28
10 BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori 1. Teori-teori Belajar a. Teori belajar Ausubel Menurut pendapat Ausubel yang dikutip oleh Karen Legge dan Philippe Harari (2000: 32) pembelajaran bermakna dapat dicapai dengan kemampuan guru yang dapat menjelaskan, sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan yang telah diketahui. Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna, belajar bermakna terjadi bila siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya. Berbeda dengan belajar bermakna, Belajar hafalan terjadi bila siswa hanya menghafalkan informasi baru, tanpa menghubungkannya dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Sesuai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika siswa menemukan makna di dalam proses pembelajaran, mereka akan belajar dan ingat apa yang mereka pelajari. Dengan belajar yang bermakna maka akan terjadi pembelajaran yang efektif sehingga dicapai hasil pembelajaran yang optimal. CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan makna dalam proses pembelajaran dan sesuai dengan salah satu komponen CTL yakni konstruktivisme serta salah satu komponen CTL. Menurut Elaine B. Johnson (2009: 25) yakni membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna. b. Teori Belajar Bruner Teori konstruktivis Bruner dalam Radha Mohan (2007: 20), merupakan kerangka umum untuk petunjuk dasar di dalam pembelajaran kognitif. Pembelajaran Bruner sebenarnya hanya dibatasi pada pembelajaran matematika dan sains. Teori pembelajaran Bruner memiliki tiga tahap dalam pengembangan intelektual, yakni: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

  • Upload
    vodung

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

10

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Kajian Teori

1. Teori-teori Belajar

a. Teori belajar Ausubel

Menurut pendapat Ausubel yang dikutip oleh Karen Legge dan Philippe Harari

(2000: 32) pembelajaran bermakna dapat dicapai dengan kemampuan guru yang dapat

menjelaskan, sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan yang telah

diketahui. Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna, belajar bermakna

terjadi bila siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan yang

telah dimilikinya. Berbeda dengan belajar bermakna, Belajar hafalan terjadi bila siswa

hanya menghafalkan informasi baru, tanpa menghubungkannya dengan konsep-konsep

yang telah ada dalam struktur kognitifnya.

Sesuai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika siswa menemukan makna di

dalam proses pembelajaran, mereka akan belajar dan ingat apa yang mereka pelajari.

Dengan belajar yang bermakna maka akan terjadi pembelajaran yang efektif sehingga

dicapai hasil pembelajaran yang optimal. CTL (Contextual Teaching and Learning)

merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan

makna dalam proses pembelajaran dan sesuai dengan salah satu komponen CTL yakni

konstruktivisme serta salah satu komponen CTL. Menurut Elaine B. Johnson (2009: 25)

yakni membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna.

b. Teori Belajar Bruner

Teori konstruktivis Bruner dalam Radha Mohan (2007: 20), merupakan kerangka

umum untuk petunjuk dasar di dalam pembelajaran kognitif. Pembelajaran Bruner

sebenarnya hanya dibatasi pada pembelajaran matematika dan sains. Teori pembelajaran

Bruner memiliki tiga tahap dalam pengembangan intelektual, yakni:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

11

1) Enactive (pengalaman langsung)

Tahap seseorang mempelajari tentang dunia melalui informasi-informasi benda-benda

sekitarnya.

2) Iconic (pengalaman piktorial gambar)

Mempelajari sesuatu dengan menggunakan gambar dan model. Informasi yang telah

diterima akan dianalisis, diubah, dan ditransformasi ke dalam bentuk bentuk yang lebih

abstrak, atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas

3) Symbolic (pengalaman abstrak)

Mendeskripsikan sesuatu kapasitas, untuk berpikir abstrak tentang sesuatu yang

dipelajari

Bruner menyatakan bahwa pembelajaran itu menitikberatkan pada cara-cara orang

memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara efektif. Ketiga langkah

tersebut akan berinteraksi untuk memperoleh pengalaman baru berupa pengetahuan,

ketrampilan, atau sikap. Dalam proses belajar dengan ketiga fase di atas selalu ada

masalah pada banyaknya informasi yang diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama tiap

fase tidak selalu sama dan tergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi belajar, minat,

keinginan untuk mengetahui, dan dorongan untuk menemukan sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori belajar Bruner adalah

pemrosesan informasi, kejadian-kejadian yang dialami siswa distrukturkan dan diproses

dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga fase yaitu fase enactive, fase

iconic, dan fase symbolic. Hal ini sesuai dengan CTL (Contextual Teaching and

Learning) yang salah satu komponen, yakni konstruktivisme. Dengan konstruktivisme,

siswa akan distimulus untuk mengkonstruksi pengetahuan baru secara bermakna melalui

pengalaman nyata, melalui proses penemuan dan mentransformasi informasi ke dalam

situasi lain. Dengan menggunakan media pembelajaran kontekstual yang secara efektif

membangun pemahaman siswa tingkat SMK serta penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment) untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

12

c. Teori Belajar Piaget

Teori belajar Piaget sangat berpengaruhi dalam bidang pendidikan kognitif.

Menurut pendapat Piaget yang dikutip oleh Hergenhahn&Olson (2009:125) bahwa setiap

individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan kognitif yaitu:

1) Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Pada periode ini anak berinteraksi dengan lingkungan menggunakan refleks bawaan,

yakni dengan panca indranya (sensori) dan tindakan-tindakannya.

2) Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai menyusun konsep sederhana berdasakan informasi-

informasi yang telah diterima.

3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun).

Pada tingkat ini, anak akan mulai melakukan tindakan telah dipikirkan untuk

memecahkan masalah.

4) Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas).

Pada tingkat ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk

membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan anak pada periode ini

adalah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret,

tetapi dengan kemampuan berpikir abstrak. Karakteristik dari berpikir operasional

formal yaitu siswa sudah dapat merumuskan alternatif hipotesis deduktif dan induktif

abstrak dalam menanggapi masalah dan mengecek data terhadap hipotesis untuk

membuat keputusan.

Intinya menurut Piaget teori belajar sesuai dengan tingkatan perkembangan

intelektual dan kemampuan berpikir anak pada usia-usia tertentu. Di berbagai tingkatan

usia inilah manusia seringkali berpikir kritis dan mencoba memperoleh informasi yang

muncul di lingkungannya. Saat tingkat sensori-motor yang mengandalkan alat-alat

indranya, tingkat pra-operasional yang berpikir transduktif, tingkat operasional konkret

yang mengedepankan logika dalam berpikir, dan tingkat operasional formal yang mulai

berpikir lebih kompleks untuk mengambil keputusan.

Pembelajaran materi sifat mekanik bahan pada jenjang SMK, menurut teori belajar

Piaget tergolong pada tingkatan usia operasional formal (11 tahun ke atas). Pada jenjang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

13

tingkat umur 11 tahun ke atas,siswa akan mencoba menggabungkan pengetahuan yang

mereka dapatkan dengan penggunaannya dalam bidang teknik otomotif, sehingga

pembelajaran yang dilakukan sebaiknya dikemas secara menarik dan mudah dipahami

oleh siswa serta membuat siswa termotivasi untuk menggali informasi yang lebih tentang

materi yang diajarkan (berpikir kritis). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan, model, dan media pembelajaran yang menarik, sehingga pembelajaran yang

dilakukan menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Untuk mempelajari fisika

diperlukan kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif. Hal ini sesuai dengan salah satu

komponen CTL (Contextual Teaching and Learning) yakni berpikir kritis dan kreatif.

2. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Konteks berasal dari kata kerja Latin “contextere” yang berarti “menjalin kerja

sama”. Kata “konteks” merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan”

yang berhubungan dengan diri, yang terjalin bersamanya. Pendekatan kontekstual

merupakan sebuah strategi pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-

fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dari

benaknya sendiri. Pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi yang terdapat di

sekitar siswa, sehingga mendorong siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan

yang telah dimilikinya dengan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut psikologi dasar manusia, semua orang pada dasarnya memiliki dorongan

dari dalam dirinya untuk menemukan makna dalam kehidupan mereka. Sesuatu akan

bermakna jika sesuatu itu penting dan berarti bagi diri pribadi seseorang. Victor Frankl

(1984) dalam Johnson (2009: 62) menyatakan bahwa “pencarian seseorang akan makna

adalah motivasi utama hidupnya dan hanya dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri”.

Dalam ilmu syaraf, otak manusia akan terus berkembang sejalan dengan

informasi-informasi yang diterima oleh otak melalui panca indra. Sama halnya dengan

pandangan Frankl, bahwa dalam mengolah informasi, otak itu berusaha mencari makna.

Dan ketika otak menerima makna, maka otak belajar. Maka sebenarnya otak itu hidup dari

kemampuannya untuk menemukan makna dari lingkungannya. Secara berkelanjutan, otak

menjalin pola-pola yang menyatukan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

14

dikenalnya, dan menggabungkan ketrampilan-ketrampilan baru dengan yang lama. Pada

saat otak berhasil menghubungkan informasi yang baru dengan pengalaman yang sudah

dikenalnya, otak akan menyimpan, namun ketika otak tidak mampu menghubungkan

informasi tersebut, maka otak akan menghapusnya.

Maka dari itu dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang membantu para

siswa untuk mengaitkan makna dalam proses pembelajaran. Sesuai uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa, ketika siswa menemukan makna di dalam proses pembelajaran,

mereka akan belajar dan ingat apa yang mereka pelajari. Berdasarkan penjelasan di atas,

model pembelajaran kontekstual yang tepat untuk digunakan dalam proses penelitian ini.

Menurut Elaine B. Johnson (2009: 19), pengertian pembelajaran kontekstual

sebagai berikut:

“Pembelajaran kontekstual merupakan proses pendidikan yang membantu siswa

untuk memahami materi pembelajaran yang sedang dipelajari dengan

menghubungkan subjek-subjek dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yakni

dengan konteks keadaan pribadi, sosial, budaya. Untuk dapat mencapainya model

pembelajaran ini memiliki delapan komponen yakni: membuat keterkaitan-

keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, pembelajaran

mandiri, kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan

berkembang, mencapai standar yang tinggi, menggunakan penilaian yang

sebenarnya”.

.

Pernyataan di atas mempunyai arti bahwa pembelajaran kontekstual merupakan

proses pendidikan yang membantu siswa melihat makna dalam materi-materi akademik

yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek dengan konteks

kehidupan mereka sehari-hari, yakni dengan konteks keadaan pribadi, sosial, budaya

mereka. Untuk mencapainya, sistem ini memiliki 8 komponen yakni: 1) membuat

keterkaitan-keterkaitan tersebut bermakna, 2) melakukan pekerjaan yang berarti, 3)

pembelajaran yang mandiri, 4) kerja sama, 5) berpikir kritis dan kreatif, 6) membantu

individu untuk tumbuh dan berkembang, 7) mencapai standar yang tinggi, dan 8)

menggunakan penilaian yang autentik.

Dirangkum dari Nanang Hanafiah & Cucu Suhana (2009: 67) menyatakan bahwa

Komponen-komponen dalam pembelajaran kontekstual yakni:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

15

1) Konstruktivisme (Constructivism)

Merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual yaitu pengetahuan dibangun

oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas

(sempit).

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan

ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-

fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

3) Bertanya (Quetioning)

Bertanya dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dengan bertanya

siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasi hal-hal yang telah diketahui, dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

4) Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar ditujukan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama

dengan orang lain.

5) Pemodelan (Modelling)

Guru bukanlah satu-satunya model pada proses pembelajaran kontekstual, model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Siswa yang terlibat ini, dapat dikatakan sebagai

model.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir tentang hal-hal yang baru dipelajari atau berpikir hal-

hal yang telah dilakukan. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau

pengetahuan yang baru diterima.

7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar

mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada hasil yang

diperoleh diakhir pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses bukan hanya hasil

semata. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

16

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

1) Perlunya pengembangan pemahaman pemikiran bahwa anak akan belajar lebih

bermakna dengan belajar sendiri.

2) Perlu pelaksanaan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Perlunya pengembangan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Perlu diciptakannya masyarakat belajar.

Berdasarkan uraian di atas proses penelitian pengembangan modul akan

menerapkan model pendekatan pembelajaran kontekstual untuk media pembelajaran yang

akan dikembangkan dengan mengakomodir dari Elaine B. Johnson, Nanang Hanafiah, dan

Cucu Suhana dalam penyusunan media ICM. Proses pengembangan media ada beberapa

aspek yang telah digunakan di dalam modul yang dikembangkan, yakni:

1) Membuat Keterkaitan-keterkaitan Tersebut Bermakna

Dalam proses pembelajaran pada materi sifat mekanik bahan, merupakan materi yang

berkaitan dengan bidang keahlian Teknik Sepeda Motor. Karena itu guru berusaha

memancing siswa untuk mengaitkan sub-sub materi diajarkan dengan materi bidang

keahlian yang telah dipelajari siswa pada pelajaran produktif, sehingga pembelajaran

lebih bermakna.

2) Berpikir Kritis dan Kreatif

Guru setiap pertemuan menggunakan model, metode, dan media pembelajaran yang

mendukung proses pembelajaran yang atraktif, interaktif, dan efisien. Dan berusaha

merangsang siswa untuk berpikir kritis terhadap materi yang disampaikan dan kreatif

dalam menghubungkan pengetahuan yang dimiliki siswa, sehingga pembelajaran akan

lebih bermakna dan diperoleh hasil pembelajaran yang optimal.

3) Pembelajaran yang Mandiri

Guru merancang pembelajaran yang memancing siswa menghubungkan pengetahuan

akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari, yakni untuk mencapai tujuan yang

bermakna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

17

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dengan adanya masyarakat belajar, siswa dapat bekerja sama dengan siswa, guru, dan

lingkungannya, sehingga memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan lebih.

5) Menggunakan Penilaian yang Autentik.

Guru melakukan penilaian untuk mendiskripsikan perkembangan siswa secara afektif,

psikomotor dan kognitif.

3. Modul Pembelajaran Interaktif

Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh siswa, agar siswa dapat belajar secara mandiri dengan bantuan atau

bimbingan minimal dari pendidik (Prastowo, 2011: 106). Menurut Purwanto (2007: 9)

“modul adalah bahan belajar yang dirancang sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan

dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara

mandiri dalam satuan waktu tertentu”. Menurut Hamdani (2011: 219) modul dirumuskan

sebagai:

“Sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang disusun secara

sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran, berdasarkan

kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar

mandiri (self instructional) dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut“.

Tujuan penyusunan modul menurut Andi Prastowo (2011: 105)adalah:

a. Agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik.

b. Agar peran guru tidak selalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran.

c. Melatih kejujuran siswa

d. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa.

e. Agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

Andi Prastowo (2011: 330) mengemukakan bahwa: “bahan ajar interaktif adalah

bahan ajar yang mengkombinasikan beberapa media pembelajaran (audio, video, teks, atau

grafik) yang bersifat interaktif untuk mengendalikan suatu perintah atau pelaku alami dari

suatu presentasi”. Karakteristik proses pembelajaran dengan menggunakan media

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

18

pembelajaran interaktif adalah adanya interaksi siswa dengan media pembelajaran yang

digunakan. Jenis interaksi yang terjadi didefinisika sebagai berikut:

Menurut Susilana (2007: 22), “ada 3 jenis interaksi antara lain: 1) interaksi yang

menunjukkan siswa berinteraksi dengan sebuah program, misalnya siswa diminta

mengisi blanko pada bahan ajar terprogram; 2) siswa berinteraksi dengan mesin,

misalnya mesin pembelajaran, laboratorium bahasa, komputer atau kombinasi

diantaranya; 3) interaksi yang mengatur hubungan antara siswa secara teratur tetapi

tidak terprogram sebagai contoh dapat dilihat pada berbagai permainan pendidikan

simulasi yang melibatkan siswa dalam kegiatan atau masalah yang mengharuskan

mereka untuk membalas serangan lawan atau kerjasama dengan teman seregu dalam

memecahkan masalah”.

Berdasarkan uraian di atas, dengan adanya modul diharapkan siswa dapat belajar

mandiri dan menghindari dominasi guru dalam pembelajaran. Modul dapat mengakomodir

berbagai tingkat dan kemampuan siswa dalam memahami materi. Modul pembelajaran

yang disusun melibatkan interaksi siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih

bermakna.

Allen dalam Aries Suharso (2012) mengemukakan tentang hubungan antara media

dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Hubungan Jenis Media Pembelajaran dengan Tujuan Pembelajaran

Keterangan:

1 = Belajar Informasi faktual

2 = Belajar pengenalan visual

3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan

4 = Prosedur belajar

5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik

6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

T = Tinggi

S = Sedang

R = Rendah

Jenis Media 1 2 3 4 5 6

Gambar Diam

Gambar Hidup

Televisi

Obyek Tiga Dimensi

Rekaman Audio

Programmed Instruction

Demonstrasi

Buku teks tercetak

S

S

S

R

S

S

R

S

T

T

S

T

R

S

S

R

S

T

T

R

R

S

R

S

S

T

S

R

S

T

T

S

R

S

R

R

R

R

S

R

R

S

S

R

S

S

S

S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

19

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kriteria yang paling utama dalam

pemilihan dan pengembangan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau

kompetensi yang ingin dicapai, sebagai contoh: bila tujuan atau kompetensi siswa SMK

bersifat visual dan mengutamakan ketrampilan motorik, maka media pembelajaran visual,

media film, dan video bisa digunakan. Pengembangan media memiliki kriteria lainnya yang

bersifat melengkapi selain berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, seperti: biaya,

ketepatgunaan media, kondisi siswa, serta ketersediaan sarana dan prasarana.

Modul pembelajaran yang akan dikembangkan modul pembelajaran elektronik

yang berbasis kontekstual yang memiliki fungsi yang sama dengan modul cetak. Kelebihan

modul pembelajaran elektronik dibandingkan dengan modul cetak yakni: lebih murah

dalam proses pembuatan, praktis dalam proses penyebaran, menarik dan interaktif. Modul

pembelajaran elektronik lebih interaktif karena melibatkan siswa secara langsung dalam

menggunakan media pembelajaran.

4. Modul Pembelajaran Elektronik

Modul pembelajaran elektronik merupakan salah satu ragam media pembelajaran

mandiri non cetak. Berbeda dengan modul pembelajaran cetak yang hanya dapat memiliki

komponen isi gambar saja, modul elektronik memiliki kelebihan dapat diberikan komponen

isi gambar, animasi, dan video pembelajaran. Modul pembelajaran elektronik dapat disusun

dengan menggunakan beberapa software (perangkat lunak) diantaranya Microsoft Power

Point, Adobe Flash CS6, dan Macromedia Flash 8. Modul elektronik dapat digunakan

dengan bantuan perangkat komputer, laptop, bahkan dapat dibuka dengan perangkat ponsel

pintar (smartphone) yang berbasis Android, sehingga modul pembelajaran elektronik

sangat potensial untuk dikembangkan.

Pengembangan modul elektronik dengan menggunakan software Adobe Flash CS6

Animasi pembelajaran yang dapat dimasukkan sebagai komponen isi media dapat disusun

dengan software Adobe Flash CS6, diantaranya adalah animasi peristiwa atau fenomena

fisika dan simulasi percobaan. Komponen isi yang dapat disertakan pada modul elektronik,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

20

diharapkan modul elektronik dapat menjadi media yang menarik, efektif, efisien, serta

interaktif bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Modul elektronik dapat menampilkan teks, gambar, animasi, dan video melalui

piranti elektronik berupa komputer. Modul elektronik dapat mengurangi penggunaan kertas

dalam proses pembelajarannya. Selain itu modul elektronik ini diharapkan dapat digunakan

sebagai alternatif pembelajaran yang efisien dan efektif, serta interaktif, sehingga minat dan

hasil belajar siswa meningkat. Pengembangan modul elektronik menggunakan program

Adobe Flash CS6. Program komputer Adobe Flash CS6 memiliki kelebihan dapat

mengontrol akses halaman pembelajaran (jika pembelajaran berisi lebih dari satu materi

atau evaluasi yang sifatnya berjenjang), menentukan rangking, menyimpan dan memanggil

pesan, dan memberikan saran atau solusi dalam belajar (Nurtantio dan Syarif, 2013).

Modul pembelajaran elektronik memiliki kelebihan yakni: 1) praktis, karena

mudah digunakan kapan dan dimana saja, 2) menarik, karena modul dapat diberi komponen

isi gambar statis, animasi, dan video pembelajaran, dan 3) interaktif, karena melibatkan

siswa secara langsung. Modul pembelajaran elektronik ini dapat disusun dengan

menggunakan software Microsoft Powerpoint, Adobe Flash CS6, dan Macromedia Flash8.

Modul pembelajaran elektronik yang terintegrasi dengan gambar, animasi, dan video

pembelajaran diharapkan dapat menghadirkan pengalaman nyata siswa, sehingga siswa

dapat terstimulus menggabungkan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan materi fisika.

Menurut Edgar Dale dalam Arcadius (2010) menggambarkan pentingnya

visualisasi dan verbalistis pengalaman dalam menanamkan suatu konsep dan

memklasifikasikan pengalaman dalam kerucut pengalaman (cone of experience) sesuai

gambar 2.1.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

21

Gambar 2.1. Kerucut pengalaman Edgar Dale

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa menurut pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut

Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau

dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Pengetahuan

dapat diterima dengan optimal dengan kemampuan verbal, kemampuan visual, dan

melibatkan siswa. Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale menunjukkan bahwa 90%

pengalaman belajar diperoleh dengan bermain peran, melakukan simulasi, dan melakukan

hal yang nyata. Untuk memaksimalkan pengalaman belajar siswa, maka perlu

dikembangkan media pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman yang nyata

dengan melampirkan komponen isi gambar, animasi, video pembelajaran, dan simulasi

percobaan, sehingga dapat mengoptimalkan hasil pembelajaran.

Media yang dikembangkan didalam media ini adalah modul pembelajaran

elektronik interaktif yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, memiliki

komponen isi gambar, animasi, dan video pembelajaran. Media pembelajaran ini disebut

dengan media ICM (Integrated Contextual Module). Media ICM merupakan modul

pembelajaran elektronik yang disusun menggunakan software Adobe Flash CS6 dengan

produk yang berformat swf (shockwave flash) atau exe (aplikasi).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

22

5. Kreativitas Belajar

Kata kreativitas berasal dari “create” yang berarti pandai mencipta. Dalam

pengertian yang lebih luas, keativitas berarti suatu proses yang tercermin dalam kelancaran,

kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas berpikir. Menurut Elizabeth B. Hurlock (2005: 4),

“Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa

saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya”.

Menurut Joyce Wycoff (2002: 49) beberapa ciri orang kreatif yaitu: 1) berani

menghadapi tantangan baru dan bersedia menghadap risiko kegagalan, 2) tidak takut

menyatakan pemikiran dan perasaannya, 3) humor berkaitan dengan kreativitas

menggabungkan hal-hal sedemikian rupa sehingga menjadi berbeda, tidak terduga dan tidak

lazim, 4) menerima intuisi sebagai aspek wajar dalam kepribadiannya.

Menurut James J. Gallagher dalam Yeni & Euis (2010: 13) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan, produk

baru, atau perpaduan antara gagasan dan produk baru yang akhirnya melekat pada dirinya.

Menurut Utami Munandar (2004: 37) menyatakan bahwa “Beberapa ciri pribadi

yang kreatif yaitu: imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam

berpikir, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri, bersedia mengambil risiko, dan

berani dalam berpendirian dan berkeyakinan”. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa ciri-ciri kreativitas antara lain:

a. Bebas dalam berpikir dan bertindak

b. Adanya inisiatif menumbuhkan rasa ingin tahu

c. Percaya pada diri sendiri

d. Mempunyai daya imajinasi yang baik

Kreativitas belajar sangat penting dalam pembelajaran fisika berbasis kontekstual,

karena siswa dituntut menghubungkan pembelajaran yang telah diberikan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa dari pengalaman sehari-hari. Media ICM digunakan

untuk membangkitkan kreativitas siswa dalam mempelajari fisika.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

23

6. Kemampuan Berpikir Kritis

Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan

berpikir pada umumnya dan mengembangkan ketrampilan berpikir kritis pada khususnya.

Berpikir kritis dapat diartikan kemampuan yang sangat mendasar untuk kehidupan dan

kegiatan manusia bermanfaat bagi aspek kehidupan lainnya. Menurut Hassoubah (2007)

berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi

kualitas suatualasan secara sistemastis. Menurut Elaine B. Johnson (2009: 183) berpikir

kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan

mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis

asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah dan menurut Elika Dwi Murwani (2006) berpikir

kritis merupakan salah satu ciri manusia yang cerdas. Akan tetapi berpikir kritis akan terjadi

apabila didahului dengan kesadaran kritis yang diharapkan dapat ditumbuhkembangkan

melalui pendidikan.

Menurut Black dan Robert Ennis (dalam Sidharta, 2007: 27) menyatakan bahwa

berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir

untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenarannya yang efektif

berdasarkan pola penalaran tertentu. Menurut Paul & Elder (2005: 4), berpikir kritis

merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran

menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam

ide-ide yang digagas.

Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini

adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision)

relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang

(breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi

(information) dan implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).

Liliasari mengutip Facione menyatakan bahwa inti berpikir kritis adalah deskripsi

yang lebih rinci dari sejumlah karakteristik yang berhubungan, yang meliputi analisis,

inferensi, eksplanasi, evaluasi, pengeturan diri dan interpretasi. Oleh sebab itu berpikir

kritis sangatlah dalam pendidikan, karena berpikir kritis mencakup seluruh proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

24

mendapatkan, membandingkan, menganalisis, mengevaluasi, internalisasi, dan bertindak

melampaui ilmu pengetahuan.

Menurut Wingkel (2007: 400), “ kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan

untuk mengidentifikasikan dan merumuskan suatu problem, yang mencakup

menentukan intinya, menemukan kesamaan dan perbedaan, menggali informasi

serta data yang relevan, kemampuan untuk mempertimbangkan dan menilai, yang

meliputi membedakan antara fakta dan pendapat, menemukan asumsi atau

pengandaian, memisahkan prasangka dan pengaruh sosial, menimbang konsistensi

dalam berpikir, dan menarik kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan

berdasarkan data yang relevan, serta memperkirakan akibat yang dapat timbul.”

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan

membiasakan siswa berpikir kritis, dapat melatih siswa untuk menemukan keterkaitan yang

baru antara pengetahuan yang telah diketahui dengan materi pembelajaran fisika. Siswa

dapat menggunakan dan mengaitkan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan suatu

masalah (problem solver).

7. Materi

Pokok bahasan sifat mekanik bahan menurut silabus kurikulum 2013 mata

pelajaran fisika SMK bidang keahlian Teknik Sepeda Motor, diajarkan kepada siswa kelas

X semester genap. Pada pokok bahasan ini terdiri dari tiga kompetensi dasar yakni:

a)bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam

dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, b)mendiskripsikan konsep

elastisitas bahan dalam kehidupan sehari-hari, dan c)menguasai konsep hukum Hooke dan

rangkaian pegas yang disusun secara seri-paralel.

Pada materi sifat mekanik bahan, akan dipelajari tentang efek gaya terhadap

perubahan bentuk benda yang dikenai gaya. Jika gaya yang diberikan terlalu besar, benda

akan hancur atau patah. Pernahkah kalian bertanya mengapa sepeda motor (standar pabrik)

kalian begitu nyaman saat melewati jalan yang bergelombang? Hal ini dikarenakan pada

sepeda motor terdapat peredam kejut (shock breaker) di depan dan belakang. Peredam kejut

harus terbuat dari bahan (material) yang dapat kembali ke bentuk semula, sehingga ketika

mendapatkan tekanan dari luar, akan dapat dengan baik meredamnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

25

a. Sifat Benda Elastis dan Plastis

Dalam materi sifat mekanik bahan, akan kita pelajari tentang sifat ketahanan bahan

terhadap gaya yang berperan dan penggunaan sifat ketahanan ini dalam kehidupan kita

sehari-hari. Sifat mekanik dari bahan adalah sifat elastis dan sifat plastis. Benda akan

menjadi sifat plastis setelah benda melewati batas elastisitasnya. Materi merupakan

bagian dari alam semesta yang memiliki sifat khusus dan dapat dimanfaatkan dalam

produk dan peralatan sehari-hari, seperti: mesin, komponen elektronika, bahan bangunan,

dll. Bahan di alam dapat mencakup bahan logam, non logam, dan bahan campuran.

Materi-materi tersebut memiliki batas elastisitas yang beragam. Sifat mekanik bahan

bahan itu dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

1) Sifat Benda Elastis

Merupakan sifat benda yang dapat kembali ke bentuk semula setelah gaya yang

berperan pada benda tersebut dihilangkan. Contoh: karet gelang yang ditarik dan

setelah dilepas karet gelang kembali kebentuk semula serta pegas yang ditekan dan

setelah tekanan dihilangkan, maka pegas akan kembali kebentuk semula. Peristiwa ini

menunjukkan sifat elastis pada benda pegas dan karet gelang.

2) Sifat Benda Plastis

Merupakan sifat benda yang tidak dapat kembali kebentuk semula setelah dikenai gaya.

Contoh: Plastisin yang setelah disentuh tidak dapat kembali kebentuk semula, hal

tersebut menunjukkan sifat plastis pada plastisin.

b. Elastisitas

Elastisitas bahan merupakan tingkat ketahanan bahan terhadap pengaruh gaya,

sehingga mengalami deformasi (perubahan bentuk). Bahan yang diberikan gaya akan

mengalami deformasi. Deformasi pada benda padat berkaitan erat dengan tegangan

(stress) dan regangan (strain) tegangan merupakan perbandingan antara gaya yang

menyebabkan deformasi dengan luas penampang benda tegak lurus gaya. Hasil dari

tegangan adalah regangan, yang merupakan derajat deformasi. Pada saat benda ditarik

dengan gaya tertentu, fase elastis akan ditunjukkan dengan perubahan panjang yang linear

terhadap besar gaya yang diberikan benda. Fase elastis akan berakhir dengan mulai tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

26

linearnya perbandingan antara gaya yang diberikan dengan perubahan panjang benda.

Fase peralihan antara fase elastis dan fase plastis disebut dengan batas elastisitas.

Batas elastisitas suatu bahan terjadi setelah melewati sifat elastis dan memasuki sifat

plastis. Batas elastisitas akan tampak jika perbandingan antara perubahan panjang benda

dengan gaya mulai tidak sebanding seperti ilustrasi grafik pada gambar 2.1. Gaya yang

diberikan melampaui batas sifat plastis, akan diakhiri dengan patahnya objek. Batas

elastisitas pada setiap bahan memiliki perbedaan.

Perbandingan konstan antara tegangan dan regangan disebut dengan modulus

elastisitas. Gambar 2.2 menunjukkan grafik hubungan gaya yang menarik pada sebuah

benda pertambahan panjang suatu benda. Pada grafik linear menunjukkan pertambahan

gaya yang linear terhadap pertambahan panjang (elastic region). Grafik yang sudah tidak

linear menunjukkan batas elastisitas (elastic limit) yang membuat benda tidak akan

kembali ke panjang semula jika gaya dihilangkan. Jika benda diberikan gaya melebihi

ambang elastisitasnya, maka benda akan patah.

Gambar 2.2. Grafik hubungan antara gaya (𝐹) dan pertambahan panjang (∆𝐿)

1) Modulus Elastisitas Panjang (Modulus Young)

Pada sebuah benda dengan panjang mula-mula 𝑙0 ditarik dengan gaya 𝐹 dengan arah

yang tegak lurus terhadap penampang bidang 𝐴.

Gambar 2.3. Benda yang mengalami perpanjangan karena ditarik oleh gaya luar F

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

27

Maka tegangan tarik merupakan perbandingan antara gaya tarik 𝐹 terhadap luas

penampang 𝐴. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

τ=F

A

(2.1)

Keterangan

τ = tegangan (N/m2 atau Pa)

F = gaya (Newton)

A = luas penampang benda (m2)

Regangan merupakan perbandingan antar perubahan panjang (∆𝑙) dengan panjang

mula-mula (𝑙0), sehingga regangan dapat dituliskan:

e=∆l

lo

(2.2)

dengan perubahan panjang (∆𝑙):

∆l=l-l0 (2.3)

Keterangan:

e = regangan

l0 = panjang mula-mula benda (m)

l = panjang akhir (m)

∆l = perubahan panjang (m)

Modulus elastisitas atau modulus Young merupakan perbandingan antara tegangan dan

regangan, sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:

Y=F.l0

A.∆l

(2.4)

2) Modulus Elastisitas Geser (Modulus Shear)

Deformasi geser merupakan jenis perubahan bentuk benda yang disebabkan oleh gaya

yang diberikan saling berlawanan pada kedua permukaannya. Deformasi ini

disebabkan oleh tegangan geser atau tegangan shear. Tegangan geser merupakan

perbandingan antara gaya geser yang diberikan dengan luas permukaan yang dikenai

gaya geser.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

28

Gambar 2.4. a) Gambar balok yang tidak dipengaruhi gaya, b) Gambar balok yang

dikenai gaya pada permukaan atas dan bawah secara berlawanan

Tegangan geser=F

A

(2.5)

Regangan geser merupakan perbandingan antara jarak horisontal pergeseran objek

terhadap posisi awalnya dengan tinggi benda.

Regangan geser=∆x

h

(2.6)

Nilai modulus elastisitas geser atau modulus shear,

Modulus Shear=Tegangan Geser

Regangan Geser=

FA

∆xh

=F.h

∆x.A

(2.7)

3) Modulus Elastisitas Volume (Modulus Bulk)

Elastisitas volume atau elastisitas Bulk merupakan deformasi suatu objek yang

disebabkan oleh gaya yang seragam diberikan pada seluruh permukaan benda.

Deformasi ini merupakan perubahan volume bujan perubahan bentuk. Tegangan

volume atau tegangan Bulk merupakan perbandingan antara gaya seragam yang

berperan pada seluruh permukaan benda terhadap luas penampang permukaan.

Tegangan bulk pada deformasi ini juga disebut sebagai tekanan.

Tegangan Bulk=F

A

(2.8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

29

Untuk regangan volume atau regangan Bulk merupakan perbandingan antara

perubahan volume yang terjadi terhadap volume awal.

Regangan Bulk=∆V

V

(2.9)

Modulus elastisitas volume didefinisikan sebagai:

𝑀odulus Bulk=Tegangan Bulk

Regangan Bulk=

FA

∆VV

=F.V

∆V.A

(2.10)

c. Hukum Hooke

Gaya (F) yang diberikan pada sebuah benda, seperti gaya yang secara vertikal

diberikan pada objek, sehingga panjang benda akan berubah. Gaya yang berperan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

F=k.∆L (2.11)

Gambar 2.5. Pegas yang Memanjang Karena Pengaruh Berat Beban

Konstanta pada persamaan 2.11 merupakan perbandingan antara gaya (𝐹) dan perubahan

panjang (∆𝐿) yang disebut sebagai konstanta Hooke.

1) Rangkaian Pegas Seri

Pegas yang dirangkai secara seri akan mengalami total pertambahan panjang masing-

masing pegas yang dirangkai seri, pegas akan menanggung gaya berat yang

Perubahan panjang

benda (∆𝐿)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

30

tergantung pada rangkaian seri. Maka dapat dituliskan persamaannya sebagai

berikut:

Gambar 2.6. Rangkaian Pegas secara Seri

Berdasarkan persamaan 2.4 dan 2.11, sehingga menjadi persamaan konstanta pegas

sebagai berikut:

k=Y.A

l0

(2.12)

Sistem memiliki luas penampang (A) yang sama dan panjang awal total pegas sama

dengan penjumlahan panjang awal pada masing-masing pegas.

l0total=l01

+l02 (2.13)

Dengan menggabungkan persamaan persamaan 2.12 ke dalam persamaan 2.13,

maka persamaan konstanta pegas total adalah sebagai berikut:

Y.A

ktotal=

Y.A

k1+

Y.A

k2

1

ktotal=

1

k1+

1

k2

Untuk sejumlah n pegas yang dirangkai seri, maka konstanta pegas total dapat

dinyatakan sebagai berikut:

1

ktotal=

1

k1+

1

k2+ ⋯ +

1

kn

(2.14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

31

2) Rangkaian Pegas Paralel

Pegas yang dirangkai secara paralel akan mengalami pertambahan panjang yang

sama, akan tetapi gaya berat yang tergantung pada rangkaian seri ditanggung oleh

sejumlah pegas yang dirangkai. Maka dapat dituliskan persamaannya sebagai

berikut:

Gambar 2.7. Rangkaian pegas secara paralel

Gaya berat yang menarik kedua pegas terdistribusi pada kedua pegas, sehingga

menyebabkan persamaan perubahan panjang. Kedua pegas memiliki panjang awal

yang sama.

l01=l02

(2.15)

Beban yang tergantung ditahan oleh pegas dengan luas penampang tertentu (A)

sesuai dengan persamaan berikut:

Atotal=A1+A2 (2.16)

Gaya berat yang tergantung ditanggung oleh pegas yang dirangkai paralel, jika

persamaan 2.12 dimasukkan ke dalam persamaan 2.16 maka persamaan akan menjadi

sebagai berikut:

𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 . 𝑙0

𝑌=

𝑘1. 𝑙0

𝑌+

𝑘2. 𝑙0

𝑌

ktotal=k1+k2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

32

Untuk sejumlah n pegas yang dirangkai paralel, maka konstanta pegas total dapat

dinyatakan sebagai berikut:

ktotal=k1+k2 + … +kn (2.17)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian pengembangan dengan menggunakan media ICM merupakan penelitian

yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Berikut merupakan beberapa

penelitian yang terkait dengan pengembangan modul interaktif berbasis kontekstual yang

dapat menjadi rujukan antara lain:

1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sudji Munadi et al (2007) berdasarkan data yang

diperoleh dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran konstruktivistik kontekstual

berbantuan komputer dalam memiliki kualitas media dari aspek materi dan kualitas

tampilan tergolong baik. Penelitian Sudji menunjukkan bahwa modul yang dipadukan

dengan komputer memiliki aspek materi dan media yang baik. Hal ini mendasari

penelitian ini untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer.

2. Menurut Penelitian Meta Kuswandari et al (2013) yang mengembangkan bahan ajar

fisika berupa modul pembelajaran kontekstual pada materi pengukuran besaran fisika

untuk SMA kelas X telah memenuhi kriteria baik. Penelitian menggunakan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan model pengembangan Borg dan Gall.

Penelitian Meta memiliki kesamaan dengan penelitian Sudji, sehingga media

pembelajaran kontekstual memang berpotensi untuk dikembangkan.

3. Penelitian Mark W Otter et al (2000) merupakan penelitian pengembangan modul

pembelajaran kontekstual sebagai pendekatan pada pendidikan Bioengineering.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan modul hasil penelitian Meta, oleh karena itu

penelitian ini mencoba mengembangkan media pembelajaran kontekstual.

4. Penelitian dan pegembangan oleh Norlidah Alias (2012) tentang modul fisika berbasis

gaya belajar sesuai dan kesesuaian teknologi dengan menggunakan model desain

instruksional Isman. Modul yang dihasilkan efektif bagi siswa dengan kemampuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

33

visual, aktif, dan pemikir. Walaupun kurang efektif untuk siswa berkemampuan

verbal, ini menunjukkan bahwa model instruksional Isman telah berhasil

diimplementasikan dalam penelitian dan pengembangan pada modul fisika ini.

Berdasarkan penelitian Norlidah, pengembangan modul menantang untuk dilakukan,

meskipun ada beberapa kelemahan.

5. Menurut hasil penelitian Sang Putu Sri Wijaya (2008) yang mengembangkan modul

fisika kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar fisika. Menurut ahli isi, ahli

media, ahli desain, dan siswa memberikan tanggapan bahwa modul fisika kontekstual

ini sudah sesuai dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Penelitian ini hasil

penilaian dari aspek isi, media, desain, dan penilaian siswa menunjukkan nilainya

baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa modul fisika kontekstual memiliki potensi

yang baik untuk dikembangkan.

6. Penelitian yang telah dilakukan Muhammad Ali (2009) tentang pengembangan media

pembelajaran interaktif untuk mata kuliah medan elektromagnetik dengan objek

penelitian mahasiswa Teknik Elektro UNY (Universitas Negeri Yogyakarta).

Kesimpulan dari penilaian ahli media pembelajaran yang diukur berdasarkan dimensi

kualitas yang meliputi aspek operasional, tampilan, dan interaksi dinilai layak untuk

digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan umtuk respon mahasiswa

mendapat penilaian yang sangat baik. Penelitian ini menunjukan bahwa media

pembelajaran interaktif juga memiliki potensi untuk dikembangkan, jika modul yang

disusun pada penelitian Sang Putu dikembangkan menjadi modul interaktif mungkin

akan lebih menarik. Media ICM merupakan modul elektronik dengan pendekatan

pembelajaran kontekstual ini yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Dhimas Ardhiansyah dan Lusia Rakhmawati (2013)

tentang pengembangan media pembelajaran e-book interaktif pada mata kuliah elektro

digital menggunakan metode penelitian 4 D (define, design, develope, and

disseminate). Validasi media dilakukan oleh ahli media, ahli materi, ahli bahasa, dan

lembar angket mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa e-book interaktif

dinyatakan valid dan layak digunakan untuk proses pembelajaran. Media ICM yang

dikembangkan di dalam penelitian ini merupakan perpaduan antara penelitian Sang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

34

Putu, Ali, dan Sudji menarik untuk dikembangkan menjadi modul kontekstual

elektronik yang interaktif.

8. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sabar Nurohman (2011) yang mengembangkan

modul elektronik berbahasa Inggris dengan model pengembangan ADDIE (Analysis,

Design, Development, Implementation, and Evaluation). Modul elektronik ini

dikembangkan dengan menggunakan software Microsoft Office Power Point 2007,

modul ini layak digunakan untuk pembelajaran. Model pengembangan yang

digunakan di dalam penelitian Sabar, memiliki kelebihan. Model ADDIE memiliki

kesederhanaan dalam proses pengembangannya dan akan digunakan di dalam

penelitian dan pengembangan media ICM.

9. Juergen Kirstein dan Volkhard Nordmeier (2006) melakukan penelitian dengan

mengembangkan eksperimen virtual yang melibatkan siswa secara interaktif dengan

menggunakan layar eksperimen interaktif (Interactive Screen Experiment). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa media layar eksperimen interaktif dapat membantu

pembelajaran dengan metode praktikum dengan mengurangi risiko masalah dan

kesalahan dibanding dengan melakukan eksperimen yang sebenarnya. Komponen isi

penelitian Juergen pada sangat menarik, karena mengembangkan eksperimen virtual.

Berdasarkan penelitian Juergen, penelitian ini mengembangkan modul elektronik

yang dilengkapi dengan simulasi percobaan hukum hooke.

10. Penelitian yang dilakukan oleh Jorge Fonseca e Trindade (2005) mengembangkan

media pembelajaran 3 dimensi secara virtual pada materi fase air (gas, cair, dan padat)

untuk pembelajaran SMA tingkat akhir. Media dikembangkan dengan software

Mathcad dan 3-D Max untuk menciptakan skenario virtual dari perubahan wujud air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media ini telah berhasil meningkatkan

pemahaman siswa tentang perubahan wujud air dan mengatasi miskonsepsinya. Hasil

terpenting lainnya adalah terbentuknya karakteristik siswa tentang pemahaman secara

konseptual dengan media pembelajaran tiga dimensi yang interaktif. Penelitian Jorge

mengatasi miskonsepsi dengan menggunakan media interaktif virtual tiga dimensi.

Hal ini yang mendasari penelitian ini untuk mengembangkan media yang interaktif,

walaupun bukan media pembelajaran tiga dimensi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

35

11. Penelitian pembelajaran berbasis kontekstual oleh Agnaldo Arroio (2010) tentang

peranan film pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, menjelaskan tampilan

audiovisual, sehingga membangun pengetahuan tentang fenomena yang terjadi di

alam sekitar siswa. Siswa secara kontekstual mampu menghubungkan film yang telah

dilihat dengan fenomena alam dan memotivasi belajar sains lebih dalam. Penelitian

Agnaldo sangat cocok dengan media yang dikembangkan dalam penelitian ini, karena

membangun pengetahuan siswa dengan menghadirkan fenomena yang ada di sekitar

siswa. Penelitian Agnaldo dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan media

ICM karena memiliki pendekatan kontekstual.

12. Penelitian Shelley Yeo et al (2004) tentang kegiatan yang dilakukan siswa saat belajar

dengan menggunakan media pembelajaran interaktif. Hasil penelitian Yeo

menunjukkan bahwa bahwa media pembelajaran interaktif tidak menumbuhkan

keinginan siswa dalam memahami konsep fisika. Hal ini terjadi karena media

pembelajaran dilakukan tanpa pengawasan langsung oleh guru, akan tetapi

menggunakan kamera pengawas. Berdasarkan penelitian Yeo, penelitian ini akan

mengembangkan media interaktif ICM yang dapat menumbuhkan keinginan siswa

untuk memahami konsep fisika dengan pengawasan guru.

13. Penelitian David Carr et al (2007) tentang pengembangan perrmainan komputer untuk

mengajarkan teori relativitas Einstein. Hasil penelitian menunjukkan media permainan

dapat membantu siswa dalam memahami konsep teori relativitas Einstein. Permainan

menuntut keterlibatan siswa yang tinggi, hal ini sesuai dengan penelitian ini yang

mengembangkan media ICM yang membangun pemahaman siswa tentang teori yang

diajarkan dengan melibatkan siswa secara aktif.

14. Penelitian P.A. Hatherly et al (2009) tentang layar eksperimen interaktif pada

laboratorium virtual inovatif untuk siswa jarak jauh. Penelitian ini menjawab

penelitian Yeo yang membahas kekurangan pengembangan media pembelajaran

interaktif. Penelitian Hatherly menggunakan koneksi internet untuk menjalankan

medianya dengan menggunakan webcam untuk mengawasi setiap kegiatan siswa

secara online. Penelitian Hatherly dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan

media ICM.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

36

Berdasarkan jurnal-jurnal yang relevan di atas, dalam penelitian akan dikembangkan

media ICM (Integrated Contextual Module) yang merupakan modul pembelajaran

elektronik yang berbasis kontekstual yang memiliki komponen isi gambar, animasi, dan

video pembelajaran. Modul ini diharapkan layak untuk digunakan, efektif meningkatkan

kreativitas belajar, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga siswa

dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan berpikir kritis terhadap

informasi-informasi yang didapat dan kreatif dalam menggunakan pengetahuan-

pengetahuan yang dimiliki oleh siswa supaya dapat membangun keterkaitan-keterkaitan

yang bermakna.

Keberhasilan penerapan ICM (Integrated Contextual Module)dapat dilihat dari

adanya : 1) validasi ahli media, 2 )validasi ahli materi, 3) validasi ahli bahasa, 4)

validasi oleh guru fisika SMK, 5) validasi oleh teman sejawat, dan 6) peningkatan aspek

kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini berhasil melakukan menambah ragam media pembelajaran yang

dihasilkan dari penelitian dan pengembangan. Pengembangan media ini sangat

menjanjikan, karena seiring perkembangan teknologi informasi. Media ICM perlu

diteruskan pengembangannya oleh para guru dan diimplementasikan ke mata pelajaran

yang lainnya.

C. Kerangka Berpikir

Media pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar akan

membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang materi lebih jauh dan dalam. Hal ini dapat

memotivasi siswa untuk mendalami materi, siswa aktif menggali informasi dengan cara

bertanya, berpikir kritis, kreatif dalam memecahkan masalah, mencari referensi yang lain,

dan kesadaran belajar akan timbul.

Pengembangan media ICM sangat penting, karena dengan adanya media ini siswa

harus dapat menemukan keterkaitan-keterkaitan antara pengetahuan fisika dengan

pengalaman siswa sehari-hari dan pengetahuan di bidang keahlian Teknik Sepeda Motor,

sedangkan guru hanya sebagai pendamping dan mengawasi pembelajaran menggunakan

media ICM. Media ICM menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: BAB II Tinjauan Pustaka A. Kajian Teori filemerupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membantu para siswa mengaitkan ... dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui tiga

37

mencoba menemukan konsep dengan cara menggabungkan pengetahuan fisika dengan

pengelaman sehari-hari dan bidang keahlian siswa, sehingga akan terjadi keterkaitan-

keterkaitan yang bermakna. Skema kerangka berpikir penelitian pengembangan

ditunjukkan pada gambar 2.8. Media ICM mengkonstruksikan pengetahuan dengan

konteks kehidupan mereka sehari-hari dan membangkitkan siswa untuk berpikir kritis dan

kreatif, sehingga pembelajaran berlangsung lebih bermakna.

Gambar 2.8. Kerangka berpikir penelitian

Penelitian dan pengembangan media ICM pada pokok bahasan sifat mekanik bahan

bertujuan untuk menganalisis kelayakan dan efektivitas penggunaan media ICM pada

pokok bahasan sifat mekanik bahan terhadap kreativitas serta kemampuan berpikir kritis

siswa SMK kelas X bidang keahlian Teknik Sepeda Motor. Kelayakan media ICM yang

akan dikembangkan, akan ditinjau berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli

media, ahli materi, ahli bahasa, guru fisika SMK, teman sejawat, dan respon siswa pada

ujicoba kecil. Kelayakan media ICM pada pokok bahasan sifat mekanik bahan yang akan

dikembangkan akan ditinjau dari hasil validasi ahli media dan ahli materi serta efektifitas

media ICM dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa

dianalisis dengan merujuk pada Eko Putro Widyoko (2009), sedangkan validasi oleh ahli

bahasa, guru fisika SMK, dan teman sejawat analisis validasi akan menggunakan model

Gregory. Efektivitas penggunaan media ICM dalam meningkatkan kreativitas dan

kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan menentukan gain factor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user