18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa Komunikasi yang menggunakan media masa, lazim kita sebut sebagai komunikasi massa. Secara konkretnya, Littlejohn mendefinisikan komunikasi massa adalah suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan (messages),dan mengirimkan kepada publik. Melalui proses tersebut, sejumlah pesan akan digunakan, atau dikonsumsi audiens. Sedangkan Bittner merumuskan Massa Communication is message communicated through a mass medium to a large number of people.” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Untuk semakin memperjelas apa yang dimaksud dengan komunikasi massa itu, Jalaluddin Rakhmat (2002)telah merangkum berbagai definisi yang diberikan para ahli dalam satu pengertian. “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Ciri-ciri komunikasi massa, menurut Onong Uchjana Effendi (1996: 42) adalah sebagai berikut : -Komunikasi massa berlangsung satu arah - Komunikator pada komunikasi massa melembaga - Pesan pada komunikasi massa bersifat umum - Media komunikas massa menimbulkan keserempakan - Komunikasi massa bersifat heterogen Media dalam komunikasi ini merujuk pada media cetak (koran, majalah, tabloid), dan media elektronik (radio, video, televisi, internet). Kini, televisi merupakan media dominan komunikasi massa di seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa Komunikasi yang menggunakan media masa, lazim kita sebut sebagai komunikasi massa. Secara

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Komunikasi Massa

    Komunikasi yang menggunakan media masa, lazim kita sebut

    sebagai komunikasi massa. Secara konkretnya, Littlejohn mendefinisikan

    komunikasi massa adalah suatu proses dimana organisasi media

    memproduksi pesan-pesan (messages),dan mengirimkan kepada publik.

    Melalui proses tersebut, sejumlah pesan akan digunakan, atau dikonsumsi

    audiens.

    Sedangkan Bittner merumuskan “Massa Communication is

    message communicated through a mass medium to a large number of

    people.” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

    media massa pada sejumlah besar orang).

    Untuk semakin memperjelas apa yang dimaksud dengan

    komunikasi massa itu, Jalaluddin Rakhmat (2002)telah merangkum berbagai

    definisi yang diberikan para ahli dalam satu pengertian. “Komunikasi massa

    diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah

    khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau

    elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan

    sesaat.

    Ciri-ciri komunikasi massa, menurut Onong Uchjana Effendi

    (1996: 42) adalah sebagai berikut :

    -Komunikasi massa berlangsung satu arah

    - Komunikator pada komunikasi massa melembaga

    - Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

    - Media komunikas massa menimbulkan keserempakan

    - Komunikasi massa bersifat heterogen

    Media dalam komunikasi ini merujuk pada media cetak (koran,

    majalah, tabloid), dan media elektronik (radio, video, televisi, internet).

    Kini, televisi merupakan media dominan komunikasi massa di seluruh

  • dunia, dan sampai sekarang masih terus berkembang. Kelebihannya untuk

    dapat didengar dan dilihat gambarnya, sekaligus menjadi andalan jenis

    media massa ini untuk meraih simpati masyarakat luas.

    Dari uraian diatas, komunikasi massa dapat diartikan dalam dua

    cara, yaitu pertama, komunikasi oleh media, dan kedua, komunikasi untuk

    massa. Namun, ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk

    setiap orang. Littlejohn(1996) menyebutkan salah satu ciri komunikasi

    massa adalah adanya proses seleksi. Media tetap cenderung memilih

    khalayak, di lain pihak khalayak juga menyeleksi media, baik jenis maupun

    isi siaran dan berita, serta waktu untuk menikmatinya. Dan karena media

    mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang diperlukan

    sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga kompetisinya selalu berlangsung

    ketat.Untuk meraih khalayak sebanyak mungkin, media harus berusaha

    membidik sasaran tertentu.

    2.2. Televisi Sebagai Media Penyiaran

    Media televisi memiliki kelebihan dibandingkan media lainnya,

    antara lain yaitu televisi bersifat audio visual yang mempunyai kemampuan

    dalam menyiarkan secara langsung maupun secara rekaman. Televisi

    merupakan media yang mampu memberikan simulated experience kepada

    khalayaknya, yaitu pengalaman yang diperoleh saat melihat sesuatu yang

    belum pernah dilihat sebelumnya. Dari sisi pragmatis, televisi memiliki

    keunggulan sebagai berikut (Djuarsa, 2003 : 32) :

    - Berdasarkan isi dan pesan, media televisi meskipun direkayasa mampu

    membedakan fakta dan isi, realistis dan tidak terbatas

    - Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian

    sepenuhnya dan intim

    - Memiliki tokoh berwatak, sementara media lainnya memiliki bintang yang

    direkayasa

    Sedangkan fungsi media massa menurut Deddy Iskandar Muda

    (2003 : 45), digolongkan dalam 6 aspek, antara lain :

  • 1. Menyampaikan fakta (the fact)

    Media massa televisi menyediakan fasilitas arus informasi dari

    kedua belah pihak. Satu sisi mencerminkan kebutuhan dan keinginan

    pengirim (antara lain : iklan, propaganda, dll), dan di sisi lain yaitu

    kebutuhan dan harapan penerima (berita, laporan, dll).

    2. Menyampaikan opini dan analisa (opinions and analyses)

    Pada laporan berita, reporter melaporkan opini orang-orang luar,

    analisis berita dilakkan oleh staf redaktur khusus (antara lain : kolom,

    editorial, dll)

    3. Melakukan investigasi (investigation)

    Fungsi ini adalah yang paling sulit dilakukan, tetapi jika berhasil

    nilai berita akan sangat berbobot untuk melakukan hal tersebut, diperlakukan

    kecanggihan, dan staf yang berpengalaman serta memiliki hubungan intensif

    dengan para ahli dan ilmuwan yang membutuhkan waktu tahunan.

    4. Hiburan (entertainment)

    Sajian pers dari media massa televisi kadang-kadang berfungsi

    sekaligus menghibur, mendidik dan memberikan informasi.

    5. Kontrol (control)

    Fungsi ini dapat dimanfaatkan oleh media kepada pemerintah dan

    juga sebaliknya.

    6. Analisa kebijakan (policy analysis)

    Fungsi ini merupakan kecenderungan untuk menyoroti kebijakan

    yang diterapkan oleh pemerintah, kemudian dianalisis oleh media tersebut

    dengan memberikan solusi alternatif lain.

    Saat ini televisi menjadi sebuah fenomena yang mengiringi

    perkembangan dari peradaban hidup manusia dalam kurun waktu hampir

    satu abad lamanya. Televisi sebagai media massa memberikan informasi dan

    membantu masyarakat untuk mengetahui tentang dunia dan sekelilingnya

    secara jelas dan kemudian menyimpannya dalam benak khalayak. Media

    massa berguna sebagai pengawas bagi masyarakat untuk mengajukan

    perbandingan dari apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar tentang dunia

  • yang ada di luar lingkungan masyarakat hidup. Sejak awal telah media

    massa melakkan tugasnya untuk membagi informasi yang diinginkan oleh

    masyarakat pada umumnya.

    2.2.1. Produksi Program Televisi

    Berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser

    profesional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi

    itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai dan

    memiliki makna.Apa yang disebut nilai, itu akan tampil apabila sebuah

    produksi acara bertolak dari suatu visi. Dengan kata lain, produksi yang

    bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang

    memiliki visi (Wibowo, 2007 : 23).

    Hasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya. Sikap

    inilah kekhasan dan keunikan dari produksi itu. Sedangkan produksi yang

    tidak memiliki kekhasan atau keunikan berarti produksi kodian, tidak

    menarik dan biasa-biasa saja, atau dengan kata lain tidak memukau, dan

    mempesona. Disisi lain, bertolak dari kreativitas, seorang produser yang

    menghadapi materi produksi,akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini,

    intelektualitas dan spiritualitas secara kritisakan menentukan materi mana

    yang diperlukan dan mana yang tidak. Kemudian,akan lahir ide atau

    gagasan. Dilengkapi materi atau bahan lain yang menunjang ide ini, akan

    tercipta konsep berupa naskah untuk produksi. Naskah ini merupakan

    bahan dasar yang perlu dipikirkan oleh seorang produser ketika ia akan

    memulai produksi.

    2.3. Talk Show

    Program talk show,menurut Darmanto (1998 : 100) adalah

    perbincangan dengan tukar-menukar pendapat, dimana pemimpin acara

    dapat mengatur dan bertindak mengambil peranan aktif tanpa menarik

    kesimpulan, terkadang acaranya diselingi hiburan oleh pengisi acara

    sebagai peserta atau pemimpin acara itu sendiri.

  • Program talk show menurut Wahyudi (1994 : 34) adalah

    wawancara santai dan kadang-kadang diselingi dengan musik atau

    lawakan, disini juga diperlukan pewawancara, penyiar atau announcer.

    Berdasarkan keseluruhan defisini di atas, memiliki kesepahaman

    terhadap pengertian talk show, maka dari itu dapat disimpulan bahwa

    program talk show merupakan acara perbincangan di media elektronik

    radio atau televisi mengenai suatu permasalahan tertentu, dipandu oleh

    presenter di studio dengan melibatkan partisipasi audience sehingga terjadi

    suatu dialog yang sifatnya interaktif dan terkadang diselingi dengan show

    yang sifatnya menghibur.

    Pengertian talk show menurut Masduki (2004 : 79) didefinisikan

    sebagai kombinasi antara seni bicara dan seni wawancara. Setiap orang

    pasti pandai berbicara, setiap broadcaster tentunya adalah pembicara yang

    handal.Akan tetapi, tidak semua broadcaster pandai

    berwawancara.Wawancara merupakan ajang interaksi yang mencerdaskan

    dan menjadikan televisi sebagai ruang publik yang sifatnya populis, bukan

    elitis. Kecenderungan untuk menghadirkan elit masyarakat di studio akan

    berkurang saat radio membuka ruang wawancara interaksi langsung

    dengan penonton yang heterogen.

    Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa program interaktif

    atau talk show adalah acara perbincangan yang menghadirkan narasumber

    ke dalam studio, serta melibatkan peran serta dari para penonton sehingga

    terjadi interaksi antara narasumber dengan pembawa acara (host), juga

    antara penonton dan narasumber.

    Talk show menurut Masduki (2004 : 80) adalah kategori program

    spesial atau program wawancara sebagai acara, karena mengacu pada arti

    katanya sendiri yaitu talk (obrolan) dan show (gelaran).

    Program talk show adalah sebuah show yang disiarkan secara

    global sebagai hiburan (entertainment). Karena itu, talk show harus

    menghibur para penonton, sehingga seorang pewawancara karenanya

    harus memiliki skill sebagai penghibur (R. Fadli, 2001 : 56).

  • Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa talk show adalah

    acara perbincangan mengenai permasalahan tertentu yang diselingi dengan

    hiburan karena diudarakan secara global, maka pembawa acara harus

    mempunyai kemampuan untuk dapat menghibur audiencenya.

    Sehingga, dapat disimpulkan bahwa program acara Islam Itu Indah

    merupakan salah satu bentuk jenis talk show, dalam konsep program religi,

    karena dalam program acara ini terjadi interaksi antara audience di studio

    dengan narasumbernya secara langsung, sehingga terjadinya suatu bentuk

    tanya jawab di dalamnya.

    2.4. The Uses and Gratifications Theory

    Mengenai aktifitas menonton, akan dijelaskan dengan pendekatan

    Uses and Gratifications, dimana dalam sebuah perilaku media yang

    melibatkan penggunaan sebuah isi media oleh khalayak yang berakibat

    pada adanya terpaan dalam diri khalayak tersebut, merupakan isu atau

    topik yang dibahas dalam pendekatan ini. Uses and

    Gratificationsberangkat dari pandangan bahwa dalam komunikasi

    (khususnya media massa), tidak mempunyai kekuatan yang dapat

    mempengaruhi diri khalayak.

    Model Uses and Gratifications merupakan pergeseran fokus dan

    tujuan komunikator ke tujuan komunikasi. Model ini menentukan fungsi

    komunikasi massa dalam melayani khalayak (Uchjana, 1993 : 290).

    Pendekatan untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam

    suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson

    (1959), bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz

    menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi

    komunikasi massa sebagai persuasi. Dia diarahkan kepada penyelidik efek

    kampanye persuasi pada khalayak.Katz mengatakan bahwa penelitiannya

    diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaaan “Apa yang dilakukan

    media untuk khalayak?” (“What do the media do to

    people?”).Kebanyakan penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi

  • massa berpengaruh kecil terhadap khalayak yang persuasi, oleh karena itu

    para peneliti berbelok ke variabel-variabel yang menimbulkan lebih

    banyak efek, misalnya efek kelompok.

    Pendekatan Uses and Gratificationsmerupakan sebuah pendekatan

    yang menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau

    komunikasi, dan tidak begitu memperhatikan mengenai isi pesannya.

    Pendekatan penggunaan dan kepuasan membalik pokok pembahasan

    menjadi apa yang dilakukan khalayak kepada media.

    Menurut para pendirinya Ellihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael

    Gurevitch, Uses and Gratificationsmemiliki konsep dasar teori yang

    meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial yang

    menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain

    yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan, dan

    menimbulkan pemenuhan kebutuhan serta akibat-akibat lain, bahkan

    termasuk juga yang tak diinginkan (Rakhmat, 2001 : 205). Mereka juga

    merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini :

    - Khalayak dianggap aktif, yang berarti sebagian penting dari penggunaan

    media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

    - Dalam proses komunikasi massa, banyak inisiatif untuk mengaitkan

    pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota

    khalayak.

    - Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk

    memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media, hanyalah

    bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas.Bagaimana

    kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media, amat bergantung

    kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

    - Banyak tujuan pemilihan media massa, disimpulkan dari data yang

    diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti

    untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

    - Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan,

    sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

  • Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi

    permasalahan utama, bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan

    perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi

    dan sosial khayalak.Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang akhir, yang

    sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.

    Pendekatan Uses and Gratifications sebenarnya juga tidak baru. Di

    awal dekade 1940-an dan 1950-an, para pakar melakukan penelitian

    mengapa khayalak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi.

    Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori Uses and

    Gratications telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan

    saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finlandia, Swedia, Jepang dan

    negara-negara lain.

    Menurut Wiryanto (2003 : 56), teori Uses and Gratifications

    merupakan pendekatan tentang kebutuhan individu terhadap pesan-pesan

    media berdasarkan atas manfaat dan kepuasan. Menurut pendekatan ini,

    komunikasi massa mempunyai kapasitas menawarkan sejumlah pesan

    yang dapat dimanfaatkan oleh komunikannya, sekaligus dapat memuaskan

    berbagai kebutuhannya.Dengan demikian, orang yang berbeda dapat

    menggunakan pesan yang sama untuk berbagai tujuan atau maksud yang

    berbeda-beda. Jadi, media massa menunjukkan peranannya.

    Kata motif, berarti dorongan dan aksi yang berarti usaha.Sehingga

    motivasi berarti usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan

    dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan (Padmowiharjo, 1994).

    McQuail, dkk (1972) merumuskan motif dalam menggunakan media

    massa, yaitu :

    1. Informasi

    Motif ini berkaitan dengan usaha untuk :

    a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan

    lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia

    b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat,

    dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan

  • c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum

    d. Belajar, pendidikan diri sendiri

    e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan

    2. Integrasi dan interaksi sosial

    Motif ini berkaitan dengan usaha untuk :

    a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial

    b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa

    memiliki

    c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial

    d. Memperoleh teman selain dari manusia

    e. Membantu menjalankan peran sosial

    f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga,

    teman, dan masyarakat

    3. Hiburan

    Motif ini berkaitan dengan usaha untuk :

    a. Melepaskan diri atau terpisah dari pemasalahan.

    b. Bersantai

    c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis

    d. Mengisi waktu

    e. Penyaluran emosi

    f. Membangkitkan gairah seks

    Sedangkan inti dari teori Uses and Gratificationsadalah khalayak

    pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif

    tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif

    ini terpenuhi, maka kebutuhan khayalak akan terpenuhi. Sehingga pada

    akhirnya, media yang mampu memenuhi kebutuhan dari khayalak disebut

    media yang efektif (Kriyantono, 2006 : 206).

    Mc Quail Dennismelakukan riset yang cukup mutakhir, dan

    mereka berhasil menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang

    terangkum dalam skema media-persons interactions, yaitu sebagai berikut

    (Mc Quail, 2002 : 388) :

  • 1.Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah, sarana

    pelepasan emosi.

    2.Kognitif, yaitu menyajikan informasi, surveillance (bentuk-bentuk

    pencarian informasi).

    3.Personal relationships, yaitu persahabatan, kegunaan sosial yang dapat

    diklasifikasikan sbb:

    a. Kepuasan, yaitu dimensi yang menyajikan informasi perihal evaluasi

    kemampuan media untuk memberikan sebuah kepuasan.

    b. Depedensi media, yaitu dimensi yang menyajikan informasi pihak

    ketergantungan responden pada media dan isi media untuk

    kepuasannya.

    c. Pengetahuan, yaitu dimensi yang menyajikan perihal tentang

    persoalan tertentu.

    Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media

    untuk memenuhi kebutuhannya.Disini timbul istilah uses and gratification,

    penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini tersirat

    pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility), bahwa konsumsi

    media diarahkan oleh motif (intentionally), bahwa perilaku media

    mencerminkan kepentingan dan preferensi (selective), dan bahwa khalayak

    sebenarnya “kepala batu” (Rakhmat, 2002 : 65). Karena penggunaan

    media, hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis,

    efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi.

    Konsep dasar model ini diringkas oleh pendirinya, dengan model

    yang diteliti adalah :

    1. Sumber sosial dan psikologi dari

    2. Kebutuhan yang melahirkan

    3. Harapan-harapan dari

    4. Media massa atau sumber-sumber yang lain, menyebabkan

    5. Perbedaan pola terperan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain)

    dan menghasilkan

    6. Pemenuhan kebutuhan

  • 7. Akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak

    dikehendaki

    Pendekatan tentang kebutuhan individu terhadap pesan-pesan

    media berdasarkan azas manfaat dan kepuasan. Menurut pendekatan ini,

    komunikasi massa mempunyai kapasitas menawarkan sejumlah pesan

    yang dapat dimanfaatkan oleh komunikannya, sekaligus dapat memuaskan

    berbagai kebutuhannya. Dengan demikian, orang yang berbeda dapat

    menggunakan pesan-pesan media yang sama untuk berbagai tujuan atau

    maksud yang berbeda-beda. Sehingga, media massa menunjukkan

    perannya (Wiryanto, 2000).

    2.5. Gratifications Sought and Gratification Obtained

    Salah satu macam riset Uses and Gratifications yang saat ini

    berkembang adalah yang dibuat oleh Philip Palmgreen dari Kentucky

    University.Kebanyakan riset Uses and Gratifications memfokuskan pada

    motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan

    media. Selain menggunakan dasar yang sama, yaitu khalayak

    menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep

    yang diteliti ini tidak berhenti disitu saja, namun juga dengan menanyakan

    apakah motif-motif khalayak itu dapat dipenuhi media. Atau dengan kata

    lain, yaitu apakah khalayak terpuaskan setelah menggunakan media.

    Konsep mengukur tingkat kepuasan itu disebut Gratifications

    Sought (GS) dan Gratification Obtained (GO). Penggunaan konsep-

    konsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari teori Uses

    and Gratifications, yaitu teori expectancy values (nilai pengharapan)

    (Kriyantono, 2006 : 208).

    Menurut teori nilai pengharapan, orang mengarahkan diri pada

    dunia (misalnya media), berdasarkan pada kepercayaan dan evaluasi-

    evaluasi mereka tentang dunia tersebut.Gratifications Sought adalah

    kepuasan yang dicari atau diinginkan oleh individu ketika menggunakan

    suatu jenis media tertentu (radio, tv, atau koran). Dengan kata lain,

  • “Gratifications Sought adalah motif yang mendorong seseorang

    mengkonsumsi media (Kriyantono, 2006 : 208). Dengan kata lain,

    menurut Palmgreen, Gratifications Sought, dibentuk dari kepercayaan

    seseorang mengenai apa yang media dapat berikan, dan evaluasi seseorang

    mengenai isi media” (Kriyantono, 2006 : 209).

    Sedangkan “Gratification Obtained adalah kepuasan yang nyata

    yang diperoleh seseorang setelah mengonsumsi suatu jenis media tertentu”

    (Palmgreen, 1985 : 27). Gratification Obtained mempertanyakan hal-hal

    yang khusus mengenai apa saja yang telah diperoleh setelah menggunakan

    media dengan menyebutkan acara secara spesifik.

    Dapat dikatakan bahwa Uses and Gratifications bukanlah proses

    komunikasi linear yang sederhana. Banyak faktor, baik personal maupun

    eksternal yang menentukan kepercayaan dan evaluasi seseorang. Littlejohn

    (1996) mengatakan bahwa kepercayaan sesorang tentang isi media dapat

    dipengaruhi oleh (1) budaya dan institusi sosial seseorang, termasuk media

    itu sendiri; (2) keadaan-keadaan sosial seperti ketersediaan media; (3)

    variabel-variabel psikologis tertentu, seperti introvert-esktrovert dan

    dogmatisme. Nilai-nilai dipengaruhi oleh (1).faktor-faktor kultural dan

    social, (2). kebutuhan-kebutuhan, (3). variabel-variabel psikologis.

    Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai akan menentukan pencarian

    kepuasan, yang akhirnya menentukan perilaku konsumsi terhadap media,

    tergantung pada apa yang dikonsumsi danalternatif-alternatif media apa

    yang diambil, pengaruh media tertentu akan dirasakan, dan pada gilirannya

    akan memberikan umpan balik kepada kepercayaan seseorang mengenai

    media (Kriyantono, 2006 : 209).

  • Gambar 2.1.Model Expectancy Value

    (Sumber : Kriyantono (2006:210)

    Kepercayaan-kepercayaan Evaluasi-evaluasi

    (believes)

    Pencarian Kepuasan (GS)

    Konsumsi Media

    Perolehan Kepuasan yang Diterima

    Beranjak dari sinilah kita dapat mengukur Gratifications Sought

    dan Gratifications Obtained sehingga dapat diketahui kepuasan khalayak

    berdasarkan kesenjangan antara Gratification Sought dengan

    Gratifications Obtained. Dengan kata lain, kesenjangan kepuasan

    (Discrepancy Gratifications) adalah perbedaan perolehan kepuasan yang

    terjadi antara skor Gratifications Sought dan Gratifications Obtaineddalam

    mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil discrepancy-nya, maka

    semakin memuaskan media tersebut.

    Adanya indikator bahwa ada terjadi kesenjangan kepuasan atau

    tidak adalah sebagai berikut (Kriyantono, 2006 : 208) :

    1. Jika mean skor atau rata-rata skor GS lebih besar dari mean skor

    GO (mean skor GS >mean skor GO), maka terjadi kesenjangan kepuasan

    karena kebutuhan yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan

    kebutuhan yang diinginkan, atau kesimpulannya, yaitu media tidak

    memuaskan khalayaknya.

    2. Jika mean skor atau rata-rata skor GS besarnya sama dengan

    mean skor GO (mean skor = GS = mean skor GO), maka terjadi

    keseimbangan kepuasan, karena jumlah kebutuhan yang diinginkan

    semuanya terpenuhi.

  • 3. Jika mean skor atau rata-rata skor GS lebih kecil dari mean skor

    GO (mean skor GO

  • akanmenjadi variabel yang mempengaruhi kepuasan yang diperoleh

    penonton disaat ia mengkonsumsi program acara Islam Itu Indah.

    Keberadaan variabel yang terdiri dari Usia, Jenis Kelamin dan Program

    Studi, disebut sebagai variabel untuk mendeskripsikan hasil apa yang

    diperoleh dari hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

    2.7. Hipotesis Penelitian

    Menurut Webbster’s New World Dictionary (1977), hipotesis

    adalah “an unproved theory, preposition, etc, tentatively accepted to

    explain certain facts or to provide a basis for investigation, arguments”

    (hipotesis adalah teori, preposisi yang belum terbukti, diterima secara

    tentatif untuk menjelaskan fakta-fakta atau menyediakan dasar untuk

    melakukan investigasi dan menyatakan argumen). Hipotesis yang dibuat

    oleh peneliti ini yang selanjutnya akandiuji dengan mengumpulkan data

    empiris melalui riset.

    Penelitian mengambil program acara “Islam Itu Indah

    TRANSTV”, karena program acara ini memberikan sajian program religi

    yang berbeda dalam konsep Islami. Namun, pada dasarnya penonton

    memiliki motif yang berbeda-beda dalam mengkonsumsi satu media,

    makaia juga akan menerima kepuasan yang berbeda pula.

    Pada teori motif Dennis Mcquil (2002), terdapat empat motif

    penggunaan media massa, yaitu motif informasi, motif identitas pribadi,

    motif integrasi dan interaksi sosial, dan motif hiburan. Jika mengacu pada

    teori tersebut, peneliti merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif,

    yaitu :

    a. Hipotesis variabel motif dan kepuasan :

    1. Penonton aktif

    1.1. Motif Informasi :

    - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu

    Indah”

    - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah”

  • 1.2. Motif Integrasi dan Interaksi sosial :

    - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu

    Indah”

    - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah”

    1.3. Motif Hiburan :

    - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu

    Indah”

    - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah”

    2. Penonton pasif

    2.1. Motif Informasi :

    - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu

    Indah”

    - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah”

    2.2. Motif Integrasi dan Interaksi sosial :

    - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu

    Indah”

    - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah”

    2.3. Motif Hiburan :

    - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu

    Indah”

    - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah”

    3. Penonton momental

    3.1. Motif Informasi :

    - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu

    Indah”

    - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah”

    3.2. Motif Integrasi dan Interaksi sosial :

    - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu

    Indah”

    - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah”

    3.3. Motif Hiburan :

  • - H0 : penonton tidak puas terhadap program religi “Islam Itu

    Indah”

    - H1 : penonton puas terhadap program religi “Islam Itu Indah”

    b. Hipotesis pemenuhan kepuasan dan kepuasan yang diperoleh :

    1. GS informasi dan GO informasi

    - H0 : Tidak terdapat perbedaanhubungan antara GS informasi dan

    GO Informasi dalam acara “Islam Itu Indah”

    - H1 : Terdapat perbedaan hubungan antara GS informasi dan GO

    Informasi dalam acara “Islam Itu Indah”

    2. GS integrasi dan interaksi sosial dan GO integrasi dan interaksi sosial

    - H0 : Tidak terdapat perbedaan hubungan antara GS integrasi dan

    interaksi sosial dan GO integrasi dan interaksi sosial dalam acara

    “Islam Itu Indah”

    - H1 : Terdapat perbedaan hubungan antara GS integrasi dan interaksi

    sosial dan GO integrasi dan interaksi sosial dalam acara “Islam Itu

    Indah”

    3. GS hiburan dan GO hiburan

    - H0 : Tidak terdapat perbedaan hubunganantara GS hiburan dan GO

    hiburan dalam acara “Islam Itu Indah”

    - H1 : Terdapat perbedaan hubungan antara GS hiburan dan GO

    hiburan dalam acara “Islam Itu Indah”

  • 2.8. Kerangka Pemikiran

    Mahasiswa KMIS UKSW, Salatiga

    X : Motif Gratifikasi:

    X1 :Motif Informasi

    X2 : Motif Integritas &

    Interaksi Sosial

    X3 : Motif Hiburan

    Menonton Program Acara

    “Islam Itu Indah TRANSTV”

    Y :Kepuasan Gratifikasi:

    Y1 : Kepuasan Gratifikasi

    Informasi

    Y2 : Kepuasan Gratifikasi

    Integritas & Interaksi

    Sosial

    Y3 : Kepuasan Gratifikasi

    Hiburan

    Uses and

    Gratification

    Theory

    Hubungan antara Motif

    Pemenuhan Kepuasan

    dengan Kepuasan yang

    Diperoleh