26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah Darah adalah salah satu jaringan yang mempunyai sifat berbeda dari jaringan lain dimana berupa cairan sehingga mampu untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Darah berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri melalui sistem yang disebut sistem kardiovaskuler (Nugraha G, 2017). Darah merupakan cairan yang berwarna merah, warna merah ini adalah protein yang mengandung besi dimana merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen yang terikat oleh hemoglobin. Warna merah darah ini tergantung pada tinggi rendahnya kandungan oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) didalamnya, darah yang mengandung banyak CO2 akan memberikan warna lebih gelap atau merah tua sedangkan darah yang mengandung O2 memberikan warna merah muda (Sa’adah, 2018). Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada laki-laki. Karena pentingnya darah bagi kelangsungan hidup maka terdapatlah mekanisme yang dapat memperkecil kemungkinan kehilangan darah apabila terjadi kerusakan terhadap pembuluh darah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Darah

Darah adalah salah satu jaringan yang mempunyai sifat berbeda dari jaringan lain

dimana berupa cairan sehingga mampu untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang

lain. Darah berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan

tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan

tubuh terhadap virus atau bakteri melalui sistem yang disebut sistem kardiovaskuler

(Nugraha G, 2017).

Darah merupakan cairan yang berwarna merah, warna merah ini adalah protein

yang mengandung besi dimana merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen

yang terikat oleh hemoglobin. Warna merah darah ini tergantung pada tinggi rendahnya

kandungan oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) didalamnya, darah yang

mengandung banyak CO2 akan memberikan warna lebih gelap atau merah tua

sedangkan darah yang mengandung O2 memberikan warna merah muda (Sa’adah,

2018).

Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata

5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada laki-laki. Karena pentingnya darah bagi

kelangsungan hidup maka terdapatlah mekanisme yang dapat memperkecil

kemungkinan kehilangan darah apabila terjadi kerusakan terhadap pembuluh darah,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

trombosit atau keping darah sangat berperan dalam hemostasis yaitu perhentian

perdarahan dari suatu pembuluh darah yang cedera. (Sherwood L, 2004).

2.1.1.1 Komposisi Darah

Komponen utama dalam darah pada makluk hidup berbentuk cairan yang

berwarna merah terdiri dari 2 komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma

darah adalah komponen penyusun darah yang paling banyak, sebesar 50-60% bagian

darah adalah plasma darah, sisanya adalah sel-sel darah yaitu sekitar 40-50 %. Plasma

darah terdiri dari protein-protein darah seperti immunoglobin, albumin, protein, nutrisi,

hormon, gas terlarut (CO2 dan O2), serta zat hasil ekskresi (urea), namun begitu

komposisi terbesar darah adalah air (91-92 %). Sedangkan sel sel darah terdiri dari sel

darah merah (eritrosit) sel darah putih (leukosit) dan sel-sel pembeku (trombosit).

(Suparyanto, 2014).

Gambar 2.1 Darah dan Komposisinya

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Sumber : Fadhilah, 2016

2.1.1.2 Fungsi Darah

Secara singkat fungsi darah terdiri dari beberapa macam, antara lain:

1. Sebagai sistem transport semua bahan-bahan kimia, oksigen dan zat-zat makanan

yang diperlukan oleh tubuh, sehingga tubuh dapat berfungsi dengan semestinya dan

membuang karbondioksida serta hasil pembuatan lainnya.

2. Leukosit berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi (granulosit

dan monosit berfungsi pada proses inflamasi dan fagositosis terhadap serangan virus

atau bakteri, limfosit berfungsi imunitas spesifik).

3. Eritrosit berfungsi sebagai transpost nutrisi, oksigen, dan karbondioksida ke seluruh

jaringan tubuh.

4. Trombosit berfungsi dalam mekanisme hemostasis yang bekerja pada system

pembekuan darah melalui kemampuan adhesi, kohesi dan agregasi, pembekuan

darah, serta memelihara integritas darah.

5. Plasma mengandung protein yang diperlukan dalam pembentukan jaringan sehingga

jaringan tetap dalam kondisi ternutrisi.

6. Darah mengantarkan hormon dan enzim ke organ lain, menjaga keseimbangan

tubuh, mempertahankan suhu tubuh, menjaga keseimbangan asam basa sehingga pH

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

darah dan cairan tubuh tetap dalam keadaan seharusnya (Sadikin, 2001; Andriyanto,

2011; Pratama, 2017; Sa’adah, 2018).

2.1.2 Talasemia

2.1.2.1 Pengertian Talasemia

Talassemia merupakan penyakit anemia hemolitik, penyakit ini bawaan sejak lahir

yang di dapat dari kedua orang tuanya yang diwariskan secara autosom karena adanya

kelainan hemoglobin, yang disebabkan karena kurang atau tidak terbentuknya satu atau

lebih rantai polipeptida hemoglobin sehingga menyebabkan terjadinya anemia

hemolitik. (Suriadi, 2010)

Gejala dari penyakit talasemia menyerupai gejala pada penyakit anemia yang

ditandai dengan gejala lemah, letih, dan lesu. Dapat diartikan juga bahwa talasemia

merupakan penyakit anemia hemolitik, yang disebabkan karena Hb yang tidak normal

akibat gangguan pembentukan jumlah rantai globin struktur Hb sehingga menyebabkan

umur eritrosit kurang dari 120 hari sebagai akibat dari kerusakan sel darah merah di

dalam pembuluh darah. (Susilaningrum, 2013).

Penyakit talasemia merupakan penyakit genetik atau bawaan (autosomal) yang

diturunkan berdasarkan hukum Mendel. Jika dua pembawa sifat/talasemia minor

menikah, maka mereka berpeluang mempunyai 25% anak yang sehat, 50% anak

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

sebagai pembawa sifat, dan 25% anaknya sebagai talasemia mayor. Peluang ini terjadi

pada setiap konsepsi/kehamilan, sehingga bisa saja dalam 1 keluarga semua anaknya

merupakan pengidap talasemia mayor atau semua anaknya tampak sehat. Meskipun

tidak ada gejala sama sekali, namun belum tentu mereka sehat karena tetap mempunyai

peluang sebagai talasemia minor. Oleh karena itu, jika kedua orang tua diketahui

sebagai pembawa sifat talasemia harus sesegera mungkin memeriksakan diri mereka

dan anak keturunannya agar dapat segera diidentifikasi sedini mungkin. (Genie, Ratna

A, 2005).

Gambar 2.2. Talasemia Diturunkan Berdasarkan Hukum Mendel

Sumber : (Genie, Ratna, 2005) ( Mariani, 2011)

2.1.2.2 Patofisiologi Talasemia

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Hemoglobin pada dewasa terdiri dari bentuk A, A2 dan F (fetal). Hemoglobin A

(HbA) mencakup 95-98% dari seluruh jumlah hemoglobin pada tubuh dan terdiri dari

tetramer yang terbuat dari 2 subunit globin alfa dan 2 subunit globin beta. Hemoglobin

A2 (HbA2) mencakup mayoritas dari sisa hemoglobin yang ada (<3.3%) dan terdiri

dari 2 subunit globin alfa dan 2 subunit globin delta. <1% dari hemoglobin adalah

hemoglobin F (HbF) dan terdiri dari 2 subunit globin alfa dan 2 subunit globin gamma.

(Sharma D, 2017).

Pada saat perkembangan fetus, proses eritropoiesis awalnya terjadi pada hati,

kemudian ke limpa dan pada usia pertengahan kehamilan mulai beralih ke sumsum

tulang. Pada usia kehamilan 6-10 minggu mayoritas dari hemoglobin yang ada pada

bayi adalah HbF, mayoritas dari rantai globin yang dibentuk adalah subunit globin alfa

dan subunit globin fetal. Pada sekitar usia 30 minggu, jumlah pembentukan rantai

globin fetal mulai menurun dan jumlah rantai globin beta meningkat sehingga jumlah

HbF menurun dan HbA meningkat. Setelah lahir, jumlah pembentukan HbF akan terus

menurun dan HbA akan meningkat sehingga 95-98% dari Hb di tubuh adalah HbA.

(Aster JC, Bunn HF, 2017).

Talasemia terjadi apabila terdapat kelainan pada gen yang mempengaruhi produksi

rantai globin sehingga produksi Hb menurun. Kelainan pembentukan rantai globin

yang paling sering terjadi terkait dengan globin alfa dan globin beta dan menyebabkan

talasemia alfa dan talasemia beta. Terdapat beragam genotip dan gambaran klinis

talasemia. (Aster JC, Bunn HF, 2017,. Sharma D, 2017).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

2.1.2.3 Manifestasi Klinis Talasemia

Talasemia terbagi menjadi 2 yaitu talasemia alfa dan talasemia beta, adapun

talasemia beta ada 3 macam yaitu talasemia mayor, talasemia minor dan talasemia

mayor-minor yang biasa disebut talassemia intermedia. Talasemia Mayor,

menunjukkan manifestasi klinis yang jelas, ditandai dengan anemia berat, produksi

eritrosit (eritropoesis) yang tidak efektif, hemolisis, serta menyebabkan pertumbuhan

dan perkembangan anak yang lambat dan tidak sesuai dengan umur serta dapat

menimbulkan kelainan bentuk pada tengkorak. Talasemia minor, pada umumnya tidak

menunjukkan manifestasi klinis yang jelas, tetapi merupakan faktor penbawa dari

talasemia mayor atau disebut dengan carier. (Muttaqin, 2009).

Anemia pada talasemia terjadi pada usia 3-6 bulan ketika terjadi pergantian sintesis

rantai alfa menjadi rantai beta yaitu HbF menjadi HbA secara normal kasus yang lebih

ringan terjadi di atas usia tersebut (sampai usia 4 tahun) (Marini 2011)

Pasien dengan talassemia mayor akan menjalani perawatan yaitu transfusi darah

sepanjang hidupnya (Koplewich, 2005), sependapat dengan Adriani, dkk (2012) bahwa

talasemia mayor merupakan penyakit kronik yang mengharuskan pasien menjalani

transfusi darah seumur hidup.

2.1.2.4 Manifestasi Laboratorium Talasemia

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Diagnosis talasemia beta ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan

gambaran klinis. Pemeriksaan hematologi menunjukkan perubahan yang khas pada sel

darah merah yaitu; mikrositosis, hipokromia, anisositosis, poikilositosis, sel-sel target

dan basophilic stipling (bercak-bercak berbentuk batang) pada berbagai stadium. Kadar

Hb dan hematokrit (Ht) yang rendah terlihat pada anemia berat. (Mehta, Atul B. 2008).

Gambar 2.3 Sediaan Apus Darah Tepi Pada Talasemia

Sumber : Williams dan Wilkins,2008

Sampel darah pasien Talasemia mudah terjadi hemolisis, dikarenakan adanya

kelainan gen yang mengakibatkan berkurang atau tidak terbentuknya rantai globin

pembentuk hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna dan sel darah

merah mudah pecah maka terjadilah anemia. Untuk itu perlu diperhatikan dalam

pemberian antikoagulan serta lama simpan sampel Talasemia untuk mendapatkan hasil

diagnosis yang akurat. (Stuart R, Hulsman, 1992)

2.1.3 Antikoagulan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Darah mudah membeku jika berada diluar tubuh. Apabila didiamkan, bekuan akan

mengerut dan serum terperas keluar. Cepat membekunya darah ini dapat diatasi dengan

penambahan suatu zat yang disebut dengan antikoagulan (Riadi, 2011).

Antikoagulan adalah zat yang dapat mencegah penggumpalan atau pembekuan

darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin

yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses

pembekuan. Antikoagulan sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap

pemeriksaan laboratorium. Spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang

berisi antikoagulan sesuai kebutuhan dan dicampur segera setelah pengambilan untuk

mencegah pembentukan bekuan darah. Pencampuran harus dilakukan perlahan/lembut

untuk mencegah terjadinya hemolisis. (Sodikin K, 2016).

EDTA yang digunakan sejak awal 1950-an untuk mencegah pembekuan dalam

sampel darah tersebut memiliki kelebihan dibandingkan antikoagulan lainnya.

Karakteristik yang paling berbeda, adalah EDTA tidak merusak sel-sel darah, dan tidak

mempengaruhi pengenceran yang berarti, sehingga sangat bagus untuk pemeriksaan

hematologi, selain mencegah koagulasi, tidak merusak sel darah, pada pemakaian

antikoagulan EDTA tidak menyebabkan perubahan morfologi dalam sel darah dan

jumlah sampel darah atau pengenceran yang tidak berarti. Setiap pengambilan darah,

tabung harus terbalik 8-10 kali untuk memastikan pencampuran (homogen), dan

dengan perbandingan yang benar (Seelig, 2008; Guptha, et al, 2014).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Umumnya antikoagulan yang dipakai adalah EDTA, karena memiliki keunggulan

dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah,

sehingga ideal untuk pengujian hematologi rutin. Untuk aplikasi hematologi, EDTA

tersedia dalam tiga bentuk, termasuk kering aditif (K2EDTA atau Na2EDTA) dan aditif

cair (K3EDTA). (Kosasih A, 2016).

2.1.3.1 K2EDTA

K2EDTA merupakan antikoagulan yang dikemas dalam bentuk kering (Spray

Dried) sehingga tidak mengencerkan sampel, mengandung 2 kali ion kalium,

antikoagulan ini merupakan antikoagulan pilihan untuk menghitung jumlah sel darah

dan ukuran sel karena menghasilkan sedikit penyusutan sel darah merah dan sedikit

peningkatan volume sel serta direkomendasikan oleh ICSH (The International Council

for Standardization in Haematology). (Am 1993, McPherson, et al., 2011).

Selain itu tabung vakutainer K2EDTA memiliki beberapa kelebihan lain yaitu

dikemas dalam bentuk plastik sehingga menjadikan tabung ini lebih aman daripada

kaca, hampir tahan terhadap kerusakan sehingga melindungi petugas kesehatan

terhadap cedera dan paparan pathogen yang ditularkan melalui darah. Dengan tabung

plastik ini membuat aman pada saat pembuangan dan menjadi efisien melalui

pembakaran (Fisher, 2018).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

2.1.3.2 K3EDTA

K3EDTA biasanya dikemas dalam bentuk cair sehingga dapat menyebabkan

sedikit pengenceran pada sampel darah yang ditambahkan, mempunyai pH yang lebih

basa dan konsentrasi yang tinggi mengandung 3 kali ion kalium menyebabkan

penyusutan eritrosit serta mengakibatkan penurunan hematokrit sebesar 2-3% dalam

waktu 4 jam setelah pengambilan sampel dan diikuti peningkatan MCV. (Goossens, et

al., 1992; Alan, 2006).

K3EDTA direkomendasikan oleh Clinical and Laboratory Standarts Institute

(CLSI) yang sebelumnya disebut sebagai The National Committee for Clinical

Laboratory Standart /NCCLS) dari Amerika Serikat. ICSH menganjurkan pemakaian

K2EDTA pada konsentrasi 1,5-2,0 mg/mL darah namun K3EDTA dapat digunakan

sebagai alternatif sebagai pengganti K2EDTA. (A. Kosasih dan Lyana S, 2016).

2.1.4 Pemeriksaan Hematologi Rutin

Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dikelompokkan menjadi satu paket

yang disebut dengan profil atau panel seperti pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi liver,

fungsi hati, dan juga hematologi rutin. (Kemenkes RI, 2011)

Sampel darah sering digunakan untuk pemeriksaan hematologi. Hematologi rutin

adalah suatu pemeriksaan rutin yang mencakup tentang sel-sel darah yaitu hemoglobin,

hematokrit, eritrosit, leukosit, dan trombosit. (Andriyoko, 2012).

2.1.4.1 Hemoglobin

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi yang berada di dalam sel

darah merah atau eritosit, berfungsi untuk mengangkut oksigen (O2) dari paru-paru ke

seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbondioksida (CO2) kembali ke paru-paru

untuk dihembuskan keluar tubuh melalui pernafasan. Molekul dari hemoglobin terdiri

dari; globin, apoprotein, dan empat gugus heme, yakni suatu molekul organik dengan

satu atom besi. (Mehta, Victor, 2008).

Sebanyak 65% hemoglobin disintesis dalam eritroblast dan 35% disintesis pada

stadium retikulosit. Heme disintesis dalam serangkaian langkah yang melibatkan

kompleks enzim dalam mitokondria dan dalam sitosol sel. (Hoffbrand, 2009).

Gambar 2.4 Struktur Hemoglobin

Sumber: (Geralyn M. Caplan, 2001)

Kadar hemoglobin dengan hasil lebih rendah dari nilai normal disebut anemia,

sedangkan jika kadarnya lebih tinggi dari normal disebut dengan polisitemia. Tinggi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

dan rendahnya kadar hemoglobin sangat berpengaruh terhadap fungsi dari hemoglobin

tersebut. (Riana, 2010; Gunadi, dkk, 2016; Sa’adah, 2018).

Nilai normal hemoglobin ditentukan oleh jenis kelamin, untuk laki-laki 13,0-18,0

g/dL dan untuk wanita lebih rendah yaitu 12,0-16,0 g/dL. (Kemenkes RI, 2011).

2.1.4.2 Hematokrit

Hematokrit (Ht atau Hct) atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Packed Cell

Volume (PVC) adalah suatu pemeriksaan untuk menentukan perbandingan eritrosit

terhadap volume darah yang ditetapkan dalam satuan %. (Nugraha G, 2017).

Nilai hematokrit diambil dari volume darah yang yang sudah dipisahkan dari

plasma dengan cara memasukkan ke dalam tabung khusus dan disentrifugasi dengan

kecepatan tertentu. Nilai hematokrit dapat digunakan sebagai screening awal penyakit

anemia, dan dapat digunakan sebagai tes screening hasil hemoglobin darah. (Sadikin

M, 2008)

Dalam keadaan normal nilai Ht sama dengan 3 kali nilai Hb tetapi dalam keadaan

tertentu nilai tersebut dapat berubah misalnya pada beberapa kasus anemia. Nilai

rujukan untuk hematokrit adalah sebagai berikut:

1. Bayi baru lahir : 44-46 %

2. Usia 1-3 tahun : 29-40 %

3. Usia 4-10 tahun : 31-43 %

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

4. Pria dewasa : 40-54 %

5. Wanita dewasa : 36-46 % (Nugraha G, 2017)

2.1.4.3 Eritrosit

Eritrosit diproduksi didalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Eritrosit yang

sudah tua akan beredar didalam tubuh anatar 115-120 hari, setelah itu akan mati.

(Syaifudin 2016).

Eritrosit merupakan komponen darah yang mempunyai ciri-ciri berbentuk cakram

bikonkaf, tidak bergerak dan tidak berinti, serta berwarna merah karena mengandung

hemoglobin. Dengan bentuk bikonkaf ini memungkinkan untuk oksigen (O2) dapat

keluar masuk ke dalam sel secara cepat. (Gibson J, 2002).

Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengedarkan hemoglobin ke seluruh tubuh

dengan membawa oksigen dari paru–paru ke seluruh jaringan tubuh. Secara normal

jumlah eritrosit pada laki-laki adalah 5.200.000 permilimeter kubik, sedangkan untuk

wanita lebih rendah yaitu 4.700.000 permilimeter kubik. (Guyton, Arthur C,1990).

Gambaran eritrosit dapat dilihat dari ukuran dan jumlah hemoglobin yang terdapat

di dalam sel. Berdasarkan ukuran dan jumlah hemoglobin yang terdapat di dalam

eritrosit dapat digambarkan sebagai:

1. Normositik adalah sel yang ukurannya normal

2. Normokromik adalah sel dengan jumlah hemoglobin yang normal

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

3. Mikrositik adalah sel yang mempunyai ukuran kecil

4. Makrositik adalah sel yang mempunyai ukuran besar

Peningkatan jumlah eritrosit dapat ditemukan pada pasien polisitemia vera,

dehidrasi dan juga hipoksia, sedangkan penurunan jumlah eritrosit dapat ditemukan

anemia, perdarahan, hemolisis maupun malnutrisi. (Temi H, 2002).

2.1.4.4 Leukosit

Leukosit atau sel darah putih merupakan sel darah yang mempunyai nukleus atau

inti. Secara umum leukosit berperan dalam pertahanan seluler dan humoral manusia.

Leukosit dapat meninggalkan pembuluh darah melalui proses diapedesis menerobos

diantara sel-sel endotel dan menembus jaringan ikat. Secara normal didalam darah

dapat ditemukan sel leukosit antara 4.500-10.000 sel/mm3. (Mahajana, 2016).

Respon pertahanan tubuh terhadap adanya infeksi merupakan fungsi leukosit

secara umum, sedangkan secara khusus leukosit berfungsi sebagai pertahanan invasi

oleh mikroorganisme patogen melalui proses fagositosis yaitu, mengidentifikasi dan

menghancurkan sel-sel kanker dalam tubuh. Selain itu leukosit juga berfungsi sebagai

sel pembersih dimana leukosit memfagositosis debris. (Ristandi dan Dalimoenthe,

2014).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

2.1.4.5 Trombosit

Trombosit merupakan salah satu sel dalam darah yang berfungsi untuk

menghentikan pendarahan dan melakukan sumbatan di dinding pembuluh darah

dengan reaksi adhesi dan agregasi. Sel ini tidak memiliki nukleus. Berperan dalam

pembekuan darah, dan membuat darah menjadi lengket, sehingga bisa membentuk

gumpalan jika terjadi terluka, darah tidak terus mengalir yang mengakibatkan

pendarahan hebat. (Hidayat, dkk, 2017).

Trombosit berasal dari pecahan sitoplasma megakariosit. 1 megakariosit

menghasilkan sekitar 4000 sel trombosit, memiliki umur 7-10 hari, secara normal

jumlah trombosit di dalam tubuh orang dewasa antara 150.000-400.000 keping/mm3.

Pembentukan trombosit dirangsang oleh hormon trombopoeitin yang dihasilkan oleh

hati dan ginjal. (Nugraha G, 2017).

2.1.5 Pengaruh Waktu Simpan Sampel Darah

Beragam perubahan terjadi pada darah yang telah diberi antikoagulan ketika

disimpan pada suhu ruang dan perubahan-perubahan tersebut ini terjadi lebih cepat

pada suhu sekitar yang lebih tinggi. Hitung sel eritrosit, hitung leukosit, hitung

trombosit, dan indeks eritrosit, biasanya stabil selama 8 jam setelah pengambilan darah,

walaupun saat eritrosit mulai membengkak, hematokrit, dan MCV mulai meningkat.

Jika darah disimpan dalam suhu 4°C, efek terhadap hitung sel biasanya kurang

bermakna sampai dengan 24 jam, walaupun demikian, waktu yang paling baik untuk

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

melakukan hitung leukosit dan trombosit adalah dalam waktu 2 jam. (Kosasih dan

Setiawan, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ashari Muslim yang berjudul “Pengaruh

Waktu Simpan Darah K2EDTA dan Na2EDTA pada Suhu Kamar terhadap Kadar

Hemoglobin”, tahun 2015 menunjukkan terdapat pengaruh bermakna penundaan

waktu 1 jam, 2 jam, dan 3 jam darah K2EDTA terhadap kadar haemoglobin metode

sianmethemoglobin, sedangkan menurut penelitian dari Dewa Riyan Permadi tahun

2018 yang berjudul, “Perbedaan Antikoagulan K2EDTA dengan K3EDTA terhadap

Nilai Hematokrit Metode Automatic”, menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang bermakna antara jumlah hematokrit menggunakan antikoagulan K2EDTA dan

antikoagulan K3EDTA. (Permadi, 2018).

2.1.6 Tabung Vakutainer

Gambar 2.5 Tabung vakutainer

Sumber : BD Vakutainer

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Tabung vakutainer merupakan inovasi didalam dunia medis dimana berfungsi

untuk membantu mempermudah dalam pengambilan darah. Tabung ini bersifat vakum

atau hampa hampa udara yang terbuat dari plastik. Prinsip kerja tabung ini adalah

ketika jarum sudah menusuk ke dalam vena maka darah akan mengalir masuk ke dalam

tabung vakutainer hingga volume darah tertentu. Ketika volume darah telah tercapai

sempuna maka darah tersebut akan berhenti dengan sendirinya. (Patel N, 2009).

Tabung vakutainer ditemukan oleh Joseph Kleiner dan Becton Dickinson pada

tahun 1949. Vakutainer adalah merek dagang terdaftar dan dikembangkan oleh Becton

Dickinson. (Rosenfeld L, 2000).

Tabung vakutainer dapat berisi aditif yang dirancang untuk menstabilkan dan

mempertahankan spesimen sebelum pengujian analitis. Warna tutup menunjukkan

aditif dalam vial berdasarkan atas tujuan pemeriksaan dan produk darah yang akan

dihasilkan dari tabung sehingga mempermudah persiapan sampel dalam pemeriksaan.

(Patel N, 2009).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Gambar. 2.6 Jenis-jenis Vakutainer

Sumber: BD Vakutainer

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

2.1.7 Alat Haematology Analyzer

Haematology Analyzer adalah suatu alat yang biasa digunakan di dalam bidang

kesehatan atau kedokteran yang berfungsi untuk mengukur sampel berupa darah

sehingga membantu dalam mendiagnosis suatu penyakit. Haematology Analyzer

digunakan untuk memeriksa darah lengkap (hemoglobin, hematokrit, eritrosit, hitung

sel leukosit, hitung sel trombosit, hitung jenis sel, dan lain-lain) dengan cara mengukur

serta menghitung sel secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau berkas

cahaya terhadap sel-sel yang dilalui. (Medicalogy, 2020).

2.1.7.1 Prinsip kerja Haematology Analyzer XN 1000

Haematology analyzer merupakan Sysmex XN 1000 merupakan alat pemeriksaan

haematologi lengkap menggunakan prinsip Flow Cytometry yaitu suatu metode

pengukuran (metri), jumlah dan sifat-sifat (cyto) yang dibungkus dalam suatu aliran

cairan (flow) melalui celah sempit.

Alat ini menggunakan metode impedansi listrik atau disebut dengan Direct

Current yang prinsipnya mengukur suatu hambatan yang secara spesifik mewakili

volume dari suatu sel yang mana setiap sel memberikan variasi impedansi yang

berbeda-beda. Proses pemeriksaannya sampel darah dihisap dan diencerkan dengan

reagen Sodium Lauril Sulfat (SLS) akan melalui mikroaperture (celah camber mikro).

Pada kedua sisi aperture terdapat electrode yang mengalirkan diluent. Sel-sel darah

sampel yang telah mengalami modifikasi oleh regensia yang mempunyai konduktifitas

tertentu akan melewati aperture dalam transduser. Sinyal yang ditimbulkan oleh sel-sel

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

tersebut (berupa hambatan listrik) secara spesifik mewakili ukuran sel dari masing-

masing sel. Besarnya hambatan yang dihasilkan adalah sesuai dengan volume sel yang

melewati aperture. (Sysmex 2014).

Sedangkan untuk pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode SLS yang terdiri

dari 2 sisi yaitu hidrofilik dan hidrofobik yang akan melisiskan Red Blood Cells

(RBC), sehingga akan teroksidasi oleh oksigen sehingga Fe2+ berubah menjadi Fe3+

yang akan menyebabkan warna heme berubah. Perubahan heme ini tidak stabil maka

kedua sisi SLS akan berikatan dengan hb, hidrofilik berikatan dengan heme sedangkan

hidrofobik berikan dengan globin. Setelah stabil pada Fe+3 akan menyebabkan

perubahan warna yang akan diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang

550 nm pada chamber. (Sysmex, 2014)

2.1.7.2 Fungsi dari Haematology Analyzer

Selain untuk pemeriksaan darah alat Haematology analyzer juga dapat digunakan

untuk pemeriksaan body fluid (cairan tubuh) meliputi pemeriksaan leukosit, eritrosit,

hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, trombosit, RDW, PDW, MPV, hitung

jenis leukosit, termasuk jumlah dan persentase retikulosit dapat diukur secara

sekaligus. (Sysmex XN).

Keuntungan dari Haematology Analyzer:

1. Efisiensi Waktu

Hanya memerlukan waktu pemeriksaan sekitar 2-3 menit untuk sekali pemeriksaan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

2. Sampel

Untuk pemeriksaan Complete Blood Count (CBC) hanya memerlukan sampel yang

sedikit yaitu sekitar 100 uL darah

3. Ketepatan Hasil

Hasil yang dikeluarkan sudah melalui quality control yang dilakukan oelh intern

laboratorium dengan menggunakan 3 level yaitu Low Control, Medium dan High

(Sysmex XN)

Namun pada alat ini tidak menghitung sel muda hanya memberikan keterangan

adanya blast, begitu juga dengan eritrosit berinti (Normoblast/Nuclead Red Blood Cell)

terbaca sebagai leukosit sehingga jumlah leukosit lebih tinggi dari yang sebenarnya,

untuk itu perlu untuk dilakukan pemeriksaan ulang dengan program pemeriksaan

CBC+NRBC. Selain itu, pada pemeriksaan trombosit yang berkelompok (clump) akan

terbaca sebagai eritrosit sehingga jumlah trombosit lebih rendah dari sebenarnya.

Konfirmasi terhadap jumlah trombosit dilakukan dengan melihat pada hapusan darah

tepi yang telah diwarnai dan dibaca pada mikroskop. (SOP Sandia).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Gambar 2.7 Alat Autoanalyzer XN 1000

Sumber : Lab Sandia, 2019

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini disajikan pada gambar di bawah ini:

Jenis antikoagulan K2EDTA

dan K3EDTA sampel darah

Talasemia Mayor

Waktu penyimpanan sampel

darah

Pemeriksaan

hematologi rutin

(hemoglobin, eritrosit,

hematokrit, leukosit,

trombosit)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Gambar 2.8 Bagan Kerangka Konsep

2.3 Hipotesis

Tidak terdapat pengaruh waktu simpan sampel darah dengan menggunakan

antikoagulan K3EDTA dan K2EDTA pasien talasemia terhadap hasil pemeriksaan

darah rutin yang dilakukan setelah 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam pada suhu ruang.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

2.4 Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Skala

ukur

Jenis

Antikoagulan

Antikoagulan K2EDTA,

K3EDTA pada tabung

vakutainer yang

ditambahkan pada sampel

darah talasemia mayor

Visual Label

K2EDTA dan

K3EDTA

( mg)

Ordinal

Waktu

Penyimpanan

Sampel

Darah

Rentang waktu setelah

pengambilan sampel sampai

pemeriksaan hematologi

rutin

Melihat data

pada label

Jam

2 jam, 4 jam, 6

jam, dan 8 jam

Rasio

Pemeriksaan

Hematologi

Rutin

Pemeriksaan laboratorium

yang terdiri dari:

1. Kadar hemoglobin

Impedance

Hematologi

analyser

1. Hemoglobin:

gr/dL

2.Eritrosit: x106 ul

Rasio

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Darah

Konsentrasi hemoglobin

dalam darah vena

2. Jumlah Eritrosit

Jumlah sel darah merah

dalam 1 mm3 darah

3. Leukosit

Jumlah sel darah putih

dalam 1 mm3

4. Trombosit

Jumlah trombosit dalam /

mm3 atau /uL

5. Hematokrit

Persentase eritrosit dalam

darah

3. Leukosit:

sel/ uL

4. Trombosit:

x103uL

5. Hematokrit: %