22
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai teori pendukung penelitian yang dilakukan. Landasan teori terdiri atas penjelasan mengenai teori keagenan, manajemen laba, discretionary accruals, tingkat pengungkapan laporan keuangan, kecakapan manajerial, dan kualitas audit. 2.1 Landasan Teori Untuk mendukung pembuatan tesis ini, maka perlu dikemukakan hal-hal atau teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai landasan pembuatan tesis ini. 2.1.1 Teori Keagenan Jensen & Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih, dimana satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agent untuk membuat suatu keputusan atas nama principal berdasarkan kontrak kerja (nexus of contract). Pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agent tentunya harus memiliki visi dan misi yang sama. Hubungan keagenan mewajibkan agent untuk mempertanggungjawabkan upayanya kepada pemegang saham dengan memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan

penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai teori pendukung penelitian yang

dilakukan. Landasan teori terdiri atas penjelasan mengenai teori keagenan,

manajemen laba, discretionary accruals, tingkat pengungkapan laporan keuangan,

kecakapan manajerial, dan kualitas audit.

2.1 Landasan Teori

Untuk mendukung pembuatan tesis ini, maka perlu dikemukakan hal-hal atau

teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan

sebagai landasan pembuatan tesis ini.

2.1.1 Teori Keagenan

Jensen & Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan merupakan

hubungan antara dua belah pihak atau lebih, dimana satu atau lebih individu

(principal) mempekerjakan individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan

kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agent untuk membuat suatu keputusan

atas nama principal berdasarkan kontrak kerja (nexus of contract). Pemegang saham

sebagai principal dan manajemen sebagai agent tentunya harus memiliki visi dan

misi yang sama. Hubungan keagenan mewajibkan agent untuk

mempertanggungjawabkan upayanya kepada pemegang saham dengan memberikan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

13

laporan periodik pada principal tentang usaha yang dijalankan dan principal akan

menilai kinerja agent melalui laporan keuangan yang disampaikan.

Tujuan dari teori keagenan adalah menciptakan kontrak yang efisien antara

pemegang saham dan manajemen. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang

mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return

maupun risiko-risiko yang disetujui oleh principal dan agent. Sukartha (2008)

menjabarkan syarat-syarat kontrak yang efisien, adalah sebagai berikut:

1) Terdapat informasi yang simetris antara agent dan principal, yaitu keadaan

dimana manajemen dan pemegang saham memiliki kualitas dan kuantitas

informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi yang tidak disajikan atau

disembunyikan manajemen yang dapat digunakan untuk kepentingan pribadi.

2) Imbal jasa yang diperoleh manajemen sebagai agent adalah pasti sehingga

menimbulkan risiko yang kecil terkait dengan pembebanan tugas yang diberikan

kepadanya.

Kontrak kerja menjadi optimal bila kontrak mampu menjaga keseimbangkan

antara principal dan agent yang memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal

oleh agent dan pemberian imbalan khusus dari principal ke agent (Endrianto, 2010).

Manajemen dalam kenyataannya sering mempunyai tujuan yang berbeda yang

mungkin bertentangan dengan tujuan utama pihak principal. Masalah akan timbul

apabila manajer tidak menyajikan seluruh informasi yang dimilikinya di dalam

laporan keuangan. Permasalahan yang timbul akibat adanya konflik kepentingan

antara para manajemen dan pemegang saham disebut dengan agency problem.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

14

Tanggung jawab yang dimiliki manajemen dalam aktivitas perusahaan sehari-hari

untuk pengambilan keputusan perusahaan mengakibatkan manajemen memiliki

informasi lebih banyak dibandingkan pemegang saham sehingga simetri informasi

tidak terjadi. Kesenjangan informasi ini biasa disebut dengan asimetri informasi.

Menurut (Scott, 2015), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

1) Adverse selection, adalah manajer pada dasarnya mengetahui lebih banyak keadaan

dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar. Informasi mengenai perusahaan

yang diperoleh pemilik dari manajer digunakan untuk mengambil keputusan tidak

diberikan secara detail oleh manajer. Dan mungkin terdapat fakta-fakta yang tidak

disampaikan kepada pemilik.

2) Moral hazard, adalah kegiatan yang dilakukan manajer tidak seluruhnya diketahui

oleh oleh investor (pemegang saham, kreditor). Sehingga manajer dapat

melakukan tindakan di luar sepengetahuan pemilik yang melanggar kontrak kerja

dan sebenarnya secara etika mungkin tidak layak dilakukan.

Eisenhardt (1989) menggunakan tiga asumsi untuk guna menjelaskan tentang

teori keagenan yaitu sebagai berikut:

1) Asumsi tentang sifat dasar manusia

Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), manusia

memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded

rationality), dan manusia selalu menghindari risiko (risk aversion).

2) Asumsi tentang keorganisasian

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

15

Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi

sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asimetri informasi antara principal dan

agent.

3) Asumsi tentang informasi

Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang

komoditi yang bisa diperjual belikan.

Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia, konflik kepentingan antara

manajemen dan pemilik membuat agent menyajikan informasi yang tidak sebenarnya

kepada principal demi untuk kepentingan privat. Dalam hubungan keagenan tersebut,

laporan keuangan merupakan sarana transparansi dan akuntabilitas manajemen

kepada pemegang saham. Agent dapat melakukan tindakan oportunistik dengan

mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan

dengan cara melakukan manajemen laba. Perspektif hubungan keagenan menjadi

dasar yang digunakan untuk memahami manajemen laba.

Inti dari teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk

menyelaraskan kepentingan manajemen dan pemegang saham dalam hal terjadi

konflik kepentingan. Upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini

menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Menurut Jensen & Meckling (1976) ,

cara untuk mengurangi agency problem dengan menimbulkan agency cost adalah

sebagai berikut:

1) Monitoring Cost

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

16

Biaya monitoring ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent,

yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agent.

2) Bonding Cost

The bonding cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh agent untuk

menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan

bertindak untuk kepentingan principal.

3) Residual loss

Residual loss merupakan biaya yang timbul akibat adanya perbedaan antara

keputusan yang diambil oleh agent dengan keputusan yang seharusnya

memberikan manfaat maksimal pada principal.

2.1.2 Manajemen Laba (Earnings Management)

Scott (2015), earnings management adalah pilihan yang dilakukan oleh

manajer dalam pemilihan kebijakan akuntansi atau tindakan yang dapat

mempengaruhi laba, yang bertujuan untuk mencapai beberapa tujuan dalam

pelaporan laba.

Menurut Healy & Wahlen (1999) manajemen laba terjadi ketika manajer

menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi

untuk mengubah laporan keuangan yang dapat menyesatkan stakeholders tentang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

17

kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan maupun untuk mempengaruhi hasil

kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Manajemen laba adalah tindakan oportunistik yang dilakukan dengan cara

memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur,

dinaikkan atau diturunkan sehingga menimbulkan perilaku manajemen untuk

mengatur laba sesuai dengan keinginannya (Nuryaman, 2009). Adanya praktik

manajemen laba dalam pengelolaan perusahaan oleh manajer dapat dijelaskan

berdasarkan agency theory (Putri, 2012). Pemisahan antara kepemilikan dan

pengendalian dalam perusahaan bersamaan dengan asimetri informasi di dalam

perusahaan semakin memperluas kemungkinan tindakan oportunistik oleh manajer

yang mempunyai tujuan berbeda dengan stakeholders, dan setiap pihak ingin

memaksimalkan kepentingannya sendiri.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba

adalah intervensi manajemen terhadap laporan keuangan, berupa pilihan yang

dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang

diperkenankan dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai tujuan

tertentu, sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan dan tidak dapat

dipertanggungjawaban.

2.1.2.1 Motivasi Manajemen Laba

Scott (2015), beberapa motivasi manajemen melakukan manajemen laba

antara lain sebagai berikut:

1) Earning Management for Bonus Purposes

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

18

Manajer akan meningkatkan net income perusahaan untuk memaksimalkan bonus

yang mereka terima.

2) Contractual Motivation

Manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan

mengalami technical default. Hal ini berkaitan dengan utang jangka panjang.

3) Political Motivation

Perusahaan besar yang sebagian besar kegiatan usahanya ditujukan untuk hajat

hidup orang banyak menyentuh pada umumnya cenderung mengurangi laba yang

dilaporkan untuk mengurangi political cost.

4) Taxation Motivation

Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan agar pajak penghasilan

yang dibayarkan perusahaan semakin kecil.

5) Changes of Chief Executive Officer (CEO)

CEO yang mengundurkan diri atau pensiun cenderung membuat kondisi

perusahaan terlihat baik dengan meningkatkan pendapatan atau laba. Hal ini

dilakukan agar bonus yang mereka terima pada saat pengunduran diri atau

pensiun dapat meningkat.

6) Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan go public cenderung menampilkan kondisi perusahaan yang sehat

sehingga mendorong manajemen untuk meningkatkan laba perusahaan. Hal

tersebut dilakukan agar saham yang ditawarkan pada publik bernilai tinggi.

2.1.2.2 Pola Manajemen Laba

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

19

Berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam manajemen laba (Scott,

2015), adalah sebagai berikut:

1) Taking a bath

Terjadinya reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus

melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi,

konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan

datang dapat meningkat.

2) Income minimization

Manajer mendapatkan laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva

tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran sebagai biaya. Pada saat

profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat

perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas

barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk

penelitian, serta hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi.

3) Income maximization

Tujuan dari tindakan ini untuk melaporkan net income yang tinggi demi bonus

yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi

mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi guna menaikkan laba

untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Tindakan ini dilakukan pada

saat laba menurun.

4) Income smoothing

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

20

Manajer meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal,

terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang

relatif stabil.

2.1.2.3 Teknik Manajemen Laba

Teknik manajemen laba menurut Setiawati & Na’im (2000) dilakukan

melalui tiga cara, antara lain sebagai berikut:

1) Perubahan metode akuntansi

Manajemen mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan metode

sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan angka laba. Metode

akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta

tertentu dengan cara yang berbeda, seperti:

a) Mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode jumlah angka tahun

menjadi metode depresiasi garis lurus.

b) Mengubah periode depresiasi.

2) Memainkan kebijakan perkiraan akuntansi

Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara memainkan kebijakan

perkiraan akuntansi. Hal tersebut memberikan peluang bagi manajemen untuk

melibatkan subjektivitas dalam menyusun estimasi, misalnya:

a) Kebijakan mengenai perkiraan jumlah piutang tidak tertagih

b) Kebijakan mengenai perkiraan biaya garansi

c) Kebijakan mengenai perkiraan terhadap proses pengadilan yang belum

terputuskan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

21

3) Menggeser periode biaya atau pendapatan

Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan atau seringkali disebut

sebagai manipulasi keputusan operasional, misalnya:

a) Mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan

sampai periode akuntansi berikutnya.

b) Mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya.

c) Kerjasama dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman

tagihan sampai periode akuntansi berikutnya.

d) Menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba.

e) Mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai.

2.1.3 Discretionary Accruals

Manajemen laba dapat terjadi dengan cara penyusunan laporan keuangan

menggunakan dasar akrual. Sistem akuntansi akrual yang terdapat pada prinsip

akuntansi yang berterima umum memberikan peluang bagi manajer untuk membuat

pertimbangan akuntansi yang akan memberi pengaruh kepada pendapatan yang

dilaporkan. Akrual tidak hanya mencerminkan pilihan metode akuntansi tetapi juga

pengaruh waktu pengakuan pendapatan dan beban, penurunan nilai, serta perubahan

estimasi akuntansi (Islam, Ali, & Ahmad, 2011) . Jones (1991) membagi total akrual

menjadi dua yaitu, discretionary accruals dan non discretionary. Lee & Vetter (2015)

non discretionary accruals adalah pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk

pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum, contoh: satu fakta

yang sama dapat dilaporkan dengan cara yang berbeda, mesin yang sama dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

22

didepresiasikan dengan dua metode yang berbeda (metode depresiasi garis lurus atau

saldo menurun) atau dengan dua estimasi umur ekonomis yang berbeda. Perbedaan

umur atau perbedaan estimasi tersebut akan menghasilkan laba) yang sedikit berbeda.

Non discretionary accruals merupakan akrual yang wajar, dan apabila dilanggar akan

mempengaruhi kualitas laporan keuangan (tidak wajar) maka non discretionary

accruals tidak relevan dalam penelitian ini. Chen (2010), menyatakan untuk

mendeteksi indikasi terdapat manajemen laba dalam suatu perusahaan dapat diketahui

dari perhitungan total akrual yang diukur dengan total discretionary accruals.

Menurut Friedlan (1994) discretionary accrual merupakan kebijakan

akuntansi yang memberikan keleluasaan kepada manajemen untuk menentukan

jumlah transaksi akrual secara fleksibel, atau dengan kata lain, metode discretionary

accrual memberikan peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai

dengan keinginannya. Contohnya pada akhir tahun buku perusahaaan mengetahui

bahwa suatu piutang tertentu tidak dapat ditagih. Perusahaan dapat melakukan

pencatatan kapan piutang tersebut dihapuskan, pada periode buku sekarang atau pada

tahun buku berikutnya.

Discretionary accruals digunakan sebagai indikator adanya praktik

manajemen laba karena merupakan intervensi manajerial dalam proses pelaporan

keuangan dan lebih menekankan kepada keleluasaan atau kebijakan yang tersedia

dalam memilih dan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi untuk mencapai hasil akhir

(Islam et al., 2011). Discretionary accruals diantaranya penilaian piutang, pengakuan

biaya garansi, dan aset modal. Manajer akan melakukan manajemen laba untuk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

23

mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan dengan manipulasi akrual-akrual

tersebut. Alareeni & Aljuaidi (2014) menyatakan dalam melakukan manajemen laba,

perusahaan yang menaikkan laba cenderung menggunakan untung dari penghentian

aset, sedangkan perusahaan yang menurunkan laba cenderung menggunakan biaya

kerugian piutang. Dengan menggunakan akrual yang menaikkan laba, maka akan

didapatkan harga saham yang relatif tinggi pada waktu penerbitan saham.

Penelitian ini memfokuskan pada discretionary accruals, karena discretionary

accruals memungkinkan manajer memberikan informasi privat dan meningkatkan

kemampuan laba untuk mencerminkan nilai ekonomis perusahaan. Pada saat yang

sama, discretionary accruals memungkinkan manajer untuk terlibat dalam pelaporan

yang oportunistik untuk memaksimalkan kemakmuran manajer.

Perhitungan discretionary accruals dalam penelitian ini menggunakan

Modified Jones Model yang merupakan modifikasi dari Model Jones (1991). Dechow

et al. (1995) memodifikasi model Jones untuk menghilangkan dugaan kesalahan

pengukuran discretionary accruals ketika kebijaksanaan diterapkan terhadap

pendapatan. Perubahan pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang pada

periode tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa mengelola laba dengan menerapkan

kebijaksanaan atas pengakuan pendapatan pada credit sales lebih mudah daripada

mengelola pendapatan dengan menerapkan kebijaksanaan pengakuan pendapatan atas

cash sales (Roodposhti, Banimahd, Rezaei, & Salehi, 2012). Modified Jones Model

mengasumsikan bahwa semua perubahan dalam credit sales pada periode tersebut

hasil dari manajemen laba (Bhuiyan, Roudaki, & Clark, 2013). Modified Jones Model

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

24

digunakan karena model ini dianggap paling baik untuk mengukur manajemen laba

dibandingkan metode lain (T. Chen, 2010). Model ini merupakan model pendeteksi

manajemen laba yang umum digunakan dalam riset-riset empiris mengenai

manajemen laba di Indonesia (Erawan & Ulupui, 2013).

2.1.4 Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

(Wolk 2008) mengemukakan tingkat pengungkapan adalah informasi yang

ada di dalam laporan keuangan maupun komunikasi pelengkap yang mencakup

catatan kaki, peristiwa setelah pelaporan, analisis manajemen tentang operasi yang

akan datang, peramalan keuangan dan operasi, serta laporan keuangan tambahan.

Tujuan pengungkapan adalah untuk menyediakan informasi yang signifikan dan

relevan kepada pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan yang tepat.

Jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar

ada dua, antara lain:

1) Pengungkapan wajib (mandatory disclosure): pengungkapan informasi yang

diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang

dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Peraturan

mengenai pengungkapan laporan keuangan di Indonesia yang dikeluarkan oleh

pemerintah melalui keputusan ketua BAPEPAM No.Kep-134/BL/2006. Item

pengungkapan wajib yang diwajibkan oleh BAPEPAM terdiri dari 85 item.

2) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) merupakan pilihan bebas

manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

25

lainnya yang dipandang relevan sebagai dasar untuk membuat keputusan oleh

para pemakai laporan tahunan. Melalui pengungkapan sukarela diharapkan para

pemakai laporan akan semakin lengkap informasinya dalam memahami kegiatan

operasional perusahaan publik, serta semakin menunjukkan ketransparan keadaan

perusahaan (Kirana & Hasan, 2016). Item pengungkapan sukarela terdiri dari 33

item.

Tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini didasarkan atas

indeks pengungkapan yang dideskripsikan oleh (Benardi et al., 2008). Indeks

pengungkapan yang digunakan didasarkan atas informasi yang tersedia dalam laporan

tahunan (annual report). Di Indonesia, pengungkapan dalam laporan keuangan baik

yang bersifat wajib maupun sukarela telah diatur dalam PSAK No.1. Pemerintah

melalui BAPEPAM juga mengatur mengenai pengungkapan informasi dalam laporan

tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Menurut Purwanti & Rahardjo (2012)

terdapat tiga tingkatan pengungkapan yaitu sebagai berikut:

1) Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)

Pengungkapan penuh mengacu pada seluruh informasi yang diberikan oleh

perusahaan, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Pengungkapan

penuh mencakup informasi-informasi lainnya yang diberikan oleh manajemen

yang menyiratkan penyajian seluruh informasi yang relevan, dan tidak ada

informasi atas substansi atau kepentingan bagi kebanyakan investor yang akan

dihilangkan atau disembunyikan.

2) Pengungkapan Wajar (Fair Disclosure)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

26

Pengungkapan wajar adalah pengungkapan cukup ditambah dengan informasi

yang dapat berpengaruh pada kewajaran laporan keuangan. Pengungkapan wajar

menyiratkan suatu tujuan etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama pada

semua calon pembaca. Menurut PSAK (IAI: 2012), pengungkapan wajar adalah

catatan atas laporan keuangan yang disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam

neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi

yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.

3) Pengungkapan Cukup (Adequate Disclosure)

Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang diwajibkan oleh standar

akuntansi yang berlaku, yang merupakan informasi minimum yang harus

disajikan dalam tingkat yang memadai yang harus dipenuhi secara menyeluruh,

agar tidak menyesatkan jika digunakan untuk pengambilan keputusan.

2.1.5 Kecakapan Manajerial

Kecakapan manajerial merupakan kemampuan manajer untuk mengambil dan

menerapkan keputusan-keputusan yang dapat membawa perusahaan kepada efisiensi

yang lebih baik (P. Demerjian, Lev, & McVay, 2012). Manajer yang cakap dan

professional memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan luas terkait dengan

perusahaan, sehingga memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih

baik dan menunjukkan pemahaman serta penerapan standar akuntansi yang lebih

fleksibel (W. Chen & Tai, 2015). Kemampuan manajerial adalah salah satu faktor

yang mendorong efisiensi operasional perusahaan. Li (2015), kecakapan manajerial

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

27

dapat diukur melalui seberapa efisien manajer dalam menggunakan sumber daya

perusahaan untuk menghasilkan keluaran yang optimal dan menciptakan dampak

positif pada kualitas pelaporan keuangan yang mempengaruhi masa depan

perusahaan. Perusahaan memiliki sumber daya berupa modal, tenaga kerja, dan aset

untuk menghasilkan keluaran berupa pendapatan dan laba.

Demerjian, Lewis, & Mcvay (2012b) mengungkapkan manajer yang cakap

akan mampu mengambil keputusan-keputusan ekonomi yang tepat dan mampu

mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam mengelola sumber daya perusahaan

karena mereka memiliki pengalaman, tingkat intelegensia, dan tingkat pendidikan

yang cukup tinggi. Manajer memiliki kewajiban untuk memberikan informasi

perusahaan kepada stakeholders untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan.

Wadah yang tepat bagi manajer untuk mengkomunikasikan kinerja tersebut adalah

laporan keuangan yang disusun pada setiap periode pelaporan. Isnugrahadi &

Kusuma (2009) mengatakan ada dua hal prasyarat yang harus ada agar manajemen

selalu jujur dalam melaksanakan tugasnya. Pertama, kultur organisasional harus

mendukung pengambilan keputusan yang etis. Kedua, manajemen harus memiliki

pemotivator untuk selalu bertindak jujur.

Manajer menggunakan judgment untuk membuat laporan keuangan.

(Kirana & Hasan, 2016), dalam penerapan akuntansi akrual, prinsip akuntansi

berterima umum memperbolehkan manajer memilih metode akuntansi yang

diperbolehkan seperti penggunaan metode garis lurus atau akselerasi, ataupun

memilih FIFO atau LIFO dalam menilai persediaan. Manajer juga harus memilih

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

28

untuk membebankan atau menangguhkan pengeluaran. Agar semua kebijakan

tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka manajer dituntut untuk memiliki

kemampuan dan keahlian atau kecakapan yang cukup, dan keahlian tersebut

biasanya dimilik oleh manajer yang memiliki tingkat intelegensi dan pendidikan

yang cukup tinggi serta pengalaman yang dimiliki oleh seorang manajer.

P. R. Demerjian, Lev, Lewis, & McVay (2013), memperkenalkan perhitungan

kecakapan manajerial dengan menggunakan data-data laporan keuangan melalui Data

Envelopment Analysis (DEA). DEA merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur efisiensi relatif suatu organisasi. DEA biasanya

dinyatakan dalam Decision Making Unit atau Unit Kegiatan Ekonomi (UKE).

Efisiensi UKE dapat diketahui dengan membandingkan efisiensi UKE suatu

perusahaan dengan UKE dari perusahaan lainnya dalam suatu satuan populasi atau

sampel dengan syarat bahwa jenis input dan outputnya sama.

UKE dinilai efisien apabila rasio perbandingan input/output sama dengan

1 atau 100%, yang artinya UKE tersebut mampu memanfaatkan inputnya secara

maksimal untuk menghasilkan output tertentu dan tidak lagi melakukan

pemborosan. Sedangkan UKE yang tidak efisien apabila rasio perbandingan antara

input/output adalah antara 0 ≤ input/output < 1 atau nilainya kurang dari 100%

berarti perusahaan belum mampu mengelola input-input yang dimilikinya untuk

menghasilkan output yang optimal atau masih melakukan pemborosan.

2.1.6 Kualitas Audit

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

29

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana

seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam

sistem akuntansi kliennya dan kemungkinan untuk menyampaikan atau melaporkan

temuan tersebut kepada pihak manajemen. Kualitas audit dapat dilihat dari

kemampuan auditor mendeteksi kesalahan material dan independensi auditor dalam

melaporkan kesalahan material. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang

besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan

dengan KAP yang kecil. Gerayli, Yanesari, & Ma’atoofi (2011), kualitas auditor

merupakan salah satu faktor efektif untuk mengendalikan perilaku oportunis

manajemen perusahaan. Auditor yang berkualitas harus memberikan informasi yang

tepat, tidak hanya mengenakan fee yang lebih tinggi agar pilihan itu benar-benar

mencerminkan informasi yang ada pada perusahaan (Kirana & Hasan, 2016).

Ching, Teh, San, & Hoe, (2015), menegaskan bahwa auditor yang berkualitas

tinggi cenderung lebih mudah untuk menemukan praktik akuntansi yang

dipertanyakan oleh klien dan melaporkan penyimpangan material serta salah saji

dibandingkan dengan auditor berkualitas rendah, sehingga audit yang berkualitas

lebih tinggi lebih mampu menghambat manajemen laba dan meningkatkan kualitas

laporan keuangan. Laporan keuangan audit dengan kualitas tinggi akan menarik para

investor untuk menanamkan investasinya di perusahaan. Penelitian-penelitian empiris

berkaitan dengan kualitas audit telah banyak dilakukan di luar negeri maupun

Indonesia. Yaşar (2013) menyatakan big four dipercaya memberikan audit kualitas

yang lebih tinggi daripada auditor non-big four, karena auditor big four memiliki

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

30

kemampuan lebih besar untuk membatasi praktik manajemen laba. Daftar KAP yang

termasuk ke dalam kelompok KAP Big Four di Indonesia adalah sebagai berikut:

1) KAP Tanudiredja, Wibisana, dan Rekan yang berafiliasi dengan Price

Waterhouse Coopers (PWC).

2) KAP Purwantono, Suherman, Surja yang berafiliasi dengan Ernst & Young

(EY).

3) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan yang berafiliasi dengan Deloitte.

4) KAP Siddharta dan Widjaja yang berafiliasi dengan KPMG.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Di luar negeri penelitian tentang manajemen laba sudah banyak dilakukan.

Uwuigbe (2017) meneliti 11 bank di Nigeria untuk periode 6 tahun yaitu tahun 2009-

2014. Modified Jones Model digunakan untuk mengukur discretionary accruals yang

merupakan proxy untuk manajemen laba sedangkan indeks pengungkapan digunakan

untuk mengukur kualitas pengungkapan. Temuan dari penelitian ini memberikan

dukungan untuk teori legitimasi bahwa kualitas pengungkapan berhubungan negatif

pada manajemen laba.

Penelitian Riahi dan Arab (2011) dilakukan pada 19 perusahaan yang terdaftar

di bursa saham Tunis selama periode 1999-2008. Hasilnya mengkonfirmasi adanya

hubungan negatif dan signifikan antara pengungkapan oleh perusahaan dan

manajemen laba. Survei penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan informasi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

31

yang berkaitan dengan keputusan dan kinerja keuangan merupakan kendala bagi

berkembangnya manajemen laba.

Consoni et al., (2017) melakukan penelitian pada 66 perusahaan non-finansial

di Brazil, yang menemukan bahwa pengungkapan sukarela tidak berpengaruh pada

manajemen laba, sehingga hasil penelitiannya bertentangan dengan asumsi bahwa

pengungkapan sukarela dapat mengurangi manajemen laba.

Di Indonesia penelitian mengenai manajemen laba sudah banyak dan

berkembang tetapi hasil dari penelitian masih memberikan hasil yang berbeda-beda,

diantaranya penelitian dari Kurniawati (2011) yang meneliti perusahaan manufaktur

yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai 2009 sebanyak 135

perusahaan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingkat pengungkapan laporan

keuangan berpengaruh negatif pada manajemen laba. Semakin tinggi tingkat

pengungkapan laporan keuangan maka semakin menekan tindakan manajemen laba.

Hasil lain dari penelitian ini mengungkapkan bahwa interaksi antara tingkat

pengungkapan laporan keuangan dengan kualitas audit tidak berpengaruh pada

manajemen laba. Hal ini berarti kualitas audit tidak dapat berfungsi sebagai variabel

yang memoderasi pengaruh tingkat pengungkapan laporan keuangan pada

manajemen laba.

Kirana dan Hasan (2016) menemukan bahwa tingkat pengungkapan laporan

keuangan dan kecakapan manajerial berpengaruh pada manajemen laba. Semakin

banyak tingkat pengungkapan laporan keuangan yang dilakukan perusahaan maka

akan semakin kecil manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Semakin cakap

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

32

seorang manajer dalam melaporkan keuangan perusahaan maka akan semakin kecil

manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hasil penelitiannya juga menyatakan

bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan dengan kualitas audit berpengaruh

pada manajemen laba. Selain itu kecakapan manajerial dengan kualitas audit tidak

berpengaruh pada manajemen laba.

Hasil berbeda dikemukakan oleh Fitri (2012) yang menemukan bahwa

manajemen laba tidak berpengaruh signifikan pada tingkat pengungkapan laporan

keuangan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan melakukan tindakan

manajemen laba tapi tidak akan mempengaruhi tingkat pengungkapan yang akan

dilakukan oleh perusahaan.

Isnugrahadi dan Kusuma (2009), menyatakan kecakapan managerial

berpengaruh positif dan signifikan pada manajemen Laba. Kecakapan managerial

yang dimoderasi oleh kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan pada

intensitas manajemen laba. Penetian Utami dan Syafruddin (2013), menemukan

bahwa kecakapan manajer memiliki pengaruh yang signifikan pada manajemen laba

dengan arah positif. Interaksi kecakapan manajerial dan kualitas auditor tidak

memiliki pengaruh yang signifikan pada manajemen laba, sehingga kualitas auditor

bukan merupakan variabel pemoderasi. Wicaksono dan Yuyetta (2013), menyatakan

semakin cakap dan efisien manajemen dalam mengelola perusahaan akan semakin

meningkatkan praktik manajemen laba. Demerjian, et al., (2012) meneliti tentang

kecakapan manajerial di bidang keuangan, yaitu seberapa efisien sebuah

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum bab II dalam tesis ini berisikan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai

33

perusahaan dalam bidang keuangan secara relatif terhadap perusahaan lain

dalam industri yang sama. Manajer yang memiliki tingkat kecakapan yang tinggi

akan lebih terampil mengolah informasi. Terdapat dua hal yang menjadi pendorong

manajer melakukan manajemen laba, yang pertama kompensasi bonus dan yang

kedua asimetri informasi antara manajemen dan pemilik.

Benardi et al., (2008), menemukan bahwa secara teoritis dan empiris

perusahaan yang diaudit oleh KAP berukuran besar akan menyajikan laporan

keuangan yang berkualitas berdasarkan regulasi yang telah ditentukan. Rahmadika

(2011) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur di Indonesia selama

periode 2008-2009. Hasil penelitian menunjukkan kualitas auditor tidak berpengaruh

pada manajemen laba. Didukung oleh penelitian Christiani dan Nugrahanti (2014)

yang menemukan bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran KAP (KAP

big four dan KAP non-big four) tidak berpengaruh pada manajemen laba.