26
15 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Sesuai dengan titel Bab yaitu Tinjauan Kepustakaan berisi suatu tinjauan terhadap buku atau karya tulis yang khusus membicarakan tentang Trust Receipt. Meskipun Penulis menyadari bahwa kepustakaan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia tentang Trust Receipt memang sama sekali hampir tidak ada. Adapun tujuan pemaparan hasil studi kepustakaan dimaksud tidak lain adalah untuk menjawab perumusan masalah yang telah Penulis kemukakan dalam Bab terdahulu 1 , yaitu menggambarkan bagaimana Trust Receipt dalam mengatasi persoalan tidak dapat dikusainya bill of lading oleh importir dalam perdagangan internasional. Pokok-pokok analisa kepustakaan dalam uraian ini terdiri dari 1) Hakikat Trust Receipt menurut Kepustakaan, 2) Kemudian diikuti dengan Para Pihak dalam Suatu Trust Receipt, 3) Kausa Surat Perwaliamanatan (The Letter of Trust), 4) Trust Receipt Jalan Pemecah Soal, 5) Trust Receipt dan Resi Gudang, 6) Sekilas Mengenai Jaminan Khusus dalam Perdagangan Internasional, 7) Jaminan dalam Kredit Berdokumen, 8) Gadai Sebagai Jaminan Tambahan, 9) Formalitas Jaminan Gadai, 10) Penggunaan Atas Gadai Sudah Cukup, 11) Persoalan dalam 1 Kepustakaan yang dirujuk oleh Bab ini adalah buku Jeferson Kameo, SH, LLM, Ph.D., Pembiayaan dalam Perdagangan Internasional (Suatu Kapita Selekta untuk Hukum dan Transaksi Bisnis Internasional) Fakultas Hukum UKSW Salatiga.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3338/3/T1_312007059_BAB II.pdf · Pembiayaan dalam Perdagangan Internasional (Suatu Kapita

Embed Size (px)

Citation preview

15

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Sesuai dengan titel Bab yaitu Tinjauan Kepustakaan berisi suatu tinjauan

terhadap buku atau karya tulis yang khusus membicarakan tentang Trust Receipt.

Meskipun Penulis menyadari bahwa kepustakaan yang ditulis dalam Bahasa

Indonesia tentang Trust Receipt memang sama sekali hampir tidak ada.

Adapun tujuan pemaparan hasil studi kepustakaan dimaksud tidak lain

adalah untuk menjawab perumusan masalah yang telah Penulis kemukakan dalam

Bab terdahulu1, yaitu menggambarkan bagaimana Trust Receipt dalam mengatasi

persoalan tidak dapat dikusainya bill of lading oleh importir dalam perdagangan

internasional.

Pokok-pokok analisa kepustakaan dalam uraian ini terdiri dari 1) Hakikat

Trust Receipt menurut Kepustakaan, 2) Kemudian diikuti dengan Para Pihak

dalam Suatu Trust Receipt, 3) Kausa Surat Perwaliamanatan (The Letter of Trust),

4) Trust Receipt Jalan Pemecah Soal, 5) Trust Receipt dan Resi Gudang, 6)

Sekilas Mengenai Jaminan Khusus dalam Perdagangan Internasional, 7) Jaminan

dalam Kredit Berdokumen, 8) Gadai Sebagai Jaminan Tambahan, 9) Formalitas

Jaminan Gadai, 10) Penggunaan Atas Gadai Sudah Cukup, 11) Persoalan dalam

1 Kepustakaan yang dirujuk oleh Bab ini adalah buku Jeferson Kameo, SH, LLM, Ph.D.,

Pembiayaan dalam Perdagangan Internasional (Suatu Kapita Selekta untuk Hukum dan Transaksi

Bisnis Internasional) Fakultas Hukum UKSW Salatiga.

16

Gadai, 12) Cara Bank Menyediakan Dana, 13) Pembiayaan Melalui Surat

Sanggup, 14) Ciri – Ciri Pemberian Kuasa dan Sedikit Mengenai Konversi

2.1. Trust Receipt dalam Ilustrasi Pustaka

Importir atau Pembeli dalam ilustrasi yang terdapat dalam Putusan 1887

adalah si (Bank Pemohon) di Jakarta – melalui permohonan penerbitan L/C

kepada the Chartered Bank Jakarta.

Kredit berdokumen (documentary credit) adalah tanda bahwa importir

telah memeroleh dana di muka dari bank dimana si (Bank Pemohon) tersebut

menjadi kostumer atau nasabah.

Dana di muka tersebut, digunakan (Bank Pemohon) untuk membayar

harga barang yang pada hakikatnya diimpor oleh Bank Pemohon L/C dari the

Chartered Bank Jakarta dari si Phospate Mining Co.Ltd. (eksportir) di Australia.

Artinya sekilas hal itu berarti bahwa si (Bank Pemohon) di Jakarta, harus

membayar kredit kepada bank (the Chartered Bank) di Jakarta tersebut.

Setelah barang - barang impor itu (3000 metric ton pupuk) dia terima

dalam bentuk menerima dokumen – dokumen ekspor dalam bentuk document

credit dari pihak pengangkut, importir (Bank Pemohon) menjual barang itu

hingga laku terjual.

Pelepasan dokumen-dokumen yang dilakukan oleh (Bank Pemohon) itu

dilakukan secara mutlak atau tanpa syarat.

17

(unconditional) kemungkinan, bisa saja terjadi, meskipun hal seperti itu

merupakan hal yang istimewa, si (Bank Pemohon) dianggap telah membayar

lunas kredit berdokumen (L/C) yang dibukanya dari banknya di Jakarta, yaitu the

Chartered Bank Jakarta.

Dalam hal ini, bank (Bank Pemohon) atau importir itu dapat saja

memberikan fasilitas kredit kepada (pihak lain) tanpa jaminan atau dengan

jaminan (collateral).

Hal ini, kredit tanpa jaminan, merupakan suatu hal yang istimewa, sebab

sedikit menyimpang dari prinsip yang berlaku, yaitu bahwa pada umumnya kredit

yang diberikan oleh bank, mestinya harus selalu disertai dengan jaminan.2

Antara lain, jaminan tersebut diperoleh bank dari barang yang diimpor dan

atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan barang-barang import itu sambil

menunggu penjualan barang-barang import yang sudah ia terima untuk

memperoleh kembali kredit yang telah dibelanjakan oleh Bank Pemohon

(importir) yang berkududukan di Jakarta tersebut. 3

Ceritera di atas adalah gambaran atau suatu ilustrasi situasi Trust Receipt

dalam kepustakaan yang sangat singkat. Dengan kata lain, dalam gambaran

kepustakaan mana dapat dilihat apa yang disebut dengan perhubungan hukum

yang bernama Trust Receipt dalam perdagangan internasional.

2 Hal yang sama telah Penulis kemukakan pada catatan kaki No. 12 pada Bab I, supra.

3 Ilustrasi ini Penulis ambil / kutip dari Buku: Ibid, Jeferson Kameo SH.LLM.Ph.D, Bab VI, hal

131.

18

2.2. Hakikat Trust Receipt Menurut Kepustakaan

Apabila gambaran atau ilustrasi situasi Trust Receipt dicermati lebih

dalam, maka hampir dapat Penulis pastikan bahwa hubungan khusus seperti yang

terjalin antara PT. Bank Sejahtera Umum dengan PT. Gespamindo dengan tiga

PT. “tak berijin import” lainnya memang benar – benar ada.

Sebagaimana umum dipahami, pada tahun 19864, ketika reformasi masih

dalam persemaian, banyak hubungan bisnis yang tercipta dan dicurigai banyak

kalangan didasarkan atas “lobi-lobi politik” berlangsung tanpa ada rahasia.

Hubungan – hubungan seperti itu kadang kala berlangsung tanpa memerhatikan

akibat yang terjadi belakangan.

Seperti yang terjadi dalam kasus Putusan 1887; ternyata, PT. Gespamindo

dengan mudah dapat mencairkan B/L terkesan tanpa sepengetahuan PT. Bank

Sejahtera Umum yang sebetulnya apabila dikaji dengan seksama telah membeli

dokumen ekspor (antara lain B/L) dari The Chartered Bank Jakarta, sebagai suatu

hubungan hukum yang sah.

Memerhatikan gambaran atau ilustrasi hubungan hukum yang sah yang

baru saja Penulis dikemukakan di atas, maka Penulis berpendapat bahwa pada

prisipnya Trust Receipt adalah suatu kontrak (a contract). Pengertian Kontrak

sebagaimana Ilmu Hukum adalah suatu temuan yang pernah dikemukakan dalam

suatu thesis Ph.D.

4 Pandangan penulis didasarkan pada tahun Putusan 1887.

19

Berikut ini definisi orisinil Kontrak sebagai nama Ilmu Hukum dalam

thesis Doktor tersebut:

“It is the group of kind of obligations all concerned with legal

duties undertaken by persons, by promises to, or agreement

with, another, to give or do refrain from doing something to or

for another or with legal duties impossed by law to give or do

something to or for another where justice required it though

there is no promises”.5

Mengingat Trust Receipt pada hakikatnya adalah suatu kontrak (a

contract) sebagaimannya pengertiannya telah dikemukakan di atas, maka berikut

di bawah ini Penulis berusaha sedapat mungkin menganalisis kepustakaan yang

membahas Trust Receipt tersebut berdasarkan struktur suatu kontrak.

Ada pun struktur analisis kontraktual tersebut akan Penulis mulai dengan

menggambarkan terlebih dahulu para pihak (the party of contract).

2.3. Para Pihak dalam Suatu Trust Receipt

Para pihak dalam suatu Trust Receipt, pada prinsipnya terdiri pihak

perbankan yang kegiatan usahanya adalah dalam bidang pembiayaan atas

perdagangan (jual-beli) Internasional.

Dalam praktek sehari-hari, bisnis pembiayaan dalam perdagangan

internasional yang dijalankan oleh dunia perbankan itu dikenal dengan istilah

Corporate Banking.

5 Jeferson Kameo SH.LLM.Ph.D, Kontrak Sebagaimana Ilmu Hukum. Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga, hal. 2.

20

Dalam rangka Penulis memahami lebih jelas akan keberadaan para pihak

(perbankan) sebagai pihak atau the parties to contract dalam perdagangan yang

terlibat dalam Trust Receipt dimaksud, maka ilustrasi berikut ini barang kali akan

sedikit membantu bagi Penulis.

2.4. Kausa Surat Perwaliamanatan (The Letter of Trust)

Berikut ini, dalam kaitan yang sangat erat dengan permasalahan karya tulis

kesarjanaan ini, Penulis mengemukakan apa yang belum terlalu lama di kenal di

Indonesia, jika tidak mau dikatakan belum dikenal sama sekali, apa yang di sebut

dengan surat perwaliamanatan atau the letter of trust. Yang hakikatnya telah

penulis gambarkan diatas.

Jalan yang dibuka oleh hukum dan bernama Surat perwaliamanatan ini

muncul, mengingat si Bank PT. Bank Sejahtera Umum, kembali kepada ilustrasi

di atas, yang telah menggadaikan konosemen dan dokumen-dokumen

pengangkutan barang yang dia impor dari si Pihak Phospate Mining Co.Ltd., di

Australia itu kepada banknya di Jakarta (the Chartered Bank Jakarta), sangat

membutuhkan dokumen-dokumen itu.

Pihak PT. Bank Sejahtera Umum sebagai importir butuh konosemen dan

dokumen-dokumen itu, sebab dengan dia memegang konosemen dan dokumen-

dokumen terkait, maka pihak PT. Bank Sejahtera Umum dapat memeroleh

penguasaan, dalam hal ini, konkretnya, bisa mengambil barang impornya dari

pihak perusahaan Pengangkutan laut.

21

Sudah barang tentu, di balik semua itu, si PT. Bank Sejahtera Umum

ingin, kalau bisa dia menguasai barang-barang impor yang sudah tiba di Jakarta

tersebut dan menjual barang-barang tersebut kepada pembeli dalam hal ini PT.

Gespamindo, atau pihak-pihak yang sudah terlebih dahulu memesan dari PT.

Gespamindo, dalam hal ini ketiga PT. tanpa ijin impor itu.

Hal ini sangat masuk akal, sebab hasil dari penjualan yang dilakukan oleh

PT. Bank Sejahtera Umum atas barang-barang impor itu, akan mendatangkan

uang dan dengan uang itu dia PT. Bank Sejahtera Umum gunakan untuk

membayar kembali pinjaman yang dibukanya dari banknya di Jakarta tersebut,

dalam hal ini the Chartered Bank Jakarta.

2.5. Trust Receipt Jalan Pemecah Soal

Dengan menggunakan surat perwaliamanatan (Trust Receipt) itu maka

dapat diserahkan barang-barang yang diimpor oleh si PT. Bank Sejahtera Umum

dari si eksportir di Australia atau dapat diserahkan konosemen (B/L) dan

dokumen-dokumen terkait yang sedang dikuasai oleh banknya si PT. Bank

Sejahtera Umum.

Tadinya berfungsi sebagai jaminan gadai (plegde) yang diberikan oleh si

the Chartered Bank Jakarta kepada banknya si PT. Bank Sejahtera Umum di

Jakarta karena pembayaran barang oleh Banknya si PT. Bank Sejahtera Umum

belum dilunasi. Hal seperti itu tidak menghapuskan perikatan jaminan, dalam hal

22

ini gadai antara si PT. Bank Sejahtera Umum dan banknya dalam hal ini the

Chartered Bank Jakarta.

Artinya, penyerahan konosemen (B/L) dan dokumen-dokumen terkait

dalam documentary credit yang semula diberikan oleh si PT. Bank Sejahtera

Umum kepada banknya sebagai penerima gadai (pledge) kembali kepada

penguasaan the Chartered Bank sebagai pemberi gadai (pledgor), tidak

menghapuskan gadai.

Atau, tidak melanggar hukum yang mendikte dalam perikatan gadai bahwa

banknya si PT. Bank Sejahtera Umum harus selalu menguasai benda gadai. Inilah

reward, menurut pendapat Penulis, apabila orang patuh (obedience) kepada

kemerdekaan (freedom) atau kebebasan berkontrak yang didikte (the dictate of the

law).

Dalam hal ini, si PT. Bank Sejahtera Umum sebagai pemberi gadai

memegang atau menguasai konosemen dan dokumen-dokumen itu. PT. Bank

Sejahtera Umum juga menyimpan dalam tempat yang aman untuk kepentingan

banknya si PT. Bank Sejahtera Umum. Dapat pula, si PT. Bank Sejahtera Umum

menjual konosemen dan dokumen-dokumen terkait, simbol penjualan barang-

barang yang diimpor oleh si PT. Bank Sejahtera Umum dan dibiayai the

Chartered Bank Jakarta tersebut.

Dengan menguasai barang-barang itu, dalam hal ini konosemen dan

dokumen-dokumen terkait, maka si PT. Bank Sejahtera Umum yang tadinya

adalah si pemberi gadai menerima konosemen dan dokumen-dokumen itu tidak

23

atas namanya sendiri. Namun, si pihak PT. Bank Sejahtera Umum menguasai

dokumen – dokumen itu untuk kepentingan banknya si PT. Bank Sejahtera Umum

sebagai penerima gadai (pledge).

Dalam hal ini, banknya si PT. Bank Sejahtera Umum di Jakarta tersebut,

secara hukum masih tetap menguasai (constructive possession) konosemen dan

dokumen import yang terkait. Dalam arti banknya si PT. Bank Sejahtera Umum

tetap memegang konosemen dan dokumen-dokumen terkait, dan terutama barang-

barang yang nama, jenis, jumlah dan detailnya dirinci dalam konosemen yang

bersangkutan. Itulah gambaran kausa dari apa yang Penulis sebut sebagai surat

perwaliamanatan (Trust Receipt) di atas.6

Surat perwaliamanatan itu dengan sendirinya adalah suatu kausa atau

perjanjian (a contract). Di dalam dokumen mana si pihak PT. Bank Sejahtera

Umum menyatakan suatu perikatan perwaliamanatan (trust) bahwa sebagai

kontraprestasi dari dilepaskannya konosemen dan dokumen-dokumen terkait oleh

the Chartered Bank kepada si PT. Bank Sejahtera Umum. Maka si PT. Bank

Sejahtera Umum akan memegang konosemen dan dokumen-dokumen itu atas

dasar perhubungan hukum yang di dalam sistem hukum Inggris disebut dengan

trust atau perwaliamatan untuk banknya si PT. Bank Sejahtera Umum. Dalam hal

ini, PT. Bank Sejahtera Umum dapat menjual barang import tersebut kepada PT.

Gespamindo atas nama the Chartered Bank, bukan atas nama PT. Bank Sejahtera

Umum itu sendiri. Kemudian, hasil penjualan pupuk import 3.000 metric ton

6 Ibid

24

tersebut berlaku sebagai proceeds yang diserahkan oleh PT. Bank Sejahtera

Umum kepada the Chartered Bank Jakarta.

2.6. Trust Receipt dan Resi Gudang

Dalam kaitan dengan apa yang sedang dituntut dalam Trust Receipt

sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas, resi gudang diterbitkan atas nama

banknya si the Chartered Bank, bukan atas nama si PT. Bank Sejahtera Umum.

Hal ini sejalan dengan prinsip dalam Trust Receipt, yaitu bahwa pihak

seperti PT. Bank Sejahtera Umum misalnya, tidak menguasai barang impor atas

nama dirinya sendiri, tetapi mempunyai atau menguasai atas dasar

perwaliamanatan atas nama si Bank, yang dalam Putusan 1887 adalah pihak the

Chartered Bank yang telah membeli sebanyak 3.000 metric ton dari Bank di

Australia. The Chartered Bank menerbitkan L/C untuk PT. Bank Sejahtera

Umum. Membayar pupuk dari Phospate Mining Co. Ltd., di Australia.

Adapun maksud penerbitan resi gudang atas nama the Chartered Bank

adalah supaya banknya si PT. Bank Sejahtera Umum itu dapat menahan barang-

barang itu supaya tidak diambil oleh pembeli, terkecuali apabila uang milik

banknya si PT. Bank Sejahtera Umum yang belum dilunasi oleh si PT. Bank

Sejahtera Umum dengan pembukaan L/C oleh the Chartered Bank di Jakarta

sudah terbayarkan secara lunas.

Prinsip lainnya yang juga perlu dikemukakan di sini adalah bahwa hak

atas gadai yang dipegang oleh the Chartered Bank tidak dapat dikalahkan oleh si

25

PT. Bank Sejahtera Umum. Misalnya saja, dalam hal si PT. Bank Sejahtera

Umum menolak barang-barang itu. Sebab ketika si importir memeriksa barang-

barang impor dari si eskportir di Australia tersebut dan menemukan barang-

barang itu tidak sesuai dengan isi kontrak jual beli antara si importir dengan si

eksportir di Australia, mestinya dia akan menolak membeli /mengimpor.

Alasan pembenar untuk itu adalah bahwa gadai atas konosemen dan

dokumen-dokumen terkait yang diberikan oleh si PT. Bank Sejahtera Umum

kepada the Chartered Bank Jakarta secara otomatis menghalangi si PT. Bank

Sejahtera Umum untuk menggunakan haknya menolak barang-barang impor dari

si eksportir atas dasar alasan sebagaimana telah dikemukakan di atas. Hak yang

mungkin saja dapat dilakukan oleh si PT. Bank Sejahtera Umum itu jelas tak

dapat dilakukan sebab, pada kenyataannya si PT. Bank Sejahtera Umum tidak

dapat menguasai konosemen dan dokumen-dokumen terkait dalam arti

sepenuhnya. Konosemen dan dokumen-dokumen itu masih dalam keterkaitan

dengan surat perwaliamanatan (Trust Receipt).

2.7. Sekilas Mengenai Jaminan Khusus dalam Perdagangan Internasional

Apabila banknya the Chartered Bank Jakarta7 (the issuing bank) ingin

menyediakan dana untuk membiayai import yang dilakukan oleh importir, bank

kadang kala memborong membiayai semua import yang dilakukan. Dus Bank itu

7 Perspektif hukum dalam Kepustakaan, Ibid. Jeferson Kameo SH.LLM.Ph.D., apabila

dikaitkan dengan real case Putusan 1887 memberi kesan bahwa Bank-Bank seperti Bank

dalam Putusn 1887 adalah Bank-Bank yang mempunyai hubungan khusus dengan

“Costumer-nya”seperti PT. Bank Sejahtera Umum dengan the Chartered Bank Jakarta.

26

tidak hanya membiayai satu kegiatan import tertentu saja yang dilakukan oleh si

importir.

Sebagaimana telah Penulis singgung di atas, bisnis bank untuk membiayai

import dengan devisa yang berkelanjutan tersebut adalah bisnis yang disebut

sebagai corporate banking disamping Bank Retailer yang banyak menghasilkan

uang dan keuntungan yang besar bagi bank.

Apabila pembiayaan yang dilakukan, oleh bank penerbit L/C kepada si

importir tersebut meliputi semua kegiatan impor yang dilakukan maka menurut

pustaka yang ada, bank penerbit (The Issuing Bank) itu akan meminta dari

importir suatu surat jaminan, dalam surat atau akta mana pihak importir yang

dalam hal ini bisa saja suatu bank menyatakan bahwa dia menjaminkan semua

barang dan dokumen yang berkaitan dengan barang yang diimport kepada pihak

bank penerbit (The Issuing Bank) tersebut.

Jaminan itu diberikan kepada banknya si importir untuk setiap barang dan

dokumen import yang ada dalam setiap impor yang dilakukan oleh si importir dari

waktu ke waktu. Hal itu terjadi mengingat si importir seolah - olah menerima

pembiayaan di depan dari The Issuing Bank, juga dari bank tersebut untuk setiap

impor yang dilakukan olehnya dari waktu ke waktu.

Perlu dikemukakan di sini bahwa kaedah atau prinsip yang berlaku,

termasuk pula berlaku juga dalam tradisi hukum yang berlaku di Inggris, suatu

surat jaminan (a general letter of charge) atau suatu bentuk hak tanggungan

(hypothecation) yang diberikan oleh si importir dengan ciri-ciri seperti telah

27

dikemukakan di atas itu menyebabkan pihak importir, apabila ia bukan suatu

badan hukum, tidak berlaku untuk pihak ketiga. Terkecuali apabila si importir

mendaftarkan surat itu. Misalnya, di Indonesia pendaftaran di Kantor Pendaftaran

Fidusia Tentang Pendaftaran Fidusia itu dalam sistem hukum Indonesia dapat

dilihat dalam bagian kedua, mulai Pasal 11, UU No. 42 tahun 1999 tentang

jaminan Fidusia dan pendaftaran tentang hak tanggungan, kaedah yang mengatur

tentang pendaftaran hak tanggungan itu dalam itu dalam sistem hukum Indonesia

dapat ditemukan dalam pasal 13 UU No 14 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

atas Tanah beserta Benda - Benda yang Berkaitan Dengan Tanah.8

Apabila si importir adalah badan hukum, maka berdasarkan undang-

undang yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas di Inggris, surat yang

demikian tidak berlaku dalam proses likuidasi dan terhadap para kreditur.

Terkecuali, apabila surat seperti itu didaftarkan menurut sistem untuk penyetaraan

dengan bill of sale manakala si importir tidak berbadan hukum namun mendaftar

menurut rezim Pendaftaran sebagaimana diatur dalam undang-undang perseroan

terbatas. Dengan catatan bahwa keterangan penyetaraan dari otoritas domestik

ditera on the face of the record. Apabila tera penyetaraan seperti demikian tidak

ada, maka hal itu sama dengan tidak ada penyetaraan.

8 Inspirasi tentang analisis Studi Perbandingan (Comparatur Law Study) seperti ini Penulis

dapatkan dari bacan atas kepustakaan dalam footnote no.1, supra).

28

2.8. Jaminan dalam Kredit Berdokumen

Pada umumnya pihak bank, seperti the Chartered Bank di Jakarta dalam

ilustrasi yang telah Penulis kemukakan di atas itu, tidak semata-mata

mengandalkan surat jaminan seperti telah dikemukakan di atas untuk menciptakan

suatu mekanisme rasa aman bagi bank tersebut. Namun demikian, bank seperti itu

juga meminta dan menguasai suatu jaminan yang khusus terhadap setiap

pengapalan barang-barang yang diimpor oleh si importir dan dibiayai di muka

oleh dana yang disediakan oleh banknya si importir yang diperoleh dari Bank

Devisa seperti The Chatered Bank di Jakarta itu.

Ketentuan atau kaedah dan prinsip hukum seperti ini selalu muncul dalam

formulir atau blangko kredit yang disediakan oleh pihak bank untuk diisi oleh

pihak seperti si importir tersebut.

Kaitan erat dengan pembicaraan mengenai jaminan yang khusus

sebagaimana dikemukakan di atas tersebut, maka bentuk jaminan yang paling

banyak dipergunakan oleh bank seperti the Chartered Bank Jakarta adalah

menerima gadai.

Dalam hal ini ada pandangan bahwa seolah - olah “barang” yang dapat

digadaikan dalam transaksi itu adalah konosemen (bill of lading), serta berbagai

dokumen atau surat lainnya yang berkaitan dengan penggunaan jasa pengangkutan

untuk mengangkut barang yang diimpor oleh si importir yang ada di Jakarta

tersebut.

29

2.9. Gadai Sebagai Jaminan Tambahan

Hukum memberlakukan jaminan berupa gadai yang menggunakan

konosemen dan dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan sebagaimana

dikemukakan di atas itu sama dengan menerima barang jaminan gadai berupa

barang-barang impornya si importir yang dieksport oleh si eksportir dari Australia

tersebut. 9

Syarat yang dibutuhkan hanyalah pencantuman jenis dan jumlah serta

detail barang-barang impor tersebut dalam konosemen. Dengan pencantuman

barang-barang impor itu dalam konosemen dan konosemen itu dikuasai oleh

banknya si importir sebagai penerima gadai, maka lahirlah penguasaan secara

legal oleh banknya si importir atau si banknya importir mempunyai kepentingan

berupa hak untuk menguasai dalam benda-benda impor tersebut.

Gadai atas konosemen itu mulai berlaku sejak penyerahan konosemen

beserta dokumen pengangkutan yang berkaitan dengan barang impor tersebut

kepada pihak banknya si importir. Penyerahan itu bisa dilakukan dengan

andosemen atau tanpa andosemen (in blank). Atau, cara lain yang mungkin

ditempuh untuk maksud itu adalah banknya si importir dapat meminta kepada

importir supaya mengusahakan bersama-sama dengan si eksportir di Australia,

agar barang-barang itu dikirim kepada banknya si importir, secara langsung dan

oleh sebab itu banknya si importir menjadi consignee, atau pihak yang dituju

dalam pengiriman barang tersebut.

9 Negara eksportir telah Penulis ganti, tidak sama dengan kepustakaan yang Penulis rujuk

seluruhnya dalam Bab II ini, yaitu Pustaka dalam catatan kaki no. 1 Bab ini.

30

Hanya saja, dalam praktek, pada umumnya bank tidak mau menjadi

consignee, mengingat bank ingin menghindari tanggung jawab untuk membayar

ongkos kargo (freight) atau biaya pengiriman yang belum terbayarkan.

Menurut pendapat Penulis, Bank seperti PT. Bank Sejahtera Umum

memang bukanlah importir, tetapi suatu bank. Bank yang berkecimpung dalam

bisnis seperti di atas pada umumnya hanya berurusan dengan semata-mata

dokumen. Gadai atas konosemen itu terjadi pada saat penyerahan konosemen

kepada pihak bank dengan andosemen apabila dibutuhkan, dan tidak dituntut

sama sekali perlunya formalitas lainnya. Si pihak seperti PT. Gespamindo dapat

membeli secara kredit dari PT. Bank Sejahtera Umum yang telah membeli

dokumen ekspor dari The Chartered Bank Jakarta.

2.10. Formalitas Jaminan Gadai

Dimaksud dengan formalitas dalam hal ini adalah bahwa hukum

menegaskan tidak dibutuhkan adanya pendaftaran. Penelitian terhadap beberapa

peraturan perundangan yang berlaku di Inggris, dalam hal ini penelitian dimaksud

adalah penelitian Individuil yang dilakukan Jeferson Kameo SH.LLM.Ph.D di

Faculty of Law and Financial Studies University of Glasgow 2001-2005,

Skotlandia, tidak dipublikasikan, menunjukkan bahwa suatu gadai, sebagai suatu

jaminan karena si penerima menguasai barang yang bersangkutan (a possessory

security), tidak dapat dimasukkan dalam cengkraman rezim registrasi. Adapun

sebab demikian terjadi mengingat rezim undang-undang yang ada tidak mengenal

31

apa yang disebut dengan penyerahan konstruktif (constructive delivery). Tradisi

hukum sipil Indonesia yang mengatur mengenai Hukum Benda (Buku II)

KUHPerdata Indonesia mengenai hal ini dengan istilah constitutum posesorium.

2.11. Penguasaan Atas Gadai Sudah Cukup

Secara konsepsional, penguasaan di sini umumnya terjadi karena

perjanjian yang berlaku dalam tenggang waktu tertentu saja. Berdasarkan

perjanjian tertentu itu seseorang dapat menguasai benda milik orang lain secara

konstruktif misalnya karena sewa menyewa, pinjam pakai, gadai.

Orang yang menguasai benda itu tidak berkehendak memilikinya,

melainkan hanya memegang, memelihara, menyimpan atau menikmati bendanya

saja, diberikan dengan kaedah yang tegas bahwa oleh si pemilik benda, si pemakai

dijamin rasa aman dan tentram menggunakan barang tersebut.

Di Inggris, mengacu kepada undang-undang di Negara itu dikatakan

bahwa konosemen mendapat perlakuan istimewa, dalam hal ini dikecualikan

sebagai suatu dokumen yang dipergunakan dalam transaksi bisnis dan

perdagangan sehari-hari untuk menandakan adanya bukti penguasaan atas benda

atau pengendalian benda itu. Penulis berpendapat bahwa hal ini menandakan

bahwa tradisi hukum dagang sipil di Inggris menghormati hukum perdagangan

internasional yang asli (Lex Mercatoria).

32

2.12. Persoalan dalam Kaitan Gadai

Menjadi persoalan adalah, apabila banknya si importir itu harus melepas

penguasaan atas konosemen dan dokumen-dokumen terkait, dalam hal ini semua

itu diberikan kepada si importir secara tanpa syarat (unconditional), maka

menurut prinsip dan kaedah hukum yang memerintah institusi gadai (Pledge),

gadai adalah institusi hukum di Indonesia diatur dalam pasal 1150 s/d pasal 1160

KUHPerdata (Pledge) Pledge sama dengan gadai, Pledge berlaku di Inggris, satu

jenis perikatan jaminan di kolong langit ini, penguasaan banknya si importir atas

konosemen dan dokumen-dokumen terkait itu akan lenyap. Hal ini disebabkan

ketentuan pada gadai, yang mensyaratkan, bahwa kekuasaan atas bendanya harus

pindah / berada pada pemegang gadai sebagaimana diatur dalam pasal 115 ayat

(2) KUHPerdata.

Apabila dokumen "jaminan" itu dilepas ke dalam penguasaan si importir

di Jakarta tersebut. Sudah barang tentu, the Chartered Bank tersebut sama sekali

tidak menginginkan hal yang demikian itu terjadi. Pada prinsipnya, dalam suatu

gadai, maka ada tidaknya gadai sangat bergantung kepada penguasaan barang

gadai oleh banknya si importir di Jakarta sebagai penerima gadai secara

berkelanjutan.

Tetapi, kontrak sebagai nama ilmu hukum yang mengenal sebagai sumber

kebahagiaan (the law as the source of happines) tidak mudah frustrasi. Hukum

membuka atau lebih tepatnya menawarkan jalan dan memanggil kedua belah

pihak yang berbeban berat itu, hukum memberikan kelegaan, dalam hal ini

33

banknya si importir dan si importir sendiri untuk menggunakan apa yang disebut

di atas dengan surat perwaliamanatan. (Trust Receipt).

2.13. Cara Bank Menyediakan Dana

Dalam kompleks pembicaraan dan kajian khusus mengenai surat

perwaliamanatan, maka Penulis akan mengemukakan suatu gambaran tentang

bagaimana hukum memberikan kemungkinan kepada si Penjual atau eksportir,

dalam hal ini pihak seperti si eksportir di Australia untuk memeroleh dana dengan

menggunakan drafts dan juga kredit yang telah si eksportir peroleh.

Ada beberapa cara dalam mana suatu bank dapat menyediakan dana bagi

nasabahnya yang terlibat atau yang melakukan transaksi bisnis dalam

perdagangan internasional, atau yang didalam tradisi hukum tua di Indonesia

dikemas dengan istilah jual beli perusahaan.

Dalam hal ini, bagi pihak seperti si eskportir sambil menunggu menerima

uang hasil penjualan barang-barang yang telah ia jual kepada si importir di Jakarta

sebagaimana perjanjian jual beli yang telah diteken antara kedua belah pihak,

maka si bank dimana si eksportir itu menjadi nasabah akan menyediakan beberapa

pilihan bagi si eksportir.

Pilihan yang pertama adalah bahwa bank itu dapat membeli (negotiate)

draft milik si eksportir, yang telah dibuka karena ada uang yang dibayarkan

kepada si eskportir oleh si importir. Oleh banknya si importir dalam hal ini bank

penerbit L/C yang ada di Jakarta, atau kepada si bank pengadvis yang telah

34

menerima perintah untuk melakukan konfirmasi kepada si eksportir dari si bank

penerbit yang ada di Jakarta. 10

Hal ini berarti bahwa banknya si eksportir itu akan membeli draft atau

wesel milik si eksportir dan nantinya akan melakukan regres, baik kepada si

importir, atau kepada si bank penerbit yang ada di Jakarta. Atau, bisa juga kepada

si bank pengadvis yang telah menerima perintah dari bank penerbit di Jakarta

untuk melakukan konfirmasi bahwa ada kredit yang telah dibuka untuk

kepentingan si eksportir

Kemungkinan yang kedua adalah, sebagai kelanjutan dari pembelian atas

drafts dari si eksportir, maka banknya si eksportir itu kemudian menjual lagi draft

itu kepada pihak lain, baik seluruhnya ataupun sebagian dari nilai draft itu untuk

nantinya dikembalikan kepada si eksportir ketika jatuh tempo. Dan pada saat itu,

banknya si eksportir itu akan memeroleh kembali uang pengganti pada saat drafts

itu jatuh tempo dan pihak yang memegang terakhir draft itu mencairkan dana dari

pihak banknya si eksportir dalam hal ini eksportir.

Kemungkinan yang ketiga adalah, membuka suatu kredit yang disebut

dengan kredit berakseptasi untuk kepentingan si eskportir. Atau berjanji untuk

melakukan ekseptasi atas wesel (drafts) yang ditarik dari banknya si eksportir oleh

si eksportir sampai dengan jumlah uang tertentu. Selanjutnya si eksportir akan

dapat menjual drafts itu dengan potongan harga, atau diskonto (discount).

10 Uraian dalam bentuk ilustrasi seperti dikutip dalam Bab ini terkesan seperti suatu uraian praktek

perdagangan internasional, namun uraian seperti ini adalah uraian yang telah disederhanakan oleh

ahli hukum yang memahami legal issue.

35

Pilihan yang keempat adalah menerbitkan kredit berdokumen tumpangan

untuk kepentingan si suplayernya si eksportir, dalam hal ini pihak seperti si (M) di

Glassgow, supaya memungkinkan si eksportir memenuhi kewajibannya untuk

membayar kepada si (M) harga barang yang dia beli dari si (M) di Glasgow

berdasarkan perjanjian jual beli diantara mereka. Dengan ilustrasi seperti itu,

maka terlihat dengan jelas bahwa suatu kaedah hukum dalam Trust Receipt

kadang- kala mengatur perdagangan Internasional yang super kompleks, njelimet.

2.14. Pembiayaan Melalui Surat Sanggup

Berikut, masih ada suatu bentuk dari wesel (a bill) yang dijual dengan

harga diskonto dan memang sengaja dirancang untuk para eksportir dengan nama

forefeiting. Instrumen tersebut adalah suatu cara penyediaan pembiayaan melalui

penjualan surat sanggup (promissory notes) tanpa hak regres yang dibuat oleh

importir, juga wesel (bill of exchange) yang ditarik oleh si importir.

Mengingat si orang yang melakukan forefeiting, dalam hal ini disebut

forefeiter, membeli instrumen tersebut tanpa hak regres kepada si eksportir yang

menerbitkan atau yang melakukan andosemen terhadap instrumen-instrumen

seperti itu, maka ia biasanya mengharuskan kepada si importir untuk menanggung

kewajiban yang tertera di dalam surat sanggup (notes) tersebut atau yang tertera di

dalam wesel (bill of exchange) tersebut supaya ditopang lagi dengan garansi bank

(bank guarentee) atau dengan suretyship yang telah diandosemen. Semua surat

yang berharga itu akan dirediskonto oleh si forefeiter pada pasar sekunder.

36

Penggunaan bill of exchange yang ditarik oleh para eksportir dari para

importir telah menciptakan satu kesulitan sebab Konvensi Genewa tentang Bill of

Exchange yang mengatur mengenai berbagai jenis bill of exchange seperti itu

tidak memungkinkan si penarik wesel itu untuk mengecualikan adanya hak untuk

regres. Namun, si orang yang melakukan andosemen, dibolehkan untuk

melakukan hal itu, dalam hal ini mengecualikan hak regres, dan oleh sebab itu

biasanya para eksportir menerima surat sanggup untuk kepentingan dirinya dan

kemudian mengandosement surat sanggup itu kepada si forefeiter.

2.15. Ciri-Ciri Pemberian Kuasa

Terkandung di dalamnya juga pengertian, bahwa si importir akan

memegang konosemen dan dokumen-dokumen terkait dan akan menjual

konosemen dan dokumen-dokumen itu, terutama barang-barang dalam

konosemen tersebut sebagai agen atau kuasa dari banknya si importir di Jakarta.

Selanjutnya, penguasaan si importir atas konosemen dan dokumen-

dokumen itu juga berarti bahwa si importir akan memegang barang-barang itu

sampai dengan saat ketika barang-barang itu dijual, dan juga memegang hasil dari

penjualan (the proceeds) barang-barang itu atas dasar perikatan perwaliamanatan

untuk kepentingan banknya si importir.

Tegasnya, surat perwaliamanatan (Trust Receipt) itu mendirikan suatu

bangunan di atas prinsip bahwa dengan penyerahan konosemen dan dokumen-

dokumen terkait yang dilakukan oleh banknya si importir kepada si importir

37

adalah untuk kepentingan, atau maksud dan tujuan yang merupakan maksud dan

tujuannya bank si importir, dus dengan demikian bukan untuk kepentingan, atau

bukan untuk maksud dan tujuan yang merupakan maksud dan tujuannya si

importir, si importir barang-barangnya si eksportir di Australia dalam ilustrasi di

atas.

Mengacu kepada kaedah yang baru saja dikemukakan di atas itu, maka

surat perwaliamanatan itu harus dilihat sebagai suatu sarana atau alat yang didikte

oleh hukum untuk menjamin keberlangsungan perikatan gadai antara si importir

dan banknya si importir di Jakarta. Dus, tidak bermaksud untuk menghapus gadai

Surat perwaliamanatan itu, dengan demikian bukan suatu sarana atau alat

jaminan bersifat kontraktual yang baru, yang terpisah sama sekali dari jaminan

yang bersifat kebendaan yang lama, dalam hal ini gadai antara si importir dan

banknya si impotir itu.

Atas dasar itu pula lah, dan juga atas prinsip bahwa surat kepercayaan

seperti dalam trust antara si importir dan banknya si importir tidak perlu tunduk

kepada rezim pendaftaran. Sebab, surat kepercayaan (Trust Receipt) itu bukanlah

suatu bill of sale atau, dalam sistem hukum Indonesia setara dengan akta perikatan

jual beli yang dibuat di hadapan notaris, yang di dalam tradisi hukum wajib untuk

didaftarkan, supaya dapat berlaku bagi ketiga sebagai the real rights atau hak

kebendaan yang droit de suit.11

11 Droit de suit artinya hak atas benda mengikuti kemana saja benda itu berada.

38

Demikian pula, surat perwaliamanatan yang berkarakter Lex Mercatoria

atau hukum perdagangan internasional itu tidak sama dengan suatu pemberian

jaminan atas pembukuan suatu perusahaan (a charga on book debts), yang mana

dalam tradisi hukum Inggris diharuskan adanya penundukan diri terhadap rezim

pendaftaran.

Dalam praktek sebagaimana dicatat oleh hukum, ketika banknya si

importir melepas konosemen dan dokumen-dokumen terkait kepada si importir

atas dasar surat perwaliamanatan itu, maka pihak bank biasanya menuntut kepada

si importir untuk menyimpan barang-barang itu dalam gudang, atas nama banknya

si importir yang dalam Putusan 1887 adalah the Chartered Bank Jakarta.

2.16. Sedikit Mengenai Konversi

Seperti diketahui bersama, penolakan oleh si importir atas barang-barang

yang diimpor dari si eksportir di Australia itu kalau ada, harus dilakukan dengan

terlebih dahulu memberitahukan melalui suatu surat penolakan. Dalam surat itu

harus dilampirkan konosemen dan dokumen-dokumen terkait. Padahal pada saat

yang bersamaan, konosemen dan dokumen terkait itu ada dalam penguasaan

banknya si importir, meskipun melalui surat perwaliamanatan dipegang oleh si

importir untuk kepentingan banknya si importir.

Dus dengan demikian, apabila si importir memaksakan diri untuk

mengembalikan dokumen-dokumen itu kepada si eksportir di Australia atau

mengasingkan tanpa diketahui Banknya si importir kepada pihak ketiga, maka

39

oleh hukum, si importir melakukan apa yang disebut sebagai tindakan konversi,

tindakan mana di dalam sistem hukum Indonesia disebut sebagai suatu perbuatan

melawan hukum atau dalam bahasa Inggris Hukum dikenal dengan institusi Tort

dan di Skotlandia dikenal dengan institusi bernama delict.12

2.17. Arti Penting Studi Pustaka

Kini tiba saatnya bagi Penulis untuk dirumuskan arti penting studi

kepustakaan yang sebagaimana telah Penulis kemukakan pada awal Bab ini.

Pemaparannya dimaksudkan tidak lain adalah menjawab perumusan masalah yang

telah Penulis kemukakan, yaitu mengatasi persoalan tidak dapat dikuasainya bill

of lading oleh importir dalam perdagangan internasional, terutama bagaimana

prinsip-prinsip dan kaedah – kaedah hukum tentang Trust Receipt.

Arti penting yang pertama, adalah bahwa pada prinsipnya Trust Receipt itu

adalah suatu kontrak dalam perdagagan internasional. Kontrak mana

dipergunakan oleh para pihak, terutama pihak perbankan dalam mengatasi

persoalan tidak dapat dikuasainya bill of lading oleh importir dalam perdagangan

internasional.

Sebagai suatu kontrak (a contract), Trust Receipt lahir atas kehendak para

pihak dalam perdagangan internasional atau karena kesepakatan (agreement) para

pihak (the parties). Mengingat dalam kontrak, kesepakatan para pihak mengikat

pihak-pihak sebagai Undang-Undang, sepanjang tidak bertentangan dengan

12 Penjelasan detail mengenai ini dapat dilihat dalam buku Jeferson Kameo SH. LLM. Ph.D,

Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

40

kepatuhan, undang-undang dan kesusilaan baik, maka Trust Receipt sebagai suatu

kontrak adalah instrumen hukum yang sah dalam perdagangan internasional.

Perlu ditambahkan, atau arti penting selanjutnya adalah bahwa Trust

Receipt sebagai suatu kontrak, berdasarkan Studi Kepustakaan yang ada tidak

bertentangan dengan prinsip hukum dalam gadai (pledge) namun bukan gadai.

Dalam hal ini si pemegang gadai, dapat tetap menguasai barang jaminan, atas

kehendak si pemegang gadai yang telah melepas penguasaan barang gadai kepada

debitur. Debitur dapat menguasai barang gadai sebagai suatu constitutum

possesorium atas nama pemegang saham gadai.

Hal lain yang juga dapat dilihat sebagai suatu arti penting, yaitu Trust

Receipt sebagai suatu sarana penyelesaian sengketa antara pihak debitur dan pihak

kreditur yang dilakukan oleh mereka sendiri.