Upload
ngoanh
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian Dan Fungsi konstruksi Indonesia
2.1.1.1. Pengertian
Pengertian "konstruksi" adalah suatu kegiatan membangun sarana maupun
prasarana yang meliputi pembangunan gedung (building construction),
pembangunan prasarana sipil (Civil Engineer), dan instalasi mekanikal dan
elektrikal (Trianto, 2011:1). Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan suatu kegiatan yang
terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda yang dirangkai menjadi satu unit
bangunan, itulah sebabnya ada bidang/sub bidang yang dikenal sebagai
klasifikasi.
Pada umumnya kegiatan konstruksi dimulai dari perencanaan yang
dilakukan oleh konsultan perencana (team Leader) dan kemudian dilaksanakan
oleh kontraktor konstruksi yang manager proyek/kepala proyek. Orang-orang ini
bekerja didalam kantor, sedangkan pelaksanaan dilapangan dilakukan oleh
mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang dan ahli bangunan
lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Transfer perintah tersebut
dilakukan oleh Pelaksana Lapangan. Dalam pelaksanaan bangunan ini, juga
diawasi oleh konsultan pengawas (Supervision Engineer) (Trianto, 2011:1).
Universitas Sumatera Utara
Dalam melakukan suatu konstruksi biasanya dilakukan sebuah
perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan metode penentuan besarnya biaya
yang diperlukan, rancangan bangunan, dan efek lain yang akan terjadi saat
pelaksanaan konstruksi. Sebuah jadwal perencanaan yang baik, akan menentukan
suksesnya sebuah bangunan yang terkait dengan pendanaan, dampak lingkungan,
keamanan lingkungan, ketersediaan material, logistik, ketidaknyamanan publik
terkait dengan pekerjaan konstruksi, persiapan dokumen tender, dan lain
sebagainya (Trianto, 2011:1).
Menurut Undang-undang tentang Jasa konstruksi, "Jasa Konstruksi"
adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan
pekerjaan konstruksi. "Pekerjaan Konstruksi" adalah keseluruhan atau sebagian
rangkaian kegiatan perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan
masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau
bentuk fisik lain (Trianto, 2011:1).
Dari pengertian dalam UUJK tersebut maka dalam masyarakat
terbentuklah "Usaha Jasa Konstruksi", yaitu usaha tentang "jasa" atau servis di
bidang perencana, pelaksana dan pengawas konstruksi yang semuanya disebut
"Penyedia Jasa" yang dulu lebih dikenal dengan bowher atau owner” (Trianto,
2011:1).
Disisi lain muncul istilah "Pengguna Jasa" yaitu yang memberikan
pekerjaan yang bisa berbentuk orang perseorangan, badan usaha maupun instansi
Universitas Sumatera Utara
pemerintah. Sehingga pengertian utuhnya dari Usaha Jasa Konstruksi adalah salah
satu usaha dalam sektor ekonomi yang berhubungan dengan suatu perencanaan
atau pelaksanaan dan pengawasan suatu kegiatan konstruksi untuk membentuk
suatu bangunan atau bentuk fisik lain yang dalam pelaksanaan penggunaan atau
pemanfaatan bangunan tersebut menyangkut kepentingan dan keselamatan
masyarakat pemakai/pemanfaat bangunan tersebut, tertib pembangunannya serta
kelestarian lingkungan hidup (Trianto, 2011:1).
2.1.1.2. Fungsi konstruksi Indonesia
Konstruksi Indonesia adalah sarana informasi dan komunikasi dunia
konstruksi nasional untuk menumbuhkembangkan kepercayaan dan kebanggaan
masyarakat terhadap kemampuan pelaku konstruksi nasional dalam
menghasilkan produk-produk infrastruktur, meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme para pelaku konstruksi nasional, serta sebagai ajang promosi
dalam rangka membangkitkan investasi dan gairah konstruksi nasional.
Di sisi lain perkembangan pasar industri konstruksi tidak saja hanya
dipengaruhi oleh sektor ekonomi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh
perkembangan politik baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama tingkat
regional. Kebijakan penerapan otonomi daerah pada tahun 2000 menyebabkan
beralihnya pengelolaan proyek-proyek dari pusat ke daerah-daerah. Konsumen
yang tadinya terkonsentrasi di Jakarta akan terbagi bagi ke daerah-daerah
potensial. Hal ini akan berpengaruh pada penerapan strategi meraih pangsa pasar
dari masing-masing pelaku jasa konstruksi. Selain otonomi daerah, saat ini
Universitas Sumatera Utara
kontraktor nasional juga dihadapkan dengan era globalisasi yang ditandai dengan
diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2003 yang
menyebabkan kontraktor-kontraktor asing dapat dengan bebas ikut bersaing
memperebutkan proyek-proyek pada pasar konstruksi di Indonesia. Dengan
masuknya kontraktor-kontraktor asing tersebut di tengah belum pulihnya kondisi
pasar industri konstruksi saat ini, tentunya akan menyebabkan semakin ketatnya
persaingan di antara pelaku bisnis konstruksi di Indonesia (Soemardi, 2011).
Di tengah ketatnya kondisi persaingan bisnis jasa konstruksi ini, para
pelaku bisnis jasa konstruksi di Indonesia, dalam hal ini adalah kontraktor jasa
konstruksi, berupaya keras untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaannya.
Terjaganya eksistensi suatu perusahaan diantaranya tergantung pada kemampuan
perusahaan tersebut untuk melihat peluang-peluang pasar yang ada. Dalam
kondisi seperti ini, bidang pemasaran perusahaan memegang peranan yang sangat
penting dalam hal melihat peluang-peluang pasar yang ada. Bidang pemasaran ini
memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal perusahaan. Tidak saja
berfungsi untuk melihat peluang pasar, namun secara keseluruhan bidang
pemasaran difungsikan untuk memenangkan ketatnya persaingan pasar.
Sayangnya dalam banyak kasus di industri konstruksi, kontraktor masih kurang
memberikan perhatian pada fungsi pemasaran ini (Pearce dalam Soemardi, 2011).
Dalam studinya Pearce menyatakan bahwa kontraktor percaya bahwa bagian
terpenting dari suatu organisasi adalah bagian produksi, sehingga mereka lebih
berorientasi pada produksi dibandingkan dengan pemasaran. Mereka lebih melihat
peluang-peluang yang dirasakan cocok dengan kemampuannya sebagai
Universitas Sumatera Utara
kontraktor, dibandingkan dengan beradaptasi untuk keadaan saat ini dan peluang
pasar di masa depan. Walaupun hasil penelitian tersebut menyatakan demikian,
namun pada kenyataannya kontraktor jasa konstruksi di Indonesia khususnya,
sampai saat ini masih tetap eksis. Keadaan tersebut tentunya merupakan suatu hal
yang menarik untuk diamati. Menjawab hal tersebut Babiarz (2000), memberi
Contoh praktis bagaimana industri konstruksi dapat belajar dari apa yang sudah
umum dilakukan di industri produk dan jasa lainnya.
2.1.2. Penilaian kesehatan Perusahaan
Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk melihat apakah suatu
keuangan dalam suatu perusahaan itu dalam keadaan sehat atau tidak.Hal ini dapat
dilakukan dengan membandingkan antara dua elemen yang ada atau disebut
dengan rasio. Dengan rasio itu kita dapat mengetahui tingkat rentabilitas,
likuiditas dan solvabilitas suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Peningkatan kinerja harus selalu dikaitkan dengan penerapan prinsip efisiensi.
Artinya, dalam upaya menampilkan kinerja yang memuaskan suatu sistem bekerja
sedemikian rupa sehingga hasilnya menggunakan sebagai sarana, daya dan dana
yang dialokasikan untuk menyelenggarakannya (Sondang, 1996:50).
Mengetahui tingkat kesehatan perusahaan dan kondisi keuangan
perusahaan manager dapat mengambil keputusan untuk menyusun rencana yang
lebih baik dan dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang selama ini ditempuh
sudah tepat atau belum. Mempertahankan kelancaran proses industrinya
perusahaan perlu menganalisis dan menginterpretasikan laporan keuangannya.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan juga perlu memperhatikan efisiensi operasinya, karena hal tersebut
dapat meningkatkan rentabilitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Apabila suatu perusahaan mampu membayar kewajiban
jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dikatakan
mempunyai likuiditas yang baik. Selain itu, solvabilitas juga merupakan faktor
penting karena solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang maupun jangka pendeknya, maka jelas
bahwa tingkat kesehatan perusahaan perlu diperhatikan demi kelancaran
operasinya (Riyanto dalam ari, 2009).
Masyarakat luas pada dasarnya mengukur keberhasilan perusahaan
berdasarkan kemampuan yang dilihat dari kinerja manajemen. Salah satu
parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi
selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan
aktivitas atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Laporan laba rugi merupakan
salah satu laporan keuangan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih
keuntungan untuk periode akuntansi tertentu pada perusahaan (Wahyudin dan
Suprihatin dalam ari, 2009).
2.1.3. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan,
yang merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan (Person, 2010)
Universitas Sumatera Utara
(Person, 2010), Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi
Keuangan:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan
posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai
laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga”.
Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses
pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggung
jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen.
Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data,
terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan
bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku
perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi
(Person, 2010).
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dan proses akuntansi yang
dapat digunakan untuk alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas
perusahaan dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan data
Universitas Sumatera Utara
keuangan suatu perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut menurut
(S. Munawir, 1997:2 ) adalah :
1. Pemilik Perusahaan
Pihak ini sangat berkepentingan untuk mengetahui suatu laporan keuangan
perusahaannya, karena dengan melihat laporan keuangannya maka pemilik
dapat menilai apakah dia benar-benar dapat menjalankan tugasnya sebagai
seorang pemimpin. Kesuksesan ini biasanya dinilai dari laba yang diperoleh
oleh perusahaan.
2. Manajer Perusahaan
Setelah mengetahui laporan keuangan, maka manajer dapat menilai kebijakan-
kebijakan yang telah dijalankannya, dan jika ada kekurangan bias untuk
menyusun sistem kebijaksanaan yang lebih baik lagi.
3. Investor
Laporan keuangan berguna dalam hal keperluan mereka untuk menanamkan
modal mereka ke suatu perusahaan.
4. Kreditur dan Banker
Berhubungan dengan pemberian kredit bagi suatu perusahaan. Dengan melihat
laporan keuangan mereka bisa mengambil keputusan apakah akan menyetujui
atau bahkan menolak pemberian kredit kepada perusahaan yang bersangkutan.
5. Pemerintah
Pemerintah memerlukan laporan keuangan untuk menentukan berapa besarnya
pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Jenis Laporan Keuangan
Menurut (Ridho, 2010), Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun
laporan keuangan utama menurut PSAK hanya ada tiga, yaitu:
1. Neraca, yaitu yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu tanggal tertentu
2. Laporan rugi/laba yang menggambatkan jumlah hasil, biaya dan laba
atau rugi perusahaan pada suatu periode tertentu
3. Laporan arus kas yang menggambarkan aliran sumber dana dan
pengeluaran kas perusahaan pada suatu periode tertentu
2.1.5. Rasio keuangan
Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan
yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu (Erich
A Helfert, 1996 : 87). Rasio merupakan alat yang digunakan dalam artian relative
maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu
dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Syafaruddin Alwi,
1994:107). Pengertian lain tentang rasio keuangan menurut (Bambang Riyanto,
2001:329) adalah rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam arithmaticalterm
yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data
finansial.
Rasio keuangan merupakan perbandingan dari dua data yang terdapat
dalam laporan keuangan peusahaan. Rasio keuangan digunakan kreditur untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui kinerja suatu perusahaan dengan melihat kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang-hutangnya (Dennis, 2006).
2.1.6. Analisis Rasio Keuangan
Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data
laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari
neraca dan data laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran
kelemahan dan kemampuan finansial perusahaan dari tahun ketahun (Rahmad,
2011:1).
(Dennis, 2006) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan
metode yang paling baik digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Menurut (Usman, 2003), analisis ini
berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui
hasil keuangan yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga
untuk analisis intern bagi kreditur dan investor untuk menentukan kebijakan
pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan.
2.1.7. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio
likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas (Riyanto, 1995).
Universitas Sumatera Utara
1) Rasio Likuiditas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Menurut Munawir (2004),
rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga:
a. Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang
lancar
b. Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi
persediaan terhadap hutang lancar.
c. Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antara aktiva
lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva.
2) Rasio Solvabilitas/Leverage
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini dapat diproksikan dengan (Ang, 1997,
Mahfoedz, 1994 dan Ediningsih, 2004):
a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total asset
b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang
lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antara
hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
d. Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatan
sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap
bunga hutang jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang
lancar terhadap persediaan.
f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara laba
operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih
dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang.
3) Rasio Aktivitas
Menurut Ang (1997) rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran
(turnover) dari aktiva-aktiva. Rasio aktivitas dapat diproksikan dengan:
a. Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih
dengan jumlah aktiva
b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok penjualan
dengan persediaan rata-rata
c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutang rata-
rata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit.
d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan
bersih terhadap modal kerja.
4) Rasio Profitabilitas
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1994), rasio profitabilitas/rentabilitas
digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan
Universitas Sumatera Utara
aktivanya, efisiensi ini dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Rasio
profitabilitas dapat diproksikan dengan:
a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah
pajak (NIAT) terhadap total penjualannya.
b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor terhadap
penjualan bersih.
c. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak
dengan jumlah aktiva.
d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak
terhadap modal sendiri.
Dalam Penelitian ini Jenis-jenis Rasio Keuangan yang digunakan adalah:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio
(CR). Current Ratio (CR) merupakan salah satu ratio financial yang sering
digunakan. Tingkat Current Ratio (CR) dapat ditentukan dengan jalan
membandingkan antara Current Asset dengan Current Liabilities.
2. Rasio Solvabilitas/Leverage
Rasio Solvabilitas/Leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Debt to Equity Ratio (DER). Ratio ini menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menutupi utang-utang kepada pihak luar menggunakan
Universitas Sumatera Utara
modal pemiliknya. Untuk keamanan pihak luar Rasio terbaik jika jumlah
modal lebih besar dari jumlah utang.
Debt to Equity Ratio =
3. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On
Assets (ROA). Return On Assets (ROA) adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan dari keseluruhan aktiva yang ada dan yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan. Return On Assets (ROA) memperhitungkan
bagaimana kemampuan manajemen memperoleh profitabilitasnya dan
manejerial efisiensi secara menyeluruh. Rasio Return On Assets (ROA)
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh
keuntungan secara keseluruhan, semakin besar Return On Assets (ROA)
semakin besar pula tingkat keuntungan dan semakin baik pula posisi
keuangan perusahaan dari segi penggunaan aktiva. Rasio Return On Assets
(ROA) dapat di hitung dengan:
Return On Assets =
2.1.8. Metode Pendekatan Analisis Rasio Keuangan
1. Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara
mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat
Universitas Sumatera Utara
bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang
bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada dibawah
rata-rata industri.
2. Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis) Yaitu cara
mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial
perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan
membandingkan antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-
rasio dimasa lalu yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan
mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan
terlihat pada kecenderungan trend dari tahun ke tahunnya, dan dengan
melihat perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana
untuk masa depannya (http://id.wikipedia.org/wiki/Rasio Finansial ).
2.1.9. Indikator kesehatan keuangan Perusahaan Konstruksi
Indikator kesehatan keuangan Perusahaan konstruksi merupakan alat yang
digunakan oleh peneliti sebagai ukuran dalam menilai kesehatan keuangan
perusahaan konstruksi yang sedang diteliti. Peterson (2005), menyarankan
penggunaan rata-rata industri dan kisaran sebagai titik perbandingan analisis rasio
untuk mendapatkan gambaran yang akurat dalam menilai kesehatan keuangan
perusahaan. Tetapi dalam penelitian ini Indikator kesehatan keuangan perusahaan
konstruksi hanya menggunakan beberapa rasio keuangan dengan rata-rata
industrinya sesuai jenis rasio yang digunakan dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Indikator kesehatan keuangan Perusahaan Konstruksi menurut Peterson
N
o
Ratios Industry
Average
Comments
1 Current ratio (CR) 1.5:1 CR adalah pengukuran kemampuan
perusahaan untuk menggunakan aktiva
lancar untuk membayarnya lancar.
2 Quick ratio (QR) 1.2:1 QR adalah pengukuran kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendek dengan kas atau aktiva dekat-
tunai.
3 Current liabilities-
to-net worth
ratio(CL/NW)
1.12:1 Ini adalah pengukuran resiko bahwa kreditur
jangka pendek berasumsi saat memperluas
kredit untuk perusahaan.
4 Debt-to-equity
ratio (DER)
1.3:1 Hal ini juga dikenal sebagai rasio utang
terhadap nilai atau rasio total nilai
kewajiban-ke-net.
5 Fixed assets-to-net
worth ratio
(FA/NW)
0.24:1 Ini adalah pengukuran ekuitas pemilik terikat
dalam aktiva tetap, seperti peralatan
konstruksi, bangunan, dan kenderaan.
Universitas Sumatera Utara
6 Current Assets-to-
total assets ratio
(CA/TA)
- Ini adalah pengukuran likuiditas aset
perusahaan konstruksi itu. A perusahaan
debgan rasio yang tinggi akan memiliki
mayoritas aset dalam bentuk arus dan
dilikuidasi aset.
7 Collection period
(CP)
48 days CP adalah pengukuran rata-rata waktu yang
diperlukan perusahaan untuk
mengumpulkannya Rekening piutang. CP
adalah juga ukuran berapa lama modal
perusahaan digunakan untuk membiayai
proyek konstruksi klien-nya.
8 Average age of
accounts payable
(AAAP)
45 days 45 hari-ini merupakan waktu rata-rata sebuah
perusahaan yang diperlukan untuk membayar
tagihan tersebut. Ini adalah ukuran seberapa
luas perusahaan menggunakan pembiayaan
perdagangan.
9 Assets-to-revenue
ratio (ARR)
29% Ini adalah pengukuran efisiensi perusahaan
dalam mempergunakan aset. Hal ini juga
dikenal sebagai aset-rasio-penjualan.
10 Working capital
tums (WCT)
12.1:1 WCT adalah pengukuran efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan kerja
modal (WC), yang merupakan dana yang
tersedia untuk operasi masa depan.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: (Peterson, 2005)
11 Accounts payable-
to-revenue ratio
(APRR)
7.9% Ini adalah pengukuran sejauh mana
perusahaan menggunakan pemasok dan
subkontraktor sebagai sumber dana.
12 Gross profit
margin (GPM)
17% 17% - Marjin laba kotor adalah persentase
dari pendapatan yang tersisa setelah
membayar konstruksi dan biaya peralatan.
13 General overhead
ratio (GOR)
Less than
10%
Ini adalah persentase dari pendapatan
digunakan untuk membayar biaya overhead
umum atau biaya administrasi.
14 After tax profit
margin (ATPM)
2.2% Ini adalah persentase dari pendapatan
dikonversi menjadi laba setelah pengurangan
pajak.
15 Return on assets
(ROA)
6.5% Ini adalah pengukuran efisiensi dari sebuah
perusahaan konstruksi dalam memanfaatkan
aset.
16 Return on equity
(ROE)
16.7% Hal ini juga disebut sebagai pengembalian
investasi bagi pemegang saham.
17 Degree of fixed
asset newness
(DFAN)
- Tingkat kebauran aktiva tetap adalah
pengukuran kebauran dari aset perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
1 Chatrin C.M. Siregar
(2008)
Penilaian
Tingkat
Kesehatan
Bank Dengan
Analisa
CAMELS
Studi Kasus
Pada Bank
SUMUT
Faktor
permodalan,
Faktor Kualitas
Asset, Faktor
rentabilitas, dan
Faktor Likuiditas
Faktor
permodalan
tergolong
dalam kategori
sangat baik.
Faktor kualitas
asset tergolong
dalam kategori
baik. Faktor
rentabilitas
tergolong
dalam kategori
sangat baik.
Faktor
likuiditas
tergolong
Universitas Sumatera Utara
dalam kategori
sangat baik.
2 Luciana Spica
Almilia dan Winny
Herdiningtyas (2005)
Analisis Rasio
CAMEL
Terhadap
Prediksi
Kondisi
bermasalah
Pada Lembaga
Perbankan
Periode 2000-
2002
CAR,ATTM,APB,
NPL,PPAP,
terhadap Aktiva
Produktif,
Pemenuhan
PPAP,
ROA,ROI,NIM,
BOPO, LDR (
sampel penelitian
terdiri dari 16
Bank Sehat. 2
bank yang
mengalami
kebangkrutan
dan 6 bank yang
mengalami
kondisi kesulitan
keuangan).
Rasio yang
memilki
perbedaan
yang
signifikan
antara bank-
bank kategori
bermasalah
dan tidak
bermasalah
periode 2000-
2002 adalah
CAR, APB,
NPL, PPAP,
ROA, NIM,
BOPO,
dimana CAR
mempunyai
pengaruh yang
negative dan
signifikan,
Universitas Sumatera Utara
APB,ROA dan
NIM
mempunyai
pengaruh yang
negative dan
tidak
signifikan,
NPL dan
PPAP
berpengaruh
positif dan
tidak
signifikan,
sedangkan
BOPO
berpengaruh
signifikan dan
positif
3 Tabita Juliana
Sitinjak(2008)
Analisis Rasio
Keuangan
Dalam
Memprediksi
Working Capital
to Total Assets,
Retained
Earning to Total
Rasio altman
mempunyai
pengaruh
secara positif
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan
Perusahaan
Perbankan di
Indonesia
Periode 2001-
2003
assets, Earning
Before interst
and taxes to total
assets, market
value of equity to
book value of
total debt, dan
sales to total
assets
terhadap
prediksi
kesehatan
bank yaitu rasi
Earning before
interest taxes /
total assets,
dan yang
mempunyai
pengaruh
secara
negative
terhadap
prediksi
kondisi
kesehatan
adalah rasio
working
capital / total
assets,
retained
earning / total
assets, market
Universitas Sumatera Utara
value of
equity/ book
value of total
assets, dan
sales/ total
assets
4 Syahputera Pane Ade
(2010)
Penilaian
Tingkat
Kesehatan
Bank melalui
Analisis Ratio
pada
Perusahaan
Perbankan
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
Loan to Defosit
Ratio, Capital
Adequacy Ratio,
Return on Assets,
dan Rasio BOPO
Tidak terdapat
perbedaan
tingkat
kesehatan
Bank, baik
Bank
Pemerintah
maupun Bank
swasta
nasional
apabila dilihat
dari rasio
Likuiditas,
Solvabilitas.
Namun apabila
Universitas Sumatera Utara
dilihat dari
rasio
Profitabilitas
ada perbedaan
tingkat
kesehatan
Bank antara
Bank
pemerintah
dan Bank
Swasta
Nasional
Sumber: (Diolah Oleh Peneliti, 2011)
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Chatrin, 2008) mengenai penelitian
tingkat kesehatan Bank dengan analisa CAMELS Studi Kasus pada Bank
SUMUT. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor pemodalan, faktor
Rentabilitas, faktor Likuiditas tergolong dalam kategori sangat baik dan
faktor kualitas asset tergolong dalam kategri baik terhadap kesehatan Bank
dengan analisa CAMELS Studi kasus pada Bank SUMUT.
2. Penelitian yang dilakukan oleh (Almilia dan Herdiningtyas, 2005)
mengenai Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi bermasalah
Universitas Sumatera Utara
Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002. Dan penelitian ini
menggunakan Variable CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP, terhadap Aktiva
Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROI, NIM, BOPO, LDR (sampel
penelitian terdiri dari 16 Bank Sehat. 2 Bank yang mengalami
kebangkrutan dan 6 Bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Rasio yang memilki perbedaan yang
signifikan antara Bank-Bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah
periode 2000-2002 adalah CAR, APB, NPL, PPAP, ROA, NIM, BOPO,
dimana CAR mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan, APB, ROA
dan NIM mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan, NPL dan
PPAP berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan BOPO
berpengaruh signifikan dan positif.
3. Penelitian yang dilakukan oleh (Juliana, 2008) mengenai Analisis Rasio
Keuangan Dalam Memprediksi Kesehatan Perusahaan Perbankan di
Indonesia Periode 2001-2003. Penelitian ini menggunakan Variable
Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total assets,
Earning Before interst and taxes to total assets, market value of equity to
book value of total debt, dan sales to total assets. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa Rasio altman mempunyai pengaruh secara positif
terhadap prediksi kesehatan Bank yaitu rasio Earning before interest taxes
/ total assets, dan yang mempunyai pengaruh secara negatif terhadap
prediksi kondisi kesehatan adalah rasio working capital / total assets,
Universitas Sumatera Utara
retained earning / total assets, market value of equity/ book value of total
assets, dan sales/ total assets.
4. Penelitian yang dilakukan oleh (Ade, 2010) mengenai Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank melalui Analisis Ratio pada Perusahaan Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesi. Penelitian ini menggunakan variable
Loan to Defosit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Return on Assets, dan
Rasio BOPO. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Tidak terdapat
perbedaan tingkat kesehatan Bank, baik Bank Pemerintah maupun Bank
swasta nasional apabila dilihat dari rasio Likuiditas, Solvabilitas. Namun
apabila dilihat dari rasio Profitabilitas ada perbedaan tingkat kesehatan
Bank antara Bank pemerintah dan Bank Swasta Nasional.
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari
tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar
variable yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah
penelitian serta merumuskan hipotesis dalam penelitian berbentuk kualitatif,
hipotesis penelitian dapat dicantumkan atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini akan dibahas masalah penilaian kesehatan keuangan
perusahaan Konstruksi melalui analisis rasio. Rasio yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi Rasio likuiditas, Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas.
Rasio Likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Assets.
Rasio Solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity
Ratio. Rasio Profitabilitas yang digunakan dalam penelitin ini adalah Rasio
Return on Assets.
Perusahaan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi
Penilaian Kesehatan Keuangan Perusahaan Konstruksi
Analisis Rasio
Current Ratio, Return on Assets, Debt to Equity Ratio
Universitas Sumatera Utara