Upload
dangdiep
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Entrepreneurship
Berdasarkan pendapat Lambing & Charles (1999), entrepreneurship adalah suatu
usaha yang kreatif yang membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan
bisa dinikmati oleh banyak orang. Setiap wirausahawan (entrepreneur) yang sukses
memilik i empat unsur pokok, yaitu:
1. Kemampuan (hubungannya dengan IQ dan skill)
2. Keberanian (hubungannya dengan EQ dan mental)
3. Keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi diri)
4. Kreativ itas yang menelurkan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk
menemukan peluang berdasarkan intuisi (hubungannya dengan experiences)
Dalam bukunya Be a Smart and Good ENTREPRENEUR (2006, p21) Hendro &
Chandra W.W mengatakan bahwa entrepreneur adalah suatu kemampuan untuk
mengelola sesuatu yang ada dalam diri anda untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar
lebih optimal (baik) sehingga bisa meningkatkan taraf hidup anda di masa mendatang.
Hal – hal itu antara lain:
9
• Pengetahuan (knowledge)
• Kemampuan (skill)
• Pengalaman (experiences)
• Jaringan (networking)
• Informasi – informasi yang didapat (information)
• Sumber – sumber yang ada (sources-uang, bakat, lingkungan, keluarga, dan lain –
lain)
• Waktu yang ada (time)
• Masa depan dan kesempatan (”future and opportunity”)
Entrepreneurship adalah proses, dimana diciptakan sesuatu yang berbeda yang
bernilai, dengan jalan mengorbankan waktu dan upaya yang diperlukan, dimana orang
menanggung resiko finansial, psikologikal, serta sosial, dan orang yang bersangkutan
menerima hasil – hasil berupa imbalan moneter, dan kepuasan pribadi sebagai dampak
kegiatan itu. (Windardi, 2003,p172)
Entrepreneurship adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan
tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan
atau pelayanan yang lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih
bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian mengambil resiko,
kreativ itas dan inovasi serta kemampuan manajemen. (Dalimunthe, 2003)
(Drucker, 1985) mengartikan entrepreneurship sebagai semangat, kemampuan,
sikap, perilaku indiv idu dalam menangan usaha/kegiatan yang mengarah pada upaya
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan
10
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Untuk memperoleh keuntungan diperlukan
kreativ itas dan penemuan hal – hal baru. Entrepreneurship adalah proses yang
mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah produk yang bermanfaat bagi
masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi sang entrepreneur.
Dari definisi – definisi entrepreneurship diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
seorang entrepreneur adalah orang yang mampu untuk melihat suatu peluang dan
menciptakan sesuatu agar memilik i nilai (value) yang lebih dengan menyediakan
menyediakan produk yang lebih bermanfaat serta memperoleh suatu keuntungan dari
situ, setelah melalui resiko – resiko yang ada. Entrepreneur memilik i kemampuan untuk
mengelola sesuatu yang ada untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal
(baik) sehingga bisa meningkatkan taraf hidup di masa mendatang.
2.1.2 Minat
2.1.2.1 Definisi Minat
Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup
besar terhadap sikap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan
mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan (Hurigck, 1978).
(Gunarso, 1985), mengartikan bahwa minat adalah sesuatu yang pribadi dan
berhubungan dengan sikap, indiv idu yang berminat terhadap suatu objek akan
mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk
mendekati atau mendapatkan objek tersebut.
11
Woodworth dan Marquis (2001) berpendapat, minat merupakan suatu motif yang
menyebabkan indiv idu berhubungan secara aktif dengan objek yang menarik baginya.
Oleh karena itu minat dikatakan sebagai suatu dorongan untuk berhubungan dengan
lingkungannya, kecenderungan untuk memeriksa, menyelidik i atau mengerjakan suatu
aktiv itas yang menarik baginya. Apabila indiv idu menaruh minat terhadap sesuatu hal ini
disebabkan objek itu berguna untuk menenuhi kebutuhannya.
Kecenderungan seseorang untuk memberikan perhatian apabila disertai dengan
perasaan suka atau sering disebut dengan minat (Rustan, 1988). Minat tersebut apabila
sudah terbentuk pada diri seseorang maka cenderung menetap sepanjang objek minat
tersebut efektif baginya, sehingga apabila objek minat ter sebut tidak efektif lagi maka
minatnya pun cenderung berubah. Pada dasarnya minat merupakan suatu sikap yang
dapat membuat seseorang merasa senang terhadap objek situasi ataupun ide – ide
tertentu yang biasanya diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari
objek yang disenangi tersebut. Minat seseorang baik yang bersifat menetap atau yang
bersifat sementara, dan berbagai sistem motivasi yang dominan merupakan faktor
penentu internal yang benar-benar mendasar dalam mempengaruhi perhatiannya (Marx,
1998).
Crow & Crow (1995) menyatakan bahwa minat adalah dasar bagi tugas hidup untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu
maka akan menampilkan suatu perhatian, perasaan dan sikap positif terhadap sesuatu
hal tersebut. (Eysenck, et.al, 1992) mengemukakan bahwa minat merupakan suatu
kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi pada objek, kegiatan dan
pengalaman tertentu, selanjutnya menjelaskan bahwa intensitas kecenderungan yang
dimilik i seseorang berbeda dengan yang lainnya, mungkin lebih besar intensitasnya atau
lebih kecil tergantung pada masing-masing orangnya.
12
Menurut (Chaplin, 1995) minat merupakan suatu sikap yang kekal, mengikutsertakan
perhatian indiv idu dalam memilih objek yang dirasakan menarik bagi dirinya dan minat
juga merupakan suatu keadaan dari motivasi yang mengarahkan tingkah laku pada
tujuan tertentu. Sedangkan Witheringan (1985) menyatakan bahwa minat merupakan
kesadaran indiv idu terhadap suatu objek tertentu (benda, orang, situasi, masalah) yang
mempunyai sangkut paut dengan dirinya. Minat dipandang sebagai reaksi yang sadar,
karena itu kesadaran atau info tentang suatu objek harus ada terlebih dahulu daripada
datangnya minat terhadap objek tersebut, cukup kalau indiv idu merasa bahwa objek
tersebut menimbulkan perbeedaan bagi dirinya.
Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah suatu rasa suka,
dorongan atau ketertarikan dari dalam diri seseorang yang mengarahkannya kepada
objek yang diminatinya tersebut. Minat harus terlebih dahulu diawali dengan informasi
(dari lingkungan sekitarnya) terhadap suatu objek, yang kemudian bagi pribadi tersebut
dirasa dapat membawa suatu keuntungan (perbedaan) bagi dirinya.
2.1.2.2 Pengukuran Minat Entrepreneur
Menurut Super & Crites, yang dikutip oleh Sukardi (1998, p109) bahwa seseorang
yang mempunyai minat pada objek tertentu dapat diketahui dari pengungkapan/ucapan,
tindakan/perbuatan, dan dengan menjawab sejumlah pertanyaan.
1. Pengungkapan/Ucapan
Seseorang yang mempunyai minat menjadi entrepreneur akan diekspresikan (expressed
interest) dengan ucapan atau pengungkapan. Seseorang dapat mengungkapkan minat
atau pilihannya dengan kata-kata tertentu. Misalnya: seseorang yang berminat menjadi
13
entrepreneur kemudian mengatakan bahwa dia ingin membuka usaha jual beli barang
atau jasa.
2. Tindakan/Perbuatan
Seseorang yang mengekspresikan minatnya dengan tindakan/perbuatan berkaitan
dengan hal – hal berhubungan dengan minatnya. Seseorang yang memilik i minat
menjadi entrepreneur akan melakukan tindakan – tindakan yang mendukung usahanya
tersebut.
3. Menjawab Sejumlah Pertanyaan
Minat seseorang dapat diukur dengan menjawab sejumlah pertanyaan tertentu atau
urutan pilihannya untuk kelompok aktiv itas tertentu. Misalnya: Apakah anda tertarik
dengan entrepreneurship? Mengapa anda tertarik dengan bidang entrepreneurship?
Mulai kapan anda tertarik dengan di bidang entrepreneursip? Pertanyaan – pertanyaan
tersebut dapat dilakukan dengan angket atau wawancara.
2.1.3 Aspek Yang Mempengaruhi Minat Entrepreneur
Menurut Hendro & Chandra W.W (2006, p103-106), ada beberapa aspek yang
mempengaruhi keinginan seseorang untuk memilih jalur entrepreneur sebagai jalan
hidupnya, yaitu:
1. Indiv idual/personal factor
Merupakan pengaruh pengalaman hidup dari kecil hingga dewasa, baik oleh lingkungan
ataupun keluarga. Contohnya:
14
a. Pengaruh masa kanak – kanak
b. Perkembangan saat dewasa
c. Perspektif atau cita – citanya
2. Suasana kerja
Lingkungan pekerjaan yang nyaman tidak akan menstimulus orang atau pik irannya untuk
berkeinginan menjadi pengusaha. Namun, bila lingkungan kerja tidak nyaman, maka hal
itu akan mempercepat seseorang memilih jalan kariernya untuk menjadi seorang
pengusaha.
3. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka hal itu juga semakin tidak begitu
berpengaruh terhadap keinginan dirinya untuk memilih pengusaha sebagai jalan
hidupnya. Rata – rata justru tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi yang
menstimulus seseorang untuk memilih karirnya menjadi seorang pengusaha.
4. Personality (kepribadian)
Ada banyak tipe kepribadian, seperti controller, advocator, analitic, dan fasilitator. Dari
tipe – tipe itu, yang cenderung mempunyai hasrat tinggi untuk memilih karier menjadi
seorang pengusaha adalah controller dan advocator, tetapi itu bukan sesuatu yang
mutlak, karena semua bisa asalkan ada kemauan.
5. Prestasi pendidikan
Rata – rata orang yang mempunyai prestasi yang tidak tinggi justru punya keinginan
yang lebih kuat untuk menjadi seorang pengusaha. Hal ini didorong oleh sesuatu
keadaan yang memaksa ia berpik ir bahwa menjadi pengusaha adalah salah satu pilihan
15
terakhir untuk sukses, sedangkan untuk berkarir di dunia pekerjaan dirasakan sangat
berat, mengingat persaingan yang sangat ketat dan masih banyak para lulusan yang
berpotensi yang belum mendapatkan pekerjaan.
6. Dorongan keluarga
Keluarga sangat berperan penting dalam menumbuhkan serta mempercepat seseorang
untuk mengambil keputusan berkarir sebagai entrepreneur, karena orangtua berfungsi
sebagai konsultan pribadi, coach, dan mentornya.
7. Lingkungan dan pergaulan
Orang bilang bahwa untuk sukses, seseorang harus bergaul dengan orang yang sukses
agar tertular. Memang begitu adanya, karena bila anda bergaul dengan orang – orang
yang malas, maka anda lama – kelamaan juga akan menjadi malas. Begitu juga
sebaliknya.
8. Ingin lebih dihargai atau ”Self Esteem”
Posisi tertentu yang dicapai seseorang akan mempengaruhi arah kariernya. Sesuai
dengan teori Maslow, setelah seseorang tepenuhi keinginan sandan, pangan, dan
papannya, maka kebutuhan yang ingin ia raih berikutnya adalah ”Self Esteem”, yaitu
ingin lebih dihargai.
9. Keterpaksaan dan keadaan
Kondisi yang diciptakan atau yang terjadi, misal Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),
pensiun, dan menganggur atau belum bekerja, akan dapat membuat seseorang memilih
jalan hidupnya menjadi entrepreneur, karena memang sudah tidak ada pilihan lagi
untuknya.
16
Mc Clelland (1995) yang dikutip oleh Utami (2007, p21-23) menggolongkan dua
aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor dari dalam diri indiv idu (interen), meliputi:
A. Motivasi
Keberhasilan kerja membutuhkan motif – motif untuk mendorong atau memberi
semangat dalam pekerjaan. Motif itu meliputi motif untuk kreatif dan inovatif yang
merupakan motivasi yang mendorong indiv idu mengeluarkan pemikiran yang
spontan dalam menghadapi suatu perubahan dengan memberi alternatif yang
berbeda dari yang lain. Motif yang lain yaitu motif untuk bekerja yang ada pada
indiv idu agar mempunyai semangat atau minat dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan serta menjalankan tugas dalam pekerjaan.
B. Pengalaman atau pengetahuan
Kebutuhan akan pengalaman merupakan pengetahuan yang harus dicari sebanyak
mungkin. Pengalaman merupakan pengetahuan atau ketrampilan yang dikuasai atau
diketahui sebagai akibat dari perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya selama
jangka waktu tertentu. Entrepreneur yang berpengalaman mengelola usaha
sebelumnya dapat melihat lebih banyak jalan untuk membuka usaha baru.
C. Kepribadian
Kepribadian rapuh merupakan sesuatu yang negatif pengaruhnya terhadap
pekerjaan. Pribadi yang berhasil yaitu apabila seseorang dapat berhubungan secara
baik serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar dan efektif.
17
2. Faktor-faktor dari luar dirinya (eksteren), meliputi:
A. Lingkungan keluarga
Keadaan keluarga dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang dalam suatu
usaha. Ketegangan dalam kehidupan keluarga akan menurunkan gairah kerja dan
pekerjaan menjadi terganggu. Lingkungan keluarga yang harmonis dalam
berinteraksi akan menunjang kesuksesan serta mengarahkan tenaga kerjanya lebih
efisien.
B. Lingkungan tempat bekerja
Lingkungan tempat dimana seseorang manjalani usahanya mempunyai pengaruh
yang cukup penting dalam menjalankan usaha. Lingkungan ini dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu:
1) Situasi kerja secara fisik
Situasi kerja dinilai sebagai sarana atau lingkungan tempat untuk memulai usaha.
Seorang entrepreneur dapat menciptakan pekerjaannya dalam situasi apapun
melalui bakat dan ketrampilan yang dimilik i. Namun yang utama bagi seorang
entrepreneur adalah dapat mencari peluang atau mengambil inisiatif agar
usahanya bisa maju.
2) Hubungan dengan mitra kerja
Hubungan dengan teman sejawat atau teman kerja merupakan mitra yang dapat
dijadikan pertimbangan untuk mewujudkan mimpi – mimpi. Selain itu dapat
bekerja sama dalam mendukung atau memotivasi untuk dapat menyelesaikan
konflik dengan baik merupakan sesuatu yang mendasar dalam pekerjaan.
18
Menurut pendapat Riyanti (2003) yang dikutip oleh Utami (2007, p23-29)
menyatakan bahwa aspek – aspek yang mempengaruhi minat entrepreneurship adalah
sebagai berikut:
1. Aspek internal meliputi :
A. Demografi
Faktor demografi merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi seseorang
agar memilik i minat untuk menjadi entrepreneur. Kondisi demografi yang ada dalam
diri seseorang dapat dipandang sebagai sesuatu yang mempengaruhi dalam
keberhasilan usaha. Faktor demografi ini meliputi: usia dimana usia kronologis
adalah usia ketika seseorang memulai karir sebagai entrepreneur.
Hurlock (1991) berpendapat bahwa perkembangan karir berjalan seiring dengan
proses perkembangan manusia. Faktor demografi yang lain yaitu pengalaman di
mana dalam menjalankan usaha merupakan pendorong terbaik keberhasilan,
terutama usaha baru itu berkaitan dengan pengalaman usaha sebelumnya.
Kebutuhan akan pengalaman tergantung dari diri pribadi bagaimana dapat mencari
atau mengelola pengalaman yang diperoleh. Entrepreneur yang berpengalaman
mengelola usaha sebelumnya dapat melihat lebih banyak jalan untuk membuka
usaha baru. Faktor demografi yang terakhir yaitu pendidikan karena pengetahuan
yang diperoleh dari pendidikan formal tersebut terkait langsung dengan bidang
usaha yang dikelola. Semakin banyak seseorang tertarik untuk belajar dalam dunia
pendidikan akan meningkatkan dalam usahanya.
19
B. Kepribadian
Karakteristik kepribadian indiv idu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha.
Seorang entrepreneur harus mempunyai jiwa pemimpin, siap mental untuk
menghadapi segala resiko dan tantangan dalam hidupnya.
Kepribadian yang matang untuk dapat menghadapi masalah dengan pik iran terbuka
adalah sikap yang baik bagi seorang entrepreneur. Kepribadian ini dibagi menjadi 2
aspek yaitu:
1) Tipe Kepribadian
a) Achiever (Seseorang yang berprestasi)
Entrepreneur yang bertipe achiever mempunyai ciri-ciri mempunyai
kebutuhan akan prestasi dimana seseorang mendapat prestasi atas
kemampuannya dalam persaingan, selalu ingin mengetahui hasil karyanya
secara nyata dan dapat mengelola saran dari orang lain. Seorang achiever
juga mempunyai komitmen pribadi yang kuat dalam arti entrepreneur tipe ini
mempunyai kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai pribadi
atau rasa kesetiaan terhadap usaha pribadi.
b) Supersales Person (Seorang ahli penjualan)
Tipe entrepreneur ini adalah mempunyai kemampuan berempati dengan
memahami secara lebih mendalam kebutuhan orang lain, membantu dan
mengerti perasaan orang lain, serta kemampuan memasarkan dengan
mempengaruhi orang lain untuk dapat tertarik pada pekerjaannya serta
memilik i kemampuan sosialisasi yang baik.
20
c) Real Managers (Seorang pemimpin)
Real Managers mempunyai ciri – ciri kebutuhan akan kepemimpinan yang
merupakan kemampuan mengambil keputusan dan mempengaruhi orang
lain melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung dengan
menggerakkan orang – orang agar mempunyai kesadaran mengikuti
kehendaknya. Selain itu mempunyai kemampuan untuk bersaing yaitu
kemampuan untuk menggerakkan usaha, memperbaik i untuk mendapatkan
tempat atau kepercayaan yang lebih tinggi di masyarakat. Persaingan
tersebut tentunya dalam hal yang positif atau persaingan yang sehat, tidak
mengakibatkan pertentangan baru dan dapat mengendalikan dalam berbagai
situasi.
d) Expert Idea Generator (Ahli pengemuka ide / gagasan)
Tipe ini mempunyai karakteristik keinginan untuk berinovasi yaitu apabila
indiv idu dapat memecahkan masalah dan menemukan jalan keluarnya, dapat
mencari gagasan dalam waktu singkat, serta membuat perubahan dengan
cara baru. Disamping itu adanya keinginan untuk adaptif yaitu menyukai
gagasan – gagasan, mengatasi perubahan dalam jangka waktu panjang
melalui perbaikan dan peningkatan efisiensi secara terarah dan terencana.
2) Sifat – sifat / karakteristik entrepreneur
a) Pengendalian diri
Sifat ini penting bagi seorang usahawan karena merupakan pengendalian
atas kekuatan yang ada di dalam diri sendiri bukan oleh hal – hal di luar
dirinya. Misalnya kemampuan dan usaha yang indiv idu tersebut sudah
21
lakukan. Seorang entrepreneur percaya bahwa kesuksesan usahanya
tergantung pada kemampuan sendiri bukan dipengaruhi oleh faktor
keberuntungan atau nasib.
b) Tingkat kemandirian / ketidaktergantungan tinggi
Tingkat kemandirian yang tinggi sangat penting untuk seorang entrepreneur
untuk tidak tergantung pada orang lain dan bebas untuk berekspresi.
c) Pengambil resiko
Seorang yang menjadi entrepreneur harus siap untuk mengambil resiko akan
suatu kerugian yang dihadapi dan tidak mudah menyerah. Pandangan dalam
karir seharusnya melihat aspek positif dan negatif dengan tantangan yang
berupa kerja keras, dan resiko pekerjaan.
d) Kebutuhan untuk berprestasi
Selain dapat mengontrol lingkungannya indiv idu juga harus termotivasi
untuk berprestasi untuk melakukan sebaik – baiknya pekerjaan yang
membutuhkan informasi yang komplek.
e) Sikap keterbukaan tinggi
Sikap keterbukaan sangat diperlukan untuk dapat peduli, menghargai dan
membantu orang lain. Serta dapat membuka pik iran atau berbagi
pengalaman atau ide dengan orang lain.
f) Mempunyai kepercayaan diri tinggi
Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang harus dimilik i oleh seorang
entrepreneur. Keinginan untuk menonjolkan karyanya atau kemampuan
22
yang dimilik i tanpa malu atau rendah diri pada orang lain. Seorang
entrepreneur harus percaya bahwa kemampuan dan keahliannya layak untuk
dipublikasikan.
g) Berorientasi pada masa depan
Kekuatan untuk dapat mencapai tujuan adalah berpandangan positif ke
depan. Suatu pemikiran dengan tujuan untuk keberhasilan usaha dan selalu
memandang sesuatu yang akan dijalani bertujuan baik atau positif bagi
pribadi maupun orang lain.
h) Berorientasi pada tugas
Seorang entrepreneur selalu mengacu pada orientasi penyelesaian tugas dan
berusaha untuk tepat waktu. Tugas tersebut adalah menuntut kerja keras
dan kemauan usaha yang kuat untuk dapat menyelesaikannya agar dapat
memenuhi kebutuhan orang lain dan memberikan hasil yang memuaskan.
C. Motif Pribadi
Kekuatan motif pribadi merupakan pendorong yang penting atau diperlukan untuk
dapat memulai suatu usaha. Munculnya motif dari dalam indiv idu akan
mempengaruhi keberhasilan dalam meningkatkan suatu pekerjaan, oleh karena itu
diperlukan adanya motif atau minat yang benar benar kuat dari dalam pribadi. Motif
ini meliputi motif untuk kreatif yaitu motivasi yang ada dalam diri indiv idu untuk
mengeluarkan inisiatif – inisiatif dalam mengambil suatu tindakan yang bervariasi
dan motif untuk bekerja yang merupakan pendorong minat seseorang untuk
menyelesaikan pekerjaan.
23
2. Aspek Eksternal, meliputi:
A. Lingkungan Keluarga
Kehidupan interaksi dalam keluarga tidak pernah akan lepas dari diri manusia. Suatu
keluarga akan menciptakan kondisi baik tidaknya suatu hubungan atau kegiatan
yang indiv idu lakukan. Keluarga yang mendukung akan memberikan proses
kelancaran usahanya. Kondisi sosial ekonomi keluarga juga menentukan seseorang
berkemauan untuk membuka suatu usaha baru guna memenuhi kebutuhan. Kondisi
sosial ekonomi mempengaruhi seseorang bekerja tergantung dari situasi ketika
seseorang tersebut akan mendirikan usaha. Apabila seseorang tersebut berkeinginan
keras membuka usaha maka faktor ekonomi tidak menjadi permasalahan yang besar.
B. Lingkungan kerja
Lingkungan geografi atau lingkungan kerja merupakan faktor yang menentukan
lingkungan fisik tempat bekerja serta keadaan masyarakat yang tepat untuk dapat
melakukan usaha. Adanya lingkungan yang dapat diajak kerja sama dengan baik
merupakan penguat indiv idu dalam menjalankan pekerjaan.
Menurut Helmi & Rista (2006), aspek – aspek yang mempengaruhi minat untuk
menjadi entrepreneur adalah:
1. Lingkungan keluarga dan masa kecil
Beberapa penelitian yang berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan
keluarga terhadap pembentukan semangat entrepreneurship. Penelitian bertopik urutan
kelahiran menemukan bahwa anak dengan urutan kelahiran pertama lebih memilih untuk
menjadi entrepreneur. Namun, penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut. Selanjutnya
24
pengaruh pekerjaan orangtua terhadap pertumbuhan semangat entrepreneurship
ternyata memilik i pengaruh yang signifikan.
2. Pendidikan
Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan peran penting dalam pertumbuhan
semangat entrepreneur. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk
melanjutkan usahanya namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam
menjalankan usahanya.
3. Nilai – nilai personal
Faktor selanjutnya adalah nilai – nilai personal yang akan mewarnai usaha yang
dikembangkan seorang entrepreneur. Nilai personal akan membedakan ia dengan
pengusaha lain terutama dalam menjalin hubungan dengan pelanggan, pemasok
(supplier), dan pihak-pihak lain, serta cara dalam mengatur organisasinya.
4. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja tidak sekedar menjadi salah satu hal yang menyebabkan seseorang
untuk menjadi seorang entrepreneur. Pengalaman ketidakpuasan dalam bekerja juga
turut menjadi salah satu pendorong dalam mengembangkan usaha baru.
Menurut Matondang (2006, p17-18), faktor – faktor yang mendorong seseorang
menjadi entrepreneur, dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
1. Confidence Modalities
Karena terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang memilik i tradisi kuat dalam bidan
entrepreneurship, sehingga secara sengaja atau tidak sengaja cukup menjiwai pekerjaan
semacam itu. Biasanya jenis usaha seperti ini akan diwariskan secara turun – temurun.
25
Dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk mengelola sebuah usaha dirasakan
bukan merupakan sesuatu hal yang baru, dikarenakan telah terbiasa sedari kecil. Hal ini
akan menimbulkan rasa percaya diri yang kuat dalam mengelola usaha tersebut.
2. Emotion modalities
Karena memang sengaja sudah mempersiapkan diri untuk menjadi entrepreneur,
barangkali karena seringnya melihat peluang penghasilan yang tinggi, atau karena alasan
lain. Media – media elektronik, seperti televisi, radio, internet, surat kabar maupun buku
merupakan sumber informasi yang begitu berlimpah. Banyak dijumpai informasi –
informasi mengenai profil – profil pengusaha sukses jika saja mau mencarinya. Dengan
seringnya membaca profil pengusaha sukses dan kiat – k iat mereka dalam menjadi
entrepreneur, hal ini akan menumbuhkan jiwa entrepreneur dalam diri. Gambaran –
gambaran mengenai peluang usaha yang sukses ke depan juga merupakan salah satu
yang menyebabkan seseorang tertarik untuk menjadi entrepreneur.
Biasanya orang – orang seperti ini, dari awalnya, tidak berniat ingin bekerja kantor atau
lebih dikenal sebagai orang gajian. Jadi dari jauh – jauh hari sebelumnya, mereka telah
mempersiapkan diri untuk menjadi entrepreneur. Orang – orang yang mempunyai alasan
seperti ini besar kemungkinannya akan sukses. Karena mereka mencurahkan segenap
pengetahuan dan tenaganya bagi usaha yang dirintisnya (dibangunnya).
3. Tension Modalities
Karena berbagai faktor seakan – akan dipaksa oleh keadaan sehingga tidak memilik i
pilihan lain selain menjadi entrepreneur. Alasan seperti ini biasanya datang dari orang –
orang yang menjadikan usahanya sebagai usaha sampingan atau usaha “daripada”.
Maksudnya, mereka membangun suatu usaha bukan timbul dari keinginan sendiri tetapi
dari faktor keadaan ekonomi ataupun lainnya. Maka akan timbul istilah daripada tidak
26
kerja lebih baik membuka usaha, ataupun usaha untuk mengisi waktu luang. Biasanya
usaha yang dijalankan seperti ini, tingkat kemungkinannya untuk berkembang sangat
kecil. Hal ini dikarenakan usaha tersebut tidak digeluti dengan sungguh – sungguh.
Usaha tersebut kemungkinan hanya akan jalan ditempat, ataupun mungkin mengalami
kebangkrutan. Tetapi tidak tertutup kemungkinan juga pemikiran orang – orang yang
mengawali membuka usaha karena alasan tension modalities akan berubah. Hal ini dapat
disebabkan mendapat penghasilan yang tinggi dalam menjalankan usaha tersebut.
Sehingga akan timbul keinginan untuk lebih memajukan usaha yang sedang digelutinya.
Seseorang akan termotivasi akan sesuatu pasti disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain karena keuntungan – keuntungan yang mereka akan dapatkan setelah
melakukan kegiatan tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa selama pencapaian keuntungan
tersebut pasti akan mengalami banyak kendala yang dihadapi. Oleh karena itu sebelum
masuk pembahasan perlu adanya pengetahuan tentang keuntungan yang didapat dan
kendala yang akan dihadapi. Berikut ini adalah pembahasan tentang keuntungan dan
kendala (Zimmerer, 2001).
A. Keuntungan – keuntungan dalam bidang entrepreneurship
Sebelum mendirikan suatu bisnis baru setiap orang harus mempertimbangkan
keuntungan – keuntungan mendirikan usaha kecil. Keuntungan – keuntungan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kesempatan untuk menciptakan tujuan sendiri
2. Kesempatan untuk membuat sebuah perbedaan
3. Kesempatan untuk mencapai potensi penuh
4. Kesempatan untuk mendapat keuntungan yang tak terbatas
27
5. Kesempatan untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat
6. Kesempatan mengerjakan yang disukai
B. Kendala – kendala dalam bidang entrepreneurship
Kepemilikan bisnis kecil mempunyai banyak keuntungan tetapi juga akan muncul kendala
yang akan dihadapi oleh setiap entrepreneur. Oleh karena itu entrepreneur harus
mengantisipasi kendala yang dapat muncul sebagai berikut:
1. Ketidakpastian pendapatan
2. Resiko kehilangan seluruh investasi
3. Kerja lama dan kerja keras
4. Kualitas hidup rendah sampai bisnis mapan
5. Tingkat stres tinggi
6. Tanggung Jawab penuh
7. Putus asa
Dalam bukunya Be a Smart and Good ENTREPRENEUR, Hendro & Chandra W.W
(2006, p71) menyebutkan enam faktor penghalang untuk menjadi seorang entrepreneur:
1. Rasa ketakutan yang lebih besar dibandingkan kemampuan
2. Tidak mempunyai rasa percaya diri dan keyakinan akan diri anda sendiri
3. Bingung dan tidak tahu harus berbuat apa dan dari mana memulainya
4. Malas mencoba
28
5. Tidak mempunyai modal, bukan hanya ”uang” saja
6. Selalu menunggu datangnya peluang emas, tidak membuat peluang sendiri
Selain itu, disebutkan juga lima alasan mengapa seseorang tidak ingin menjadi
entrepreneur:
1. Tidak mempunyai pengalaman
2. Tidak mempunyai modal
3. Tidak mempunyai keberanian untuk memutuskan
4. Tidak ada orang yang menuntun anda
5. Takut keluar dari ”zona nyaman”
Menurut Hendro & Chandra W.W (2006, p71), sebagian besar alasan – alasan dan
faktor yang menghambat seseorang menjadi seorang entrepreneur lebih berasal dari
pik iran persepsi, yang terus menghantui dan memperlemah keberanian untuk menjadi
seorang entrepreneur.
Menurut (Suryaman, 2006) yang mempengaruhi minat secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor – faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari
dalam diri indiv idu itu sendiri. Faktor – faktor intrinsik sebagai pendorong minat
entrepreneur antara lain karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan
perasaan senang.
29
A. Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun
barang. Entrepreneurship dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan
itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk menjadi entrepreneur.
B. Harga diri
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia, karena dikarunia akal,
pik iran dan perasaan. Hal itu menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan
dihormati orang lain. Menjadi entrepreneur digunakan untuk meningkatkan harga diri
seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas,
menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain.
Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat
seseorang untuk menjadi entrepreneur.
C. Perasaan senang
Perasaan adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan seseorang, baik
perasaan senang atau tidak senang (Ahmadi, 1992). Perasaan erat hubungannya
dengan pribadi seseorang, maka tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu
hal yang sama tidak sama antara orang yang satu dengan yang lain. Rasa senang
terhadap bidang entrepreneurship akan diwujudkan dengan perhatian, kemauan dan
kepuasan dalam bidang entrepreneur. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang
entrepreneur akan menimbulkan minat untuk menjadi entrepreneur.
30
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor – faktor yang mempengaruhi indiv idu karena pengaruh
rangsangan dari luar. Faktor – faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat menjadi
entrepreneur antara lain: lingkungan keluarga, peluang pendidikan/pengetahuan.
A. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu,
anak, dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan peletak dasar bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah yang memberikan pengaruh awal
terhadap terbentuknya kepribadian. Rasa tanggung jawab dan kreativ itas dapat
ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa.
Orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus
diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk
bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Salah satu unsur kepribadian adalah
minat. Minat menjadi entrepreneur akan terbentuk apabila keluarga memberikan
pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktiv itas sesama anggota
keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Orangtua yang menjadi entrepreneur dalam bidang tertentu dapat menimbulkan
minat anaknya untuk menjadi entrepreneur dalam bidang yang sama pula.
B. Peluang
Peluang merupakan kesempatan yang dimilik i seseorang untuk melakukan apa yang
dinginkannya atau menjadi harapannya. Suatu daerah yang memberikan peluang
untuk menjadi entrepreneur akan menimbulkan minat seseorang untuk
memanfaatkan peluang tersebut. Sebenarnya banyak kesempatan yang dapat
31
memberikan keuntungan di lingkungan kita. Kesempatan ini dapat diperoleh orang
yang berkemampuan dan berkeinginan kuat untuk meraih sukses.
C. Pendidikan
Pengetahuan yang di dapat selama kuliah merupakan modal dasar yang digunakan
untuk menjadi entrepreneur, juga keterampilan yang di dapat selama di perkuliahan
terutama dalam mata kuliah praktek.
Berdasarkan teori – teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek yang
mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur terbagi menjadi dua, yaitu internal
dan eksternal. Dikarenakan kesesuaian dengan responden, serta keterbatasan –
keterbatasan yang dimilik i oleh peneliti, pada penelitian ini, peneliti akan meneliti empat
aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur, yaitu: kepribadian,
motivasi, lingkungan keluarga, dan pendidikan.
1. Aspek Internal
A. Kepribadian
Kepribadian atau pribadi indiv idu adalah suatu karakteristik sikap dasar yang dimilik i
oleh tiap orang dalam hidupnya. Kepribadian menentukan seseorang dalam tiap
langkah hidupnya. Untuk memilih dan menjadi seorang entrepreneur yang sukses,
seseorang cenderung harus memilik i sifat atau kepribadian yang diperlukan untuk
menjadi seorang entrepreneur. Pernyataan kepribadian mempengaruhi minat
entrepreneur dikembangkan dari pendapat Hendro & Chandra W.W (2006), MC
Clelland (1995), Riyanti (2003), dan Helmi & Rista (2006).
32
Berdasarkan dari teori – teori diatas, ada empat macam kepribadian penting yang
mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur yang akan dijadikan sebagai
indikator dalam penelitian ini, yaitu:
• Kepemimpinan
Dalam menjadi seorang entrepreneur, dibutuhkan suatu jiwa kepemimpinan dan
keberanian untuk memegang suatu tanggung jawab. Kepemimpinan adalah
suatu kemampuan untuk berani dan mau mengambil keputusan dan mempimpin
orang lain. Seorang pemimpin adalah seorang yang berani mengambil resiko dan
siap menanggung kerugian yang dapat terjadi. Kepemimpinan dikembangkan
dari teori Riyanti (2003), Zimmerer (2001), Hendro & Chandra W.W (2006),
Drucker (1985) dan Dalimunthe (2003).
• Percaya Diri
Untuk menjadi seorang entrepreneur, diperlukan rasa kepercayaan diri yang
tinggi, karena tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam bidang entrepreneurship.
Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan terhadap diri sendiri dan kemampuan
atau keahlian yang dimilik i dirinya untuk dapat mencapai suatu kesuksesan.
Kepercayaan diri diambil berdasarkan pernyataan teori Riyanti (2003), Zimmerer
(2001) dan Hendro & Chandra W.W (2006).
• Ekstrovert
Untuk menjadi entrepreneur, diperlukan hubungan interpersonal yang baik
dalam berhubungan dengan orang – orang lain. Seorang yang ekstrovert adalah
orang yang pandai dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga cenderung
mempunyai koneksi atau hubungan (network) yang luas. Tipe ini mempunyai
33
kemampuan berempati dengan memahami secara lebih mendalam kebutuhan
orang lain serta kemampuan sosialisasi yang baik. Ekstrovert dikembangkan dari
pernyataan teori Hendro & Chandra W.W (2006) dan Riyanti (2003).
• Inovatif
Inovatif merupakan salah satu sifat yang harus dimilik i untuk menjadi
entrepreneur yang sukses. Orang yang inovatif berarti mampu menciptakan
sesuatu gagasan yang baru yang bernilai lebih baik atau value lebih. Orang yang
mampu untuk berpik ir secara kreatif untuk menghadapi segala perubahan serta
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memecahkan
suatu masalah dengan memberi alternatif yang berbeda. Seorang yang inovatif
juga mampu untuk melihat adanya suatu peluang bisnis yang tidak dapat dilihat
oleh orang lain. Inovatif dikembangkan berdasar dengan pendapat Lambing &
Charles (1999), Dalimunthe (2003), Drucker (1985), Riyanti (2003), Hendro &
Chandra W.W (2006) dan Suryaman (2006).
B. Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang kuat yang berasal dari dalam diri sendiri untuk
mencapai suatu tujuan. Agar memilik i minat untuk menjadi entrepreneur, seseorang
harus mempunyai suatu tujuan yang bisa diperoleh oleh orang tersebut dengan
menjadi entrepreneur. Pernyataan motivasi mempengaruhi minat entrepreneur
dikembangkan berdasar pendapat dari Lambing & Charles (1999), Mc Clelland (1995),
Riyanti (2003), dan Zimmerer (2001).
Seseorang akan termotivasi terhadap sesuatu dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain karena keuntungan-keuntungan yang mereka akan dapatkan setelah
melakukan kegiatan tersebut. Berdasarkan dari teori – teori diatas, ada tiga macam
34
motivasi penting yang mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur yang akan
dijadikan sebagai indikator dalam penelitian ini, yaitu:
• Penghasilan
Penghasilan adalah sesuatu yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun
barang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Entrepreneurship dapat memberikan pendapatan finansial yang tinggi sehingga
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keinginan untuk
memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minat seseorang untuk
menjadi entrepreneur. Penghasilan diambil dari teori menurut Windardi (2003),
Dalimunthe (2003), Drucker (1985), Zimmerer (2001) dan Suryaman (2006)
• Penghargaan (status sosial)
Manusia adalah mahluk yang mempunyai akal, pik iran dan perasaan. Hal itu
menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Dengan
menjadi entrepreneur, seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi,
dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Keinginan untuk
meningkatkan harga diri tersebut dapat menjadi motivasi yang dapat
meningkatkan minat seseorang untuk menjadi entrepreneur. Penghargaan
(status sosial) diambil berdasar pendapat Riyanti (2003), Hendro & Chandra
W.W (2006), Suryaman (2006), dan Zimmerer (2001).
• Rasa senang
Rasa senang adalah suatu bagian dari motivasi seseorang. Tanggapan perasaan
seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidak sama antara orang yang satu
dengan yang lain. Rasa senang terhadap bidang entrepreneurship akan
diwujudkan dengan perhatian, kemauan, dan kepuasan dalam bidang
entrepreneur. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang entrepreneur akan
35
menimbulkan minat untuk menjadi entrepreneur. Rasa senang sesuai dengan
pendapat dari teori Zimmerer (2001) dan Suryaman (2006).
2. Aspek Eksternal
A. Keluarga
Keluarga merupakan salah satu interaksi yang utama dan pertama dalam kehidupan
manusia. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Dorongan keluarga sangat berperan penting dalam menumbuhkan minat
dalam diri seseorang untuk mengambil keputusan berkarir sebagai entrepreneur.
Minat untuk menjadi entrepreneur akan terbentuk apabila keluarga memberikan
pengaruh positif terhadap minat tersebut.
Lingkungan keluarga sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi minat untuk
menjadi entrepreneur sesuai dengan pendapat dari Hendro & Chandra W.W (2006),
Mc Clelland (1995), Riyanti (2003), Helmi & Rista (2006), Matondang (2006), serta
Suryaman (2006) yang menyebutkan bahwa lingkungan keluarga merupakan aspek
yang sangat penting dalam pembentuk minat untuk menjadi entrepreneur.
Berdasarkan teori – teori diatas, pada penelitian ini akan diambil dua faktor yang
akan digunakan sebagai indikator dari lingkungan keluarga, yaitu:
• Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting dalam keputusan seseorang untuk
menjadi entrepreneur. Lingkungan keluarga yang suportif dan mendukung,
dapat berperan dalam pembentukan minat untuk menjadi entrepreneur.
Pekerjaan keluarga atau orangtua juga dapat memilik i pengaruh terhadap
pertumbuhan semangat entrepreneurship. Karena orangtua juga dapat berfungsi
36
sebagai konsultan pribadi, coach, dan mentornya. Dukungan keluarga sebagai
salah satu aspek pembentuk minat entrepreneurship sesuai dengan pendapat
Hendro & Chandra W.W (2006), Riyanti (2003), Helmi & Rista (2006),
Matondang (2006), dan Suryaman (2006).
• Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga
Kondisi sosial ekonomi keluarga juga menentukan minat seseorang untuk
menjadi entrepreneur. Lingkungan keluarga yang harmonis dalam berinteraksi
akan menunjang kesuksesan dan mengarahkan tenaga kerja yang lebih efisien.
Kondisi sosial ekonomi juga mempengaruhi k inerja seseorang dan keputusannya
untuk menjadi entrepreneur. Kondisi sosial ekonomi keluarga diambil dari
pernyataan teori Mc Clelland (1995), Riyanti (2003), dan Hendro & Chandra W.W
(2006).
B. Pendidikan
Pendidikan yang dimilik i seseorang memilik i pengaruh terhadap pengetahuan atau
keahlian yang dimilik i seseorang. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang
dalam melanjutkan usaha yang akan dijalaninya namun juga membantu dalam
mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan pembahasan pada
bab 2.1.4, peranan pendidikan sangat berpengaruh terhadap minat untuk menjadi
entrepreneur. Universitas sebagai fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan
penyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang mempunyai motivasi
dalam mendirikan bisnis baru. Pihak universitas juga berperan menjadi pemberi
informasi tentang kesempatan apa yang akan didapat jika menjadi entrepreneur.
Dalam Binus University, pengajaran tentang entrepreneurship diberikan sebagai
salah satu kurikulum dalam pembelajaran perkuliahan (mata kuliah
37
“Entrepreneurship” - J0692) yang diberikan kepada semua mahasiswa Binus
University dari semua jurusan. Selain itu, Binus University juga membentuk div isi
Binus Entrepreneurship Center (BEC) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
minat para mahasiswa Binus University untuk menjadi entrepreneur. BEC berperan
sebagai fasilitator yang menyediakan banyak progam – progam yang dapat
membantu para mahasiswa Binus University untuk menjadi entrepreneur. Pendidikan
sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi minat entrepreneurship diambil dari
teori Hendro & Chandra W.W (2006), Mc Clelland (1995), Riyanti (2003), Helmi &
Rista (2006), Suryaman (2006), dan Zimmerer (2001).
2.1.4 Peran Universitas Terhadap Minat Entrepreneur
Peranan universitas dalam memotivasi para sarjananya menjadi young entrepreneurs,
merupakan bagian dari salah satu faktor pendorong pertumbuhan entrepreneurship. Ada
8 faktor pendorong pertumbuhan entrepreneurship, antara lain sebagai berikut
(Zimmerer, 2001, p12) :
1. Entrepreneur sebagai pahlawan
Faktor diatas sangat mendorong setiap orang untuk mencoba mempunyai usaha sendiri
karena adanya sikap masyarakat bahwa seorang entrepreneur dianggap sebagai
pahlawan dan sebagai model untuk diikuti. Sehingga status inilah yang mendorong
seseorang memulai usaha sendiri.
2. Pendidikan entrepreneurship
Pendidikan entrepreneurship sangat populer di banyak akademi dan universitas. Banyak
mahasiswa semakin takut dengan berkurangnya kesempatan kerja yang tersedia
38
sehingga mendorong untuk belajar entrepreneurship dengan tujuan setelah selesai
kuliah dapat membuka usaha sendiri.
3. Faktor ekonomi dan kependudukan
Dari segi demografi sebagian besar entrepreneur memulai bisnis antara umur 25 tahun
sampai dengan 39 tahun. Hal ini didukung oleh komposisi jumlah penduduk di suatu
negara sebagian besar pada kisaran umur diatas. Terlebih lagi, semakin banyak orang
menyadari bahwa dalam entrepreneurship tidak ada lagi pembatasan baik dalam hal
umur, jenis kelamin, ras, latar belakang ekonomi, atau apapun juga dapat mencapai
sukses dengan memilik i bisnis.
4. Pergeseran ke ekonomi jasa
Karena sektor jasa relatif rendah investasi awalnya sehingga menjadi populer di kalangan
para entrepreneur dan mendorong entrepreneur untuk mencoba memulai usaha sendiri
di bidang jasa.
5. Kemajuan teknologi
Dengan bantuan mesin bisnis modern seperti komputer pribadi, laptop, mesin fax,
printer berwarna, mesin penjawab telepon seseorang dapat bekerja di rumah seperti
layaknya bisnis besar. Pada jaman dulu, tingginya biaya teknologi membuat bisnis kecil
tidak mungkin bersaing dengan bisnis besar yang mampu membeli alat – alat tersebut.
Sekarang komputer dan alat komunikasi ter sebut harganya berada dalam jangkauan
bisnis kecil.
39
6. Gaya hidup bebas
Entrepreneur sesuai dengan keinginan gaya hidup orang yang menyukai kebebasan dan
kemandirian yaitu ingin bebas memilih tempat mereka tinggal dan jam kerja yang
mereka sukai. Meskipun keamanan keuangan tetap merupakan sasaran penting bagi
hampir semua entrepreneur, tetapi banyak prioritas lain seperti lebih banyak waktu
untuk keluarga dan teman, lebih banyak waktu senggang dan lebih besar kemampuan
mengendalikan stres hubungan dengan kerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Hotel Hilton, 77% orang dewasa yang diteliti , menetapkan penggunaan lebih banyak
waktu dengan keluarga dan teman sebagai prioritas pertama. Menghasilkan uang berada
pada urutan kelima dan membelanjakan uang untuk membeli barang-barang berada
pada urutan terakhir.
7. E-Commerce dan The World Wide Web
Sejalan dengan pertumbuhan teknologi, perdagangan online juga semakin berkembang,
yang menciptakan banyak kesempatan bagi entrepreneur berbasis internet atau website.
Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa 47% bisnis kecil melakukan akses internet
sedangkan 35% sudah mempunyai website sendiri. Faktor ini juga mendorong
pertumbuhan entrepreneur di beberapa negara.
8. Peluang internasional
Dalam mencari pelanggan, bisnis kecil k ini tidak lagi dibatasi dalam ruang lingkup negara
sendiri. Pergeseran dalam ekonomi global yang dramatis telah membuka pintu ke
peluang bisnis yang luar biasa bagi para entrepreneur yang bersedia menggapai seluruh
dunia. Kejadian dunia seperti tembok Berlin, revolusi di negara – negara Uni Soviet dan
hilangnya hambatan perdagangan sebagai hasil perjanjian Masyarakat Ekonomi Eropa,
40
telah membuka sebagian besar pasar dunia bagi para entrepreneur. Peluang
internasional akan terus berlanjut dan tumbuh dengan cepat pada abad ke–21.
Peranan universitas dijelaskan oleh beberapa pendapat para ahli bidang
entrepreneurship. Salah satunya dijelaskan oleh Thomas Zimmerer (2001) bahwa salah
satu faktor pendorong pertumbuhan entrepreneur adalah pendidikan entrepreneurship.
Selain itu, Douglas A.Gray juga menyarankan untuk memulai usaha sejak dini misalnya
pada waktu masih kuliah. Jadi, pihak universitas berperan menjadi pemberi informasi
tentang kesempatan apa yang akan didapat jika menjadi entrepreneur, serta
memberikan pendidikan entrepreneurship dan memberikan wadah bagi mahasiswa
dalam menerapkan ilmunya dengan mendirikan bisnis kecil di lokasi universitas. Peranan
universitas sangat menentukan tercetaknya entrepreneur muda yang handal.
Menurut Yohnson (2003), faktor yang mendukung pembahasan ini adalah faktor
pendidikan entrepreneurship. Banyak universitas mempunyai suatu program khusus
dalam mempelajari bidang entrepreneurship sehingga ada suatu embrio young
entrepreneurs. Peranan universitas hanya sekedar menjadi fasilitator dalam memotivasi,
mengarahkan dan penyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang
mempunyai motivasi kuat, keberanian, kemampuan serta karakter pendukung dalam
mendirikan bisnis baru.
Menurut Winarso (2003) Entrepreneurship ini dapat ditimbulkan atau dibentuk pada
diri seseorang melalui pendidikan atau pelatihan. Perguruan tinggi dinilai sebagai tempat
yang tepat untuk menyemaikan nilai – nilai entrepreneurship (kewirausahaan).
Pendidikan dan atau pelatihan entrepreneurship adalah proses pembelajaran konsep dan
skills untuk mengenali peluang-peluang yang orang lain tidak sanggup melihatnya, untuk
memilik i insight, self-esteem dan pengetahuan untuk bertindak sementara yang lain ragu
41
– ragu. Termasuk di dalamnya belajar mengenali peluang dikaitkan dengan pemanfaatan
sumber daya untuk menghadapi resiko dan memprakarsai bisnis baru.
Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan entrepreneurship
yang diperoleh seseorang saat bangku kuliah, dapat sangat mempengaruhi minat dan
motivasi seseorang dalam menjadi seorang entrepreneur. Peran universitas sebagai
fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan penyedia sarana prasarana dalam
mempersiapkan sarjana yang mempunyai motivasi dalam mendirikan bisnis baru. Pihak
universitas juga berperan menjadi pemberi informasi tentang kesempatan apa yang akan
didapat jika menjadi entrepreneur.
2.1.5 Metode Penelitian
2.1.5.1 Jenis Penelitian
Secara umum, penelitian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic
research) dan penelitian terapan (applied research)
1. Penelitian dasar (basic research)
Penelitian dasar atau penelitian murni adalah pencarian terhadap sesuatu karena ada
perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktiv itas. Penelitian dasar dikerjakan
tanpa memikirkan ujung praktis atau titik terapan. Hasil dari penelitian dasar adalah
pengetahuan umum dan pengertian – pengertian tentang alam serta hukum – hukumnya.
Pengetahuan umum ini merupakan alat untuk memecahkan masalah – masalah praktika,
walaupun ia tidak memberikan jawaban yang menyeluruh untuk tiap masalah tersebut.
Tugas penelitian terapanlah yang akan menjawab masalah – masalah praktis tersebut.
42
2. Penelitian terapan (applied research)
Penelitian terapan (applied research, practical research) adalah penyelidikan yang hati –
hati, sistematik dan terus – menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk
digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian tidak perlu sebagai
suatu penemuan baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian yang telah ada.
Peneliti yang mengerjakan penelitian dasar atau murni tidak mengharapkan hasil
penelitiannya digunakan secara praktika. Peneliti – peneliti terapanlah yang akan
memerinci penemuan penelitian dasar untuk keperluan praktis dalam bidang – bidang
tertentu. Tiap ilmuwan yang mengerjakan penelitian terapan mempunyai harapan agar
dengan segera hasil penelitiannya dapat digunakan masyarakat, baik untuk keperluan
ekonomi, politik, maupun sosial. Penelitian terapan memilih masalah yang ada
hubungannya dengan keinginan masyarakat, serta untuk memperbaik i praktik – praktik
yang ada.
2.1.5.2 Jenis Metode Analisis
Analisis merupakan tindakan mengolah data hingga menjadi informasi yang
bermanfaat dalam menjawab masalah statistik. Dalam desain riset, perlu direncanakan
dengan baik analisis yang akan digunakan untuk menganalisis data. Metode analisis yang
sering digunakan adalah:
1. Analisis kualitatif
Analisis data secara kualitatif bersifat memaparkan secara mendalam hasil riset melalui
pendekatan bukan angka atau nonstatistik. Contoh: pertanyaan yang diajukan kepada
43
responden tentang rasa kentang goreng Chitato. Jawaban yang mungkin muncul adalah
“enak rasanya, renyah, dan sebagainya”
2. Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif mencoba mengolah data menjadi informasi dalam wujud angka.
Penggunaan angka memudahkan penginterpretasian hasil secara objektif. Contoh:
interval 1-2,4 sebagai kurang baik; 2,5-3,4 sebagai kategori sedang; dan 3,5-5 sebagai
sangat baik. Analisis kuantitatif yang paling banyak digunakan dalam praktek adalah
analisis statistik.
3. Metode analisis statistik
Statistik dalam prakteknya berhubungan dengan angka, sehingga bisa diartikan sebagai
numerical description oleh banyak orang. Dalam dunia usaha, statistik juga sering
diasosiasikan dengan sekumpulan data seperti pergerakan tingkat inflasi, biaya promosi
bulanan, jumlah pengunjung toko, dan sebagainya. Selain itu statistik digunakan untuk
berbagai analisis terhadap data, seperti melakukan peramalan (forecasting), melakukan
berbagai uji hipotesis dan kegunaan lainnya.
Dalam aplikasinya, metode analisis statistik dapat dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu:
A. Statistik deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah
dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Statistik deskriptif merupakan
bidang ilmu statistika yang mempelajari cara – cara pengumpulan, penyusunan, dan
penyajian data suatu penelitian. Statistik deskriptif merupakan dasar pengambilan
keputusan bagi statistik inferensi.
44
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan
cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa
membuat kesimpulan atau hipotesis.
Statistik deskriptif dalam penelitian pada umumnya merupakan suatu proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan
diinterpretasikan. Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk memberikan
informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama.
B. Statistik inferensi
Statistik inferensi bertujuan untuk menyediakan dasar peramalan, dan estimasi yang
digunakan untuk mengubah informasi menjadi pengetahuan. Statistik inferensi
digunakan untuk mengukur parameter populasi melalui statistik, atau menguji
ukuran populasi melalui data sampel.
Statistik inferensial adalah sebuah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data yang telah terkumpul dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
Statistik ini akan lebih sesuai apabila data yang digunakan diambil dari populasi yang
jelas, dan teknik pengambilan sampel pada populasi dilakukan secara acak atau
random.
Statistik inferensial umumnya juga disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan
yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu bersifat peluang
(probability). Berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel, kesimpulan dari data
sampel yang akan diberlakukan untuk populasi ini mempunyai peluang kesalahan
dan kebenaran yang akan dinyatakan dalam bentuk persentase. Misalnya bila
peluang kesalahan 5%, maka taraf kebenaran atau kepercayaan adalah 95%.
Peluang kesalahan ini disebut sebagai taraf signifikansi.
45
2.1.5.3 Skala Pengukuran
Skala pengukuran data terbagi menjadi empat macam, yaitu skala nominal, skala
ordinal, skala interval dan skala ratio.
1. Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala yang paling lemah diantara keempat skala pengkuran.
Sesuai dengan nama atau sebutannya, skala nominal hanya bisa membedakan beda atau
peristiwa yang satu dengan yang lainya berdasarkan nama (predikat).
2. Skala Ordinal
Skala ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal. Pada skala ini sudah dapat
membeda – bedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lain yang diukur
dengan skala ordinal berdasarkan jumlah relatif beberapa karakteristik tertentu yang
dimilik i oleh masing – masing benda atau peristiwa. Pengukuran ordinal memungkinkan
segala sesuatu disusun menurut peringkatnya masing – masing.
3. Skala Interval
Skala ini lebih tinggi daripada skala ordinal. Apabila benda – benda atau peristiwa –
peristiwa yang diselidik i dapat dibeda – bedakan antara yang satu dan lainnya kemudian
diurutkan, dan bilamana perbedaan – perbedaan antara peringkat yang satu dan lainnya
mempunyai arti, maka skala interval dapat diterapkan. Skala interval memilik i sebuah
titik nol, tapi titik nol ini bisa dipilih secara sembarang, artinya bahwa titik nol tidak selalu
bernilai nol.
4. Skala Ratio
Skala ratio lebih tinggi daripada skala interval. Pada skala ratio, antara masing – masing
pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio. Pengukuran – pengkuran
dengan skala rasio yang sudah sering digunakan, yakni pengukuran tinggi dan
pengukuran berat.
46
2.1.5.4 Skala Likert
Skala Likert adalah suatu skala yang umum digunakan dalam kuesioner dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala
ini diambil dari nama Rensis L ikert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan
penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden
menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih
salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan
format seperti:
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Netral
4. Setuju
5. Sangat setuju
Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala
dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa
karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata
sangat mirip.
Skala Likert merupakan metode yang mengukur baik tanggapan positif ataupun
negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk
kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan
"netral" tak tersedia.
Symonds (1933) menyatakan bahwa skala Likert dengan skala yang lebih besar tidak
selalu lebih reliabel dalam penelitian dibandingkan dengan skala yang kecil, dan lebih
merekomendasikan menggunakan jumlah poin yang lebih sedik it dalam penelitian,
terutama untuk peneliti yang masih pemula.
47
Skala Likert adalah ukuran gabungan yang didasarkan pada struktur intensitas
pertanyaan – pertanyaan. Dengan demikian, skala Likert sebenarnya bukan skala,
melainkan suatu cara yang lebih sistematis untuk memberi skor pada indeks
(Singarimbun & Effendi, 1995). Riduwan & Kuncoro (2008) juga menyatakan bahwa data
yang dihasilkan melalui skala Likert adalah data pada skala ordinal.
2.1.5.5 Uji Validitas dan Realibitas
Salah satu instrumen yang sering dipakai dalam penelitian ilmiah adalah kuesioner,
yang bertujuan untuk mengetahui pendapat seseorang mengenal suatu hal. Sebuah
kuesioner dapat disusun dengan pertanyaan yang bersifat terbuka atau pertanyaan
tertutup. Salah satu skala yang sering dipakai dalam penyusunan kuesioner adalah skala
Likert.
Dalam penelitian kualitatif yang menggunakan instrument kuesioner sebagai salah
satu alat ukur, ada dua syarat penting yang harus dipenuhi yaitu keharusan sebuah
kuesioner untuk valid dan reliabel. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner
tersebut. Sedangkan suatu kuesioner dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran realibilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan dua cara:
• Repeated measure atau ukur ulang
Disini seseorang akan diberikan pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan
kemudian dilihat apakah dia tetap konsisten dengan jawabannya.
48
• One short atau sekali saja
Disini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil
pertanyaan lain.
Langkah menyusun kuesioner:
1. Menetapkan sebuah konstrak, yaitu membuat batasan mengenai variabel yang akan
diukur.
2. Menetapkan faktor – faktor atau dimensi, yaitu mencoba menemukan unsur - unsur
yang ada pada suatu variabel.
3. Menyusun butir – butir pertanyaan, yaitu mencoba menjabarkan sebuah faktor lebih
lanjut dalam berbagai pertanyaan yang langsung berinteraksi dengan pengisi
kuesioner. Dalam setiap konstrak bisa terdiri dari beberapa faktor, dan setiap faktor
bisa terdiri dari beberapa butir pertanyaan, dengan catatan bahwa bisa juga setiap
faktor mempunyai jumlah butir yang tidak sama satu sama dengan yang lain.
Pengujian validitas dan realibilitas adalah proses menguji butir – butir pertanyaan
yang ada dalam sebuah kuesioner, apakah isi dari butir pertanyaan tersebut sudah
valid dan reliabel.
2.1.5.6 Teknik Pengambilan Sampel
Secara garis besar ada dua desain sampel utama, yaitu Desain Probabilitas dan
Desain Non-Probabilitas. Masing – masing kategori mempunyai sub – sub kategori yang
lebih kecil.
49
1. Desain Probabilitas:
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simple
random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratif ied
random sampling, dan cluster sampling.
A. Pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling)
Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi
dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota
populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen
(sejenis)
B. Teknik pengambilan sampel secara acak bertingkat (Stratified Random Sampling)
• Proporsional
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menyeleksi setiap unit sampling
yang sesuai dengan ukuran unit sampling. Keuntungannya adalah aspek
representatifnya lebih meyakinkan sesuai dengan sifat – sifat yang membentuk
dasar unit – unit yang mengklasifikasikannya.
• Disproporsional
Strategi pengambilan sampel sama dengan proporsional. Bedanya ialah terletak
pada ukuran sampel yang tidak proporsional terhadap ukuran unit sampel yang
tidak proporsional terhadap ukuran unit sampling karena untuk kepentingan
pertimbangan analisis dan kesesuaian.
50
C. Teknik pengambilan sampel cluster
Strategi pengambilan sampel dilakukan dengan memilih unit – unit sampel dengan
menggunakan formulir tertentu sampel acak, unit akhir ialah kelompok – kelompok
tertentu, pilih kelompok – kelompok tersebut secara acak dan hitung masing –
masing kelompok.
2. Desain Non - Probabilitas:
Non Probability Sampling artinya setiap anggota populasi tidak memilik i kesempatan atau
peluang yang sama sebagai sampel.
A. Judgement /Purposive
Memilih sampel dari suatu populasi didasarkan pada informasi yang tersedia atau
orang yang paling cocok untuk dijadikan responden berdasarkan pada pengetahuan
yang dimilik inya, sehingga perwakilannya terhadap populasi dapat
dipertanggungjawabkan.
B. Convenience / Accidental
Memilih unit – unit analisis dengan cara yang dianggap sesuai atau paling mudah
dilakukan oleh peneliti, tanpa memperhatikan pertimbangan lain. Penelitian ini
mengambil sampel dari siapa saja yang ditemui secara kebetulan tanpa membuat
target populasi terlebih dahulu.
C. Quota
Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memilik i
ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan. Tiap kuota harus memilik i
51
ciri – ciri tertentu dan jumlah tiap quota sudah ditentukan dari awal sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
D. Teknik bola salju (Snowball)
Memilih unit – unit yang mempunyai karakteristik langka dan unit – unit tambahan
yang ditunjukan oleh responden sebelumnya. Jadi responden menunjuk orang yang
bisa untuk dijadikan responden selanjutnya
2.1.5.7 Tipe - Tipe Variabel
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel
lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh
peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi
2. Variabel Tergantung (Dependent Variable)
Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan
dengan variabel bebas. Variabel tergantung adalah variabel yang diamati dan diukur
untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.
3. Variabel Moderat (Moderate Variable)
Variabel moderat adalah variabel bebas kedua yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk
menentukan apakah kehadirannya berpengaruh terhadap hubungan antara variabel
bebas pertama dan variabel tergantung. Variabel moderat merupakan variabel yang
diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk mengetahui apakah variabel tersebut
mengubah hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.
52
4. Variabel Kontrol (Control Variable)
Dalam penelitian, peneliti selalu berusaha menghilangkan atau menetralkan pengaruh
yang dapat mengganggu hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.
Suatu variabel yang pengaruhnya akan dihilangkan disebut variabel kontrol. Variabel
kontrol didefinisikan sebagai variabel yang dikontrol oleh peneliti untuk menetralisasi
pengaruhnya. Jika tidak dikontrol, variabel tersebut akan mempengaruhi gejala yang
sedang dikaji.
5. Variabel Perantara (Intervening Variabel)
Variabel bebas, tergantung, control, dan moderat merupakan variabel – variabel konkrit.
Ketiga variabel, yaitu bebas, control, dan moderat tersebut dapat dimanipulasi oleh
peneliti dan pengaruh ketiga variabel tersebut dapat dilihat atau diobservasi. Lain halnya
dengan variabel perantara, variabel tersebut bersifat hipotetikal artinya secara konkrit
pengaruhnya tidak kelihatan, tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas dan tergantung yang sedang diteliti. Oleh karena itu, variabel
perantara didefinisikan sebagai variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
variabel yang sedang diteliti tetapi tidak dapat dilihat, diukur, dan dimanipulasi.
Pengaruhnya harus disimpulkan dari pengaruh – pengaruh variabel bebas dan variabel
moderat terhadap gejala yang sedang diteliti.
2.2 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian adalah dasar pemikiran dari penelitian yang
disintesiskan dari fakta – fakta, observasi dan telaah kepustakaan. Oleh karena itu,
kerangka berpik ir memuat teori, dalil atau konsep – konsep yang akan dijadikan dasar
53
dalam pemikiran. Uraian dalam kerangka pemikiran menjelaskan hubungan dan
keterkatian antar variabel penelitian. Variabel – variabel penelitian dijelaskan secara
mendalam dan relevan dengan permasalahan yang diteliti, sehingga dapat dijadikan
dasar untuk menjawab permasalahan penelitian. Kerangka berpik ir juga menggambarkan
alur pemikiran penelitian dan memberikan penjelasan kepada pembaca mengapa ia
mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam hipotesis. Kerangka berpik ir dapat
disajikan dengan bagan yang menunjukan alur pik ir peneliti serta keterkaitan antar
variabel yang diteliti. (Riduwan, 2005, p34-35)
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini dapat dibuat kerangka
pemikiran yang menunjukan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Penelitian ini
pada intinya adalah meneliti aspek – aspek yang dapat mempengaruhi minat mahasiswa
untuk menjadi seorang entrerpeneur. Yang dimaksud dengan minat untuk menjadi
seorang entrepreneur adalah suatu ketertarikan atau dorongan dalam diri seseorang,
yang mendorong orang tersebut untuk berusaha untuk menjadi seorang entrepreneur.
Berdasarkan pendapat Super & Crites, yang dikutip oleh Suryaman (2006, p27),
seseorang yang mempunyai minat pada objek tertentu dapat diketahui dari
pengungkapan/ucapan, tindakan/perbuatan, dan dengan menjawab sejumlah
pertanyaan.
Terdapat berbagai aspek – aspek yang mempengaruhi minat seseorang untuk
menjadi entrepreneur. Aspek tersebut terbagai menjadi aspek internal dan aspek
eksternal. Berdasarkan pendapat Mc Clelland (1995), Riyanti (2003), Helmi & Rista
(2006), dan Suryaman (2006), dapat disimpulkan bahwa aspek internal yang
mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur antara lain: kepribadian, motivasi, dan
demografi. Sedangkan aspek eksternal antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan
kerja, dan pendidikan. Dari aspek – aspek tersebut, dikarenakan kesesuaiannya dengan
54
responden penelitian dan keterbatasan – keterbatasan yang dimilik i oleh peneliti, pada
penelitian ini peneliti akan meneliti aspek - aspek kepribadian, motivasi, pendidikan dan
keluarga yang mempengaruhi minat mahasiswa Binus University untuk menjadi seorang
entrepreneur.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, hubungan – hubungan antar variabel
tersebut dapat diilustrasikan dalam bentuk gambar sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.3 Literatur Review
Berikut hasil dari literature review atau penelitian – penelitian terdahulu yang sudah
pernah dilakukan oleh para peneliti lain yang relevan dengan judul dari penelitian ini.
1. Penghasilan
2. Penghargaan (status sosial)
3. Rasa senang
1. Mata kuliah entrepreneurship
2. Lingkungan universitas
1. Kepemimpinan
2. Percaya Diri
3. Ekstrovert
4. Inovatif
1. Dukungan keluarga
2. Kondisi sosial ekonomi
keluarga
Kepribadian (X1)
Motivasi (X2)
Pendidikan (X3)
Keluarga (X4)
M inat Entrepreneur (Y)
1. Pengungkapan
2. Tindakan
55
Hasil penelitian dari Erlita Dhiah Utami (2007) yang berjudul: Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Minat Berwiraswasta (Studi Deskriptif Pada Usahawan Rental Komputer di
Sekaran Kecamatan Gunung Pati Semarang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhi minat berwiraswasta dan faktor apa yang paling
mempengaruhi minat berwiraswasta usahawan rental komputer. Jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan studi populasi dengan
karakteristik pemilik rental komputer dan telah terdaftar sebagai anggota PERSEBA
(Persatuan Rental Sekaran Banaran). Metode penelitian dengan menggunakan angket
faktor – faktor yang mempengaruhi minat berwiraswasta, skala dan teknik wawancara
sebagai pelengkap. Analisis validitas menggunakan product moment dan reliabilitas
menggunakan Alpha Cronbach, sedangkan analisis data menggunakan statistik deskriptif
persentase. Hasil penelitian menunjukkan rata – rata entrepreneur mempunyai minat
berwiraswasta pada kategori tinggi yaitu 76,45%. Faktor inovasi yang tertinggi
mempengaruhi minat berwiraswasta yaitu mencapai 83,27%. Selanjutnya kebutuhan
berprestasi dengan 82,66% pada taraf tinggi. Kemampuan berempati sebanyak 82,34%.
Faktor keempat yaitu kepercayaan diri dengan 81,38%. Kemudian faktor selanjutnya
yaitu sikap keterbukaan sebanyak 81,21%. Motif untuk bekerja memberi pengaruh
sebanyak 80,48%. Selanjutnya yaitu faktor komitmen pribadi dengan 79,52% dan
pengambil resiko pada tingkat persentase 79,44%. Wiraswasta yang memilih motif untuk
kreatif menunjukkan 78,63% pada kategori tinggi. Berikutnya 78,30% yaitu
pengendalian diri pada kategori tinggi. Kebutuhan akan kepemimpinan dengan 77,00%
pada kategori tinggi. Kemudian kemampuan memasarkan usaha menunjukkan 76,00%
yang berminat. Selanjutnya 75,16% yaitu kemampuan adaptif. Interaksi dalam keluarga
berpengaruh sebanyak 74,00%. Kemampuan bersaing menunjukkan persentase yang
tidak rendah pula dengan 73,11%. Sedangkan berorientasi pada tugas menunjukkan
73,00%. Rekan kerja sebanyak 71,45% pada kategori tinggi. Tingkat kemandirian
56
mempengaruhi sebanyak 70,77% pada kategori tinggi, berorientasi masa depan
menunjukkan 69,95% pada taraf sedang. Kondisi fisik lingkungan 69,20% pada kategori
sedang. Serta yang terakhir yaitu kondisi sosial ekonomi menunjukkan 67,40% pada
kategori sedang.
Penelitian Maman Suryaman (2006) yang berjudul: Minat Berwirausaha Pada
Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang semester I, III, V, dan semester VII dengan jumlah 123
mahasiswa. Sampel diambil secara proportional random sampling dan dari populasi
sebanyak 123 mahasiswa diambil 25% atau 32 mahasiswa sebagai sampel penelitian.
Variabel penelitian ini yaitu minat berwirausaha mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Data diambil melalui metode angket. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptis persentase. Penelitian
menunjukan bahwa Seseorang berwirausaha akan diawali adanya minat di dalam dirinya.
Minat ini tidak timbul dengan sendirinya tetapi tumbuh dan berkembang sesuai dengan
faktor – faktor yang mempengaruhinya, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik akan timbul dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar. Faktor
intrinsik yang mempengaruhi timbulnya minat berwirausaha antara lain karena adanya
pengalaman, kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Faktor
ekstrinsik adalah faktor yang timbul karena adanya pengaruh dari luar dirinya. Faktor
ekstrinsik yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha antara lain lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat, kondisi sosial ekonomi, dan peluang. Minat berwirausaha akan
menjadikan seseorang lebih giat mencari dan memanfaatkan peluang usaha dengan
mengoptimalkan potensi yang dimilik i. Minat tidak dibawa sejak lahir tetapi tumbuh dan
berkembang sesuai dengan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Diantara faktor
57
internal dan ekternal ternyata faktor internal (72,4%) memberikan dukungan lebih besar
dibandingkan faktor eksternal (70,2%). Ditinjau dari tiap-tiap indikator minat
berwirausaha untuk faktor internal dan eksternal diketahui bahwa dukungan paling tinggi
diberikan oleh peluang (77,3%), kemudian diikuti oleh pendapatan (76,6%), perasaan
senang (76,1%), pendidikan (75,0%), masyarakat (69,5%), keluarga (62,9%) yang telah
termasuk kategori tinggi sedangkan yang paling rendah yaitu harga diri (61,6%) yang
masuk dalam kategori cukup tinggi.
Penelitian dari Raden .F Harlukmanantomo dan Mochamad .B.A Ramadhani (2007)
yang berjudul: Analisis Keterkaitan Mata Kuliah Entrepreneurship Dalam Merubah
Paradigma Dari Professional Menjadi Entrepreneur Mahasiswa Universitas Bina Nusantara.
Penelitian menggunakan sampel 96 mahasiswa aktif dari Binus University yang sudah
pernah mendapatkan mata kuliah Entrepreneurship dengan menggunakan metode
statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa menganggap dengan
menjadi entrepreneur mampu menjamin masa depan dengan income yang tidak terbatas
(37,9%), posisi atau kedudukan entrepreneur dalam masyarakat dibandingkan dengan
profesional lain seperti dokter, pengacara, manajer dan lain sebagainya adalah sejajar
(70,1%) dan latar belakang jika ingin menjadi seorang entrepreneur adalah mencoba hal
baru (52,3%). Bisa dipastikan bahwa hal tersebut didorong oleh pengetahuan dan realita
pada dunia entrepreneurship. Selain itu mata kuliah Entrepreneurship juga mampu
memotivasi mahasiswa untuk menjadi entrepreneur (86,9%). Hasil penelitian juga
menunjukan bahwa mahasiswa Universitas Bina Nusantara mempunyai paradigma yang
baik terhadap entrepreneurship, namun tetap akan mencari pekerjaan atau tidak
langsung menjadi entrepreneur setelah lulus (68,7%).
Hasil penelitian dari Indra Hakim Matondang (2006) yang berjudul: Analisa Faktor –
Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Membuka Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Gerai
58
Penjualan Pulsa Handphone Di Sepanjang Jalan Letda Sujono Medan). Penelitian
menggunakan metode analisis statistik deskriptif untuk mengetahui apa saja faktor –
faktor yang mempengaruhi para pemilik gerai penjualan pulsa handphone untuk menjadi
entrepreneur. Penelitian menggunakan tiga variabel yaitu faktor keluarga, faktor yang
disengaja dan faktor pemaksa. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua variabel yang
diteliti mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan para pemilik toko untuk
menjadi entrepreneur.
Hasil penelitian dari Yohnson (2003) yang berjudul: Peranan Universitas Dalam
Memotivasi Sarjana Menjadi Young Entrepreneurs. Penelitian ini meneliti tentang faktor –
faktor yang mempengaruhi dalam memotivasi para alumni mahasiswa Universitas Kristen
Petra. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam
memotivasi sehingga seseorang mempunyai keinginan untuk menjadi entrepreneur.
Lingkup penelitian difokuskan pada para alumni Universitas Kristen Petra yang telah
menjadi entrepreneur selama kurang atau sama dengan dua tahun. Karena itu sampel
yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling yaitu dari para entrepreneur yang
merupakan alumni Universitas Kristen Petra yang telah menjadi entrepreneur di
Surabaya selama tidak lebih dari dua tahun dengan alasan agar tidak lupa faktor apa
yang memotivasi dalam memutuskan memulai menjadi entrepreneur sebanyak 100
responden. Indikator yang digunakan dalam penelitian adalah tantangan pribadi,
melanjutkan tradisi keluarga, menghasilkan untuk menjadi lebih makmur, meningkatkan
status sosial, stres dengan pekerjaan yang tetap, variasi dan petualang dalam bekerja,
mencoba produk dan ide bisnis baru, tinggal dan bekerja dilokasi yang diinginkan,
membutuhkan uang lebih untuk bertahan hidup, dapat mengontrol waktu dan jam kerja
sendiri, lebih mau memimpin daripada dipimpin orang lain, PHK, bos yang buruk pada
pekerjaan lama, ingin meningkatkan kesenangan pribadi, lebih baik menggunakan
59
kemampuan dan ketrampilan. Hasil simpulan penelitian menunjukan bahwa semua
indikator yang diteliti mempunyai pengaruh dengan faktor yang paling dominan adalah
faktor kebebasan, faktor kepuasan hidup dan peluang.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rangka penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Kepribadian berkontribusi secara signifikan terhadap minat entrepreneur mahasiswa
Binus University.
2. Motivasi berkontribusi secara signifikan terhadap minat entrepreneur mahasiswa Binus
University.
3. Pendidikan berkontribusi secara signifikan terhadap minat entrepreneur mahasiswa
Binus University.
4. Keluarga berkontribusi secara signifikan terhadap minat entrepreneur mahasiswa
Binus University.
5. Kepribadian, motivasi, pendidikan dan keluarga secara simultan berkontribusi secara
signifikan terhadap minat entrepreneur mahasiswa Binus University.