Upload
nguyentuong
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Untuk membedakan penelitian yang berjudul “Problematika Sosial pada
teks drama Sidang Susila karya Ayu Utami sebuah Kajian Sosiologi Sastra”
dengan penelitian yang telah ada sebelumnya, maka penulis meninjau beberapa
penelitian relevan yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Penelitian tersebut antara lain:
1. Problematika Sosial Remaja dalam Kumpulan Cerpen Bukan Karena
Aku Tak Cinta Karya Eko Sri Rahayu dan Saran Penerapannya Sebagai
Pengajaran Sastra di SMA
Arifin Hanif Abidin adalah mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitiannya
yang berjudul Problematika Sosial Remaja dalam Kumpulan Cerpen Bukan
Karena Aku Tak Cinta Karya Eko Sri Rahayu dan Saran Penerapannya Sebagai
Pengajaran Sastra di SMA. Dalam penelitianya membahas problematika sosial
yang berhubungan dengan remaja di dalam keluarga, sekolah dan di masyarakat
terutama yang berhubungan dengan permasalahan sosial. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra yaitu menganalisis teks untuk
mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi
gejala sosial yang terdapat di luar karya sastra.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah sama-sama
membahas kondisi sosial dalam karya sastra dengan pendekatan sosiologi sastra
5
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
6
yang menganalisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan
memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang terdapat di luar karya
sastra.Sedangkan perbedaanya adalah objek yang digunakan berbeda, Penelitian
di atas menggunakan cerpen sebagai objeknya sedangkan penelitian ini
menggunakan teks drama sebagai objeknya. Jadi keunggulan penelitian ini
terdapat pada objeknya, karena teks drama lebih terperinci dalam daripada cerpen
dalam menceritakan peristiwa sehingga gambaran keadaan sosial lebih detil.
2. Dimensi Sosial Politik dalam Buku Puisi Renungan Kloset Karya Rieke
Diah Pitaloka (Kajian Sosiologi).
Endah Sawitri adalah mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitiannya yang
berjudul Dimensi Sosial Politik dalam Buku Puisi Renungan Kloset Karya Rieke
Diah Pitaloka (Kajian Sosiologi). Dalam penelitianya membahas masalah politik
yang berkaitan dengan pelanggaran HAM di Indonesia. Pendekatan yang
dipergunakan adalah pendekatan sosiologi sastra dengan cara menganalisis teks
untuk mengetahui strukturnya (unsur instrinsik), kemudian dipergunakan
memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang terdapat di luar karya sastra
(sosial).
Persamaan penelitian ini dengan diatas adalah sama-sama membahas
kondisi sosial dalam karya sastra dengan pendekatan sosiologi sastra yang
menganalisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan
memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang terdapat di luar karya sastra.
Sedangkan perbedaanya adalah objek yang digunakan berbeda, penelitian diatas
menggunakan puisi sebagai objeknya sedangkan penelitian ini menggunakan teks
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
7
drama sebagai objeknya. Jadi keunggulan penelitian ini terdapat dalam objeknya,
karena teks drama lebih mudah dipahami dan terperici daripada puisi dalam
menceritakan peristiwa, sehingga gambaran keadaan sosial lebih detil. Penelitian
ini berusaha untuk mengungkap problematika sosial yang terdapat dalam teks
drama Sidang Susila karya Ayu Utami. Penelitian ini mengkaji problematika
sosial yang mencakup probematika sosial aspek biologis, aspek sosial budaya,
aspek ekonomi dan aspek psikologi yang ditinjau dari sosiologi sastra.
Berdasarkan kenyataan tersebut dan juga sepanjang pengetahuan penulis, maka
dapat dikemukakan bahwa problematika sosial teks drama Sidang Susila karya
Ayu Utami belum pernah dianalisis secara khusus dengan tinjauan sosiologi
sastra. Dengan demikian orisinilitas yang dilakukan ini dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
B. Sosiologi Sastra
Menurut Hartoko (2004: 89) sosiologi sastra adalah cabang ilmu sastra
adalah cabang ilmu sastra yang mempelajari sastra dalam hubungannya dengan
kenyataan sosial mencakup pengertian kompleks pengarang dan pembaca
(produksi dan resepsi) serta sosiologi sastra (aspek-aspek sosial dalam teks sastra).
Pritin Sorokin dalam Soekanto (2001: 19) mengatakan bahwa sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari :
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial
(misalnya gejala ekonomi, gerak masyarakat dengan politik)
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala
non sosial (gejala geografis, biologis)
3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
8
Karya sastra sebagai wujud kehidupan manusia yang berusaha merekan
semua yang terjadi dalam masyarakat dan berusaha untuk mengungkapkan proses
sosial. Sedang proses sosial itu dipelajari oleh ilmu sosiologi. Sosiologi sastra
adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak
diminati oelh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan
masyarakat. Kehidupan sosial akan memicu lahirnya karya sastra. Sastra adalah
ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas dari akar masyarakat. Dengan
demikian, meskipun sosiologi dan sastra dalah dua hal yang berbeda namun dapat
saling melengkapi.
Sejalan akan hal tersebut, Kurniawan (2012: 12) menjelaskan bahwa
pendekatan sosiologi sastra tetap berpusat pada karya sastra yang digunakan
sebagai data utama untuk memaknai pandangan dunia pengarang, semangat
zaman, kondisi sosial masyarakat. Jadi analisis sosiologi sastra banyak digunakan
dalam karya sastra sebagai sumber dari segala sesuatu kejadian yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat yang ditulis oleh seorang pengarang.
Sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak penelitian-penelitian
dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran.
Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat yang
merupakan asal-usulnya. Dipicu oleh kesadaran bahwa karya sastra harus
difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan lain maka dilakukanlah
pengembalian karya sastra di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan.
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
9
Menurut Ratna (2003: 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi
sastra yang perlu dipertimbangkan dalam rangka menemukan objektivitas
hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain:
1. Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek
kemasyarakatanya.
2. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek
kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.
3. Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus dengan hubunganya dengan
masyarakat yang melatarbelakangi.
4. Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra dengan
masyarakat.
5. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara sastra
dengan masyarakat.
Dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra tidak terlepas
dari manusia dan masyarakat yang bertumpu pada karya sastra sebagai objek yang
dibicarakan. Lebih lanjut Ratna (2011: 332-333) mengemukakan bahwa sastra
memiliki kaitan erat dengan masyarakat sebagai berikut:
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin
oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat.
2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang
terjadi dalam masyarakat, yang pada giliranya juga difungsikan oleh
masyarakat.
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
10
3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi
masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah
kemasyarakatan .
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain,
dalam karya sastra terkandung estetika, etik, bahkan logika. Mesyarakat jelas
sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.
5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas,
masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya sastra.
Tujuan dari sosiologi sastra adalah mengingatkan pemahaman terhadap
sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak
berlawanan dengan kenyataan (Ratna, 2003: 11). Dalam hal ini karya sastra
dikonstruksikan secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa
dipahami di luar kerangka empirisnya dan karya sastra bukan semata-mata
merupakan gejala individual tetapi gejala sosial.
Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara sastra,
sastrawan, dan masyarakat sangat penting karena sosiologi sastra tidak hanya
membicarakan karya sastra itu sendiri melainkan hubungan masyarakat dan
lingkungannya sertakebudayaan yang menghasilkanya.Keberadaan karya sastra
tidak terlepas dari adanya hubungan timbal balik antara pengarang, masyarakat,
dan pembaca.Hubungan tersebut menjadi dasar pembagian sosiologi sastra oleh
Rene Wellek dan Austi Warren, serta Ian Watt.
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
11
Pembagian jenis sosiologi sastra tersebut, hampir mirip dengan apa yang
dilakukan Ian Watt dalam esainya “Literarure an Society”. (Damono, 2002:4).
Ian Watt, membedakan antara sosiologi sastra yang mengkaji :
1. Konteks sosial pengarang yang berhubungan antara posisi sosial sastrawan
dalam masyarakat dengan masyarakat pembaca. Termasuk faktor-faktor sosial
yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan selain
mempengaruhi karya sastra.
2. Sastra sebagai cermin masyarakat, sastra cerminan masyarakat dapat dipahami
untuk dipahami untuk mengetahui sampai sejauh mana karya sastra dapat
mencerminkan keadaan masyarakat ketika karya sastra itu ditulis, sejauh mana
gambaran pribadi pengarang mempengaruhi gambaran masyarakat atau fakta
sosial yang ingin disampaikan, dan sejauh mana karya sastra yang digunakan
pengarang dapat dianggap mewakili masyarakat.
3. Fungsi sosial sastra, fungsi sosial sastra untuk mengetahui sampai berapa jauh
karya sastra berfungsi sebagai perombak, sejauh mana karya sastra berhasil
sebagai penghibur dan sejauh mana nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa sosiologi sastra dapat
meneliti melalui tiga perspektif. Pertama, perspektif teks sastra, artinya peneliti
menganalisisnya sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya.
Kedua, perspektif biologis yaitu peneliti menganalisis dari sisi pengarang.
Perspektif ini berhubungan dengan kehidupan pengarang dan latar kehidupan
sosial, budayanya. Ketiga, perspektif reseptif yaitu peneliti menganilisis
penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
12
Sosiologi karya sastra itu sendiri lebih memperoleh tempat dalam
penelitian sastra, karena sumber-sumber yang dijadikan acuan mencari keterkaitan
antara permasalahan dalam karya sastra dengan permasalahan masyarakat lebih
mudah diperoleh. Di samping itu, permasalahan yang diangkat dalam karya sastra
biasanya masih relevan dalam kehidupan masyarakat.
C. Definisi Drama
Menurut Hasanuddin (2009: 8) drama merupakan suatu genre yang ditulis
dalam bentuk dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai seni pertunjukan.
Dalam drama seseorang senantiasa bersama dengan yang lain. Baik dengan orang
yang tingkat pengetahuannya setaraf dengannya, ataupun dengan yang lebih
rendah lagi.Suasana begini menyebabkan drama disebut sebagai suatu collective
art, seni kolektif. Artinya bahwa melakukan kegiatan drama tak mungkin
ditempuh sendirian, tanpa bersama-sama dengan orang lain. Seseorang dengan
yang lain saling bergantung.
Menurut Harymawan (1993: 1) drama adalah kualitas komunikasi, situasi,
action, (segala apa yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian,
kehebatan, (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton. Dari definisi
para pakar di atas drama dapat diartikan sebagai suatu karya sastra yang
dipentaskan melalui perwujudan seni panggung atau pertujukan yang di dalamnya
terdapat dialog untuk berkomunikasi. Hal itu bertujuan untuk menafsirkan maksud
dari penulis yang kemudian diluapkan dalam bentuk seni peran baik sendiri
maupun bersama-sama dengan karakter masing-masing.
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
13
D. Problematika Sosial
Problema sosial adalah usaha meneliti gejala-gejala abnormal dalam
masyarakat, dengan maksud memperbaikinya bahkan untuk menghilangkannya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam usaha memperbaikinya, merupakan bagian
dari pekerjaan sosial. Menurut Kartono (2011: 2) problema sosial adalah situasi
sosial yang dianggap oleh sebagian warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak
dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang. Problema sosial hanya terbatas
pada usaha untuk menemukan dan menelaah apa saja yang sedang dihadapi oleh
masyarakat. Jadi yang dimaksud dengan problema sosial adalah suatu
permasalahan yang timbul dalam masyarakat yang disebabkan oleh tuntunan-
tuntunan kehidupan yang sulit dicapai baik dari segi ekonomis, sosial, psikologis,
dan kebudayaan.
Munculnya problematika sosial karena adanya kekurangan dan
penyimpangan terhadap norma-norma dalam masyarakat. Problema sosial yang
terjadi dalam masyarakat diklasifikasikan menjadi empat kategori: (1) Ekonomi,
antara lain: kemiskinan, pengangguran dan sebagainya, (2) Problema yang berasal
dari faktor biologis, (3) Problema yang berasal dari faktor psikologis, misalnya
bunuh diri, ketidakharmonisan dan sebagainya, (4) Problema yang berasal dari
faktor kebudayaan, persoalan, keagamaan, dan sebagainya (Soekanto, 2009:315).
1. Problema sosial dalam aspek biologis
Menurut Wilis (2008: 32) kebutuhan biologis disebut juga motive atau
drive. Kebutuhan biologis sering juga disebut Physicological atau Biological
Motivation. Pengertian kebutuhan atau motive adalah segala yang mendorong
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
14
makhluk (manusia dan binatang) untuk bertingkah laku mencapai sesuatu yang
diinginkan atau dituju. Kebutuhan biologis ialah motif yang berasal daripada
dorongan-dorongan biologis. Motif ini sudah dibawa sejak lahir, jadi tanpa
dipelajari. Boleh dikatakan bahwa motif biologis sama-sama dimiliki oleh semua
makhluk Allah seperti lapar, haus, bernafas, mengantuk, dorongan seks. Motif
biologis diperinci menjadi dua yaitu motif makan, motif minum, bernafas,
istirahat, kemudian yang kedua dorongan seks. Hal inilah yang menjadi sumber
terjadinya problema sosial biologis.
2. Problema sosial dalam aspek budaya
Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan
rasa manusia karena kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya
sejalan dengan perkembangan manusia itu. perkembangan tersebut dimaksudkan
untuk kepentingan manusia sendiri karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk
manusia. Perkembangan kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang
bersifat kompleks dan memiliki eksistensi dan berkesinambungan dan juga
menjadi warisan sosial. Seseorang mampu mempengaruhi kebudayaan dan
memberikan peluang untuk terjadinya perubahan kebudayaan. Perkembangan
zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala bidang, termasuk
dalam hal kebudayaan.
Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan
bergeser. Cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik antara
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
15
kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dengan kelompok-kelompok
yang tidak menghendaki perubahan suatu komunitas dalam kelompok sosial bisa
saja menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan yang mereka anut,
dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman yang mereka hadapi saat ini.
Namun perubahan kebudayaan ini kadang kala disalahartikan menjadi suatu
penyimpang kebudayaan. Interpretasi ini mengambil dasar pada adanya budaya-
budaya baru yang tumbuh dalam komunitas mereka yang bertentangan dengan
keyakinan mereka sebagai penganut kebudayaan tradisional selama turun
temurun. (Setiadi: 40)
Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah
dengan adanya control atau kendali terhadap perilaku regular (yang tampak) yang
ditampilkan oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang
ditampilkan sangat bertolak belakang dengan budaya yang dianut di dalam
kelompok sosialnya. Yang diperlukan di sini adalah kontrol sosial yang ada di
masyarakat, yang menjadi suatu “cambuk” bagi komunitas yang menganut
kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan
yang sesuai dan mana kebudayaan yang tidak sesuai.
Beberapa problematika sosial budaya yaitu hambatan budaya yang
berkaitan dengan pandangan hidup dan system kepercayaan, hambatan budaya
yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang, hambatan budaya
berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan, masyarakat yang terasing dan
kurang komunikasi dengan masyarakat luar, sikap tradisionalisme yang
berprasangka buruk terhadap hal-hal baru, sikap etnosentrisme, dan
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
16
perkembangan IPTEK sebagai hasil kebudayaan.
3. Problematika sosial dalam aspek ekonomi
Sumber-sumber problematika sosial memang sulit diklasifikasikan dalam
faktor tertentu. Hal ini dikarenakan suatu masalah dapat digolongkan lebih dari
satu kategori. Kesesuaian antara nilai-nilai sosial dengan kenyataan serta tindakan
sosial, merupakan suatu permasalahan yang suatu waktu dapat bersamaan terjadi
di tempat lain. Sebab memang dalam kehidupan di masyarakat hal yang sama
dialami dan dihadapi dalam masyarakat pada kemiskinan.
Menurut Soekanto (2009: 319) seorang dianggap miskin karena tidak
sanggup antara lain memelihara dirinya yang sesuai dengan taraf kehidupan
kelompok, kejahatan yang dapat disebabkan dari berbagai tekanan,
ketidakharmonisan keluarga, seperti anggota keluarga yang tidak lengkap dari
perceraian, masalah generasi muda, kaum muda tengah mengalami masa transisi
dalam masyarakat yang disesuaikan dengan nilai-nilai. Peperangan merupakan
suatu bentuk pertentangan pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat seperti
alkoholisme, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup. Tidak menutup
kemungkinan timbulnya problema-problema sosial dari sumber lain, seperti
halnya perubahan sosial.
Problema-problema sosial yang telah ada dikemukakan di atas barulah
sebagian kecil dari berbagai permasalaha-permasalahan yang biasa terjadi dalam
masyarakat. Persoalan di atas baru mencakup pada aspek ekonomi berupa
kemiskinan dan perbedaan kelas sosial. Persoalan sosial dalam masyarakat sangat
beragam dan manusia tidak bisa lepas dari adanya masalah. Memang setiap hidup
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
17
dan kehidupan selalu ada saja permasalahan yang selalu menyertai, karena
masalah memang bagian dari dari kehidupan. Namun setiap masalah pasti ada
jalan keluar dan pemecahannya.
Masalah sosial merupakan masalah kita bersama, perlu menyatukan
pemikiran dan solusi pemecahannya. Contoh problema sosial ekonomi antara lain:
perbedaan kelas sosial dan kesenjangan sosial. Perbedaan kelas sosial adalah
perbedaan kelompok manusia yang menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria
ekonomi. Sedangkan kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan
sosial dalam masyarakat yang menjadikan perbedaan yang sangat mencolok.
Biasanya timbul ketidakpedulian terhadap sesama dikarenakan adanya
kesenjangan yang terlalu mencolok antara si kaya dan si miskin.
4. Problema sosial dalam aspek psikologis
Psikologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik
normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu pengetahuan
tentang gejala dan kehiatan jiwa (Moeliono Ed), 2007 : 1109). Psikologi adalah
cabang ilmu pengetahuan yang objek studinya adalah manusia karena psyche atau
psycho mengandung pengertian jiwa. Dengan demikian psikologi mengandung
makna ilmu pengetahuan tentang jiwa.
Setiap perasaan yang dirasakan manusia timbul dari kejiwaan. Begitu juga
dengan tindakan-tindakan yang dilakukan di dalam kehidupannya. Dengan kata
lain, ada situasi kejiwaan yang mempengaruhi perasaan atau tindakan manusia.
Perasaan dan tindakan tersebut misalnya curiga, nakal, iri, dan membunuh.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
18
a. Curiga
Curiga merupakan problema sosial dalam aspek psikologis. Curiga adalah
perasaan di mana seseorang merasakan ketidakpercayaan atau memiliki perasaan
ragu-ragu terhadap orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Poerwadarminta
(2007: 252) yang mengatakan bahwa curiga merupakan perasaan kurang atau
tidak percaya terhadap seseorang karena takut ia akan berbuat jahat. Artinya,
orang yang merasa curiga adalah orang yang kurang percaya atau yakin terhadap
perilaku atau pernyataan seseorang karena takut sesuatu yang buruk akan terjadi.
Orang yang curiga biasanya menyelidiki apakah ada motif tersembunyi atau tidak
atas perilaku atau pernyataan seorang.
b. Nakal
Nakal merupakan problema social yang masuk ke dalam aspek psikologis.
Nakal adalah suatu tindakan buruk yang dilakukan seseorang kepada orang lain.
Hal ini sejalan dengan pendapat Poerwadarminta (2007: 792) yang mengatakan
bahwa nakal adalah sutu tindakan kurang baik atau tindakan buruk. Artinya,
perbuatan nakal merupakan perbuatan yang menganggu orang lain. Tindakan
buruk tersebut bermacam-macam misalnya, mengejek orang lain, menjailili orang
lain, tidak sopan terhadap orang lain, dan sebagainya. Tindakan nakal atau buruk
ini merupakan tindakan yang muncul atas dorongan kejiwaan pada diri manusia.
Ada banyak motif dalam setiap kenakalan yang dilakukan seseorang, seperti
mencari perhatian, sengaja mencari masalah, dan lain sebagainya.
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018
19
c. Iri
Perasaan iri masuk ke dalam aspek psikologis. Sebab, iri merupakan
sebuah perasaan yang lahir dari dorongan kejiwaan seseorang. Perasaan iri
merupakan perasaan kurang suka atau senang terhadap kebahagiaan atau
keberuntungan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Poerwadarminta
(2007: 452) yang mengatakan bahwa iri merupakan perasaan kurang senang
terhadap
Keberuntungan yang didapatkan oleh orang lain. Artinya, orang yang
memiliki perasaan iri tidak akan merasakan keadilan di dalam hidupnya dan
biasanya orang tersebut akan diam-diam membenci keberuntungan orang lain.
d. Membunuh
Membunuh merupakan tindakan yang lahir dari dorongan psikis atau
kejiwaan manusia. Tindakan ini salah satunya dilakukan atas perasaan kebencian
atau ketidaksukaan seseorang terhadap orang lain secara berlebihan. Menurut
Poerwadarminta (2007: 194) tindakan membunuh merupakan tindakan mematikan
orang lain. Artinya, tujuan dari melakukan pembunuhan adalah untuk mematikan
orang lain yang tidak disukainya. Tindakan pembunuhan ini dapat dilakukan
secara individu atau secara komplotan dan terencana ataupun tanpa rencana
tergantung bagaimana situasinya. Orang-orang yang melakukan pembunuhan
terhadap orang lain biasanya adalah orang-orang yang benar-benar sudah tidak
bisa mengontrol emosi tingkat tingginya atau dapat dikatakan lepas kesadaran.
Problematika Sosial pada Teks Drama…, Dian Ambang Atmadi, FKIP UMP, 2018