Upload
phungdan
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
MINAT BACA DAN PRESTASI BELAJAR
Pendidikan mempunyai keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan
tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat
global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi
pendidikan dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih
komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif
dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu pendidikan harus
dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik
mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana
penuh kebebasan, kebersamaan dan tanggung jawab.
Disamping itu, globalisasi juga terkait dengan kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan di dunia, hal ini membuat komunikasi antar manusia menjadi
sangat mudah, walaupun mereka yang berkomunikasi berada di dua tempat yang
berbeda dan berjauhan. Salah satu penunjang komunikasi jarak jauh itu adalah
teks tulis, khususnya yang di tulis dalam beberapa bahasa yang sering digunakan
masyarakat. Seperti kita ketahui, bahasa Inggris yang makin sering digunakan di
dalam berbagai bidang, terutama bidang usaha, teknologi dan bidang ilmu.
Di Indonesia pun bahasa Inggris menjadi penting artinya sekarang, bahkan
tidak sedikit yang berpendapat bahwa mahasiswa paling tidak harus mampu
membaca teks berbahasa Inggris untuk memperluas cakrawala pengetahuannya
melalui berbagai karangan ilmiah yang ditulis dalam bahasa tersebut.
A. MINAT BACA
1. Pengertian Minat
Selain pengertian yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, minat
sering kali disebut “interest”. Minat sering dikelompokkan sebagai sifat atau
sikap (traits or attitude) yang memiliki kecenderungan-kecenderungan atau
tendensi tertentu. Minat dapat merepresentasikan tindakan-tindakan (represent
motives). Minat tidak bisa dikelompokkan sebagai pembawaan tetapi sifatnya
bisa diusahakan dan dikembangkan.
13
Dalam beberapa hal, sikap dan sifat merupakan penentu yang penting
dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan
dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut
dan melaksanakannya atau menjauhi / menghindari sesuatu.
Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda – beda terhadap sesuatu
perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu
masing – masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman,
pengetahuan, intensitas perasaan dan situasi lingkungan. Demikian pula sikap
pada diri seseorang terhadap sesuatu atau perangsang yang sama mungkin
juga tidak selalu sama.
Minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya dapat diekspresikan
melalui suatu pernyataan yang menunjukkan rasa lebih menyukai suatu hal
daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam
suatu aktifitas.1
Menurut Lester D. Crow dan Alice D. Crow dalam buku “ Psikologi
Pendidikan” , minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli
yang mendorong kita memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan;
atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah di
stimuli oleh kegiatan itu sendiri.2 Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab
sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan itu.
Minat itu sendiri merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih
sukses dalam studi. Minat yang besar terhadap kegiatan pikiran yang sungguh
– sungguh untuk menggali keterangan dan mencapai pemahaman tentang
segenap cabang ilmu dalam bidang studinya adalah bagian dari sikap
akademik setiap mahasiswa Indonesia.
Minat juga memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran
seseorang mahasiswa. Perhatian yang diperoleh secara wajar dan tanpa
1 Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 1995, hal. 180 2 Lester D. Crow, dan Alice D. Crow, Psikologi Pendidikan (terj.), PT. Bina Ilmu,
Surabaya, 1984, hal. 351
14
pemaksaan tenaga kemauan seseorang akan memudahkan berkembang
konsentrasi, yaitu pemusatan pikiran pada suatu hal atau kegiatan.
Minat juga mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan. Karena adanya dorongan yang berasal
dari dalam diri seseorang dan juga dari luar, lama – kelamaan timbullah minat
terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik.
2. Faktor – faktor yang Menimbulkan Minat
Minat timbul tidak secara tiba – tiba atau spontan, melainkan timbul
akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.
Jadi jelas bahwa minat akan selalu terkait dengan soal kebutuhan atau
keinginan.
Minat juga tidak di bawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi penerimaan – penerimaan minat – minat yang baru.
Menurut Lester D. Crow dan Alice D. Crow dalam “Psikologi
Pedidikan”, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya suatu minat3, antara lain :
a. Motivasi
Motivasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi timbulnya
minat. Dalam kamus, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan
dengan tujuan tertentu.4
Menurut Ngalim Purwanto dalam “Psikologi Pendidikan” ,
mengatakan suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang
kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku
terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (intencive).5
3 Ibid., hal. 352 - 354 4 Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1990, hal. 666 5 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, hal.
61
15
Sebenarnya motivasi, menurut Eysenck dan kawan – kawan
seperti yang dikutip oleh Slameto dalam bukunya yang berjudul “ Belajar
dan faktor – faktor yang Mempengaruhinya”, dirumuskan sebagai suatu
proses yang menentukan tingkatan kegiatan intensitas, konsistensi, serta
arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan
berkaitan dengan konsep – konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap
dan sebagainya.6
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan – perubahan energi yang ada dalam diri
manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan,
perasaan dan juga emosi, untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Semua
ini di dorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Hal serupa juga terdapat dalam buku “The Psychology of Learning”
yang ditulis oleh James Deese dan Stewart H. Hulse menyatakan :
“Most psychologist makes a distinction between the things we learn – our habits and the things which prompt us to use these habits – our motives. In general terms, we can think of motives and emotion as things which provide the impetus behind behavior, that is, we can think of them as needs or drives.”7
(Banyak ahli Psikologi membuat perbedaan antara sesuatu yang kita pelajari – kebiasaan kita dan sesuatu yang mendorong kita untuk menggunakan kebiasaan ini –dorongan kita. Dalam terms yang umum, kita dapat memikirkan alasan dan perasaan sebagai sesuatu yang mengobarkan semangat disamping tingkah laku, oleh karena itu kita dapat mengatakan sebagai kebutuhan atau keinginan).
Dalam hal ini, motivasi berhubungan erat dengan bangkitnya
minat, seseorang harus selalu diberi semangat untuk menemukan stimuli
yang akan menimbulkan perasaan – perasaan senang atau agar minatnya
bertahan lama. Setelah diberi motivasi sedemikian rupa, maka minat akan
mempunyai hubungan langsung dengan tujuan tertentu yang dapat
mengantarkan seseorang ke seberang pengalaman yang akan berguna
sebagai pendorong untuk belajar lebih jauh. Dari pengalaman itu
6 Slameto, op.cit., hal. 170 7 James Deese dan Stewart H. Hulse, The Psychology Of Learning, Mc. Graw – Hill, New
York, 1958, hal. 208
16
seseorang berkembang ke arah berminat atau tidak berminat kepada
sesuatu.
Yang terpenting dari motivasi adalah dalam pembangkitan minat,
sehingga waktu dan tenaga tidak terlalu banyak untuk dicurahkan dalam
kegiatan itu. Tanpa adanya minat akan terjadi hambatan dalam menguasai
sesuatu yang baru.
b. Kebutuhan
Kebutuhan menurut Sartain yang dikutip oleh Ngalim Purwanto
dalam buku “ Psikologi Pendidikan” hanyalah suatu istilah yang berarti
suatu kekurangan tertentu di dalam sesuatu organisme. Kebutuhan bagi
manusia, mengandung arti yang lebih luas lagi, tidak hanya bersifat
fisiologis tetapi juga psikis.8
Dalam buku “The Psychology Of Learning”menyatakan bahwa
kebutuhan mempunyai karakter yang cenderung periodik atau berputar,
dalam beberapa kasus mereka selalu bergantung pada perubahan
keseimbangan antara psikologikal internal atau neurologikal dari
organisme.
“Some needs tend to be periodic or cyclic in character, in which case they usually depend upon changes in the internal psychological or neurological balance of the organism.”9
Adanya kebutuhan ini akan menimbulkan rasa ingin tahu terhadap
sesuatu tindakan atau kegiatan, yang pada akhirnya timbul minat pada diri
seseorang tersebut untuk mengetahui atau menyelidiki lebih jauh lagi.
Minat yang timbul seperti ini biasanya akan bertahan lebih lama dalam
diri seseorang.
c. Sikap Terhadap Suatu Obyek
Sikap senang terhadap suatu obyek dapat membesarkan minat
seseorang terhadap obyek tersebut. Sebaliknya sikap tidak senang
terhadap suatu obyek akan memperkecil minat terhadap suatu obyek
8 Ngalim Purwanto, op. cit., hal. 61 9 James Deese dan Stewart H. Hulse, op. cit., hal. 209
17
tersebut. Kualitas sikap dapat berubah dalam intensitasnya dengan
memperkuat stimuli, fisik, mental, atau keadaan emosi dari orang itu
sendiri.10
Sikap dihasilkan oleh keinginan – keinginan pribadi dan sejumlah
stimuli – stimuli. Tegasnya sikap adalah suatu bagian dari kepribadian
individu itu sendiri di samping ia dipengaruhi oleh sikap dan kelakuan
kelompok di mana ia berhubungan. Kebanyakan sikap seorang individu
dapat lebih cepat atau lambat menjadi kebiasaan dan diperlihatkan
olehnya dalam satu bentuk atau lebih dalam kehidupannya sehari – hari.
d. Keluarga
Keluarga memegang peranan penting sebab keluargalah sekolah
pertama dan terpenting, dalam keluargalah seseorang dapat membina
kebiasaan, cara berpikir, sikap dan cita – cita yang mendasari
kepribadiannya.
Keadaan keluarga terutama keadaan sosial ekonomi dan
pendidikan keluarga mempengaruhi minat seseorang terhadap suatu
obyek. Keberadaan sosial ekonomi dan pendidikan keluarga mendukung
minat seseorang, ini berarti minat seseorang tersebut lebih besar.11
e. Fasilitas
Tersedianya fasilitas yang mendukung akan menjadikan minat
seseorang terhadap suatu obyek mejadi lebih besar, sebaliknya apabila
fasilitas yang diberikan atau diperlukan tidak ada akan menjadikan minat
tersebut menjadi semakin lemah.
f. Teman Pergaulan
Teman pergaulan yang mendukung diajak kompromi terhadap
suatu obyek yang menarik terhadap perhatiannya maka teman tersebut
dapat lebih meningkatkan minatnya, akan tetapi teman pergaulan yang
10 Lester D. Crow, dan Alice D. Crow, op.cit., hal. 343 11 Ngalim Purwanto, op.cit., hal. 104
18
tidak mendukung mungkin akan dapat mengakibatkan minat seseorang
terhadap suatu obyek menjadi semakin lemah dan menurun.12
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sehubungan dengan minat
atau “interest” dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Minat bukan hasil pembawaan manusia, tetapi dapat dibentuk
atau diusahakan, dipelajari dan dikembangkan.
b. Minat bisa dihubungkan untuk maksud – maksud tertentu
untuk bertindak.
c. Secara sempit, minat bisa diasosiasikan dengan keadaan sosial
seseorang dan emosi seseorang.
d. Minat itu biasanya membawa inisiatif dan mengarah kepada
kelakuan atau tabiat manusia.
3. Fungsi Minat
Pada dasarnya, semua aktifitas memerlukan minat karena dengan
minat itulah seseorang akan bertindak. Secara terperinci fungsi minat dalam
kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah :
a. Minat dapat melahirkan perhatian yang serta merta
b. Minat dapat memudahkan terciptanya konsentrasi
c. Minat dapat mecegah gangguan perhatian dari luar
d. Minat dapat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
e. Minat dapat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri.13
Dalam buku “PBM PAI di Sekolah”, Nuckols dan Banducci yang
dikutip oleh Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi
kehidupan anak sebagai berikut :
a. Minat yang mempengaruhi bentuk intensitas cita – cita.
b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak – anak untuk
menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar.
c. Prestasi sekolah dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang.
12 Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 137
13 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, Pusat Belajar Ilmu Berguna ( PUBIB), Yogyakarta, 1994, hal. 28 - 29
19
d. Minat yang terbentuk sejak masih kanak – kanak sering terbawa
seumur hidup karena minat membuat kepuasan, dan apabila minat ini
tidak terwujud maka akan bisa menjadi obsesi yang akan dibawa
mati.14
Terkadang anak kehilangan minatnya untuk belajar atau melakukan
suatu kegiatan, berikut ini adalah cara – cara untuk mengatasinya :
a. Periksalah kondisi jasmani anak untuk mengetahui apakah kondisi
yang menjadi sebab.
b. Cek pada orang tua atau guru,apakah sikap dan tingkah laku tersebut
hanya terdapat di dalam kelas dan ketika diajar oleh guru.
c. Perhatikan anak di luar kelas atau sekolah, untuk melihat apakah yang
menjadi kegiatan yang diminati anak, hal ini dipakai sebagai titik tolak
untuk menarik minat anak bagi kegiatan – kegiatan yang lain.
d. Cobalah menemukan sesuatu yang dapat menarik perhatian anak,
sekali minat tergerak, minat tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan –
kegiatan lain di sekolah.15
Menurut Bernard, minat timbul tidak secara tiba – tiba atau spontan,
melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman atau kebiasaan pada
waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa minat akan selalu terikat dengan
soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang penting bagaimana
menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus
belajar.16
Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa minat itu merupakan
satu unsur kepribadian individu yang memegang peranan dalam menentukan
proses dan prestasi belajar. Sebab kalau siswa mempunyai minat terhadap
pelajaran tertentu, maka ia akan memperhatikannya, sebaliknya tidak adanya
minat siswa terhadap suatu pelajaran akan menyebabkan timbulnya kesulitan
14 Abdul Wahib, dkk., PBM PAI di Sekolah ( Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam ), Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo SMG dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hal. 107 – 111
15 Ibid., hal. 107 - 111 16 Sardiman, AM., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1986, hal. 74
20
belajar. Minat menyangkut perasaan senang dan tidak senang, tertarik dan
tidak tertarik, yang merupakan dasar suatu minat.
4. Mengembangkan Minat Baca
Membaca, menurut Tampubolon dalam buku “Mengembangkan
Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak” adalah suatu kegiatan fisik dan
mental, dimana akhirnya informasi dan pengetahuan yang berguna bagi
kehidupan akan diperoleh.17
Bond dan Wagner dalam bukunya yang berjudul “ Teaching The Child
To Read “yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal dalam buku “ Pengelolaan
Perpustakaan Sekolah” menjelaskan sebagai berikut :
“ Reading is a fundamental aid to learning both in and out of school. Educators have resorted to reading as a major aid in achieving the objectives of education. Reading is a one of the objectives of education because a civilized culture demands literacy.”18
Sedangkan Marksheffel mendefinisikan membaca itu sebagai berikut:
“ Reading may be defined as a highly complex, purposeful, thinking process engaged in by the entire organism while acquiring knowledge, involving new ideas, solving problems, or relaxing and recuperating through the interpretations of printed symbols.”19
Membaca merupakan suatu proses menangkap atau memperoleh,
mengevaluasi konsep – konsep pengarang dan merefleksikan atau bertindak
sebagaimana yang dimaksud dari konsep – konsep itu.
Jadi dalam proses membaca kita dituntut untuk mampu
memvisualisasikan suatu keadaan dari bentuk tulisan ke arah terciptanya atau
menciptakan kembali dunia penulis ke dunia kita. Melalui proses imajinasi
dan berpikir secara demikian ini, akan mendatangkan manfaat dalam segala
aspek kehidupan kita, terutama yang menyangkut pekerjaan kita.
17 Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak, Angkasa,
Bandung, hal. 41 18 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hal.
189 19 Ibid., hal. 193
21
Untuk menumbuhkan minat seseorang atau rasa senang seseorang
pada aktivitas membaca, maka seseorang itu harus mampu dan senang
membaca, karena membaca sebagai minat mempunyai tujuan untuk
menanamkan kebiasaan dan rasa senang membaca pada diri seseorang.
Semakin disadari bahwa masyarakat gemar membaca (reading
society) merupakan persyaratan dalam mewujudkan masyarakat gemar belajar
(learning society) yang merupakan salah satu ciri masyarakat maju dan
beradab.20
Membaca merupakan kunci dalam belajar dan dengan membaca, kita
dapat menghilangkan rasa keingintahuan kita terhadap informasi dan
pengetahuan yang terkandung dalam bacaan yang kita baca. Seperti pendapat
William Baker dalam bukunya “ Reading Skills “seperti yang dikutip oleh
The Liang Gie, bahwa sekitar 85 % dari semua studi di perguruan tinggi
terdiri atas membaca.21
Dengan mengembangkan minat baca maka seseorang akan mampu
meningkatkan kemampuan seseorang dalam menulis baik dalam bahasa ibu
maupun bahasa lainnya. Sebagai tambahan bahwa orang yang
mempertahankan aktifitas mentalnya dengan membaca, memecahkan teka –
teki, dan lainnya lebih sedikit kemungkinannya mengalami kelemahan –
kelemahan menurunnya kemampuan mengingat dan gejala yang lain.
B. PRESTASI BELAJAR / PRESTASI AKADEMIK
1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, masalah belajar
adalah merupakan inti dari kegiatan pengajaran. Ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Dimana dalam
proses belajar mengajar tersebut, siswa akan memperoleh pengetahuan,
ketrampilan serta sikap, perilaku sebagai hasil dari pengalaman jasmaniah
20 Bulletin Pusat Perbukuan, November 1998, No. 4 21 The Liang Gie, op.cit., hal. 57
22
(fisik) dan pengalaman rohaniah (psikis). Keadaan seperti ini dapat dikatakan
sebagai hasil belajar atau prestasi belajar.
Prestasi adalah hasil dari yang dicapai, dilakukan atau dikerjakan.22
Sedang menurut WS. Winkel dalam “Psikologi Pengajaran” , Prestasi adalah
bukti usaha yang dapat dicapai.23
Belajar merupakan proses atau aktifitas yang kadang – kadang
memperoleh hasil yang baik dan kadang – kadang juga memperoleh hasil
yang kurang baik, walaupun mungkin sudah diusahakan dengan kebih giat.
Adanya keberhasilan dan kegagalan dalam belajar adalah sudah menjadi suatu
hal yang wajar. Karena memang untuk mencapai tujuan yang diinginkan
banyak faktor – faktor yang mempengaruhi, baik itu faktor yang medukung
maupun yang menghambat.
Belajar, dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan
perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungannya.24
Menurut Clifford T. Morgan dalam “ Introduction to Psychology”,
belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap
yang merupakan hasil pengalaman atau tingkah laku.
“ Learning may be defined as any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of experience or practice." 25
Menurut Hilgrad dan Bower dalam ”Theories of Learning”
mengemukakan: ” Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman
yang berulang – ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu
tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan,
22Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1983, hal. 768 23 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, PT. Gramedia, Jakarta, 1996, hal. 161 24 Syaifuddi Azwar , Pengantar Psikologi Intelegensi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996,
hal. 164 25 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, The Mc. Graw – Hill, New York,
1971, hal. 63
23
kematangan, atau keadaan – keadaan sesaat seseorang (misalnya : kelelahan,
pengaruh obat dan sebagainya).”
“ Learning is the process by which an activity originates or is changes through reacting to an encountered situation, provided that the characteristics of the change in activity cannot be explained on the basic of native response tendencies, maturation, or temporary states of the organism (e.q. fatigue, drugs, etc.)”26 Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai siswa.
Prestasi merupakan hasil usaha yang diwujudkan dengan aktivitas – aktivitas
yang sesuai dengan tujuan yang dikehandaki.
Prestasi belajar merupakan suatu ketrampilan dan penguasaan mata
pelajaran dimana penguasaan mata pelajaran tersebut dinilai dengan angka
sebagai perwujudan yang telah dicapai oleh siswa dalam belajarnya. Prestasi
atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator
berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat
keberhasilan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam memberikan nilai sebagai tolak ukur
keberhasilan siswa, hendaknya menyangkut 3 aspek, yaitu :
a. Aspek Kognitif, meliputi :
• Pengetahuan hafalan
• Pemahaman atau komprehensif
• Aplikasi
• Analisa
• Sintesa
• Evaluasi
b. Aspek Afektif, meliputi :
• Sikap
• Nilai-nilai
• Interest / minat
26 C.R. Hilgrad dan G.H. Bower, Theories of Learning, Third Edition, Meredith Publishing Company, New York, 1996, hal. 2
24
• Apresiasi
c. Aspek Psikomotorik, meliputi :
• Ketrampilan
• Kemampuan
• Kebiasaan dan ketrampilan fisik dan mental.27
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, tipe hasil belajar kognitif
lebih dominan jika dibandingkan dengan hasil belajar bidang afektif dan
psikomotorik. Hal ini tidak berarti bahwa bidang afektif dan bidang
psikomotorik diabaikan.
Dengan demikian, untuk mencapai hasil yang diharapkan sebagai
tindak lanjutnya banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh siswa dalam
belajar. Hal ini dapat terlaksana manakala aspek yang satu dapat saling
berkaitan dengan aspek yang lain.
2. Indikator Prestasi Belajar
Untuk menentukan prestasi atau keberhasilan belajar mahasiswa di
perguruan tinggi digunakan indikator Indeks Prestasi. Pengertian Indeks
Prestasi (IP) adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai yang
menggambarkan mutu prestasi belajar mahasiswa selama satu program satu
semester. IP dapat ditentukan baik untuk satu program semester atau lebih
maupun uantuk satu program lengkap satu jenjang. IP ditentukan dengan
memperhatikan nilai huruf dan jumlah SKS yang ditempuh mahasiswa serta
bobot nilai yang ditetapkan.
Bobot nilai yang harus dipergunakan adalah sebagai berikut :
Nilai Bobot
A ( sangat baik ) 4
B ( baik ) 3
C ( cukup ) 2
D ( kurang ) 1
E ( tidak lulus atau gagal ) 0
27 S. Nasution, Tehnik – tehnik Evaluasi dalam Pendidikan, Jemmars, Bandung, 1980,
hal. 178
25
Tentang penilaian hasil belajar diatur dalam PP no. 30 Tahun 1990
bab V yaitu sebagai berikut :
a. Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian
secara berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan
pengamatan oleh dosen.
b. Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian semester, ujian akhir program
studi, ujian skripsi, ujian tesis dan ujian disertasi.
c. Dalam bidang – bidang tertentu penilaian hasil belajar untuk program
sarjana dapat dilaksanakan tanpa ujian skripsi.
d. Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang
masing – masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0.
e. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat
(3) diatur oleh senat masing – masing perguruan tinggi.28
Penilaian hasil belajar merupakan subsistem dalam proses belajar
mengajar. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan.
Dengan penilaian hasil belajar dapat diketahui informasi berhasil atau
tidaknya studi mahasiswa juga untuk mengetahui apakah mahasiswa telah
memahami atau menguasai bahan yang disajikan oleh suatu mata kuliah atau
belum. Bahkan berhasil atau tidaknya sistem kredit semester dapat dilihat juga
dari hasil – hasil penilaian terhadap keberhasilan studi mahasiswa.
Adapun rumus perhitungan IP yang dapat dipergunakan :
IP = Σ (Bn x K)
ΣK
Keterangan :
IP : Indeks Prestasi
Bn : Bobot nilai yang diperoleh untuk setiap mata kuliah
K : Harga SKS masing-masing mata kuliah.29
28 H. Djoko Widagdho, Paradigma Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
SMG dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 253 - 254 29 Ngalim Purwanto, Prinsip – prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2001, hal. 83
26
Untuk kriteria penentuan batas lulus minimal yang harus dicapai
mahasiswa tetap sama dengan sistem penilaian sebelumnya, yaitu 55 %
sebagai batas lulus terbawah.30
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Perlu diketahui bahwa belajar merupakan proses yang hasilnya akan
tampak dalam prestasi yang dicapai setelah dilaksanakan aktivitasnya. Prestasi
yang dicapai melalui belajar dinamakan prestasi belajar. Karena dicapai
melalui belajar, tentunya ada faktor – faktor yang mempengaruhinya, antara
lain :
a. Faktor yang ada pada diri individual disebut faktor individual, yang
termasuk faktor individual adalah faktor kematangan atau pertumbuhan,
kecerdasan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada diluar diri individual disebut faktor sosial, yang termasuk
faktor sosial adalah keluarga, guru atau dosen, dan cara mengajarnya, alat
– alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.31
Ada lagi yang membagi faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar, antara lain :
a. Faktor dari luar
1. Faktor non sosial, termasuk : keadaan udara, cuaca, waktu, tempat,
alat yang digunakan untuk belajar, dan lain-lain. Waktu yang
digunakan siswa untuk belajar yang selama ini dipercaya berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa tidak perlu dihiraukan. Sebab, bukan
waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan sistem memori
siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item – item
informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut.
Pembagian waktu belajar atau latihan dalam jangka waktu tertentu
yang diselingi dengan istirahat, akan membantu dalam mempercepat
proses belajar dan memantapkannya dalam ingatan.
30 Ibid., hal. 85 31 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1985, hal.
101 - 102
27
2. Faktor sosial, termasuk : orangtua dan keluarga siswa itu sediri. Sifat –
sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan
demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak
baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai
oleh siswa.
Dari dua faktor tersebut, faktor internallah yang mempunyai
pengaruh yang sangat kuat. Dalam hal ini, Richard Clark yang dikutip
oleh Nana Sudjana dalam bukunya “Dasar – dasar PBM”menyatakan
bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70 % di pengaruhi oleh
kemampuan siswa, dan 30 % di pengaruhi oleh lingkungan.32
b. Faktor dari dalam.
1. Faktor fisiologis, termasuk kondisi jasmani mahasiswa (segar, lesu,
lelah, bersemangat). Keadaan segar (fit) adalah faktor yang sangat
membantu bagi orang yang sedang belajar.
2. faktor psikologis, termasuk: minat, sikap, perhatian, tanggapan,
perasaan, motif, dan lainnya yang merupakan kegiatan kejiwaan.33
Berikut ini adalah diagram faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar34:
32 Nana Sudjana, Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru, 1995,
hal. 39 33 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, CV. Rajawali, Jakarta, 1989, hal.249 34 Saifuddin Azwar, op.cit., hal. 165
Internal
Fisik
Psikologi
- Panca Indera - Kondisi Fisik Umum
a.Variabel Non Kognitif : Minat, Motivasi, Variabel Kepribadian b. Kemampuan Kognitif :
- Bakat - Intelegensi
28
C. KESEHATAN MENTAL DAN EMOSIONAL
Selain faktor – faktor yang telah disebutkan diatas, faktor kesehatan
mental tak kalah penting dalam belajar, karena belajar itu sendiri menyangkut
segi kesehatan mental dan emosional. Dengan mental yang sehat dan
ketenangan/ kestabilan emosi, maka hasil belajar yang baik akan dapat
terwujud pada diri mahasiswa. Karena kemampuan akademik, nilai rapor,
predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak bisa menjadi tolok ukur seberapa
baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang akan
dicapai.
Seseorang yang mengalami kesulitan belajar tidak selalu dipengaruhi
oleh faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh
faktor – faktor non intelegensi. IQ yang tinggi belum tentu menjamin
keberhasilan belajar, ada faktor yang tak kalah penting yaitu kecerdasan
emosional (EQ).
Dari berbagai hasil penelitian telah banyak terbukti bahwa kecerdasan
emosi memiliki peran yang jauh lebih penting dibandingkan dengan
kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan otak barulah merupakan syarat
minimal untuk meraih keberhasilan, kecerdasan emosilah yang sesungguhnya
mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi, bukan IQ.35
35 Ary Ginanjar Agustian, Emotional Spiritual Quotient, Penerbit Arga Wijaya Persada,
Jakarta, 2001, hal.
Eksternal
Fisik
Sosial
- Kondisi Tempat Belajar - Sarana & Perlengkapan
Belajar - Materi Pelajaran - Kondisi Lingk. Belajar
a.Dukungan Sosial b. Pengaruh Budaya
29
Kesehatan mental berhubungan dengan cita – cita serta semangat dan
juga rasa optimisme. Karena cita – cita bukan semata – mata angan dan
keinginan yang kadang – kadang terlintas dalam pikiran kemudian menjadi
buah tutur tanpa adanya usaha sama sekali, melainkan harapan yang diiringi
dengan perbuatan.
Cita – citalah yang mendorong seseorang untuk mencapai kemajuan
dalam hidupnya, sehingga menjadi seorang yang mempunyai nilai hidup
sebab cita – cita menentukan nilai yang besar bisa mejadi kecil atau
sebaliknya.
Seseorang yang mempunyai cita – cita yang tinggi biasanya
mempunyai rasa optimisme yang besar. Sebab mereka akan berusaha dengan
nyata serta telah atau sedang berusaha untuk dapat berhasil mecapai tujuan
yang diharapkan. Keberhasilan yang diperoleh tersebut dimaksudkan untuk
mempertinggi harga diri dan memperkuat kesadaran atas dirinya sendiri
dalam mencapai keberhasilan tersebut.
Selain mempunyai cita – cita yang tinggi, biasanya mereka
mempunyai ambisi yang mendorong untuk berusaha mencapai tujuan yang
diinginkan dan dihargai orang lain, tetapi hendaknya ambisi tersebut tidaklah
berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan akan berakibat negatif baik
terhadap perkembangan pribadi maupun perkembangan sosial seseorang.
Karena orang yang mempunyai ambisi yang berlebihan cenderung untuk
bersikap egois terhadap sesama manusia dalam mencapai sasarannya. Karena
mereka memusatkan perhatian pada tujuannya sendiri tanpa memperhatikan
tujuan orang lain, mereka tidak terbuka pikirannya terhadap orang lain.
Kesimpulannya belajar yang efektif adalah belajar yang cukup
memperoleh motivasi, yang tercermin di dalam sikap dan minatnya sendiri
yang diperoleh dari pengaruh – pengaruh yang luas dan berdasarkan
pengalaman – pengalaman yang kaya. Kekurangan atau ketiadaan motivasi,
baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan
menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses
pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
30
Keberhasilan belajar mahasiswa dipengaruhi oleh cara belajarnya. Ada
cara belajar yang efisien dan adapula cara belajar yang kurang efisien, seorang
mahasiswa yang mempunyai cara belajar yang efisien memungkinkan dia
untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Adapun cara atau tehnik belajar
yang efisien antara lain, adalah :
1. Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar
2. Membaca dengan teliti dan memahami bacaan yang dipelajari, dan
berusaha menguasai dengan sebaik – baiknya.
D. PENGARUH MINAT BACA MAHASISWA TERHADAP LITERATUR
BERBAHASA INGGRIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR/
PRESTASI AKADEMIK
Membaca merupakan kegiatan kompleks dan disengaja dalam hal ini
berupa proses berpikir yang didalamnya terdiri dari pelbagai aksi pikir yang
berpikir secara terpadu mengarah kepada satu tujuan yaitu memahami makna
paparan tertulis secara keseluruhan. Dalam hal ini membaca merupakan syarat
mutlak keberhasilan belajar.
Merosotnya jumlah kebiasaan membaca masyarakat Indonesia
maupun luar negeri menunjukkan bahwa minat baca sangat kurang dan
membaca hanya dilakukan untuk tujuan praktis saja. Penelitian di Brazil
mengatakan bahwa hampir tidak ada orang muda berusia di bawah 20 tahun
yang membaca buku lebih dari satu buku tiap tahun.36 Dari penelitian di atas
terlihat bahwa kurangnya kebiasaan membaca merupakan masalah umum dan
kelihatannya terjadi pada orang yang berusia muda.
Menurut Jane E. Campbell, bahwa membaca untuk kesenangan semata
juga bermanfaat bagi masyarakat terpelajar di masa kini, membaca secara
terus menerus bermanfaat untuk memperluas wawasan kita dan memacu kita
untuk berpikir kreatif dan imajinatif.37
Untuk mengingatkan tentang pentingnya bahasa dalam kehidupan
manusia, maka surah al Qur ‘an yang pertama kali diturunkan merupakan
36 Jane E. Campbell, Kebiasaan Membaca, Kanisius, hal. 2 37 Ibid., hal. 6
31
perintah membaca, dan isyarat tentang karunia Allah kepada manusia. Sebab,
dalam tabiat manusia, Allah telah memciptakan kemampuan untuk
mempelajari bahasa, membaca, menulis, ilmu pengetahuan, ketrampilan,
petunjuk, keimanan, dan segala sesuatu yang belum diketahuinya.
Sebagai mahasiswa, kita harus banyak meluangkan waktu untuk
membaca, terutama buku yang berbahasa Inggris. Mengingat di era globalisasi
saat ini, bahasa Inggris sangat berperan dalam pendidikan dan perkembangan
teknologi. Dengan membaca buku berbahasa Inggris diharapkan selain mem
peroleh banyak pengetahuan, mahasiswa juga dapat berbahasa Inggris secara
aktif dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan seseorang untuk belajar bahasa sangat membantu dalam
merumuskan konsep – konsep secara cepat, dan mempergunakannya dalam
proses berpikir dan mempelajari informasi – informasi baru. Kemampuan
inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk – makhluk lain,
yakni dalam kemampuannya mempelajari bahasa serta mempergunakannya
dalam mengungkapkan pikiran yang ada dalam dirinya. Firman Allah :
Artinya : “Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara. “ (Q.S. Ar Rahman : 3 – 4)38
Membaca erat kaitannya dengan kemampuan berbicara karena bahasa
lisan turut memperlengkapi suatu latar belakang pengalaman – pengalaman
yang menguntungkan serta ketrampilan – ketrampilan bagi pengajaran
membaca.
Sukses dalam studi tidak datang begitu saja. Untuk memperoleh
sesuatu ada harga yang harus kita bayar. Salah satu harganya adalah mau
membaca, rajin membaca dan membaca efisien. Karena membaca merupakan
kunci dalam belajar dan dengan membaca dapat menghilangkan rasa
keingintahuan kita terhadap informasi dan pengetahuan yang terkandung
dalam bahan bacaan yang kita baca,karena belajar adalah proses yang
38 R. H. A. Soenarjo, op.cit., hal. 885
32
berlangsung selama hidup sebab proses peningkatan diri tidak pernah berhenti
selama hidup ini dan cara yang paling tepat dan cepat untuk belajar adalah
membaca.
Faktor – faktor yang ikut menentukan terhadap kesiapan membaca dan
belajar, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Kesehatan mental ( Mental readiness for reading).
Kesehatan mental besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan
membaca dan belajar.
b. Kesiapan fisik (Physical readiness for reading).
Kesiapan fisik untuk membaca bergantung kepada pertumbuhan fisik dan
kesehatannya. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca adalah
berhubungan dengan kapasitas atau kemampuan penglihatan dan
pendengaran.
c. Kesiapan emosi ( Emotional readiness for reading).
Gangguan emosi dapat juga mempengaruhi keberhasilan membaca dan
belajar dan keadaan atau kematangan emosi seseorang tidak bisa lepas
dari keadaan lingkungannya.
d. Kesiapan Pengalaman (Experiental readiness for reading).
Kesiapan pengalaman disini berarti pernah tidaknya membaca, sering
tidaknya membaca, luas tidaknya pengetahuan yang dimilikinya.39
Dengan ketrampilan membaca yang dimiliki oleh mahasiswa akan
dapat memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona, memahami khasanah
kearifan yang banyak hikmat, dan mengembangkan berbagai ketrampilan
lainnya yang amat berguna untuk kelak mencapai sukses dalam hidup.
Aktivitas membaca yang terampil akan membukakan jendela pengetahuan
yang luas, gerbang kearifan yang dalam, dan lorong keahlian yang lebar di
masa depan.
Sebagai pelajar dan mahasiswa yang ingin menjadi anggota
masyarakat yang dihormati serta yang bertanggungjawab, maka kita harus
mencurahkan perhatian serta usaha kita pada peningkatan minat baca.Sikap
39 Ibrahim Bafadal, op.cit., hal. 201 - 203
33
ingin tahu yang intelektual, yang bijaksana, ditambah dengan usaha yang
konstan untuk menggali bidang – bidang pengetahuan baru, akan menolong
dalam meningkatkan serta memperluas minat baca kita.
Mahasiswa atau pelajar yang mempunyai kebiasaan membaca akan
mempunyai kosa kata yang baik, perbendaharaan kata – kata yang memadai,
dan ketrampilan dalam meringkas serta merangkumkan tidak akan menemui
kesulitan dalam pemahaman. Pemahaman sangat dibantu oleh refleksi atau
pemikiran terhadap apa yang dibaca. Di perguruan tinggi, persiapan untuk
ujian menuntut refleksi ini dan mentranformasikan (kegiatan) membaca
menjadi (kegiatan) belajar.
Seperti yang dipahami dan dipakai orang selama ini, minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar seseorang. Oleh karena itu
ada hubungan positif antara minat baca dengan prestasi akademik para
mahasiswa.