23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diantara tumbuhan tumbuhan rendah ( bercahaya ), maka golongan ganggang alga dan golongan jamur merupakan kelanjutan daripada golongan bakteri. Apakah golongan ganggang itu langsung menjadi golongana bakteri ataukah jamur yang menjadi kelanjutan langsung dari bakteri. Hali ini sangat sukar ditentukan. Peninjauan secara morfologi dan fisiologi menemukan suatu golongan bakteri , yaitu ordo chlamydobacterialos, yang dapat dipandang sebagai pangkal pertumbuhan golongan ganggang , hal mana dapat diketahui dari sifat – sifatnya mengenai adanya lapisan lendir yang mengelubungi tubuh organisme tersebut, akan tetapi pembiakannya dengan menggunakan konidia itu lebih menggenangkan kepada sifat jamur ( Dwidjoseputro, 2005 ). Selanjutnya golongan jamur itu demikian luasnya sehingga penguasaannya dibidang ilmu pengetahuan memerlukan keahlian tersendiri bidang itu disebut mikologi. Hanya jamur – jamur tingkat rendah masuk dalam bidang mikrobiologi ( Dwidjoseputro, 2005 ).

Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diantara tumbuhan – tumbuhan rendah ( bercahaya ), maka

golongan ganggang alga dan golongan jamur merupakan kelanjutan

daripada golongan bakteri. Apakah golongan ganggang itu langsung

menjadi golongana bakteri ataukah jamur yang menjadi kelanjutan

langsung dari bakteri. Hali ini sangat sukar ditentukan. Peninjauan secara

morfologi dan fisiologi menemukan suatu golongan bakteri , yaitu ordo

chlamydobacterialos, yang dapat dipandang sebagai pangkal pertumbuhan

golongan ganggang , hal mana dapat diketahui dari sifat – sifatnya

mengenai adanya lapisan lendir yang mengelubungi tubuh organisme

tersebut, akan tetapi pembiakannya dengan menggunakan konidia itu lebih

menggenangkan kepada sifat jamur ( Dwidjoseputro, 2005 ).

Selanjutnya golongan jamur itu demikian luasnya sehingga

penguasaannya dibidang ilmu pengetahuan memerlukan keahlian

tersendiri bidang itu disebut mikologi. Hanya jamur – jamur tingkat

rendah masuk dalam bidang mikrobiologi ( Dwidjoseputro, 2005 ).

Yang melatarbelakangi percobaan ini agar dapat memahami dan

mengerti tentang fungi dan dapat membedakan jamur yang yeast dan

jamur yang mold.

1.2 Tujuan Praktikum

- Mengetahui perbedaan yeast dan mold

- Mengetahui hasil jenis jamur dari jagung busuk.

- Mempelajari cirri – cirri dari jamur

Page 2: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel

tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual

atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri,

karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik

lainnya yaitu melalui absorpsi ( Gandjar. 1999 ).

Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang – benang yang disebut

hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium

dapat dibedakan atas miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap

nutrient dari lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi

( Gandjar. 1999 ).

Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu

berupa benang tunggal atau bercabang – cabang yang disebut hifa. Fungi

dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan

fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan

fungi bersel tunggal da tidak berfilamen. Fungi merupakan organisme menyerupai

tanaman , tetapi mempunyai beberapa perbedaan yaitu :

Tidak mempunyai kolorofil

Mempunyai dinding sel dengan komposisi berbeda

Berkembang biak dengan spora

Tidak mempunyai batang , cabang, akas dan daun

Tidak mempunyai system vesicular seperti pada tanaman

Bersifat multiseluler tidak mempunyai pembagian fungi masing - masing

bagian seperti pada tanaman.

Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit

apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda

hidup yang ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh

Page 3: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

makanan dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat

mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat

( misalnya glukosa,sukrosa,atau maltose ), sumber nitrogen dari bahan organic

atau anorganik, dan mineral dari substratnya. Ada juga beberapa fungi yang dapat

mensintesis vitamin – vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan biakan

sendiri, tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri sehingga harus

mendapatkan dari substrat, misalkan tiamin dan biotin ( Dwidjoseputro,2005 ).

Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya

mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang – cabang yang

disebut miselium, atau berupa kumpulan benang – benang yang padat menjadi

satu. Hanya golongan ragi ( sacharomycetes ) itu tubuhnya berupa sel – sel

tunggal ciri kedua adalah jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya

terpaksa heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan

kelanjutan bakteri di dalam evolusi ( Waluyo,2005 ).

Golongan jamur mencakup lebih daripada 55.000 spesies, jumlah ini jauh

melebihi jumlah spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada ketentuan

pendapat yang menyeluruh diantara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur

merupakan golongan tumbuh – tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai

diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan talus ( thallophyta ), lengkapnya

thallophyta yang tidak berklorofil. Ganggang adalah thallophyta yang berklorofil

( Waluyo,2005 ).

Jamur berbiak secara vegetative dan generative dengan berbagai macam

spora. Macam spora yang terjadi dengan tiada perkawinan adalah :

a. Spora biasanya yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu

berkelompok – kelompok kecil, masing – masing mempunyai membran serta

inti sendiri. Sel tempat terjadinya spora ini disebut sporangium, dan sporanya

disebut sporangiospora.

b. Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah –

belah seperti tasbih. Didalam hal ini tidak ada sporangium, tiap spora disebut

konidiospora atau konidia saja, sedang tangkai pembawa konidia disebut

konidiosfor.

Page 4: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

c. Pada beberapa spesies, bagian – bagian miselium dapat membesar serta

berdinding tebal, bagian itu merupakan alat membesar serta berdinding tebal,

bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut klamidiospora ( spora yang

berkulit tebal )

d. Jika bagian – bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya,

maka bagian – bagian itu disebut artospora ( serupa batu bata ), oidiospora

atau oidia ( serupa telur ) saja ( Waluyo,2005 ).

Kebanyakan spesies jamur dapat membiak secara vegetative maupun

secara generatife. Pembiakan secara generative atau seksual dilakukan dengan

isogamete atau dengan heterogamete ( arisogamet ). Pada beberapa spesies

perbedaan morfologi antara jenis sel kelamin itu belum nampak sehingga

semuanya kita sebut isogamete, kadang – kadang kita beri tanda pengenal

+ dan - , untuk membedakan jenisnya ( Waluyo,2005 ).

Pada beberapa spesies lain tampak adanya perbedaan mengenai besar

kecilnya gamet – gamet, sehingga untuk itu ada penyebutan mikrogamet

( sel kelamin jantan ) dan makrogamet ( sel kelamin betina ). Di dalam keadaan

yang serba optimum, maka jamur membiak dengan cepat sekali. Hanya

kekeringanlah merupakan factor pembatas bagi pertumbuhannya ( Waluyo,2005 ).

Fungi dapat ditemukan pada arena substrat, baik dilingkungan darat ,

perairan, maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian

vegetativnya yang umumnya berupa miselium berwarna putih mudah terlihat pada

substrat yang membusuk ( kayu lapuk, buah – buahan yang terlalu masak,

makanan yang membusuk ). Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai

aneka warna ( merah , hitam , jingga, kuning, krem, putih, abu – abu , coklat,

kebiru – biruan, dan sebagainya ) pada daun , batang, kertas, tekstil, kulit dan

lain – lain. Tubuh buah fungi lebih mencolok karena langsung dapat dilihat

dengan mata kasat, sedangkan miselium vegetative yang menyerap makanan

hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikrosokop ( Waluyo,2005 ).

Spora kapang berproduksi secara aseksual dengan menghasilkan

arthokonidia, blastokonidia, klamisdospora, konidia, sporangiospora, dan secara

seksual dengan menghasilkan akospora, basidiospora dan zigospora.

Page 5: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

Rizhoid adalah bentuk hifa vegetative mirip akar dari tumbuhan yang

dapat bercabang – cabang seperti jari – jari pada tangan, tetapi dapat juga

berbentuk sangat sederhana, yaitu hanya seperti jari tunggal. Perhatikan letak dari

rhizoid pada hifa, apakah langsung berhadapan dengan sporangiosfor atau

terdapat pada stolon ( Waluyo,2005 ).

Karakteristik fungi jamur adalah sebagai berikut ;

1. Kandungan air

Pada umumnya jamur benang lebih tahan terhadap kekeringan dibanding

khamir atau bakteri. Namun demikian, batasan ( pendekatan ) kandungan air

totol pada makanan yang baik untuk pertumbuhan jamur dapat diestimasikan,

dan dikatakan bahwa kandungan air dibawah 14 – 15 % pada biji – bijian atau

makanan kering dapat mencegah atau memperlambat pertumbuhan jamur.

2. Suhu

Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik, yaitu dapat tumbuh

pada suhu normal. Suhu optimum untuk kebanyakan jamur sekitar

25O C – 30O C, namun beberapa tumbuh baik pada suhu 25O C – 37O C atau

lebih, misalnya pada spesies Aspergilis.s.p

3. Kebutuhan oksigen dan derajat keasaman

Jamur benang biasanya bersifat aerob, yang membutuhkan oksigen untuk

pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada interval PH yang luas

( PH 2.0 – 8.5 ), walaupun pada umumnya jamur lebih suka pada konidia

asam.

4. Kebutuhan makanan ( Nutrisi )

Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam – macam makanan

dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki

bermacam – macam enzim hidrolit, yaitu amylase, pektinose, proteinose, dan

lipase.

Page 6: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

BAB III

METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan kali ini tentang pengamatan jamur mikroskopis yang

dilakukan pada hari Rabu 04 Mei 2011 pada pukul 10.00 – 12.00 WITA,

kemudian dilanjutkan dengan pengamatan pada hari Jum’at 06 Mei 2011

pada pukul 10.00 – 12.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi dan

Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

a. Jarum Ose

b. Laminar air flow cabinet

c. Inkubator

d. Lampu Bunsen

e. Cawan Petri

f. Cover glass

g. Beaker glass

h. Mikroskop

i. Silet

j. Pinset

k. Objek glass

l. Kertas Label

3.2.2 Bahan

a. Alkohol 70 %

b. Media PDA

c. Jagung busuk

Page 7: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

3.3 Cara Kerja

a. Disiapkan sample jamur dari jagung busuk

b. Disiapkan media PDA yang telah diisi menjadi 1 cm menggunakan

pisau / silet.

c. Dipanaskan Jarum ose , diambil suspensi dari jagung busuk.

d. Diinokulasikan dengan metode digoreskan pada keempat sisi pinggiran

agar ( mengikuti bentuk agar )

e. Diambil cover glass dengan pinset yang telah disterilkan dengan lampu

Bunsen, dicelupkan ke dalam larutan alcohol 70 % kemudian difiksasi

diatas lampu Bunsen.

f. Diletakkan cover glass diatas media PDA yang telah diinokulasikan

suspensi jamur.

g. Diamati karakteristik dan koloni yang terbentuk ( struktur

morfologi,warna,bentuk ) dengan menggunakan mikroskop.

h. Diulangi langkah diatas untuk cawan petri yang ke 2.

Page 8: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Pengamatan Jamur Mikroskopis

No Objek Keterangan

1. Perbesaran 40 x 10

2. Jenis Jamur :

Aspergillus.s.p

4.2 Pembahasan

Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi tidak

memiliki klorofil. Dalam klasifikasi system tiga kingdom, jamur ( fungi )

dikelompokkan sendiri terlepas dari kelompok plantae ( tumbuhan )

karena jamur tidak berfotosintesis dan dinding selnya bukan dari selulosa

( Anonim A.2009 ).

Jmaur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi, badan

hewan, makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat

tumbuh dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi.

Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis

jamur. Dari jumlah tersebut dalam kehidupan memiliki peran

Page 9: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

masing – masing dihabitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak

langsung bagi manusia ( Anonim A.2009 ).

Ciri – ciri jamur, organisme yang termasuk dalam kelompok jamur,

anggotanya mempunyai cirri – cirri umum yaitu uniseluler atau bersel satu

atau multi seluler ( benang – benang halus ), tubuhnya tersusun atas hifa

( jalinan benang – benang halus ), eukariotik( mempunyai membrane inti ),

tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara

saprofit, parasit dan simbiosis, dinding selnya tersusun atas zat kitin,

cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein,

pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, dimana makanan sebelum

diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim ekstraseluler yang

dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan yang bersifat haploid

lebih singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual

dengan membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara

memutuskan benang hifa ( fragmentasi ), zoospore, endospora, dan

konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti

betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium ( Anonim A.2009 ).

Klasifikasi jamur, berdasarkan cara reproduksi secara generative,

jamur dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu zygomycotina, ascomycotina,

basidiomycotina, dan duotromycotina.

1. Zygomycotina : Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina karena

dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora.

Jamur Zygomycotina mempunyai cirri – ciri yaitu dinding selnya

tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung

inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi

generatife dengan konjugasi yang menghasilkan zigospora.

2. Ascomycotina : Jamur kelompok ini namanya Ascomycotina karena

dalam reproduksi generatifnya menghasilkan askuspora. Jamur ini

termasuk kelas Ascomycotina mempunyai cirri – cirri yaitu dinding

selnya tersusun atas zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat,

membentuk badan buah yang disebut askospora, memiliki keturunan

Page 10: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

diploid lebih singkat, reproduksi vegetatifnya dengan membentuk

konidiospora, reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang

menghasilkan askospora.

3. Basidiomycotina : Jmaur kelompok ini disebut Basidiomycotina karena

dalam reproduksi generatifnya menghasilkan basidiospora. Jamur yang

termasuk kelas Basidiomycotina mempunyai ciri – ciri yaitu dinding

selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa, bersekat, dibedakan

hifa primer ( berinti satu ) dan sekunder ( berinti dua ), mengamdung

inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, membentuk

badan buah yang disebut basidikrop, reproduksi vegetatife dengan

menghasilkan basidiospra.

4. Duotromycotina : Jamur kelompok ini disebut jamur imperfecti

( jamur tidak sempurna ) atau Duotromycotina karena belum diketahui

cara perkembangbiakan seksualnya. Jamur yang termasuk

Duotromycotina mempunyai ciri –ciri yaitu dinding selnya tersusun

atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa lebih

singkat, dan reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora

( Anonim A.2009 ).

Dari percobaan yang telah dilakukan menggunakan sample

suspense, jamur yang terdapat pada jagung busuk yang telah diinkubator

dan diaamati dengan menggunakan mikroskop maka didapatkan hasil

percobaan yaitu terdapat jamur jenis Aspergilus. S.p.

Aspergilus. S.p. kebanyakan spesies ini sering menyebabkan

kerusakan makanan, tetapi beberapa spesies ini digunakan dalam

fermentasi makanan. Aspergilus. S.p. yang dapat menyebabkan kerusakan

makanan Aspergilus tepers. Kapang ini mampu tumbuh baik pada substrat

dengan kosentrasi gula dan garam tinggi. Kelompok Aspergilus flavus –

oryzae termasuk spesies penting dalam fermentasi beberapa makanan

tradisional dan untuk memproduksi enzim. Aspergilus oryzae digunakan

dalam fermentasi makanan tahap pertama dalam pembuatan kecap dan

Page 11: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

tauco konidia kelompok ini berwarna kuning sampai hijau, atau mungkin

membentuk sklerotia ( Waluyo, 2005 ).

Ciri – ciri Aspergilus adalah : hifa septet dan miselium bercabang,

sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan umumnya merupakan hifa

fertile, koloni berkelompok , konodiofora septet atau non septat muncul

dari foot cell yakni sel miselium yang membengkak dam berdinding tebal,

konidiofora membengkak menjadi vertikeel pada ujungnya, membawa

stegmata dimana tumbuh konidia, sterigmata atau fialida biasanya

sederhana berwarna atau tidak berwarna, beberapa spesies tumbuh baik

pada suhu 370 C atau lebih, konidia membentuk rantai yang berwarna

hijau, coklat, atau hitam ( Waluyo, 2005 ).

Aspergilus adalah genus yang terdiri dari beberapa ratus cetakan

spesies yang ditemukan diberbagai iklim di seluruh dunia biologi.

Aspergilus pertama kali di catalog pada tahun 1729 oleh Italia imam dan

Pier Antonio Micheli. Aspergilus spesies sangat aerobic dan ditemukan

dihampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana mereka umumnya

tumbuh sebagai cetakan pada permukaan substrat, sebagai akibat dari

tekanan oksigen yang tinggi. Umumnya jamur tumbuh pada substrat yang

kaya karbon seperti monosakarida ( seperi glukosa ) dan polisakarida

( seperti amilosa ). Spesies Aspergilus adalah kontaminan yang umum

makanan bertepung ( seperti roti dan kentang ), dan tumbuh di dalam atau

dibanyak tanaman dan pohon ( Anonim B.2011 )

Perbedaan yeast dan mold yaitu yeast biasa kita kenal dengan

khamir sedangkan mold adalah kapang. Kapang merupakan fungi yang

berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi

bersel tunggal dan tak berfilamen. Kapang merupakan fungi yang

morfologinya multiseluler atau kapang mempunyai miselium atau filament

dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni

sperti kapas. Pertumbuhan fungi mula – mula berwarna putih, tetapi bila

tidak memproduksi spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung

Dari jenis kapang. Sifat – sifat kapang baik penampakan mikroskopis

Page 12: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang.

Sedangkan khamir termasuk cendawan, tetapi bentuk berbeda dengan

kapang karena bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetatife

terjadi dengan cara pertunasan. Morfologi dari khamir yaitu sel khamir

mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu dengan panjang 1- 5 mm sampai

20 – 50 mm, dan lebar 1 – 10 mm. Bentuk khamir bermacam – macam

yaitu bulat, oval, silinder, ogival yaitu bukit panjang dengan salah satu

ujung runcing, segitiga melengkung ( triangules ), berbentuk botol, bentuk

apikilat atau lemon, membentuk psedomiselium, dan sebagainya. Sistem

reproduksi khamir dan kapang berbeda. Sistem reproduksi kapang

berkembang biak dengan berbagai cara, baik aseksual dengan pembelahan,

penguncupan, atau pembentukan spora, dapat pula dengan cara seksual

peleburan nukleous dari kedua induknya. Pada pembelahan suatu sel

membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada

penguncupan, suatu sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel

inang. Sedangkan system reproduksi yaitu dengan beberapa cara ,

pertunasan, pembelahan, pembelahan tunas Dengan kombinasi anatara

pertunasan dengan pembelahan, spurulasi atau pembentukan spora, dengan

spora aseksual dan spora seksual. Reproduksi pembentukan dengan cara

pertunasan, dan pembelahan. Pembelahan tunas yaitu spora aseksual

dinamakan reproduksi vegetatife, sedangkan pembentukan spora seksual

disebut reproduksi seksual ( Waluyo, 2005 ).

Pada percobaan kali ini menggunakan metode block square slide

yaitu dengan media PDA yang telah dibuat, setel;ah dituang didalam

cawan petri dan telah memadat, maka cawan petri yang berisi media PDA

yang ketebalan sekitar 2 mm, dibagi sehingga membentuk dadu dengan

menggunakan pisau kater / silet dengan ukuran 1 mm. Metode ini

berfungsi memudahkan dalam melakukan percobaan , karena media yang

kita pakai hanya berukuran 1 mm dengan mudah seperti yang kita ambil

dapat tumbuh pada media PDA. Teknik yang digunakan ini mengoleskan

Page 13: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

suspensi pada pinggiran media, ini bertujuan agar semua pinggiran yang

teroles oleh suspensi dapat tumbuh menyebar.

Dalam percobaan ini terdapat factor kesalahan pada saat

pengambilan suspensi dengan jarum ose, praktikan kurang teliti

mengambilnya sehingga terkadang biakan dari suspensi tidak terambil dan

pada saat diamati tidak ada jamur yang tumbuh pada media.

Page 14: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum tentang pengamatan jamur mikroskopis dapat disimpulkan

bahwa :

1. Perbedaan yeast dan mold yaitu yeast ( khamir ) sedangkan mold

( kapang ). Kpang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai

miselium, sedangkan khamir merupakan fungi yang bersel tunggal dan

tidak berfilamen.

2. Hasil yang didapat dari suspensi jamur yang diambil dari jagung busuk

adalah jenis jamur aspergilus, s.p. Aspergilus, s.p.adalah genus yang

terdiri dari beberapa ratus cetakan spesies yang ditentukan berbagai

iklim diseluruh dunia biologi. Ciri – cirri berhifa , koloni berkelompok,

konidiofora septet, konidiofora membengkok, sterig mata sederhana.

3. Ciri – cirri jamur fungi adalah uniseluler, atau multi seluler

( benang haus ), tersusun atas hifa , eukariotik, tidak mempunyai

klorofil, dinding selnya terdiri atas tet keton, cadangan makanan

tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan melakukan percobaan dengan teliti saat

mengambil suspensi jamur, sehingga jamur yang akan dipindahkan

kemedia terambil dengan baik.

Page 15: Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro,D.2005.Dasar – Dasar Mikrobiologi.Jakarta : Djambatan.

Gandjar,Indrawati.1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : Yayasan

Obor Indonesia.

Waluyo, Lud.2005.Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press.

Anonim A.2009.http://H:/MAKALAH IAD.Com.Fungi ( Jamur ). Diakses

tanggal 10 Mei 2011. Pukul 04:26 WITA

Anonim B.2011.http://H:/MAKALAH IAD.Com.Aspergillus. Diakses tanggal 10

Mei 2011. Pukul 04:27 WITA