24
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM merupakan usaha yang memiliki peran yang cukup tinggi terutama di indonesia yang masih tergolong negara berkembang. Dengan banyaknya jumlah UMKM maka akan semakin banyak penciptaan kesempatan kerja bagi para pengangguran. Selain itu UMKM dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan khususnya didaerah pedesaan dan rumah tangga berpendapatan rendah. Peran UMKM tidak dapat di ragukan lagi dalam mendukung peningkatan pendapatan masyarakat tetapi pengertian dari UMKM tersebut masih beragam. Makna dari UMKM sendiri berbeda beda. Definisi yang berkaitan dengan UMKM antara lain menurut: a. Ketentuan undang undang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil dan kemudian dilaksanakan lebih lanjut dengan peraturan pemerintah nomor 44 tahun 1997 tentang kemitraan, dimana pengertian UMKM adalah sebagaimana di atur Undang- undang No. 20 tahun 2008 UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahan atau bukan cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsungdari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Landasan Teori

2.1.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UMKM merupakan usaha yang memiliki peran yang cukup tinggi

terutama di indonesia yang masih tergolong negara berkembang. Dengan

banyaknya jumlah UMKM maka akan semakin banyak penciptaan

kesempatan kerja bagi para pengangguran. Selain itu UMKM dapat

dijadikan sebagai sumber pendapatan khususnya didaerah pedesaan dan

rumah tangga berpendapatan rendah.

Peran UMKM tidak dapat di ragukan lagi dalam mendukung

peningkatan pendapatan masyarakat tetapi pengertian dari UMKM

tersebut masih beragam. Makna dari UMKM sendiri berbeda beda.

Definisi yang berkaitan dengan UMKM antara lain menurut:

a. Ketentuan undang undang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil dan

kemudian dilaksanakan lebih lanjut dengan peraturan pemerintah

nomor 44 tahun 1997 tentang kemitraan, dimana pengertian UMKM

adalah sebagaimana di atur Undang- undang No. 20 tahun 2008

UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahan atau bukan cabang yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsungdari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil

10

00

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

11

b. Menurut badan Pusat Statistik tahun 2003 mendefinisikan UMKM

menurut 2 kategori yaitu:

i.Menurut omset. Usaha kecil adalah usaha yang mempunyai aset

tetap kurang dari Rp. 200.000.000 dan omset pertahun kurang

Rp.1.000.000.000

ii. Menurut jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang

mempunyai tenaga kerja sebanyak 5 sampai 9 orang tenaga kerja.

Industri rumah tangga adalah industri yang memperkerjakan

kurang dari 5 orang. UMKM adalah usaha yang mempunyai modal

awal yang kecil atau nilai kekayaan (aset) yang kecil dan jumlah

pekerja yang kecil (terbatas), nilai modal (aset) atau jumlah

pekerjaannya sesuai definisi yang diberikan oleh pemerintah atau

intitusi lain dengan tujuan tertentu (Sukirno, 2004: 365)

c. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM

adalah kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan

industri kerajinan yang mempunyai investasi modal untuk mesin-

mesin dan peralatan sebesar Rp.70.000.000,00 ke bawah dan

usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia.

d. Menurut Suprapti (2005:48) UMKM adalah badan usaha baik

perorangan atau badan hukum yang memiliki kekayaan bersih (tidak

termasuk tanah dan bangunan) sebanyak Rp. 200.000.000,00 dan

mempunyai hasil penjualan pertahun sebanyak Rp. 1.000.000.000,00

dan berdiri sendiri.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

12

2.1.1.2 Karakteristik UMKM

Kriteria UMKM dalam Ketentuan UU. Republik Indonesia No.20 Tahun

2008:

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta

rupiah)

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

13

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00

(lima puluh milyar rupiah).

Ciri-ciri usaha kecil menurut Mintzerg dkk, (dalam situmorang,

2003:5) adalah:

1. Kegiatan cenderung tidak normal dan jarang yang

mempunyai rencana bisnis.

2. Struktur organisasinya bersifat sederhana.

3. Jumlah tenaga kerja terbatas dengan pembagian kerja yang

longgar.

4. Kebanyakan tidak memiliki pemisahan antara kekayaan

pribadi dan perusahaan.

5. Sistem Akuntansi yang kurang baik, dan kadang-kadang

tidak memiliki.

6. Skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan

biaya.

7. Marjin keuntungan sangat tipis.

8. Kemampuan pasar serta divervikasi pasar cenderung

terbatas.

9. Keterbatasan modal sehingga tidak mampu

memperkerjakan manajer manajer profesional.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

14

Hal ini menyebabkan kelemahan manajerial yang meliputi kelemahan

pengorganisasian, perencanaan, pemasaran dan akuntansi.

2.1.1.3 Masalah yang di hadapi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari

berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-

masalah tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk

atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi,

antar sentra, antar sektor atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar

unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama (Tambunan, 2002).

Meski demikian masalah yang sering dihadapi oleh usaha mikro dan

kecil menurut (Tambunan, 2002)

1. Kesulitan pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis

bagi perkembangan usaha mikro dan kecil. Salah satu aspek yang

terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan

persaingan, baik pasar domestic dari produk serupa buatan usaha

besar dan impor, maupun di pasar ekspor.

2. Keterbatasan Financial

Usaha mikro dan kecil, khususnya di Indonesia menghadapi dua

masalah utama dalam aspek financial : mobilitas modal awal (star-

up capital) danakses ke modal kerja, financial jangka panjang untuk

investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka

panjang.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

15

3. Keterbatasan SDM

Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi

banyakusaha mikro dan kecil di Indonesia, terutama dalam aspek-

aspek enterpreunership, manajemen, teknik produksi,

pengembangan produk, engineering design, quality control,

organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan

penelitian pasar. Keterbatasan ini menghambat usaha mikro dan

kecil Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun

pasar internasional.

4. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku dan input-input lainnya juga sering

menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau

kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di

Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang terlampau

tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas

5. Keterbatasan teknologi

Usaha mikro dan kecil di Indonesia umumnya masih menggunakan

teknologi lama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau

alat-alat produksiyang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi

ini tidak hanya membuat rendahnya total factor productivity dan

efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas

produk yang dibuat.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

16

2.1.1.4 Perkembangan usaha kecil dan menengah

Perkembangan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau

pertanyaan menjadi labih baik (Thoha, 1997:7). Pengertian

pengembangan tersebut memiliki dua unsur, yaitu : (1) pengembangan

itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu

tujuan, (2) pengembangan itu bisa menunjukkan kepada perbaikan atas

sesuatu. Menurut Warren G. Bennis (Sutarto,1995: 416) pengembangan

adalah suatu jawaban terhadap perubahan, suatu strategi pendidikan yang

kompleks yang diharapkan untuk merubah kepercayaan, sikap, nilai dan

susunan organisasi, sehingga organisasi dapat lebih baik menyesuaikan

dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran yang

cepat dari perubahan itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan

pengembangan UMKM adalah suatu tindakan atau proses untuk

memajukan kondisi UMKM ke arah yang lebih baik, sehinga UMKM

dapat lebih baik menyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan tantangan

yang baru serta perputaran yang cepat dari perubahan yang terjadi.

Pengembangan usaha miko kecil dan menengah (UMKM) merupakan

komponen penting dalam program pembangunan nasional untuk

meletakkan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan

berkeadilan.

Adapun yang menjadi sasaran dalam upaya pengembangan dan

pembinan UMKM, yaitu :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

17

1. Tercapainya lapangan usaha dan lapangan kerja yang luas

2. Tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat

3. Terwujudnya UMKM yang semakin efesien dan mampu

berkembang mandiri

4. Terwujudnya penyebaran industri yang merata

5. Tercapainya peningkatan kemampuan UMKM dalam aspek

penyediaan produk jadi, bahan baku baik untuk pasar dalam

negeri maupun ekspor.

Inti dari pembinaan dan pengembangan UMKM pada dasarnya terletak

pada upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan

adanya sumber daya manusia yang bermutu, maka UMKM akan dapat

tumbuh dan berkembang menjadi UMKM yang tangguh.

2.1.2 Lembaga Keuangan Non Bank Syariah

Lembaga keuangan non Bank Syariah adalah lembaga keuangan

yang lebih banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank. Lembaga

keuangan non bank secara operasional dibina dan diawasi oleh

Departemen Keuangan yang dijalankan oleh Bapepam LK, sedangkan

pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip prinsip Syariah

dilakukan oleh Dewan Syariah MUI. Beberapa Lembaga keuangan non

bank Syariah meliputi:

1. Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga

keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

18

kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.

Lembaga yang termasuk didalam lembaga keuangan antara lain :

a. Perusahaan Sewa Guna Usaha (leasing)

Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal

baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)

maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)

untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama

jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara

angsuran sesuai dengan prinsip Syariah.

b. Perusahaan Anjak Piutang (factoring)

Kegiatan pengalihan piutang dagang jangka pendek suatu

perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut sesuai

dengan prinsip Syariah anjak piutang (factoring) dilakukan

berdasarkan akad wakalah bil ujrah adalah pelimpahan kuasa

oleh satu pihak (al muwakkil) kepada pihak lain (al wakil)

dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian

keuntungan (ujrah)

c. Pembiayaan Konsumen (consumer finance)

Kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan

kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran

sesuai dengan prinsip Syariah.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

19

2. Perusahaan Pegadaian.

Merupakan lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas pinjaman

dengan pinjaman tertentu. Jaminan nasabah tersebut digadaikan,

kemudian ditaksir oleh pihak pegadaian untuk menilai besarnya nilai

jaminan. Besarnya nilai jaminan akan mempengaruhi jumlah

pinjaman.

3. Lembaga Keuangan Syariah Mikro

a. Lembaga Pengelola Zakat (BAZ dan LAZ) Sesuai dengan

Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

diamanahkan untuk memberdayakan lembaga zakat melalui

BAZ (Badan Amil Zakat) yang dibentuk oleh Pemerintah dan

LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dapat dibentuk oleh

masyarakat.

b. Lembaga Pengelola Wakaf

Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 4 Tahun 2004

tentang Wakaf dibentuklah Badan Wakaf Indonesia sebagai

lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di

Indonesia.

c. BMT

Merupakan lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi

berdasarkan prinsip-prinsip Syariah. Baitul Maal Wat Tamwil

adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt

almal wa al tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

20

usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas

kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil antara lain

mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan

kegiatan ekonominya. Selain itu, Baitul Maal Wat Tamwil juga

biasa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah. Serta

menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

2.1.3 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syarih (BPRS)

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah salah satu

lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti

prinsip-prinsip syariah atau muamalah Islam. BPRS berdiri berdasarkan

UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Perturan Pemerintah (PP)

No. 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.

Pada pasal 1 (butir empat) UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan

bahwa Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

(Rodoni dan Hamid, 2008: 38)

2.1.3.1 Produk-Produk BPR Syariah

Produk-produk yang ditawarkan oleh BPR Syariah secara garis besar

adalah sebagai berikut (Rodoni dan Hamid, 2008; 45):

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

21

a. Mobilisasi Dana Masyarakat

Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk

seperti menerima simpanan wadiah, menyediakan fasilitas tabungan

dan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip

shadaqah, Infaq, zakat, mempersiapkan ongkos naik haji (ONH),

merencanakan kurban, aqiqah, khitanan, mempersiapkan pendidikan,

pemilikan rumah, kendaraan dan lain-lain.

1. Simpanan Amanah

Bank menerima titipan amanah (trustee account) berupa dana

infaq, shadaqah, dan zakat. Akad penerimaan titipan ini adalah

wadiah yaitu titipan yang tidak menanggung resiko. Bank akan

memberikan profit dari bagi hasil yang didapat bank melalui

pembiayan pada nasabah.

2. Tabungan Wadiah

Bank menerima tabungan (saving account). Akad penerimaan

dana ini juga wadiah dimana bank memberikan profit kepada

penabung yang diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap

bulan.

3. Deposito Wadiah atau Deposito Mudharabah

Bank menerima deposito berjangka (time investment account),

akad penerimaan deposito adalah wadiah atau mudharabah,

dimana bank menerima dana masyarakat berjangka satu bulan,

tiga bulan, enam bulan, dan seterusnya sebagai penyertaan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

22

sementara pada bank. Deposan yang akad deposito wadiahnya

mendapatkan nisbah bagi hasil keuntungan lebih kecil dari

mudharabah bagi hasil yang diterima bank dalam

pembiayaan/kredit nasabah yang dibayar setiap bulan.

4. Penyaluran Dana

Menurut Rodoni dan Hamid (2008; 46) penyaluran dana BPR

syariah sebagai berikut:

1. Pembiayan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian antara

pemilik dana (pengusaha) dengan pengelola dana (bank)

yang keuntungan dibagi menurut rasio/nisbah yang telah

disepakati bersama di muka. Apabila terjadi kerugian maka

pengusaha menanggung kerugian dana, sedangkan bank

menanggung pelayanan material dan kehilangan imbalan

kerja.

2. Pembiayan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah merupakan suatu perjanjian antara

pengusaha dengan bank, dimana modal dari kedua belah

pihak digabungkan untuk usaha tertentu yang dikelola

secara bersama-sama, keuntungan dan kerugian ditanggung

bersama sesuai kesepakatan di muka.

3. Pembiayan Bai’bitsaman Ajil

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

23

Proses jual beli antara bank dengan nasabah dimana bank

akan menalangi lebih dahulu kepada nasabah dalam

pembelian suatu barang tertentu.

4. Pembiayaan Murabahah

Suatu perjanjian yang disepakati antara bank dan nasabah,

dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian

bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan

nasabah yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar

harga jual bank

5. Pembiayaan Qardhul Hasan

Pembiayaan yang merupakan perjanjian antara bank dengan

nasabah yang layak menerima pembiayaan kebajikan

dimana nasabah yang menerima hanya membayar pokoknya

dan dianjurkan memberikan ZIS.

6. Jasa Perbankan Lainnya

Secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk

memperlancar pembayaran dalam bentuk proses transfer

dan inkaso, pembayaran rekening air, listrik, telepon,

angsuran KPR dan lain-lainnya. Bank juga mempersiapkan

bentuk pelayanan yang sifatnya bentuk talangan dana

(bridging financing) yang didasarkan atas pembiayan

bai’salam.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

24

2.1.3.2. Pembiayaan BPR Syariah

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Tangkilisan (2003) ada dua istilah yang berbeda tapi mengandung

prinsip yang sama yaitu kredit dan pembiayaan. Perbedaan antara kredit

dan pembiayaan terletak pada bentuk kontrapretasinya yang akan

diberikan nasabah peminjam dana (debitur) pada bank atas pemberian

kredit atau pembiayaannya. Pada bank konvensional kontrapretasinya

berupa bunga, sedangkan bank syariah kontrapretasinya dapat berupa

imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan

bersama. Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/19/PBI/2004

menyatakam bahwa jenis pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang

ada di BPRS adalahsebagai berikut:

1. Prinsip Bagi Hasil

a. Mudharabah

Mudharabah adalah perjanjian antara BPRS sebagai penyedia dana

dengan nasabah sebagai pengelola dana untuk melakukan kegiatan

usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah

pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya,

sedangkan kerugian ditanggung penyedia dana kecuali kerugian

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

25

akibat kesalahan yang disengaja, kelalaian atau pelanggaran

kesepakatan yang dilakukan oleh pengelola dana.

2. Prinsip Jual beli

a. Murabahah

Murabahah adalah perjanjian jual beli barang sebesar harga pokok

barang ditambah dengan marjin keuntungan yang disepakati antara

BPRS sebagai penjual dengan nasabah sebagai pembeli yang

pembayarannya dilakukan secara tangguh.

b. Salam

Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan pembayaran lunas

dimuka oleh BPRS sebagai pembeli kepada nasabah sebagai

penjual yang berkewajiban menyerahkan barang pesanan

berdasarkan jangka waktu, kriteria, dan persyaratan yang

disepakati, dan barang tersebut akan dijual kembali oleh BPRS

kepada pihak lain.

c. Istishina

Istishna adalah perjanjian jual beli barang dengan pesanan

berdasarkan jangka waktu, kriteria, dan persyaratan yang

disepakati, yang pembayarannya dilakukan secara tangguh oleh

nasabah sebagai pembeli kepada BPRS sebagai penjual setelah

barang pesanan diterima oleh nasabah

3. Pembiayaan berdasarkan Prinsip Jasa

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

26

Qardh adalah perjanjian pinjam meminjam dana antara BPRS sebagai

pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai pihak peminjam yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pengembalian pokok

pinjaman tanpa imbalan yang diperjanjikan di muka secara sekaligus

atau cicilan dalam jangka waktu tertentu

2.1.3.3Persyaratan Penyaluran dana berdasarkan PBI No. 7/46/ PBI 2005:

a. Bank bertindak sebagai shahibul maal yang menyediakan dana

secara penuh, dan nasabah bertindak sebagai mudharib yang

mengelola dana dalam kegiatan usaha.

b. Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian

keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah.

c. Bank tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah tetapi

memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha nasabah.

d. Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang.

e. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai harus

dinyatakan jumlahnya.

f. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka barang

yang diserahkan harus dinilai berdasarkan harga perolehan atau

harga pasar wajar.

g. Pembagian keuntungan dari pengelolaaan dana dinyatakan dalam

bentuk nisbah yang disepakati.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

27

h. Bank menanggung seluruh risiko kerugian usaha yang dibiayai

kecuali jika nasabah melakukan kecurangan, lalai, atau menyalahi

perjanjian yang mengakibatkan kerugian usaha.

i. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang

jangka waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak

dan tidak berlaku surut.

j. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang (tiering) yang

besarnya berbeda-beda berdasarkan kesepakatan pada awal Akad.

k. Pembagian keuntungan dilakukan dengan menggunakan metode bagi

untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi

pendapatan (revenue sharing).

l. Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha dari mudharib sesuai

dengan laporan hasil usaha dari usaha mudharib.

m. Dalam hal nasabah ikut menyertakan modal dalam kegiatan usaha

yang dibiayai Bank, maka berlaku ketentuan :

a. Nasabah bertindak sebagai mitra usaha dan mudharib.

b. Atas keuntungan yang dihasilkan dari kegiatan usaha yang

dibiayai tersebut, maka nasabah mengambil bagian keuntungan

dari porsi modalnya, sisa keuntungan dibagi sesuai kesepakatan

antara Bank dan nasabah.

c. Pengembalian pembiayaan dilakukan pada akhir periode Akad

untuk pembiayaan dengan jangka waktu sampai dengan satu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

28

tahun atau dilakukan. Secara angsuran berdasarkan aliran kas

masuk (cash in flow) usaha nasabah.

2.1.3.3. BPRS Tehadap Perkembangan UMKM

Semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian atau

perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, maka perlunya

sumber-sumber untuk penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha

yang semakin berkembang. Dengan demikian, dana yang diperlukan

untuk suatu kegiatan usaha dapatlah disebut juga sebagai faktor produksi

yang sejajar dengan faktor-faktor produksi lainnya seperti sumber tenaga

kerja, peralatan mesin-mesin, bahan baku/bahan penolong, kemampuan

teknologi, manajemen dan lain-lain sebagai sumber ekonomi yang

termasuk langka. Oleh karena itu, hubungan antara pertumbuhan suatu

kegiatan perekonomian ataupun pertumbuhan dengan suatu kegiatan

usaha dari perusahaan dengan eksistensi pembiayaan mempunyai

hubungan yang sangat erat. Sedangkan apabila ditinjau dari sisi yang

lain, yaitu dari sudut pandangan perbankan atau lembaga keuangan

syariah yang menyediakan sumber dana yang berbentuk

perkreditan/pembiayaan tersebut, maka kredit/pembiayaan akan

mempunyai suatu kedudukan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat

bahwa pendapatan bunga/bagi hasil dari kredit/pembiayaan akan

merupakan komponen yang dominan dibandingkan dengan pendapatan

jasa-jasa perbankan lainnya

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

29

BPRS Syariah adalah salah satu jenis bank yang di ijinkan

beroperasi dengan sistem syariah di Indonesia. Dalam sistem perbankan

nasional BPRS adalah bank yang didirikan untuk melayani usaha mikro

kecil dan menengah. Sektor UMKM ini yang menjadikan BPRS berbeda

pangsa pasarnya dengan Bank umum atau Bank umum syariah.

Perkembangan idustri BPRS dari tahun ketahun menunjukan hal yang

cukup baik. Hampir seluruh indikator keuangan menunjukan pertubuhan

yang positif walaupun pertumbuhan pada tahun 2009 mengalami

pertumbuhan dari tahun tahun sebelumnya. UMKM sebagai sektor yang

lekat dengan perbankan syariah tetap menjadi prioritas penyaluran

pembiayaan BPRS. Untuk kepentingan UMKM BPRS memberikan

kontribusi untuk pengembangan sektor UMKM yaitu berupa produk

pembiayaan yang ada pada BPRS. Produk pembiayaan yang ada pada

perbankan syariah bervariasi dan masing-masing hanya menjawab pada

kebutuhan tertentu. Adapun beberapa motif dan kebutuhan yang ada pada

nasabah debitur yang dalam hal ini adalah UMKM dan produk perbankan

syariah yang sesuai dapat dikategorikan antara lain sebagai berikut:

a. UKM yang membutuhkan adanya barang modal sebagai sarana

dalam proses usaha. Menyikapi adanya hal ini pihak bank syariah

dapat memberikan pembiayaan berdasarkan akad jual beli,

khususnya pembiayaan murabahah

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

30

b. UKM dalam tahap pendirian yang membutuhkan modal kerja dan

UKM yang membutuhkan tambahan modal untuk kepentingan

ekspansi usaha.

c. UKM yang sedang mengalami kesulitan keuangan, bahkan

mungkin harus segera mendapatkan dana segar untuk memenuhi

kewajiban-kewajibannya (liability) kepada pihak ketiga

a. Penelitian Terdahulu

Pelaksanaan penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk menggali informasi

tentang ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan

penelusuran penelitian ini akan dapat dipastikan sisi ruang yang akan diteliti

yang dapat diteliti dalam ruangan ini, dengan harapan penelitian ini tidak

tumpang tindih dan tidak terjadi penelitian ulang dengan penelitian terdahulu.

Penelitian terdahulu yang berhasil dipilih untuk dikedepankan dapat dilihat

pada table 2.1

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

31

Tabel 2.1:

No Judul Penelitian/

Peneliti/ Tahun

Metode Penelitian

Dan Alat Analisis Hasil

1.

1.

Analis penanggulangan Kemiskinan

melalui implementasi progam (P2KP) di

Kota Semarang Dwi Prawani Sri Rejeki

2006

Uji Pangkat Tanda

Wilcoxon dan Uji

Chi-Square

Hasil analisi spenelitian ini

menunjukkan bahwa program pinjaman

dana bergulir P2KP berpengaruh

positif terhadap peningkatan usaha

anggota peserta progam P2KP di Kelurahan Purwoyoso kecamamatan

Ngaliyan Kota Semarang.

2.

Analisis Dampk Kredit Mikro Terhadap

Perkembangan Usaha Mikro Kecil di

Kota Semarang.Ayu Linda Mercellina,

2012

Analisis pangkat

Tanda Wilcoxon

danUji Chi-Square

Hasil dari penelitian adalah bahwa

dengan adanya pemberian kredit dari

Koperasi Enkas Mulia Semarang

terjadi peningkatan modal kerja,

Tenaga Kerja, Penjualan, Keuntungan

2.

3.

Pendampingan Perempuan Pedagang

pasar Tradisional Melalui kredit Mikro

(Studi kasus Koperasi Bagor Semarang),

Piet Budiono, 2005

Uji Normalitas, Uji

pangkat tanda

Wilcoxon, dan Uji

Chi Square

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa

program pendampingan bermakna

secara statistik meningkatkan

kesejahteraan keluarga ,Meningkatkan

keuntungan usaha,dan meningkatkan

kemandirian Perempuan Pedagang Pasar tradisional.

3.

4.

Analisis Usaha MikroMonel Yang

Memperoleh Kredit Dari Dinas UMKM

Kabupaten Jepara (Studi Kasus

Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten

Jepara Indah Yuliana Putri, 2010

Analisis Pangkat

Tanda Wilcoxon

Hasil penelitian adalah ada perbedaan

modal, produksi, omset penjualan,

jumlah tenaga kerja, keuntungan

sebelum dan sesudah mendapatkan

kredit dariDinas UMKM.

4. 5

5.

Analisis perkembangan usaha mikro dan

kecil setelah memperoleh pembiayaan

Mudharabah dari BMT At Taqwa

Halmahera di Kota Semarang. Fitra

Ananda, 2011.

Uji validitas, uji

reliabilitas dan uji

pangkat tanda

Wilcoxon.

Hasil penelitian adalah ada perbedaan

tingkat permodalan usaha sebesar 92%,

terjadi peningkatan omzet penjualan

sebesar 103%, dan adanya peningkatan

pada keuntungan usaha sebesar 65%

setelah mendapatkan pembiayaan.

Dengan demikian dengan adanya pembiayaan dari BMT At Taqwa

Halmahera di Kota Semarang maka

modal usaha, omzet penjualan dan

keuntungan Usaha Mikro dan Kecil

(UMK) mengalami peningkatan yang

berarti.

5.

6. Peran BMT dalam upaya pemberdayaan

usaha mikro (Di Koperasi BMT-MMU

Kraton Sidogiri Pasuruan). Ety Ihda

Falihah, 2007

Analisis data

kualitatif

Memberikan dampak positif dalam

rangka mensuksekan progam

pemerintah yaitu pemberdayaan

ekonomi rakyat kecil dengan cara

pembiayaan terhadap para usaha usaha

kecil yang memang membutuhkan

dana untuk modal usaha

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

32

b. Kerangka Pemkiran Teoritis

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi nasabah dan

perkembangan UMKM di Kota Semarang sebelum dan sesudah memperoleh

pembiayaan mudharabah dari BPRS Binama. Analisis perkembangan

UMKM tersebut akan dapat dilihat dari sisi modal kerja, omset penjualan,

jumlah tenaga kerja, keuntungan pada usaha kecil menengah sebelum dan

sesudah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BPRS Binama di Kota

Semarang. Berikut gambar 2.1 kerangka pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

c. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan dan kajian terhadap penelitian dahulu yang relevan,

maka hipotesis yang akan diujikan kebenarannya secara empiris adalah :

H1 : Pembiayaan mudharabah di BPRS Binama berpengaruh positif

terhadap persepsi nasabah.

H2 : Pembiayaan mudharabah berpengaruh positif terhadap modal kerja,

omset penjualan, jumlah tenaga kerja, dan keuntungan.

Pembiayaan Mudharabah

Perkembangan UMKM

1. Modal Kerja

2. Omset Penjualan

3. Tenaga Kerja

4. Keuntungan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Usaha Mikro …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-sitibaroka-7093-3-babii.pdf · atau pasar yang dilayani, tetapi

33