10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelapa 2.1.1 Habitat kelapa Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk dalam genus Cocos dan species nucifera (Sukamto, 2001). Tanaman kelapa merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis dan dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari daerah pesisir pantai hingga pegunungan tinggi (Rukmana dan Yudirachman, 2004). Pertumbuhan tanaman kelapa sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan akan tumbuh baik pada lingkungannya yaitu dengan temperatur 29 0 C, berada di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dan mempunyai curah hujan merata sepanjang tahun (Sukamto, 2001). 2.1.2 Nilai ekonomi kelapa Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna karena semua bagian dari tanaman tersebut bermanfaat bagi manusia. Buah merupakan bagian terpenting dari tanaman kelapa yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Daging buah yang tua merupakan komponen terpenting yang dapat diolah menjadi produk kopra dan minyak goreng. Indonesia merupakan negara penghasil kopra terbesar di dunia dengan produksi mencapai hampir 1 juta ton per tahun pada tahun 2009 (FAO, 2011). Air kelapa juga merupakan bagian dari buah kelapa yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beberapa produk bernilai ekonomi tinggi 6 Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelapa

2.1.1 Habitat kelapa

Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk dalam genus Cocos dan species

nucifera (Sukamto, 2001). Tanaman kelapa merupakan tanaman yang hidup di

daerah tropis dan dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari daerah

pesisir pantai hingga pegunungan tinggi (Rukmana dan Yudirachman, 2004).

Pertumbuhan tanaman kelapa sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan akan

tumbuh baik pada lingkungannya yaitu dengan temperatur 290C, berada di dataran

rendah dengan ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dan mempunyai curah

hujan merata sepanjang tahun (Sukamto, 2001).

2.1.2 Nilai ekonomi kelapa

Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna karena semua bagian dari

tanaman tersebut bermanfaat bagi manusia. Buah merupakan bagian terpenting

dari tanaman kelapa yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Daging buah yang tua

merupakan komponen terpenting yang dapat diolah menjadi produk kopra dan

minyak goreng. Indonesia merupakan negara penghasil kopra terbesar di dunia

dengan produksi mencapai hampir 1 juta ton per tahun pada tahun 2009 (FAO,

2011). Air kelapa juga merupakan bagian dari buah kelapa yang dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan beberapa produk bernilai ekonomi tinggi

6

Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

7

seperti berbagai minuman ringan, ragi, alkohol, nata de coco, dextran, cuka, ethyl

acetat (Mahmud dan Ferry, 2005).

Sabut merupakan bagian terluar dari buah kelapa yang dapat diolah

menjadi produk primer seperti serat panjang, bristle (serat halus dan pendek) dan

debu sabut. Selanjutnya, serat tersebut dapat diolah menjadi serat berkaret, matras,

karpet dan produksi kerajinan/industri rumah tangga. Tempurung kelapa dapat

diolah menjadi arang, arang aktif, tepung tempurung dan barang kerajinan

(Mahmud dan Ferry, 2005).

Bagian lain dari kelapa yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat di

Indonesia adalah daun kelapa. Daun kelapa yang sudah tua dapat di jadikan

bingkai lemari, keranjang sampah maupun tempat buah, sedangkan daun yang

masih muda dapat digunakan sebagai hiasan janur dan sarang ketupat (Karina,

2011).

Batang kelapa dapat dimanfaatkan untuk membuat meja, kursi, bingkai

lukisan. Selain itu, batang kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan dasar

pembangunan rumah, seperti atap, genteng dan papan. Akar kelapa dapat

dijadikan zat pewarna pada perabotan rumah tangga dan dapat dimanfaatkan

untuk obat-obatan. Pemanfaatan industri produk samping kelapa telah dilakukan

di beberapa daerah yaitu Provinsi Lampung, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara pada

tahun 2004 (Mahmud dan Ferry, 2005).

2.1.3 Jenis – jenis dan deskripsi kelapa

Secara umum, kelapa digolongkan menjadi dua macam yaitu kelapa dalam

dan kelapa genjah. Kedua kelapa ini memiliki pertumbuhan yang berbeda (Tulalo

Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

8

dan Maskromo, 2006). Menurut Tenda (2003) kelapa dalam memiliki buah yang

besar dengan jumlah relatif sedikit, yaitu sekitar 70-80 butir per pohon per tahun

(Gambar 2.1). Analisis komponen pada buah kelapa type dalam menunjukan

berat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan daging buah seberat 900 g.

Pada umur 18 tahun, lingkar batang pada ketinggian 20 cm di atas permukaan

tanah sebesar lebih dari 2 m sedangkan pada ketinggian 1,5 m sebesar 1,2 m.

Pembungaaan pertama umumnya terjadi pada umur 5 tahun setelah tanam

sedangkan buah pertama dipanen pada umur 6 tahun.

Gambar 2.1 Salah satu contoh morfologi Kelapa Dalam Palu

Menurut Miftahorrachman (2003), kelapa genjah memiliki ciri sebagai

berikut: memiliki buah yang kecil dengan jumlah relatif banyak, yaitu dapat

mencapai 120 butir per tahun (Gambar 2.2). Analisis komponen pada buah dari

kelapa genjah menunjukkan buah yang lebih ringan dibandingkan dengan kelapa

dalam, yaitu sekitar 850 g dengan berat daging lebih dari 300 g. Kelapa genjah

memiliki lingkar batang pada ketinggian 20 cm sekitar 80 cm dan lingkar batang

pada ketinggian 1 m sebesar 63,5 cm. Kelapa genjah lebih cepat menghasilkan

Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

9

buah dibandingkan dengan kelapa dalam, yaitu pada umur 3 – 4 tahun setelah

tanam.

Gambar 2.2 Salah satu contoh morfologi Kelapa Genjah Kuning Nias

2.2Kelapa Kopyor

2.2.1 Biologi Kelapa Kopyor

Kelapa kopyor merupakan kelapa yang tidak normal karena memiliki

daging buah yang sangat lunak, hancur dan lepas dari tempurungnya (Gambar

2.3). Daging buah kelapa kopyor memiliki rasa yang gurih dan biasanya

dikonsumsi sebagai es kopyor maupun es krim. Munculnya sifat kopyor diduga

karenakekurangan salah satu enzim yang berperan dalam pembentukan

endosperm yaitu enzim α-D-galaktosidase (Tulalo dan Maskromo, 2006). Hal ini

terjadi karena adanya gen yang letal pada endosperm sehingga menyebabkan

endospermnya mudah terlepas dari tempurungnya (Tulalo dan Maskromo, 2006).

Akibat dari putusnya hubungan jaringan endosperm dengan embrio menyebabkan

buah kelapa tidak mampu berkecambah secara alami (Tulalo dan Maskromo,

2006).

Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

10

Gambar 2.3 Perbandingan buah kopyor dengan buah normal

Buah kopyor akan terbentuk apabila bunga betina atau bakal buah yang

memiliki gen kopyor (k) diserbuki oleh bunga jantan yang juga membawa gen

kopyor (k). Apabila terbentuk embrio, maka embrio yang dihasilkan bersifat

homozigot resesif (kk) sedangkan endospermnya memiliki gen kkk. Dengan sifat

genetik seperti ini akan dihasilkan kelapa kopyor. Pada populasi, munculnya sifat

dari gen resesif tersebut hanya sekitar 25 %, sedangkan munculnya sifat dominan

sekitar 75 %. Dengan demikian, kemungkinan terbentuknya buah kopyor pada

pohon kelapa secara alami hanya sekitar 25 % (Maskromo dan Novarianto, 2007).

Pada kelapa kopyor tipe dalam, buah kopyor yang dihasilkan berkisar antara

2 – 10 %, (Tulalo dan Maskromo, 2006), sedangkan pada tipe genjah berkisar

antara 10 - 50% per tandan ( Maskromo dan Novarianto, 2007). Lebih tingginya

persentase buah kopyor pada kelapa genjah diduga karena pola penyerbukan

kelapa di pengaruhi oleh waktu kematangan pada bunga betina dan bunga jantan

dalam satu tandan. Pada kelapa genjah bunga betina dan bunga jantan dalam satu

tandan masak secara bersamaan sehingga peluang penyerbukan sendiri sangat

besar, sedangkan pada kelapa dalam bunga jantan matang terlebih dahulu dari

pada bunga betina sehingga pada saat bunga betina siap diserbuki bunga jantannya

sudah rontok, dengan demikian terjadi penyerbukan silang. Kelapa dalam

memiliki peluang menyerbuk silang sampai 95%, sedangkan kelapa genjah

Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

11

berpeluang menyerbuk sendiri hingga 95% (Novarianto, 2007). Dengan tingginya

kemungkinan menyerbuk sendiri, kelapa genjah memiliki kemungkinan

menghasilkan kopyor lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa dalam.

Sifat kopyor dari buah kelapa tidak dapat dilihat dari luar sehingga sulit

dibedakan dengan kelapa normal. Pada kelapa yang sudah tua, untuk

membedakan kelapa kopyor dengan kelapa normal dapat dilakukan dengan cara

diguncang. Apabila suaranya tidak gemercik menandakan kelapa tersebut kopyor,

demikian pula sebaliknya (Tulalo dan Maskromo, 2006).

Salah satu cara untuk meningkatkan persentase buah kopyor dengan

menyediakan bibit dari embrio kelapa kopyor secarain vitro. Hal ini dilakukan

karena ketidakmampuan embrio kelapa kopyor untuk berkecambah secara alami.

Dengan cara kultur embrio tersebut diharapkan dapat dihasilkan tanaman kelapa

yang dapat menghasilkan buah kelapa kopyor dengan persentase lebih tinggi

dibandingkan dengan cara alami (Sukendah et al, 2008).

2.2.2 Keanekaragamaan Genetika Kelapa Kopyor

Seperti halnya kelapa biasa, kelapa kopyor digolongkan atas dua tipe yaitu

tipe dalam dan tipe genjah. Kelapa kopyor sampai saat ini dapat digolongkan

menjadi tiga macam berdasarkan tipe daging buahnya (Tulalo dan Maskromo,

2006). Pengelompokan tersebut adalah kelapa kopyor dengan daging buah tebal,

tipis dan lilin. Penggolongan tersebut berlaku umum baik pada kelapa dalam

kopyor (Gambar 2.4) maupun kelapa genjah kopyor (Gambar 2.5).

Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

12

Gambar 2.4 Pengelompokan kelapa dalam kopyor berdasarkan tebal tipisnyadaging buah (Tulalo dan Maskromo, 2006).

Gambar 2.5 Pengelompokan kelapa genjah kopyor berdasarkan tebal tipisnyadaging buah (Tulalo dan Maskromo, 2006).

Kelapa kopyor juga digolongkan berdasarkan warna buah. Pada tipe dalam

terdapat tiga warna buah yaitu hijau, hijau kekuningan dan coklat kemerahan

(Gambar 2.6), sedangkan pada tipe genjah ada enam warna buah yaitu hijau,

hijau kekuningan, coklat tua, coklat muda, kuning (gading wulan), dan orange

(gading) (Gambar 2.7) (Tulalo dan Maskromo, 2006).

Gambar 2.6 Pengelompokan kelapa dalam kopyor berdasarkan warna buah (Tulalo dan Maskromo, 2006).

Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

13

Gambar 2.7 Keragaman warna buah kelapa kopyor tipe genjah (Tulalo danMaskromo, 2006).

2.3 Kondisi Geografi dan Potensi Budidaya Kelapa di Kabupaten Purbalingga

Kabupaten Purbalingga termasuk wilayah Propinsi Jawa Tengah bagian

barat daya, terletak pada posisi 101011′ – 109035 Bujur Timur dan 7010′ – 7029′

Lintang Selatan (Gambar 2.8). Batas-batas administratif kabupaten Purbalingga

adalah sebelah utara Kabupaten Pemalang, sebelah timur Kabupaten

Banjarnegara, sebelah selatan Kabupaten Banjarnegara dan Banyumas, dan

Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

14

sebelah barat Kabupaten Banyumas. Luas wilayah Kabupaten Purbalingga lebih

dari 77 juta ha dan terdiri dari 18 kecamatan, yaitu: Kemangkon, Bukateja,

Kejobong, Pengadegan, Kaligondang, Purbalingga, Kalimanah, Padamara,

Kutasari, Bojongsari, Mrebet, Bobotsari, Karangreja, Kertanegara, Karanganyar,

Karangmoncol, Rembang dan Karangjambu. Kabupaten Purbalingga terdiri atas

15 kelurahan dan 224 desa (Biro Pusat Statistik, 2009).

Kabupaten Purbalingga memiliki topografi yang beraneka ragam seperti,

dataran tinggi/perbukitan dan dataran rendah. Bagian utara merupakan daerah

dataran tinggi yang berbukit-bukit dengan kelerengan lebih dari 40 persen yang

meliputi Kecamatan Karangreja, Karangjambu, Bobotsari, Karanganyar,

Kertanegara, Rembang dan sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari,

dan Mrebet. Bagian selatan merupakan daerah dataran rendah dengan nilai faktor

kemiringan berada antara 0 – 25 persen yang meliputi Kecamatan Kalimanah,

Padamara, Purbalingga, Kemangkon, Bukateja, Kejobong, Pengadegan, dan

sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet, sehingga pada

daerah dataran rendah banyak ditemukan tanaman kelapa (Biro Pusat Statistik,

2009).

Potensi pertanian di Kabupaten Purbalingga meliputi beberapa komoditas

seperi padi, jagung, ketela pohon, sayur-sayuran seperti kentang, kacang panjang,

kobis dan cabe, buah-buahan seperti rambutan, duku, jeruk, durian, pisang, salak,

dan nanas, serta tanaman produksi seperti kelapa, kopi, glagah, nilam, melati,

teh, sereh, lada dan empon-empon (Biro Pusat Statistik, 2009).

Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelaparepository.ump.ac.id/2801/3/BAB II_SHINTA NUR KARTIKA_BIOLOGI'11.pdfberat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan

15

Salah satu tanaman produksi di Kabupaten Purbalingga adalah tanaman

kelapa. Diperkirakan, dari luas panen kelapa seluas 12.149,13 ha dapat

menghasilkan 12.674,45 ton kopra, dengan produksi total 12.674,45 ton (Biro

Pusat Statistik, 2009). Kabupaten Purbalingga telah ditunjuk oleh Dinas

Perkebunan Propinsi Jawa Tengah sebagai sumber bibit kelapa untuk wilayah

Jawa Tengah Wilayah tersebut meliputi Desa Sokanegara di Kecamatan

Kejobong, Desa Sinduraja dan Kembaran Wetan di Kecamatan Kaligondang, dan

Desa Cipawon di Kecamatan Bukateja (Pemerintah Kabupaten Purbalingga,

2003). Potensi kelapa kopyor di Kabupaten Purbalingga sangat tinggi, namun

sampai saat ini belum ada peta persebaran kelapa kopyor di Kabupaten tersebut.

Gambar 2.8 Peta Kabupaten Purbalingga (Shodikin, 2011).

Inventarisasi Dan Keanekaragaman…, Shinta Nur Kartika, FKIP UMP, 2011