40
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia Mata pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang penting dalam kurikulum. Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran strategis karena melalui bahasa seseorang pendidik (guru) menyalurkan ilmu, pengetahuan dan informasi kepada siswa, begitu juga sebaliknya. Bahasa Indonesia memegang peran penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar khususnya Sekolah Dasar (SD) yaitu mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi karena Bahasa Indonesia merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan kritis. Dengan landasan itulah, mata pelajaran Bahasa Indonesia penting untuk diajarkan di SD yang nantinya dapat menjadi bekal dijenjang berikutnya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diajarkan di SD sebagai bekala untuk mengembangkan kemampuan bahasa siswa. Dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa secara berkala mengembangkan dan mengasah kemampuan berbahasanya untuk bekal kehidupan dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Sikap positif dapat ditunjukkan siswa dengan mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. 1 1 Isnani, “peningkatan keterampilan berbicara melalui metode permain peran pada siswa kelas V sekolah dasar negeri 2 wates”(skripsi, Program Sarjana, Universitas Negeri Yogyakarta,2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Mata pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan

yang penting dalam kurikulum. Bahasa Indonesia menjadi salah satu

mata pelajaran strategis karena melalui bahasa seseorang pendidik

(guru) menyalurkan ilmu, pengetahuan dan informasi kepada siswa,

begitu juga sebaliknya. Bahasa Indonesia memegang peran penting

dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar khususnya Sekolah

Dasar (SD) yaitu mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi karena Bahasa Indonesia merupakan sarana berpikir untuk

menumbuh kembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan kritis.

Dengan landasan itulah, mata pelajaran Bahasa Indonesia penting untuk

diajarkan di SD yang nantinya dapat menjadi bekal dijenjang

berikutnya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia diajarkan di SD sebagai bekala

untuk mengembangkan kemampuan bahasa siswa. Dalam pembelajaran

mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa secara berkala mengembangkan

dan mengasah kemampuan berbahasanya untuk bekal kehidupan dalam

lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Sikap positif dapat

ditunjukkan siswa dengan mampu menggunakan Bahasa Indonesia

dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. 1

1Isnani, “peningkatan keterampilan berbicara melalui metode permain peran

pada siswa kelas V sekolah dasar negeri 2 wates”(skripsi, Program Sarjana,

Universitas Negeri Yogyakarta,2013)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

9

2. Pengaruh Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kelima, kata pengaruh

yakni “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang

ikut membentuk watak kepercayaan dan pebuatan seseorang”.

Pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu,

baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam

sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada disekitarnya.2

Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya

kupuasan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidik. Pembelajaran

ibarat jantung dari proses pendidikan. pembelajaran yang baik,

cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula

sebaliknya. Namun, kenyataannya hasil belajar pendidikan di Indonesia

masih dipandang kurang baik.3 Sebagian besar siswa belum mampu

menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu,

perlu ada perubahan proses pembelajaran yang sudah berlangsung

selama ini.

Pembelajaran yang saat ini dikebangkan danbanyak dikenal ke

seluruh peloksok tanah air adalah pembelajaram Aktif, Kreatif, Efektif,

dan Menyenangkan atau disingkat PAIKEM. Disebut demikian, karena

pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan dan mengembangkan

kreativitas anak, sehingga pembelajaran menjadi, namun

menyenangkan.

Kegiatan pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk

mentransformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar. pada

konteks ini, guru berperan sebagai penjabat dan penerjemah bahan

2

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Cet, V (Jakarta: Balai Pustaka, 2016)

3 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Aplikasi Paikem, (jogjakarta: Diva Perss,

2014), 17-19

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

10

tersebut agar dimiliki siswa. Bebagai upaya dan strategi dilakukan guru

supaya bahan/materi pelajaran tersebut dpaat dengan mudahdicerna

oleh subjek belajar, yakni tercapainya tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Tujuan ini merupakan gambaran perilaku yang diharapkan

dimiliki oleh subjek belajar, atau hasil belajar yang diharapkan.

Pengertian di atas maka dapat digambarkan bahwa pengaruh

merupakan sebuah hal abstrak yang tidak bisa kita lihat tetapi bisa

dirasakan keberadaannya dan kegunaannya dalam kehidupan dan

aktivitas manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran diartikan

sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. menurutu pengertian ini,

pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi

proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran,

dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik.

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta

didik agar dapat belajar dengan baik.4 Namun dalam implementasinya,

sering kali kata pembelajaran ini diidentifikasikan dengan kata

mengajar.

Adapun pengertian pengaruh pembelajaran di atas yaitu suatu

daya atau kekuatan yang timbul pada saat interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar sehingga mempengaruhi peserta

didik agar dapat belajar dengan baik.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, kajian teoritis

kearah implementasi pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai alat

pemahaman kepada guru SD dalam melakasanakan pembelajaran

4 Ahmad susanto, Teori Belajar Pembelajaran (jakarta : kencana prenada media

group, 2013), 19.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

11

Bahasa Indonesia secara benar. Guna menanggapi kemajuan masa kini

dan yang akan datang, bangsa Indonesia perlu memosisikan dirinya

menjadi bangsa yang berbudaya baca tulis. Untuk itu perlu dilakukan

upaya pembangunan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun

nonformal.

Pengembangan melalui pendidikan formal, dimulai dari Sekolah

Dasar. Jenjang sekolah ini berfungsi sebagai pusat budaya dan

pembudayaan baca tulis. Sekolah dasar sebagai penggalan pertama

pendidikan dasar, seyogyanya dapat membentuk landasan yang kuat

untuk tingkat pendidikan selanjutnya. Ini berarti bahwa sekolah harus

membekali lulusnya dengan kemampuan dan keterampilan dasar yang

memadai, diantaranya kemampuan proses strategis.

Sesuai dengan kurikulum saat ini, pembelajaran bahasa

Indonesia pada jenjang SD/MI, mencakup komponen kemampuan

berbahasa dan kemampuan bersastra meliputi 4 aspek:

1. Mendengarkan (menyimak)

2. Berbicara

3. Membaca

4. Menulis.

4. Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa.

Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat

keterampilan dasar berbahasa, yaitu mendengarkan (menyimak),

berbicara, membaca dan menulis.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

12

Tabel 2.1

Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa

Aspek Fokus/Jenis Pelajaran di

Kelas

Bentuk Penilaian

Mendengarkan

(menyimak)

A. Kelas Rendah:

Mendengarkan cerita

guru

Mendengarkan

dongeng, drama, puisi

anak dari kaset, VCD,

dan lain-lain.

B. Kelas Tinggi:

Mendengarkan cerita,

drama, puisi dari kaset,

VCD, dan lain-lain.

Mendengarkan berita,

diskusi, wawancara

dan lain-lain. Dari TV,

radio dan lain-lain.

Siswa

dibimbing/disuruh

menceritakan

kmbali dengan

bahasa yang

sederhana Siswa

ditugaskan

memberi

tanggapan,

menceritakan

kembali dengan

bahasa jelas dan

mudah dipahami.

Siswa ditugaskan

menjelaskan

informasi yang

diperoleh dari apa

yang didengar

tersebut

Siswa ditugaskan

memberi

penilaian/apresisi

dan lain-lain. unsur

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

13

yang dinilai;

bahasa, isi,

keberanian, suara

dan lain-lain.

sesuaikan dengan

karakteristik siswa

dan kedalaman dan

keluasan materi.

Pelaksanaan

penilaian dapat

dilakukan secara

lisan dan tertulis.

Berbicara A. Kelas Rendah:

Memperkenalkan diri

sendiri (dengan

bimbingan dan

contoh )

Bercerita tentang

pengalaman sesuaikan

dengan tema; keluarga,

peristiwa, kegiatan

sehari-hari, lingkungan

dan lain-lain. mulai

dari yang sederhana

sampai kompleks.

B. Kelas Tinggi:

Bercerita; pengalaman,

Pengamatan:

keberanian suara,

bahasa, (diberi

bimbingan)

Menggunakan

matrik penilaian:

Aspek kebahasaan;

Lafal, intonasi,

bahasa (pil. Kata,

struktur kalimat),

isi pembicaraan.

Non kebahasaan;

susra, keberanian,

sikap/eksprresi,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

14

hobi, cita-cita

lingkungan dan lain-

lain.

Berpidato; pidato ultah

teman, perpisahan

sekolah, hari-hari

besar, karang taruna

dan lain-lain. Ceramah;

tentang penggunaan

produk cara membuat

sesuatu, kiat-kiat

tentang sesuatu dan

lain-lain.

Memberi tanggapan.

Diskusi, talk show,

wawancara, rapat

sederhana, drama dan

lain-lain.

pantomimik

Membaca A. Kelas Rendah

Membaca permulaan;

pengenalan lambang-

lambang bunyi dalam

berbagai variasi;

kalimat, kata, suku

kata; Metode yang

dipakai a.l. metode

SAS, global, kata

lembaga, bunyi, eja

Pengamatan atau

pencatatan tentang

lambamg-lambang

bunyi yang belu

dikenal siswa untuk

ditindak lanjuti,

Menilai

ketepatan

bunyi/suara

dalam

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

15

dan lain-lain.

B. Kelas Tinggi

Membaca lanjutan

Membaca nyaring/

bersuara

Membaca teknik

Membaca lancar

Membaca indah

Membaca pemahaman

Membaca bahasa

Membaca kritis

Membaca cepat

Membaca pustaka

Membaca memindai

mengucapk

an lambang-

lambang

bunyi.

Menilai

lafal,

intonasi,

mimik,

pantomimik

.

Menilai

kelancaran

ucapan

lambang-

lambang

bunyi.

Menilai

lafal,

intonasi,

penjiwaan,

ekspresi.

Mimik,

pantomimik

.

Menilai

dengan tes

pemahaman

terhadap isi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

16

teks.

Menilai

pemahaman

terhadap

aspek

kebahasaan;

seperti: kata

jadilah,

struktur

kalimat dan

lain-lain.

Menilai

kekeritisan

terhadap isi

teks,

misalnya,

mengapa

pintu rumah

tidak pernah

dibuka

(dalam teks)

Menilai

pemahaman

terhadap isi

teks dalam

waktu yang

sangat

terbatas.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

17

Menulis A. Kelas Rendah

Menulis permulaan

Menulis huruf pisah

Menulis tegak

bersambung

Menulis huruf cetak

B. Kelas Tinggi

Menulis lanjutan

Menulis gambar

Menulis paragraf

Menulis karangan

sederhana (narasi,

deskripsi, eksposisi,

argumentasi, persuasi)

Menulis surat

Menulis formulir

Menulis naskah pidato

Menulis ceramah

Menulis berita dan

lain-lain.

C. Menulis Lanjutan

Menulis dengan

bantuan gambar

Menulis paragraf

Menulis karangan

sederhana (narasi,

deskripsi, eksposisi,

Penilian berfokus

pada bentuk dan

ukuran tulisan

dalam berbagai

konteks. Materi

tulisan, disesuaikan

dengan

pembelajaran

membaca.

Penilaian hasil:

isi;(ketepatan

pembangunan

tulisan/karangan

dengan tugas yang

diminta) bhasa;

(struktur kata,

diksi, struktur

kalimat) ejaan;

meliputi tulisan,

penggunaan tanda

baca, huruf kapital

dan lain-lain.

Penilaian hasil: isi;

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

18

argumentasi, persuasi)

Menulis surat

Menulis formulir

Menulis naskah pidato

Menulis ceramah

Menulis cerita dan

lain-lain

(ketepatan

pengembangan

tulisan/karangan

dengan tugas yang

diminta) bahasa;

(struktur kata, diks,

struktur kalimat)

ejaan; meliputi

tulisan, penggunaan

tanda baca, huruf

kapital dan lain-

lain.

1. Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang harus dikuasai siswa karena keterampilan berbicara

adalah komponen terpenting dalam tujuan pembelajaran bahasa

Indonesia. Dalam proses belajar mengajar dikelas keterampilan

berbicara merupakan hal yang sangat diperlukan oleh seorang guru

maupun siswa dalam berkomunikasi.5

Kemudian, sehubungan dengan berbicara secara garis besar ada

tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan

noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan

secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan

5 Nita Susilawati, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Dan Hasil Belajar

Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Debat Pada Pembelajaran Bahasa

Indonesia Sisswa Kelas IV SDN 20 Kota Bengkulu”, (Skripsi, Program Sarjana,

Universitas Bengkulu, 2013)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

19

kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan

bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara.

2. Keterampilan Membaca

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis.

Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah

dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Tetapi, pada

masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang,

sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi

dengan keterampilan menyimak dan berbicara.6

3. Keterampilan Menulis

Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan

tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang

paling rumit diantara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini

karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-

kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-

pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.7

4. Keterampilan menyimak

a. Pengertian Keterampilan menyimak

Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan adalah kemahiran

dan kecakapan untuk menyelesaikan tugas.8 Sedangkan ketempilan

bahasa adalah pengajaran bahasa, kesanggupan seorang pemakai

bahasa untuk mempergunakan bahasanya dengan baik, dalam menulis,

membaca, menyimak, atau berbicara.9

Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut pada

kenyataannya berkaitan erat satu sama lain. artinya, aspek yang satu

6 Yeti mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, 1.12 7 Yeti mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, 1.13 8 Kamus besar bahasa indonesia untuk pelajar, 550 9

Harimurti kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2001), 407

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

20

berhubungan erat dan memerlukan keterlibatan aspek yang lain, tidak

bisa tidak. Karena hubungannya sangat erat itulah maka keempat aspek

keterampilan berbahasa itu lazim disebut empat serangkai keterampilan

berbahasa, aspek yang satu dengan yang lainnya berkaitan erat saling

bergantung, saling berhubungan-menentukan, tidak dapat dipisahkan.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat

dikatakan terampil berbahasa dengan baik, apabila orang itu menguasai

keempat aspek itu dengan sama baiknya. Artinya, dia itu terampil

menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, terampil menulis.10

Banyak orang yang belum bisa membedakan antara menyimak

dan mendengarkan. Bahkan menganggap menyimak dan mendengarkan

adalah kegiatan yang sama , sehingga banyak yang menimbulkan

kesalah pahaman mengenai makna menyimak dan mendengarkan.

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan dengan

menyimak anak tahu informasi dan memahami ide atau pun pesan

yang disampaikan oleh pembicara.11

Secara sederhana dapat kita katakan, menyimak merupakan

proses memahami pesan yang disampaikan melalui lisan. Sebaiknya,

berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan

bahasa lisan, pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud

aslinya melainkan berupa bunyi bahasa yang kemudian dialihkan

menjadi bentuk semula yang ide atau gagasannya sama seperti yang

dimaksudkan oleh pembicara. 12

10

Daeng nurjamal, Terampil Berbahasa (Bandung: Alfabeta, 2013), 2 11

Sri saparahyuningsih, “meningkatkan keterampilan menyimak dengan

metode bercerita melalui media boneka jari”, dalam jurnal ilmiah potensia, Vol. 1, (2),

(2016), 122. 12

Linda puspita, pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar (tangerang

selatan: Universitas Terbuka, 2013) 3-6

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

21

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak

adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif

(menerima).13

Pada waktu proses pembelajaran, keterampilan ini jelas

mendominasi aktivitas siswa dibanding dengan keterampilan lainnya,

termasuk keterampilan berbicara.

b. Tujuan Menyimak

1. Menyimak untuk memperoleh informasi yang ada hubungan

atau sangkut-pautnya dengan pekerjaan atau profesi saya.

2. Menyimak agar menjadi lebih efektif dalam hubungan-

hubungan antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari di

rumah, di tempat bekerja, dan dalam kehidupan masyarakat.

3. Menyimak untuk mengumpulkan data agar saya dapat

membuat keputusan-keputusan yang masuk akal.

4. Menyimak agar dapat memberikan responsi yang tepat

segala sesuatu yang saya dengar.14

c. Tahap-tahap Menyimak

1. Tahap Mendengar

Pada tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu

yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau

pembicaranya. Jadi kita masih berada dalam tahap hearing.

2. Tahap Memahami

Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita

untuk mengerti atau memahami dengan baik isi

pembicaraan yang disampaikan yang disampaikan oleh

13Iskandarwasid dan dadang sunendar, strategi pembelajaran bahasa

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015) 227 14

Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008) 59

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

22

pembicara, maka sampailah kita dalam tahap

understanding.

3. Tahap Menginterpretasi

Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum

puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran

sang pembicara. Dia ingin menafsirkan atau

menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat dan tersirat

dalam ujaran itu. Dengan demikian maka sang penyimak

telah tiba pada tahap Interpreting

4. Tahap Mengevaluasi

Setelah memahami serta dapat menafsir atau

menginterpretasikan isi pembicara, sang penyimak pun

mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta

gagasan sang pembicara, dimana keunggulan dan

kelemahan, dimana kebaikan dan kekurangan sang

pembicara, maka dengan demikian sudah sampai pada

tahap evaluating

5. Tahap Menanggapi

Merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.

Sang penyimak, menyambut, mencamkan, menyerap serta

menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang

pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Sang

penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi

(responding).15

15

Yulinda Karimah, “peningkatan keterampilan menyimak cerita anak

melalui media animasi audio visual pada siswa kelas VI SD I M’Had islam

pekalongan”. (skripsi, program sarjana, Universitas Negeri Semarang, Semarang,

2009)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

23

d. Ragam Menyimak

1. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak

mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap

suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari

seorang guru. pada umumnya menyimak ekstensif dapat

dipergunakan untuk tujuan yang berbeda.

2. Menyimak Intensif

Kalau menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan

menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta perlu di

bawah bimbingan langsung para guru, menyimak intensif

diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh ebih diawasi, dikontrol

terhadap satu hal tertentu.16

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Menyimak

Hambatan-hambatan yang bersifat internal seperti

masalah pendengaran, kelebihan masukan (input), minat pribadi,

berpikir terlampau cepat, juga dapat bersifat eksternal sperti

suara bising, tempat yang tidak nyaman dan sebagainya.

1. Faktor internal

Jikalau seseorang penderita kerusakaan pada alat

pendengaran yang dapat menghambat masuknya gelombang

dalam volume tertentu atau menderita kelainan dalamm

menerima frekuensi tertentu, maka proses menyimak akan

terganggu.

16

Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008) 37-44

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

24

2. Faktor eksternal

Lingkungan tempat kita hidup sering juga menghadirkan

gangguan yang membuat kita sulit memberikan perhatian

terhadap orang lain. gangguan ini merupakan rangsangan-

rangsangan yang bertentangan dengan menghalihkan perhatian

dari informasi pokok menyimpangkan pesan.17

6. Kemampuan Menyimak Sekolah Dasar

Tujuan utama pengajaran bahasa ialah agar para siswa

terampil berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak,

terampil berbicara, terampil membaca, terampil menulis.

1. Taman kanak-kanak (4 ⁄ )

a) Menyimak pada teman-teman sebaya dalaam kelompok-

kelompok bermain.

b) Mengembangkan waktu perhatian yang amat penjang

terhadap cerita atau dongeng.

c) Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan

yang sederhana.

2. Kelas Satu (5 ⁄ )

a) Menyimak untuk menjelaskan atau menerjemahkan

pikiran atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi

pertanyaan-pertanyaan.

b) Dapat mengulangi secara tepat apa-apa yang telah

didengarnya.

c) Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan

lingkungan.

17 Herry Hermawan, menyimak keterampilan berkomunikasi yang terabaikan,

(yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) 49-53

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

25

3. Kelas Dua (6 ⁄ )

a) Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat.

b) Membuat saran-saran usul-usul, dan mengemukakan

pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertiannya.

c) Sadar akan situasi, bila sebaiknya menyimak bila pula

sebaiknya tidak usah menyimak.

4. Kelas Tiga dan Empat (7 ⁄ )

a) Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai

suatu sumber informasi dan sumber kesenangan.

b) Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman

laporan mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan

makasud tertentu serta dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang bersangkutan dengan hal itu.

c) Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau

ekspresi-ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.

5. Kelas Lima dan Enam (9 ⁄ )

a) Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan,

kesalahan-kesalahan, propaganda-propaganda, petunjuk-

petunjuk yang keliru.

b) Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata,

dan memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe

baru.18

Telah kita utarakan keamampuan menyimak anak-anak,

taman kanak-kanak dan sekolah dasar secara sepintas menurut

penelitian para pakar di Amerika Serikat. Walaupun barangkali

seluruhnya tidak mungkin sesuai dengan para siswa taman

18 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,

(Bandung: Angkasa, 2011) 60-61

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

26

kanak-kanak dan sekolah dasar di negeri kita, toh kita sebagai

pedoman dan bahan bandingan pasti ada manfaatnya bagi kita.

7. Kemampuan Menyimak Tingkat Lanjut

Kemampuan menyimak lanjut ini kita golongkan ke

dalam 3 jenis menyimak sebagai berikut.

1. menyimak kritis

menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang

dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan

penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan

kelebihan, serta kekurangan-kekurangan bahan simakan.

2. menyimak kreatif

menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang

bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan

kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan

dengan cara menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau

bahasa daera, mengemukakan gagasan yang sama dengan

pembicara, namun struktur dan pilihan katanya berbeda,

merekonstruksi pesan yang disampaikan, menyusun petunujk-

petunjuk atau nasihat berdasarkan materi yang disimak.

3. menyimak eksploratif

menyimak eksploratif adalah kegiatan menyimak yang

dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapat informasi

baru. Pada akhir kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan

menemukan gagasan baru, informasi baru dan informasi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

27

tambahan dari bidang tertentu, menemukan unsur-unsur

bahasa yang bersifat baru.19

8. Keterkaitan Antar aspek Keterampilan Berbahasa

a. Hubungan berbicara dengan mendengarkan

Berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan

komunikasi 2 arah yang langsung. Apabila kita amati peristiwa-

peristiwa komunikasi yang terjadi dalam masyarakat, misalnya,

komunikasi yang terjadi antarteman, antara pembeli dan penjual

atau dalam suatu diskusi kelompok.

b. Hubungan Mendengarkan Dengan Membaca

Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa baik

membaca maupun menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam

tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif,

sedangkan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat

reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan,

perasaan atau informasi dalam bentik tulisan. Sebaliknya,

seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaan informasi

yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.

c. Hubungan Menulis Dengan Berbicara

Anda tentu sering menghadiri acara seminar, bahkan

mungkin pernah menjadi pemakalahnya. Seorang pembicara dalam

seminar biasanya diminta menulis sebuah makalah terlebih dahulu.

Kemudian, yang bersangkutan diminta menyajikan makalah itu

secara lisan dalam suatu forum. Selanjutnya, peserta seminar akan

menanggapi isi pembicaraan si pemakalah.20

19 Yeti mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, 2.18-2.21. 20 Yeti mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, 1.18-1.23

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

28

9. Pantun

1. Pengertian pantun

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama asli dari indonesia.

Pantun bersifat anonim atau tanpa identitas. Pantun terdiri dari empat

larik yang merupakan sampiran dan isi. Dahulu pantun menggunakan

bahasa melayu. Namun, setelah bahasa Indonesia disahkan, bahasa

pantun pun ikut berubah dan pantun pun kini mengikuti perkembangan

zaman. Tidak hanya bahasanya saja yang berubah, fungsi pantun pun

mulai berubah. Dahulu pantun hanya digunakan sebagai alat

komunikasi. Dan sekarang pantun digunakan untuk membuat syair lagu

dan juga pidato.21

Pantun salah satu bentuk sastra lisan, secara luas dikenal di

tanah air kita ini. Hal itu terjadi karena ternyata pantun terdapat di

banyak daerah di Indonesi, tentu dengan nama yang berbeda-beda.

Seperti bentuk sastra melayu, isi pantun mencakup berbagai masalah

dalam kehidupan, misalnya, pantun nasihat, jenaka, sindiran, agama,

dan segala jenis pengalaman manusia.22

2. Ciri-ciri pantun

Nadjua A.S mengemukakan, ciri-ciri pantun sebagai berikut:

a) Tiap bait terdiri atas 4 baris,

b) Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata,

c) Bersajak a-b-a-b,

d) Baris pertama dan kedua berupa sampiran, dan

e) Baris ketiga dan keempat berupa isi.

21

Amalia Fauziah, “Pengaruh Penerapan Metode Bisik Berantai

Terhadap Keterampilan Menyimak Pantun: Quasi Eksperimen pada Kelas IV SDN

Bekasi Jaya II”, (Skripsi, sarjana pendidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,

2015), p. 18. 22

Dendi Sugono, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1, (Jakarta Timur:

Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2011) 175-176

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

29

3. Jenis-jenis Pantun

a. Berdasarkan isinya

Pantun berdasarkan isinya dibedakan menjadi beberapa

macam, antara lain panun nasehat, pantun teka-teki, pantun

jenaka, pantun adat, pantun agama, pantun nasib, pantun

perkenalan.23

a) Pantun jenaka

Pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang

mendengar, terkadang dijadikan sebagai media saling

menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga

tidak menimbulkan rasa tersinggung.

Contoh: kalau punya gigi ompong

Cepat cepat ke dokter gigi

Kalau jadi anak sombong

Pasti nanti jadi rugi

b) Pantun Nasihat

Pantun yang beroso nasihat dengan tujuan untuk mendidik,

dan memberikan nasihat kepada orang lain.

Contoh: kalau harimau sedang mengaum

Bunyinya sangat berirama

Kalau ada ulangan umum

Marilah kita belajar bersama

c) Pantun Agama

Pantun yang isinya mengajak atau mengingatkan pengikut

agama untuk beribadah sesuai dengan agamanya.

Contoh: Anak ayam turun sepuluh

23 Amalia Fauziah, “Pengaruh Penerapan Metode Bisik Berantai Terhadap

Keterampilan Menyimak Pantun: Quasi Eksperimen pada Kelas IV SDN Bekasi Jaya

II”, (Skripsi, sarjana pendidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015), p. 19.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

30

Mati seekor tinggal sembilan

Bangun pagi sembahyang subuh

Minta doa kepada Tuhan

d) Pantun Perpisahan

Contoh: kalau ada sumur di ladang

Boleh saya menumpang mandi

Kalau ada umur yang panjang

Boleh kita berjumpa lagi

e) Pantun Adat

Contoh: asam hadis asam gelugur

Ketiga asam riang-riang

Menangis di pintu kubur

Teringat badan tidak sembahyang

f) Pantun Teka-teki

Contoh: Kalau puan, puan cerana

Ambil gelas di dalam peti

Kalau tuan bijaksana

Binatang apa tunduk di kaki

g) Pantun Nasib

Contoh: Asam pauh dari seberang

Tubuhnya dekat tepi tebat

Badan jauh di rantau orang

Jika sakit siapa yang ngobat24

b. Berdasarkan bentuknya

Pantun berdasarkan bentuknya, dibedakan menjadi beberapa

bagian, yaitu:

24

Tim Dunia Cerdas, Pribahasa Majas Pantun, (Jakarta Timur: Niaga

Swadaya, 2013)263-303

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

31

a. Pantun Karmina (pantun kilat) yaitu pantun yang dalam

tiap-tiap baitnya terdiri dari dua baris dan bersajak terus,

yaitu: a-a. dalam pantun karmina, baris pertama merupakan,

sampiran dan baris kedua berupa isi.

Contoh:

Ada ubi ada talasnya

Ada budi ada balasnya

Sudah gerahu cendana pula

Sudah tahu bertanya pula

Sebab pulut santan binasa

b. Pantun Empat Seuntai yaitu pantun yang tiap-tiap baitnya

tediri dari 4 baris.

Contoh:

Air dalam bertambah dalam

Hujan di hulu belum lagi teduh

Hati dendam bertambah dendam

Dendam dahulu belum lagi sembuh

c. Pantun Talibun yaitu pantun yang tiap-tiap baitnya terdiri

dari 6,8,10,12 baris dan sajaknya bersilang, yaitu (a-b-c-a-b-

c) (a-b-c-d-a-b-c-d) (a-b-c-d-e-a-b-c-d-e) (a-b-c-d-e-f-a-b-c-

d-e-f)

Contoh:

Baru diikat bunga tanjung

Dikembangkan orang atas rumpian

Digulung dengan kain sutra

Baru melihat adik kandung

Hilang nyawa semangat badan

Berguncang iman dalam doa

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

32

d. Pantun Rantai (pantun berkait) yaitu pantun 4 seuntai yang

baris kedua dan keempat dalam suatu bait menjadi baris

pertamadan ketiga dalam bait berikutnya, dan begitu

seterusnya.

Contoh:

Tanam melati di rumah-rumah

Ubur-ubur sampiran dua

Kalau mati kita berdua

Satu kubur mati berdua

Ubur-ubur sampiran dua

Tanam melati bersusun tangkai

Satu kubur kita bersama

Kalau boleh bersusun bangkai25

10. Metode Permainan Bahasa

a. Pengertian Metode Permainan Bahasa

Secara etomologis, istilah metode berasal dari bahasa Yunani,

yaitu metodos. Kata ini terdiri dari sua suku kata, yaitu “metha” yang

berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.

Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam

Bahasa Arab, metode disebut “thariqat”26

.

Dalam alquran disebutkan Metode Pembelajaran pada surah an-

Nahl ayat 125

ل ربك بلحكمه والمىعظة الحسه ان ربك هى اعلم بمه ضل عه سبيله أدع الى سبي

(521وهى اعلم بلمهتديه )النحل:

25 Amalia Fauziah, “Pengaruh Penerapan Metode Bisik Berantai Terhadap

Keterampilan Menyimak Pantun: Quasi Eksperimen pada Kelas IV SDN Bekasi Jaya

II”, (Skripsi, sarjana pendidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015), p. 22. 26 Kamsinah, metode dalam proses pembelajaran: “studi tentang ragam dan

implementasinya”, vol. 11 NO. 1, (Juni, 2008), 102-103

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

33

“(Wahai Nabi Muhammad SAW) Serulah (semua manusia

kepada jalan (yang ditunjukkan) Tuhan pemelihara kamu dengan

hikmah (dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian

mereka) dan pengajaran yang baik dan bantalah mereka dengan (cara)

yang terbaik. Sesungguhnya Tuhan Pemelihara Kamu, Dialah yang

lebih mengetahui (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah

yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk). (QS.

Surah an-Nahl: 125)

Menurut para ahli pendidikan, misalnya winkel, menyebut

metode dengan istilah prosedur didaktik. Sedangkan Abdul Ghafur

menggunakan istilah strategi dengan intruksional. Sementara itu, James

K. Phopan mengistilahkannya dengan transaksi dan Mudhofir

mengistilahkannya dengan pendekatan.

Metode dan materi adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa

dipisahkan. Materi tanpa metodologi dirasa kurang efektif dan

metodologi tanpa materi akan terasakan. Dua-duanya penting untuk

dipelajari dan dipraktikkan, agar pembelajaran berjalan secara efektif

dan berkualitas tinggi.27

Oleh karena itu, metode adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan

nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan

efektifitas dan efisien pembelajaran. pembelajaran perlu dilakukan

dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpussat pada

27 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Aplikasi Paikem, (jogjakarta: Diva Perss,

2014), 17-19

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

34

guru,serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik.28

Penggunaan

metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam

mencapai tujuan pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk

meningkatkan aktivitas dan kreativitasnya sehingga mencapai

kompetensi yang diharapkan, baik segi kognitif, afektif, maupun

psikomotor.

Adanya metode pembelajaran yang tepat pada dasarnya

bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang sehingga

siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan berdampak positif

pada hasil belajar dan prestasi yang optimal.29

Metode pembelajaran

digunakan guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid di

dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar materi

pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh murid dengan

baik.

Salah satu metode belajar mengajar dalam keterampilan

menyimak adalah permainan bahasa. Bermain adalah metode efektif

untuk menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas anak. Pada

hakikatnya bermain bagi anak adalah belajar dan bekerja, dan

kreativitas lebih banyak berkaitan dengan bermain dari pada bekerja.

Hal ini menjadi sangat penting bilamana guru mau terlibat aktif dalam

bentuk permainan yang dirancang untuk mengembangkan kreativitas

anak .

Permainan merupakan alat bagi anak menjelajah dunia, dari apa

yang tidak dikenal sampai apa yang diketahui, dan dari yang tidak

28 Urip Widodo, “Penerapan Metode Pembelajaran Kolaboratif Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Membaca Gambar

Sketsa Di SMK Negeri 2 Klaten”, (Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas

Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), P. 4-5 29

Mardiah Kalsum Nasution, “Penggunaan Metode Pembelajaran Dalam

Peningkatan Hasil Belajar Siswa”, Studia Didaktika: Jurnal Ilmiah Bidang

Pendidikan, Vol. 11, No. 1, 2017; ISSN 1978-8169 (Juni, 2017), 13.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

35

dapat diperbuat sampai mampu melakukan. Bermain merupakan

kegiatan yang sangat pentingbagi anak seperti halnya kebutuhan

terhadap makanan bergizi dan kesehatan untuk pertumbuhannya.

Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh

kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak,

berbicara, membaca dan menulis). Apabila suatu permainan

menimbulkan kesenangan tetapi tidak memperoleh keterampilan

berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan permainan bahasa.

Sebaliknya, apabila suatu kegiatan melatih keterampilan bahasa

tertentu, tetapi ada unsur kesenangan maka bukan disebut permainan

bahasa.

Sebuah permainan disebut permainan bahasa, apabila suatu

aktivitas mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih

keterampilan berbahada (menyimak, berbicara, membaca dan menulis).

Setiap permainan bahasa yang dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran harus secara langsung dapat menunjang tercapainya

tujuan pembelajaran.30

Bermain memberi kesempatan anak-anak menyalurkan agar

sivitasnya secara aman. Dengan menjadi “raksasa” misalnya anak-anak

dapat merasa “mempunyai kekuatan” dan dengan demikian anak-anak

dapat mengekspresikan emosinya yang intens yang mungkin ada tanpa

merugikan siapapun

Sedangkan berkaitan dengan masalah konsentrasi, apabila

seorang anak tidak memiliki rentang perhatian yang memadai, seorang

anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain salah satunya

bermain peran (pura-puran menjadi dokter, ayah anak ibu, guru, dan

30

Septi Sugiarsih, “Permainan Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia Di Sekolah Dasar” (PPM, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2010), 5-6

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

36

lain-lain). ada hubungan yang dekat antara imajinasi dan kemampuan

konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan

konsentrasi. Anak-anak yang tidak imajinatif memiliki rentang

perhatian (konsentrasi). Yang pendek dan memiliki kemungkinan besar

untuk berprilaku agresif dan mengacau.31

b. Faktor-Faktor Penentu Permainan Bahasa

Adapun faktor-faktor yang menentukan permainan bahasa adalah

sebagai berikut.

1) Situasi dan Kondisi

Sebenarnya dalam situasi apapun dan dalam kondisi apaun

permainan bahasa dapat saja dilakukan. Akan tetapi agar berdayaguna

tinggi, hendaknya pelaksanaan permainan bahasa tersebut selalu

memperhatikan faktor situasi dan kondisi.

2) Peraturan Permainan

Setiap permainan aturan masing-masing. Peraturan tersebut

hendaknya jelas dan tegas serta mengatur langkah-langkah permainan

yang harus ditempuh maupun cara menilainya. Apabila aturan kurang

jelas dan tgas, maka tidak mustahil akan menimbulkan kericuhan di

dalam kelas.

3) pemain

Terkait ketentuan dengan pemain, permainan dapat berjalan

dengan baik, jika para perman, dalam hal ini siswa, mempunyai

sportivitas yang tinggi. Selain itu, keseriusan, kekuatan, dan

keterlibatan aktif pemain juga sangat dibutuhkan agar permainan dapat

berjalan dengan baik.

31 Dani wardani, bermain sambil belajar, (jakarta: edukasia, 2009), 120

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

37

4) pemimpin permainan.

Pemimpin permainan, dalam hal ini guru, harus mempunyai

wibawa, tegas, adil, serta dapat memutuskan permasalahan dengan

cepat, seerta menguasai ketentuan permainan dengan baik. Selain guru,

pemimpin permainan sebuah permainan dapat juga dipilih dari

perwakilan siswa yang dianggap mampu.32

c. Jenis-Jenis Permainan Anak

1. permainan aktif, permainan yang biasanya melibatkan lebih

dari satu orang anak. Bentuknya bisa beruap olahraga yang

bermanfaaat untuk mengolah kemampuan kinestik dan lebih

jauh lagi bisa memotivasi anak untuk belajar meraih

keunggulan serta belajar bertahan dalam persaingan.

2. permainan pasif, permainan ini bersifat mekanis dan biasanya

dilakukan tanpa teman yang nyata, bentuk konkretnya seperti

main game.

3. permainan fantasi, permainan imajinasi yang diciptakan

sendiri oleh anak dalam dunianya. Kita mungkin sering

melihat dan mendengar anak kecil berbicara sendiri ketika

bermain boneka.33

Sebenarnya ia memiliki imajinasi dan

fantasi sendiri mengenai tokoh yang dimainkannya melalui

boneka itu.

32

Septi Sugiarsih, “Permainan Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

di Sekolah Dasar” (PPM, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2010), 7-8. 33

Lilis Madyawati, strategi pengembangan bahasa pada anak, (Jakarta:

prenadamedia group, 2016) 147-148

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

38

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Permainan Bahasa

adapun kelebihan dari permainan bahasa diantaranya

adalah sebagai berikut.

1) Siswa akan terlihat antusias, memerhatikan dengan

seksama dan penuh ketertarikan 34

2) dapat mengurangi kebosanan siswa dalam proses

pembelajaran dikelas

3) dengan adanya kompetidi antar siswa, dapat

menumbuhkan semangat siswa untuk lebih maju

4) permainan bahasa dapat membina hubungan kelompok

dan mengembangkan kompetensi sosial siswa.

5) materi yang dikomunikasikan akan mengesankan d hati

siswa sehingga pengalaman keterampilan yang dilatihkan

sukar dilupakan.

Adapun kekurangan dalam pelaksanaan permainan bahasa

diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Jumlah siswa yang terlalu besar menyebabkan kesukaran

untuk melibatkan semua siswa dalam permainan.

2) Pelaksanaan permainan bahasa biasanya diikuti gelak tawa

dan sorak sorai siswa

3) Tidak semua materi dapat dikomunikasikan melalui

permainan bahasa.

34 Dani wardani, bermain sambil belajar, (jakarta: edukasia, 2009), 121

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

39

4) Permainan bahasa umumnya belum dianggap sebagai

program pembelajaran bahasa, melainkan hanya sebagai

seling saja. 35

11. Metode Komunikata/ Bisik Berantai.

1. Pengertian Metode Komunikata/ Bisik Berantai

Permainan berbisik yaitu guru membisikkan suatu pesan

atau informasi kepada siswa. Siswa terebut membisikkan pesan

atau informasi itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan

pesan kepada siswa ketiga. Begitu seterusnya secara berantai.

Siswa terakhir menuliskan pesan yang telah dia dengar kemudian

menyebutkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. guru

memeriksa apakah pesan iru benar-benar sampai pada siswa

terakhir atau tidak.36

Permainan bisik berantai dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia ini melatih kemampuan berkomunikasi dengan

mengingat pesan atau materi pelajaran yang sedang dipelajari

kemudian disampaikan secara bergiliran kepada teman lain

dalam satu kelompok. Guru mengarahkan peserta untuk

berlomba memahami dan menyampaikan pesan dengan benar

dan mengontrol tiap tahap penyampaian dari satu siswa ke

siswa lainnya agar diterima dan difahami dengan benar yang

kemudian disampaikannya kepada peserta berikutnya. Dengan

35 Septi Sugiarsih, “Permainan Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia di Sekolah Dasar” (PPM, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2010), 8-9. 36 Amalia Fauziah, “Pengaruh Penerapan Metode Bisik Berantai Terhadap

Keterampilan Menyimak Pantun: Quasi Eksperimen pada Kelas IV SDN Bekasi Jaya

II”, (Skripsi, sarjana pendidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015), p. 27.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

40

demikian seterusya sampaik pada giliran siswa terakhir. Jika

diterapkan pada kelas rendah, guru dapat membantu dengan

menuliskan pesan yang akan disampaikan kepada siswa. Perlu

dikondisikan agar permainan ini berjalan menyenangkan.

2. Langkah-Langkah Permainan Komunikata/Bisik Berantai

1) Guru membeagi semua siswa dalam satu kelas minimal dua

kelompok

2) setiap kelompok siswa membentuk barisan panjang dengan

jarak tertentu yang tidak terlalu rapat. Kemudian tentukan

satu siswa sbagai informan pertama.

3) guru memberikan informasi cara permainan kemudian

memberikan informasi kepada kedua siswa informan secara

rahasia.

4) siswa informan pertama menyampaikan pesannya kepada

peserta didepannya dengan cara membisikkan. Kesempatan

membisikkan hanya dua kali.

5) siswa kedua dan siswa yang didepannya harus menyimak

baik-baik, kemudian siswa membisikkan pesan yang telah

dia dapat dari teman yang ada didepannya, kemudian

diteruskan kepada siswa berikutnya. Secara berantai pesan

disampaikan hingga siswa terakhir di ujung.

6) siswa terakhir menuliskan informasi yang didapatnya atau

mengucap ulang yang dia dengar

7) permainan bisa diulang beberapa kali dengan pesan yang

berbeda dan dengan jumlah kelompok mampu menerima

dan menyampaikan pesan daengan benar.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

41

8) kemudian dilakukan pembahasan oleh guru dilanjutkan

efleksi dan tidak lanjut.37

3. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Komunikata/isik

Berantai.

a. Adapun kelebihan dan kekurangan permainan bisik

berantai ialah: belajar mengajar, melatih emapt

keterampilan bahasa, menarik minat siswa dalam

pembelajaran, menimbulkan rasa bahagia, tanpa beban

dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan rasa

kerjasama antar siswa

b. kekurangannya yaitu menimbulkan situasu kelas yang

ramai atau riuh, memerlukan waktu yang cukup lama,

menimbulkan siswa yang terlalu aktif. Menimbulkan

interaksi siswa dan guru yang kurang kondusif.

c. Langkah-langkah permainan komunikata pada materi

menyimak pantun

1) Guru membagi semua siswa dalam satu kelas minimal

menjadi dua kelompok.

2) guru membagikan kertas kepada masing-masing siswa

dan diberi tanda barisan ke berapa.

3) setiap kelompok siswa membentuk barisan panjang

dengan jarak tertentu yang tidak terlalu rapat.

Kemudian tentukan satu siswa sbagai informan

pertama.

37

Sri Agustinah, “Permainan Pesan Berantai Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Mata Pelajaran IPS kelas V SD Jlamprang Wonosobo Semester II”, Vol. 1,

No1, (mei, 2011), 34-35.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

42

4) guru memberikan informasi cara permainan kemudian

memberikan informasi kepada salah satu siswa

informan secara rahasia.

5) siswa informan pertama menyampaikan pesannya

kepada peserta didepannya dengan cara membisikkan.

Kesempatan membisikkan hanya dua kali.

6) pada saat proses membisiskaan, siswa yang diberi

bisikan harus tetap fokus dan tetap konsentrasi.

7) siswa kedua dan siswa yang didepannya harus

menyimak baik-baik, kemudian siswa membisikkan

pesan yang telah dia dapat dari teman yang ada

didepannya, kemudian diteruskan kepada siswa

berikutnya. Secara berantai pesan disampaikan hingga

siswa terakhir di ujung.

8) setelah semua pantun telah selesai, masing-masing

menuliskan apa yang mereka dengar atau mengucap

ulang yang dia dengar

9) permainan bisa diulang beberapa kali dengan pesan

yang berbeda dan dengan jumlah kelompok mampu

menerima dan menyampaikan pesan daengan benar.

10) kemudian dilakukan pembahasan oleh guru dilanjutkan

refleksi dan tindak lanjut

B. Penelitian Terdahulu

1. Titi Anjarini dengan judul Skripsi: Penerapan Metode

Permainan Bisik Berantai Untuk Meningkatkan Kemampuan

Menyimak Tentang Simbol Daerah/Lambang Korps Siswa

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

43

Kelas IV Madarasah Ibtidaiyah wahid Hasyim III Dau Malang

Tahun Pelajaran 2012.38

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I

nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 69,75 dengan

prosentase ketuntasan belajar 34,6%. Sedangkan pada siklus II

nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 81,4 dengan

proswntasw ketuntasan belajar 92,3% sehingga telah mencapai

ketuntasan klasikal yaitu 75%. Dapat disimpulkan bahwa

dengan menerapkan metode permainan bisik berantai dapat

meningkatkan kemampuan menyimak tentang simbol daerah

atau lambang korps siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah

Wahid Hasyim III Dau Malang.

2. Royanih dengan judul Skripsi: Peningkatan Kemampuan

Menyimak Melalui Penerapan Metode Permainan Bisik

Berantai Pada Siswa Kelas III MI Ath-thoyyibiyyah Kalideres

Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil tes siklus I siswa mwngalami

peningkatan dari hasil tes prasiklus sebesar 51.96% menjadi

59,83%. Pada siklus II nilai rata-rata sebesar 79, 58 terjadi

peningkatan sebesar 22, 23% dari siklus I yaitu dari 71,79

menjadi 79,58 engan presentase 75,57. Jadi kemampuan

menyimak melalui penerapan metode permainan bisik berantai

38 Titi Anjarini, “Penerapan Metode Permainan Bisik Berantai Untuk

Meningkatkan Kemampuan Menyimak Tentang Simbol Daerah/Lambang Korps

Siswa Kelas IV Madarasah Ibtidaiyah wahid Hasyim III Dau Malang”, (Skrpsi,

Program Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang, 2012)

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

44

pada siswa kelas III MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres meningkat

sebesar 7,79.39

3. wahyu Setyo Wulan: Mengembangkan Kemampuan Berbicara

Melalui Metode Permainan Bisik Berantai Pada Anak

Kelompok A RA Perwanida Birowo kecamatan binangun

kabupaten blitar tahun pelajaran 2015.

subyek penelitian ini adalah anak kelompok A RA

Perwanida Birowo Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar yang

berjumlah 20 Anak, terdiri dari 8 Anak Perempuan dan 12 Anak

laki-laki penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang

masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Adapun

metode pengumpulan data menggunakan hasil observasi anak.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan diketahui

bahwa terdapat peningkatan kemampuan berbicara mulai dari

siklus I, siklus II dan siklus III. Dengan adanya peningkatan

berbicara anak dalam kegiatan permainan bisik berantai dapat

disimpulkan bahwa peneliti ini berhasil dengan baik, serta

hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima.40

Berdasarkan beberapa peneliian terdahulu yang peneliti

temukan, metode bisik berantai baru digunakan pada materi

tentang simbol daerah saja dan kali ini peneliti akan melakukan

39 Royanih, “peningkatan kemampuan menyimak melalui penerapan metode

permainan bisik berantai pada siswa kelas III MI th-thoyyibiyyah kalideres jakart

barat”, (skripsi, program sarjana, universitas negeri islam syarif Hidayatullah

jakarta,2013/2014) 40

Wahyu Setyo Wulan, “Mengembangkan Kemampuan Berbicara Melalui

Metode Permainan Bisik Berantai Pada Anak Kelompok A RA Perwanida Birowo

kecamatan binangun kabupaten blitar”, (Skripsi, Program Sarjana, Universitas

Nusantara PGRI Kediri, 2015).

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

45

eksperimen dengan metode permainan komunikata/bisik

berantai pada materi pantun. Karena dari beberapa refrensi yang

telah ditemukan, metode pembelajaran komunikata/bisik

berantai ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti

berharap metode komunikata/bisik berantai juga dapat

meningkatkan konsep pmahaman siswa pada materi pantun.

C. Kerangka Berfikir

Belajar bahasa indonesia pada hakikatnya adalah belajar

komunikasi oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan

meningkatkan kemampuan pebelajaran dalam berkomunikasi, baik

lisan maupin tulis. Hal ini relevan dengan kurikulum bahasa bahwa

kompetensi pembelajaran bahasa dirahkan ke dalam 4 aspek, yaitu

menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Indikasinya dapat dilihat

dari hasil belajar siswa memuaskan. Pembelajaran yang biasa

diterapkan selama ini menggunakan metode konveksional, dimana

pembelajaran berpusat pada guru, siswa mengalami kejenuhan yang

berakibatkan kurangnya minat belajar. Minat belajar atau tumbuh dan

terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara

bervariasi, baik melalui variasi metode pembelajaran maupun media.

Salah satu upaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai, bisik berantai

merupakan salah satu metode pengajaran menyimak dan pembelajaran

kooperatif sebagai alternatif bagi guru dalam mengajar siswa. Pada

metode ini siswa dibentuk beberapa kelompok dan berbaris untuk

menyampaikan permainan bisik berantai dimulai, guru memberikan

stimulus atau bekal materi tentang materi pantun. Metode permainan

komunikata/bisik berantai ini memiliki kelebihan dalam kegiatan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

46

pembelajaran yaitu, siswa dapat bermain sekaligus memahami materi

secara alamiah karena ada ketrlibatan siswa didalamnya. selain itu

dengan adanya metode komunikata/bisik berantai

diharapkan berpengaruh pada haasil yang optimal pada

pembelajaran materi menyimak pantun. Dari uraian diatas, dapat

disajikan dalam bagan sebagai berikut

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berfikir

Penggunaan metode

permainan

komunikata/bisik

berantai secara

kelompok

Kurangnya pemahaman

pada materi menyimak

pantun Kondisi awal

Menggunakan metode

permainan komunikata/bisik

berantai

Cara mengatasi

Metode permainan komunikata/bisik

berantai meningkaatkan pemahaman

menyimak pantun

Kondisi akhir

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/BAB II new.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

47

D. Pengajuan Hipotesis

1. Proses permainan komunikata memiliki pengaruh penting guna

mepermudah proses belajar, dengan menggunakan permainan

komunikata siswa akan lebih aktif, lebih percaya diri, dan lebih

mengerti dalam pembelajaran menyimak pantun.

2. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir dapat ditarik

hipotesis Metode Permainan Komunikata memiliki pengaruh

positif terhadap keterampilan menyimak pantun pada

pembelajaran Bahasa Indonesia, Kelas IV SD Negeri

Belumbang Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon.