Upload
duongdieu
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction)
Menurut Komalasari (2010:57) Model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode dan tekhnik pembelajaran. Belajar pada
dasarnya adalah usaha sadar individu untuk mendapat suatu ilmu atau
informasi. Usaha ini menghasilkan berbagai perubahan dari segi tingkah
laku maupun hasil belajar siswa. Perubahan ini dipengaruhi oleh
beberapa factor individu baik dari segi intrinsik maupun ekstrinsik serta
masing-masing bakat dan kemampuan dalam diri siswa.
Uraian diatas mendorong timbulnya pemikiran baru untuk
memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran yang dapat
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berlatih dan
belajar mandiri, dan mendorong siswa agar berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran. Pendidik bukan lagi aktor yang berperan sebagai
satu-satunya pusat dan sumber informasi siswa atau sering disebut
sebagai teacher centered.
Menurut Suryosubroto (2009:188-202) Pendidik lebih banyak
menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator belajar
baik secara individual maupun secara kelompok. Sebagai fasilitator
berarti pendidik membantu memberikan kemudahan siswa dalam proses
pembelajaran (langkah yang diperlukan menyajikan beberapa alternatif
sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, menyediakan media
pembelajaran). Sebagai motivator, pendidik berperan memotivasi peserta
didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran (memberikan penguatan
berupa umpan balik). Sebagai dinamisator, pendidik berusaha
memberikan rangsangan (stimulans) dalam mencari, mengumpulkan dan
menentukan informasi untuk pemecahan masalah berupa kondisi
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
8
problematik dalam bentuk memberikan tugas dan memberikan umpan
balik dalam pemecahan masalah.
Dengan pemikiran inilah maka muncul solusi suatu model
pembelajaran yang mendukung uraian diatas. Model pembelajaran yang
sesuai dengan uraian yang telah dijabarkan diatas disebut dengan PBI
(Problem Based Instruction).
Model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) adalah
suatu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan
masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang
untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru (Suyatno, 2009:58-59).
Model pembelajaran PBI sangat membutuhkan wawasan dari
peserta didik, desain dari pembelajaran ini menuntut siswa aktif, mandiri,
kreatif dan kompak. Siswa secara berkelompok diatur dan mereka saling
bertukar pikiran untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui
masalah yang diberikan guru. Hal ini senada bahwa keterampilan
memecahkan masalah memperluas proses berpikir.
Suatu soal yang dianggap sebagai “masalah” adalah soal yang
memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian
sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan
siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas
hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya
telah ada di contoh soal. Jika ada masalah dan siswa tidak tahu cara
menyelesaikannya, tetapi siswa tetap tertarik dan tertantang untuk
menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih
strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian
dari suatu masalah (Suyitna, 2003:34).
Ciri-ciri Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction)
Menurut Arend dkk dalam Trianto (2010:93) ciri-ciri khusus dari Model
PBI (Problem Based Instruction) adalah :
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
9
Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik,
menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi tersebut.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-
ilmu social), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar
nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itudari
banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah nyata. Siswa menganalisis dan mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen
(jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan
kesimpulan.Sehingga metode penyelidikan yang digunakan,
bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak
dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan.
e. Kolaborasi
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
10
Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerja sama satu sama lainnya, paling sering secara berpasangan
atau kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk
secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog untuk
mengembangkan ketrampilan social dan ketrampilan berfikir.
Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBI (Problem
Based Instruction)
a. Keuntungan Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction)
Ibrahim dan Nur dalam trianto (2011:96) mengatakan bahwa
manfaat pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan
masalah, dan ketrampilan intelektual; belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.
Kelebihan model pembelajaran PBI (Problem Based
Instruction) menurut Triatno (2011:96-97) adalah realistic dengan
kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa,
memupuksifat inquiri siswa, retensi nkonsep jadi kuat, dan
memupuk kemampuan Problem Solving.
b. Kelemahan Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction)
Menurut Suyatno (2009:59) Model pembelajaran PBI
(Problem Based Instruction) mempunyai beberapa kelemahan, yang
pertama faktor bawaan guru dan siswa. Karena terlalu sering
menggunakan model pembelajaran langsung, maka siswa dan guru
masih terbawa dengan model pembelajaran tersebut yaitu pemberian
materi terjadi secara satu arah. Kedua adalah kurangnya waktu,
proses PBI terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak.
Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi
persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBI harus
disesuaikan dengan beban kurikulum.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
11
Hal ini senada dengan yang dikemukakan Trianto (2011:97)
yang menyatakan bahwa model ini mempunyai beberapa
kekurangan, yaitu : (1) Persiapan pembelajaran (alat, problem,
konsep) yang kompleks; (2) sulitnya mencari problem yang relevan;
(3) sering terjadi miss-konsepsi; dan (4) Konsumsi waktu, dimana
model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses
penyelidikan. Sehingga kadang banyak waktu yang tersita untuk
proses tersebut.
Dari uraian diatas kelemahan model pembelajaran PBI
(Problem Based Instruction) terpusat pada merancang pembelajaran
dengan disiplin waktu yang baik. Sulitnya mencari materi yang
relevan bagi model pembelajaran ini, karena apabila antara materi
dan model pembelajaran tidak cocok maka tujuan pembelajaran
tidak akan tersampaikan dengan baik. Bagi guru harus mengerti
batasan-batasan antara model pembelajaran langsung dengan model
pembelajaran PBI, dengan mengetahui batasannya tidak akan keliru
atau tertukar.
Tahap-Tahap atau Langkah Pembelajaran PBI (Problem Based
Instruction). Menurut Ibrahim dalam Trianto (2011:97) didalam PBI,
peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas
PBI antara lain sebagai berikut:
a. Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah
autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari;
b. Memfasilitasi atau membimbing penyelidikan misalnya melakukan
pengamatan atau melakukan eksperimen atau percobaan;
c. Memfasilitasi dialog siswa; dan
d. Mendukung belajar siswa.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
12
Menurut Trianto (2011:97) sintaks suatu pembelajaran berisi
langkah-langkah praktis yang harus dilakukan guru dan siswa dalam
suatu kegiatan. Dalam model pembelajaran yang penulis angkat, terdapat
lima langkah utama yang harus dilakukan guru dan siswa adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Sintaks PBI (Problem Based Instruction)
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
Menjelaskan logistic yang
dibutuhkan, mengajukan fenomena
atau demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan masalah, memotivasi
siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
Tahap-3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen,
untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan,
video dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Sumber : Ibrahim,dkk. dalam Trianto (2011:98)
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
13
2. Model Pembelajaran Langsung
Menurut Arends (1997) dalam Uno (2011:117) model
pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung
ditujukan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
Pembelajaran ini akan dilakukan pada kelas kontrol sebagai pembanding
pada kelas eksperimen.
Berbeda dengan Arends, Trianto (2010:41) mengatakan bahwa
pengajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang bersifat
teacher centered. Ciri-ciri Model Pembelajaran Langsung, menurut Kardi
dan Nur dalam Trianto (2010:41) ciri-ciri model pembelajaran langsung
adalah sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil.
Langkah-langkah model pembelajaran langsung pada dasarnya
mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Langkah-langkah
pengajaran langsung meliputi tahapan sebagai berikut :
a. Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
14
Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan
perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta
dalam pelajaran itu.
b. Menyampaikan tujuan
Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka
berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu
mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai
berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada siswa
dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran
dengan cara menuliskannya dipapan tulis atau menempelkan
informasi tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan
isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.
c. Menyiapkan siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa,
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya,
yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.
d. Presentasi dan demonstrasi
Fase kedua pengajaran langsung adalah melakukan presentasi
atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci untuk
berhasil ialah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan
mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif.
e. Mencapai kejelasan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
15
Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa
kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan
spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap
proses belajar siswa. Sementara itu, para peneliti dan pengamat
terhadap guru pemula dan belum berpengalaman menemukan
banyak penjelasan yang kabur dan membingungkan. Hal ini pada
umumnya terjadi pada saat guru tidak menguasai sepenuhnya isi
pokok bahasan yang dikerjakannya, dan tidak menguasai teknik
komunikasi yang jelas.
f. Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa
sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati
orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat
menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and
error.”
Agar dapat mendemostrasikan suatu konsep atau
keterampilan dengan berhasil, guru perlu dengan sepenuhnya
menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan,
dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-
komponennya.
g. Mencapai pemahaman dan penguasaan
Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku
yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar
memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
16
berarti, bahwa jika guru menghendaki agar siswa-siswanya dapat
melakukan sesuatu yang benar, guru berupaya agar segala sesuatu
yang didemonstrasikan juga benar.
Banyak contoh yang menunjukkan, bahwa siswa bertingkah
laku yang tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang lain
yang tidak benar.
h. Berlatih
Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar
diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek
penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
i. Memberikan latihan terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pembelajaran langsung ialah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.”
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan
retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan
memungkinkan siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada
situasi baru.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menerapkan dan melakukan pelatihan.
(1) Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna.
(2) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar
menguasai konsep atau keterampilan yang dipelajari.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
17
(3) Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang
dilakukan secara terus-menerus dapat menimbulkan kejenuhan
pada siswa.
(4) Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja
siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan
salah disadari.
j. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Tahap ini terkadang dikenal dengan tahap resitasi, yaitu guru
memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa
dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa.Kegiatan ini
merupakan aspek penting dalam pengajaran langsung, karena tanpa
mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa.
Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan
balik secara lisan, tes dan komentar tertuis. Tanpa umpan balik
spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan
tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.
k. Memberikan kesempatan latihan mandiri
Pada tahap ini, guru memberikan tugas kepada siswa untuk
menerapkan keterampilan yang baru saja diperolehnya secara
mandiri. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa secara pribadi yang
dilakukan di rumah atau diluar jam pelajaran. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri,
yaitu:
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
18
(1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari
proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan
untuk pelajaran selanjutnya
(2) Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa
tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa
dirumah.
(3) Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang
diberikan kepada siswa dirumah.
3. Pengertian Belajar
Dalam masyarakat muncul anggapan bahwa belajar semata-mata
untuk mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam
bentuk informasi atau mata pelajaran. Sehingga orang tua akan merasa
bangga apabila anaknya dapat mengucapkan informasi-informasi yang
didapatkan disekolah. Namun banyak juga yang memandang belajar
sebagai pelatihan belaka seperti yang tampak pada pelatihan membaca
dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan
merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan
kemampuan tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat
dan tujuan ketrampilan tersebut.
Dalam pengertian lain belajar merupakan proses perubahan
perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi
paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan
lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun
individu itu sendiri (Trianto, 2009).
Dari pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku seseorang dari yang tidak tahu menjadi
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
19
tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dan dari yang kurang
terampil menjadi terampil melalui praktek atau pengalaman tertentu yang
dilalui seseorang agar dapat bermanfaat bagi individu atau
lingkungannya.
Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber
belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Sehingga pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru
dan peserta didik, keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya
(Trianto, 2009).
Menurut Darsono (2000) pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku anak
didik berubah kearah yang lebih baik.
Dari pendapat-pendapat diatas bahwa pembelajaran adalah proses
belajar mengajar yang terjadi antara guru dan siswa dengan tujuan agar
tingkah laku anak berubah kearah yang lebih baik sesuai dengan target
yang sudah ditentukan sebelumnya.
4. Pengertian Hasil Belajar
Belajar mengajar sebagai suatu proses memiliki tiga unsur yang
dapat dibedakan, menurut nana sudjana (2010:2) tiga unsur ini yakni
tujuan pengajaran (tujuan instruksional), pengalaman (proses) belajar
mengajar, dan hasil belajar. Tujuan instruksional pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku yang diinginkan siswa. Dalam penilaian sudah
semestinya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah
terjadi melalui proses belajarnya. Perubahan ini dapat dilihat melalui
proses penilaian, penilaian proses memberikan atau menentukan nilai
kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian ini
bermanfaat tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapainya tujuan
instruksional namun juga sebagai umpan balik upaya memperbaiki
proses belajar mengajar.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini menurut sudjana
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
20
(2010:3) mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah
laku siswa yang secara luas terdiri atas bidang kognitif, bidang afektif
dan bidang psikomotor.
Benjamin S. Bloom dalam Sudijono (2006:49) bahwa tujuan
pendidikan mengacu pada tiga jenis domain, yaitu:
a. Ranah Kognitif
Adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam
ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir mulai dari yang
terendah hingga ke yang tinggi, keenam jenjang itu adalah :
Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang
nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan
merupakan proses berpikir yang paling rendah.
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang
untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketaui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah
mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi. Peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang hal yang ia
pahammi menggunakan kalimatnya sendiri.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
21
Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret.
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-
bagian atau factor-faktor yang satu dengan factor-faktor yang
lainnya.
Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan
kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu
proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara
logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur
atau berbentuk pola baru.
Penilaian (Evaluation) merupakan jenjang berpikir paling tinggi
dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau
evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan
mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-
patokan atau kriteria yang ada.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
22
Tabel 2.2 Hasil Belajar Aspek Kognitif pada materi Bangun Datar
No Indikator Aspek
Kognitif Soal
1. Menemukan konsep sifat-
sifat bangun segitiga,
persegi panjang, trapesium
dan jajar genjang.
Pengetahuan
Disajikan gambar bangun
Segitiga, persegi panjang,
trapesium dan jajar
genjang
Pemahaman Siswa mengidentifikasi
sifat-sifat bangun segitiga,
persegi panjang, trapesium
dan jajar genjang
menggunakan media
No Indikator Aspek
Kognitif Soal
2. Menyimpulkan konsep
sifat-sifat bangun segitiga,
persegi panjang, trapesium
dan jajar genjang.
Pemahaman Menyimpulkan konsep
sifat-sifat bangun segitiga,
persegi panjang, trapesium
dan jajar genjang.
3. Menggambar bangun
segitiga, persegi panjang,
trapesium dan jajar
genjang sesuai petunjuk
guru
Penerapan Menggambar bangun
segitiga, persegi panjang,
trapesium dan jajar
genjang sesuai petunjuk
guru
b. Ranah Afektif
Menurut Anas (2009:54) ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa
sikap seseorang dapat diramalkan bila perubahannya bila seseorang
telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Oleh Krathwohl
ranah afektif dirinci menjadi lima jenjang, yaitu :
1) Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan) adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari
luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,
gejala dan lain-lain.termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah :
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
23
kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol
dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari
luar. Receiving juga sering diberi pengertian sebagai kemauan
untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada
jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima
nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka
mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan
diri dengan nilai itu.
2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi
aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara
aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya
dengan salah satu cara.
3) Valuing (menilai atau menghargai) artinya memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek,
sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Di sini peserta didik tidak
hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yang baik
atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan
telah mampu untuk mengatakan “itu adalah baik” , maka ini
berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian.
Nilai itu telah mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
24
Dengan demikian maka nilai tersebut telah stabil dalam diri
peserta didik.
4) Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya
mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru
yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.
Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan
dari nilai ke dalam satu system organisasi, termasuk di dalamnya
hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas
nilai yang telah dimilikinya.
Sikap atau perubahan tingkah laku seseorang tidak dapat
dilihat namun bisa dirasakan. Perubahan tingkah laku didapat dari
proses belajar yang dialami siswa, secara tidak langsung
pembelajaran yang terkonsep dengan baik akan membantu siswa
membentuk sikapnya. Sikap atau perilaku siswa yang dapat
terbentuk dan diharapkan guru itu macam-macam, seperti tanggung
jawab, kerja sama, disiplin, mandiri dll. Namun peneliti hanya akan
membahas satu sikap yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap
siswa, yaitu kemandirian.
Kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapat
awalan ke- dan akhiran –an, kemudian membentuk suatu kata
keadaan atau benda. Konsep yang sering digunakan dalam
kemandirian adalah autonomy. Menurut Chaplin dalam Desmita
(2009:184) otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk
memilih, untuk menjadi satu kesatuan yang bisa memerintah,
menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Sedangkan Seifert dan
Hoffnung mendefinisikan otonomi atau kemandirian sebagai “the
ability to govern and regulate one’s own thoughts, feelings, and
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
25
actions freely and responsibly while overcoming feelings of shame
and doubt.”
Dapat diartikan bahwa kemandirian itu kemampuan untuk
mengembangkan dan mengatur seseorang dengan kekuatan sendiri,
perasaan dan perilaku yang bebas dan bertanggung jawab dalam
menghadapi perasaan malu dan ragu-ragu.
Menurut Desmita (2009 : 185) Kemandirian atau otonomi
adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran,
perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri
untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan. Erikson
mengatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari
orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses
mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan kearah
individualitas yang mantap dan berdiri sendiri.
Dari pendapat diatas, kemandirian adalah usaha
membebaskan diri dari pengaruh orang tua dalam rangka mencari
identitas diri agar individu dapat mengatur pikiran, tindakan dan
perasaannya sendiri kearah individualitas yang mantap dan berdiri
sendiri.
Tingkatan dalam kemandirian adalah perkembangan
kemandirian seseorang yang berlangsung secara bertahap sesuai
dengan tingkat perkembangan kemandirian tersebut. Ciri-ciri dan
tingkatan kemandirian yang disebutkan Desmita (2009:188) antara
lain:
1) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
2) Cenderung bersifat realistik dan objectif terhadap diri sendiri
dan orang lain
3) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
26
4) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan
5) Toleran terhadap ambiguitas
6) Peduli akan memenuhi diri (self-fulfilment)
7) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal
8) Responsif terhadap kemandirian orang lain
9) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain
10) Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan
keceriaan
Domain psikomotor yaitu domain yang lebih menekankan
pada gerakan-gerakan fisik baik secara halus maupun kasar. Domain
ini lebih cenderung pada mata pelajaran yang menekankan kepada
gerakan-gerakan atau ketrampilan fisik seperti seni musik dan
olahraga. Domain ini lebih berhubungan dengan kemampuan skill
atau kemampuan seseorang.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang mulai dari
kemampuan kognitif, sikap dan ketrampilan yang dimilikinya.
Tabel 2.3 Hasil Belajar Aspek Afektif Pada Materi Bangun
Datar
No Sikap Indikator
1 Kemandirian 1. Melatih siswa agar mampu bekerja
secara mandiri
2. Membangun kemandirian siswa
melalui tugas-tugas yang bersifat
individu
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
27
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah
psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang
baru tampak dalam bentuk kecenderungan kecenderungan untuk
berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan
menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah
menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna
yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.
Tabel 2.4 Hasil Belajar Aspek Psikomotor pada Materi Bangun
Datar
No. Indikator Aspek
Psikomotor Kegiatan
1 Siswa mampu
secara aktif
menggunakan
media
Ketepatan
Siswa tepat dan teliti
dalam menggunakan
alat peraga
2. Menganalisis sifat-
sifat bangun datar
Siswa menggunakan
kemampuan
motoriknya untuk
menganalisis sifat
bangun datar
5. Pengertian Matematika
Zavenbergen (2004:9-10) Mathematics is the social filter that
facilitates the acces of some students to professions of high status, wealth
and power while excluding other. Developing nations actively seek their
young to have access to mathematics, for they know that such knowledge
will benefit them in the future. Mathematics be the foundation for so
many other forms of powerfull knowledge. Computing, science,
technology, research, all have a heavy reliance on mathematics.
Zavenbergen mengatakan bahwa matematika merupakan ilmu
yang dapat dijadikan pondasi untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang
lainnya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Indonesia tahun
2004 dan disempurnakan dengan Standar Isi (SI) tahun 2006
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
28
menyebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia, untuk
menguasai dan menciptakan teknologi masa depan.
Matematika pada dasarnya berasal dari bahasa yunani
mathematike yang berarti mempelajari. Kata mathematike mempunyai
hubungan dengan kata mathein yang artinya belajar (berfikir). Sesuai
dengan asal katanya, matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
dapat didapat dengan cara berfikir. Asep Jihad (2008 : 152) dalam
bukunya menyebutkan pengertian matematika dari beberapa ahli, Reys
(1948) mengartikan bahwa matematika sebagai telaahan tentang pola-
pola dan hubungan suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa
dan suatu alat. Maka dari itu, Kline (1973) menyebutkan bahwa
matematika bukan pengetahuan yang menyendiri, keberadaannya ada
untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial,ekonomi dan alam.
6. Materi Pokok Bangun Datar
Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi Bangun Datar
pada kelas V semester II dengan SK dan KD sebagai berikut:
Tabel 2.5 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
6. Memahami
sifat-sifat
bangun dan
hubungan
antar bangun
6.1 Mengidentifikasi
sifat-sifat bangun
datar
Mengidentifikasi
sifat-sifat bangun
segitiga dan persegi
panjang
Menggambar
bangun segitiga dan
persegi panjang
Mengidentifikasi
sifat-sifat bangun
trapesium dan jajar
genjang
Menggambar
bangun trapesium
dan jajar genjang
Sumber : Panduan KTSP
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
29
Segitiga
Bidang segitiga adalah daerah yang berbentuk segitiga. Bidang
segitiga biasanya hanya disebut segitiga. Berikut ini adalah jenis-jenis
segitiga.
Macam-macam segitiga menurut besar sudutnya.
1) Segitiga lancip, Besar ketiga sudutnya kurang dari 90°.
2) Segitiga siku-siku, Besar salah satu sudutnya 90°.
3) Segitiga tumpul, besar salah satu sudutnya lebih dari 90° dan kurang
dari 180°.
Macam-macam segitiga menurut panjang sisinya.
1. Segitiga sembarang, Ketiga sisinya tidak sama panjang.
2. Segitiga sama kaki, Dua sisinya sama panjang.
3. Segitiga sama sisi, Ketiga sisinya sama panjang.
Sudut dilambangkan dengan ∠. Misal Sudut A dilambangkan
∠A. Sudut B dilambangkan ∠B.
Persegi panjang
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
30
Bentuk persegi panjang banyak kamu jumpai di sekitarmu.
Contoh yang dekat misalnya papan tulis, permukaan buku tulismu, dan
permukaan meja.
Sifat-sifat persegi panjang :
1) persegi panjang merupakan bangun segi empat;
2) banyak titik sudutnya ada 4;
3) keempat sudutnya berupa sudut siku-siku;
4) banyak sisi yang sejajar ada dua pasang; dan
5) pasangan sisi yang sejajar sama panjang.
Dua garis yang sejajar dilambangkan dengan tanda // contoh :
a // b artinya garis a sejajargaris b.
AB // CD artinya garis AB sejajar garis CD.
Trapesium dan Jajar Genjang
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
31
Gambar diatas merupakan contoh bentuk trapesium yang sering
kamu lihat. Jenis-jenis trapesium ada 3, yaitu trapesium sembarang,
trapesium sama kaki, dan trapesium siku-siku.
Setiap sisi trapesium mempunyai
nama sendiri, yaitu sisi atas, kaki, sisi alas
dan kaki.
Trapesium termasuk segiempat, sehingga memiliki 4 sisi dan 4
titik sudut. Ada sepasang sisi-sisi yang sejajar. Pada trapesium sama kaki
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
32
ada sepasang kaki trapesium yang sama panjang. Sifat-sifat trapesium
sebagai berikut.
1. Mempunyai sepasang sisi yang sejajar.
2. Jumlah besar sudut yang berdekatan di antara sisi sejajar 180°.
3. Jumlah keempat sudutnya 360°.
Jajar genjang
Jajar genjang merupakan bangun datar segi empat, adapun
bentuknya adalah sebagai berikut :
Sifat-sifat jajargenjang adalah sebagai berikut .
1. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.
2. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
3. Keempat sudutnya tidak siku-siku.
4. Jumlah sudut-sudut yang berdekatan 180°.
5. Kedua diagonalnya saling membagi dua ruas garis sama panjang.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini dilakukan oleh Femi Septi Ana Nomor Induk
56081008030 Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Hasil Belajar SIswa Matematika Siswa Pada Pokok
Bahasan Aritmatika Sosial Kelas VII SMP 9 Palembang. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen semu (quasi-eksperimen) yang bertujuan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
33
untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalahterhadap
hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 9 Palembang.
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri 9 Palembang, sedangkan sampelnya adalah kelas VII.7
sebanyak 26 orang sebagi kelas eksperimen dan kelas VII.8 sebanyak 26
orang sebagai kelas kontrol. Untuk pengumpulan data, penelitian ini
menggunakan tes hasil belajar matematika siswa (post test). Dimana rata-
rata nilai nilai post test untuk kelas eksperimen adalah 82,62. Sedangkan
rata-rata nilai post test untuk kelas kontrol adalah 70,04. Untuk
mengujihipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikan 5%. Dari hasil
perhitungan diperoleh t hitung = 2.260 dengan derajat kebebasan 50.
Dengan demikian ada pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas VII SMP Negeri 9
Palembang.
C. Kerangka Berpikir
Hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan siswanya saja
namun juga kualitas pengajaran guru. Diharapkan dengan menerapkan model
pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) siswa yang tidak menyukai
matematika menjadi suka. Dengan demikian hasil belajar siswa aspek
kognitif, afektif dan psikomotor akan meningkat dengan baik.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
34
Dengan melibatkan siswa pada proses pembelajaran, diharapkan siswa
menjadi aktif dan keaktifannya dapat membantu siswa memahami konsep-
konsep matematika yang diharapkan. Bila dirumuskan dalam skema dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas, dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran PBI (Problem Based
Instruction) terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif siswa kelas
V SD Negeri 1 Karangnanas.
2. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran PBI (Problem Based
Instruction) terhadap hasil belajar matematika aspek afektif siswa kelas
V SD Negeri 1 Karangnanas.
Hasil Belajar
Matematika Tinggi
Penerapan
Metode eksperimen dan
model pembelajaran PBI
Kondisi Awal
Hasil Belajar Matematika
Rendah
Kondisi Akhir
Memberikan pengaruh
yang positif terhadap hasil
belajar matematika
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013
35
3. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran PBI (Problem Based
Instruction) terhadap hasil belajar matematika aspek psikomotor siswa
kelas V SD Negeri 1 Karangnanas.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Ocktariena Dewi Puspasari, FKIP, UMP, 2013