Upload
phungnguyet
View
222
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
Input Tranformation(production processes)
Output (product)
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Sistem Produksi
Sistem Produksi dapat diartikan sebagai sistem yang terdiri atas elemen
produksi (perangkat keras produksi) dan informasi tentang produksi [1]. Sistem
ini menggabungkan teknologi produksi dengan sistem informasi desain produk,
sistem informasi desain proses pembuatan, sistem informasi pengendalian
produksi, manajemen perusahaan dan sebagainya berkaitan dengan kegiatan
sebelumnya selama dan setelah kegiatan produksi. Gambar 2.1 menerangkan input
yang berupa material akan mengalami proses transformasi (proses produksi) yang
hasil keluarannya merupakan produk yang siap dipasarkan.
Gambar 2.1. Diagram Umum Proses Produksi [1]
Pada awalnya sistem produksi bertujuan untuk mengoptimalkan kegiatan
produksi dalam perusahaan sehingga waktu pengerjaan produksi dapat ditekan
serendah mungkin. Pengerjaan produk yang lebih cepat mengakibatkan makin
banyak produk yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dalam satuan waktu
tertentu, sehingga makin banyak produk yang dapat dijual ke pasar. Dengan
berjalannya waktu telah memaksa sistem produksi untuk mengintegrasikan
berbagai kegiatan pendukung produksi ke dalam sistemnya karena perusahaan
harus meningkatkan fleksibilitas kegiatan. Fleksibilitas suatu perusahaan akan
menjadi sangat penting karena kompetisi dengan perusahaan lain terus meningkat,
perusahaan dituntut untuk lebih berorientasi dengan pasar, kompleksitas dan
5
ketidaktentuan desain produk akibat pasar makin cerdas dalam memilih produk
yang dibutuhkan, serta umur pakai produk makin singkat.
Computer Integrated Manufacturing (CIM) adalah upaya untuk
mengintegrasikan kegiatan produksi dengan bantuan komputer. Kegiatan desain
dan perencanaan proses terintegrasi dengan kegiatan produksi sehingga
pertukaran informasi dapat terjadi dengan lebih baik dan lebih cepat antara
berbagai perangkat lunak dan perangkat keras yang dimanfaatkan dalam sistem
produksi pada perusahaan.
2.2 Sistem Produksi Terdistribusi Mandiri (SPTM)
Sistem Produksi Terdistribusi Mandiri (SPTM) merupakan sistem
produksi dimana lini masing-masing bagian operasi produksi memiliki
kemandirian untuk melakukan fungsi otonom termasuk pengambilan keputusan
pengendalian, pendistribusian masalah dan tugas serta koordinasi dalam
pengambilan keputusan. Secara ringkas dapat dilihat pada penjelasan berikut [1]:
- Pemberian otonomi produksi, dimana masing-masing elemen produksi
diberi otonomi untuk melakukan fungsi monitoring, pengambilan
keputusan, pengendalian dan fungsi komunikasi. Fungsi monitoring
digunakan untuk mengetahui status dirinya. Fungsi pengambilan
keputusan digunakan untuk menentukan proses produksi yang paling
sesuai dilakukan berdasarkan kriteria yang dimiliki dan status dirinya.
Fungsi pengedalian digunakan untuk mengendalikan dirinya sendiri dalam
melaksanakan operasi produksi. Sedangkan fungsi komunikasi digunakan
untuk menginformasikan data pada elemen produksi lainnya tentang status
dan hasil pengambilan keputusan.
- Pendistribusian tugas pada elemen produksi, penyelesaian masalah
yang dihadapi oleh sistem produksi dilakukan secara terdistribusi oleh
elemen-elemen produksi yang masing-masing memiliki otonom.
Sedemikian tidak terdapat pengaturan terpusat atau pengendali yang
mengatur secara langsung aktivitas elemen-elemen produksi.
- Pengkoordinasian hasil pengambilan keputusan, dalam hal ini kasus
elemen produksi harus dapat melakukan pengambilan keputusan secara
6
mandiri. Pada kenyataan akan mungkin terjadi konflik sedemikian akan
dibutuhkan suatu mekanisme negosiasi untuk pengkoordinasian hasil
pengambilan keputusan oleh masing-masing elemen produksi.
2.3 Pemodelan Sistem Produksi dan SPTM
Model merupakan representasi logis yang paling sederhana dalam
menganalisa suatu sistem sebelum diterapkan pada kondisi sebenarnya. Konsep
pemodelan sudah sangat berkembang demikian luas dalam berbagai bidang ilmu
termasuk dunia mesin dan manufaktur. Sistem produksi dalam perusahaan dalam
hal ini dapat juga dimodelkan sebagai simulasi perangkat lunak pada komputer.
Pada proses pemodelan ini berbagai kondisi yang mungkin terjadi pada sistem
dianalisa diperkirakan dan diantisipasi.
Pada SPTM industri dimodelkan sebagai suatu virtual factory yang
dianalisis pada komputer. Sistem yang dimodelkan berdasarkan konsep SPTM
berangkat dari sel terkecil yang membutuhkan pemodelan mulai dari produk,
operator hingga keseluruhan perusahaan. Sebagai suatu kesatuan oleh karena itu
terdapat metoda tersendiri dalam proses pemodelan perangkat lunak untuk
mengembangkan konsep SPTM.
2.4 Konsep Pemodelan
2.4.1 Definisi Model
Model is an abstract representation of a sistem from the modeler's
viewpoint.[2] Model didefenisikan sebagai suatu representasi (perwakilan) yang
memadai dari suatu masalah dalam bentuk yang lebih sederhana dan mudah
dikerjakan. Semakin banyak variabel yang dimasukkan dalam model, semakin
dekat pula model terhadap keadaan sebenarnya, tetapi semakin rumit pula model
tersebut.
7
2.4.2 Kegunaan Model
Model mempunyai banyak kegunaan, antara lain [3]:
1. Mempermudah dalam menjelaskan sesuatu. Contoh: lebih mudah
menjelaskan sususan molekul dengan model daripada dengan kata-
kata.
2. Membuat perkiraan. Contoh: model matematik laju pertumbuhan
penduduk.
3. Tidak mungkin menggunakan objek aslinya, karena alasan biaya atau
keselamatan. Contoh: pengujian tabrakan kendaraan bermotor.
2.4.3 Jenis Model
Model dapat mempunyai beberapa wujud, antara lain [3]:
1. Model Ikonis
Adalah model yang berbentuk benda tiruan atau gambar dari masalah
yang sebenarnya, baik dalam skala yang diperbesar ataupun diperkecil.
Sebagai contoh: model kapal, model mobil, model rumah, dan
sebagainya.
2. Model Analog
Dalam pemodelan jenis ini, masalah yang dihadapi
diterjemahkan/dianalogikan ke dalam bentuk baru yang lebih efisien
berdasarkan sifat dan kelakuan benda yang sebenarnya masih dimiliki.
Contohnya: model rangkaian listrik untuk memodelkan perpindahan
panas
3. Model Simbolis/Matematik
Suatu permasalahan dimodelkan dengan menggunakan pendekatan
secara matematis. Contohnya: model pertambahan penduduk,
persamaan matematis untuk gerak terjun bebas dan sebagainya.
2.4.4 Pemodelan dengan UML
Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yg telah
menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan
mendokumentasikan sistem piranti lunak. UML menawarkan sebuah standar
8
untuk merancang model sebuah sistem. UML memiliki standar internasional yaitu
ISO/IEC 19501:2005 Information technology -- Open Distributed Processing --
Unified Modeling Language (UML) Version 1.4.2. [4]
UML dikembangkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh dan Ivan
Jacobson. Pengembangan UML dimulai pada tahun 1994 dan sejak tahun 1996,
pengembangan tersebut dikoordinasikan oleh Object Management Group (OMG –
http://www.omg.org). Tahun 1997, UML versi 1.1 muncul dan saat ini versi
terbaru 2.0 dan sekaramg sedang dikembangkan ke versi 2.1.
UML merupakan metode pemodelan secara visual atau menggunakan
notasi grafis yang telah disepakati sebelumnya. Pemodelan tersebut disajikan
dalam bentuk diagram-diagram, antara lain [5]:
1. Use Case Diagram
Menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang
ditekankan adalah “apa” yang dibuat sistem, bukan “bagaimana”. Sebuah
use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem.
Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya login ke sistem,
membuat sebuah daftar belanja, dan sebagainya. Seorang/sebuah aktor
adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Contoh Use Case Diagram:
9
Gambar 2.2 Contoh Use Case Diagram
2. Class Diagram
Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan
sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain
berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu
sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan
tersebut (metoda/fungsi).Class Diagram menggambarkan struktur dan
deskripsi classs, package dan objek beserta hubungannya satu sama lain
seperti containment, pewarisan, asosiasi dan lain-lain.
Contoh Class Diagram:
10
Gambar 2.3 Contoh Class Diagram
3. Statechart Diagram
Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan (dari
satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari
stimuli yang diterima. Pada umumnya statechart diagram menggambarkan
class tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu statechart
diagram).
Contoh Statechart Diagram:
Gambar 2.4 Contoh Statechart Diagram
11
4. Activity Diagram
Activity diagram menggambarkan berbagai alir (flow) aktivitas dalam
sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal,
decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity
diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi
pada beberapa eksekusi.
Contoh Activity Diagram:
Gambar 2.5 Contoh Activity Diagram
5. Sequence Diagram
Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di
sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa
message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas
12
dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang
terkait).
Contoh Sequence Diagram:
Gambar 2.6 Contoh Sequence Diagram
6. Collaboration Diagram
Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar objek seperti
sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing-masing
objek dan bukan pada waktu penyampaian message. Setiap message
memiliki sequence number, di mana message dari level tertinggi memiliki
nomor 1. Messages dari level yang sama memiliki prefiks yang sama.
Contoh Collaboration Diagram:
13
Gambar 2.7 Contoh Collaboration Diagram
7. Component Diagram
Component diagram menggambarkan struktur dan hubungan antar
komponen piranti lunak, termasuk ketergantungan (dependency) di
antaranya. Komponen piranti lunak adalah modul berisi code, baik berisi
source code maupun binary code, baik library maupun executable, baik
yang muncul pada compile time, link time, maupun run time. Umumnya
komponen terbentuk dari beberapa class dan/atau package, tapi dapat juga
dari komponen-komponen yang lebih kecil. Komponen dapat juga berupa
interface, yaitu kumpulan layanan yang disediakan sebuah komponen
untuk komponen lain.
Contoh Component Diagram:
14
Gambar 2.8 Contoh Component Diagram
8. Deployment Diagram
Deployment/physical diagram menggambarkan detail bagaimana
komponen di-deploy dalam infrastruktur sistem, di mana komponen akan
terletak (pada mesin, server atau piranti keras apa), bagaimana
kemampuan jaringan pada lokasi tersebut, spesifikasi server, dan hal-hal
lain yang bersifat fisikal.
Contoh Deployment Diagram:
15
Gambar 2.9 Contoh Deploymant Diagram
Secara Umum.terdapat tiga model utama dalam pengembangan sistem
dalam UML [4]:
− Model Fungsional, yang menunjukkan fungsional sistem dari sudut
pandang pengguna (user). Contohnya adalah Use Case Diagram.
− Model Objek, yang menunjukkan struktur dan sub-struktur dari sistem
dengangan menggunakan objek, sifat (attribute), operasi, dan hubungan
(association). Misalnya adalah Class Diagram.
− Model Dinamik, yang menunjukkan tingkah laku (behaviour) dari sistem.
Misalnnya adalah Sequence Diagram, Activity Diagram, Statechart
Diagram.
16
2.5 Spesifikasi Geometri[6]
Ketidaksempurnaan proses produksi menyebabkan proses duplikasi
produk tidak akan sempurna dicapai melainkan akan dihasilkan produk yang
berbeda-beda karakterisitiknya. Hal tersebut menyebabkan produk yang
dihasilkan beragam dan bervariasi. Perbedaan karakteristik yang kecil bisa sangat
berarti dan sebaliknya perbedaan yang besar belum tentu menunjukkan proses
produksi yang dilakukan tidak berguna, tergantung sejauh mana masalah ini
dinilai. Hal ini menuntut kesadaran perancang produk untuk memberikan suatu
harga toleransi pada waktu spesifikasi produk ditetapkan. Pemberian toleransi
berarti menentukan batas-batas maksimum dan minimum untuk letak
penyimpangan karakteristik produk, yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan
proses produksi.
Sesuai dengan jenis karakteristiknya, spesifikasi tersebut bisa menyangkut
material, fisik maupun geometri/geometrik. Spesifikasi geometrik mencakup
ukuran/dimensi (dimension), posisi (posisition) serta kekasaran/kehalusan
permukaan (surface roughness/smoothness) dari produk. Spesifikasi geometrik
biasanya berupa gambar teknik. Pada suatu produk, tidak semua ukuran, bentuk
dan kekasaran dianggap penting, hanya bagian-bagian tertentu saja yang dianggap
penting/kritis. Hal ini tergantung pada fungsi bagian/elemen tersebut. Bagian/
elemen geometrik yang tidak kritis, sebaiknya tidak perlu diberikan toleransi
geometrik, tetapi bukan berarti elemen geometrik tersebut harus sempurna atau
boleh menyimpang terlalu besar terhadap harga pada spesifikasi yang ditetapkan.
Jika suatu elemen geometrik tidak diberi toleransi atau bertoleransi bebas/ terbuka
(open tolerance) berarti elemen geometrik tersebut diperbolehkan menyimpang
secara wajar (sesuai dengan kemampuan mesin dan operator).
Elemen-elemen yang kritis / penting dari suatu produk, harus memiliki
toleransi yang pasti. Hal ini bisa ditinjau dari beberapa aspek :
1. Aspek fungsi komponen, seperti :
• Ketelitian gerakan dan kecepatan yang diperlukan oleh komponen-
komponen mesin yang melakukan gerakan-gerakan kinematik,
misalnya : kem, roda gigi, ulir penggerak, dan sebagainya.
17
• Berat, volume atau momen inersia komponen yang berputar
dengan kecepatan tinggi yang memerlukan penyeimbangan secara
dinamik.
• Kekuatan dan ketahan lelah bagi komponen dengan beban dinamik.
• Kemudahan bergerak dan umur komponen.
2. Aspek perakitan,
Pada proses perakitan, geometri elemen-elemen yang menempel harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu kondisi
pasangan atau suaian (fits) seperti yang dikehendaki. Suaian (fits) tersebut
dapat berupa :
• Suaian longgar (Clearance fit)
Yaitu suaian yang selalu akan menghasilkan kelonggaran
(clearance) karena daerah toleransi lubang selalu terletak di atas
daerah toleransi poros.
• Suaian pas (Transition fit)
Yaitu suaian yang dapat menghasilkan kelonggaran ataupun
kerapatan karena daerah toleransi lubang dan daerah toleransi
poros saling berpotongan.
• Suaian paksa (interference fit)
Yaitu suaian yang selalu menghasilkan kerapatan karena daerah
toleransi lubang selau terletak di bawah daerah toleransi poros.
3. Aspek pembuatan
Pemberian toleransi pada bagian-bagian yang akan dicekam dengan alat
bantu cekam (fixture), yang mana bagian tersebut akan digunakan sebagai
acuan pemosisi untuk bagian-bagian yang lain.
2.6 Alat Ukur dan Metode Pengukuran
2.6.1 Alat Ukur
Untuk menjamin suatu produk telah sesuai dengan spesifikasi geometrik
yang ditentukan sebelumnya, maka diperlukan suatu pemeriksaan (inspection)
atau dengan kontrol kualitas (quality control) pada produk tersebut. Pemeriksaan
18
dan kontrol kualitas dilakukan dengan cara mengukur setiap bagian dari produk
sesuai spesifikasi geometriknya.
Untuk melakukan pengukuran terhadap spesifikasi geometrik, diperlukan
alat ukur geometrik. Alat ukur geometrik dapat diklasifikasikan menurut prinsip
kerja, kegunaan, atau sifatnya. Dari cara klasifikasi ini yang lebih sederhana
adalah klasifikasi menurut sifatnya, yang mana alat ukur geometrik dapat dibagi
menjadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan, yaitu [6] :
• Jenis dasar
1. Alat ukur langsung; hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada
skala alat ukur tersebut. Kecermatannya rendah s.d. menengah,
yaitu dari 1 s.d. 0,002 mm.
2. Alat ukur pembanding / komparator; diguanakan untuk pembacaan
besarnya selisih suatu dimensi terhadap ukuran standar. Umumnya
memiliki kecermatan menengah (kurang dari 0,01 mm) sampai
dengan kermatan tinggi (kurang dari 0,001 mm), tetapi memiliki
kapasitas ukur yang terbatas.
3. Alat ukur acuan / standar; mampu memberikan suatu harga ukuran
tertentu. Digunakan bersama-sama dengan alat ukur pembanding
untuk mementukan dimensi suatu objek ukur. Dapat mempunyai
skala yang dimiliki alat ukur standar yang dapat diatur harganya
atau tidak memiliki skala karena hanya mempunyai satu harga
nominal.
4. Alat ukur batas (kaliber); mampu menunjukkan apakah suatu
dimensi, bentuk, dan posisi, terletak di dalam atau di luar daerah
toleransinya. Dapat memiliki skala, tetapi pada umumnya tidak
mempunyai skala karena memang dirancang untuk pemeriksaan
toleransi suatu objek ukur yang tertentu (spesifik).
5. Alat ukur bantu; sebenarnya tidak termasuk alat ukur dalam arti
yang sesungguhnya, akan tetapi memiliki peranan penting dalam
pelaksanaan suatu proses pengukuran geometrik.
19
• Jenis turunan :
Dua jenis turunan berikut, dapat merupakan salah satu dari tiga jenis
pertama diatas atau gabungannya, yaitu :
1. Alat ukur khas (khusus, spesifik); dibuat khusus untuk mengukur
geometri yang khas, misalnya kekasaran permukaan, kebulatan,
profil gigi suatu roda gigi , dan sebagainya.
2. Alat ukur koordinat; Memiliki sensor yang dapat digerakkan dan
dibaca dalam tiga arah koordinat kartesian (X,Y,Z), dapat memiliki
sumbu putar (koordinat polar), memerlukan penganalisis data titik-
titik koordinat untuk diproses menjadi informasi yang lebih jelas
(diameter lubang, jarak sumbu, dan sebagainya).
2.6.2 Metode Pengukuran
Method a particular procedure for accomplishing or approaching
something [7]. Metode adalah suatu prosedur tertentu untuk menyelesaikan atau
mencapai suatu hal. Dapat disimpulkan, metode pengukuran adalah suatu
prosedur untuk melakukan suatu proses pengukuran, yaitu membandingkan suatu
besaran dengan besaran acuan/pembanding/referensi.
Metode pengukuran mencakup prosedur pemakaian alat ukur dalam
melakukan proses pengukuran terhadap suatu objek ukur dari benda ukur maupun
perlakuan terhadap benda ukur sebelum dilakukan pengukuran. Yang dimaksud
objek ukur adalah bagian-bagian tertentu dari benda ukur yang dilakukan suatu
proses pengukuran. Suatu benda ukur dapat mempunyai lebih dari satu objek
ukur.
Proses pengukuran dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi alat ukur
menurut sifatnya, yaitu sebagai berikut [6]:
1. Pengukuran langsung
Adalah pengukuran dengan memakai alat ukur yang mana hasil
pengukuran dapat langsung terbaca pada skala yang telah dikalibrasi pada
alat ukur tersebut. Merupakan cara yang dipilih seandainya
memungkinkan. Proses pengukuran dapat cepat diselesaikan. Alat ukur
20
langsung pada umumnya memiliki kecermatan yang rendah dan
pemakaiannya dibatasi , yaitu :
− Karena daerah toleransi lebih kecil dari kecermatan alat ukur
− Karena kondisi fisik objek ukur tidak memungkinkan untuk
digunakan alat ukur langsung
− Karena tidak cocok dengan imajinasi ragam daerah toleransi (tidak
sesuai dengan jenis toleransi yang diberikan pada objek ukur
misalnya toleransi bentuk dan posisi sehingga memerlukan proses
pengukuran khusus)
2. Pengukuran tak langsung
Merupakan proses pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai
berbagai jenis alat ukur pembanding/komparator, standar, dan bantu.
Perbedaan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur pembanding sewaktu
objek ukur dibandingkan dengan ukuran standar (pada alat ukur standar)
dapat digunakan untuk menentukan dimensi objek ukur. Alat ukur
pembanding pada umumnya memiliki kecermatan yang tinggi, sedangkan
alat ukur standar memiliki kualitas (ketelitian) yang dapat diandalkan,
maka proses pengukuran tak langsung dapat dilaksanakan sebaik mungkin
untuk menghasilkan harga yang cermat serta dapat
dipertanggungjawabkan (teliti dan tepat). Proses pengukuran tak langsung
umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif lama.
3. Pemeriksaan dengan kaliber batas
Dinamakan sebagai proses pemeriksaan karena tidak menghasilkan data
angka (numerik) seperti halnya proses pengukuran. Pemeriksaan dilakukan
untuk memastikan apakah objek ukur (objek pemeriksaan) memiliki harga
yang terletak di dalam atau di luar daearah toleransi ukuran, bentuk, dan
atau posisi. Objek ukur dianggap baik jika terletak di dalam daerah
toleransi dan di katakan jelek bila batas materialnya (permukaannya)
berada di luar daerah toleransi yang dimaksud. Proses pemeriksaan
berlangsug cepat dan cocok untuk menangani pemeriksaan kualitas
geometrik produk hasil proses produksi massal.
21
4. Perbandingan dengan bentuk acuan
Pada prinsipnya, pemeriksaan dilakukan bukan untuk menentukan dimensi
atau toleransi suatu benda ukur secara langsung, akan tetapi lebih kepada
kebenarannya bila dibandingkan dengan bentuk standar.
5. Pengukuran geometri khusus
Berbeda dengan pemeriksaan secara perbandingan, pengukuran geometri
khusus benar-benar mengukur geometri benda ukur tersebut. Dengan
memperhatikan imajinasi daerah toleransinya, alat ukur, dan prosedur
pengukuran dirancang dan dilaksanakan secara khusus. Berbagai masalah
pengukuran geometri umumnya ditangani dengan cara ini, misalnya
kekasaran permukaan, kebulatan poros atau lubang, geometri ulir, dan
geometri roda gigi.
6. Pengukuran dengan mesin ukur koordinat
Merupakan alat ukur yang memiliki tiga sumbu gerak yang membentuk
sumbu koordinat kartesian (X,Y,Z). MUK (CMM; Coordinate Measuring
Machine) merupakan alat ukur geometrik modern dengan memanfaatkan
komputer untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap benda ukur
serta menganalisis data pengukuran.
Beberapa contoh dari proses pengukuran dapat dilihat pada gambar 2.10.
22
Gambar 2.10 Contoh Proses Pengukuran [6]
2.6.3 Pemilihan Alat Ukur dan Metode Pengukuran
Dalam menentukan alat ukur beserta metodenya yang akan digunakan
untuk mengukur benda ukur, beberapa faktor perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Bentuk objek ukur [6].
Pemilihan alat ukur dan metode pengukurannya didasarkan pada mungkin
tidaknya suatu bentuk objek ukur diukur dengan alat ukur yang ada.
Bentuk objek ukur tertentu mungkin membutuhkan alat ukur yang harus
dirancang secara khusus.
2. Kuantitas atau jumlah produk yang akan diukur [8].
Jumlah part tiap batch atau jumlah total dalam periode waktu tertentu
sangat berpengaruh terhadap pemilihan alat ukur dan metode
pengukurannya, akan tetapi seberapa besar jumlahnya tergantung pada tipe
produknya. Jika jumlah produk kecil, mungkin tidak dibutuhkan alat ukur
23
khusus untuk melakukan pengukuran, kemungkinan semua informasi
dapat didapatkan dengan alat ukur sederhana. Akan tetapi, jika jumlah
produk besar, jika menggunakan alat ukur dasar akan memakan waktu
yang cukup lama, katakanlah 10% dari waktu kerja yang tersedia. Hal ini
akan membutuhkan alternatif lain, salah satunya menggunakan alat ukur
khusus yang didesain dan dibuat untuk tujuan khusus atau dapat pula
menggunakan alat ukur multi-axis yang didesain dengan perangkat lunak
untuk melakukan tugas tertentu. Keputusan alternatif yang mana yang
akan dipilih, akan sangat dipengaruhi oleh keekonomisannya. Dalam hal
ini, ongkos kerja alat ukur akan berbanding terbalik dengan penghematan
waktu pengukuran.
3. Kecermatan yang dibutuhkan dalam proses pengukuran [8].
Kecermatan adalah salah satu sifat yang dimiliki alat ukur. Kecermatan
alat ukur yang dipilih sebaiknya sekitar 10% dari daerah toleransi objek
ukur. Jika dipilih alat ukur yang lebih baik kecermatannya , maka akan
berpengaruh terhadap ongkos pengukuran dan waktu pengukuran,
walaupun hal ini mungkin dan lebih disarankan untuk menggunakan alat
ukur yang lebih baik kecermatannya dengan konsekuensi yang telah
disebutkan sebelumnya.