksi
permohonan pinjaman dengan baik dan
memiliki pengganti jika terjadi
51
kerugian.Untuk menjaga kelansungan
usaha sebaiknya KSP Sentosa tetap
menjalankan prosedur
pemberian kredit dengan melakukan
survey secara berkala dalam upaya
mencegah terjadinya kredit macet.
KSP Sentosa sebaiknya melakukan
pemisahan fungsi antara bagian
pencatatan, dokumentasi dan bagian
keuangan. Dalam konteks ini
dimaksudkan bahwa memberikan
wewenang khusus kepada kasir untuk
bagian keuangan,
bagian pembukuan kepada staf
pembukuan, dokumentasi, perikatan
kredit pada
staf hukum dan dokumentasi serta
pencatatan kepada bagian administrasi
sehingga ada kejelasan dalam
menjalankan prosedur pemberian
kredit yang dapat
52
mencegah penyalahgunaan wewenang.
Dalam menjalankan prosedur
pemberian kredit seharusnya pengurus
KSP Sentosa melakukan pemerikasaan
berkas-berkas pelepasan pinjaman
terlebih dahulu dari bagian administrasi
untuk mencegah
kesalahan pencatatan dan pencairan
pinjaman kepada anggota. Pengurus
KSP Sentosa sebaiknya membuat satu
kebijakan untuk mendorong para
karyawan di
KSP Sentosa agar dapat bekerja sesuai
peraturan dan prosedur yang
ditetapkan.
2.
Judul :
EVALUASI PENENTUAN
KELAYAKAN
PEMBERIAN KREDIT
KOPERASI SYARIAH
MENGGUNAKAN
Berdasarkam hasil penelitian untuk
nilai akurasi algoritma klasifikasi
C4.5 senilai 88%
serta dievaluasi menggunakan
ROC curve yaitu,
nilai AUC berdasarkan ROC
53
ALGORITMA
KLASIFIKASI C4.5
curve untuk
algoritma klasifikasi C4.5
bernilai 0.898 dengan
tingkat diagnosa Good
classification,
Berdasarkan proses pengujian
dan
kesimpulan yang telah dilakukan,
maka ada
beberapa saran dalam penelitian
ini adalah:
1. Menambahkan jumlah data
yang lebih besar
dan atribut yang lebih banyak,
sehingga
hasil pengukuran yang akan
didapatkan
lebih baik lagi.
2. Menggunakan metode
optimasi lain seperti
Ant Colony Optimization (ACO),
54
Genetik
Algorithm (GA), dan lainnya.
3. Meningkatkan lagi sistem
analisa kredit
untuk penentuan kelayakan
pemberian
kredit bagi nasabah yang akan
mengajukan
kredit pada koperasi syariah.
4. Penerapan kedalam sebuah
aplikasi
berbasis teknologi informasi
guna
membantu pihak koperasi dalam
melasanakan analisa kredit
3. Reta Nurrima
Fatmasari,Topowijono
dan
Devi Farah Azizah
(2015)
Judul :
EVALUASI SISTEM DAN
PROSEDUR PEMBERIAN
KREDIT KONSUMTIF
DALAM UPAYA
MENDUKUNG
Berdasarkan hasil pembahasan dan
analisis penelitian terhadap sistem dan
prosedur kredit
konsumtif dalam upaya mendukung
pengendalian intern koperasi dapat
diambil kesimpulan sebagai
55
PENGENDALIAN INTERN
Universitas Brawijaya
Malang
berikut:
a. 1) Formulir yang digunakan dalam
sistem dan
prosedur pemberian kredit konsumtif
pada
Koperasi Simpan Pinjam Bina Usaha
Mandiri
adalah surat permohonan kredit (SPK),
kwitansi (KW), kartu angsuran,
evaluasi
permohonan pinjaman dan rekapitulasi
pinjaman.
2) Fungsi-fungsi yang terkait yaitu
kasir,
analisis kredit, manajer dan bagian
akuntansi/pembukuan. Terdapat
klasifikasi
pinjaman untuk dinas, pensiunan dan
wiraswasta.
3) Sistem dan prosedur pemberian
kredit pada umumnya sudah baik. Saat
56
memutuskan pinjaman sudah baik
karena setiap permohonan pinjaman
memperoleh wewenang dari manajer
dalam mengambil
keputusan mempergunakan bahan
pertimbangan yaitu evaluasi
permohonan
pinjaman yang dilakukan bagian analis
kredit. Beberapa aspek yang sudah
mendukung pengendalian intern seperti
:
b. 1) Struktur organisasi pada koperasi
sudah baik,
karena sesuai dengan fungsi dari setiap
jabatan yang ada dan telah
melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnyamasingmasing.
2) Dalam praktik yang sehat,
penggunaan formulir surat permohonan
kredit, evaluasi permohonan pinjaman
dan kartu angsuran sudah bernomor
57
urut cetak. Pemeriksaan mendadak
(surprised audit) sudah dilakukan oleh
pengawas koperasi sudah baik. Segi
perputaran jabatan (job rotation),
dilakukan oleh seluruh pengurus dan
karyawan koperasi setelah
diselenggarakan Rapat
AnggotaTahunan.
3) Karyawan yang mutunya sesuai
dengan
tanggung jawabnya. Karyawan yang
bekerja
dalam Koperasi Simpan Pinjam Bina
Usaha
Mandiri mutunya sudah memenuhi
kriteria
yang dibutuhkan.
Beberapa aspek yang belum
mendukung aspek
pengendalian intern yaitu :
4) Dalam praktik yang sehat,
58
penggunaan formulir surat perjanjian
pinjaman dan
pernyataan belum bernomor urut
tercetak.
4. P Ivand C. Putra dan I
Gusti Ayu Purnamawati
(2013)
Judul : PROSEDUR
PEMBERIAN KREDIT
USAHA MIKRO KECIL
DAN MENENGAH PADA
PT. PEGADAIAN CABANG
SINGARAJA
Universitas Pendidikan
Ganesha
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Persyaratan utama dalam pemberian
kredit usaha adalah pengusaha mikro
atau pengusaha kecil yang memiliki
usaha produktif dengan izin usaha dan
mempunyai barang jaminan BPKB
sepeda motor/ mobil dengan masa yang
telah ditetapkan sebagai jaminan kredit
secara fidusia. Pemberian kredit usaha
yang diterapkan dimulai dari kedatangan
calon debitur mengajukan permohonan
kredit dengan melampirkan persyaratan
yang telah ditentukan. Prosedur
pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil dan
Menengah pada PT. Pegadaian Cabang
59
Singaraja dapat dikatakan sudah baik dan
sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Prosedur
pemberian kredit terdiri dari beberapa
tahapan yaitu : pengajuan permohonan
kredit usaha yang sesuai dengan
ketentuan umumnya, peninjauan ke
lokasi, penyidikan, analisa kredit sebagai
uji kelayakan usaha, keputusan kredit
yang dilakukan oleh Kuasa Pemutus
Kredit (KPK) dan pencairan kredit oleh
pihak kasir sebagai penanggungjawab
keuangan perusahaan. Bagian-bagian
yang terlibat dalam pemberian kredit
yaitu bagian kredit (pegawai fungsional),
bagian kasir dan bagian pembukuan yang
didukung oleh beberapa formulir seperti
surat perjanjian hutang piutang,
perjanjian jaminan fidusia, dan bukti
penerimaan uang. Kelemahan yang masih
ditemukan dalam PT. Pegadaian Cabang
60
Singaraja yaitu adanya perangkapan
tugas yang dilakukan pegawai fungsional
sebagai pemegang tugas sebagai Manager
Operasional sekaligus sebagai penaksir
pada PT. Pegadaian Cabang Singaraja
5. Anita Muktiasih Prabawanti,
Moch Dzulkirom AR, dan
Nengah Sudjana
(2014)
Judul : ANALISIS SISTEM
DAN PROSEDUR
AKUNTANSI PEMBERIAN
KREDIT MODAL KERJA
DALAM UPAYA
PENINGKATAN
PENGENDALIAN INTERN
(Studi Pada BPR
PermataArtha Surya
Surabaya)
Universitas Brawijaya
Malang
1. 1.Sistem dan prosedur pemberian kredit
modal kerja telah dilakukan dengan baik
sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh
direksi. Hanya saja semua prosedur masih
dilakukan secara manual menggunakan
komputer dengan program seadanya.
2. Struktur Organisasi yang digunakan
telah disesuaikan dengan kebutuhan, dan
selama ini pemisahan fungsi tugas
berjalan dengan baik.Hanya saja dalam
struktur organisasi Account Officer
memiliki tugas yang lebih banyak saat
melaksanaan prosedur pemberian kredit
modal kerja. pemisahan tugas yang
sederhana akan memicu terjadinya praktek
61
yang tidak sehat. Pihak AO memiliki
peluang kerjasama dengan calon nasabah
dengan memanipulasi Nota Analisa
Kredit.
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan
dilakukan dengan fasilitas seadanya, dan
pengawasan dari atasan langsung seperti
manajer, dan direksi. Setiap harinya
dilakukan pemeriksaan pencatatan antara
atasan dan bawahan seperti bagian
akuntansi dan manajer operasional.
4. Personel Bank Perkreditan Rakyat
Permata Artha Surya selama ini telah
melaksanakan praktek yang sehat.
Semenjak pergantian direksi tahun lalu,
pihak Bank belum pernah dirugikan atas
praktek yang tidak sehat dari pegawainya.
Meskipun Bank Permata Artha Surya
adalah Bank perkreditan Rakyat milik
grup, namun komisaris meletakkan
orangorang yang berkompeten untuk
62
menjalankan kegiatan operasional Bank,
dalam arti tidak ada karyawan memiliki
hubungan keluarga satu sama lain.
Menjaga praktek yang sehat dalam
bekerja, selama ini Perusahaan belum
pernah diadakan pemeriksaan dadakan
atau surprised audit oleh direksi.
Pemeriksaan rutin dilakukan hanya
setahun sekali dengan mengundang
auditor dari luar.
5. Secara keseluruhan, BPR Permata Artha
Surya sudah memiliki karyawan yang
kompeten dan dapat dipercaya, hanya
perlu lebih ditingkatkan lagi kualitas
sumber daya manusianya. Pelatihan juga
telah dilakukan bagi karyawan baru
dengan program training 3 bulan, dan bagi
karyawan lama akan selalu didaftarkan
pelatihan dari luar untuk mendapatkan
pengetahuan baru. Customer Service diberi
tugas dan wewenang untuk mengurusi
63
administrasi tabungan, dan mencatat
memorandum pemberian kredit. Customer
Service dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang luas, dan memiliki
riwayat pendidikan yang cukup. Customer
Service disini hanyalah lulusan Sekolah
Menengah Atas, seharusnya jabatan
tersebut diisi oleh orang yang minimal
berpendidikan Sarjana.