22
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1 Definisi Cuci Tangan Pakai Sabun Cuci tangan (handwashing) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan ataupun tujuan lainnya. Cuci tangan juga merupakan salah satu cara pencegahan infeksi yang paling tua, paling sederhana dan paling konsisten. mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air yang mengalir (Depkes, 2008). Menurut Priyoto (2015) Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Mencuci tangan yang baik membutuhkan peralatan seperti sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk yang bersih. Tiga komponen untuk mencuci tangan adalah gosokan (friction), sabun (soap), dan air mengalir. Sehingga definisi cuci tangan adalah gerakan menggosok kedua permukaan tangan secara menyeluruh dengan sabun, yang diikuti dengan membilas dibawah air yang mengalir (WHO, 2012). Dalam kehidupan sehari-hari saja, masih banyak yang mencuci tangan hanya dengan air sebelum makan, cuci tangan dengan sabun justru dilakukan setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun

2.1.1 Definisi Cuci Tangan Pakai Sabun

Cuci tangan (handwashing) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan

lainnya dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan

ataupun tujuan lainnya. Cuci tangan juga merupakan salah satu cara pencegahan

infeksi yang paling tua, paling sederhana dan paling konsisten. mencuci tangan

adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan

dengan menggunakan sabun biasa dan air yang mengalir (Depkes, 2008).

Menurut Priyoto (2015) Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi

dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air atau cairan

lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual

keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Mencuci tangan yang baik

membutuhkan peralatan seperti sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk yang

bersih.

Tiga komponen untuk mencuci tangan adalah gosokan (friction), sabun

(soap), dan air mengalir. Sehingga definisi cuci tangan adalah gerakan menggosok

kedua permukaan tangan secara menyeluruh dengan sabun, yang diikuti dengan

membilas dibawah air yang mengalir (WHO, 2012).

Dalam kehidupan sehari-hari saja, masih banyak yang mencuci tangan hanya

dengan air sebelum makan, cuci tangan dengan sabun justru dilakukan setelah

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

9

makan. Mencuci tangan saja adalah salah satu tindakan pencegahan yang menjadi

perilaku sehat dan baru dikenal pada akhir abad ke 19. Mencuci tangan dengan air

saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga

kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun (Ridha, 2014).

2.1.2 Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun

Cuci tangan pakai sabun adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang

paling murah tetapi efektif (Suhri, 2014). Berperilaku Cuci tangan pakai sabun tidak

akan lepas juga dari bagaimana kita melakukan cuci tangan dengan sabun yang baik

dan benar (Pauzan & Huzaidfah, 2017).

Perilaku mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara

membersihkan tangan dan jari-jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya

yang bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang baik dan benar

adalah dengan menggunakan sabun karena dengan air saja terbukti tidak efektif

(Ridha, 2014).

Perilaku sehat cuci tangan pakai sabun yang merupakan salah satu perhatian

dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya

terjadi di negara-negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara-negara maju

pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan

(Murwanto, 2017).

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organism (orang) namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik ataupun faktor- faktor lain dari orang yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

10

bersangkutan (Luthviatin, 2012). Menurut Wawan (2012) perilaku kesehatan itu

sendiri juga dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :

1 Faktor Predisposing (predisposing factor)

Merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, kelompok, dan

masyarakat yang mempermudah individu berperilaku seperti pengetahuan,

sikap, kepercayaan, nilai- nilai dan budaya. Faktor- faktor yang berhubungan

dengan perilaku salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

atau over behavior.

2 Faktor pendukung (enabling factor)

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas-fasilitas atau saranasarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan,

alat-alat steril dan sebagainya.

3 Faktor pendorong (reinforcing factor)

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas

lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.1.3 Macam-Macam Cuci Tangan

Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke-19 dengan tujuan menjadi

sehat saat perilaku dan pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam

angka kematian dari penyakit menular yang terdapat pada negara-negara maju.

perilaku ini diperkenalkan bersamaan dengan isu isolasi dan pemberlakuan teknik

membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang

mencukupi. Macam- macam mencuci tangan (Anam, 2014), yaitu :

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

11

1. Mencuci tangan dengan air

Ritual mencuci tangan di dunia dipraktekkan sebagai bagian dari budaya

maupun praktek keagamaan. Dalam agama hindu terdapat ritual mencuci tangan

“Bahai”, dalam agama yahudi dinamakan tevilah dan netilat yadayim. Praktek

mencuci tangan yang mirip adalah ritual larabu untuk agama kristen, wudhu

untuk Islam, dan misogi di kuil shinto. Mencuci tangan adalah salah satu tindakan

pencegahan yang menjadi perilaku sehat dan baru dikenal pada akhir abad ke-

19.Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti

tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan

dengan sabun.Praktek mencuci tangan yang dianjurkan pada umumnya adalah

dilakukan dibawah air yang mengalir, karena air dalam keadaan diam dan

digunakan untuk mencuci tangan yang kotor

2. Mencuci tangan dengan air panas

Walaupun ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa mencuci

tangan dengan air panas lebih efektif untuk membersihkan tangan,namun

pendapat ini tidak disertai dengan pembuktian ilmiah. Temperatur dimana

manusia dapat menahan panas air tidak efektif untuk membunuh kuman.

Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa air panas dapat membersihkan

kotoran, minyak, ataupun zat-zat kimia, namun pendapat populer ini sebenarnya

tidak terbukti, air panas tidak membunuh mikroorganisme. Temperatur yang

nyaman untuk mencuci tangan adalah sekitar 45°C, dan temperatur ini tidak

cukup panas untuk membunuh mikro organisme apapun. Namun temperatur

yang jauh lebih panas (umumnya sekitar 100°C) memang dapat membunuh

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

12

kuman. Tidak efektifnya temperatur air untuk membunuh kuman juga

dinyatakan dalam prosedur standar mencuci tangan untuk operasi medis dimana

air keran dibiarkan mengalir deras hingga 2 galon per menit dan kederasan air

inilah yang membersihkan kuman, sementara tinggi rendahnya temperaturnya

tidak signifikan.

3. Mencuci tangan dengan sabun

Adalah praktik mencuci tangan, paling umum dilakukan setelah cuci

tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan dengan sabun

diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai, namun

pada praktiknya perilaku ini dilakukan karena banyak hal diantaranya

meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi wangi, dan sebagai

ungkapan rasa sayang pada anak. (Anam, 2014).

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan

dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini

dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan

menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan

kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan

permukaanpermukaan lain seperti handuk, gelas) (Murwanto, 2017).

4. Mencuci tangan dengan tisu basah

Tisu basah diperkenalkan pada awalnya untuk membersihkan tidak

hanya tangan, tetapi juga kotoran bayi, permukaan meja, dan di AS dianjurkan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

13

untuk peralatan rumah tangga lainya. Menurut center for disease control and

prevention (CDC) (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular) di

amerika serikat sebanyak 76 juta dari 300 juta orang yang tinggal di AS sakit

setiap tahunnya karena penyakit yang dibawa bersamaan dengan masuknya

makanan. Sebanyak 300.000 masuk rumah sakit dan dan setiap tahun 5.000

orang meninggal dunia karena penyakit dibawa bersamaan dengan masuknya

makanan tisu basah menjadi alternatif membersihkan tangan setelah mencuci

tangan dengan sabun karena lebih praktis dan tidak memerlukan air (Anuradha,

2012).

2.1.4 Tujuan Mencuci Tangan Pakai Sabun

Tujuan mencuci tangan menurut Depkes RI (2008) adalah salah satu unsur

pencegahan penularan infeksi, Menurut Kristia (2014) mencegah kontaminasi silang

(orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau

perpindahan kuman.

2.1.5 Indikasi Waktu Mencuci Tangan

Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013) adalah :

1. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang,berkebun,dll)

2. setelah BAB (buang air besar),

3. sebelum memegang makanan,

4. setelah bersin, batuk, membuang ingus,

5. setelah pulang dari bepergian, setelah bermain.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

14

Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah

beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai

sabun menurut Jody (2016):

1. Sebelum dan sesudah makan. Pastilah hal ini harus dilakukan. Hal ini dilakukan

untuk menghindari terkontaminasinya makanan yang akan kita konsumsi dengan

kuman,sekaligus mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh kita.

2. Sebelum dan sesudah menyiapkan bahan makanan. Bukankah kuman akan mati

ketika bahan makanan dimasak? Memang benar. Masalahnya bukan terletak

pada bahan makanannya, tetapi kuman – kuman yang menempel pada tangan

anda ketika mengolah bahan mentah.

3. Setelah buang air besar dan buang air kecil. Ketika melakukan buang air besar

dan buang air kecil kuman dan bakteri akan mudah menempel pada tangan

anda, dan harus dibersihkan.

4. Setelah bersin atau batuk. Sama seperti buang air kecil dan buang air besar,

ketika bersin atau batuk, itu artinya anda sedang menyemburkan bakteri dan

kuman dari mulut dan hidung. Refleks kita pastinya menutup mulut dan hidung

dengan tangan, yang artinya, kuman akan menempel pada tangan kita.

5. Setelah menyentuh binatang. Bulu binatang merupakan penyumbang bakteri

dan kuman yang sangat besar, sehingga anda wajib mencuci tangan anda setelah

bersentuhan dengan binatang, terutama yang berbulu tebal.

6. Setelah menyentuh sampah. Sampah sudah pasti merupakan sumber bakteri dan

kuman yang sangat berbahaya bagi tubuh. Wajib hukumnya bagi anda untuk

mencuci tangan setelah menyentuh sampah.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

15

Sebelum menangani Luka, terutama pada bagian tubuh tertentu akan sangat

sensitive terhadap bakteri dan kuman. Apabila anda tidak mencuci tangan

sebelum menangani luka, maka kemungkinan terjadinya infeksi karena bakteri

dan kuman akan menjadi semakin tinggi.

2.1.6 Langkah Cuci Tangan Yang Baik Dan Benar

Teknik mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah

air yang mengalir dengan langkah-langkah sebagai berikut (Kemenkes, 2015) :

1. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir,

2. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan, akan lebih baik jika sabun

yang mengandung antiseptik,

3. Gosokkan pada kedua telapak tangan,gosokkan sampai ke ujung jari,telapak

tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jarijari

saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan tangan kiri, osokkan

sela-sela jari tersebut,

4. Hal ini dilakukan pada kedua tangan, Kemudian letakkan punggung jari satu

dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci,usapkan ibu jari tangan kanan

dengan punggung jari lainnya dengan gerakan saling berputar,

5. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri,

6. Kemudian keringkan tangan dengan menggunakan tisu atau handuk.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

16

2.1.7 Pentingnya Mencuci Tangan dengan Sabun

Kebiasaan mencuci tangan dengan air saja tidak cukup untuk melindungi

seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan. Terlebih bila mencuci

tangan tidak di bawah air mengalir. Mencuci tangan pakai sabun terbukti efektif

dalam membunuh kuman yang menempel ditangan. Tujuan utama dari cuci tangan

secara higienis adalah untuk menghalangi transmisi patogen-patogen kuman

dengan cepat dan secara efektif (Carl, 2008).

2.1.8 Bahaya Jika tidak Mencuci Tangan dengan Sabun

Jika tidak mencuci tangan menggunakan sabun, kita dapat menginfeksi diri

sendiri terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung atau mulut. Dan kita juga

dapat menyebarkan kuman ke orang lain dengan menyentuh permukaan yang

mereka sentuh juga seperti handel pintu. Penyakit infeksi umumnya menyebar

melalui kontak tangan ke tangan termasuk demam biasa, flu dan beberapa kelainan

sistem pencernaan seperti diare. Kebersihan tangan yang kurang juga dapat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

17

menyebabkan penyakit terkait makanan seperti infeksi Salmonella dan E. Coli.

Beberapa mengalami gejala yang mengganggu seperti mual, muntah, dan diare

(Lestari, 2015).

2.1.9 Penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun

Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan membiasakan cuci tangan

pakai sabun diantaranya :

1. Diare

Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya

lebih sering (biasanya lebih dari tiga kali) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).

Sedangkan menurut (Alif, 2014), diare merupakan gejala yang terjadi karena

kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare

disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang yang abnormal dalam usus.

Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk

anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait

menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka

penderita diare hingga separuh.

Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara

akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti

tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari

kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika

mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang

terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

18

terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor (Alif,

2014).

Menurut Syafirah (2013), tingkat keefektifan mencuci tangan dengan

sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe

inovasi pencegahan adalah : Mencuci tangan dengan sabun (45%), penggunaan

air olahan (39%),sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air

(25%), sumber air yang diolah (11%).

2. Kecacingan

Definisi kecacingan menurut World Health Organization (WHO) adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Cacing umumnya

tidak menyebabkan penyakit berat sehingga seringkali diabaikan walaupun

sesungguhnya memberikan gangguan kesehatan. Tetapi dalam keadaan infeksi

berat atau keadaan yang luar biasa, kecacingan cenderung memberikan analisa

yang keliru kearah penyakit lain dan tidak jarang dapat berakibat fatal.

Kebanyakan penyakit cacingan ditularkan melalui tangan yang kotor. Kebersihan

tangan sangat penting karena tidak ada bagian tubuh lainnya yang paling sering

kontak dengan mikroorganisme selain tangan (Sihotang, 2017).

Cacingan adalah salah satu jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh

adanya cacing di dalam usus manusia. Penyakit ini mudah menular dari satu

orang ke orang lain.Walaupun banyak dijumpai pada anak-anak, cacingan juga

menginfeksi orang dewasa, terutama yang tidak begitu mempedulikan

kebersihan (Mufidah, 2012).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

19

Infeksi kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis

cacing kelas nematoda usus khususnya yang penularannya melalui tanah,

diantaranya cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris

trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus).

2.2 Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

2.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku CTPS

Menurut Mubarak (2011) seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan

tinggi khususnya dalam hal cuci tangan, maka hal tersebut akan mendorong

seseorang akan menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam bentuk perilaku atau

tindakan. Pengetahuan seperti manfaat mencuci tangan, momen cuci tangan, dan

akibat tidak mencuci tangan, sehingga seseorang tersebut akan cenderung

menghindari akibat tidak mencuci tangan dan mulai menerapkan cuci tangan yang

benar.

Faktor predisposisi terhadap perilaku adalah pengetahuan, apabila perilaku

didasari oleh pengetahuan, kesadaran serta sikap yang positif maka perilaku

tersebut akan bersifat abadi (Ningsih, 2015). Semakin tinggi pengetahuan seseorang

tentang mencuci tangan, semakin baik sikap mereka dalam penerapan cuci tangan

(Wati, 2011).

Sejalan dengan penelitian Mustika (2016) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku cuci tangan pada ibu-ibu nelayan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

20

pengetahuan tentang cuci tangan dapat meningkatan status kesehatan, khususnya

dalam hal pemutus rantai kuman dan pencegahan.

2.2.2 Hubungan Peran Orang Tua dengan Perilaku CTPS

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi

pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peran itu sangat menentukan dalam

mendidik anak. Ibu merupakan orang pertama kali dijumpai seorang anak dalam

kehidupannya. Karena itu, segala perilaku, cara mendidik anak, dan kebiasaannya

dapat dijadikan contoh bagi anaknya, biasanya timbul sikap ketergantungan anak

lebih kepada ibunya daripada kepada ayahnya, hal ini dikarenakan ibu dengan

kasing sayang dan kelembutan serta frekuensi kebersamaan antara ibu dan anak

lebih banyak dari pada ferkuensi kebersamaan antara ayah dengan anak. Demikian

juga dalam menanamkan pengetahuan mengenai pentingnya cuci tangan, sebagian

orang tua memang tampak mampu menjaga dengan baik perilakunya dimana yang

demikian itu dapat memeri pengaruh yang positif terhadap perilaku anak (Arifah,

2012).

Anak akan mempunyai kesadaran dan kebiasaan yang telah terpatenkan dari

kecil terhadap kebiasaan hidup bersih dan sehat terutama kebiasaan mencuci

tangan dalam setiap selesai melakukan aktivitas tertentu. Hal ini akan terbawa

sampai anak menjadi dewasa karena anak akan merasa risih apabila apabila ada

sesuatu yang bersifat kotor menempel pada dirinya. Cuci tangan merupakan salah

satu kebiasaan yang tercakup dalam PHBS adalah cuci tangan. Meski terkesan

sepele, cuci tangan memiliki manfaat besar. Menurut praktisi kesehatan dr

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

21

Handrawan Nadesul, setidaknya ada 20 jenis penyakit yang bisa dicegah hanya

dengan membiasakan diri mencuci tangan secara benar (Aldi, 2009).

Luthvianti (2012) Menyatakan bahwa menerima dukungan atau anjuran

untuk mengambil tindakan kesehatan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku

(Health Belief Model). Misalnya, seorang anak akan membiasakan untuk mencuci

tangannya memakai sabun jika orangtuanya selalu memberikan anjuran untuk

melakukan perilaku tersebut.

Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dari kedua orang tua yaitu

ayah dan ibu dalam bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan

keturunannya sebagai tokoh panutan anak semenjak terbentuknya pembuahan

secara konsisten terhadap stimulus tertentu, baik berupa bentuk tubuh maupun

sikap moral dan spiritual serta emosional yang mandiri (Maryuni, 2013).

Baik dan buruknya peran orang tua ini juga akan dipengaruhi oleh faktor

kelas sosial, dimana didalam faktor kelas sosial ini terdapat unsur-unsur pendidikan,

pekerjaan dan penghasilan. Pendapatan atau finansial akan mempengaruhi status

ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih bisa

terpenuhinya kebutuhan, sehingga yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi

status ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya. Hal ini

akan berpengaruh terhadap peran orangtua dalam mendidikan dan mengasuh

anak-anaknya tidak terkecuali dalam kaitannya dengan peran untuk membiasakan

anak mencuci tangan dengan benar (Notoatmodjo, 2003).

Peran orang tua sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan

pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

22

membiasakan cuci tangan. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup

besar di dalam pengawasan anak dalam melakukan cuci tangan. Pengetahuan orang

tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau

tidak mendukung sikap tersebut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara

alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan orang tua dengan

pengetahuan rendah mengenai perilaku cuci tangan merupakan faktor predisposisi

dari perilaku yang tidak mendukung tercapainya kebiasaan cuci tangan pada anak

(Riyanti, 2008).

Penelitian Novi (2016) dengan judul hubungan peran orang tua, pengaruh

teman sebaya dengan perilaku cuci tangan pakai sabun di SDN 177/IV Kota Jambi,

didapatkan hasil dimana terdapat hubungan yang signifikan antara peran orang tua

dan pengaruh teman sebaya dengan perilaku cuci tangan pakai sabun.

2.2.3 Hubungan Peran Guru dengan Perilaku CTPS

Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis untuk

mempromosikan kesehatan sekolah juga merupakan institusi yang efektif untuk

mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat diajarkan tentang

maksud perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya (Setiawan, 2014).

Pembentukan perilaku kesehatan sejak dini di Institusi Pendidikan lebih

mudah pelaksanaannya daripada setelah anak menginjak usia dewasa. Perilaku

kesehatan yang buruk pada anak dapat mendatangkan berbagai jenis penyakit.

Kebiasaan CTPS harus ditanamkan sejak dini agar bisa terbawa hingga usia tua.

Murid sekolah dasar (SD) cenderung menjadi target yang tepat untuk dibekali

dengan hal-hal yang positif seperti CTPS untuk hidup lebih sehat. Usia anak sekolah

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

23

adalah usia yang muda, mereka masih membutuhkan bantuan dan tuntunan dari

orang disekitar lingkungannya yaitu orang tua, dan guru. Pada dasarnya keluarga

dan guru merupakan unit terkecil bagi suatu bangsa yang memungkinkan untuk

menjadi awal dari proses pendidikan dan sosialisasi budaya baik, seperti salah

satunya adalah budaya CTPS. Dalam hal ini komunitas sekolah memegang peranan

penting dalam penanaman kebiasaan CTPS (Jahang, 2013).

Jody (2016) menyatakan bahwa CTPS pada tatanan pendidikan adalah upaya

untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu,

mau, dan mampu mempraktikan CTPS dan berperan aktif dalam mewujudkan

sekolah sehat. Sasaran pembinaan CTPS di sekolah adalah siswa, warga sekolah

(kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah, dan orang tua siswa), dan

masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dan lain-lain). Anak yang

memasuki pendidikan pada tingkat sekolah dasar (SD) sangat tergantung kepada

guru kelasnya di sekolah sehingga guru kelas merupakan faktor penting dalam

pendidikan anak SD termasuk dalam pembentukan perilaku CTPS di sekolah.

Seorang anak secara psikologis cenderung meniru apa yang dilihat dalam

kesehariannya termasuk juga perilaku kesehatan yang dilakukan dan ditanamkan

oleh orang tuanya di rumah, sehingga faktor tersebut juga dapat berpengaruh

terhadap perilaku CTPS anak di lingkungan sekolah.

Menurut Suyono (2012) guru memiliki peran untuk membantu siswa dalam

mengembangkan keterampilan serta pengetahuan siswa. Hal tersebut yang

membuat guru merupakan faktor yang memengaruhi berhasil atau tidaknya

pengetahuan anak, sehingga peran guru dalam memberikan edukasi mengenai

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

24

pentingnya melakukan cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah melakukan

aktivitas.

Guru merupakan suri tauladan bagi muridnya yang dapat memberikan

arahan kepada muridnya untuk selalu berperilaku sehat seperti cuci tangan yang

benar menggunakan sabun dengan baik. Para guru di sekolah menjadi sasaran,

dalam kapasitasnya sebagai sosok panutan sekaligus sumber informasi terpercaya

bagi para siswa. Intervensi yang ditujukan pada para siswa, akan efektif dilakukan

melalui para guru terlebih dahulu. Untuk selanjutnya para guru yang akan

mengajarkan, memberikan motivasi, selalu mengingatkan, memberi contoh dan

memberikan ganjaran baik positif maupun negatif, sehingga suatu tindakan dapat

diharapkan menetap menjadi kebiasaan (Kristia, 2014).

Secara umum peran guru dalam proses belajar-mengajar, guru mempunyai

tugas mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk

mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk membantu proses

perkembangan siswa. Penyampaian materi pembelajaran hanyalah merupakan

salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagi suatu proses yang dinamis

dalam segala fase dan proses perkembangan siswa (Nugroho, 2015).

Menurut Suyono (2012) guru merupakan faktor yang mempengaruhi

berhasil tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-

prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Misalnya Cara cuci

tangan yang benar dan baik harus di ajarkan kepada para anak didik sebagai suatu

pelajaran yang memang umum dan wajib dilakukan bukan hanya disekolah.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

25

Khairul (2017) ada antara dukungan guru dengan perilaku cuci tangan yang

benar. Dukungan guru cukup berperan dalam perilaku siswa dalam mencuci tangan

yang benar dengan baik, karena guru mampu mengingatkan serta menyuruh siswa

untuk mencuci tangan yang benar dengan baik.

2.2.4 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Perilaku CTPS

Dalam Undang-undang (UU) tentang Tenaga Kesehatan (UU No. 36 Tahun

2014) disebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan

diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

untuk melakukan upaya kesehatan. Dukungan tenaga kesehatan merupakan bentuk

pelayanan perannya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Harapan

masyarakat bila berhadapan dengan tenaga kesehatan adalah dapat memberikan

solusi untuk menyelesaikan masalah kesehatannya baik keluhan hal yang mendasar

sampai hal-hal yang komplikasi ditanyakan kepada mereka. Peran tenaga kesehatan

ini juga segala peran dan tindakan dari tenaga kesehatan yang berhubungan

langsung dengan masyarakat dalam hal yang bekaitan dengan kesehatan baik itu

peran secara langsung dengan kondisi kesehatan seseorang maupun peran dalam

hal dukungan dalam bentuk program kebijakan dibidang kesehatan (Kemenkes,

2015).

Peran tenaga kesehatan yang langsung bersentuhan dengan guru dan siswa

disekolah adalah dengan mengadakan program UKS di sekolah yang bekerja sama

dengan petugas kesehatan serta memilih kader-kader di sekolah yang telah dibina

dan diberikan pemahaman mengenai masalah kesehatan disekolah agar mampu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

26

mengatasi masalah-masalah kesehatan yang timbul di lingkungan sekolah

(Saptianingsih, 2013).

Petugas kesehatan diharapkan untuk dapat membantu guru dalam

mengembangkan keterampilan serta pengetahuan siswa di sekolah mengenai

perilaku hidup bersih dan sehat, misalnya perilaku CPTS diharapkan petugas

kesehatan dapat mengunjungi sekolah dan memberikan penyuluhan mengenai

manfaat dan bahaya yang berkaitan dengan perilaku CTPS, hal tersebut yang

bertujuan memberikan edukasi mengenai pentingnya melakukan cuci tangan pakai

sabun sebelum dan sesudah melakukan aktivitas (Setiawan, 2014).

2.2.5 Hubungan Ketersediaan Fasilitas di Sekolah dengan Perilaku CTPS

Karakteristik ketersediaan fasilitas sanitasi sekolah adalah segala sesuatu

yang mempermudah upaya serta memperlancar kerja dalam rangka mencapai

suatu tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan di

tingkat global, ketersediaan sanitasi sekolah yang memadai akan memberikan

dampak yang luar biasa pada beberapa indikator utama dalam pembangunan

sektor kesehatan, pendidikan, kesetaraan jender, ekonomi serta air dan sanitasi

(Sari, 2018).

Berdasarkan definisi indikator sanitasi sekolah yang dipublikasikan oleh

UNICEF dan WHO, indikator kebersihan, tidak saja hanya dilihat dari ketersediaan

fasilitas cuci tangan, namun juga ketersediaan sabun dan air yang mengalir. Di

dalam peraturan bersama itu juga terdapat tiga pilar UKS/M yakni pendidikan

sehat, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat. Sanitasi sekolah

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

27

berkaitan dengan dua pilar UKS/M yakni pendidikan kesehatan dan pembinaan

lingkungan sehat (Jahang, 2013).

Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nomor 24 tahun 2007 tentang

standar sarana prasarana SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA, standar terkait sanitasi

sekolah. sekolah harus mengoptimalkan sarana dan prasarana yang mendukung

PHBS disekolah seperti perilaku CTPS. Dalam penyediaan sarana dan prasarana

disesuaikan dengan standar peraturan yang ada, misalnya, peraturan menteri

pendidikan nasional nomor: 24 tahun 2007 dan peraturan menteri kesehatan

nomor 1429/Menkes/ SK/XII/2006 tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan

lingkungan sekolah (Murwanto, 2017).

Program sekolah dasar bersih dan sehat didukung bangunan yang terdiri

atas ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang kelas, kamar

mandi/WC, ruang UKS, kantin, gudang, tempat ibadah, halaman, dan pagar sekolah.

Semua unit bangunan di sekolah bebas dari suara gaduh dan bising yang

mengurangi konsentrasi belajar peserta didik dan kenyamanan mengajar guru

(Ningsih, 2015).

Hikmah, Nur (2015) faktor yang mempengaruhi perilaku mencuci tangan di

SD antaranya adalah fasilitas untuk melakukan tindakan mencuci tangan anak

tentang pentingnya mencuci tangan. Sebelum anak berperilaku mencuci tangan,

maka anak harus tahu terlebih dahulu bagaimana cara mencuci tangan misalnya

kran air bersih, sabun, dan tissue kering sehingga siswa/i menjadi terbiasa untuk

melakukan tindakan cuci tangan pakai sabun setelah melaksanakan berbagai

kegiatan di sekolah.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

28

pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau

prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang

atau masyarakat. Untuk terjadinya praktek cuci tangan pakai sabun di sekolah perlu

ada sarana air yang mengalir, tersedianya sabun untuk cuci tangan, kain lap yang

kering dan bersih bagi setiap siswa serta bila perlu aturan yang mengikat siswa

untuk melakukan cuci tangan pakai sabun dengan cara yang benar dan pada saat

yang diperlukan. Faktor pemungkin adalah faktor antesenden terhadap perilaku

yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Pengetahuan dan

sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, karena masih diperlukan sarana

atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung terjadinya perilaku tersebut

(Notoatmodjo, 2012).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1

29

2.3 Kerangka Teori

Teori modifikasi dari Wawan dan Dewi (2011), WHO dalam Notoatmodjo (2012) dan

Ana (2015)

Ana (2015)

1. Pengetahuan

2. Sikap

Perilaku CPTS

Wawan dan Dewi (2011)

1. Kepercayaan

2. Persepsi

3. Penilaian

Wawan dan Dewi (2011)

1. Peran guru

2. Peran orang tua

3. Peran teman sebaya

Wawan dan Dewi (2011)

1. Fasilitas

2. Uang

3. Tenaga

Ana (2015)

1. Kebudayaan

2. Nilai-nilai tradisi