14
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Rumput merupakan tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman monokotil. Hal ini dikarenakan rumput memiliki satu buah kotiledon pada bijinya (Christians, 2001). Menurut Turgeon (2002), rumput termasuk dalam famili Poaceae, yang biasanya disebut Graminae. Rumput mempunyai bagian atas yang terdiri atas batang, daun dan organ reproduktif serta bagian bawah yang berupa akar ( Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990 ). Daun rumput ini terbagi menjadi dua, untuk bagian atas disebut sebagai blade dan untuk bagian bawah disebut sebagai sheath. Kedua bagian tersebut terhubung oleh sebuah meristem. Dari jaringan meristem inilah awal dari pertumbuhan dari sehelai rumput. Jaringan meristem pada tanaman biasa terletak pada pucuk, tetapi untuk rumput jaringan ini berada dibawah pucuk. Hal ini yang memungkinkan rumput memiliki toleransi tinggi terhadap pemangkasan dan tekanan. Selain itu, rumput memiliki bagian yang disebut crown yang merupakan pusat aktivitas dari rumput, apabila bagian ini mati maka rumput pun ikut mati (Christians, 2001). Rumput dapat diperbanyak secara generatif yaitu dengan benih dan vegetatif yaitu dengan stolon, rhizome dan lempengan (Sulistyantara, 1992). Dalam tipe pertumbuhan, rumput memiliki tiga tipe yaitu Bunch-type, Rhizoma- type, dan Stoloniferous (Gambar 2). Bunch-type adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh kualitas biji, dimana apabila kualitas bijinya tinggi maka akan menghasilkan rumput yang seragam. Sebaliknya, jika kualitas biji yang rendah akan menghasilkan rumput yang tidak seragam. Setelah musim tumbuh, beberapa anakan akan berkembang menjadi kelompok yang rapat mengelilingi crown. Pada beberapa rumput, perkembangan tunas mungkin juga muncul secara lateral dan menembus tanaman induk. Apabila batang lateral tersebut menembus tanaman induk berlangsung pada permukaan tanah, batang tersebut biasa disebut stolon dan apabila berada di dalam tanah maka disebut rhizome. Jadi, Rhizoma-type adalah tipe rumput yang perbanyakannya melalui akar bawah tanah yang biasa disebut rhizoma. Karena akar memiliki jangkauan yang luas, maka rumput yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput - repository.ipb.ac.id · dari faktor-faktor ini adalah indikator bagaimana rumput dapat bertahan hidup dalam suatu area. Suhu adalah faktor lain

Embed Size (px)

Citation preview

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput

Rumput merupakan tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman

monokotil. Hal ini dikarenakan rumput memiliki satu buah kotiledon pada bijinya

(Christians, 2001). Menurut Turgeon (2002), rumput termasuk dalam famili

Poaceae, yang biasanya disebut Graminae. Rumput mempunyai bagian atas yang

terdiri atas batang, daun dan organ reproduktif serta bagian bawah yang berupa

akar ( Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990 ). Daun rumput ini terbagi menjadi

dua, untuk bagian atas disebut sebagai blade dan untuk bagian bawah disebut

sebagai sheath. Kedua bagian tersebut terhubung oleh sebuah meristem. Dari

jaringan meristem inilah awal dari pertumbuhan dari sehelai rumput. Jaringan

meristem pada tanaman biasa terletak pada pucuk, tetapi untuk rumput jaringan

ini berada dibawah pucuk. Hal ini yang memungkinkan rumput memiliki toleransi

tinggi terhadap pemangkasan dan tekanan. Selain itu, rumput memiliki bagian

yang disebut crown yang merupakan pusat aktivitas dari rumput, apabila bagian

ini mati maka rumput pun ikut mati (Christians, 2001).

Rumput dapat diperbanyak secara generatif yaitu dengan benih dan

vegetatif yaitu dengan stolon, rhizome dan lempengan (Sulistyantara, 1992).

Dalam tipe pertumbuhan, rumput memiliki tiga tipe yaitu Bunch-type, Rhizoma-

type, dan Stoloniferous (Gambar 2). Bunch-type adalah pertumbuhan yang

dipengaruhi oleh kualitas biji, dimana apabila kualitas bijinya tinggi maka akan

menghasilkan rumput yang seragam. Sebaliknya, jika kualitas biji yang rendah

akan menghasilkan rumput yang tidak seragam. Setelah musim tumbuh, beberapa

anakan akan berkembang menjadi kelompok yang rapat mengelilingi crown. Pada

beberapa rumput, perkembangan tunas mungkin juga muncul secara lateral dan

menembus tanaman induk. Apabila batang lateral tersebut menembus tanaman

induk berlangsung pada permukaan tanah, batang tersebut biasa disebut stolon dan

apabila berada di dalam tanah maka disebut rhizome. Jadi, Rhizoma-type adalah

tipe rumput yang perbanyakannya melalui akar bawah tanah yang biasa disebut

rhizoma. Karena akar memiliki jangkauan yang luas, maka rumput yang

6

dihasilkannya akan seragam. Sedangkan Stoloniferous adalah tipe rumput yang

perbanyakannya melalui akar atas tanah yang disebut stolon. (Christians, 2001).

Gambar 2 Tipe Pertumbuhan Rumput (Christians,2001)

Rumput memiliki fungsi penting dalam lanskap. Rumput mampu menjadi

pembentuk estetika maupun menjadi tanaman konservasi. Rumput mampu

membentuk pola aktivitas ruang terbuka yang diinginkan. Sebagai contoh, rumput

ditanam untuk membentuk sirkulasi, tempat olahraga, tempat bermain, maupun

tempat parkir mobil. Dalam hal fungsinya sebagai konservasi tanah, rumput

mampu menjadi penahan erosi yang mengurangi jumlah serta kecepatan aliran

permukaan tanah (run-off).

Pemilihan jenis rumput dalam suattu perencanaan lanskap adalah salah

satu faktor penting karena berhubungan dengan kesesuaian dan tujuan

perencanaan desain tersebut. Peruntukan rumput lanskap berbeda-beda,

tergantung pada area yang direncanakan. Jenis rumput yang biasa digunakan

untuk lapangan olahraga yaitu Rumput Golf Bermuda, Rumput Gajah, Rumput

Manila, dan Rumput Agrostis (Kumurur, 2002).

7

2.2. Jenis Rumput

2.2.1. Rumput manila (Zoysia matrella [L.] Merr. )

Rumput Zoysia (Gambar 3) merupakan rumput yang berasal dari Asia

Tenggara, Cina dan Jepang. Rumput ini merupakan rumput yang lambat

pertumbuhannya, merambat, dan tahan terhadap panas. Rumput ini memiliki

tekstur, warna dan kualitas yang mirip dengan Rumput Bermuda. Rumput ini

merupakan rumput dengan kualitas dan pemeliharan tinggi karena

pertumbuhannnya lambat. Rumput Manila juga sangat rentan terhadap nematoda

yang memiliki tekstur halus dan dapat tumbuh dengan baik di daerah yang hangat.

Mempunyai toleransi yang rendah terhadap suhu dingin dan tumbuh lebih lambat

dibandingkan Rumput Jepang (Munandar dan Hardosuwignyo,1990).

Rumput Manila memiliki stolon dan rhizome yang kuat dan bercabang ke

segala arah. Rumput ini memiliki panjang ruas stolon yang seragam. Biasanya,

ujung daun Rumput Manila selalu menggulung ke dalam. Helaian daun halus dan

berwarna hijau tua ataupun hijau kebiruan. Rumput ini memiliki bunga yang

membentuk sebuah bulir (Christians, 2001).

Gambar 3 Morfologi Rumput Manila (Christians,2001)

Rumput Manila tumbuh baik pada tanah berpasir, tanah liat berpasir, atau

tanah yang banyak mengandung garam. Pertumbuhan rumput ini dipengaruhi oleh

keadaan lingkungannya. Misalnya, di tempat yang lembab dan agak ternaungi,

daunnya lebih halus dan panjang dibandingkan rumput yang tumbuh di tempat

terbuka. Rumput ini sering digunakan untuk penutup tanah lapangan olahraga,

lapangan bermain, maupun tempat parkir (Kumurur, 2002).

8

2.2.2. Rumput Paitan ( Axonopus Compressus [Swartz.] Beauv.)

Menurut Munandar dan Hardosuwignyo (1990), Rumput Paitan (Gambar

4) atau rumput karpet berasal dari India dan Amerika Tengah bagian selatan.

Rumput ini merupakan rumput daerah tropis yang dapat beradaptasi dengan

kekeringan. Rumput Paitan memiliki lebar helai daun berkisar 4 – 8 mm, tidak

berbulu atau berbulu jarang pada pangkal daun. Rumput Paitan dapat membentuk

hamparan yang lebat dengan warna hijau muda. Sistem perakarannya lebat tetapi

dangkal. Rumput Paitan dapat tumbuh pada pH tanah 4,5 – 5,5.

Gambar 4 Morfologi Rumput Paitan (Christians,2001)

Menurut Emmons (2000), Rumput Paitan memiliki daun lebar, berstolon

dan membentuk lapisan rumput yang padat. Rumput paitan merupakan rumput

dengan tingkat pertumbuhan yang lambat dan biasanya ditanam dengan benih.

Rumput ini memiliki toleransi terhadap garam yang rendah dan suhu dingin,

sehingga sangat sesuai untuk area dengan pemeliharaan minimum dan basah serta

drainase yang buruk. Rumput Paitan biasa digunakan di pinggir jalan atau di

daerah yang miring sebagai tanaman pengontrol erosi. Spesies ini juga dapat

tumbuh di area dengan tingkat pemeliharaan rendah dengan sedikit tekanan.

2.3 Lingkungan Tumbuh Rumput

Menurut Rodney (2004), pertumbuhan rumput memiliki banyak kaitan

dengan seluruh elemen pada lingkungan. Lingkungan tumbuh rumput terdiri atas

suhu, kelembaban, cahaya, angin, lokasi, dan bahkan faktor manusia. Kombinasi

9

dari faktor-faktor ini adalah indikator bagaimana rumput dapat bertahan hidup

dalam suatu area.

Suhu adalah faktor lain untuk mengukur pertumbuhan rumput yang baik.

Ada suhu minimum, optimum, dan maksimum untuk setiap spesies rumput. Suhu

minimum adalah suhu paling rendah dimana rumput dapat bertahan hidup ketika

musim dingin atau periode suhu sangat dingin. Suhu optimum adalah suhu dimana

rumput dapat tumbuh dengan subur. Suhu maksimum dimana suhu ketika itu

menjadi terlalu panas bagi rumput untuk tumbuh. Terkadang suhu maksimum

akan mendorong sebagian spesies rumput melakukan dormansi dan sebagian

lainnya akan menimbulkan kematian. Rumput mempunyai kisaran suhu tertentu

untuk pertumbuhan optimum dan suhu optimum untuk perkecambahan biji. Biji

dari setiap spesies rumput biasanya berkecambah dalam satu kisaran suhu tertentu

meskipun dapat tumbuh baik dalam kisaran suhu lebih lebar (Rodney, 2004).

Kelembaban adalah kondisi yang paling penting bagi kelangsungan hidup

rumput. Rumput terdiri dari 90 % air. Fungsi dari air adalah menjaga turgiditas,

menyalurkan nutrisi, membantu proses kimiawi dan membantu rumput dalam

menghadapi fluktuasi suhu yang lebar (Rodney,2004).

Angin biasanya tidak dianggap sebagai faktor lingkungan yang

mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan rumput. Tekanan angin

pada hamparan rumput tertentu berhubungan langsung pola cuaca secara

keseluruhan yang terjadi saat itu. Topografi dan lokasi geografis juga

mempengaruhi efek langsung terhadap pertumbuhan rumput. Hembusan angin

juga dapat menyebabkan biji rumput atau hama potensial ke dalam area tertentu.

Polutan dan patogen juga dapat dibawa oleh angin (Rodney,2004).

Semua tanaman membutuhkan cahaya untuk melakukan proses

fotosintesis. Rumput membutuhkan jumlah cahaya tertentu untuk bertahan hidup

namun tidak semua species rumput membutuhkan jumlah cahaya tertentu untuk

bertahan hidup, namun tidak semua spesies rumput membutuhkan cahaya dalam

jumlah banyak dalam mencapai pertumbuhan optimum (Rodney,2004).

Faktor manusia adalah efek yang dilakukan manusia terhadap

perkembangan dan pertumbuhan rumput. Kegiatan yang dilakukan manusia di

atas rumput memberikan efek penghancuran terhadap lingkungan dan rumput

10

tidak terkecuali. Rumput yang sedang tumbuh tidak akan tumbuh dengan baik jika

di atasnya dilakukan lalu lintas baik oleh manusia maupun oleh kendaraan atau

apapun yang akan merusak pertumbuhan bibit. Oleh karena itu, faktor manusia

adalah faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika akan menanam

rumput (Rodney,2004).

2.4. Kriteria Rumput Lapangan Olahraga

Menurut Munandar dan Hardjosuwignyo (1990), rumput untuk lapangan

olahraga mampu menghadapi berbagai tekanan, yang utama berupa aktivitas lalu

lintas dengan frekuensi tinggi di atas padang rumput. Secara biologi, rumput

untuk lapangan olahraga harus mempunyai kemampuan tumbuh yang baik.

Rumput harus memiliki penutupan yang luas dan kemampuan tumbuh yang baik.

Rumput juga harus memiliki kemampuan jelajah yang tinggi, daya regenerasi

tinggi, serta ketebalan penutupan karena stolon, rhizoma maupun cabang-cabang

lateral cukup tebal sehingga menjamin elastisitas yang baik. Selain itu, rumput

juga harus memiliki daya adaptasi terhadap air dan suhu yang baik. Tiap rumput

memiliki toleransi yang berbeda-beda. Rumput juga harus memiliki daya adaptasi

yang baik terhadap tanah. Rumput Zoysia dan Bermuda adalah rumput yang

beradaptasi dengan baik terhadap kondisi tanah yang kurang menguntungkan

seperti kondisi topsoil yang relatif tipis pada kebanyakan lapangan olahraga.

Standar rumput yang digunakan untuk lapangan bola dalam Football Stadiums

Book menurut FIFA (2010) diantaranya adalah :

lapangan memiliki tinggi rumput yang sama / rata,

harus dalam kondisi yang paling baik,

memiliki rumput yang seragam,

rumput mampu meredam laju bola,

rumput menutupi seluruh lapangan bola,

bertekstur halus lembut,

memiliki perakaran kuat dan saling menjalin,

arah tumbuh ke atas,

rumput yang ada tidak menghambat pergerakan pemain,

menyediakan permukaan yang dapat mengurangi resiko cedera,

11

media tumbuh rumput menggunakan pasir bukan tanah. Media pasir

mampu membuat air cepat terserap.

Rumput harus memiliki fleksibilitas dan resistensi untuk mengakomodasi

aktivitas-aktivitas lari, melompat dan menginjak-injak dalam olahraga. Aktivitas

menginjak-injak dalam derajat ringan akan memperpendek stolon dan ukuran

batang, mengurangi ketebalan dan meningkatkan jumlah anakan atau tunas, stolon

dan helaian daun. Akan tetapi jika berlebihan, aktivitas tersebut akan merobohkan

rumput, mengubah warna pangkal-pangkal daun menjadi lebih putih dan pucat,

menyobek helaian daun, memadatkan tanah dan meluruhkan pelapah-pelapah

daun. Rumput yang baik untuk olahraga hingga batas tertentu mempunyai

fleksibilitas dan toleransi yang baik terhadap kerusakan-kerusakan tersebut

sehingga padang rumput (turf) tampak selalu hijau (Munandar dan

Hardjosuwignyo, 1990).

2.5 Kualitas Visual dan Fungsional Rumput

Menurut Emmons (2000), rumput merupakan penutup tanah yang sangat

baik untuk lapangan olahraga dan tempat rekreasi. Rumput dapat membuat

permukaan yang kuat dan tahan injakan. Ketika luka, rumput mempunyai

kemampuan menyembuhkan diri yang baik. Rumput juga dapat menyediakan

permukaan yang baik untuk pijakan atlet dan permukaan yang lembut untuk

menahan atlet ketika jatuh.

Menurut Turgeon (2002), kualitas rumput ditentukan melalui dua hal yaitu

kualitas visual dan kualitas fungsional. Kualitas visual rumput dapat diukur

melalui empat karakter yaitu warna, tekstur, densitas, dan keseragaman (Turgeon,

2002).

a. Warna merupakan ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput. Pada

umumnya, semakin hijau rumput semakin menarik untuk dipandang.

Kebanyakan orang lebih menyukai warna hijau yang gelap. Warna hijau

yang buruk biasanya disebabkan oleh faktor kekurangan nitrogen,

kekeringan atau stres suhu, penyakit, hama atau hal lain. Normal saja bagi

beberapa spesies memiliki warna hijau terang. Kurangnya warna hijau

gelap bukan berarti rumput dalam kondisi tidak sehat.

12

b. Tekstur menandakan ukuran dari daun rumput. Rumput yang memilki

ukuran lebar daun yang lebih kecil dianggap lebih menarik. Pemangkasan

yang sering dan semakin tinggi densitasnya mampu membuat ukuran daun

menjadi lebih kecil. Kehalusan adalah tampilan permukaan rumput yang

berpengaruh pada kualitas visual dan kualitas permainan. Kecepatan dan

durasi perputaran bola akan berkurang apabila rumput tidak halus dan

tidak seragam. Ilustrasi mengenai perbandingan tekstur rumput yang baik

dan buruk dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Kualitas Tekstur Rumput yang Baik dan Buruk

(Christians,2001)

c. Indikator yang paling penting adalah densitas. Densitas adalah banyaknya

tunas rumput dalam sebuah area. Densitas juga merupakan ukuran dari

kemampuan rumput dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Rumput

dalam sebuah lapangan sepakbola akan menjadi jarang jika pertumbuhan

rumputnya buruk. Ilustrasi mengenai perbandingan kualitas densitas

rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Kualitas Densitas Rumput yang Baik dan Buruk

(Christians,2001)

d. Keseragaman merupakan kombinasi dari ketiga karakter yang telah

disebutkan. Rumput yang menarik memiliki penampilan yang seragam dan

13

konsisten. Apabila warna, tekstur, dan densitasnya sama dalam satu

hamparan rumput, hamparan tersebut dapat dikatakan seragam. Gulma,

penyakit, perbedaan tekstur, dan warna rumput dapat merusak

keseragaman rumput. Ilustrasi mengenai perbandingan keseragaman

rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Kualitas Keseragaman Rumput yang Baik dan Buruk

(Christians,2001)

Kualitas fungsional dari rumput meliputi rigiditas, elastisitas, kemampuan

menahan beban, yield, verdure, perakaran, dan kemampuan memulihkan diri.

Dan istilah-istilah tersebut memiliki pengertian sebagai berikut :

a. Rigiditas adalah ketahanan daun rumput terhadap tekanan dan

berhubungan dengan katahanan tanaman rumput. Hal ini dipengaruhi oleh

komposisi kimiawi dari jaringan tanaman, kandungan air, suhu, ukuran

tanaman, dan densitas.

b. Elastisitas adalah kemampuan rumput untuk kembali tegak setelah tekanan

diatasnya berpindah. Elastisitas rumput akan berkurang secara dramatis

apabila rumput membeku.

c. Kemampuan menahan beban adalah kemampuan rumput dalam menyerap

beban tanpa merubah karakteristik permukaannya. Pada beberapa kasus,

ketahanan ini dipengaruhi oleh daun rumput dan akar. Pada lapangan golf,

ketahanan ini dapat menahan bola secara baik sehingga dapat dibidikkan

sesuai target. Pada lapangan sepakbola, ketahanan ini membantu dalam

mengurangi potensi cedera pada pemain.

d. Yield adalah ukuran jumlah sisa potongan rumput yang telah dipangkas.

Hal ini merupakan indikasi pertumbuhan rumput terhadap pemupukan,

irigasi, dan faktor- faktor alami lainnya. Jumlah yield yang berlebihan,

14

mengindikasi penggunaan pupuk yang berlebihan, terutama nitrogen dan

indikasi lainnya seperti perakaran lemah, toleransi terhadap stres, dan

ketahanan terhadap penyakit.

e. Verdure adalah jumlah rumpun rumput yang masih tertanam setelah

pemotongan. Pada beberapa genotip rumput tertentu, peningkatan verdure

berhubungan dengan peningkatan rigiditas dan kemampuan menahan

beban.

f. Perakaran adalah jumlah pertumbuhan akar dalam suatu masa tanam. Hal

ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah akar yang berwarna putih dan dari

kedalamannya. Semakin banyak jumlah dan semakin dalam perakarannya,

maka semakin baik kualitas rumputnya.

g. Kemampuan memulihkan diri adalah kemampuan rumput dalam

memulihkan diri setelah terserang hama penyakit, penggunaan diatasnya,

dan sebagainya. Kemampuan memulihkan diri sangat bervariasi

bergantung pada genotip rumput dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam

maupun buatan. Faktor-faktor yang mengurangi kemampuan memulihkan

diri adalah kepadatan tanah yang kurang baik, pemupukan yang berlebihan

ataupun kurang, kelembaban, suhu yang kurang baik, penyinaran yang

kurang baik, tanah yang masih menyimpan residu racun dan penyakit.

Kedua aspek diatas harus diperhatikan untuk mencapai kualitas rumput

yang baik, karena apabila kedua aspek tersebut diabaikan, selain dapat

mempengaruhi penampilan dan pertumbuhan rumput, juga dapat mempengaruhi

kualitas permainan.

2.6 Pemeliharaan Rumput Lapangan Olahraga

Menurut Emmons (2000), memelihara kualitas rumput lapangan olahraga

dapat menjadi sulit karena efek yang merusak dari aktifitas olahraga yang

dilakukan diatasnya. Rugby, sepakbola, baseball, lacrosse, dan hoki lapangan

adalah olahraga yang biasanya dilakukan diatas hamparan rumput. Permasalahan

utama pada lapangan olahraga yaitu pemadatan dan kualitas rumput yang buruk.

Permasalahan ini dapat diatasi dengan konstruksi lapangan yang baik dan

pemilihan spesies dan kultivar rumput yang sesuai. Kunci utama dalam membuat

15

lapangan olahraga yang baik adalah dengan menyediakan zona akar yang cukup.

Drainase dan irigasi yang baik sangat diperlukan untuk menjaga rumput agar tetap

padat dan subur.

Lapangan dengan media pasir memerlukan irigasi yang hati-hati karena

zona perakaran sangat mudah kehilangan air. Penyiraman sebaiknya tidak

dilakukan sehari sebelum lapangan digunakan agar lapangan tidak digenangi air.

Penyiraman segera setelah lapangan digunakan sangat disarankan untuk

mempercepat pemulihan rumput. Lapangan yang menggunakan tanah liat akan

mengeras jika tidak disiram secara regular. Coring untuk mengurangi kepadatan

sangat penting. Coring adalah pembuatan lubang pada tanah untuk menjaga agar

tanah menjadi gembur, terjaga porositasnya, terjaga kestabilan oksigen dalam

tanah, dan mengurangi kepadatan tanah (Emmons, 2000).

Rumput dapat mengalami kerusakan yang parah sehingga harus diganti

maupun ditambal. Kegiatan penggantian ini dilakukan dengan sodding. Rumput

harus dipupuk dengan baik untuk menghasilkan hamparan rumput yang padat,

tingkat pemulihan diri yang baik dan sehat. Pemupukan beberapa minggu sebelum

lapangan digunakan sangat diperlukan (Emmons, 2000).

Pengendalian gulma dan hama penyakit yang dapat mengancam kesuburan

rumput harus dikontrol. Gulma adalah permasalahan yang biasa terjadi jika

terdapat titik kebotakan yang tidak segera ditambal. Olahraga yang cukup keras

dapat membuat kerusakan yang cukup sering pada rumput. Penelitian

menunjukkan bahwa lapangan dengan tingkat pemeliharaan yang rendah memiliki

tingkat kerusakan yang lebih tinggi. Lapangan dengan media pasir adalah

lapangan yang paling aman karena lebih mudah dalam memelihara kepadatan

rumput dan merupakan permukaan yang tidak padat (Emmons, 2000).

2.7 Lapangan Sepakbola

Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang menggunakan lapangan

sebagai area bermainnya. Lapangan yang digunakan biasanya adalah lapangan

rumput yang berbentuk persegi panjang dengan panjang 105 meter dan lebar 68

meter (FIFA,2010). Dimensi ini merupakan dimensi wajib yang digunakan dalam

Piala Dunia maupun untuk semua pertandingan tingkat profesional, baik dalam

16

maupun luar negeri. Peraturan permainan memang menggunakan rentang panjang

100-110 meter dan lebar 64-75 meter, namun sangat direkomendasikan untuk

lapangan baru menggunakan ukuran 105x68meter (FIFA,2010). Ilustrasi lapangan

dan ukurannya dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Pada area permukaan rumput, dapat diperpanjang bukan hanya pada area

bermain saja, tetapi mencapai area papan iklan yaitu sekitar 5 meter dari batas

lapangan itu sendiri. Bahan yang digunakan bisa menggunakan bahan yang sama

yaitu rumput atau dapat pula menggunakan beton yang mampu memfasilitasi

pergerakan dari ambulans maupun keamanan. Setiap bagian tambahan yang

digunakan sebagai area pemanasan, harus memiliki material permukaan yang

sama dengan area permainan (FIFA,2010).

Gambar 8 Lapangan Sepakbola (FIFA,2010)

Gambar 9 Detail Ukuran Lapangan Sepakbola (FIFA,2010)

17

2.8 Liga Super Indonesia

Liga Super Indonesia (LSI) atau Indonesia Super League (ISL) adalah

kompetisi sepakbola antar klub profesional level tertinggi di Liga Indonesia. LSI

diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia (dahulu BLI) yang dimiliki oleh PSSI.

LSI dikuti 18 tim terbaik yang akan saling bertanding satu putaran penuh

kompetisi 34 pertandingan, kandang dan tandang. Musim kompetisi tidak

menentu dan disesuaikan dengan kondisi atau suasana yang terjadi di Indonesia.

Sponsor utama LSI adalah Perusahaan Rokok Djarum, oleh karena itu LSI secara

resmi dikenal sebagai Djarum Indonesia Super League. Ide dari pelaksanaan

sistem liga ini telah dikemukakan sejak tahun 2007 sebagai upaya mewujudkan

profesionalisme dalam persepakbolaan nasional.

Tabel 1 Sembilan Tim Teratas dari Divisi Utama Liga Indonesia 2007

Wilayah Barat:

1. Sriwijaya FC Palembang

2. Persija Jakarta

3. PSMS Medan

4. Persik Kediri

5. Persib Bandung

6. Persela Lamongan

7. Persitara Jakarta Utara

8. Pelita Jaya Purwakarta

9. Persita Tangerang

Wilayah timur:

1. Persipura Jayapura

2. Persiwa Wamena

3. Deltras Sidoarjo

4. Arema Malang

5. PSM Makasar

6. Persiter Ternate

7. Persiba Balikpapan

8. Persmin Minahasa

9. Persijap Jepara

LSI pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008. Kompetisi ini

dilaksanakan untuk mengikuti persyaratan FIFA yang menyatakan bahwa liga

teratas dari suatu negara harus diikuti oleh paling sedikit 18 klub dan setiap klub

diharapkan merupakan klub profesional tanpa dibantu dana subsidi Pemerintah

APBD.

Pada awal LSI 2008 diadakan dengan menyeleksi sembilan tim teratas dari

Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Tim-tim tersebut dipaparkan dalam Tabel 1.

Tetapi setelah diverifikasi, beberapa klub mengundurkan diri dengan alasan

kekurangan dana. Sebagai penggantinya dipilihlah klub Divisi Utama Liga

18

Indonesia 2007 dengan syarat menempati posisi klasemen tepat dibawah klub

yang digantikan kemudian diverikasi kembali.

Format kompetisi memakai satu wilayah dan tidak ada lagi format dua

wilayah. Pemenang akan ditentukan dari jumlah poin paling banyak selama 34

pertandingan. Juara akan mewakili Indonesia di Liga Champions AFC. Runner-up

akan mewakili Indonesia di Piala AFC dan Liga Champions AFC dengan play-off.

Tiga tim penghuni terbawah klasemen akan langsung terdegradasi. Sementara

satu tim (peringkat ke-15) akan melakukan play-off melawan peringkat ke-4

Divisi Utama.