Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Film Sebagai Medium Komunikasi Media Massa
Komunikasi sendiri berarti tindakan suatu aktivitas penyampaian
informasi, baik itu pesan, ide atau gagasan dari pihak satu ke pihak
lainnya. Komunikasi ini dilakukan secara verbal atau lisan sehingga
memudahkan kedua belah pihak untuk memahami suatu informasi.
Menurut Harold D. Lasswell, komunikasi merupkan aktivitas
penyampaian pesan yang disampaikan kepada komunikan (penerima) dari
komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara
langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak kepada
komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Berikut 5 elemen
yang dapat digunakan untuk melakukan proses komunikasi:
1. Who (siapa/sumber)
Dalam setiap bentuk komunikasi selalu ada seseorang atau
sesuatu yang memainkan peran dalam melakukan komunikasi. Para
ahli komunikasi sepakat bahwa yang dimaksud dengan komunikator
adalah source/transmitter/sender atau pengirim pesan. Terkait
dengan studi media, maka elemen Who dalam model komunikasi
Lasswell dapat dikaji melalui analisis kontrol atau control analysis.
Yang dimaksud dengan analisis kontrol atau control analysis adalah
7
studi atau kajian yang menitikberatkan pada hal-hal yang terkait
dengan kepemilikan media massa, ideologi media, dan lain
sebagainya.
2. What (pesan)
Elemen kedua dalam model komunikasi Lasswell adalah
elemen (Says) What yang merujuk pada isi pesan. Terkait dengan
studi media, maka elemen (Says) What dapat dikaji melalui content
analysis atau analisis isi. Yang dimaksud dengan analisis isi
atau content analysis adalah penelitian terhadap isi pesan dan
biasanya diterapkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
representasi. Misalnya, berapa jumlah perempuan yang
direpresentasikan dalam pers tabloid, bagaimana kaum minoritas
digambarkan dalam televisi, dan lain sebagainya.
Beberapa karakteristik media penyiaran yang dimiliki media massa
seperti televisi atau radio memungkinkan khalayak untuk berfikir
dalam gambar atau secara visual atau berfikir dalam suara.
2. Which channel (media)
Which Channel yang merujuk pada pemilihan dan penggunaan
media dalam proses pengiriman pesan. Terkait dengan studi media,
penelitian yang menitikberatkan pada media massa seperti radio dan
lain-lain dinamakan analisis media atau media analysis. Sama halnya
dengan analisis isi, dalam analisis media penelitian dilakukan dengan
menggunakan berbagai pertanyaan terkait ketersediaan media yang
sesuai yang akan digunakan untuk mengirimkan pesan, misalnya
8
media apakah yang sesuai bagi khalayak. Kesalahan dalam
pemilihan media yang tepat dapat mempengaruhi efek komunikasi
yang diharapkan.
3. Who (untuk siapa/penerima)
Elemen keempat yang tak kalah penting dalam model komunikasi
Lasswell adalah elemen Who atau siapa yang menjadi penerima
pesan. Dalam tataran kajian media, studi yang menekankan pada
penerima pesan atau khalayak disebut dengan audience analysis atau
analisis khalayak.
4. With what effect (dampak/efek)
Elemen terakhir dalam model komunikasi Lasswell adalah
elemen With What Effect, yaitu efek yang ditimbulkan dari
komunikasi yang dilakukan. Kajian terhadap elemen efek media
disebut dengan analisis efek atau effect analysis. Kita melakukan
komunikasi karena ada tujuan yang ingin dicapai. Lasswell tidak
menekankan pada komunikasi interpersonal atau komunikasi antar
pribadi namun pada efek media massa. Tema penting yang dikaji
dalam efek media massa diantaranya adalah apakah media memiliki
efek terhadap khalayak serta bagaimana media massa mempengaruhi
khalayak sasaran. Kajian tentang efek media massa telah melahirkan
berbagai teori efek media massa, diantaranya adalah teori jarum
hipodermik, teori agenda setting, teori spiral keheningan, teori uses
and gratifications, analisis framing dan lain-lain.
9
Kemudian menurut Aristoteles, komunikasi merupakan hakekat
manusia sebagai manusia sosial, dalam arti manusia bukan makhluk
indivdu dan dikodratkan hidup bersama, bermasyarakat dan berinteraksi
satu sama lain. Hal ini menjadikan Aristoteles merumuskan model
komunikasi paling klasik diantara model komunikasi lainnya, yaitu Model
Retorika dimana model komunkasi ini bertujuan untuk mengubah sikap
komunikan atau sang penerima pesan. Ilmu Retorika dalam bahasa Yunani
disebut dengan Ilmu Seni Bicara, jika arti dari Retorika sendiri adalah
bujuk rayu melalui karakter dan emosional sang komunikator. Namun
secara umum, Retorika merupakan seni manipulatif yang mengharapkan
timbal balik. Kemudian Aristoteles menuliskannya dalam sebuah buku
yang berjudul “Grullos”, didalam bukunya Aristoteles mengkaji ilmu
komunikasi yang dirumuskan dalam komunikasi verbal. Terdapat 3 unsur
diantaranya:
a. Pembicara (speaker)
Pembicara ini seperti yang dikatakan pada artikel sebelumnya
adalah sebagai komunikator atau penyampai pesan. Pada umumnya
komunikator atau pembicara ini bertindak dengan sifat yang minoritas
alias lebih sedikit daripada penerima pesan.
b. Pesan (message)
Pesan di sini merupakan suatu informasi yang akan disampaikan
dari pembicara atau komunikator kepada komunikan atau penerima pesan.
Pesan di sini berisi informasi yang hendak disampaikan dan berfungsi dan
berharap untuk mendapatkan timbale balik dari komunikan.
10
c. Pendengar (listener)
Pendengar di sini merupakan lawan bicara dari pembicara atau
biasa disebut sebagai komunikan. Yang mana fungsinya sebagai penerima
pesan atau informasi dengan sifat sebagai mayoritas atau lebih banyak
daripada pembicara. Dari ketiga aspek tersebut, maka Aristoteles memiliki
diagram model komunikasi yang disebut sebagai diagram model
komunikasi Aristoteles.
Sedangkan dalam psikologi, komunikasi memiliki makna yang luas
yang mencakup penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara
tempat, sistem atau organisme. Yang intinya proses komunikasi dalam
psikologi saling berpengaruh di antara berbagai kinerja dalam diri
organisme dan antara organisme. Fisher (1978) dalam Rakhmat (2001:9)
menguraikan 4 ciri pendekatan psikologi komunikasi, yaitu:
1. Penerimaan stimuli secara inderawi atau sensory reception of
stimuli – Psikologi melihat komunikasi diawali dengan penerimaan
data oleh indera-indera manusia.
2. Proses stimuli atau internal mediation of stimuli – Stimuli yang
mempengaruhi diri kemudian diolah dalam jiwa.
3. Prediksi respon atau prediction of response – Psikologi yang
menelaah bagaimana pengalaman yang terjadi pada masa lalu dapat
mempengaruhi respon yang akan datang.
4. Peneguhan respon atau reinforcement of responses – Respon
lingkungan atau orang lain pada respon organisme yang asli atau
biasa disebut feed back.
11
Berbagai penelitian psikologi dan komunikasi yang telah dilakukan
memperlihatkan adanya keterkaitan yang kuat antara keduannya. Hal ini
merujuk adanya kesamaan pada tiga macam proses komunikasi dalam
konteks kerangka bangunan kognitif manusia, diantaranya:
1. Interaksi Interpersonal Tatap Muka (face to face interpersonal
interaction)
Adam Kendon (1970) melalui teori Interactional Synchrony
menjelaskan bahwa perilaku verbal dan nonverbal yang rumit
terkait satu sama lain baik dalam diri individu tersebut ataupun
individu lainnya. Intinya, kerangka psikologi beserta modelnya
telah memungkinkan peneliti komunikasi untuk menghasilkan
gambaran yang rinci mengenai dan membentuk suatu presiksi yang
lebih spesifik.
2. Interaksi Interpersonal Bermedia
Ketika orang menggunakan media untuk melakukan
interaksi interpersonal, mereka telah menggabungkan proses yang
terjadi dalam interaksi interpersonal secara langsung dengan
memanfaatkan berbagai macam perangkat teknologi. Dengan
demikian, model aditif pengolahan psikologis dapat bekerja
sebagai kerangka kerja untuk dapat memahami bentuk komunikasi
interpersonal bermedia.
3. Komunikasi Massa
Dari perspektif proses psikologis, salah satu pendekatan
komunikasi massa adalah kombinasi antara tatap muka dan
12
interaksi interpersonal bermedia. Bukti nyata dari fenomena ini
adalah lahirnya teori kultivasi yang dicetuskan oleh George
Gerbner. Teori kultivasi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
mengilustrasikan aspek-aspek proses psikologi ke dalam
komunikasi.
2.1.1 Fungsi Komunikasi
Terdapat banyak fungsi komunikasi yang dapat dirasakan
manusia secara individual mapun secara berkelompok, seperti:
a. Sebagai alat kendali atau kontrol, dimana dengan adanya
komunikasi diperlukan kontrol dalam penyampaian informasi
yang akan dilakukan.
b. Sebagai alat motivasi, menyampaikan pesan motivasi yang
dapat merubah seseorang dalam hal positif.
c. Sebagai ungkapan emosional, mengungkapkan perasaan senang,
sedih, marah, bimbang, kecewa, gembira, dan lainnya kepada
seseorang melalui komunikasi.
d. Sebagai alat komunikasi, memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh orang lain atau kelompok sehingga
menimbulkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
dengan baik.
2.1.2 Macam-macam Komunikasi
Dalam kehidupan nyata beberapa orang belum terampil
dalam berkomunikasi, selain fungsi yang dapat dipelajari, berikut
terdapat macam-macam komunikasi yang perlu diketahui:
13
1. Komunikasi Berdasarkan Cara Penyampaian
a. Komunikasi Lisan
Komunikasi yang terjadi secara langsung tanpa adanya
batasan jarak, seperti rapat, wawancara atau dua orang yang
sedang berinteraksi. Dalam sisi batasan jarak, hal ini bisa
dilakukan melalui telepon.
b. Komunikasi Tertulis
Komunikasi ini membutuhkan media dukungan untuk
menyampaikan informasi dan tujuan yang ingin
disampaikan seperti surat, naskah, gambar atau foto yang
diberikan tulisan. Yang harus diperhatikan dalam hal ini
adalah maksud dan tujuan komunikasi ini sendiri.
2. Komunikasi Berdasarkan Maksud
Dalam hal berkomunikasi harus terdapat hal penting dari
sang komunikator yaitu inisiatif dari sang komunikator untuk
mencapai tujuan yang diingkan, contoh dalam hal berpidato,
memberi saran, memerintah melakukan suatu hal, dan
sebagainya.
3. Komunikasi Berdasarkan Ruang Lingkup
a. Komunikasi Internal
Hal ini terjadi dalam ruang lingkup atau lingkungan
dalam suatu organisasi atau perusahaan.
14
b. Komunikasi Eksternal
Komunikasi yang terjalin dalam masyarakat luas seperti
tevelisi, radio, dan lain-lain.
4. Komunikasi Berdasarkan Informasi
Dalam komunikasi ada beberapa arah dalam
penyampaiannya, hal ini menentukan macam komunikasi
yang terjadi. Maka, menurut aliran informasi yang terjadi,
komunikasi terbagi menjadi:
a. Komunikasi satu arah, komunikasi satu arah adalah
komunikasi yang berasal dari satu pihak saja. Biasanya
komunikasi ini terjadi apabila dalam keadaan darurat atau
memang karena sistem yang berjalan di suatu organisasi
seperti itu, misalnya antara guru dengan murid, dll.
b. Komunikasi dua arah, komunikasi ini bersifat timbal
balik, dalam aplikasinya, komunikasi ini terjadi tidak
hanya satu pihak saja, melainkan keduanya terlibat dalam
memberikan respon atau feed back terhadap lawan
bicaranya.
c. Komunikasi ke atas, komunikasi yang terjadi dari
bawahan kepada atasan
15
d. Komunikasi ke bawah, komunikasi dari atasan ke
bawahan.
e. Komunikasi ke samping, komunikasi yang terjadi dalam
orang-orang yang sejajar dalam kesedudukan.
Terdapat beberapa konteks komunikasi yang digunakan untuk
proses komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan dari penerimanya,
bentuk pesan yang disampaikan, media yang digunakan, efek yang
diterima diantaranya:
1. Komunikasi Intrapribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi Intrapribadi merupakan proses komunikasi yang terjadi
dalam diri individu, dimana contohnya adalah berpikir. Karena itu
terjadi dengan tidak sengaja sebelum menjalin komunikasi dengan
individu lainnya. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk menerka
pesan yang akan diterima dari orang lain.
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpesonal Pribadi)
Komunikasi Antarpribadi merupakan proses komunikasi yang terjadi
diantara dua orang atau lebih secara bertatap muka yang
memungkinkan setiap individu yang berinteraksi dapat menerima
pesan yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal.
16
3. Komunikasi Kelompok
Komunikasi Kelompok merupakan interaksi yang terjadi didalam
lingkup suatu kelompok yang mempunyai tujuan yang sama. Lebih
spesifiknya, komunikasi kelompok ini merujuk pada kelompok kecil
yang terdiri dari 3 orang atau lebih yang berinteraksi secara
langsung.
4. Komunikasi Publik (Public Communication)
Komunikasi publik merupakan komunikasi yang terjadi antara
pembicara dan melibatkan khalayak besar didalamnya. Dimana
tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan informasi atau
penerangan secara besar, pembujukan dalam suatu hal, dan
memberikan penghormatan. Ciri-cirinya adalah terjadi di tempat
umum, merupakan peristiwa sosial yang tidak terstruktur, upacara
penghormatan dan sebagainya. Contohnya: pidato, rapat akbar,
ceramah, dan lain-lain.
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi mempunyai jaringan yang lebih luas dari
pada komunikasi kelompok. Komunikasi yang terjadi didalamnya
bersifat formal atau informal. Bersifat formal maksudnya adanya
komunikasi kebawah, komunikasi keatas atau komunikasi
horizontal, proses komunikasinya sesuai dengan struktur organisasi.
17
Sedangkan bersifat informal maksudnya, komunikasi yang terjadi
dalam organisasi namun tidak harus sesuai dengan struktur
organisasi, misalnya perbincangan tentang hal-hal lain diluar
organisasi oleh semua anggotanya.
6. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi massa Menurut Bittner (dalam Winarni : 2003, hal : 5)
komunikasi massa merupakan pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang. Media massa disini berupa
media cetak (buku, surat kabar, majalah) maupun media elektronik
(radio, film, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga, dimana
pesan yang disampaikan oleh media ditujukan kepada sejumlah
besar orang. Pesan dari media massa bersifat umum, disampaikan
secara cepat, serentak dan selintas.
Menurut Denis McQuail (dalam Soyomukti : 2010, hal : 194), ciri
utama dari komunikasi massa adalah:
1. Sumber bukan satu orang, melainkan organisasi formal,
pengirimnya sering merupakan komunikator professional.
2. Pesannya beragam, dapat diperkirakan, dan diproses,
distandarisasi dan selalu diperbanyak serta merupakan produk dan
komoditi yang bernilai tukar.
18
3. Hubungan pengirim dan penerima bersifat satu arah, impersonal,
bahkan mungkin selalu sering bersifat non-moral dan kalkulatif.
4. Penerima merupakan bagian dari khalayak luas.
5. Mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dan
banyak penerima.
Oleh karena itu, agar terjadinya proses komunikasi massa
dibutuhkan saluran atau media yang tepat untuk menyampaikan suatu
pesan yang ingin disampaikan secara luas kepada khalayak. Saluran itu
adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan
terlaksananya proses komunikasi massa (Winarni : 2003, hal : 17).
Sebagai saluran komunikasi massa, bentuk dari media massa pun
bermacam-macam, yaitu:
1. Surat Kabar
Salah satu media massa yang mulai jarang untuk ditemui, surat
kabarada sejak ditemukannya mesin ketik oleh Johan Guttenberg
di Jerman.
2. Majalah
Media massa cetak selain surat kabar yang menurut Dominick
(Ardianto : 2005, hal : 107) mempunyai klasifikasi dan dibagi
kedalam lima kategori yaitu: (1) general consumer magazine
(majalah konsumen umum), (2) business publication (majalah
19
bisnis), (3) literacy reviews and academic journal (kritik sastra
dan majalah ilmiah), (4) newsletter (majalah khusus terbitan
berkala), (5) public relation magazine (majalah humas).
3. Radio
Media yang mengandalkan unsur audio dalam penyebaran
informasi dan hiburannya ini dapat ditempatkan dimana saja,
seperti di dalam mobil, dapur, kamar tidur, dan berbagai tempat
lainnya.
4. Televisi
Media massa elektronik selain radio, yang berhubungan unsur
audio-visual dan lebih kompleks dari radio, dengan fungsi yang
sama dengan radio, namun lebih mengarah kepada fungsi hiburan
kepada pemirsanya (audiens).
5. Film (layar lebar)
Film merupakan media komunikasi yang bersifat audio visual
untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang
berkumpul disuatu tempat tertentu.
6. Internet
Klaim internet untuk status medianya berdasarkan teknologi yang
canggih, perilaku penggunaan, jumlah konten dan layanan dan
20
citra yang penting. Internet dimulai sebagai alat komunikasi non-
komersial dan pertukaran data antara professional, tetapi
selanjutnya internet menjadi penyedia barang dan jasa dan juga
sebagai alternatif bagi alat komunikasi pribadi dan antarpribadi
(Castells : 2011, dalam McQuail : 2010, hal : 44).
Komunikasi masa merupakan komunikasi melalui media massa,
Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang
berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima
tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir
kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar,
majalah, radio, film atau televisi, Wiryanto (2003:3). Sedangkan menurut
Josep A Devito, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan
kepada massa, atau dapat dikatakan ditujukan kepada khalayak ramai yang
luar biasa banyaknya. lebih lanjut ia berpendapat bahwa komunikasi masa
adalah komunikasi yang dilakukan oleh pemancar-pemancar audio dan
visual. Dimana secara logis dapat dikatakan bahwa komunikasi massa
berupa komunikasi yang dilakukan oleh radio, televisi, majalah, surat
kabar, film dan juga buku. Sebagai media komunikasi massa tentunya
hubungan film tidak lepas dari masyarakat itu sendiri. Film dianggap
sebagai medium sempurna untuk merepresentasikan dan mengkonstruksi
realitas kehidupan yang bebas dari konflik- konflik ideologis serta
berperan serta dalam pelestarian budaya bangsa Film menjadi alat
presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan
cerita, drama, humor, panggung, musik, dan trik teknis bagi konsumsi
21
populer Elemen penting lain dalam sejarah film adalah penggunaan film
untuk propaganda sangatlah signifikan, terutama jika diterapkan untuk
tujuan nasional atau kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas,
sifatnya yang riil, dampak emosional, dan popularitas (McQuail, 2012:35).
Film juga menjadi acuan utama sebagai media massa sesungguhnya karena
dengan cepat bisa meraih dan manjagkau populasi yang sangat banyak.
Film adalah salah satu media yang digunakan dalam proses
komunikasi massa, yang merupakan media komunikasi massa yang dibuat
berdasar asas sinematografi, yaitu pesan disampaikan dalam film melalui
gambar bergerak melalui proses perekaman lewat teknologi kamera,
pencahayaan, warna, suara, serta proses editing pada akhirnya. Film
merupakan karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan
video, dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik,
dan atau lainnya.
Film menjadi media yang unik dan favorit karena dapat
menghasilkan rasa kedekatan dan menciptakan ilusi realitas untuk
membuka perspektif baru bagi penontonnya yang mungkin sebelumnya
penonoton tersebut belum mengetahuinya. Dengan kemampuan
mendengar dan melihat yang dimiliki oleh manusia, rasa kedekatan yang
diciptakan melalui penggambaran yang akurat, dari film mampu
22
mempengaruhi pikiran dan perasaan manusia, sehingga film menjadi
sangat kuat pengaruhnya bagi setiap orang yang menonton film.
2.2 Film Sebagai Industri
Industri merupakan penerapan metode canggih terhadap tahap
produksi benda dan jasa ekonomis lainnya. Kata industri sendiri berasal
dari bahasa latin yaitu Industria yang berati keterampilan dan penuh akan
sumber daya, oleh karena itu manusia industrial merupakan makhluk
terampil dan tentunya memiliki sumber daya kecerdasan tertentu
(Soekanto : 1987, hal : 6). Meskipun awalnya industri merupakan suatu
organisasi ekonomis atau teknis yang hanya berkaitan tentang proses
produksi, distribusi dan konsumsi kini industri merupakan suatu
organisasi atau lembaga sosial yang bertujuan untuk memproduksi,
memasarkan barang dan jasa sehingga mulai menimbulkan manfaat
sosial yang lebih pada umumnya. Sebagai lembaga sosial, terdapat
beberapa hubungan sosial dalam industri yaitu:
1. Hubungan Internal: kenyataan yang terdapat dalam industri baik
menyangkut manajemen maupun kegiatan operasional.
a. Hubungan formal: kegiatan yang tercipta dari kewajiban-
kewajiban yang ada bersifat manajerial, operatif atau keduanya.
Seperti tata cara, proses arbitrasi, dan sebagainya.
23
b. Hubungan informal: hubungan yang terbilang bebas atau tidak
diatur berlandaskan etika dan adat istiadat, misalnya hubungan
antarindividu, antar kelompok dan lainnya.
c. Hubungan campuran (sosio-teknis): kegiatan yang berlangsung
berdasarkan fungsi, dalam rangka menjalankan kewajiban atau
tugas bersifat teknis maupun manajerial.
2. Hubungan Eksternal: kenyataan yang terjadi antara industri dengan
badan eksternal seperti pemerintah, komunitas, lembaga-lembaga
dan lainnya.
Industri dalam konsep ekonomi merupakan komersial yang sifatnya
bagi sejumlah perlengkapanmedia, mengidentifikasi hubungan dari
kompetitif dipasar luas dan biasanya beorientasi untuk kesenangan dan
juga hiburan (Bogart : 1995, dalam McQuail : 2010, hal :135). Hal ini
yang terjadi dan semakin meningkat tahun demi tahun, ini disebabkan oleh
keuntungan ekonomis dan industrial yang didapat pada seluruh sektor
komunikasi dan informasi. Dalam bidang perfilman pun demikian,
meskipun secara sadar produsen film paham akan kepentingan menjadi
dikte ekonomi pasar.
Segala teori film telah diterapkan didalam aspek pembuatan film,
oleh karenanya film telah menjadi media yang universal. Dalam hal ini
Hollywood lebih mendominasi masyarakat dan memberi visi yang kuat
untuk memberi pandangan tentang presentasi sebuah film yang tersebar
24
dibioskop-bioskop (Prakosa : 2004, hal : 53). Berikut struktur industri
dalam film yang telah lama berjalan menurut (Vivian : 2008, hal : 64)
yaitu:
1. Studio Besar, merupakan suatu perusahaan besar yang bernaung
dalam pembuatan dan produksi sebuah film. Misalnya dalam
perfilman Hollywood seperti, Universal, 20th Century Fox,
Paramount dan lain sebagainya. Selain membidangi dan
membersarkan film, perusahaan ini juga mengontrol distribusi
produk dan menguasai banyak gedung bioskop dan mendominasi
seluruh industri perfilman.
2. Produksi, setelah mendapat kesepakatan dengan pihak studio atau
perusahaan film, dimulailah proses produksi film yang dipimpin
oleh seorang produser. Seluruh unsur dalam film seperti, produser,
sutradara, DOP, dan lainnya mulai mengembangkan ide cerita,
kemudian menjadi sebuah naskah atau skenario lalu memasuki
proses pengambilan gambar, suara, tata cahaya dan lain-lain atau
biasa disebut dengan syuting. Kemudian tahap terakhir disebut
pasca-produksi, yaitu proses editing film.
3. Distribusi, studio besar atau perusahaan film menjalankan
tugasnya di bidang distribusi film yaitu mempertanggung
jawabkan atas jadwal pemesanan rilis film baru di bioskop,
melakukan marketing untuk mempromosikan film baru.
25
4. Eksebisi, setelah melakukan pendistribusian dalam film kemudian
dilanjutkan tahap eksebisi. Merupakan kegiatan pertunjukan atau
penayangan film di bioskop, penerimaan keuntungan atas kegiatan
eksebisi tersebut dibagi antara pemilik bioskop dengan distributor,
digunakan untuk membayar studio atau perusahaan film agar
mendapat hak distribusi film.
Sekaran, film dan industri merupakan suatu kesatuan yang wajib ada.
Dengan berubahnya nilai film sebagai karya seni menjadi karya industri,
film mendapatkan pemasukan serta proses selanjutnya dari produksi yaitu
pendistribusiannya menjadi mudah.
2.2.1 Pengertian dan Unsur Pembentuk Film
Secara umum, film merupakan media komunikasi yang bersifat
audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang
yang berkumpul di suatu tempat tertentu. (Effendy, 1986: 134). Terdapat
dua unsur yang ada didalam film itu sendiri yakni unsur naratif dan
sinematik. Dua unsur tersebut membaur dan berkesinambungan satu sama
lain. Yang artinya masing-masing dari dua unsur terbsebut tidak akan bisa
menjadi sebuah film jika tidak saling berkesinambungan atau berdiri
sendiri.
Unsur naratif ini sangat penting dikarenakan berkaitan langsung
dengan tema dan cerita film. Unsur tersebut juga sangat berpengaruh
dalam hal-hal yang akan ditampilkan di film seperti konflik, waktu, lokasi,
26
tokoh dan lainnya. Elemen tersebut saling terjalin dan membentuk sebuah
peristiwa yang mempunyai maksud dan tujuan.
Sedangkan unsur sinematik lebih mengacu pada aspek teknis dalam
produksi sebuah film. Dimana aspek-aspek pembentuk film yang terdapat
didalam unsur ini terdapat empat elemen yang sangat berpengaruh pada
bidangnya yaitu mise-en scene, sinematografi, editing dan suara. Masing-
masing elemen ini juga saling berkesinambungan satu sama lain sehingga
membentuk gaya sinematik yang sempurna. Mise-en-scene merupakan
segala hal yang berada di depan kamera. Film mempunyai banyak jenis
termasuk film pendek yang seringkali dijadikan batu loncatan untuk
memproduksi film panjang selanjutnya, film ini berdurasi di bawah 60
menit. Dan film panjang memiliki durasi 60 menit lazimnya berdurasi 90-
100 menit (Effendy, 2002:13).
2.2.2 Jenis-jenis Film
Film saat ini mempunyai banyak genre yang yang sangat variatif
juga menjadi genre utama yang dinantikan masyarakat, diantaranya:
1. Film Action, atau biasa disebut film laga berisi tentang adegan
banyak pergerakan didalamnya dan didominasi degan adegan
perkelahian, baku tembak, ledakan, dan sebagainya.
2. Film Komedi, genre film yang menekankan humor pada
intinya.
27
3. Film Drama, ragam film yang sebagian besar tergantuk\ng pada
pembentukan karakter realistis yang berususan dengan
emosional.
4. Film Dokumenter, film yang menceritakan tentang kejadian
nyata dan fakta. Film ini digunakan untuk mempresentasikan
kenyataan dan menampilkan kembali fakta yang aa dalam
kehidupan.
5. Film Biografi atau biopic, film yang mendramatisasikan
kehidupan orang atau tokoh dalam kehidupan nyata. Film-
film semacam itu menampilkan kehidupan dari seorang tokoh
sejarah dan menggunakan nama asli dari karakter utama.
6. Film Horror, film yang sebagian besar berpusat pada pemeran
antagonis utama ini, juga film yang memancing emosi berupa
ketakutan dan rasa ngeri dari penonton. Hal-hal seperti
kematian, supranatural atau penyakit mental sering manjadi
cerita utama.
7. Film Science-Fiction, suatu bentuk fiksi spekulatif yang
terutama membahas tentang pengaruh sains dan teknologi yang
diimajinasikan terhadap masyarakat dan para individual.
Batasan dari genre ini tidak pernah diterangkan dengan jelas,
dan garis pembatas antara sub-genre-nya tidaklah tetap.
28
8. Film Animasi, film yang merupakan hasil dari pengolahan
gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada
awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar
kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek
gambar bergerak.
2.3 Film Biografi, Konsep dan Genre
2.3.1 Konsep Film Biografi
Seperti yang kita ketahui bahwa film mempunyai unsur-unsur
penting didalamnya sehingga dapat memperkuat genre yang dibawa.
Menurut Nurman Hakim (2018:11), film biografi merupakan film yang
menceritakan tentang kehidupan seorang tokoh yang ditafsir oleh pembuat
filmnya. Bagaimana dia melihat satu sisi ataupun banyak sisi dari
kehidupan itu. Tafsiran itu merupakan hal yang wajar dan lumrah, kendati
penonton suka maupun tidak menyukai film dengan tafsiran sang pembuat
film. Erat kaitannya dengan hal ini, genre film biografi sendiri banyak
terjebak dan terpaku pada situasi dimana persoalan kronologi yang
menceritakan kehidupan seseorang dari masa kanak-kanak hingga
meninggal dunia sehingga membuat film tidak fokus pada inti yang akan
disampaikan.
Dalam menyajikan faktanya, film biografi dapat mengungkapkan
sisi lain dari tokoh utama yang dijunjung. Film biografi juga mempunyai
beberapa macam diantaranya:
a. Berdasarkan Sisi Penulisnya
29
Dibedakan menjadi 2 yaitu autobiografi dan biografi yang ditulis
orang lain.
1. Autobiografi yaitu biografi yang ditulis sendiri oleh tokoh
atau orangnya
2. Biografi yang ditulis orang lain yaitu biografi yang ditulis
oleh orang lain dengan izin dari tokoh yang hendak
diceritakan.
b. Berdasarkan Isinya
1. Biografi perjalanan hidup, berisi mengenai perjalanan hidup
suatu tokoh yang ditulis secara lengkap ataupun singkat.
2. Biografi perjalanan karir, berisi mengenai perjalanan karir
seorang tokoh dari awal hingga mencapai kesuksesan.
c. Berdasarkan Persoalan yang di Bahas
1. Biografi politik, yaitu biografi yang isinya menceritakan
tentang tokoh-tokoh yang berkecimpung pada dunia politik.
2. Biografi Jurnalistik atau sastra, yaitu biografi yang ditulis
oleh seseorang yang sebelumnya melalui tahapan seperti
wawancara, riset dan lainnya.
3. Intelektual Biografi, yaitu biografi yang dituliskan sesuai
dengan gaya penulisan ilmiah.
d. Berdasarkan Penerbitnya
1. Film Sendiri, yaitu biografi yang seluruh biayanya
ditanggung pribadi oleh si pembuat biografi tersebut.
30
2. Film Subdisi, yaitu biografi yang pembuatannya dibiayai
oleh sponsor baik itu biaya penulisan, perfilman, dan biaya
lainnya ditanggung oleh pihak sponsor.
2.3.2 Genre Film Biografi/Biopic
Dalam bahasa Perancis, genre merupakan jenis atau ragam. Dalam
dunia perfilman, genre adalah kategori atau klarifikasi tertentu yang
memiliki kesamaan bentuk, latar, tema, suasana dan lainnya. Waktu
merupakan hal yang sangat berpengaruh atas perubahan genre-genre yang
ada. Pada dasarnya genre selalu terikat dengan faktor era dan kepopuleran.
Biografi atau biopic berisi narasi yang sederhana dan sangat jelas.
Sering kali merupakan suatu kisah seseorang dengan kesuksesan dan
kematiannya. Kesuksesan datang pada harga. Itu mengkomodasikan
dirinya sendiri dengan mudah pada dongeng peringatan seperti halnya
sapuan dongeng inspirasional. (Anderson 1988: 332-3 dikutip dalam Neale
2000:4).
Upaya dalam menyimpulkan apakah bopik bagian dari genre atau
tidak, sangat penting untuk mengenali fungsi kunci dan memahami
mengapa khalayak menghargai biopic atau biografi itu sendiri. Menurut
teori 'Kegunaan dan Gratifikasi', dirancang oleh Blumler, Katz dan
Gurevitch, selain dari sekadar hiburan, biopic atau biografi dapat dipecah
di bawah divisi berikut yang menyediakan sarana 'Identitas Pribadi',
'Integrasi' dan 'Interaksi Sosial 'untuk pemirsa ke:
a. Temukan model perilaku
31
b. Dapatkan wawasan tentang diri sendiri
c. Dapatkan wawasan tentang keadaan orang lain; empati sosial
d. Identifikasi dengan orang lain dan dapatkan rasa memiliki
2.4 Sifat-sifat Pesan Dalam Film
2.4.1 Pesan Dalam Komunikasi
Sebagaimana yang dapat kita ketahui bahwa komunikasi
merupakan suatu kajian ilmu yang sangat luas cakupannya. Bisa
dibilang hampir setiap saat kita melakukan komunikasi dalam
segala hal yang kita lakukan. Ilmu komunikasi sendiri terlahir dari
berbagai multidisipliner ilmu. Onong Effendi mengartikan bahwa
pesan merupakan suatu komponen dalam proses komunikasi yang
berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan
melibatkan lambang, bahasa atau lambang-lambang lainnya yang
disampaikan kepada orang lain secara langsung maupun tidak.
Komunikasi yang dilakukan untuk menyampaikan suatu
pesan atau informasi berupa secara verbal dan secara non verbal.
1. Pesan Verbal, atau simbol adalah semua jenis pesan
simbol yang menggunakan satu kata atau lebih
(Mulyana : 2008, hal : 260). Pesan sebagai salah satu
unsur komunikasi didalamnya terdapat simbol dan
kode. Simbol sendiri merupakan lambang yang
memiliki suatu obek, sedangkan kode merupakan
seperangkat simbol yang disusun secara sistematis dan
32
memiliki arti. Sebuah simbol yang tidak memiliki arti
bukanlah kode (Berlo : 1960 dalam Cangara : 1998, hal
: 98).
2. Pesan Nonverbal
Pemakaian pesan nonverbal untuk mendukung pesan
yang disampaikan secara verbal. Dalam artian, pesan
nonverbal adalah semua isyarat yang bukan berwujud
kata-kata. Menurut Larry A, Samovar dan Richard E.
Poter, komunikasi nonverbal mencakup semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu
setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan
penggunaan lingkungan oleh individu yang mempunyai
nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima
(Mulyana : 2008, hal : 343). Adapun klasifikasi pesan
nonverbal, yaitu:
a. Bahasa Tubuh (kinesika), kode nonverbal yang
ditunjukkan oleh gerak badan seperti wajah
(ekspresi), tangan, kepala, kaki dan bahkan tubu
secara keseluruhan dapat digunakan sebagai
isyarat simbolik.
b. Sentuhan (haptika), merupakan isyarat yang
dilambangkan dengan sentuhan badan. Seperti
tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan,
belaian, pelukan, jabat tangan, dan lainnya.
33
c. Penampilan Fisik, perilaku nonverbal yang
mengarah kepada aspek mempercantik atau
memperindah dirinya sendiri, seperti bentuk
tubuh, busana yang dipakai, warna kulit,
aksesoris, model rambut, dan sebagainya.
Terdapat beberapa jenis pesan yang dapat digunakan dalam
berkomunikasi dan pemaikaian jenis pesan tersebut tergantung
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pengirim pesan. Berikut
teori pesan dalam ilmu komunikasi:
d. Teori Semiotik, teori ini memberikan pemahaman
terhadap pesan
e. Teori Sosiokultural, pendekatan terhadap peristiwa
komunikasi yang memerhatikan pemahaman tentang
bagaimana suatu struktur sosial masyarakat dibentuk
melalui cara kita berkomunikasi atau berinteraksi antar
satu dengan yang lainnya.
f. Teori Tradisi Sosio Psikologikal, teori yang melihat
pilihan setiap individu dan strateginya tentang
bagaimana cara agar maksud dari pesan tersebut dapat
dimengerti.
g. Teori Fenomenologikal, teori yang melihat dari sudut
pandang tradisi fenomenologi dimana pesan diteliti
melalui cara manusia melakukan interprestasi
terhadapnya.
34
2.4.2 Bahasa Dalam Film
Bahasa film merupakan deretan gambar yang bergerak
maupun statis. Kemajuan teknologi membuat film yang awalnya
hanya berupa gambar dapat juga ditambahkan suara, sehingga
pengertian film menjadi sebuah deretan gambar bergerak dan
bersuara. Terdapat ketentuan bahasa film yang harus diperhatikan
yaitu running time (ruang). Oleh karena itu penulis skenario harus
memperhatikan ketiga hal penting ini: gambar, suara, running time.
b. Gambar
Dalam bahasa film, gambar berdiri dengan unsur pokok
seperti set/tempat, propeti, cahaya dan obyek. Gambar
ditentukan dari sudut pengambilannya atau biasa
disebut angle camera. Straight angle, posisi
pengambilan gambar normal, dimana posisi kamera
sejajar dengan objek. Yang kedua yaitu Low angle,
sudut pengambilan gambarnya dari tempat yang lebih
rendah sehingga mengesankan sang objek kuat, dan
berkuasa. Kemudian High angle, sudut pengambilan
gambarnya dari tempat yang lebih atas dari objek
sehingga memberikan kesan kekuatan dan seperioritas.
c. Suara
Suara atau audio merupakan unsur terpenting dalam
film karena bisa menjadikan gambar lebih
35
hidup.Namun ada saatnya suara tidak diperlukan saat
keheningan dalam suatu adegan. Terdapat 3 golongan
suara yaitu dialog atau narasi, sound effect dan
background music. Dialog atau biasa yang disebut
dengan percakapan digunakan untuk mengemukakan
pendapat, menjelaskan suatu pesan, menggerakkan plot
dan juga dapat mengungkap fakta. Lain dengan narasi,
yang dimana merupakan sarana penting bagi film non
fiksi, dikarenakan disunting dengan dua gambar yang
tidak saling memiliki keterikatan (cut way). Karena itu
narasi dibutuhkan untuk menggabungkan kedua gambar
tersebut, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau
penafsiran oleh penonton. Sound effect atau efek suara,
baik tiruan maupun suara sebenarnya yang digunakan
untuk menampilkan daya imajinasi tentang suasana
yang ditampilkan. Hal ini berfungsi untuk
menghidupkan setiap gerakan dalam shot. Ada juga
Background music atau musik latar berfungsi untuk
melatar belakangi dan mengiringi adegan yang sedang
berjalan. Maka dalam memilih musik harus benar-benar
sesuai dengan adegan apa yang sedang itampilkan.
Setidaknya penggunaan musik akan lebih
menghidupkan, mewarnai suasana dan memberikan
informasi tentang waktu dalam adegan.
36
d. Running Time (ruang)
Running time merupakan masa putar sebuah film
atau berapa lama film itu diputar atau biasa dsebut
dengan durasi. Dalam film fiksi biasanya running
time berkisar antara 90 sampai dengan 105 menit,
sedangkan film nonfiksi berkisar antara 5 sampai
dengan 30 menit.
2.4.3 Penokohan Dalam Film
Istilah tokoh merujuk pada individu – individu yang
muncul dalam sebuah cerita. Tokoh dapat didefinisikan sebagai
pelaku cerita. Aminudin (2002:79) menjelaskan tentang pengertian
tokoh yang merupakan pelaku yang mengemban peristiwa,
sehingga peristiwa-peristiwa tersebut dapat terjalin menjadi sebuah
cerita.
Tokoh cerita dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh
tambahan. Dalam sebuah cerita terdapat tokoh penting dan sering
muncul, sehingga mendominasi isi cerita. Ada juga tokoh yang
hanya muncul beberapa saat dan relatif singkat. Kedua tokoh ini
dibedakan dengan membandingkan peran setiap tokoh, agar
menjadi tokoh utama tokoh tersebut bertindak sebagai pusat
pembicaraan dan sering diceritakan, sebagai pihak yang dekat
kaitannya dengan tema cerita, dan lebih sering berinteraksi dengan
tokoh lain.
37
2.4.4 Karakter Dalam Film
Karakter atau biasa disebut dengan penokohan ataupun
perwatakan merujuk pada sifat dan watak dari pelaku cerita.
Penggunaan istilah tersebut menunjuk pada kualitas pribadi
seorang tokoh.
Henry Guntur (2003:146) menjelaskan mengenai karakter
sebagi suatu proses yang digunakan oleh seorang pembuat cerita
dalam menciptakan tokoh-tokohnya. Karakter adalah lukisan
mengenai tokoh cerita baik keadaan lahirnya, batinnya, pandangan
hidupnya, sikapnya, kayakinan dan adat istiadatnya. Karakter atau
penokohan dibagi menjadi 3, yaitu Protagonis atau biasa disebut
dengan tokoh baik yang terdapat pada film. Antagonis adalah
kebalikan dari protagonis, karakter ini biasa digambarkan sebagai
si jahat yang memulai sebuah konflik dalam sebuah film.
Kemudian ada Tritagonis, dimana karakter ini biasanya muncul
sebagai tokoh yang dapat membantu menyelesaikan masalah dalam
cerita. (Wicaksono : 2014)
2.5 Penggambaran Karakter dalam Film
Film mempunyai potensi seni yang cermat dan memiliki
kesanggupan bercerita yang lebih besar. Dimana seorang aktor
dikatakan berhasil jika ia mampu membangun citra yang baik.
Yang dimaksud dengan citra disini ialah merupakan karakter tokoh
yang sudah diciptakan dalam naskah cerita dengan arahan dari
38
sutradara. Karakter erat kaitannya dengan plot. Plot adalah insiden-
insiden yang tercipta dan menyangkut karakter. Dalam hal ini
seorang aktor harus mampu menafsirkan plot-plot dalam cerita
dengan akting mereka.
Penggambaran karakter tokoh pada sebuah film tidak bisa
lepas dari gender yang telah ada. Maksudnya terdapat ketetapan-
ketetapan karakter dalam beuah gender, seperti penggambaran
tokoh perempuan dikenal sebagai karakter yang lembut, anggun,
cantik, keibuan, dan emosional. Sedangkan tokoh pria biasanya
digambarkan dengan karakter yang kuat, rasional, simpel, egois
dan perkasa. Ciri-ciri tersebut dapat dipertukarkan dari waktu ke
waktu sesuai dengan cerita.
2.6 Keegoisan dalam Karakter
Dalam ilmu psikologi kepribadian, terbentuknya
kepribadian seseorang dimulai dari umur 0-5 tahun dan sudah
memiliki egosentris. Penyebab egois pada awalnya bisa terjadi
karena terlalu sering dimanja, mendapatkan perhatian yang
berlebihan dan dipuji terus menerus, bisa karena prestasi atau hal
yang pernah dilakukan. Dalam struktur kepribadian menurut Freud
(Alwisol, 2016:15) kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat
kesadaran, yakni sadar (concious), prasadar (preconcious) dan tak
sadar (unconcious). Topografi peta kesadaran ini dipakai untuk
mendeskripsi unsur cermati (awarness) dalam setiap event mental
39
seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920-an, teori
tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran
itu. Kemudian pada tahun 1923 Freud mengenal tiga model
struktual yang lain, yakni, id, ego dan super ego. Struktur baru ini
tidak mengganti struktur lama, tetapi justru melengkapi atau
menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi atau
tujuannya.
The Id (Is [Latin], atau Es [Jerman]), adalah sistem
kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari Id ini kemudian
munculah ego dan superego, dimana berisi tentang aspek psikologi
yang berisi, insting, implus dan drives. Id berhubungan erat
denganproses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang
digunakan untuk mengoprasikan sistem dari struktur kerpribadian
lainnya. The Ego (Das Ich Jerman), merupakan perkembangan dari
Id agar orang mampu menangani realita sehingga, ego beroprasi
mengikuti prisip realita; usaha memperoleh kepuasan yang dituntut
Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda
kenikmatan sampai ditemukanya obyek yang nyata-nyata dapat
memuaskan kebutuhan. The Superego (Das Ueber Ich Jerman),
adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroprasi
memakai prinsip idealistik sebagai lawan kepuasan Id dan prinsip
realistik ego, berikut perbandingan ketiga sistem kepribadian diatas
secara signifikan:
40
Tabel 2.1
Perbandingan Tiga Sistem Kepribadian
ID EGO SUPEREGO
Original sistem,
asal muasal dari
sistem yang lain.
Berisi insting dan
penyediaan energi
psikik untuk dapat
beroprasinya
sistem yang lain.
Hanya mengetahui
dunia dalam; tidak
berhubungan
dengen dunia luar,
tidak memiliki
pengetahuan
mengenai realitas
objektif.
Berkembang dari Id
untuk menangani
dunia eksternal.
Memperoleh energi
dari Id. Memiliki
pengetahuan baik
mengenai dunia
dalam maupun
realitas objektif.
Berkembang dari ego
untuk berperan
sebagai tangan-
tangan moral
kepribadian.
Merupakan wujud
internalisasi nilai-
nilai orangtua.
Dikelompokkan
menjadi dua;
conscience (yang
menghukum tingkah
laku yang salah), dan
ego ideal (yang
menghadiahi tingkah
laku yang benar).
Seperti Id, superego
tidak berhubungan
dengan dunia luar,
tidak memiliki
41
pengetahuan
mengenai realitas
objektif.
Mengikuti prinsip
kenikmatan dan
bekerja dalam
bentuk proses
primer. Tujuannya
adalah untuk
mengenali
kenikmatan dan
rasa sakit sehingga
dapat memperoleh
kenikmatan dan
menghindari rasa
sakit.
Mengikuti prinsip
realita dan bekerja
dalam bentuk proses
sekunder. Tujuannya
untuk membedakan
antara fantasi dengan
realita sehingga dapat
memuaskan
kebutuhan organisme.
Harus dapat
menggabungkan
kebutuhan Id,
superego dan dunia
eksternal. Tujuan
umumnya adalah
mempertahankan
hidup dan kehidupan
jenisnya (reproduksi).
Mengikuti prinsip
conscience dan ego
ideal. Tujuannya
adalah membadakan
antara benar dan
salah dan menuntut
bahwa diri telah
mematuhi ancaman
moral, dan
memuaskan
kebutuhan
kesempurnaa.
Mencari kepuasan
insting segera.
Menunda kepuasan
insting sampai
kepuasan itu dapat
Menghambat
kepuasan insting.
42
dicapai tanpa
mengalami konflik
dengan superego dan
dunia eksternal.
Tidak rasional Rasional Tidak rasional.
Sumber: Alwisol hlm.19
Egoisme merupakan penempatan diri di tengah satu tujuan
serta tidak peduli apa yang dialami dan penderitaan apa yang
terjadi pada orang lain. Sejak awal dan perkembangannya,
beroperasi untuk membantu diri bertahan, bahkan ketika hal itu
menyakitkan dan menunda kepuasan (Alwisol, 2016:125).
Egoisme berasal dari kata ego, yang berarti persepsi
individu tentang dirinya sendiri yang berpengaruh pada
tindakannya. Oleh karena itu, ego merupakan pusat kesadaran,
proses alami individu, yang merupakan gabungan antara
pemikiran, gagasan, perasaan, memori, dan persepsi sensoris
(Raymond Corsini, Psikoterapi Dewasa Ini, 2003).
Sebaliknya, Altruisme merupakan kebalikan dari sifat egois
yang berarti perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang
ada didalam kebudayaan dan dianggap penting oleh agama.
Namun, beberapa aliran filsafat menilai bahwa Alturisme adalah
43
suatu keburukan dikarenakan lebih memperhatikan orang lain
ketimbang dirinya sendiri. Alturisme dapat dibedakan dengan
perasaan loyalitas dan kewajiban, hal ini memusatkan perhatian
pada motivasi untuk membantu orang lain dengan diikuti keinginan
untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran. Istilah
Alturisme juga dapat merujuk pada suatu doktrin etis yang
mengeklaim bahwa individu-individu secara moral berkewajiban
untuk dimanfaatkan orang lain.
Dan ego beroperasi secara sintesis, mengintegerasikan dan
mendamaikan tujuan yang berbeda dan informasi dan bertentangan
dalam suatu koordinasi. Agar fungsi sosial dan kognitif dapat
berjalan baik, namun itu belum semuanya dan tidak dimaksudkan
untuk membatasi fungsi ego, sebagai berikut:
a. Mengatur gerakan (spontan)
b. Mengorganisasi persepsi didalam dan diluar realita
c. Membuat batas yang melindungi diri atas stimulasi internal dan
eksternal yang berlebihan
d. Menterjemahkan fikiran menjadi perbuatan
e. Pembentukan karakter (gaya pribadi)
44
2.7 Struktur Kategori
Struktur kategori merupakan pengukuran pada penelitian
analisis isi. Kategori merupakan bagaimana kita mengetahui bagian
dari isi yang ingin diketahui (Eriyanto, 2011:202). Seperti yang
dipaparkan peneliti, pada hal ini peneliti ingin meneliti frekuensi
kemunculan dai dialog maupun adegan yang menimbulkan atau
memunculkan pesan egoisme yang terdapat pada film. Oleh karena
itu, kategori yang akan ditentukan menyesuaikan dengan dialog
dan adegan yang memunculkan pesan egoisme yang terdapat pada
film Bohemian Rhapsody tersebut.
Dalam Eriyanto (2011), tahapan penting pengukuran dalam
analisis isi adalah menyusun kategori. Dalam bab sebelumnya,
telah menuliskan beberapa informasi yang ingin diketahui dalam
analisis isi. Bagian apa dari isi yang ingin kita ketahui dan teliti.
Sementara kategori berhubungan dengan bagaimana isi (content)
kita kategorikan. Terdapat tiga prinsip yang tidak boleh digantikan
maupun dihilangkan dalam menyusuk kategori.
a. Prinsip Pertama
Terpisan satu sama lain, dimana antar kategori yang
ditentukan dapat dibedakan secara jelas.
45
b. Prinsip Kedua
Lengkap, yang berarti kategori yang disediakan harus
lengkap menyangkut tentang semua kemungkinan
kategori yang muncul.
c. Prinsip Ketiga
Reliabel, yang merupakan kategori yang disediakan
memiliki penafsiran yang sama antara satu orang dan
orang lain. Agar ketiga kategori tersebut memiliki
penafsiran yang sama.
Salah satu cara agar lembar coding menjadi reliabel adalah
dengan menyertakan petunjuk dan penjelasan kategori dalam
pengisian agar dapat dipahami oleh coder.
Kategori yang dibuat peneliti meliputi pesan ego verbal dan
pesan ego nonverbal. Dalam Nurudin (20170, Ronald B. Adler dan
George Rodman mengatakan bahwa verbal merupakan bentuk
komunikasi yang diungkapkan secara lisan maupun tulisan.
Sedangkan nonverbal merupakan bentuk komunikasi yang
diungkapkan melalui suara, nada, ekspresi wajah, isyarat, gerakan
tubuh. Bentuk komunikasi verbal dan nonverbal disesuaikan
dengan adegan dan dialog yang mengandung pesan ego didilm
Bohemian Rhapsody menjadi:
46
a. Pesan Ego Verbal
Pesan ego verbal merupakan pesan ego yang disampaikan
dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan mneggunakan kata-
kata. Kategori ini dapat ditemukan dalam dialog yang
diucapkan oleh pemeran utama. Pesan ego dapat muncul
karena adanya rasa percaya diri terlalu tinggi sehingga
mengakibatkan dampak seperti merasa terhina, diremehkan
dan direndahkan. Berikut subkategori yang dimiliki pesan ego
secara verbal:
1. Ambisius
Termasuk dalam kategori pesan ego yang disampaikan secara
verbal, dikarenakan ambisius membuat sulit memahami
kelemahan diri sendiri dan kurang menghargai orang lain.
2. Sombong
Sombong termasuk dalam kategori pesan ego yang
disampaikan secara verbal, karena sombong dapat
menyesatkan diri dan menghina orang lain seperti, terlalu
membanggakan kemampuannya, hartanya, kedudukannya dan
sebagainya.
3. Gertakan
Gertakan sendiri adalah tindakan berseru kepada orang yang
dituju menggunakan nada yang sangat keras dan terkadang
sedikit menggunakan emosi, bertujuan untuk meyakinkan dan
menakuti orang sekitar dengan perkataanya.
47
b. Pesan Ego Nonverbal
Nonverbal merupakan tingkat perlakuan yang lebih luas,
termasuk dalam pengungkapan pesan ego ini sendiri, yaitu
dapat dilihat dari perilaku, ucapan, ekspresi wajah dan
sebagainya. Kategori ini dapat ditemukan dalam adegan yang
diperagakan oleh pemeran utama. Subkategori yang dapat
dimasukkan kedalam kategori pesan ego nonverbal diantara
lain:
1. Ego dengan menggunakan ekspresi
Yang dimaksud dengan ego menggunakan ekspresi ini adalah
cara penyampaian pesan ego melalui ekspresi tertentu sehingga
menunjukkan pesan dan tujuan yang tersirat.
2. Ego dengan menggunakan perilaku atau gerakan
Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah cara penyampaian
pesan ego pemeran utama terhadap sekitar melalui perilaku
atau gerakan.
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini diawali dengan menelaah dan mengamati penelitian-
penelitian terdahulu yang relevan dan berkaitan dengan fenomena yang
peneliti angkat. Secara garis besar kajian yang dilakukan oleh para
akademisi dan telah dipublikasikan dalam bentuk jurnal cetak maupun
online. Sehingga dapat menjadi bahan rujukan peneliti baik berupa data
48
pendukung, pembanding dan memberikan gambaran awal mengenai
kajian yang terkait pada permasalahan dalam penelitian.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian yang
peneliti pilih adalah Unsur Sensualitas Perempuan Dalam Film
Indonesia (Analisis Isi Pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya
Lola Amaria). Penelitian ini dilakukan oleh Ilham Haliq Putra pada
tahun 2016, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur negatif yang terdapat pada
film Negeri Tanpa Telinga dimana perilaku-perilaku penyimpangan yang
tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia seperti, pendidikan moral
yang buruk, perilaku yang tidak menghormati sesama serta kesetaraan
gender yang dimanfaatkan untuk mencari keuntungan sendiri. Hasil dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Film Negeri Tanpa Telinga
terdapat hal yang memuaskan salah satu tokoh dan merugikan tokoh
lainnya dengan tidakan atau sikap negatif yang ada didalamnya.
Persamaan penelitian ini dengan apa yanf peneliti teliti adalah sama-sama
memberikan gambaran tentang keegoisan manusia sebagai makhluk
hidup.
49
2.9 Definisi Konseptual
Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman terhadap konsep-konsep
yang digunakan, dalam penelitian ini peneliti memberikan betasan-
batasan sebagai berikut:
ii.Komunikasi dalam Media Massa
Definisi komunikasi massa menurut Josep A Devito adalah
komunikasi yang ditujukan kepada massa, atau dapat dikatakan
ditujukan kepada khalayak ramai yang luar biasa banyaknya.
iii. Film Biopic/Biografi
Deifinisi film biopic/biografi menurut Nurman Hakim merupakan
film yang menceritakan tentang kehidupan seorang tokoh yang
ditafsir oleh pembuat filmnya. Bagaimana dia melihat satu sisi
ataupun banyak sisi dari kehidupan itu.
iv.Egoisme
Definisi Alwisol tentang egoisme merupakan penempatan diri di
tengah satu tujuan serta tidak peduli apa yang dialami dan
penderitaan apa yang terjadi pada orang lain. Sejak awal dan
perkembangannya, beroperasi untuk membantu diri bertahan,
bahkan ketika hal itu menyakitkan dan menunda kepuasan.