Upload
vuongthu
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu ( ASI )
1. Pengertian ASI Eksklusif
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kelenjar mamae dari
ibu, yang berguna sebagai makanan bayi. Dalam ASI terkandung zat-zat
gizi diperlukan bagi bayi untuk pertumbuhan dan mengandung zat-zat
kekebalan yang sangat penting untuk mencegah timbulnya penyakit, serta
mudah dicerna oleh pencernaan bayi. Dengan demikian ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi, oleh sebab itu setiap bayi setidaknya berhak
memperoleh ASI (Riadi, 1997).
ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja kepada bayi umur 0-6
bulan tanpa makanan tambahan atau minuman apapun (termasuk air putih)
kecuali obat (Depkes RI, 1998).
Maksud dari ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim.
Pemberian ini dianjurkan untuk diberikan setidaknya selama 4 bulan,
tetapi bila mungkin sampai 6 bulan ( Roesli, 2000 ).
8
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
9
ASI yang dikeluarkan pertama kali mengandung banyak protein
yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang
pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara. Dimana ASI mengandung
lebih banyak protein, immunoglobulin, mineral dan vitamin tetapi sedikit
mengandung lemak dan hidrat arang. Kolostrum merupakan cairan yang
berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu
yang matur yang dihasilkan oleh payudara pada hari pertama sampai hari
ke empat (Soetjiningsih, 1997).
2. Kandungan ASI
Menurut Muchtadi (2002) di dalam ASI banyak mengandung zat-
zat yang diperlukan bagi tubuh, antara lain :
1. Zat Anti Infeksi, seperti :
1) Immunoglobulin (Ig) terutama immunoglobulin A ( Ig A ) terdapat
banyak dalam kolostrum dan lebih sedikit dalam ASI. Ig A tidak
akan diserap oleh usus, tetapi akan beraksi dalam usus terhadap
bakteri dan virus tertentu. Immunoglobulin dalam ASI merupakan
zat yang dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit alergi.
2) Laktoferin, merupakan suatu protein yang mengikat zat besi ASI.
Zat besi yang terikat tersebut tidak dapat digunakan oleh bakteri-
bakteri usus yang berbahaya. Oleh karena itu, pemberian zat besi
tambahan kepada bayi yang disusui harus dicegah, karena dapat
mempengaruhi daya perlindungan yang diberikan oleh laktoferin.
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
10
3) Lisosim, suatu enzim yang terdapat dalam ASI yang dapat
menghancurkan bakteri-bakteri berbahaya dan juga mempunyai
sifat melindungi terhadap serangan bermacam-macam virus.
4) Sel-sel darah putih selama dua minggu pertama. ASI mengandung
sampai 4000 sel-sel darah putih per mililiter. Sel-sel ini ditemukan
mengeluarkan Ig A, lisosim dan interferon. Interferon adalah suatu
senyawa yang dapat menghambat aktifitas beberapa macam virus.
5) Faktor bifidus, merupakan suatu karbohidrat yang mengandung
nitrogen, diuperlukan untuk pertumbuhan bakteri lactobacillus
bifidus, dimana bakteri ini memproduksi asam laktat dari laktosa
yang dapat menghambat bakteri-bakteri yang berbahaya.
2. Protein
Protein adalah bahan baku untuk tumbuh, kualitas protein sangat
penting selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saat ini
pertumbuhan bayi paling cepat. ASI mengandung protein khusus yang
dirancang untuk pertumbuhan bayi manusia. Protein ASI yang utama
adalah whey, dimana whey ini lebih mudah dicerna oleh bayi.
3. Lemak
Lemak yang terkandung dalam ASI adalah asam lemak esensial yaitu
berupa asam lemak linoleat dan asam alfa linoleat. Kedua asam lemak
ini dalam tubuh bayi diubah menjadi DHA dan AA.
4. Laktosa (gula susu)
Laktosa merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
11
susu murni. Sebagai tambahan bagi fungsinya sebagai sumber energi,
didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat.
Didalam usus, asam laktat ini membantu mencegah pertumbuhan
bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium
serta mineral-mineral lainnya.
5. Kalsium
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi, tetapi
karena lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan
bayi.
3. Manfaat ASI
a. Manfaat bagi bayi
1) ASI mengandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi
dengan konsentrasi yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.
3) ASI mengandung berbagai zat penolak yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi.
4) ASI lebih aman dari kontaminasi.
5) ASI dapat menjadi perantara untuk menjalin hubungan kasih
sayang antara ibu dan anak.
6) Temperatur ASI sesuai dengan temperatur tubuh bayi
7) Kemungkinan bayi tersedakASI lebih kecil sekali karena payudara
ibu telah diciptakan sedemikian rupa.
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
12
b. Manfaat bagi ibu
1) Menyusui merangsang involusi uterus
2) Menjarangkan kehamilan
3) Ibu yang menyusui akan lebih cepat pulih atau turun berat
badannya dari berat badan yang bertambah semasa kehamilan.
4) Mempunyai keuntungan psikologis yaitu timbul rasa dibutuhkan
dan rasa bangga.
B. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
1. Pengertian MP-ASI
Bertambahnya usia seorang bayi selalu disertai dengan
meningkatnya kebutuhan akan makanan yang berbeda jenisnya. Bagi
bayi yang berusia 0-6 bulan, pemberian ASI dapat mencukupi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya, mengingat ASI merupakan sumber
zat gizi yang sangat baik untuk bayi. Setelah bayi berusia 6 bulan, ASI
tidak mencukupi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu bayi perlu
mendapat makanan pendamping agar gizinya dapat terpenuhi.
MP-ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi selain ASI,
sebagai penambah kekurangan dari ASI. Setelah usia bayi 6 bulan perlu
diperkenalkan makanan pendamping untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi yang meningkat. Bayi membutuhkan zat-zat gizi yang tinggi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya (Husaini, 1999).
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
13
Dari definisi diatas dapat dikatakan, MP-ASI sama dengan makanan
tambahan. Makanan padat sebagai salah satu makanan tambahan adalah
makanan yang lebih padat daripada susu yaitu bubur susu atau nasi tim.
Makanan ini diberikan apabila jumlah ASI sudah tidak mampu mencukupi
kebutuhan bayi lagi. Pemberian makanan tambahan harus memperhatikan
jumlah dan macam makanan tersebut. Selain itu harus disesuaikan dengan
kebutuhan menambah dan melengkapi nutrien, serat dan selera bayi.
Jangan dipaksakan karena dapat menyebabkan gangguan nafsu makan.
Untuk pemberian makanan yang berkualitas dan berkuantitas yang baik
juga sangat penting dari pertumbuhan bayi (Pudjiadi, 1995).
2. Tujuan Pemberian MP-ASI
Tujuan pemberian makanan pendamping adalah sebagai komplemen
terhadap ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein dan zat- zat gizi
lain (vitamin dan mineral) untuk tumbuh dan berkembang secara normal
(Muchtadi, 2002).
MP-ASI selain sebagai pelengkap makanan bayi juga berguna untuk
melatih dan membiasakan bayi terhadap makanan yang dimakan
dikemudian hari. Makanan tambahan juga berguna untuk memenuhi
kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi untuk keperluan pertumbuhan dan
perkembangan bayi, jadi makanan tambahan diharapkan dapat menambah
energi, protein, vitamin dan mineral. Disebabkan untuk menambah energi
dan gizi (Riadi, 1997).
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
14
3. Syarat MP-ASI
Dalam penyusunan standar MP-ASI sebaiknya berpedoman kepada
konsep umum ASI dengan mempertimbangkan syarat mutu, antar lain :
a. Padat gizi dan seimbang, yaitu kaya energi, cukup protein dengan
mutu tinggi, perbandingan karbohidrat dan lemak berimbang,
kandungan lemak mampu mencukupi kebutuhan asam lemak jenuh
dan tak jenuh, cukup vitamin dan mineral, batasi kandungan serat
kasar, gula dan garam cukup untuk memberi rasa serta bersifat
penambahan gizi serta bersifat penambahan gizi ASI, dan tercapai
kebutuhan gizi sehari.
b. Dapat diterima dengan baik, yaitu disukai, dibutuhkan dan terjangkau,
memenuhi nilai sosial ekonomi, budaya dan agama, serta berakar pada
tradisi yang baik.
c. Aman dikonsumsi, yaitu bebas dari gangguan organisme patogen,
bebas dari racun dan bahan-bahan berbahaya.
Codex Alimentarius Comissioin (1991) telah mempersyaratkan
ditetapkan MP-ASI harus mencukupi kandungan energi minimum 400
kkal/100 gram, protein 15 gram/100 gram dengan skor asam amino 70%
kasein, lemak 10-25 gram/100 gram, asam linoleat 1,4 gram/100 gram
serat kasar maksimum 5 gram/100 gram. Selain itu produk MP-ASI
seringkali ditambahkan berbagai jenis vitamin dan mineral antara lain :
vitamin A, D, E, C, B1, B2, B6, folat, B12 mineral Ca, Fe, iodine dan Zn
(Handajani, 2005).
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
15
Menurut WHO (2003) makanan tambahan yang baik adalah :
a. Kaya energi, protein dan mikronutrient (terutama zat besi, zink,
kalsium, vitamin A, vitamin C , Folat)
b. Bersih dan aman
1) Tidak ada patogen (misal, tidak ada bakteri penyebab penyakit
atau organisme berbahaya lainnya)
2) Tidak ada bahan kimia berbahaya atau toksin
3) Tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras yang membuat
anak tersedak
4) Tidak terlalu panas
c. Tidak terlalu pedas atau asin
d. Mudah dimakan oleh anak
e. Disukai anak
f. Tersedia didaerah sekitar, harganya terjangkau dan mudah disiapkan
C. Usia Pemberian MP-ASI
MP-ASI diberikan pada bayi selainASI, untuk memenuhi kebutuhan
gizi anak mulai usia 6 bulan (Husaini, 1999). Ketika bayi tumbuh kembang,
diet susu tidak cukup untuk menyokong pertumbuhannya. Bayi
membutuhkan nutrisi tambahan sejak usia 6 bulan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
16
Pemberian makanan padat sebagai makanan tambahan dahulu
diberikan seawal mungkin. Tetapi setelah adanya laporan mengenai bahaya
pada bayi maka dianjurkan untuk tidak memberikan makanan tambahan
sebelum bayi berumur 6 bulan (Riadi, 1997).
Makanan bayi yang utama adalah ASI karena ASI mengandung hampir
semua zat gizi dengan komposisi sesuai kebutuhan bayi tetapi kecukupan
komposisinya hanya sampai usia 6 bulan. Cadangan vitamin dan mineral
dalam tubuh bayi yang didapat dari ibu semasa dalam kandungan dan
selama usia 3 bulan sejak lahir sudah menurun, sedangkan dari ASI
kandungan vitamin A dan C serta zat besi sudah tidak begitu tinggi. Karena
itu sejak usia 6 bulan sudah perlu diberikan makanan tambahan yang
mengandung vitamin dan mineral, selain tetap memberikan ASI
Pada usia 6 bulan pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian MP-ASI
harus setelah usia 6 bulan, karena jika diberikan terlalu dini akan
menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami gangguan pencernaan atau
diare. Sebaliknya bila MP-ASI diberikan terlambat akan mengakibatkan
anak akan kurang gizi bila terjadi dalam waktu panjang (Soenardi,1999).
D. Tahapan pemberian MP-ASI
Tahapan pemberian MP-ASI menurut Wijaya (2002) adalah sebagai berikut :
a. Makanan bayi 0 – 6 bulan
Hanya di berikan ASI, Karena ASI saja sudah dapat memenuhi
kebutuhan gizi dan kolostrom harus di berikan.
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
17
b. Makanan bayi umur 6 – 7 bulan
Pemberian ASI di teruskan dan mulai di perkenalkan MP – ASI berbentuk
lunak halus karena bayi belum memiliki reflek mengunyah. Makanan
dapat berupa buah (pisang, pepaya, tomat), bubur, susu, biskuit di tambah
susu secara bergantian
c. Makanan bayi umur 7 – 9 bulan.
ASI tetap di berikan, mulai di perkenalkan makanan, lumat, karena alat
pencernaan bayi sudah mulai berfungsi, jenis makanan beupa buah,
makanan lembek (nasi tim saring).
d. Makanan bayi umur 9-12 bulan
ASI tetap diberikan, jenis makanan berupa nasi lumat, nasi tim kasar, dan
sudah perlu diperkenalkan jenis makanan yang beragam seperti lauk pauk
dan sayuran.
e. Makanan anak umur 12 bulan keatas
ASI tetap diberikan dengan frekuensi lebih kecil, makanan yang diberikan
seperti makanan orang dewasa tetapi tidak menggunakan bumbu yang
merangsang.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI
1. Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu sebenarnya bukan satu-satunya faktor yang
menentukan kemampuan ibu dalam menyusui dan menyiapkan hidangan
bergizi. Namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan ibu
menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh, secara biologi ibu adalah
sumber hidup anak. Anak-anak dari ibu yang mempunyai latar belakang
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
18
pendidikan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan hidup serta tumbuh
lebih baik. Keterbukaan mereka untuk menerima perubahan atau hal baru
guna pemeliharaan kesehatan anak merupakan suatu penjelasannya.
Tingkat pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindak tanduknya
dalam menghadapi beberapa masalah (Satoto, 1992)..
Tingkat pendidikan formal merupakan faktor yang ikut menentukan
mudah tidaknya ibu menyerap dan memahami informasi gizi yang
diperoleh. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu, semakin mudah
ia menyerap informasi gizi dan kesehatan sehingga pengetahuan dan
kesehatannya akan baik. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi
dapat meningkatkan daya tangkap ibu terhadap adanya masalah gizi
didalam keluarga maupun mengambil tindakan secepatnya.
2. Tingkat Pengetahuan Ibu
Menurut Notoatmodjo (1997) dalam bukunya Ilmu Kesehatan
Masyarakat, menyatakan pengetahuan/kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan.
3. Sosial Budaya (tradisi)
Sosial budaya dalam arti sempit diartikan sebagai kebudayaan, adat
istiadat atau peradaban manusia. Kesemuanya itu akan mempengaruhi
tingkah laku seseorang. Indonesia kaya akan ragam budaya dan adat
istiadat, kebudayaan yang sudah turun temurun dari biasanya akan sangat
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
19
mendarah daging dalam kehidupan sesorang, sehingga sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku mereka. Sebagai akibatnya mereka akan sangat sulit
menerima masukan dari dunia luar (Depkes RI, 1999)
Di daerah pedesaan (Jawa dan Lombok) kebanyakan masyarakat
memberikan nasi atau pisang sebagai makanan dini sebelum bayi berusia 4
bulan. Bahkan pemberian tersebut dilakukan beberapa saat setelah bayi
lahir. Penyebabnya adalah suatu kebiasaan (cultural) masyarakat yaitu
adanya kekerabatan sosial dari tetangga yang datang pada waktu seorang
ibu melahirkan dan mereka memberikan nasi, madu, ataupun kelapa muda
pada bayi tersebut, dengan alasan kepercayaan tertentu (Wiryo, 2002).
Pemberian makanan tambahan yang sangat dini sudah menjadi
tradisi yang sangat kuat dikalangan masyarakat, yang didasari atas
pertimbangan kompleks ibu-ibu tentang kebutuhan makanan anak.
Semakin anak kelihatan sehat, semakin jarang anak disusi , semakin tinggi
kesempatan untuk mendapatkan makanan tambahan (Satoto, 1992).
4. Ekonomi (pendapatan) keluarga
Pada keadaan sosial ekonomi yang kurang memuaskan, perlu
dikenalkan makanan tambahan setempat yang terjangkau keluarga. Di
negara-negara industri, hal ini terjadi terutama pada golongan sosial
ekonomi yang paling rendah. Jika dalam keluarga semacam itu ibunya
bekerja di luar rumah dan tidak dapat melanjutkan menyusui anakanya,
penghasilannya mungkin terlalu rendah untuk memungkinkannya
menggunakan menu yang disesuaikan. Dalam hal semacam ini menu yang
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
20
dibuat sendiri di rumah adalah cocok untuk pengenalan makanan
tambahan. Demikian pula, pada penduduk yang kurang mampu di negara
yang sedang berkembang, jika pemberian ASI dihentikan pada saat yang
dini, penggunaan makanan bayi buatan sendiri dan makanan tambahan
adalah sangat penting (Suhardjo, 1992)
5. Sikap ibu
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan kondisi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb salah satu ahli psikologi
sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak dan merupakan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan ” predisposisi ”
tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2003).
Ada 3 tahap perubahan sikap dimana pada masing-masing tahap
peneriman atau penolakan terhadap hal yang baru, yang ada pada
gilirannya akan mempengaruhi terjadi atau tidaknya perubahan sikap
tersebut, adalah :
a. Perhatian (attention) ; subyek dalam tahap ini melihat atau mendengar
sesuatu yang baru
b. Pengertian ( comprehension ) : subyek mengerti hal yang baru itu
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
21
c. Pengalaman ( yielding ) : subyek mulai mengamalkan apa yang sudah
diketahui dan dimengertinya itu
Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen
pokok, yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek
c. Kecenderungan untuk bertindak ( trend to behave )
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh ( total attitude ). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
berfikir dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003).
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan, yaitu :
a. Menerima ( receiving )
Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya, sikap ibu
terhadap program makanan tambahan dilihat dari segi kesediaan dan
perhatian ibu terhadap penyuluhan-penyuluhan tentang program
makanan tambahan.
b. Merespon ( responding )
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
22
mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti oarang menerima ide tersebut.
c. Menghargai ( valuing )
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu sikap tingkat
tiga. Misalnya, ibu-ibu yang telah mendapatkan penyuluhan tentang
makanan tambahan mau membagi informasi tersebut kepada keluarga
yang lain adalah suatu bukti bahwa keluarga tersebut telah mempunyai
sikap positif terhadap program makanan tambahan.
d. Bertanggung jawab ( responsible )
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
6. Motivasi
Motivasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan dan pembangnkit tenaga pada seseorang dan sekelompok
masyarakat agar mau bekerja dan bekerjasama secara optimal sesuai
dengan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Purwanto, 1998).
Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang
menuju sebuah tujuan. Kata motivasi berasal dari bahasa latin movere,
yang bermakana bergerak. Namun motivasi melibatkan lebih dari sekedar
gerakan fisik dan mental (Walgito, 2002).
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
23
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan-kebutuhan pribadi
b. Tujuan-tujuan dan persepsi-persepsi orang atau kelompok yang
bersangkutan
c. Cara dengan apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan tersebut
akan direalisasikan
Macam-macam motivasi :
a. Motivasi instrinsik
Adalah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa
dirangsang dari pihak luar, misal : Seorang ibu memberikan ASI
kepada bayinya tanpa ada dorongan dari pihak luar.
b. Motivasi ekstrinsik
Adalah motivasi yang datang karena adanya rangsangan dari pihak
luar, misalnya : seorang ibu memberikan MP-ASI kepada bayinya
karena terpengaruh iklan makanan pendamping ASI.
7. Dukungan suami
Setiap manusia ditakdirkan untuk berpasang-pasangan, dalam hal ini
didalam menjalani kehidupan seorang istri sangat membutuhkan
keberadaan maupun peran serta seorang suami, dukungan dari keluarga
atau orang terdekat (suami) akan memberikan cinta dan perasaan
berbagai beban, kemampuan berbicara kepada seseorang dan
mengekpresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam
menguasai keadaan ( Ingela, 1999).
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
24
Dukungan keluarga khususnya suami dapat melemahkan dampak
stress atau tekanan yang disebut efek penyangga dan secara langsung
memperkokoh kesehatan mental individu dan keluarga (Ingela, 1999).
Dukungan keluarga (suami) merupakan strategi koping penting
pada saat mengalami strees dan berfungsi sebagai strategi preventiv
untuk mengurangi strees dan konsekuensinya negatif (Friedman, 1998).
Dukungan suami dapat berupa antara lain :
a. Dukungan emosional atau psikologis
Dukungan ini dapat berupa perhatian, mendampingi dan menemani
istri pada saat menyusui bayinya.
b. Dukkungan informasi
Dukungan informasi suami yang diberikan adalah informasi-
informasi yang dibutuhkan tentang cara-cara menyusui bayinya yang
baik. Informasi tersebut dapat diperoleh secara langsung maupun
melalui majalah atau buku-buku tentang cara menyusui.
c. Dukungan penilaian
Dukungan penuilaian berupa penilaian yang positif dari suami
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada istri setelah
menyusui anaknya.
d. Dukungan financial
Dukungan financial adalah berupa keuangan atau dan untuk biaya
bayinya dan keluarga.
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
25
F. Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik bisa diamati
secara langsung maupun tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar.
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku terdiri dari :
1. Persepsi (Perception) adalah mengenal atau memilih berbagai obyek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil yang merupakan praktek
tingkat pertama, misalnya : ibu-ibu dapat memanfaatkan ASI dengan baik
dengan cara diberikan pada bayinya.
2. Respon terpimpin (Guided Respon) adalah dapat melakukan sesuatu sesuai
dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh yang merupakan
indikator praktek tingkat kedua, misal : seseorang ibu dapat memberikan
ASI pada anaknya sesuai dengan cara-cara yang benar.
3. Mekanisme (Mechanisme) adalah seseorang telah dapt sesuatu dengan
benar secara otomatis atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan, maka
dapat mencapai praktek tingkat tiga, misal : seorang ibu dapat lancar
dalam memberikan ASI pada bayinya dengan baik dan benar.
4. Adaptasi ( Adaptation) adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan, misal : seorang ibu dapat memberikan
ASI kepada anaknya sesuai dengan kebutuhan bayinya.
Pengukuran suatu perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu
dengan melakukan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
26
dilakukan. Pengukuran secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan
atau kegiatan seseorang.
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi
karena merupakan hasil dari resultasi dari berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat
terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, aspek psikis dan aspek sosial. Akan
tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam
mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia
sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, serta sikap
(Notoatmodjo, 2003). Dalam pemanfatan ASI sekarang banyak ibu-ibu yang
tidak mau memberikan ASI kepada bayinya dengan alasan ibu bekerja,
payudara sakit, air susu sedikit, hamil lagi, ibu bekerja dan pengaruh sosial
budaya, dengan keadaan ini menimbulkan rasa keraguan ibu untuk
memberikan ASI kepada bayinya.
Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor
baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan menurut
Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Lawrence Green ada 3 teori sebagai
penyebab masalah kesehatan, yaitu :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
27
pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Faktor-faktor ini terutama yang
positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor
pemudah.
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan
sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi.
Termasuk fasilitas pelayanan kesehatan, seperti : Puskesmas, Rumah
Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos obat desa, Dokter atau Bidan
praktik swasta. Faktor ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini
disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga
Undang-Undang, peraturan-peraturan baik pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat
masyarakat kadang-kadang bukan hanya memerlukan pengetahuan dan
sikap positif dan dorongan fasilitas saja, melainkan tokoh agama, para
petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu Undang-
Undang juga memperkuat perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari
adanya pengalaman seseorang serta faktor-faktor dari luar (lingkungan),
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
28
baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan
terssebut diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehinga menimbulkan suatu
motivasi, niat untuk bertindak, yang akhirnya terjadilah perwujudan niat
yang berupa perilaku.
Gambar.1. Skema perilaku
(Sumber Lawrence green, dalam Notoatmodjo (2003))
Eksternala. Pengalamanb. Fasilitasc. Sosio-budaya
(tradisi)
ResponPerilaku
Internala. Persepsib. Pengetahuanc. Keyakinand. Motivasie. Niatf. Sikap
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
29
G. Kerangka Teori
Gambar.2. Kerangka Teori
Sumber: Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), Kodyat (1998).
H. Kerangka Konsep
Gambar.3. Kerangka Konsep
Faktor Pemudah(Predisposing Faktor)- Persepsi- Motivasi- Tradisi- Sikap- Nilai- Pendidikan- Pengetahuan- Kepercayaan- Keyakinan
Faktor pemungkin(Enabling Faktor)- Fasilitas pelayanan
kesehatan- Lingkungan fisik
Faktor Pendorong- Perilaku petugas
kesehatan dan tokohmasyarakat
- Dorongan keluarga
Perilaku ibumemberikan MP-ASIpada usia dini
- Persepsi- Motivasi- Tradisi- Sikap- Dukungan
Perilaku ibu memberikanMP-ASI pada usia dini
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om
30
I. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah studi kualitatif alasan ibu memberikan
MP-ASI pada usia dini. Untuk menjelaskan variabel tersebut maka alasan ibu
dalam memberikan MP-ASI pada usia dini dapat dilihat dari 5 aspek yaitu :
persepsi tentang manfaat MP-ASI, motivasi pemberian MP-ASI, tradisi yang
berlaku didaerah setempat tentang pemberian MP-ASI, sikap ibu dalam
memberikan MP-ASI dan dukungan suami dalam memberikan MP-ASI.
PDF Cre
ate! 3
Tria
l
www.scan
soft.c
om