43
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah media pembelajaran, media pembelajaran layang-layang bilangan dan konsep nilai tempat bilangan. 1. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi mendorong untuk melakukan pembaharuan dalam pemanfaatan hasil- hasil teknologi pendidikan dalam proses belajar. Guru dituntut untuk mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah agar tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh sekolah dapat tercapai secara optimal. Selain guru dituntut untuk mampu menggunakan alat-alat yang sudah tersedia di sekolah, guru juga harus mampu dalam membuat media pembelajaran apabila di sekolah tersebut tidak tersedia media pembelajaran yang dapat menunjang terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Arsyad (2015: 3) menyatakan bahwa “media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar”. Pada proses belajar mengajar media menurut Arsyad (2015: 3) diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis yang berfungsi untuk memproses kembali informasi visual dan verbal. Media pembelajaran adalah bagian yang dapat membantu proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Arsyad (2015: 2) menyatakan bahwa “media adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah media pembelajaran,

media pembelajaran layang-layang bilangan dan konsep nilai tempat bilangan.

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta

teknologi mendorong untuk melakukan pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-

hasil teknologi pendidikan dalam proses belajar. Guru dituntut untuk mampu

menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah agar tujuan pembelajaran

yang diharapkan oleh sekolah dapat tercapai secara optimal. Selain guru dituntut

untuk mampu menggunakan alat-alat yang sudah tersedia di sekolah, guru juga

harus mampu dalam membuat media pembelajaran apabila di sekolah tersebut

tidak tersedia media pembelajaran yang dapat menunjang terhadap materi

pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Arsyad (2015: 3) menyatakan

bahwa “media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

tengah, perantara atau pengantar”. Pada proses belajar mengajar media menurut

Arsyad (2015: 3) diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis

yang berfungsi untuk memproses kembali informasi visual dan verbal.

Media pembelajaran adalah bagian yang dapat membantu proses belajar

mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Arsyad (2015: 2)

menyatakan bahwa “media adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses

belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

9

pembelajaran di sekolah pada khususnya.” Selain itu, Hamalik dalam Maolani

(2017: 159) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi yang terdapat pada

materi yang disampaikan, merangsang pikiran siswa agar lebih berkembang,

merangsang perasaan, perhatian, dan kemauan siswa karena dengan adanya media

siswa menjadi termotivasi untuk mempelajari materi yang akan disampaikan oleh

guru sehingga dapat mendorong proses belajar dan mampu mengantarkan siswa

dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran adalah alat atau segala sesuatu yang dapat digunakan

dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran bertujuan untuk merangsang

pikiran, perhatian, menyampaikan pesan atau informasi yang terkandung pada

sebuah materi pelajaran yang dapat membantu dan mempermudah siswa dalam

memahami materi pelajaran sehingga dapat tercipta pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

b. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran

mempunyai beberapa fungsi diantaranya yaitu fungsi secara umum, fungsi media

pembelajaran bagi pengajar dan bagi siswa. Adapun fungsi media pembelajaran

secara umum, Sadiman (2014: 17-18) menyatakan bahwa media mempunyai

beberapa fungsi diantaranya sebagai berikut:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

10

1) Untuk memperjelas penyampaian pesan atau materi pembelajaran yang akan

diberikan kepada siswa, hal ini agar materi yang disampaikan tidak bersifat

verbalistis baik dalam bentuk kata-kata tertulis maupun lisan.

2) Untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera misalnya:

a) Untuk memperlihatkan objek yang terlalu besar dan tidak mungkin untuk

dibawa ke kelas pada saat pembelajaran seperti pada materi mengenal alat

transportasi dan jenis hewan, maka dapat digantikan dengan realia,

gambar, film bingkai, film atau model.

b) Objek yang kecil seperti pada materi pembelajaran IPA untuk melihat

jenis-jenis bakteri, proses pencernaan makanan pada manusia, dan lain-

lain maka dapat dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, atau

gambar.

c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan dengan

timelapse atau high-speed photography. Contoh penggunaan timelapse

dalam pembelajaran IPA yaitu dapat digunakan untuk membantu siswa

dalam memahami seluruh proses bagaimana perubahan kacang hijau

menjadi kecambah.

d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu seperti pada

pembelajaran IPS menerangkan sejarah bangsa Indonesia maka dapat

ditampilkan lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara

verbal.

e) Untuk memperlihatkan objek yang terlalu kompleks seperti mesin-mesin

maka dapat disajikan dengan model atau diagram.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

11

f) Untuk membantu dalam menerangkan konsep yang terlalu luas seperti

pada saat menjelaskan materi yang berkaitan dengan gunung berapi,

gempa bumi, iklim, dan lain-lain maka dapat divisualkan dalam bentuk

film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

3) Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif

siswa sehingga pada saat proses kegiatan pembelajaran siswa merasa tertarik

dan penasaran ingin mempelajari materi tersebut yang disajikan dengan

bantuan media pembelajaran. Dengan bantuan penyajian materi melalui media

maka akan muncul berbagai pertanyaan dari siswa, semangat dan gairah

belajar siswa akan meningkat dan suasana pembelajaran menjadi lebih hidup.

4) Media pembelajaran juga dapat berfungsi untuk mengatasi berbagai macam

keunikan siswa yang memiliki kemampuan, daya tangkap, memiliki

pengalaman dan berasal dari lingkungan yang berbeda-beda. Hal ini akan

mengalami kesulitan bagi guru apabila harus diatasi sendiri-sendiri. Maka

dengan adanya media pembelajaran dapat memberikan rangsangan yang sama,

mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Selain fungsi media secara umum, terdapat pula enam pokok fungsi media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Enam pokok fungsi media dalam

proses belajar mengajar menurut Sudjana dan Rivai dalam Sundayana (2016: 8-9)

yaitu sebagai berikut:

1) Sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar media pembelajaran dapat

mewujudkan situasi belajar yang efektif karena dengan adanya media

pembelajaran materi yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami oleh

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

12

peserta didik dan membantu memberikan pemahaman yang konkret kepada

siswa.

2) Media pengajaran adalah bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar.

Hal ini adalah unsur yang harus dikembangkan oleh seorang guru. Guru harus

mengembangkan kemampuannya dalam membuat dan menggunakan media

pembelajaran sehingga kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa dalam

memahami materi pelajaran akan terpecahkan dan mendapatkan hasil yang

maksimal dalam pembelajaran.

3) Dalam pemakaian media pengajaran harus sesuai dengan bahan pelajaran yang

akan disampaikan serta harus melihat tujuan pembelajaran yang harus dicapai

oleh siswa.

4) Media pengajaran bukan sebagai alat hiburan, tetapi alat ini dijadikan untuk

melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian peserta

didik dan rasa penasaran dan minat belajar siswa lebih meningkat.

5) Media pembelajaran dapat mempercepat proses belajar mengajar serta dapat

membantu siswa lebih cepat dalam menangkap pengertian yang disampaikan

oleh guru.

6) Media pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan mutu belajar

mengajar agar lebih baik.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

13

Tiga fungsi utama media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton dalam

Sundayana (2016: 9) diantaranya sebagai berikut:

1) Dapat memberikan motivasi minat atau tindakan sehingga dapat merangsang

dan melahirkan minat siswa. Media pengajaran yang dapat membantu hal

tersebut dapat direalisasikan melalui teknik drama atau hiburan.

2) Untuk menyajikan informasi, isi dan bentuk penyajian yang bersifat umum

dan penyajian tersebut dapat dikemas dalam bentuk hiburan, drama, atau

teknik motivasi.

3) Memberikan instruksi dengan tujuan informasi yang terdapat dalam media

harus melibatkan siswa dalam bentuk benak atau mental, bentuk aktivitas yang

nyata. Dengan demikian, dapat terjadinya pembelajaran yang memberikan

makna dan memberikan pengalaman pembelajaran secara langsung kepada

siswa.

Media pembelajaran menurut Sanaky dalam Sundayana (2016: 9)

memiliki fungsi untuk merangsang siswa dalam belajar dengan cara

menghadirkan duplikasi dari obyek yang sebenarnya dan obyek langkah,

membuat dari konsep yang abstak ke konsep yang konkret, memberi kesamaan

persepsi, mengatasi hambatan waktu, jarak, tempat dan jumlah jarak yang tidak

memungkinkan, menyajikan kembali informasi secara konsisten, suasana belajar

menjadi tidak tertekan, santai dan menarik sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

14

Media pembelajaran juga memiliki fungsi yaitu bagi pengajar dan bagi

siswa seperti yang dikemukakan oleh Sanaky dalam Sundayana (2016: 10-11)

yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi media pembelajaran bagi pengajar yaitu dapat memberikan pedoman

dan arah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Materi

pelajaran yang diberikan kepada siswa dijelaskan dengan struktur pengajaran

yang baik dan sistematis. Memudahkan pengajar dalam mengendalikan materi

pelajaran, membantu kecermatan dan ketelitian dalam menyampaikan materi

pelajaran. Selain itu, dapat membangkitkan rasa percaya diri pengajar karena

dengan adanya media pembelajaran dapat terbantu dan memudahkan pengajar

dalam penyampaian materi pelajaran yang dapat menimbulkan peningkatan

dalam kualitas pelajaran.

2) Fungsi media pembelajaran bagi siswa adalah untuk meningkatkan motivasi

belajar, memberikan variasi dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa

bosan, materi pembelajaran yang disampaikan akan lebih terstruktur dan lebih

memudahkan siswa dalam belajar. Pokok-pokok informasi secara sistematik

dapat memudahkan siswa untuk belajar dan materi yang dipelajari mudah

dipahami. Media pembelajaran yang menarik dapat merangsang siswa untuk

fokus dan beranalisis. Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan

sehingga tidak membebani siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran mempunyai fungsi diantaranya materi yang disampaikan kepada

siswa dapat disampaikan melalui media pembelajaran secara jelas. Materi yang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

15

tadinya bersifat abstak dapat menjadi konkret dengan bantuan media sehingga

dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru.

Selain itu, guru dapat menjelaskan materi pelajaran dengan mudah, materi yang

disampaikan terstruktur dan suasana pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih

hidup karena dengan adanya media pembelajaran dapat membantu menarik

perhatian dan minat siswa dalam belajar menjadi meningkat.

c. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu pada proses kegiatan belajar

mengajar dapat memberikan beberapa manfaat baik itu bagi siswa, bagi guru dan

juga manfaat bagi proses belajar mengajar yang memberikan dampak dan hasil

pembelajaran yang lebih maksimal. Manfaat dari media pembelajaran menurut

Sudjana & Rivai dalam Arsyad (2015: 28) diantaranya sebagai berikut:

1) Menggunakan media pembelajaran pada saat proses kegiatan belajar

mengajar, pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa karena siswa

tertatik dengan media tersebut maka rasa ingin tahu siswa terhadap

pembelajaran akan lebih besar. Motivasi dan semangat siswa dalam belajar

akan muncul.

2) Adanya media pembelajaran bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya

sehingga materi pelajaran dapat lebih dipahami dan dikuasai oleh siswa dan

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi karena dengan menggunakan media

pembelajaran materi yang disampaikan oleh guru tidak secara verbal saja

melalui penuturan kata-kata, tetapi materi yang akan disampaikan guru dapat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

16

disampaikan langsung melalui media pembelajaran. Media tersebut dapat

langsung diperagakan oleh siswa dan siswa dapat mengambil informasi secara

langsung dari media tersebut tanpa guru harus banyak melalukan penjelasan.

Hal tersebut dapat membuat siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan

tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena siswa tidak

hanya mendengarkan uraian atau penjelasan dari guru saja, tetapi siswa

terlibat secara langsung dalam aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,

mendemonstrasikan, memerankan materi yang sedang dipelajari melalui

pengunaan media pembelajaran tersebut.

Kemp dan Dayton dalam Sundayana (2016: 11-12) mengidentifikasi

beberapa manfaat dalam media pembelajaran antara lain sebagai berikut:

1) Setiap guru mempunyai penafsiran dan cara pandang yang berbeda-beda

terhadap suatu konsep materi pelajaran. Hal tersebut dapat dihindari melalui

bantuan media pembelajaran karena materi yang disampaikan kepada siswa

melalui media pembelajaran dapat diseragamkan, sehingga siswa dapat

memahami materi tersebut dengan penafsiran dan cara pandang yang sama.

2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Dengan berbagai

potensi yang dimiliki siswa, media dapat menampilkan informasi melebihi

suara, gambar, gerak dan warna baik secara alami maupun manipulasi.

Sehingga dengan bantuan media dapat memfasilitasi semua gaya belajar yang

dimiliki oleh siswa seperti contohnya siswa yang memiliki gaya belajar visual

maka dapat terfasilitasi dengan adanya media gambar dan siswa yang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

17

memiliki gaya belajar audio visual maka dapat difasilitasi dengan media video

atau film.

3) Proses pembelajaran lebih interaktif. Jika penggunaan media pembelajaran

dirancang dengan sebaik mungkin maka media dapat membantu guru dan

siswa untuk melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses

pembelajaran.

4) Efisiensi waktu dan tenaga. Dalam proses kegiatan belajar mengajar terkadang

guru harus menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan materi pelajaran

yang cukup banyak dan harus selesai seluruhnya tersampaikan kepada siswa

dengan jelas. Cara untuk mengatasi supaya hal tersebut tidak terjadi dapat

diatasi dengan memanfaatkan media visual secara verbal sehingga guru tidak

harus terlalu banyak menjelaskan. Contohnya dengan memperlihatkan gambar

atau video mengenai materi pelajaran tersebut dan dikolaborasi dengan

penjelasan guru secara singkat sebagai penguatan materi.

5) Meningkatkan kualitas belajar siswa. Penggunaan media membuat proses

pembelajaran lebih efisien dan membantu siswa untuk menyerap materi

pelajaran lebih mendalam dan utuh sehingga pemahaman siswa akan lebih

baik.

6) Dalam kegiatan proses belajar mengajar agar lebih leluasa dan fleksibel tidak

tergantung pada keberadaan guru, siswa, dan tempat belajar maka media dapat

dirancang sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan. Media

pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan dapat membuat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

18

kegiatan belajar dapat lebih leluasa dan siswa dapat tetap berjalan untuk

melaksanakan kegiatan belajar.

7) Penggunaan media dapat menarik perhatian siswa untuk belajar sehingga

siswa dapat mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-

sumber ilmu pengetahuan. Ketika siswa sudah gemar untuk mencari sumber

sendiri maka akan tertanam sikap dan kebiasaan dalam diri siswa untuk

berinisiatif mencari berbagai sumber yang diperlukan secara mandiri.

8) Menambah peran guru menjadi lebih positif. Guru yang tadinya berperan

sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa, tetapi ketika guru

memanfaatkan media dengan baik maka siswa dapat mencari sumber atau

informasi sendiri melalui media tersebut. Media pembelajaran dapat membuat

guru menjadi lebih fokus untuk memberikan perhatian kepada siswa yang

mengalami kesulitan belajar, membentuk, dan memotivasi belajar siswa.

Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran yang

merupakan bagian dari teknologi pembelajaran, menurut Sundayana (2016: 22)

memiliki enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran

yaitu:

1) Meningkatkan produktivitas pendidikan (Can make education more

productive). Media dapat meningkatkan produktivitas pendidikan diantaranya

dapat mempercepat laju belajar siswa, membantu guru untuk menggunakan

waktu dengan efektif, mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi

sehingga aktivitas yang dilakukan oleh guru lebih banyak kepada hal dalam

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

19

membina dan mengembangkan gairah belajar siswa dengan cara memberikan

motivasi kepada siswa dan lain sebagainya.

2) Memberikan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (Can make

education more individual). Dalam pembelajaran variasi belajar siswa akan

lebih bersifat individual, adanya pengurangan kontrol dari guru dalam proses

pembelajaran, dan siswa diberikan kesempatan untuk berkembang sendiri

dalam belajar yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh

masing-masing siswa.

3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran (Can make

instruction a more scientific base). Perencanaan program pembelajaran

disusun secara sistematis. Mulai dari pengembangan bahan pembelajaran yang

dilandasi berdasarkan penelitian tentang karakteristik siswa, karakteristik

bahan pembelajaran, analisis instruksional dan pengembangan desain

pembelajaran yang dilakukan dengan rangkaian uji coba yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

4) Make instruction more powerful yaitu membuat pembelajaran lebih mantap

dengan meningkatkan kapabilitas manusia menyerap informasi melalui

berbagai media komunikasi dan informasi serta data yang diterima akan lebih

banyak dan akurat.

5) Dengan media membuat proses pembelajaran menjadi lebih langsung/

seketika (Can make learning more immediate). Media pembelajaran dapat

mengatasi jurang pemisah antara siswa dengan sumber belajar, mengatasi

keterbatasan manusia pada ruang dan waktu dalam memperoleh informasi dan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

20

dapat menyajikan informasi yang disampaikan kepada siswa secara konkret

meskipun secara tidak langsung.

6) Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih merata dan meluas (Can make

access to education more equal). Dalam pembelajaran siswa akan

mendapatkan informasi yang sama dan meluas sehingga siswa dapat menggali

informasi lebih mendalam.

Bedasarkan pendapat dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan

bahwa manfaat media pembelajaran yaitu memperjelas penyampaian materi yang

dapat membuat siswa lebih menguasi materi, menyampaikan materi dengan

penafsiran yang sama, memberikan metode mengajar yang bervariasi, memotivasi

siswa dalam belajar, meningkatkan kualitas belajar siswa, siswa lebih banyak

melakukan kegiatan belajar, dan mengefektifkan waktu dalam pembelajaran.

Media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran dapat mengatasi

dan memecahkan masalah pembelajaran.

d. Jenis dan Karkteristik Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki berbagai jenis mulai dari media

pembelajaran visual, audio visual, dan media audio, alat peraga dan sebagainya.

Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sebelum

menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar guru terlebih

dahulu harus mengetahui karakteristik dan pengelompokan media pembelajaran.

Guru harus mengenal berbagai jenis media pembelajaran agar guru tidak salah

dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan dan sesuai dengan

materi yang akan disampaikan. Setiap media pembelajaran memiliki kemampuan,

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

21

cara pembuatan dan cara penggunaan yang berbeda-beda. Menurut Sanjaya

dalam Sundayana (2016: 13-14) bahwa media pembelajaran dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandangnya, diantaranya

adalah sebagai berikut:

1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam beberapa jenis yaitu :

a) Media auditif merupakan media yang hanya dapat didengar saja atau

memiliki suara, contohnya radio dan rekaman suara.

b) Media visual yaitu media yang dapat dilihat saja dan tidak mengandung

suara. Contohnya seperti gambar, lukisan, foto, slide berbagai bentuk yang

dicetak seperti grafik, diagram, dan sebagainya.

c) Media audio visual yaitu media yang mengandung suara dan gambar yang

bisa dilihat oleh siswa, contohnya rekaman suara, slide suara, film. Media

ini dianggap sebagai media yang mempunyai kemampuan lebih baik dan

menarik karena mengandung unsur media jenis pertama dan kedua.

2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam dua

jenis yaitu :

a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak, seperti radio dan

televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-

kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan

khusus. Misalnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa sedang

mempelajari materi mengenai berita, maka siswa dapat mendengarkan atau

melihat suatu berita tentang bencana alam yang terjadi di wilayah

Indonesia secara langsung melalui radio atau televisi.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

22

b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu

contohnya seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi menjadi dua

jenis yaitu:

a) Media yang dapat diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparasi

dll. Media ini adalah jenis media yang membutuhkan alat proyeksi khusus

seperti film projector, slide projector, dan Over Head Projector (OHP)

untuk memproyeksikan transparasi. Jika tidak ada alat proyeksi maka

media ini tidak dapat berfungsi.

b) Media yang tidak diproyeksikan yaitu media yang sering digunakan dalam

proses belajar dan tidak memerlukan listrik ataupun menggunakan

proyektor. Contohnya gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Rudy Brets dalam Sadiman (2014: 20)

mengklasifikasikan media menjadi tujuh yaitu pertama media audio visual gerak

seperti film bersuara, pita video, film pada televisi, dan animasi. Kedua media

audio visual diam seperti film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide.

Ketiga media audio semi gerak seperti tulisan jauh bersuara. Keempat media

visual bergerak seperti film bisu. Kelima media visual diam seperti halaman cetak,

foto, microphone. Keenam media audio seperti radio, telepon, pita audio, dan

ketujuh yaitu media cetak contohnya seperti buku, modul, dan bahan ajar mandiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis

dan karakteristik media pembelajaran dapat dilihat dari beberapa sudut pandang

yaitu dapat dilihat dari sifatnya, dilihat dari kemampuan jangkauannya, dan dilihat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

23

dari cara atau teknik penggunaannya. Selain itu, media juga dapat

dilklasifikasikan ke dalam media audio visual gerak, audio visual, audio semi

gerak, visual, audio, dan media cetak.

e. Adobe Flash CS6

Adobe flash cs6 adalah sebuah software atau perangkat lunak yang telah

diperbaharui dari versi sebelumnya. Versi adobe flash sebelum adobe flash cs6

diantaranya adalah adobe flash cs3, adobe flash cs4, dan adobe flash cs5. Adobe

flash cs6 menurut Island Script dalam Fatimah (2016: 24) adalah software atau

perangkat lunak grafis yang dapat membuat objek animasi grafis yang dapat

didesain secara langsung sesuai dengan keinginan tanpa harus didukung dengan

menggunakan software grafis seperti illustrator atau photoshop. Adobe flash cs6

fitur-fiturnya lebih lengkap dan tidak dimiliki oleh adobe flash versi sebelumnya.

Adobe flash cs6 menurut Ariesto Hadi Sutopo dalam Fatimah (2016: 25)

mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan program lainnya. Pada

adobe flas cs6 dalam membuat berbagai macam animasi sangat mudah dan para

pengguna bisa membuat animasi dengan gerakan yang bebas sesuai dengan

konsep adegan animasi yang diinginkan. Selain itu, untuk pembuatan animasi atau

bahan ajar interaktif juga sangat mudah digunakan oleh para pengguna karena

tool, template dan component yang tersedia pada adobe flash cs6 sudah tersedia,

mudah digunakan, dan siap untuk digunakan. Adobe flash cs6 menghasilkan

ukuran file yang kecil sehingga bersifat fleksibel dan dapat dikonversi menjadi

file bertipe swf, html, jpg, png, exe, dan mov. Berikut ini adalah beberapa tampilan

komponen yang terdapat pada tampilan awal adobe flash cs6:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

24

1) Create form template berfungsi untuk membuka lembar kerja dan template

yang sudah tersedia pada program adobe flash cs6.

2) Open a recent item berfungsi untuk membuka kembali file yang sudah

disimpan pada program adobe flash cs6.

3) Create new berfungsi untuk membuka lembar kerja yang baru dan dilengkapi

dengan beberapa pilihan script yang telah tersedia pada program adobe flash

cs6.

4) Learn berfungsi untuk mempelajari suatu perintah.

5) Toolbox adalah komponen yang berisi berbagai macam tombol yang berfungsi

untuk membuat suatu desain animasi mulai dari tombol seleksi, pen, pensil,

teks, dll.

6) Timeline adalah garis waktu yang berfungsi untuk mengatur dan mengontrol

jalannya animasi.

7) Layer berfungsi untuk menempelkan beberapa objek dalam stage agar dapat

diolah dengan objek yang lain.

8) Stage adalah layar panggung yang berfungsi untuk memainkan objek-objek

yang akan diberi animasi. Stage bisa digunakan untuk membuat gambar, teks,

memberi warna, dan lain sebagainya.

9) Panel properties berfungsi untuk menampilkan parameter dari sebuah tombol

yang terpilih. Tombol yang sudah terpilih tersebut dapat dimodifikasi dan

fungsi tombol tersebut dapat dimaksimalkan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

25

f. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Dalam penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan agar tidak salah dalam memilih media pembelajaran yang tepat dan

benar-benar cocok sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. Selain

itu, dalam pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan karakteristik,

kondisi dan gaya belajar siswa agar media pembelajaran yang akan dipilih dapat

memfasilitasi dan membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pemilihan

dan penggunaan media pembelajaran sangat penting agar media pembelajaran

yang akan digunakan dalam pembelajaran dapat membantu dan memberikan

kemudahan bagi siswa dalam memahami materi pembelajaran, serta memudahkan

guru untuk menyampaikan sebuah pesan dan makna yang terkandung dari materi

pembelajaran yang dibawakan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

dengan optimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Jangan sampai dengan

adanya penggunaan media pembelajaran membuat proses pembelajaran menjadi

terhambat dan memberikan dampak negatif yaitu pencapaian tujuan pembelajaran

kurang maksimal karena media yang digunakan tidak sesuai. Oleh karena itu,

dalam pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip yang

perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh guru. Sudirman N dalam Sundayana

(2016: 16-17) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pembelajaran

yang dibagi menjadi tiga kategori diantaranya sebagai berikut:

1) Tujuan Pemilihan

Dalam pemilihan media yang akan digunakan harus berdasarkan dengan

maksud dan tujuan pemilihan media secara jelas. Dalam pemilihan media harus

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

26

diperhatikan tujuan penggunaannya misalnya untuk siswa belajar, untuk informasi

yang bersifat umum, atau untuk sekedar hiburan mengisi waktu kosong, untuk

pengajaran yang bersifat kelompok atau individual. Dalam pemilihan media

pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir siswa,

sasarannya harus jelas media tersebut akan digunakan untuk usia TK, SD, SMP,

SMA, dan lain-lain.

2) Alternatif Pemilihan

Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai

alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media yang akan digunakan

apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan dan disesuaikan

dengan kebutuhan yang cocok untuk dipakai. Dalam menggunakan media

hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan media

tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Menurut Sudjana dalam Sundayana

(2016: 16-17) terdapat empat prinsip dalam pemilihan media yang harus

diperhatikan oleh guru pada waktu menggunakan media pembelajaran diantaranya

sebagai berikut:

a) Menentukan jenis media dengan tepat. Guru harus menentukan dan memilih

media yang akan digunakan disesuaikan dengan materi pelajaran dan tujuan

pembelajaran yang harus diacapai oleh siswa.

b) Menetapkan dan memperhitungkan subjek dengan tepat yaitu guru harus bisa

memperhitungkan media yang akan digunakan dengan tingkat kematangan

dan kemampuan anak didik.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

27

c) Menyajikan media dengan tepat yaitu guru harus menggunakan media dengan

teknik dan metode yang disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu dan

juga sasaran yang ada.

d) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi

yang tepat artinya guru harus mengetahui waktu kapan dan dimana media itu

akan digunakan pada saat mengajar, karena media pembelajaran tersebut

tentunya tidak akan digunakan secara terus menerus untuk menjelaskan

sepanjang proses belajar mengajar.

3) Kriteria Pemilihan Media

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media pembelajaran yaitu

ketepatan tujuan pembelajaran artinya dalam menentukan media pembelajaran

harus dipertimbangkan bahwa dengan digunakannya media tersebut tujuan

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Ada beberapa hal

yang harus diperhatikan dalam pemilihan media diantaranya yaitu:

a) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang sifatnya prinsip,

fakta, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar anak

lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru dan dapat membantu

guru untuk memberikan pemahaman yang lebih konkret kepada peserta didik.

b) Kemudahan dalam memperoleh media yang akan digunakan, artinya dalam

memilih media yang akan digunakan, media tersebut harus berupa media yang

mudah diperoleh. Misalnya media gambar seperti gambar peta Indonesia dan

media grafis. Bahkan ketika media itu sulit diperoleh bisa dibuat sendiri oleh

guru.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

28

c) Keterampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran. Hal ini sangat

penting, karena apapun jenis media yang digunakan oleh guru syarat yang

utama adalah guru dapat menggunakan media tersebut dalam proses

pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan adalah dampak dari

penggunaan media oleh guru yang terjadi pada saat siswa belajar dengan

lingkungannya.

d) Tersedia waktu untuk menggunakannya yaitu ketika memilih media yang akan

digunakan harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia pada saat

proses belajar mengajar sehingga media tersebut dapat digunakan dengan

efektif dan bermanfaat bagi siswa.

e) Sesuai dengan taraf berpikir siswa yaitu media yang dipilih oleh guru harus

disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir siswa agar makna atau pesan

yang ingin disampaikan dari media tersebut dapat mudah dipahami oleh siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan

dan penggunaan media pembelajaran harus diperhatikan dalam memilih media

pembelajaran yang akan digunakan pada proses belajar mengajar agar tepat sesuai

dengan materi yang akan disampaikan. Diantaranya harus memperhatikan prinsip

tujuan artinya dalam memilih media pembelajaran harus jelas maksud dan tujuan

dipilihnya suatu media. Menggunakan alternatif pemilihan artinya dalam

pemilihan media guru harus bisa menentukan pilihan media yang akan digunakan

apabila terdapat beberapa pilihan media yang dapat diperbandingkan, maka dalam

pemilihannya harus memperhatikan prinsip pemilihan media. Prinsip pemlihan

media yang harus diperhatikan yaitu disesuaikan dengan materi, waktu serta

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

29

sasaran pembelajaran. Kriteria pemilihan media juga harus diperhatikan yaitu

dalam memilih media pembelajaran harus memenuhi kebutuhan dan dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

g. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Setiap media pembelajaran memiliki ciri-ciri yang berbeda. Media

pembelajaran agar lebih mudah untuk digunakan dalam proses belajar mengajar,

seorang guru terlebih dahulu harus mengetahui ciri-ciri media pembelajaran. Ciri-

ciri media pembelajaran menurut Maolani (2017: 15) terdapat tiga ciri diantaranya

yaitu sebagai berikut:

1) Ciri fiksatif yaitu ciri yang menggambarkan kemampuan media dalam

merekam, menyimpan, melerstarikan dan mengkonstruksi suatu peristiwa atau

objek yang suatu saat dapat dilihat kembali tanpa mengenal waktu. Contohnya

yaitu media video tape, foto, audio tape, disket komputer, dan film seperti film

pada masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

2) Ciri manifulatif yaitu ciri yang menggambarkan kemampuan media untuk

merekam suatu kejadian yang memakan waktu selama berhari-hari dapat

disajikan kepada siswa dalam waktu yang singkat sekitar dua atau tiga menit

dengan teknik pengambilan time-lapse recording. Contohnya yaitu rekaman

mengenai video atau film proses daur hidup hewan pada kupu-kupu mulai dari

larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dewasa.

3) Ciri distributif yaitu ciri media yang menggambarkan kemampuan

mentransportasikan suatu kejadian melalui ruang secara bersamaan disajikan

kepada sejumlah siswa dengan pengalaman yang sama mengenai kejadian itu.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

30

Distribusi media tidak hanya terbatas paada satu kelas saja tetapi dapat

didistribusikan ke beberapa kelas dalam suatu wilayah sekolah tertentu.

Misalnya rekaman video, audio, dan disket komputer dapat disebar disetiap

penjuru tempat yang diinginkan. Ketika informasi tersebut direkam dalam

format media apa saja, maka dapat direproduksi hingga beberapa kali dan siap

untuk digunakan secara bersamaan di berbgai tempat secara berulang-ulang.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran memiliki tiga ciri. Pertama ciri fiksatif adalah kemampuan media

dalam merekam, menyimpan, melestarikan dan mengkonstruksi suatu peristiwa

atau objek. Kedua ciri manipulatif adalah kemampuan media untuk merekam

suatu kejadian yang memerlukan waktu berhari-hari tetapi dapat dipersingkat

dalam waktu beberapa menit. Ketiga ciri distributif yaitu kemampuan media untuk

mentransportasikan kejadian melalui ruang dan secara bersamaan dapat disajikan

kepada seluruh siswa dengan stimulus dan kejadian yang sama.

h. Pentingnya Media dalam Pembelajaran Matematika

Matematika adalah mata pelajaran yang berbeda dengan mata pelajaran

yang lainnya dan dianggap rumit oleh siswa, karena dalam mata pelajaran

matematika terdapat berbagai simbol-simbol dan konsep yang bersifat abstrak

sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran

matematika. Dalam kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan tujuan

pembelajaran yang harus dicapai dan menyesuaikan dengan tingkat kemampuan

berfikir siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Hudojo dalam Sundayana

(2016: 29) bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang memiliki kekhususan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

31

dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lainnya juga harus memperhatikan

hakikat matematika yang berkenaan dengan konsep-konsep yang bersifat abstrak

dan kemampuan belajar siswa. Tanpa memperhatikan faktor dan tujuan tersebut

kegiatan belajar tidak akan berhasil. Seseorang dikatakan belajar jika di dalam diri

orang itu terdapat perubahan tingkah laku melalui suatu proses kegiatan.

Perubahan tingkah laku tersebut dapat diamati secara langsung dan ada juga yang

memerlukan waktu realtif lama disertai dengan usaha yang dilakukan sehingga

orang tersebut dari yang tadinya tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi

mampu mengerjakan.

Media pembelajaran sangat berperan penting dalam pembelajaran

matematika yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Menurut

Kreyenhbuhl dalam Sundayana (2016: 29) bahwa media pendidikan digunakan

untuk membangun pemahaman dan penguasaan objek pendidikan. Adanya

bantuan media pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar maka konsep yang

terdapat dalam matematika dapat diperjelas melalui media pembelajaran, sehingga

peserta didik dapat membangun pemahamannya dan materi yang dipelajari dapat

dikuasi dengan baik oleh siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran mempunyai peran yang penting dalam pembelajaran matematika.

Peran tersebut yaitu untuk membangun pemahaman dan penguasaan siswa dalam

mempelajari suatu materi yang disampaikan oleh guru dalam proses

pembelajaran.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

32

2. Media Pembelajaran Layang-layang Bilangan

a. Pengertian Media Pembelajaran Layang-layang Bilangan

Media pembelajaran layang-layang bilangan merupakan media

pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan

materi konsep nilai tempat bilangan pada mata pelajaran matematika. Selain itu,

adanya media pembelajaran ini dapat mempermudah siswa dalam memahami

konsep nilai tempat bilangan untuk menentukan nilai tempat mulai dari ratusan,

puluhan, dan satuan dan nilai bilangannya. Media pembelajaran layang-layang

bilangan jika dilihat dari sifatnya termasuk ke dalam media audio visual

berbantuan adobe flash cs6 karena media pembelajaran layang-layang bilangan ini

dibuat aplikasi media layang-layang bilangan yang di dalamnya terdapat menu

petunjuk penggunaan yang berisi tata cara penggunaan media dan akan mucul

suara pemadu. Pada media layang-layang bilangan terdapat menu pembelajaran

yaitu menu yang berfungsi untuk siswa mempelajari konsep nilai tempat bilangan

sambil bermain memindahkan kartu sesuai dengan nilai tempatnya. Menu

selanjutnya yaitu menu latihan dan quiz yang berisi soal-soal materi konsep nilai

tempat bilangan sebagai sarana untuk siswa belajar mengerjakan soal.

b. Alasan Penamaan Media Pembelajaran Layang-layang Bilangan

Media pembelajaran ini disebut sebagai media pembelajaran layang-

layang bilangan karena pada media pembelajaran ini terdapat beberapa kartu

bilangan yang berbentuk layang-layang. Selain itu, terdapat pula gambar koin,

gambar satu piring stroberi yang berisi 10 buah, dan gambar korek api untuk

mengkongkritkan penjabaran konsep nilai tempat bilangan. Pada bagian bawah

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

33

setiap gambar yang melambangkan nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan ini

diberikan kotak cadangan untuk menyimpan gambar koin, gambar satu piring

stroberi yang berisi 10 buah, dan gambar korek api sebagai penjabaran konsep

dari angka. Misalnya ketika diberikan soal bilangan 323, angka pada tempat

ratusan adalah angka 3, maka gambar koin yang disimpan pada kotak cadangan

sebanyak 3 buah karena setiap 1 buah koin memiliki nilai 100. Pada tempat

puluhan adalah angka 2, maka gambar satu piring stroberi yang disimpan pada

kotak cadangan sebanyak 2 buah, karena setiap gambar satu piring stroberi yang

berisi 10 buah memiliki nilai 10. Angka 3 yang terakhir mempunyai nilai tempat

satuan maka gambar korek api yang disimpan pada kotak cadangan sebanyak 3

buah karena setiap 1 buah korek api memiliki nilai 1. Setelah selesai memasukkan

ketiga gambar pada kotak cadangan, selanjutnya siswa menghitung jumlah

gambar pada masing-masing kotak cadangan dan menuliskan jumlahnya dengan

mengambil kartu layang-layang bilangan dan simpan kartu tersebut pada garis

ratusan, puluhan, dan satuan. Ketika siswa menjumlahkan gambar yang terdapat

pada kotak cadangan dan menuliskan jumlahnya pada garis ratusan, puluhan, dan

satuan maka siswa akan mengetahui nilai bilangan pada suatu lambang bilangan.

Contohnya jika soal 323, maka jumlah koin yang terdapat pada kotak cadangan

ratusan berwarna merah adalah 3 buah dan jumlahnya 300, maka siswa

mengambil layang-layang bilangan warna merah angka 3 dan di simpan di garis

ratusan. Pada kotak cadangan puluhan berwarna biru terdapat 2 piring stroberi

yang masing-masing piring berisi 10 buah stroberi dan jumlah keseluruhannya

menjadi 20, maka siswa mengambil layang-layang bilangan warna biru angka 2

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

34

dan di simpan di garis puluhan. Pada kotak cadangan puluhan berwarna kuning

terdapat 3 buah korek api dan jumlahnya 3, maka siswa mengambil layang-layang

bilangan warna kuning angka 3 dan di simpan di garis satuan. Nilai bilangan pada

soal lambang bilangan 323 yaitu 300 + 20 + 3.

Kotak cadangan yang di letakkan di bawah gambar koin, gambar satu

piring stroberi yang berisi 10 buah, dan gambar korek api bertujuan untuk

memberikan pemahaman konsep bahwa setiap angka pada suatu bilangan

mempunyai nilai tempat yang berbeda-beda walaupun angkanya sama. Seperti

pada contoh angka 3 yang pertama mempunyai nilai tempat ratusan sedangkan

angka 3 yang terakhir pada posisi ketiga mempunyai nilai tempat satuan. Di

bawah kotak cadangan ini tedapat penjabaran nilai bilangan dari angka yang

mendakan ratusan, puluhan, dan satuan. Pada media ini di pojok kanan atas

dilengkapi dengan papan bilangan atau bisa disebut layang-layang karakter untuk

pemberian soal. Di bawah papan bilangan atau disebut layang-layang karakter

terdapat tiga buah kotak berjejer ke bawah sebagai tempat penyimpanan

kumpulan gambar koin, gambar satu piring stroberi yang berisi 10 buah, dan

gambar korek api.

3. Konsep Nilai Tempat Bilangan

Bilangan adalah konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan

dan pengukuran. Bilangan adalah sebutan untuk menyatakan jumlah atau

banyaknya sesuatu. Lambang atau simbol yang digunakan untuk mewakili suatu

bilangan disebut dengan angka atau lambang bilangan. Pengertian bilangan

menurut Febriayanti & Prastowo (2014: 31) adalah “kumpulan angka yang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

35

menempati urutan sebagai satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya”.

Berikut ini adalah susunan nilai tempat :

a. Bilangan satuan adalah bilangan yang disusun dimulai dari angka 0 sampai 9.

b. Bilangan puluhan adalah bilangan yang disusun dimulai dari angka 10-99.

c. Bilangan ratusan adalah bilangan yang disusun dimulai dari angka 100-999.

d. Bilangan ribuan adalah bilangan yang disusun dimulai dari angka 1.000-9.999.

Nilai tempat menurut Haryono, dkk (2014: 49) dapat diartikan sebagai

nilai suatu angka dalam suatu bilangan yang mempunyai nilai tempat dengan

berbagai tingkatan tergantung dari letak suatu bilangan tersebut. Tingkatan tempat

tersebut terdiri dari mulai satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan sampai

seterusnya. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Untoro & Tim Guru

Indonesia (2010: 2) bahwa “nilai tempat bilangan adalah bilangan yang tersusun

atas beberapa angka, dimana tiap angka mempunyai nilai tempat yang berbeda

tergantung letaknya”. Menurut Seputra & Amin dalam Haryono (2014: 51) bahwa

konsep nilai tempat bilangan mempunyai contoh yaitu “bilangan 15, angka 1

mempunyai nilai 1 puluhan dan angka 5 mempunyai nilai satuan. Nilai tempat 1

adalah sepuluh, nilai bilangannya 10, nilai tempat 5 adalah satuan, nilai

bilangannya 5”. Nilai tempat bilangan ratusan menurut Gunanto & Adhalia (2016:

9) terdapat tiga angka dimana setiap angka mempunyai nilai yang berbeda sesuai

tempatnya. Contohnya seperti pada bilangan 333 terdiri dari 3 angka. Nilai tempat

pada angka 3 sebelah kiri yaitu ratusan serta mempunyai nilai 300, nilai tempat

pada angka tiga pada posisi tengah yaitu puluhan serta mempunyai nilai 30, dan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

36

nilai angka 3 pada posisi paling kanan nilai tempatnya adalah satuan dan

mempunyai nilai 3.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai tempat bilangan adalah suatu bilangan

yang mempunyai nilai tempat yang berbeda-beda tergantug dari letaknya. Nilai

tempat tersebut diantaranya adalah satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan,

dan ratusan ribu.

Numerasi yang banyak digunakan oleh orang saat ini adalah menggunakan

sistem nilai tempat. Sistem tersebut adalah sistem numerasi Hindu-Arab. Sistem

numerasi Hindu-Arab adalah sistem numerasi yang menggunakan 10 angka atau

digit yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Secara umum menurut Haryono (2014: 50)

bahwa “numerasi yang banyak digunakan orang saat ini yaitu menggunakan

sistem nilai tempat adalah sistem numerasi Hindu-Arab. Sistem numerasi Hindu-

Arab juga disebut dengan sistem numerasi desimal”. Menurut Troutman &

Lictenberg dalam Haryono (2014: 50) bahwa sistem numerasi Hindu-Arab itu

mempunyai beberapa karakteristik yang berkaitan dengan nilai tempat bilangan

diantaranya sebagai berikut:

a. Mengandung sistem bilangan dasar sepuluh. Artinya setiap

sepuluh satuan dikelompokkan menjadi satu puluhan, setiap

sepuluh puluhan menjadi satu ratusan, dan seterusnya. Jadi

pada lambang bilangan dasar sepuluh, tempat paling kanan

adalah tempat satuan dengan nilai tempatnya satu, tempat

sebelah kiri tempatnya puluhan dengan nilai tempatnya

sepuluh, dan seterusnya.

b. Menggunakan sistem nilai tempat. Contohnya pada bilangan

554321, nilai tempatnya adalah sebagai berikut:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

37

5 5 4 3 2 1

Ratusan Ribu

Puluhan Ribu

Ribuan

Ratusan

Puluhan

Satuan

Gambar 1.

Pemetaan Nilai Tempat Bilangan

Sumber: Haryono (2014: 50)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem numerasi

arab adalah sistem numerasi yang memiliki bilangan dasar sepuluh dan

menggunakan sistem nilai tempat ratusan ribu, puluhan ribu, ribuan, ratusan,

puluhan, dan satuan.

B. Profil SD Negeri 2 Singaparna

SDN 2 Singaparna terletak di Kampung Cimanglid Desa Singaparna

Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. SDN 2 Singaparna adalah

sekolah dasar yang berstatus sebagai sekolah negeri dengan tanggal SK pendirian

1910-01-01. Luas tanah yang dimiliki adalah seluas 2390 m2. SDN 2 Singaparna

adalah sekolah di bawah pimpinan seorang kepala sekolah yaitu Iis Rohayati,

S.Pd, MM.Pd. Jumlah guru di SDN 2 Singaparna yaitu sebanyak 8 orang.

Sebanyak 6 orang sebagai guru kelas dan 2 orang sebagai guru pendidikan

jasmani dan guru agama. Jumlah siswa di SDN 2 Singaparna dari mulai kelas I

sampai kelas VI berjumlah 141 orang. Adapun jumlah rombongan belajar di SDN

2 Singaparna yaitu berjumlah 1 rombel. Kurikulum yang digunakan di SDN 2

Singaparna yaitu Kurikulum 2013.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

38

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syafris Novembris yang berjudul

“Meningkatkan Pemahaman Konsep Nilai Tempat Bilangan Melalui Media

Blok Dienes Pada Anak Tunagrahita Ringan di Kelas D IV C SDLB Talawi

Kota Sawahlunto”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan

menggunakan media blok dienes dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep nilai tempat bilangan pada anak tunagrahita ringan di

kelas D IV C SDLB Talawi Sawahlunto dengan presentase hasil awal sebelum

dilaksanakan penelitian AH hanya mencapai 30% dan setelah diberikan

tindakan pada siklus I menjadi 62% lalu pada siklus II menjadi 77%.

Kemampuan AR hanya memiliki kemampuan 20% menjadi 54% setelah

diberikan tindakan pada siklus I, hasil yang diperoleh meningkat menjadi 85%

setelah diberikan tindakan pada siklus II. Terjadi peningkatan yang signifikan

terhadap AR sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman

konsep nilai tempat bilangan dapat ditingkatkan melalui media blok dienes.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada

permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai

tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk

meningkatkan pemahaman konsep nilai tempat bilangan dengan menggunakan

media blok dienes, sedangkan peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran

layang-layang bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

39

2. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Dita Risfamelia yang berjudul “Efektivitas Media Dedak-Dedak untuk

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Nilai Tempat Bilangan Bagi Anak

Berkesulitan Belajar Matematika”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dengan menggunakan Media Dedak-Dedak dapat meninggkatkan kemampuan

mengenal nilai tempat bilangan bagi anak berkesulitan belajar matematika

dengan presentase pada kondisi baseline A1 hanya 10% dan pada kondisi B

setelah diberikan tindakan dengan menggunakan media dedak-dedak

meningkat menjadi 90% dan pada baseline A2 yaitu 100%.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada

permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai

tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk

meningkatkan kemampuan mengenal konsep nilai tempat bilangan dengan

menggunakan media dedak-dedak, sedangkan peneliti ingin mengembangkan

media pembelajaran layang-layang bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.

3. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Rita Novita dan Mulia Putra yang berjudul “Peran Desain Learning

Trajectory Nilai Tempat Bilangan Berbantukan Video Animasi Terhadap

Pemahaman Konsep Nilai Tempat Siswa Kelas II SD”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa learning trajectory dapat memberi kesempatan siswa

untuk menemukan kembali (reinvent) dan memahami konsep nilai tempat.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada

permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

40

tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk

memberikan pemahaman konsep nilai tempat dengan menggunakan peran

learning trajectory dengan berbantukan video animasi, sedangkan peneliti ingin

mengembangkan media pembelajaran layang-layang bilangan pada konsep nilai

tempat bilangan.

4. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Gluck dalam Nagel, dkk yang berjudul “Students' Explanations of Place

Value in Addition and Subtraction”. Hasil penelitian Gluck dalam Nagel, dkk

(1998) bahwa:

Finds that working with numbers in both concrete and symbolic

forms helps students acquire an understanding of place value.

Active involvement in these experiences creates valuable learning

opportunities for young children. Discussions and activities that

focus on trading, exchanging, and regrouping, along with a shared

language of these mathematical processes, expose children to

experiences that help develop vocabulary and construct meaning

for place value.

Jadi, hasil penelitian Gluck dalam Nagel, dkk (1998) menunjukkan dengan

melibatkan siswa untuk bekerja dengan angka dalam bentuk konkret dan simbolis

membantu siswa memperoleh pemahaman tentang nilai tempat. Keterlibatan aktif

dalam pengalaman ini menciptakan peluang pembelajaran yang berharga bagi

anak-anak. Diskusi dan kegiatan yang berfokus pada perdagangan, pertukaran,

dan pengelompokan kembali secara bersama dengan menggunakan bahasa yang

sama dari proses matematika ini, memaparkan anak-anak pada pengalaman yang

dapat membantu mengembangkan kosakata dan membangun makna untuk nilai

tempat.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

41

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada

permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai

tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk

memberikan pemahaman konsep nilai tempat dengan melibatkan siswa untuk

bekerja dengan angka dalam bentuk konkret dan simbolis melalui diskusi dan

kegiatan perdagangan, pertukaran, dan pengelompokan kembali secara bersama

dengan bahasa yang sama, sedangkan peneliti ingin mengembangkan media

pembelajaran layang-layang bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.

5. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Mc Guire & Mable yang berjudul “Analysis of Place Value Instruction

and Development IN Pre-Kindergarten Mathematics”. Hasil penelitian Mc

Guire dan Mable (2013) bahwa:

Research at the pre-kindergarten (Pre-K) level is limited.

Providing an overview of two-digit place value instruction in Pre-

K and describes the component parts of a research based math

curriculum, My Teaching Partner Math (MTP Math). The results

of a video analysis of classroom interactions across four MTP

Math place value activities facilitated by two high quality teachers.

Particular attention is given to the primary conceptual hurdles

faced by students, as well as the scaffolding strategies employed by

teachers. Results indicate that students possess a conceptual

understanding of the ones place prior to the tens place and initially

struggle the concept of unitizing groups of ten.

Jadi, hasil penelitian Mc Guire & Mable (2013) menunjukkan dengan

memberikan gambaran tentang instruksi nilai tempat dua digit yang

menggambarkan bagian komponen dari penelitian berbasis kurikulum matematika

yaitu My Teaching Partner Math (MTP Matematika) di Pra Taman Kanak-Kanak

menunjukkan hasil bahwa siswa dapat memiliki pemahaman konseptual tentang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

42

nilai tempat sebelum tempat puluhan dan awalannya yang mengemban konsep

unitisasi kelompok sepuluh.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada

permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai

tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk

memberikan pemahaman konseptual nilai tempat dengan menggunakan My

Teaching Partner Math (MTP Matematika) di Pra Taman Kanak-Kanak. My

Teaching Partner Math yaitu teknik yang diterapkan pada pembelajaran

matematika yang difasilitasi oleh dua orang guru berkualitas tinggi dengan

memberikan perhatian khusus terhadap rintangan konseptual utama yang dihadapi

oleh siswa, serta strategi perancah yang digunakan oleh guru agar siswa memiliki

pemahaman konseptual mengenai nilai tempat bilangan, sedangkan peneliti ingin

mengembangkan media pembelajaran layang-layang bilangan pada konsep nilai

tempat bilangan.

6. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Thompson yang berjudul “The Influence of Structural Aspects of The

English Counting Word System on The Teaching and Learning of Place

Value”. Hasil penelitian Fuson & Briars dalam Thompson (1998)

menunjukkan bahwa:

“Thirty-six children in the sample had produced evidence of

successful mental calculation with two-digit numbers”.

Pendekatan yang dapat digunakan terhadap pengajaran nilai tempat untuk

anak-anak kelas satu dan dua yaitu dengan pengajaran operasi yang melibatkan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

43

angka dua dan tiga digit (angka multi-digit). Menurut Fuson & Briars dalam

Thompson (1998) bahwa:

The teaching of operations involving two- and three-digit numbers

(multi-digit numbers). They argue that the English spoken system

of number words constitutes a “named-value” system for the

values of hundred, thousand and million. In such a system a

number word is spoken and then the word immediately following it

gives its value. For example, in the number “four thousand eight

hundred”, the thousand gives the value of the four, so that the

reader knows that it is not four tens that are being referred to. In a

similar way the hundred gives the value of the eight. The authors

contrast this with the system of written multi-digit number marks,

which they describe as a “positional base-ten” system wherein the

values which were explicitly named in the spoken system are now

implicitly indicated by the relative positions of the number mark.

Jadi, hasil penelitian Thompson (1998) menunjukkan sebanyak tiga puluh

enam sampel membuktikan telah sukses dengan menggunakan penghitungan

mental melalui pendekatan pengajaran operasi yang melibatkan angka dua digit

pada pembelajaran nilai tempat bilangan.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada

permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai

tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk

membangun struktur konseptual nilai tempat dengan menggunakan pengajaran

operasi yang melibatkan angka dua dan tiga digit (angka multi-digit) sistem nilai-

bernama untuk nilai-nilai seratus, seribu, dan juta. Dalam sistem semacam itu,

kata nomor diucapkan dan kemudian kata segera setelah itu memberikan nilainya.

Misalnya, dalam angka empat ribu delapan ratus, seribu memberi nilai empat,

sehingga pembaca tahu bahwa itu bukan empat puluh yang sedang dirujuk.

Melalui cara yang sama, seratus memberi nilai delapan. Hal ini dapat

mengontraskan sistem tanda angka multi-digit tertulis, yang mereka gambarkan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

44

sebagai sistem pangkat dasar sepuluh dimana nilai-nilai yang secara eksplisit

dinamai dalam sistem lisan dan secara implisit ditunjukkan oleh posisi relatif dari

tanda angka, sedangkan peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran

layang-layang bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.

7. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Costello (2016) yang berjudul “MB4T (Mathematics By And For

Teachers): Teaching Place Value Through The Operations”. Hasil penelitian

Costello (2016) bahwa:

When working with the four operations in the classroom, I use

problems that provide a context, a problem to engage with, and a

purpose. However, for this article, with brevity being important, I

will focus on the actual procedure of the operation, not identifying

an operation or relating the response back to the problem. In

addition to this, I would like to preface that for the following

problems, it may be useful to approach a place value by the

number of units (e.g., 8000 is 8 x 1 thousand) or expanded form

(e.g., 345 = 300 + 40 + 5). In the four work samples above, there

is evidence as to how place value was applied to solve the

operations. In each of the problems, the numbers were

decomposed into units (ones, tens, hundreds, thousands, tenths) for

the purpose of strengthening place value while adding,

subtracting, multiplying, and dividing. We are solving problems by

place value rather than procedure. In this way, students continue

to develop their understanding of numbers versus rote process of

an algorithm.

Jadi, hasil penelitian Costello (2016) menunjukkan dengan menggunakan

pengajaran nilai tempat melalui prosedur operasi. Melalui cara tersebut siswa

dapat terus mengembangkan pemahaman mengenai angka dibandingkan dengan

proses hafalan dari suatu logaritma.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada

permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

45

tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk

memecahkan masalah nilai tempat melalui prosedur operasi yaitu menggunakan

prosedur operasi yang sebenarnya dan tidak mengidentifikasi operasi atau

menghubungkan kembali dengan masalah, tetapi masalah tersebut akan berguna

dengan menggunakan pendekatan nilai tempat dengan jumlah unit angka misalnya

(8000 = 8 x 1000) atau dengan bentuk yang diperluas misalnya (345 = 300 + 40 +

5). Melalui cara tersebut siswa dapat terus mengembangkan pemahaman

mengenai angka dibandingkan dengan proses hafalan dari suatu logaritma,

sedangkan peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran layang-layang

bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.

8. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Freeman (2018) yang berjudul “An Alternative Tool For Teaching Place

Value”. Hasil penelitian Freeman (2018) bahwa:

There was a similar result in an intervention group of 8- and 9-

year-old children. A child who counted 30 times on her Angers at

the pre-intervention stage when posed with the question 25 + 30,

scored as well as the best performer in the control group,

obtaining 90% in the post-intervention test, up from 60%. Another

significant change was noted in a boy within the intervention

group who could only answer 10 + 7 at the pre-intervention stage,

with a score of 28%. He subsequently scored 75% on the post-

intervention test where he completed all sums mentally. Prior to

the intervention, he explained that he was not sure of numbers

beyond one hundred.

Jadi, hasil penelitian Freeman (2018) menunjukkan dengan

menggunakan alat operasi soroban pada kelompok intervensi anak usia 8 dan 9

tahun. Seorang anak yang menghitung 30 kali pada Angers-nya pada tahap pra-

intervensi ketika diajukan dengan pertanyaan 25 + 30, mencetak gol serta pemain

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

46

terbaik dalam kelompok kontrol, memperoleh 90% dalam tes pasca-intervensi,

naik dari 60%. Perubahan signifikan lainnya tercatat pada anak laki-laki dalam

kelompok intervensi yang hanya bisa menjawab 10 + 7 pada tahap pra-intervensi,

dengan skor 28%. Dia kemudian mencetak 75% pada tes pasca-intervensi di mana

ia menyelesaikan semua jumlah mental. Sebelum intervensi, dia menjelaskan

bahwa dia tidak yakin jumlahnya melebihi seratus.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada

permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai

tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk

memecahkan masalah nilai tempat dengan menggunakan alat operasi soroban

yaitu misalnya dengan cara mendorong 4 manik-manik bawah ke atas pada batang

ratusan yang ada pada alat operasi soroban berarti kita menghitung 400 karena

masing-masing manik-manik memiliki nilai 100. Setiap manik atas di atas bar

tengah bernilai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan manik-manik bawah.

Misalnya, mendorong manik atas ke bawah pada batang unit berarti kita

menghitung lima. Ketika anak-anak sudah familiar dengan nilai manik-manik di

sebelah kiri batang unit, mengenai pengenalan tempat desimal akan lurus ke

depan menggunakan batang di sebelah kanan unit/batang. Contoh lain misalkan

anak-anak dapat melihat bahwa 13 terbuat dari 10 dan 3. Jika mereka perlu

menambahkan 10 lagi, mereka dapat dengan cepat menambahkan pada puluhan

dari puluhan pada batang puluhan tanpa harus menghitung 10 unit, untuk sampai

pada 23 sehingga siswa dapat memahami dengan mudah menyelesaikan soal nilai

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

47

tempat, sedangkan peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran layang-

layang bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.

D. Kerangka Pikir

Penggunaan media pembelajaran dapat membantu guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mudah dalam

memahami materi yang disampaikan oleh guru. Media pembelajaran yang

digunakan sebagai alat untuk menyampaikan materi yang akan diberikan kepada

siswa harus menggunakan media yang menarik dan cocok dengan materi yang

akan disampaikan, sehingga siswa akan lebih tertarik, akan timbul rasa penasaran

untuk mempelajari materi tersebut, materi yang tadinya bersifat abstrak dapat

menjadi konkrit dan akan membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam

pembelajaran.

Berdasarkan hambatan yang ditemui di lapangan bahwa dalam

pembelajaran matematika pada konsep nilai tempat bilangan siswa kurang

memahami materi konsep nilai tempat bilangan dan harus dijelaskan secara

berulang-ulang terutama kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Selain

itu, guru mengalami hambatan dan keterbatasan dalam membuat media

pembelajaran, sehingga pada pembelajaran materi konsep nilai tempat bilangan

guru hanya menggunakan media seadanya dengan memanfaatkan media yang ada

di lingkungan sekitar seperti batu, lidi, dan korek api serta respon siswa pada saat

pembelajaran ada yang aktif dan ada yang masih belum aktif.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

memecahkan permasalahan tersebut yaitu dengan mengembangkan media layang-

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

48

layang bilangan. Media pembelajaran layang-layang bilangan ini dapat membantu

guru dalam menyampaikan materi pelajaran konsep nilai tempat bilangan agar

siswa dapat lebih mudah memahami konsep nilai tempat bilangan ratusan,

puluhan, dan satuan.

Dengan adanya media pembelajaran ini siswa dapat secara langsung

mendapatkan pengalaman belajar karena siswa terlibat secara langsung untuk

mencoba mempraktekkan penjabaran konsep nilai tempat bilangan dengan cara

menggunakan media pembelajaran layang-layang bilangan. Oleh karena itu,

adanya media pembelajaran layang-layang bilangan diharapkan dapat memotivasi

guru untuk membuat media pembelajaran yang lebih menarik, membuat peserta

didik menjadi lebih aktif, menyenangkan dalam proses pembelajaran dan siswa

menjadi lebih memahami materi konsep nilai tempat bilangan sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan yaitu kelayakan

media pembelajaran layang-layang bilangan. Dalam penelitian ini akan dilakukan

validasi dan revisi produk. Validasi akan dilakukan oleh ahli materi, ahli media,

dan guru. Kemudian akan dilakukan revisi produk berdasarkan saran dan masukan

dari ahli materi, ahli media, dan guru. Setelah dilakukan revisi, maka media

pembelajaran layang-layang bilangan akan diuji coba di lapangan. Uji coba

tersebut dilakukan sebanyak tiga tahap yaitu uji coba satu-satu, uji coba kelompok

kecil, dan uji coba kelompok besar. Berdasarkan hasil pengamatan dan saran yang

diberikan oleh siswa dan guru dari setiap uji coba maka akan dilakukan revisi

kembali untuk perbaikan media pembelajaran layang-layang bilangan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

49

Untuk mengetahui efektivitas media pembelajaran layang-layang bilangan,

maka akan dilakukan uji efektivitas media dengan menggunakan uji N-Gain dan

uji Paired Sampel T-test. Uji efektivitas ini bertujuan untuk mengetahui

signifikansi perbedaan pembelajaran pada materi konsep nilai tempat bilangan di

SDN 2 Singaparna antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menggunakan

media pembelajaran layang-layang bilangan berbantuan adobe flash cs6. Berikut

ini kerangka pikir pengembangan media pembelajaran layang-layang bilangan

pada konsep nilai tempat bilangan:

Gambar 2.

Alur Kerangka Pikir Penelitian

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a

50

E. Hipotesis Penelitian

Pengembangan media pembelajaran dalam pembelajaran matematika

dapat membantu siswa untuk memahami dan mengenalkan konsep dan simbol

matematika dari yang tadinya bersifat abstrak menjadi konkret sesuai dengan taraf

berpikir siswa yaitu operasional konkret. Siswa kelas II SD termasuk ke dalam

taraf berpikir operasional konkret karena berada pada rentan usia 7-11 tahun.

Anak usia SD lebih menyukai belajar secara langsung dan belajar sambil bermain.

Selain itu, anak SD lebih menyukai gambar-gambar dengan warna-warna yang

menarik. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa media pembelajaran layang-

layang bilangan berbantuan adobe flash cs6 pada konsep nilai tempat bilangan

layak untuk digunakan pada pembelajaran materi konsep nilai tempat bilangan di

SDN 2 Singaparna. Selain itu, media pembelajaran layang-layang bilangan

berbantuan adobe flash cs6 efektif untuk digunakan pada konsep nilai tempat

bilangan di SDN 2 Singaparna. Adapun hipotesis statistik pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah

menggunakan media pembelajaran layang-layang bilangan berbantuan

adobe flash cs6 pada konsep nilai tempat bilangan di SDN 2 Singaparna.

Ha : Terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah

menggunakan media pembelajaran layang-layang bilangan berbantuan

adobe flash cs6 pada konsep nilai tempat bilangan di SDN 2 Singaparna.

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak dengan taraf signifikan 0,05.

Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan taraf signifikan 0,05.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--