22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diare Rata rata pasien di rawat antara 3 hingga tujuh hari, namun juga tergantung dari berat ringannya diare yang dialami. Rata rata pasien yang terserang diare berumur 0 hingga umur 14 tahun. Penyebab utama dari penyakit diare adalah faktor makanan dan lingkungan. Biasanya terjadi jika kita mengabaikan pola hidup sehat. Penyakit diare bisa dicegah sejak dini, jika orang tua lebih proaktif terhadap anak dengan menerapkan pola hidup sehat. Misalnya cuci tangan sebelum makan. Penurunan berat badan dan gangguan gizi dapat menyebabkan diare menjadi lebih parah, lebih lama dan lebih sering terjadi, dibandingkan dengan kejadian diare pada anak yang tidak menderita gangguan gizi. Lingkaran setan ini dapat diputus dengan memberi makanan kaya gizi selama anak diare dan ketika anak sehat. Obat antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin. Antibiotik hanya bermanfaat pada anak dengan diare berdarah (kemungkinan besar shigellosis), suspek kolera, dan infeksi berat lain yang tidak berhubungan dengan saluran pencernaan, misalnya pneumonia. Obat anti- protozoa jarang digunakan. Obat-obatan “anti-diare” tidak boleh diberikan pada anak kecil dengan diare akut atau diare persisten atau disenteri. Obat- obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, malah dapat menimbulkan efek samping berbahaya dan terkadang berakibat fatal (WHO dan IDAI, 2011). Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tatalaksana anak dengan diare dan menentukan jumlah hari perawatan di rumah sakit. Selain itu frekuensi buang air besar (BAB) anak, lamanya diare terjadi (berapa hari), apakah ada darah dalam tinja dan apakah ada muntah. Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat, rewel atau gelisah, letargis/kesadaran berkurang, mata cekung, cubitan kulit perut kembalinya 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

  • Upload
    hahuong

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hari Rawat Penderita Diare

Rata rata pasien di rawat antara 3 hingga tujuh hari, namun juga

tergantung dari berat ringannya diare yang dialami. Rata rata pasien yang

terserang diare berumur 0 hingga umur 14 tahun. Penyebab utama dari

penyakit diare adalah faktor makanan dan lingkungan. Biasanya terjadi jika

kita mengabaikan pola hidup sehat. Penyakit diare bisa dicegah sejak dini, jika

orang tua lebih proaktif terhadap anak dengan menerapkan pola hidup sehat.

Misalnya cuci tangan sebelum makan.

Penurunan berat badan dan gangguan gizi dapat menyebabkan diare

menjadi lebih parah, lebih lama dan lebih sering terjadi, dibandingkan dengan

kejadian diare pada anak yang tidak menderita gangguan gizi. Lingkaran setan

ini dapat diputus dengan memberi makanan kaya gizi selama anak diare dan

ketika anak sehat. Obat antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin.

Antibiotik hanya bermanfaat pada anak dengan diare berdarah (kemungkinan

besar shigellosis), suspek kolera, dan infeksi berat lain yang tidak

berhubungan dengan saluran pencernaan, misalnya pneumonia. Obat anti-

protozoa jarang digunakan. Obat-obatan “anti-diare” tidak boleh diberikan

pada anak kecil dengan diare akut atau diare persisten atau disenteri. Obat-

obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak,

malah dapat menimbulkan efek samping berbahaya dan terkadang berakibat

fatal (WHO dan IDAI, 2011).

Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan

tatalaksana anak dengan diare dan menentukan jumlah hari perawatan di

rumah sakit. Selain itu frekuensi buang air besar (BAB) anak, lamanya diare

terjadi (berapa hari), apakah ada darah dalam tinja dan apakah ada muntah.

Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat, rewel atau gelisah,

letargis/kesadaran berkurang, mata cekung, cubitan kulit perut kembalinya

6

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

7

lambat atau sangat lambat, haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau

tidak bisa minum (WHO dan IDAI, 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi lama hari rawat diare adalah

sebagai berikut :

1. Jenis diare akut atau kronik

2. Frekuensi buang air besar (BAB) anak

3. Lamanya diare terjadi (berapa hari)

4. Darah penderita : normal atau ada kelainan fungsi ginjal

5. Urine : protein urine negatif atau protein urine positif

6. Apakah ada darah dalam tinja

7. Apakah ada muntah.

8. Kondisi dehidrasi ringan, sedang atau dehidrasi berat.

9. Balita rewel atau gelisah sehingga tidak bisa istirahat

10. Balita letargis/ kesadaran berkurang, mata cekung, cubitan kulit perut

kembalinya lambat atau sangat lambat.

11. Balita haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa

minum (WHO dan IDAI, 2011).

B. Diare

1. Definisi

Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair,

dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan diare bila

lebih dari 3 kali sedangkan neonatus dikatakan diare apabila lebih dari 4

kali buang air besar (Sudarti, 2010).

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya

frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( > 3 kali) disertai perubahan

konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir

(Suraatmadja, 2005).

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal

(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.

(Suharyono, 2008).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

8

2. Jenis-jenis diare

Jenis diare dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. Diare akut

Diare akut yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi yang

sebelumnya sehat.

b. Diare kronik

Diare kronik yaitu diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih

dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah

selama masa diare tersebut. Diare kronik sering dibagi menjadi :

1) Diare persisten yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi

2) Protacted diare yaitu diare yang berlangsung lebih dari minggu

dengan tinja cair dan frekuensi 4 kali atau lebih per hari

3) Diare intraktabel yaitu diare yang timbul akibat berulang kali

dalam waktu yang singkat.

4) Prolongid diare yaitu diare yang terjadi lebih dari 7 hari

5) Cromik non spesifik diare yaitu diare yang berlangsung lebih dari

3 minggu tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak

ada tanda-tanda infeksi maupun malabsorbsi (Suraatmadja,

2005).

3. Tanda klinis

Tanda klinis penyakit diare menurut Sudarti (2010) adalah sebagai

berikut :

a. Cengeng

b. Gelisah

c. Suhu meningkat

d. Nafsu makan menurun

e. Tinja cair, lendir kadang-kdang ada darahnya. Lama-lama darahnya

berwarna hijau asam

f. Anus lecet

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

9

g. Dehidrasi, bila terjadi dehidrasi berat maka volume darah akan

berkurang nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah

turun, kesadaran menurun dan akhirnya syok.

h. Berat badan turun

i. Turgor kulit menurun

j. Mata dan ubun-ubun cekung

k. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

4. Penyebab Diare

a. Infeksi

1) Enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang

merupakan penyebab utama terjadinya diare yang meliputi :

a. Infeksi bakteri yaitu vibrio E Coli, Salmonella Shigella

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

b. Infeksi virus enterovirus (virus ECHO) Coxsaekre,

Poliomelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.

c. Infeksi parasit cacing (ascaris irichiuris, oxurys,

strongiloides).

2) Parental yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan. Misalnya OMA (Otitis Media Akut).

b. Malabsorbsi

1) Karbohidrat

2) Lemak

3) Protein

4) Makanan misalnya basi, beracun

5) Psikologis misalnya rasa takut atau cemas (Sudarti, 2010).

c. Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap karena penyakit mucosal yang disebabkan tekanan osmotil

dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

10

d. Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal: oleh toksin) pada dinding

usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam

rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus

yang merangsang sehingga timbul diare.

e. Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,

sebaliknya bila peristaltic usus menurun mengakibatkan bakteri

tumbuh berlebihan dapat menimbulkan diare (Sudarti, 2010).

C. Penanganan Diare

1. Diagnosis

a. Anamnesis

Anamnesis pada diare kronik sangat penting bukan saja untuk

mengetahui lamanya diare, tetapi kalau mungkin juga harus

mengungkap penyebab terjadinya diare kronik, derajat beratnya

melabsorpsi, menemukan adanya penyakit yang mendasari karena itu

selain anamnesis mengenai diare akut, harus ditanyakan pula:

1) Penanganan yang telah dilaksanakan

2) Makanan yang diberikan sebelum dan selama diare, serta reaksi

pada pemberian makanan tersebut

3) Obat-obatan yang diberikan

4) Kemampuan pencernaan sebelum dan selama sakit untuk

menentukan adanya intoleransi. Dalam praktek ditentukan melalui

uji Challenging and withdrawal (Uji tantang dan henti).

b. Pemeriksaan fisik

1) Nutrisi

Karena pada umumnya penderita diare kronik sudah

menderita KEP, penentuan status nutrisi sangat penting.

Kekurangan mikronutrien, seperti vitamin A dan Zine dapat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

11

memperpanjang lamanya diare, tetapi sering manifestasi klinis

kekurangan mikronutrien ini belum muncul. Memeriksa kadar

mikronutrien ini relatif mahal dan sukar. Oleh karena itu dalam

praktek, tanpa pemeriksaan lebih dulu, semua penderita diare

kronik diberi suplementasi mikronutrien tertentu.

Kemampuan makan anak dinilai berdasarkan riwayat

makan sewaktu sehat dan riwayat makan selama sakit, keadaan

umum serta pengamatan, untuk sampai pada kesimpulan cara dan

bentuk pemberian makanan. Apakah sepenuhnya dapat diberikan

makanan enternal atau memerlukan makanan parenteral. Apakah

bentuk makanan yang diberikan cair, saring, lunak, atau biasa.

Kemampuan makan anak dinilai berdasarkan riwayat

makan sewaktu sehat dan riwayat makan selama sakit dihubungkan

dengan manifestasi klinis yang muncul sewaktu diberi makanan

tersebut untuk sampai pada dugaan apakah ada intoleransi

terhadap jenis makanan tertentu.

2) Status hidrasi

Pada diare kronik dengan KEP hati-hati dalam penentuan

hidrasi karena adanya indikator dehidrasi yang mengganggu

penentuan derajat dehidrasi.

c. Pemeriksaan laboratorium

Pada diare kronik pemeriksaan yang paling sederhana yang

dapat dilakukan dimanapun adalah melihat tinja, apakah tinja berdarah

atau tidak. Pemeriksaan laboratorium sederhana yang dapat

dilaksanakan dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

12

Tabel 2.1

Pemeriksaan Laboratorium untuk Penderita Diare

Pemeriksaan Indikasi Arti pemeriksaan dan apa

yang harus dicari

Makroskopis

tinja

Rutin Adanya darah menunjukkan

disentri. Biasanya Shigella

Mikroskopis

tinja

Diare akut dan kronik yang

tidak bereaksi terhadap

pemberian cairan dan

makanan serta pengobatan

anti-mikroba

Anamnesis adanya infeksi

cacing

Adanya trofozoit dan.atau kista

untyk mendiagnosis giardiasis

dan amubiasis. Adanya sel

darah merah sebagai bukti

adanya kuman invasif,

misalnya shigella

Adanya telur cacing

Biakan tinja dan

sensitivitas

Pengamatan atiologi diare

kronik (terutama bila

gizinya buruk)

Adanya bakteri penyebab,

bersama-sama dengan

kepekaan antibiotika

pH tinja dan zat

reduksi

Diare kronik yang

berhubungan dengan

intoleransi terhadap

karbohidrat

Sewaktu diberi oralit, tinja

yang keluar bertambah

Rendahnya pH ditambah

adanya gula (tes Benedict atau

Clinitest tablet) menunjukkan

penyerapak karbohidrat seperti

laktosa, sukrosa dan glukosa

yang buruk

Darah Rutin : Analisis gas darah Adanya kelainan elektrolit

Gangguan fungsi ginjal

2. Penatalaksanaan

Melihat banyaknya kelainan yang terjadi pada diare kronik serta

dampak negatifnya maka penanganan diare kronik harus menyeluruh

ditujukan pada semua aspek, simultan dan sedapat mungkin sampai tuntas,

selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut ini :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

13

Gambar 2.1

Patogenesis dan Penatalaksanaan Diare Kronik

Penatalaksanaan diare kronik meliputi rehidrasi enteral.Parenteral,

nutrisi dan medikamentosa.

a. Rehidrasi enteral / parenteral

1) Tanpa KEP

Pada dehidrasi ringan/sedang, tetap diupayakan memberikan

terapi rehidrasi oral. Kalau perlu cairan diberikan melalui pipa

nasogastrik sampai anak bisa minum Oralit efektif untuk sebagian

besar penderita diare kronik. Pada sebagian kecil penderita mungkin

terjadi gangguan absorpsi monosakarida (glukosa) sehingga diare

menjadi berat. Pada kasus demikian dilakukan rehidrasi intravena.

Infeksi/Overgrowth

bakteri

Patofisiologi

Antibiotika (tes resistensi)

Probiotik/Sinbiotik

Penatalaksanaan

Kerusakan epitel dan

villi usus

- ASI

- Susu rendah / bebas laktosa

- Mikronutrien

- Enzim pankreas

- Kolestiramin

Maldigesti/Malabsor

psi

Susu formmula Khusus

- Pepti junior. Nutramigen

Pregestimil

Formula tempe

Makanan

- Modisco I – II

- Makanan cair – lunak - biasa

Dehidrasi KEP (-) : = Oralit, RL-Glukosa

KEP (+) : URO : CaReMal. DG

10%

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

14

Cara pemberian cairan intravena sama dengan pemberian pada diare

akut.

2) Dengan KEP

Cairan yang diberikan adalah CaReMal, kalau perlu dengan

sonde lambung. Infus hanya diberikan dalam keadaan dehidrasi

berat/syok dan muntah yang tidak terkendali.

Cairan yang dipakai infus untuk penderita diare kronik dengan

KEP adalah DG 10% (banyak mengandung K). Banyaknya cairan

yang diberikan 200 ml/kg.b.b/24 jam, diberikan dengan rincian : 60

ml/kg.b.b. diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan hanya 16

jam.

Pantau dengan ketat untuk mencegah kelebihan cairan dengan

perhatian khusus pada tanda-tanda udem dan produksi urin.

Tabel 2.2

Tanda Awal Udem Paru

b. Terapi Nutrisi

Tujuan pemberian nutrisi pada diare kronik adalah agar

pertumbuhan dan perkembangan tetap berlangsung optimum. Nutrisi

sedapat mungkin diberikan peroral karena lebih murah, efek samping

sedikit, dan yang paling penting ternyata rehabilitasi mukosa jauh lebih

cepat dan sempurna kalau diberikan nutrisi intra luminal.

Nutrisi yang diberikan harus lengkap dan karena adanya

maldigesti/malabsorpsi, maka nutrisi tersebut harus berkualitas tinggi dan

mudah dicerna. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering.

Tanda awal udem paru.

- Bertambahnya frekuensi pernafasan 5x/menit

- Bertambahnya hitung nadi 30 kali/menit

dilakukan dengan menghitung nafas dan nadi

setiap 30 menit

Gejala udem paru

- Ronki basah kasar tak nyaring pada paru

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

15

Makanan yang diberikan :

1) Nutrisi enternal

a) Pada bayi yang mendapat ASI, ASI harus dilanjutkan.

b) Kalau ASI tidak ada, beri susu formula rendah/bebas laktosa.

Kalau dengan susu formula rendah/bebas laktosa tidak ada

perbaikan, dapat diberikan susu formula khusus seperti Pepti

Junior, nutramigen, Pregestimil dll.

c) Pada anak-anak, makanan yang diberikan adalah Modisco I atau II.

Kalau keadaan sudah membaik, berikan makanan cair atau lunak

yang biasa dikonsumsi sesuai dengan umur.

2) Nutrisi Parenteral total (Total Parenteral Nutrition = TPN).

Nutrisi parenteral total (NPT) adalah suatu teknik memberikan

nutrisi yang diperlukan tubuh melalui intravena. Nutrisi yang diberikan

terdiri dari air, elektrolit, asam amino, emulsi lemak, mineral, vitamin

dan trace elements. NPT ini diberikan kepada penderita yang tidak

dapat mentoleran atau menyerap zat makanan yang diberikan per oral.

NPT ini mahal dan pembuatannya sulit. Komplikasi pemberian NPT

dapat disebabkan oleh faktor metabolik, mekanik dan infeksi. Bila

diberikan dengan benar nutrisi parenteral ini sangat bermanfaat,

bahkan bisa menyelamatkan jiwa, tetapi jika tidak benar akan

berbahaya dan merugikan, oleh karena itu nutrisi parenteral hanya

diberikan bila diet enteral tidak mungkin memenuhi kebutuhan

penderita.

Pelaksanaan NPT secara rinci tidak dibicarakan disini karena

merupakan topik yang luas dan mendalam, yang memerlukan

tatalaksana tersendiri. Lazimnya di Indonesia baru dapat dilaksanakan

di sarana pelayanan tersier.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

16

c. Medikamentosa

1) Antibiotika

Antibiotika pada umunya tidak dianjurkan, bahkan berbahaya

karena dapat mengubah/overgrowth usus, sehingga diare bertambah

buruk. Jika diperlukan berikan sesuai dengan hasil biakan dan tes

resistensi.

2) Obat Anti Diare

Pemberian obat pengeras tinja (kaolin, pektin, arang aktif,

attapulgit dan smeetite), dan obat antidiare (difenoksilat dan loperamid

tidak dianjurkan. Obat-obatan ini berbahaya karena memberikan kesan

“sembuh palsu” dan yang paling penting mempengaruhi motilitas usus

yang justru menghambat pengeluaran bakteri bersama tinja dan

memberi kesempatan kepada bakteri untuk lebih lama dalam tubuh dan

berkembang biak dalam usus.

3) Kolestiramin

Kolestiramin (anion exchange resin) mengikat asam empedu

yang toksis untuk usus menjadi kompleks yang tidak larut dan

dikeluarkan bersama tinja sehingga stimulasi terhadap usus hilang.

Dosis 4-20 gram cukup efektif dalam mengurangi jumlah tinja.

4) Bismut sub salisilat.

Seperti kolestiramin bismut juga mengikat asam empedu.

d. Pengobatan lain

Mikronutrien seperi Vit.A, B12, asam folat, Nn dan Fe, sangat

berguna untuk regenerasi mukosa dan reaksi imunologis (Ngastiyah,

2005).

3. Penanganan Dini (Rehidrasi Dini) Diare di Rumah

Penanganan diare (rehidrasi dini) di rumah sangat penting untuk

mengurangi derajat dehidrasi yang dapat menimbulkan kejang. Penanganan

diare di rumah dapat dilakukan oleh orang tua, nenek, tetangga atau petugas

kesehatan terdekat. Pada dehidrasi ringan/sedang, tetap diupayakan

memberikan terapi rehidrasi oral. Anak harus dipaksa sampai anak bisa

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

17

minum. Rehidrasi dapat diberikan dengan memberi minum air matang,

memberikan oralit, memberikan teh manis, memberikan kuah sayur,

memberikan LGG, memberikan air tajin, memberikan susu dan

memberikan ASI. Oralit efektif untuk sebagian besar penderita diare. Pada

sebagian kecil penderita mungkin terjadi gangguan absorpsi monosakarida

(glukosa) sehingga diare menjadi berat. Pada kasus demikian dilakukan

perlu dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.

Dalam tata laksana diare di rumah jika anak tidak diberi ASI maka

oralit tetap diberikan. Jika berumur kurang dari 6 bulan dan belum

mendapat makanan padat berikan susu formula selang-seling dengan oralit

atau cairan rumah tangga. Pemberian cairan peroral oralit pada 4 jam

perama untuk anak dibawah usia 6 bulan yang tidak diberikan ASI, berikan

100-200 ml susu selang-seling dengan oralit atau cairan rumah tangga.

Penangan dini diare dapat dilakukan dengan :

a. Memberikan cairan oralit setiap anak buang air besar,

b. Jika tidak ada oralit berikan air matang

c. Memberikan kuah sayur atau air tajin

d. Jika anak masih menyusu tetap berikan ASI dan MP-ASI

e. Tidak boleh memberikan obat apapun kecualu dari petugas kesehatan

f. Memberikan obat zinc sesuai dosis selama 10 hari berturut-turut. Cara

memberikan dengan melarutkan zinc ke dalam satu sendok makan

dengan air matang.

g. Segera bawa ke fasilitas kesehatan jika timbul demam, ada darah dalam

tinja, diare makin parah, muntah terus menerus, anak terlihat sangat

haus, anak tidak mau makan dan minum (Depkes RI, 2010).

4. Klasifikasi Dehidrasi

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga

menjadi dehidrasi ringan, sedang, atau berat.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

18

a. Dehidrasi Ringan

Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak

terlihat agak lesu, haus, dan agak rewel.

b. Dehidrasi Sedang

Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:

1) Gelisah, cengeng

2) Kehausan

3) Mata cekung

4) Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak

segera kembali ke posisi semula.

c. Dehidrasi berat

Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:

2) Berak cair terus-menerus

3) Muntah terus-menerus

4) Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk

5) Tidak bisa minum, tidak mau makan

6) Mata cekung, bibir kering dan biru

7) Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik

8) Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil

berkurang/kurang dari 6 popok/hari.

9) Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi (Suraatmadja, 2005)

D. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah tanda-tanda atas penampilan fisik yang

diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan zat gizi dan

pengeluaran zat gizi oleh suatu organisme. Status gizi seseorang

dipengaruhi oleh tingkat konsumsi atau asupan makanan dan status

kesehatan (Almatsier, 2001). Konsumsi makanan berpengaruh terhadap

status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila

tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

19

sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi

mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu

atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh

memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan

efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2001).

Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau

kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat

bentuk malnutrisi yaitu : 1) under nutrition, yaitu kekurangan konsumsi

pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu; 2) specific

defisiensi, yaitu kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin

A, yodium, Fe dan lain-lain; 3) over nutition yaitu kelebihan konsumsi

pangan untuk periode tertentu; 4) Imbalance yaitu, karena disproposi zat

gizi misalnya : kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low

Density Lipoprotein) (Supariasa, 2001).

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan

akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini

disebabkan oleh:

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntahnya akan bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan

air teh saja (teh diit)

b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan

susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

c. Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan diabsorbsi dengan

baik dengan adanya hiperperistaltik.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

20

2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Secara langsung

1) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditijau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi

( Supariasa, 2001).

Berat badan merupakan antropometri yang paling banyak

digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh

mereka yang buta huruf ( Arisman, 2004).

2) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah

pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan

pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa

jaringan tubuh seperti hati dan otot ( Supariasa, 2001).

3) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting

untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (

supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan

tubuh seperti kelenjar tiroid ( Supariasa, 2001).

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode

penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan (

Supariasa, 2001).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

21

Pengukuran dengan antropometri paling sering

digunakan di masyarakat kerena mudah dilakukan, sederhana,

peralatan murah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Secara umum

antropometri adalah ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh

dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).

b. Secara tidak langsung

1. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan

status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis

zat gizi yang dikonsumsi.

2. Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah

dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian

akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan

dengan zat gizi (Supariasa, 2001).

3. Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan

masalah ekologi sebagai hasil einteraksi beberapa faktor fisik,

biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia

sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi

dll (Supariasa, 2001).

Penilaian status gizi sangat berguna untuk mengetahui

status kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Penilaian status gizi

secara tidak langsung dengan survei konsumsi makanan. Survei

konsumsi makanan sering dipergunakan sebagai salah satu teknik

untuk menunjukan tingkat keadaan gizi. Survei konsumsi makanan

yang sering dipakai adalah recall 24 jam. Dalam metode ini

responden disuruh untuk mengingat dan menceriterakan semua

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

22

yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu atau kemarin

(Supariasa. 2001).

2. Klasifikasi Status Gizi

a. Menurut WHO NCHS

Untuk menentukan klasifikasi status gizi diperlukan ada

batasan-batasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan ini di

setiap negara relatif berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para

ahli di negara tersebut, berdasarkan hasil penelitian empiris dan klinis

(Supariasa, 2002:73).

Setelah didapatkan hasil pengukuran antropometri selanjutnya

dilakukan perbandingan dengan standar dari WHO-NCHS (National

Center of Health Statistic). Klasifikasi status gizi WHO-NCHS dengan

score simpang baku (Z score) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.3

Klasifikasi Status Gizi menurut WHO NCHS

dengan Skor Simpangan Baku ( Z Score )

No. Indeks Status Gizi Keterangan

1 BB/U Gizi lebih > 2,0 SD

Gizi baik - 2,0 s/d + 2,0 SD

Gizi kurang < - 2,0 SD

Gizi buruk < - 3,0 SD

2 TB/U Normal ≥ - 2,0 SD

Pendek (stuted) < 2,0 SD

3 BB/TB Gemuk (obes) > 2,0 SD

Normal - 2,0 s/d + 2,0 SD

Kurus (wasted) < - 2,0 SD

Sangat kurus < - 3,0 SD

Secara antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dan sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

23

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum

digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan

energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik

dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam

tubuh (Supariasa dkk, 2002).

b. Klasifikasi menurut Gomez

Baku yang digunakan oleh Gomez adalah baku rujukan

Harvard. Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur

(BB/U). Sebagai baku patokan digunakan persentil 50. Klasifkasi

status gizi yaitu normal, ringan, sedang dan berat.

Tabel 2.4

Klasifikasi KEP menurut Gomez

Kategori (derajat KEP) BB/U (%)*)

0 = Normal

1 = Ringan

2 = Sedang

3 = Berat

90 %

89-75 %

74 – 60 %

60 %

Sumber : Supariasa, 2002

c. Klasifikasi Bengoa

Bengoa mengklarifikasikan KEP menjadi tiga kategori, yaitu

KEP I, KEP II dan KEP III. Indeks yang digunakan adalah berat badan

menurut umur.

Tabel 2.5

Klasifikasi KEP menurut Bengoa

Kategori BB/U (% baku) *)

KEP I

KEP II

KEP III

90 – 75

75 - 61

Semua penderita dengan Oedema

Sumber : Supariasa, 2002

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

24

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut Harsono dalam Mirambi (2010) ada berbagai faktor secara

tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak

balita antara lain sebagai berikut :

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

b. Prasangka buruk terhadap makanan tertentu.

c. Adanya Kebiasaan atau pantangan yang merugikan

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat.

f. Sosial ekonomi.

g. Pola Asuh

h. Penyakit penyerta yang memperburuk status gizi

i. Akibat Gizi yang tidak seimbang

j. Kurangnya asupan gizi dan protein.

k. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi

l. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan

m. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari

makanan dalam usus terganggu.

n. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang

tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

25

E. Kerangka Teori

Gambar 2.2

Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Suharyono, 2008 dan WHO dan IDAI, 2011.

Kejadian

Diare

Status gizi Lama hari

rawat

Faktor yang mempengaruhi lama hari rawat :

1. Jenis diare akut atau kronik

2. Frekuensi buang air besar (BAB) anak

3. Lamanya diare terjadi (berapa hari)

4. Darah penderita : normal atau ada

kelainan fungsi ginjal

5. Urine : protein urine negatif atau protein

urine positif

6. Apakah ada darah dalam tinja

7. Apakah ada muntah.

8. Kondisi dehidrasi ringan, sedang atau

dehidrasi berat.

9. Balita rewel atau gelisah sehingga tidak

bisa istirahat

10. Balita letargis/ kesadaran berkurang,

mata cekung, cubitan kulit perut

kembalinya lambat atau sangat lambat.

11. Balita haus/minum dengan lahap, atau

malas minum atau tidak bisa minum

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

26

F. Kerangka Konsep

Gambar 2.3

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel penelitian

G. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah status gizi penderita diare meliputi

darah, urine, BB, TB, kulit dan derajat dehidrasi serta lama hari rawat pada

balita di RS Muhammadiyah Roemani Semarang Tahun 2011.

Lama hari rawat

penderita diare

pada balita

Status gizi :

1. Darah (Hb)

2. Urine

3. BB

4. TB

5. Kulit

6. Dehidrasi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hari Rawat Penderita Diaredigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mnurkamalu... · dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan

27