Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong siswa
untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang
harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Suatu pertanyaan akan menjadi
masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan
(challenge) yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah
diketahui (Shadiq, 2004).
Menurut Aisyah (2009), masalah adalah sesuatu yang timbul akibat
adanya “rantai yang terputus” antara keinginan dan cara mencapainya.
Keinginan atau tujuan yang ingin dicapai sudah jelas, tetapi cara untuk
mencapai tujuan itu belum jelas. Masalah bersifat relatif. Artinya, masalah
bagi seseorang pada suatu saat belum tentu merupakan masalah bagi orang
lain pada saat itu atau bahkan bagi orang itu sendiri beberapa saat kemudian.
Menurut Polya (1973), terdapat dua macam masalah, yaitu: (1) masalah untuk
menemukan sesuatu. Untuk menemukan sesuatu, dapat digunakan pertanyaan
seperti : “apa yang dicari? Data apa saja yang diketahui? Apa saja syarat-
syaratnya?. (2) masalah untuk membuktikan. Dalam masalah pembuktian
yang paling penting adalah bagaimana hipotesis dan konklusi dari suatu
teorema yang harus dibuktikan kebenarannya.
9
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
10
Pemecahan masalah merupakan bagian utama dalam aktivitas
pembelajaran matematika. Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal
yang harus mendapat perhatian, mengingat peranannya yang sangat
strategis dalam mengembangkan potensial intelektual anak. Menurut Polya
(1973), pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan untuk mencari suatu
penyelesaian dari masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 (Depdiknas, 2004)
pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik yang ditunjukkan siswa
dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah, dan
menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah.
Aisyah (2009) menyebutkan bahwa pemecahan masalah pada
dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah
baginya. Pembelajaran pemecahan masalah merupakan suatu tindakan yang
dilakukan guru agar siswa termotivasi untuk menerima tantangan yang ada
pada pertanyaan/soal dan mengarahkan para siswa dalam proses pemecahan
masalahnya. Keterampilan serta kemampuan berpikir yang didapat ketika
seseorang memecahkan masalah diyakini dapat ditransfer atau digunakan
orang tersebut ketika menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari
(Shadiq, 2009).
Pemecahan masalah adalah upaya atau suatu cara untuk mencari
penyelesaian dari masalah yang dihadapi. Dengan demikian, pemecahan
masalah matematika adalah suatu kegiatan untuk mencari suatu penyelesaian
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
11
masalah yang menggunakan matematika guna mencapai solusi yang
diinginkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemampuan
berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (sanggup, bisa, dapat) melakukan
sesuatu. Dengan demikian, kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan,
kecakapan, kekuatan melakukan sesuatu. Menurut Nasution (2009),
kemampuan memecahkan masalah adalah kemampuan untuk menemukan
aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang baru.
Suatu masalah dikatakan telah selesai jika siswa telah mampu
memahami apa yang dikerjakan, yaitu memahami proses pemecahan masalah
dan mengetahui mengapa solusi yang telah diperoleh sesuai (Mahmudi,
2008). Menurut Polya (1973), terdapat empat langkah pemecahan masalah
matematika, antara lain: (1) understanding the problem (memahami masalah).
Dalam memahami masalah, dimunculkan beberapa pertanyaan, seperti: apa
yang tidak diketahui? data apa yang diberikan? mungkinkah kondisi
dinyatakan dalam
bentuk persamaan atau hubungan lainnya? buatlah gambar dan tulislah
notasi yang sesuai. Dengan demikian, maka akan benar-benar memahami
masalah tersebut, (2) devising a plan (merencanakan penyelesaian). Dalam
merencanakan suatu penyelesaian, kemampuan memilih strategi yang cocok
merupakan hal yang sangat penting. Dengan memilih strategi yang tepat akan
memudahkan dalam melaksanakan penyelesaian masalah tersebut. Selain itu,
dalam merencanakan penyelesaian akan memunculkan pemikiran-pemikiran,
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
12
pernah adakah soal seperti ini yang serupa sebelumnya diselesaikan?
dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah yang sekarang?,
(3) carrying out the plan (melaksanakan rencana). Melaksanakan rencana
dapat dilakukan dengan memeriksa setiap langkah satu sama lain. apakah tiap
langkah sudah benar? bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih
sudah benar?, (4) looking back (memeriksa proses dan hasil yang diperoleh).
Periksalah kembali hasil yang telah diperoleh. Dapatkah diperiksa
sanggahannya? dapatkah jawaban itu dicari dengan cara lain? dapatkah
menggunakan cara atau metode tersebut untuk menyelesaikan soal yang lain?.
John Dewey (Depdiknas, 2004) memberikan lima langkah utama
dalam memecahkan masalah sebagai berikut: (1) menyadari bahwa masalah
itu ada, (2) identifikasi masalah, (3) penggunaan pengamatan sebelumnya
atau informasi yang relevan untuk penyusunan hipotesis, (4) pengujian
hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin, (5) evaluasi terhadap solusi
dan penyusun kesimpulan berdasarkan bukti yang ada.
Menurut NCTM (2000), indikator standar kompetensi pemecahan
masalah matematis adalah sebagai berikut: (1) membangun pengetahuan
matematika baru melalui pemecahan masalah, (2) menyelesaikan masalah
yang berhubungan dalam matematika dan dalam konteks lain, (3)
menerapkan dan mengadaptasi berbagai strategi yang sesuai untuk
pemecahan masalah, (4) memonitor dan merefleksi proses pemecahan
masalah matematika.. Shadiq (2009) menyebutkan bahwa indikator yang
menunjukkan pemecahan masalah antara lain adalah: (1) menunjukkan
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
13
pemahaman masalah, (2) mengorganisasi data dan memilih informasi yang
relevan dalam pemecahan masalah, (3) menyajikan masalah secara
matematika dalam berbagai bentuk, (4) memilih pendekatan dan metode
pemecahan masalah secara tepat, (5) mengembangkan strategi pemecahan
masalah, (6) membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu
masalah, (7) menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis adalah kemampuan seseorang untuk dapat
memahami masalah, merencanakan penyelesaian dengan memilih metode
atau strategi yang tepat, melaksanakan rencana penyelesaian, memeriksa hasil
yang diperoleh guna mencapai solusi yang diinginkan.
B. Pembelajaran Problem Posing
Problem Posing merupakan suatu pembelajaran yang menekankan
pada kemampuan siswa dalam mengajukan/merumuskan masalah (soal)
secara mandiri sehingga siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
proses berpikirnya. Problem Posing tidak terbatas pada pembentukan soal
yang betul-betul baru, tetapi juga dapat berarti merumuskan kembali soal-soal
yang diberikan (Mahmudi, 2008).
Menurut Silver & Cai (1996), Problem Posing ialah perumusan soal
sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan
agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal
yang rumit. Selain itu, Problem Posing juga diartikan sebagai perumusan soal
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
14
yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam
rangka mencari alternatif pemecahan lain. Sedangkan menurut Herawati
(2010), pembelajaran dengan pendekatan Problem Posing adalah
pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk membentuk/mengajukan
soal berdasarkan informasi atau situasi yang diberikan. Informasi yang ada
diolah dalam pikiran dan setelah dipahami maka peserta didik akan bisa
mengajukan pertanyaan.
Problem Posing memberikan keluasan siswa atau peserta didik
untuk belajar secara mandiri dengan merumuskan masalahnya (lebih khusus
soal) sendiri dan menyelesaikan masalah yang diajukannya. Problem Posing
dalam pembelajaran intinya meminta siswa untuk mengajukan soal atau
masalah. Latar belakang masalah dapat berdasar topik yang luas, soal
yang sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan guru kepada
siswa (Siswono, 2000).
Abu-Elwan (2000) mengklasifikasikan Problem Posing menjadi 3
tipe, yaitu Free Problem Posing (Problem Posing Bebas), Semi-structured
Problem Posing (Problem Posing Semi-terstruktur), dan Structured Problem
Posing (Problem Posing Terstruktur).
1. Problem Posing Bebas. Menurut tipe ini siswa diminta untuk membuat
soal secara bebas berdasarkan situasi kehidupan sehari-hari. Tugas yang
diberikan kepada siswa dapat berbentuk: ”buatlah soal yang sederhana
atau kompleks”, buatlah soal yang kamu sukai, buatlah soal untuk
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
15
kompetisi matematika atau tes, ”buatlah soal untuk temanmu”, atau
”buatlah soal sebagai hiburan (for fun)”.
2. Problem Posing Semi-terstruktur. Dalam hal ini siswa diberikan suatu
situasi bebas atau terbuka dan diminta untuk mengeksplorasinya dengan
menggunakan pengetahuan, keterampilan, atau konsep yang telah mereka
miliki. Bentuk soal yang dapat diberikan adalah soal terbuka (open-ended
problem) yang melibatkan aktivitas investigasi matematika, membuat soal
berdasarkan soal yang diberikan, membuat soal dengan konteks yang sama
dengan soal yang diberikan, membuat soal yang terkait dengan teorema
tertentu, atau membuat soal berdasarkan gambar yang diberikan.
3. Problem Posing Terstruktur. Dalam hal ini siswa diminta untuk membuat
soal berdasarkan soal yang diketahui dengan mengubah data atau
informasi yang diketahui.
Menurut Silver (1996), terdapat tiga tipe problem posing antara lain sebagai
berikut: (1) Pre Solution Posing (Pengajuan Pre-Solusi), yaitu seorang siswa
membuat soal dari situasi yang diadakan, (2) Within-Solution Posing
(Pengajuan di dalam Solusi), yaitu seorang siswa merumuskan ulang soal
seperti yang telah diselesaikan, (3) Post Solution Posing (Pengajuan
Setelah Solusi), yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal
yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru.
Pembelajaran dengan Problem Posing menurut Menon (1996) dapat
dilakukan dengan tiga cara berikut :
1. Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
16
informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal tersebut ada. Tugas
siswa adalah membuat pertanyaan berdasar informasi tadi.
2. Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi
kelompok. Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus
penyelesaiannya. Kemudian soal-soal tersebut dipecahkan oleh kelompok-
kelompok lain.
3. Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan
yang berhubungan dengan masalah. Sejumlah pertanyaan kemudian
diseleksi dari daftar tersebut untuk diselesaikan. Pertanyaan dapat
bergantung dengan pertanyaan lain. Bahkan dapat sama, tetapi kata-
katanya berbeda. Dengan mendaftar pertanyaan yang berhubungan dengan
masalah tersebut akan membantu siswa "memahami masalah", sebagai
salah satu aspek pemecahan masalah.
Langkah-langkah pembelajaran Problem Posing adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik. Jika perlu,
penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
2. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
3. Peserta didik diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang,
tetapi peserta didik yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya.
4. Guru meminta peserta didik untuk menyajikan soal dan penyelesaiannya
di depan kelas.
5. Guru memberikan tugas secara individual
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
17
Beberapa kelebihan pembelajaran Problem Posing menurut Norman
(2011) adalah sebagai berikut: (1) kemampuan memecahkan masalah atau
mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang dihadapi, (2)
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa/terampil menyelesaikan
soal tentang materi yang diajarkan, (3) mengetahui proses bagaimana cara
siswa memecahkan masalah, (4) meningkatkan kemampuan mengajukan soal,
(5) sikap yang positif terhadap matematika/minat siswa dalam pembelajaran
matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat
sendiri, (6) mendatangkan kepuasan tersendiri bagi siswa jika soal yang
dibuat tidak mampu diselesaikan oleh kelompok lain.
Menurut Siswono (2000) terdapat beberapa kelebihan pembelajaran
Problem Posing, antara lain: (1) membantu siswa alam mengembangkan
keyakinan dan kesukaan terhadap matematika, (2) meningkatkan performa
dalam pemecahan masalah, (3) sebagai sarana komunikasi matematika, (4)
merangsang peningkatan kemampuan matematika siswa.
C. Problem Posing Tipe Pre Solution Posing
Problem Posing tipe Pre Solution Posing yaitu pembuatan soal
berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan. Pembelajaran ini dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat soal sesuai situasi
yang diberikan oleh guru dan menyelesaikannya sendiri atau diselesaikan
oleh siswa yang lain, sehingga akan terlihat kegiatan siswa siswa akan lebih
dominan dibandingkan dengan guru.
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
18
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran Problem Posing, maka
dapat dikembangkan langkah-langkah pembelajaran Problem Posing tipe Pre
Solution Posing sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik.
2. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal berdasarkan informasi yang
diberikan guru, dan siswa yang bersangkutan harus mampu
menyelesaikannya.
4. Guru meminta peserta didik untuk menyajikan soal dan penyelesaiannya
di depan kelas.
5. Guru memberikan tugas secara individual
D. Problem Posing Tipe Post Solution Posing
Problem Posing Post Solution Posing yaitu siswa memodifikasi atau
merevisi tujuan atau kondisi soal yang telah diselesaikan untuk
menghasilkan soal-soal baru yang lebih menantang atau siswa membuat soal
yang sejenis dan menantang seperti yang dicontohkan oleh guru. Jika guru
dan siswa siap maka siswa dapat diminta untuk mengajukan soal yang
menantang dan variatif pada pokok bahasan yang diterangkan guru.
Pembuatan soal demikian merujuk pada strategi “what-if-not …?” atau
”what happen if …”. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membuat
soal dengan strategi itu adalah sebagai berikut.
1. Mengubah informasi atau data pada soal semula
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
19
2. Mengubah nilai data yang diberikan, tetapi tetap mempertahankan
kondisi atau situasi soal semula.
3. Mengubah situasi atau kondisi soal semula, tetapi tetap
mempertahankan data atau informasi yang ada pada soal semula.
Langkah-langkah pembelajaran Problem Posing tipe Post Solution
Posing sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik.
2. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang sejenis dengan soal
yang diberikan guru dan memodifikasi atau merevisi tujuan atau kondisi
soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang
lebih menantang.
4. Guru meminta peserta didik untuk menyajikan soal dan penyelesaiannya
di depan kelas.
5. Guru memberikan tugas secara individual
E. Materi Pelajaran Matematika
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas,
dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya
Kompetensi Dasar : Menghitung luas permukaan dan volume kubus,
balok, prisma dan limas
Indikator kubus dan balok :
1. Menemukan rumus luas permukaan dan volume kubus dan balok
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
20
2. Menghitung luas permukaan kubus dan balok
3. Menghitung luas volume kubus dan balok
F. Penelitian yang Relevan
Menurut penelitian dari Amasari (2011) yang berjudul Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas X
Administrasi Perkantoran (AP) SMK Negeri 1 Depok pada Pembelajaran
Matematika dengan Metode Problem Posing Tipe Presolution Posing
menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian tindakan kelas, maka
pembelajaran matematika dengan metode Problem Posing Tipe Presolution
Posing memberikan dampak positif terhadap kemampuan berpikir kritis dan
kreatif siswa. Hasil penelitian dari Paramita (2012) dalam penelitian tindakan
kelas yang berjudul Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
dengan Pembelajaran Problem Posing Type Presolution Posing Siswa Kelas
VIII C SMP Negeri 1 Sokaraja menunjukkan bahwa pembelajaran Problem
Posing tipe Pre Solution Posing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Fitriyana (2010) dalam penelitian eksperimennya
yang berjudul Efektivitas Model Pengajuan Soal (Problem Posing) Tipe Post
Solution Posing dan Metode Drill Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Materi Pokok Garis dan Sudut di MTs Negeri Slawi Tegal Tahun Ajaran
2009/2010 menyimpulkan model Pengajuan Soal (Problem Posing) tipe Post
Solution Posing dan Metode Drill lebih efektif daripada model pembelajaran
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
21
konvensional terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pokok Garis
dan Sudut di MTs Negeri Slawi Tegal Tahun Ajaran 2009/2010.
Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, maka peneliti mengangkat
judul Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Melalui Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing dengan
Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution Posing di SMP Negeri 1
Banyumas.
G. Kerangka Berpikir
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Memahami
masalah
Merencanakan
penyelesaian
dengan memilih
metode atau
strategi yang tepat
Melaksanakan
rencana
penyelesaian
Memeriksa
hasil yang
diperoleh
Pembelajaran
Pembelajaran Problem Posing Tipe
Pre Solution Posing
Langkah-langkah :
a. Menjelaskan materi
b. Memberikan latihan soal
c. Meminta siswa mengajukan 1
atau 2 buah soal berdasarkan
informasi yang diberikan
d. Menyajikan soal dan
penyelesaian di depan kelas
e. Memberikan soal individu
Pembelajaran Problem Posing
Tipe Post Solution Posing
Langkah-langkah :
a. Menjelaskan materi
b. Memberikan latihan soal
c. Meminta siswa mengajukan 1
atau 2 buah soal yang sejenis
dengan yang diberikan guru dan
memodifikasi soal
d. Menyajikan soal dan
penyelesaian di depan kelas
e. Memberikan soal individu
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran Problem Posing tipe Pre Solution Posing diduga
lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran Problem Posing
tipe Post Solution Posing.
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
22
Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan kemampuan
pemecahan masalah matematis antara siswa yang mengikuti pembelajaran
problem posing tipe pre solution posing dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran problem posing tipe post solution posing.
Dalam pembelajaran Problem Posing siswa tidak hanya dituntut
untuk dapat membuat soal tetapi juga mampu untuk menyelesaikannya. Agar
dapat membuat soal siswa harus memahami materi yang diajarkan terlebih
dahulu. Kemudian siswa juga harus dapat mencari cara/strategi penyelesaian
untuk dapat menyelesaikan soal tersebut.
Pembelajaran Problem Posing tipe Pre Solution Posing merupakan
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar. Pada pembelajaran Problem Posing tipe Pre Solution Posing, guru
memberikan suatu pernyataan kemudian dari pernyataan tersebut siswa
membuat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pernyataan yang
diberikan oleh guru. Dari aktivitas tersebut, untuk membut pertanyaan maka
siswa harus memahami dulu pernyataan yang diberikan oleh guru. Setelah
mampu membuat pertanyaan maka siswa harus mampu untuk merencanakan
strategi penyelesaian yang tepat untuk menyelesaikannya. Setelah
merencanakan strategi, siswa melakukan perhitungan dan menyelesaikannya.
Langkah terakhir siswa memeriksa apakah hasil yang diperoleh telah sesuai
dengan prosedur yang ditentukan. Dari aktivitas-aktivitas tersebut terlihat
kaitan antara pembelajaran Problem Posing tipe Pre Solution Posing dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014
23
Aktivitas siswa pada pembelajaran Problem Posing tipe Post
Solution Posing ini siswa diminta untuk membuat soal yang sejenis dengan
soal yang telah diberikan oleh guru dan dapat mengembangkannya sesuai
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pada aktivitas ini, seringkali
siswa hanya mengubah angka dan tidak mengembangkan konsep sehingga
soal yang dibuat tidak berkembang dan hanya terfokus pada soal yang dibuat
guru.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menduga bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti Problem Posing tipe
Pre Solution Posing lebih baik daripada siswa yang mengikuti Problem
Posing tipe Post Solution Posing.
H. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka di atas maka diduga bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti Problem
Posing tipe Pre Solution Posing lebih baik daripada siswa yang mengikuti
Problem Posing tipe Post Solution Posing
Perbandingan Kemampuan Pemecahan…, Tri Mei Susanti, FKIP UMP, 2014