44
BAB II PENGAMATAN MIKROSKOPIS 2.1. Pengamatan Mikroskopis Orthoskopis Paralel Nikol Pengamatan Mikroskopis Orthoskopis Paralel Nikol merupakan pengamatan mikroskopis pada mineral dimana analisator tidak digunakan dengan syarat bidang getar analisator sejajar dengan polarisator. Sifat-sifat optik yang dapat diamati pada pengamatan paralel nikol adalah : - Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu kristal, misalnya bentuk belahan. - Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan mineral atau kristalnya, misal : warna, pleokroisme, relief dna indeks bias. 2.1.1. Warna Warna yang diamati adalah warna yang dihasilkan oleh kekuatan sinar yang sedang bergetar sejajar dengan arah polarisator. Kenampakan warna akan sangat tergantung pada kemampuan mineral untuk menyerap sinar serta komposisi mineral, yaitu mineral-mineral yang mengandung unsur transisi, seperti : Ti, Y, Cr, Mn, Fe, Ni, Cu dan Zn.

Bab II Pengamatan Mikroskopis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum

Citation preview

BAB II PENGAMATAN MIKROSKOPIS

2.1. Pengamatan Mikroskopis Orthoskopis Paralel NikolPengamatan Mikroskopis Orthoskopis Paralel Nikol merupakan pengamatan mikroskopis pada mineral dimana analisator tidak digunakan dengan syarat bidang getar analisator sejajar dengan polarisator. Sifat-sifat optik yang dapat diamati pada pengamatan paralel nikol adalah : Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu kristal, misalnya bentuk belahan. Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan mineral atau kristalnya, misal : warna, pleokroisme, relief dna indeks bias.

2.1.1. Warna Warna yang diamati adalah warna yang dihasilkan oleh kekuatan sinar yang sedang bergetar sejajar dengan arah polarisator. Kenampakan warna akan sangat tergantung pada kemampuan mineral untuk menyerap sinar serta komposisi mineral, yaitu mineral-mineral yang mengandung unsur transisi, seperti : Ti, Y, Cr, Mn, Fe, Ni, Cu dan Zn. Mineral-mineral yang kenampakkan megaskopis berwarna relatif pucat (misal kwarsa, Feldspar group) dibawah mikroskop akan nampak tidak berwarna colourless. sedangkan mineral-mineral yang tampak atau memberikan warna dibawah mikroskop biasanya secara megaskopis mineral-mineral tersebut berwarna gelap. Warna terbagi atas :1. Warna Aliokromatik Jika warna utamanya sudah berubah menjadi warna lain yang disebabkan oleh pengotoran-pengotoran mineral lain.

2. Warna idiokromatik Merupakan warna dari mineral yang terlihat dibawah mikroskop dan sesuai dengan warna sesungguhnya.

2.1.2. Bentuk (Shape)Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan mengamati bidang batas atau garis batas dari mineral, dapat dibedakan atas : Bentuk Euhedral, bila mineral secara keseluruhan dibatasi oleh bidang kristal itu sendiri. Bentuk Subhedral, bila mineral sebagian dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri. Bentuk anhedral, bila mineral sama sekali tidak dibatasi oleh bidang bidang kristalnya.Istilah lain yang berhubungan dengan bentuk kristal dan juga sering digunakan dalam mineral optik adalah : Tabular, bentuk dari mineral yang mempunyai satu bidang dengan kedua sisinya hampir sama panjang dengan ketebalan yang tipis. Kubik atau equant, bentuk dari mineral dimana ketiga sisi dari minera atau kristal mempunyai panjang yang sama. Misal : Pirit (mineral sistem isometri). Lath-like, bentuk dari mineral dimana ketiga sisi dari mineral atau kristal panjangnya berbeda, dimana salah satu dari sisinya jauh lebih panjang dari kedua sisi yang lain. Misal Plagioklas. Jarum atau acicular, kristal yang panjangnya bila dipotong tegak lurus terhadap arah memanjang akan berbentuk persegi empat dengan kedua sisinya jauh lebih pendek dari kristalnya itu sendiri. Misal : Silimanit, actinolit. Serat Fibrous, masing-masing kristal berbentuk panjang dan sangat kecil, semua serta merupakan suatu kelompok yang biasanya agak memusat. Pipih platy atau micacecous, mineral terdapat sebagai tumbukan yang berlapis-lapis.Jika polarizer dipindahkan dari mikroskop dan sinar direfleksikan dari permukaan ke bidang horizontal, maka bidang terpolarisasi menjadi gelap jika diputar ke kanan. Biotit yang disayat memotong belahannya memiliki absorpsi terbaik jika bidang belahan sejajar dengan bidang vibrasi terpolarisasi. Pada posisi ini mineral menjadi gelap maksimum. Vibrasi gelapan juga dijumpai pada mineral Tourmaline yang diputar ke kanan dari sumbu C. Kedudukan normal dari vibrasi sinar yang melalui prisma (sinar ekstra-ordinary) dijumpai maksimum pada kanada balsam. Prisma nikol digunakan untuk melakukan pengamatan pada posisi nikol silang.

OlB

Ol

Ol

Ol

CA

Gambar 2.1. Bentuk bentuk mineralA. Bentuk mineral olivin (Ol) yang euhedralB. Bentuk mineral olivin (Ol) yang subhedralC. Bentuk mineral olivin (Ol) yang anhedral

2.1.3. BelahanDalam arti sifat, belahan adalah kecenderungan dari mineral atau kristal untuk terbelah sejajar dengan salah satu atau lebih arah didalam kristal. Belahan dari mineral tidak terlepas dari struktur dalam atau sistem kristal yang dimiliki dari masing-masing mineral. Tidak semua mineral memiliki belahan dan belahan pada mineral tertentu akan mempunyai sifat tertentu pula. Belahan yang dimiliki oleh mineral ada beberapa arah, seperti : Belahan satu arah, misal : Muskovit, topaz, biotit. Belahan dua arah, misal : Piroksen, hornblende, feldspar. Belahan tiga arah, misal : Kalsit, dolomit. Belahan empat arah, misal : intan, klorit, spinel, fluorit. Belahan lima arah, misal : sfalerit. Berdasarkan kenampakan garis-garis belahannya, belahan dapat dibedakan atas: Belahan sempurna (Perfect cleavage), bila garis belahan terlihat menerus atau berupa garis-garis lurus didalam mineral (belahan terlihat jelas) Belahan Baik (good cleavage), bila garis belahan secara umum membentuk garis lurus (sebagian ada terputus) Belahan Jelek (poor cleavage),bila garis belahan dari mineral terlihat terputus-putus atau tidak tampak jelas.

Gambar 2.2. Belahan satu arah

Gambar 2.3. Belahan dua arah saling tegak lurus.

Gambar 2.4. Belahan dua arah tidak saling tegak lurus

Gambar 2.5. Belahan tiga arah saling tegak lurus

Gambar 2.6. Belahan tiga arah tidak saling tegak lurus

Gambar 2.7. Belahan empat arah

2.1.4. Indeks BiasIndeks bias merupakan suatu angka (konstanta) yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus sudut pantul (hukum sinilus dalam perjalanan cahaya atau sinar yang terbias). Indeks bias juga merupakan fungsi dari sinar didalam medium.Pengukuran indeks bias mineral dibawah mikroskop dapat dilakukan secara:1. Relatif yang dibedakan atas : Metode Garis Becke (central Illumination) Metode Oblique Illumination2. Absolut

1. Menentukan Indeks Bias secara Relatif :a. Metode Garis Becke Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua media yang saling bersentuhan, disebabkan oleh adanya perbedaan indeks bias dari kedua media tersebut. Penentuan harga indeks bias relatif pada dasarnya adalah membandingkan secara relatif antara harga indeks bias mineral yang diamati dengan harga indeks bias balsem kanada.Untuk melihat garis Becke, tutuplah sebagian dari diafragma iris (kurangi intensitas cahaya), pada kondisi ini garis becke akan tepat berada pada batas mineral (berimpit, warna putih keabuan). Agar pergerakan garis becke terlihat, maka gerakanlah tubus mikroskop (dinaik turunkan). Bila tubus dinaikkan atau dijauhkan dari meja objek, garis becke akan bergerak kearah media yang indeks biasnya lebih besar. Dengan kata lain bila tubus dinaikkan : Garis becke bergerak kearah dalam, maka indeks bias mineral (N) lebih besar dari indeks bias balsem kanada (n) atau N > n. Garis becke bergerak kearah dalam, maka indeks bias mineral (N) lebih kecil dari indeks bias balsem kanada (n) atau N < n.Catatan : Cara tersebut diatas untuk mikroskop model olimpus (skrup pengatur fokus diputar kearah atas) Untuk mikroskop model Zeiss, maka meja objek dijauhkan dari lensa objektif (skrup pengatur fokus) diputar kearah bawah.

(a) Garis Becke bergerak (b) Garis Becke bergerakkedalam (N > n)keluar (N < n)

Gambar 2.8. Penentuan Indeks bias dengan metode garis becke

b. Metode Oblique illuminationPada metode ini dilakukan dengan cara menutup sebagian jalan sinar yang masuk (cermin) dengan kartu.

Batasan :- Bila bayangan gelap (dark shadow) terjadi pada pihak yang sama dengan penutupan sinar (jalan sinar yang ditutup), maka indeks bias sinar (jalan sinar yang ditutup), maka indeks bias mineral < dari indeks bias balsem kanada (N < n)

Kartu N > n N < n

Gambar 2.9. Penentuan Indeks Bias dengan metode Oblique Illumination

2. Penentuan Indeks Bias secara AbsolutPenentuan indeks bias cara ini dengan menggunakan immersion oil (minyak imersi), dimana harga indeks biasnya sudah tertentu. Metode yang digunakan adalah metode garis becke. Adapun cara melakukannya adalah :a. Mineral yang akan ditentukan indeks biasnya diletakkan diatas gelas preparat (tidak ditutup cover glass).b. Tetesi dengan minyak imersi yang diketahui harga indeks biasnya (misal ...n1).c. Dengan metode garis becke tentukan harga indeks biasnya apakah N > n atau N < n.d. Bila hasil (3) N > n, maka minyak imersi diganti dengan minyak imersi yang harga indeks bias n2 lebih besar dari n1 (n2 > n1) atau sebaliknya. e. Lihat lagi dengan metode garis beckif. Lihat lagi dengan metode garis becke. Demikian selanjutnya sampai garis becke tidak bergerak yang berarti harga N = n dengan demikian harga indeks bias mineral (N) diketahui harganya.

2.1.5. ReliefRelief adalah kenampakan yang timbul karena adanya perbedaan harga indeks bias mineral dengan media sekitarnya. Pengamatan relief pada dasarnya pengamatan terhadap kenampakan bidang atau garis batas dari mineral, apakah terlihat jelas atau tidak jelas kenampakan bidang atau garis batas mineral. Kenampakan dari relief sangat tergantung pada besarnya perbedaan harga indeks bias dari mineral yang saling bersinggungan. Berdasarkan hal tersebut pengamatan relief dibedakan atas : Relief rendah, bila bidang atau garis batas antara mineral yang bersinggungan mempunyai harga indeks bias yang relatif sama atau garis batas mineral relatif tidak terlihat. Relief sedang, bila harga indeks bias dari mineral yang saling bersinggungan berbeda (tidak terlalu jauh harga perbedaannya) atau bidang atau garis batas mineral sangat terlihat jelas. Relief kuat, bila perbedaan harga dari indeks bias dari mineral yang bersiggungan sangat besar, maka bidang atau garis batas mineral sangat terlihat jelas.Untuk melihat kenampakan relief dari mineral, bukalah diafragma iris selebar-lebarnya (intensitas cahaya dibuat maksimum) sehingga akan terlihat kenampakkan relief yang lemah, sedang maupun kuat.

Gambar 2.10. Kenampakan relief pada mineral2.1.6. PleokroikPleokroik merupakan gejala perubahan warna saat meja objek diputar, disebabkan oleh adanya perbedaan daya serap atau absorbsi dari sumbu-sumbu kristal. Kenampakan pleokroik juga tergantung pada posisi penyayatan mineral terhadap sumbu C kristal. Berdasarkan hal tersebut pleokroik dibedakan atas : Nokroik, bila meja diputar tidak terjadi perubahan warna. Dikroik, terjadi dua kali perubahan warna saat meja diputar 0-90. bisa dimiliki oleh mineral yang mempunyai sistem kristal tetragonal, trigonal dan heksagonal. Trikoik, terjadi perubahan warna tiga kali saat meja diputar sejauh 0-90. biasa dimiliki oleh mineral yang bersistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin.Berdasarkan sifat atau kecepatan perubahan warnanya, plekroik dibedakan atas : plekroik lemah, sedang dan kuat.

2.1.7. PertingPerting merupakan kecenderungan dari beberapa zat yang bersifat kristalin untuk terbelah sejajar dengan bidang-bidang yang rata (tidak selalu sejajar dengan bidang-bidang kristal atau permukaan kristal). Perting bersifat tidak tetap dan sering dikontrol oleh kembaran atau kungkungan yang terorientasi secara teratur sehingga menghasilkan bidang-bidang yang mudah terbelah.

2.1.8. Pecahan (Fracture) Pecahan adalah kecenderungan dari mineral untuk pecah dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom. Contoh pecahan gelass yang biasanya berbentuk Subconcoidal. Pecahan ada yang bersifat memotong dan biasanya pecahan tegak lurus terhadap sumbu C. Contoh : olivin, ortopiroksen dan nefelin yang dominan memperlihatkan pecahan dibandingkan dengan belahannya sendiri, dimana biasanya pecahannya tidak menerus.Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak teratur merupakan kenampakan pecahan dari mineral. Kebanyakan ditunjukkan oleh mineral yang tidak mempunyai bidang belahan, misal kwarsa menunjukkan kenampakan seperti pecahan kaca yang disebut konkoidal. Kebanyakan mineral menunjukkan pecahan tidak rata.

Gambar 2.11. Macam-macam bentuk pecahan pada mineral2.2. Pengamatan Mikroskopis Orthoskopis Cross NikolSifat optis yang diamati pada pengamatan ini adalah sifat optis yang dihasilkan dari perjalanan sinar atau cahaya yang masuk dari cermin, kemudian melalui polarisator kemudian masuk melalui peraga dan akhirnya melalui analisator. Sifat optis yang umum yang dapat diamati adalah : Bias rangkap, tanda rentang atau orientasi dan pemadaman. Dan dalam pengamatan cross nikol analisator digunakan (kondensor dan lensa betran amici tidak dipergunakan).

2.2.1. Bias Rangkap Bias rangkap adalah harga angka yang menunjukkan perbedaan antara indeks ordiner dan ekstraordiner yang maksimum. Atau harga beda lintasan yang terjadi oleh adanya dua sinar yang bergerak kearah yang berbeda dengan kecepatan yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan bias rangkap dapat dilakukan dengan bantuan tabel Michel-levy, yaitu tabel warna interferensi.Cara menentukan Bias rangkap : Meletakkan mineral pada posisi terang maksimum. Menentukan warnanya atau W.I. orde harga bias rangkap. Cara membaca tabel W.I. : W.I. (warna bias rangkap) ditunjukkan oleh perpotongan antara garis vertikal ketebalan sayatan (0,035mm) dengan garis horizontal warna interferensi (disebut perpotongan titik X) dan lihat warnanya, maka itulah warna bias rangkap mineral yang diamati. Orde dari bias rangkap diperoleh dengan mengikuti garis horizontal dari perpotongan titik X kearah kiri sampai tepi tabel dan melihat masuk keorde berapa warna bias rangkap titik X tertentu. Harga bias rangkap diperoleh dengan melihat perpotongan antara garis miring yang melalui titik X. Garis miring yang melalui titik X tersebut diikuti sampai memotong garis tepi tabel sebelah kanan, lalu baca bias rangkap.Berdasarkan ordenya bias rangkap dibedakan atas : Bias rangkap lemah, bila berada pada orde I bawah Bias rangkap sedang, bila berada pada orde I atas orde II Bias rangkap kuat, bila berada pada orde III bawah atas Bias rangkap ekstrim, bila berada pada orde IV

Gambar 2.12. Sketsa Tabel warna Interferensi dan cara membacanya dari gambar diperoleh bias rangkap : W.I. = abu-abu ; Orde = II dan harga bias rangkapnya = PMikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu factor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus. Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Perlu kiranya diingat bahwa butir debu yang betapapun kecilnyaakan dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan.

2.2.2. Orientasi Atau Tanda RentangOrientasi optik dari suatu mineral, secara umum menunjukkan hubungan antara arah memanjangnya kristal terhadap arah getaran sinar cepat ataupun arah getaran sinar lambat. Dengan ketentuan : Bila arah getaran sinar cepat terletak searah atau menyudut lancip terhadap arah memanjangnya mineral, maka mineral memiliki orientasi atau tanda rentang negatif (-) atau elongasi negatif atau elongasi cepat Length fast orientation. Bila arah getaran sinar lambat terletak searah atau menyudut lancip terhadap arah memanjangnya mneral, maka mineral memiliki orientasi atau tanda rentang positif (+) atau elongasi positif atau elongasi lambat Length Slow.Dalam mengamati orientasi dibawah mikroskop digunakan keping kompensator, baik dari keping gips maupun dari keping mika (sesuai kebutuhan), yaitu dengan melihat perubahan warna interferensi (warna bias rangkap). Dengan Ketentuan : Bila saat dimasukkan keping kompensator terjadi kenaikan warna interferensi atau orde disebut gejala addisi atau orientasi atau tanda rentang positif (+) Bila saat dimasukkan keping kompensator terjadi penurunan warna interferensi atau orde, disebut gejala substraksi atau orientasi atau tanda rentang negatif (-)

Sb. CSb. CSb. C

BA

Sb. CSb. CSb. C

Gambar 2.13. Hubungan antara getaran atau jalannya sinar dengan sumbu kristal pada orientasi negatif (A) dan orientasi positif (B)

Cara menentukan Orientasi, adalah sebagai berikut :a. Letakkan mineral dengan sumbu c atau sumbu panjang sejajar dengan garis vertikal.b. Putar meja sayatan hingga mineral pada posisi terang maksimum, catat warna interferensi dan ordenya (seperti penentuan bias rangkap).c. Pada posisi b, masukkan kompensator atau komperator, dengan ketentuan : Bila bias rangkap lemah sedang gunakan kompensator keping gips ( = 550) Bila bias rangkapnya kuat atau ekstrim gunakan keping mika ( = 147,3)d. Lihat perubahan warna interferensi atau orde, tentukan orientasi apakah positif (+) atau gejala addisi atau orientasi negatif (-) atau gejala subtraksi.

2.2.3. Pemadaman Pemadaman atau gelapan terjadi bila sumbu indikatrik atau sumbu-sumbu sinar (dua sumbu sinar) sejajar dan tegak lurus dengan bidang getar polarisator. Atau dengan kata lain bahwa pemadaman terjadi bila bidang getar sumbu sinar yang satu berada dalam bidang analisator dan sumbu sinar yang satu lagi bidang getarnya berada dalam bidang polarisator. Hal tersebut menyebabkan tidak ada sinar yang dibias ganda, sehingga tidak ada sedikitpun cahaya yang diteruskan kemata sipengamat.Cara untuk menentukan sudut pemadaman untuk pemadaman miring :a. Posisikan mineral dengan sumbu c atau belahan mineral // dengan benang vertikal (mineral terang maksimum), baca posisi ini dengan nonius yang menunjukkan harga dimeja mikroskop misal : Xb. Putar meja objek sampai mineral tampak gelap maksimum, baca kedudukan ini, misal : Yc. Tentukan sudut pemadaman, dengan ketentuan Bila pada saat orientasi menunjukkan gejala addisi, maka sudut pemadaman mineral atau Z = Y - X Bila saat orientasi menunjukkan gejala subtraksi, maka sudut pemadaman mineral atau Z = 90 - (Y - X)

Berdasarkan hubungan antara sumbu-sumbu kristalografi dengan sumbu-sumbu sinar, maka pemadaman dibagi atas tiga atau dari kenampakan dibawah mikroskop, berdasarkan hubungan antara sumbu kristal terhadap benang silang, yaitu : Pemadaman sejajar, mineral menjadi gelap bila sumbu-sumbu kristalografi (sumbu c atau belahan kristal) sejajar dengan benang silang. Pemadaman miring, mineral menjadi gelap pada kedudukan arah memanjang atau belahan kristal berada diantara benang silang (tidak sejajar dengan salah satu benang silang). Pemadaman simetri, hanya dijumpai pada mineral yang mempunyai bidang-bidang batas atau garis-garis belahan yang membentuk sufut tertentu. Mineral menjadi padam pada saat benang silang membagi kedua arah batas atau bidang kristal menjadi dua sama besar atau benang silang membagi kedua sudut yang dibentuk oleh belahan sama besar (simetri).

(A)(C)(B)

Gambar 2.14. Jenis-jenis pemadaman, (A) Pemadaman Paralel, (B) Pemadaman Miring, (C) Pemadaman Simetri

2.2.4. Kembaran (Twinning)Kembaran ditunjukkan oleh adanya kenampakan terang dan gelap yang dibatasi oleh garis atau bidang batas yang jelas dalam satu mineral.Secara genetis kembaran dibagi atas :1. Kembaran Tumbuh (grouth twinning), merupakan hasil dari proses pertumbuhan dan terbentuk pada saat kristal sedang tumbuh.a. Terbentuk dari dua kristal atau lebih yang tumbuh bersama-sama dan saling mengikat, disebut juga kembaran penetrasi. Contoh: grafik (tumbuh bersama-sama K-feldspar dengan kwarsa) dan mirmiketik (tumbuh bersama antara plagioklas dan kwarsa).b. Terbentuk karena satu bagian atau lebih dari suatu kristal mengalami rotasi secara mekanis terhadap bagian yang berdampingan, disebut juga kembaran singgung (contac twinning)Contoh : Kembaran kalsbat (pada plagioklas, piroksin dan ortoklas) Kembaran Albit (pada plagiklas) Kembaran Kalsbat Albit (pada plagioklas) Kembaran Periklin (pada plagiklas) Kembaran Cross hatch (pada mikroklin)

KalsbatKalsbat-AlbitAlbitPeriklinCross hatch

Gambar 2.15. Kenampakan beberapa jenis kembaran

2. Kembaran Deformasi (deformasi twinning), terbentuk oleh adanya proses deformasi dan terjadi pada saat kristal sudah padat.Catatan : Besar sudut pemadaman dari kembaran Albit dan Kalsbat-Albit dapat digunakan untuk menentukan jenis plagioklas.Cara penentuan sudut pemadaman dan jenis plagioklasa. Cara penentuan sudut pemadaman kembaran albit

Gambar 2.16. Cara menentukan pemadaman untuk kembaran albit1. Posisikan mineral dengan garis atau bidang kembaran sejajar garis vertikal, baca kedudukan di meja objek, misal a 2. Putar meja ke kanan sampai terjadi gelap maksimum pada sebagian garis kembaran, baca kedudukan, misal b, .......... maka X1 = b - a3. Kembalikan mineral pada posisi point ( 1 ), lalu putar kekiri sampai terjadi terang meksimum pada bagian yang gelap meksimum saat diputar kekanan (kenampakan gelap maksimum di kiri bergantian dengan posisi saat di putar ke kakan atau lihat gambar), catat kedudukan, misal c, ........... maka X2 = c - a4. Besar sudut pemadaman dari kembaran albit adalah nilai rata-rata dari X1 dan X2 atau Z = (X1 + X2)/2. Dengan batasan selisih antara X1 dan X2 harus lebih kecil atau sama dengan enam (6) atau (X1-X2) 6.b. Penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman kembaran albit :Untuk penentuan jenis plagioklas digunakan metode Michel Levt, yaitu dengan menggunakan kurva F.E Wright dengan cara sebagai berikut :1. Plotkan harga Z pada garis atau sumbu vertical, tarik garis sampai berpotongan dengan garis kurva. Dari titik perpotongan tarik garis vertikal ke arah bawah (cara matrik) sampai ke garis atau sumbu horizontal,..........maka di dapat jenis dari plagioklas dengan kedudukan An.... (baca di garis horizontal)2. Untuk harga Z < 20 atau = 20 , terdapat dua kurva, maka batasanya: Bila N < n, digunakan kurva sebelah kiri dan bila N > n, digunakan kurva kanan Atau bila mineral plagioklas bertanda optik positif, gunakan kurva kiri dan bila bertanda optik negatif, gunakan kurva sebelah kanan.c. Cara penentuan sudut pemadamna dari kembaran Kalsbar Albit.

Gambar 2.17. Kurva F.E. Wright, untuk penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman kembaran albit

Gambar 2.18. Cara penentuan sudut pemadaman untuk kembaran Kalsbat Albit

1. Pada kembaran Kalsbat Albit, pada bagian yang terang (kanan) dan bagian yang gelap (kiri) terdapat kembaran atau garis-garis Albit (lihat gambar).2. Penentuan besar sudut pemadaman sama dengan cara menentukan besar sudut pemadaman untuk masing-masing kembaran albit (sebelah kanan dan kiri) secara bergantian, sehingga akan diperoleh dua harga besar sudut pemadaman, yaitu X dan Y .3. Untuk Albit sebelah kanan, lakukan seperti cara penentuan besar sudut pemadaman albit di atas, sehingga diperoleh : Y = (Y1 + Y2)/2, dimana : Y1 = b - a dan Y2 = c - a Untuk Albit sebelah kiri, lakukan cara penentuan besar sudut pemadaman seperti di atas, sehingga diperoleh : X = (X1 + X2)/2, dimana : X1 = d - a dan X2 = e - a d. Penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman kembaran Kalsbat AlbitSeperti halnya penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman kembaran albit, penentuan jenis plagioklas dari kembaran Kalsbar Albit juga menggunakan metode Mechey Levy, yaitu dengan kurva F. E Wright.

Gambar 2.19. Kurva F.E Wright, untuk penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman kembaran kalsbat albit (metode Michel Levy) Cara penentuannya ialah sebagai berikut :1. Plotkan harga sudut pemadaman yang bernilai kecil (dari X atau Y) ke dalam garis atau sumbu vertikal, dan harga sudut pemadaman yang besar (dari X atau Y) di plot pada kurva yang melengkung.2. Tentukan perpotongan kedua sudut pemadaman tersebut (secara matrik), lalu tarik garis vertikal kearah bawah, sehingga di peroleh jenis dari plagioklas dengan kedudukan An.

2.3. Pengamatan Mikroskopis KonoskopisPengamatan pada Mikroskopis konoskopis semua bagian pada mikroskop telah digunakan atau dengan kata lain pengamatan cross nikol ditambah dengan kondensor dan lensa betran amici. Lensa objektif pada pengamatan ini diganti dengan menggunakan pembesaran yang lebih besar, yaitu 40x. Pada saat lensa betran amici diaktifkan (di in kan) maka dibawah mikroskop akan terlihat gambar interferensi. Yang dimaksud dengan gambar interferensi adalah suatu bayangan optik yang dihasilkan karena gejala bias ganda dari mineral yang bersifat anisotrop. Pada setiap gambar interferensi terdiri dari dua unsur, yaitu : Gelang-gelang warna (isocromatic rings atau disebut isocrome), terlihat bila menggunakan komperator keping kwarsa. Isogir-isogir (isogyres atau brushers) yang berwarna hitam atau abu-abu. Melatop, yaitu perpotongan antara isogir dan dari perpotongan tersebut akan diperoleh empat kwadran.

Gambar 2.20. Gambar Interferensi saat Pengamatan KonoskopisDan dari gambar interferensi ini akan dapat ditentukan :1. Tanda optik dari mineral-mineral yang bersumbu optik satu (uniaxial) dan mineral-mineral bersumbu optik dua (biaxial)2. Sudut 2 V dari mineral yang bersumbu optik dua (biaxial)Kenampakan gambar interferensi dari mineral yang mempunyai sumbu uniaxial dan biaxial berbeda yang sangat mempengaruhinya adalah arah penyayatan mineral terhadap sumbu c.

2.3.1. Gambar interferensi1. Gambar Interferensi Mineral UniaxialMineral dengan sumbu optik terpusat mempunyai gambar interferensi yang sempurna, dimana terlihat empat lengan isogir dan empat kwadran. Sedangkan mineral yang tidak terpusat gambar interferensinya tidak terlihat sempurna, dimana hanya terlihat dua atau satu lengan isogir dengan satu atau dua kwadran. Pergerakan isogir dari mineral uniaxial dengan sumbu optik tidak terpusat saat meja mikroskop diputar adalah sejajar dengan analisator (bergerak kekanan dan kekiri) dan polarisator (bergerak keatas dan kebawah).

Gambar 2.21. Gambar interferensi mineral uniaxial, A. Sayatan dengan sumbu optik terpusat (sayatan sumbu C) dan B, sayatan dengan sumbu optik tidak terpusat (sayatan miring/sembarang terhadap sumbu c).

2. Gambar Interferensi Mineral BiaxialSeperti halnya mineral uniaxial, gambar interferensi mineral biaxial yang disayat tegak lurus dengan sumbu c (sumbu optik terpusat) akan berbeda dengan kenampakan mineral yang disayat miring atau sembarang dengan sumbu C (sumbu optik tidak terpusat).Gambar interferensi dengan sumbu optik terpusat untuk mineral biaxial berbeda dengan uniaxial, dimana gelang-gelang warna (isocromatic) ada dua dibagian dalam dan semakin kearah luar menyatu dengan bentuk yang tidak melingkar sedangkan bentuk isogirnya relatif sama.

Gambar 2.22. Gambar interferensi mineral biaxial dengan sumbu optik terpusat

Gambar interferensi dengan sumbu optik tidak terpusat (disayat miring atau sembarang terhadap sumbu C) dibedakan atas :1. Isogir sejajar dengan salah satu benang silang, dimana : Isogir berbentuk lurus diposisi : 0, 90, 180, 270 Bidang sumbu optiknya (BSO) sejajar dengan benang silang

BSOBSO 0BSOBSO90180270

Gambar 2.23. Isogir sejajar dengan benang silang di 0, 90, 180, 270

2. Isogir Diagonal, dimana : Isogir berbentuk melengkung diposisi 45, 135, 225, 315. Bidang sumbu Optik (BSO) tegak lurus pada isogir dan memotong isogir pada melatop.

BSOBSOBSOBSO45135225315

Gambar 2.24. Gambar Interferensi dengan isogir diagonal di 45, 135, 225 dan 315

3. Bidang Sumbu Optik (BSO = 45) Isogir berbentuk melengkung di kwadran 1 dan 3 dan dikwadran 2 dan 4

BSOBSO

Gambar 2.25. Gambar Interferensi biaxial dengan BSO = 45

Pergerakan isogir dari mineral biaxial sumbu optik tidak terpusat berbeda dengan mineral uniaxial, dimana isogirnya bergerak berlawanan arah jarum jam saat meja mikroskop diputar searah jarum jam dan pergerakannya terkesan bergerak dari satu titik (pergerakan terpusat).

2.3.2. Tanda OptikTanda optik suatu mineral dinyatakan dalam bentuk positif (+) atau negatif (-), dengan batasan-batasan sebagai berikut :a. Tanda optik positif (+) bila : Kecepatan sinar biasa (B) atau sinar ordiner lebih besar dibanding sinar luar biasa (L) atau sinar extraordiner (B > L) atau Indeks bias sinar extraordiner (n) lebih besar dari indeks bias sina ordiner (n) atau n > nb.Tanda optik negatif (-), bila: Kecepatan sinar luar biasa (L) atau sinar extraordiner lebih besar dibanding sinar biasa (B) atau ordiner (L > B). Indeks bias sinar ordiner (n) lebih besar dari indeks bias sinar extraordiner (n) atau n < n.

1. Tanda Optik Mineral UniaxialDibawah mikroskop penentuan tanda optik mineral uniaxial dilakukan dengan melihat perubahan warna interferensi disetiap kwadran pada saat dimasukkan kompensator, dengan batasan-batasan sebagai berikut : Tanda optik positif (+), bila terjadi perubahan warna interferensi atau gejala addisi dikwadran 1 dan 3 dan gejala substraksi dikwadran 2 dan 4. Tanda optik negatif (-), bila terjadi penurunan warna interferensi atau gejala substraksi dikwadran 1 dan 3 gejala addisi dikwadran 2 dan 4.Kenampakan perubahan warna interferensi sangat tergantung pada jenis kompensator yang digunakan, yaitu : Komperator Keping Gips, gejala addisi warna interferensinya biru dan gejala substraksi berwarna kuning. Komperator keping Mika, geja addisi warna interferensinya kuning dan gejala substraksi berwarna abu-abu.Cara menentukan tanda optik uniaxial1. Posisikan mikroskop cross nikol2. Putar meja sampai terang maksimum3. Ganti lensa objektif dengan perbesaran 40x.4. Gunakan lensa betrand amici (betrand di in kan) lalu fokuskan dengan skrup pemusat halus.5. Amati kenampakan gambar interferensi. Bila gambar interferensi terlihat seperti gambar 2.10 (sumbu optik terpusat) akan terlihat empat lengan isogir dengan empat kwadran. Masukkan komperator yang sesuai (jenis sama dengan jenis komperator saat mengamati orientasi). Lihat perubahan warna interferensinya dimasing-masing kwadran dan tentukan tanda optiknya dengan ketentuan seperti diatas.6. Bila gambar interferensinya berupa sumbu optik tidak terpusat (gambar 2.10 B), akan terlihat satu atau dua lengan isogir. Amati kwadran berapa yang terlihat, dengan cara memutar meja mikroskop dan amati pergerakan isogir. Bila saat meja diputar isogir bergerak kearah kanan (// analisator), maka kwadran yang terlihat adalah kwadran 3 dan 2 Bila saat meja diputar isogir bergerak kearah kiri (// analisator), maka kwadran yang terlihat adalah kwadran 1 dan 4 Bila saat meja diputar isogir bergerak kearah bawah (// Polarisator), maka kwadran yang terlihat adalah kwadran 4 dan 3 Bila saat meja diputar isogir bergerak kearah atas (// polarisator), maka kwadran yang terlihat adalah kwadran 2 dan 1Selanjutnya masukkan komperator yang sesuai lihat perubahan warna dimasing-masing kwadran dan tentukan tanda optiknya.

Gambar 2.26. Pergerakan Isogir Mineral Uniaxial

Gambar 2.27. Kenampakan Tanda Optik Mineral uniaxial sumbu optik terpusat dengan menggunakan komperator mika dan kwarsa

2. Tanda Optik Mineral Biaxial Seperti halnya mineral uniaxial, penentuan tanda optik biaxial dibawah mikroskop dilakukan dengan cara melihat perubahan warna interferensi saat komperator digunakan. Cara menentukan tanda optik biaxial, yaitu : Penentuan tanda optik biaxial dengan sumbu optik terpusat sama dengan penentuan tanda optik uniaxial sumbu optik terpusat. Sedangkan penentuan tanda optik sumbu optik tidak terpusat adalah sebagai berikut :1. Isogir tegak lurus BSO (BSO = 90), dengan langkah-langkah sebagai berikut : Mikroskop pada posisi konoskopis Posisikan isogir di 225 Masukkan komperator yang sesuai Tentukan tanda optik dengan batasan :a. Tanda optik Positif (+), bila terjadi penambahan warna interferensi atau gejala addisi disebelah cembung dan gejala substraksi disebelah cekungb. Tanda optik negatif (-) bila terjadi pengurangan warna interferensi atau gejala substraksi disebelah cembung dan gejala addisi disebelah cekung.Bila posisi isogir tidak di 225 (di 135 atau 315), maka penentuan tanda optiknya berlawanan dengan tanda optik diposisi 225 atau : a. Tanda optik Positif (+), bila terjadi pengurangan warna interferensi atau gejala substraksi disebelah cembung dan gejala addisi disebelah cekungb. Tanda optik negatif (-) bila terjadi Penambahan warna interferensi atau gejala addisi disebelah cembung dan gejala Substraksi disebelah cekung.

Gambar 2.28. Kenampakan Tanda Optik Mineral biaxial sumbu optik tidak terpusat diposisi 315, komperator dari jenis Kwarsa.

2. BSO = 45 Tanda optik untuk isogir dikwadran 1 dan 3 :a. Tanda optik positif (+), bila terjadi pengurangan warna interferensi atau gejala substraksi disebelah cembung dan gejala addisi disebelah cekung.b. Tanda optik negatif (-) bila terjadi Penambahan warna interferensi atau gejala addisi disebelah cembung dan gejala Substraksi disebelah cekung. Tanda Optik untuk isogir dikwadran 2 dan 4a. Tanda optik Positif (+), bila terjadi penambahan warna interferensi atau gejala addisi disebelah cembung dan gejala substraksi disebelah cekungb. Tanda optik negatif (-) bila terjadi pengurangan warna interferensi atau gejala substraksi disebelah cembung dan gejala addisi disebelah cekung.

Gambar 2.29. Kenampakan tanda optik mineral biaxial sumbu optik tidak terpusat, isogir dikwadran 1 dan 3,komperator gips (A), Mika (B), Kwarsa (C)Laboratorium Mineral Optik II-3012307002