Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan
perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data
yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu
periode tertentu sehingga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari
laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan. Pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap lapoaran keuangan anatara lain para pemilik
perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers,
investor, karyawan, dan masyarakat.
Menurut Harahap (2004:105) ”laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau
jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal
adalah Neraca, Laporan rugi Laba, Laporan Arus Kas dan Laporan
Perubahan posisi Keuangan”.
Sedangkan Riyanto (2001:15) menyatakan
laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai adanya keuangan suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, nilai hutang, dan modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan keuangan laba/rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu biasanya dalam satu tahun.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berisi data-data keuangan.
Data-data keuangan ini digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Sawir (2005:2) adalah sebagai berikut:
a. menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi,
b. laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu,
c. laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan
perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus kas di
masa depan. Dari pengertian di atas tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-
sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
3. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Pada waktu tertentu manajemen suatu perusahaan harus menyusun dan
menyajikan laporan keuangan guna memenuhi kebutuhan para pihak yang
berkepentingan atas suatu perusahaan ini. Mengenai laporan keuangan yang
disajikan dan disusun oleh manajemen sesuai Ikatan Akuntan Indonesia,
Universitas Sumatera Utara
(2007:2) menyatakan “laporan keuangan yang lengkap terdiri atas
komponen-komponen berikut ini: neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.”
a. Neraca (Balance Sheet)
Pendapat Skousen (2001:41) yang dimaksud dengan neraca adalah
”laporan sumber-sumber dari suatu perusahaan (harta), kewajiban
perusahaan (hutang), dan perbedaan antara yang dimiliki (harta) dan apa
yang dipinjam (hutang) yang disebut ekuitas”. Dalam pengertian aktiva
tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga
termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan pada
penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya
(intangible assets) misalnya goodwill, hak patent, hak menerbitkan dan
sebagainya.
Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian
utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva juga dapat
digolongkan seperti di bawah ini.
1) Harta lancar yaitu harta yang berupa uang tunai yang dapat digunakan
dalam jangka pendek
2) Investasi jangka panjang yaitu pernyertaan atau penanaman modal
pada perusahaan lain dalam jangka panjang untuk memperoleh
pendapatan
Universitas Sumatera Utara
3) Harta tetap yaitu kekayaan perusahaan yang pemakainya dalam waktu
lama serta mempunyai nilai material.
4) Harta tetap tidak berwujud yaitu hak istimewa yang dimiliki oleh
perusahaan yang mempunyai nilai tetapi tidak mempunyai nilai fisik
5) Harta lain-lain yaitu harta yang tidak dapat dikelompokkan dalam
empat jenis aktiva di atas.
Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah seperti di bawah ini.
1) Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan. Kas meliputi koin, uang kertas, cek yang
diterima dari langganan dan simpanan perusahaan di bank yang dapat
ditarik tanpa pembatasan dari bank bersangkutan. Dalam prakteknya,
perusahaan biasanya bisa memiliki beberapa rekening. Misalnya, satu
untuk pembayaran kas umum dan satu lagi untuk pembayaran gaji.
2) Investasi jangka pendek (marketable securities), adalah investasi yang
sifatnya sementara dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas
yang sementara tidak dibutuhkan alat operasional perusahaan. Yang
termasuk dalam investasi jangka pendek adalah: deposito di bank,
surat-surat berharga yang berwujud saham, sertifikat bank dan lain-lain
investasi yang mudah diperjualbelikan.
3) Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam bentuk wesel yang diatur dalam undang-undang
(suatu utang formal). Sepanjang piutang wesel diperkirakan akan
Universitas Sumatera Utara
tertagih dalam setahun, maka diklasifikasikan dalam neraca sebagai
aktiva lancar.
4) Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kreditur) sebagai
akibat dari penjualan barang secara kredit. Piutang dagang ini
diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek,
seperti 30 atau 60 hari. Piutang dagang biasanya disajikan dalam
neraca sebesar nilai realisasinya, yaitu nilai normal piutang dikurangi
dengan cadangan kerugian piutang.
5) Persediaan, untuk perusahaan dagang yang dimaksud dengan
persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang
sampai tanggal neraca masih berada di gudang/belum laku dijual.
Untuk perusahaan manufacturing, persediaan yang dimiliki meliputi:
persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses dan
persediaan barang jadi. Persediaan merupakan salah satu unsur yang
paling aktif dalam operasional perusahaan, yang secara terus menerus
akan diperoleh atau diproduksi untuk dijual.
6) Pendapatan yang masih harus diterima, adalah pendapatan yang sudah
menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan
jasa/prestasinya, tetapi belum menerima pembayaran sehingga
merupakan tagihan.
7) Biaya dibayar di muka, adalah pengeluaran untuk memperoleh
jasa/prestasi, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa
tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Skousen (2001:42): ”Hutang adalah kewajiban untuk
membayar kas, pemindahan asset lain atau memberikan jasa-jasa ke
orang lain.” Sedangkan menurut Munawir (2004:18) ”Hutang adalah
kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi,
di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang
berasl dari kreditur”.
Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam
hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Hutang
lancar meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode
jangka pendek (satu tahun atau kurang tanggal neraca atau dalam siklus
kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurang aktiva yang
dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan
hutang lancar yang lain.
Hutang lancar dapat dibagi atas:
1) hutang dagang yaitu hutang yang timbul karena adanya transaksi
pembelian secara kredit dimana pelunasannya harus dilakukan dalam
jangka pendek,
2) hutang pajak yaitu kewajiban perusahaan yang harus segera dilunasi
kepada pemerintah atas pajak yang dikenakan,
3) hutang dividen yaitu bagian laba yang dibagikan kepada para
pemegang saham,
4) pendapatan yang diterima dimuka,
Universitas Sumatera Utara
Hutang jangka panjang adalah kewajiban sekarang yang timbul dari
kegiatan atau transaksi yang lalu, yang jatuh temponya lebih dari satu
tahu ditinjau dari tanggal neraca.
Modal menggambarkan bagian pemilik perusahaan atau kekayaan
perusahaan yang diukur dengan menghitung selisih antara aktiva
dikurangi hutang. Menurut Munawir (2004:19) ”Modal merupakan hak
atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos
modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan”.
b. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan
yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau
yang didapat dalam suatu periode. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(2007:10)
laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut yaitu
pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau
rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan
menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari
aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba
atau rugi bersih untuk periode berjalan.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Universitas Sumatera Utara
Laporan perubahan modal adalah ringkasan tentang perubahan
modal yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Maka dapat diketahui
bahwa laporan perubahan ekuitas memberikan informasi mengenai
tambahan atau pengurangan ekuitas selama periode tertentu. Penambahan
ekuitas berasal dari investasi dan laba sedangkan pengurangan ekuitas
biasanya karena kerugian atau pengambilan pribadi.
d. Laporan Arus Kas
Dalam laporan ini yang dicantumkan semua transaksi dan
keterjadian perusahaan yang mempunyai konsekuensi kas. Laporan arus
kas menggambarkan keadaan masa yang akan datamg, karena
informasinya dapat digunakan untuk melakukan prediksi di masa yang
akan datang.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti
kewajiban kontinjensi dan komitmen.
B. Piutang
1. Pengertian dan Klasifikasi Piutang
Universitas Sumatera Utara
Penjualan kredit merupakan strategi yang digunakan perusahaan untuk
mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada dan untuk menarik
langganan-langganan baru. Menurut Riyanto (2001:85) ”penjualan kredit
tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang
langganan dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas
masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut”.
Piutang secara umum dapat didefinisikan sebagai tagihan yang timbul
atas penjualan barang atau jasa secara kredit. Istilah piutang (receivable)
meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk
individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Menurut Wild (2005:260)
”Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari
penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang”.
Menurut Mulyadi (2002:87) ”piutang merupakan klaim kepada pihak
lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu
tahun, atau dalam siklus kegiatan perusahaan”.
Jadi secara umum piutang timbul dari transaksi penjualan barang
dagang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul ketika suatu
perusahaan memberi pinjaman uang kepada perusahaan lain dan menerima
promes/wesel, melakukan suatu jasa, ataupun beberapa tipe transaksi
lainnya yang menciptakan suatu hubungan antara pihak yang memberi
pinjaman dengan pihak yang berutang. Piutang mencatat dengan mendebet
akun piutang usaha (account receivable) dan diklasifikasikan dalam neraca
Universitas Sumatera Utara
sebagai aktiva lancar. Menurut Kieso (2002:386) ”piutang diklasifikasikan
dalam neraca baik sebagai piutang dagang atau non dagang”.
a. Piutang dagang (trade receivable)
Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk
barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis
normal. Kieso (2002:386) mengemukakan bahwa ”piutang dagang
biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan biasa
disubklasifikasikan menjadi piutang usaha dan wesel tagih”.
1) Piutang usaha (account receivable)
Piutang usaha berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan
biasanya dapat ditagih dalam waktu 30-60 hari. Biasanya piutang
usaha tidak melibatkan bunga, meskipun pembayaran bunga atau biaya
jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan
dalam periode tertentu.
Dalam melakukan penjualan kredit, perusahaan biasanya
menawarkan diskon sebagai syarat pembayaran, biasanya 2/10, n/30.
Ini berati pelanggan memberikan diskon tunai 2% apabila membayar
dalam 10 hari dari hari penjualan, bila tidak maka pelanggan harus
membayar penuh dalam kurun waktu 30 hari. Misalkan penjualan $
1,000 dengan syarat 2/10, n/30 untuk mencatat penjualan dan piutang
usaha ada 2 metode yaitu metode kotor dan metode bersih, (Kieso,
2002).
Universitas Sumatera Utara
Metode Kotor
Debet Kredit Piutang usaha Penjualan
$ 1,000
$ 1,000
Apabila sebesar $ 300 diterima dalam periode diskon Kas Diskon penjualan Piutang usaha
$ 294 $ 6
$ 300
Pembayaran sebesar $ 700 diterima setelah periode diskon Kas Piutang usaha
$ 700 $ 700
Metode Bersih
Debet Kredit Piutang usaha Penjualan
$ 980
$ 980
Apabila sebesar $ 294 diterima dalam periode diskon Kas Piutang usaha
$ 294
$ 294
Pembayaran sisanya sebesar $ 700 diterima setelah periode diskon Kas Diskon penjualan yang tidak diambil Piutang usaha
$ 700 $ 14 $ 686
Retur dan potongan penjualan
Dalam bisnis yang normal beberapa barang akan
dikembalikan oleh pelanggan dan beberapa potongan harus diberikan
untuk faktor-faktor seperti kerusakan barang yang terjadi selama
pengiriman, barang yang terbuang bahkan cacat, atau pengiriman
jumlah atau jenis barang yang tidak benar. Ketika potongan
diperlukan, penjualan bersih dan piutang usaha dikurangi.
2) Wesel tagih (notes receivable)
Universitas Sumatera Utara
Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah
uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat
bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih
mempunyai ciri-ciri yaitu ketentuan pembayaran yang berkelanjutan,
jaminan keamanan melebihi faktur penjualan dan dokumen
perdagangan komersial lainnya, dasar formal untuk membentuk bunga.
Wesel tagih dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu wesel
tagih berbunga dan wesel tanpa bunga.
a) Wesel tagih berbunga (interst bearing notes)
Wesel tagih tidak berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk
membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga
yang terutang pada tingkat khusus. Pada wesel ini tercantum persen
bunga dan jangka waktu pelunasannya. Pada saat jatuh tempo pihak
yang memegang wesel menerima sejumlah nilai nominal dan bunga
yang telah tertulis pada wesel.
b) Wesel tagih tanpa bunga (non interest bearing notes)
Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantum persen bunga
tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga. Jadi nilai sekarang
merupakan selisih antara nominal dan bunga yang dimasukkan
dalam wesel tersebut yang disebut bunga implisit atau bunga efektif.
b. Piutang nondagang (nontrade receivable)
Universitas Sumatera Utara
Piutang nondagang dan piutang menghasilkan digolongkan ke
dalam piutang lain-lain. Pendapat Mulyadi (2002:87) ”piutang nondagang
timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar,
seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham,
piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan
bunga”.
2. Penilaian Kerugian Piutang
Biasanya sebagian besar dari penjualan kredit dipastikan tidak akan
tertagih. Beban operasi yang muncul karena tidak tertagihnya piutang
dinamakan beban piutang tak tertagih (uncollectiblle account expense),
beban piutang macet (bad debt expense), atau beban piutang ragu-ragu
(dobtful account expense). Faktor-faktor yang mengakibatkan piutang tak
tertagih adalah (1) debitur pailit, (2) debitur telah meninggal dunia, (3)
debitur melarikan diri.
Piutang tak tertagih atau piutang ragu-ragu tentunya mengakibatkan
berkurangnya piutang perusahaan yang akhirnya mengurangi aktiva lancar
dan pada akhirnya akan menganggu likuiditas perusahaan.
Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat piutang yang
diperkirakan tidak akan tertagih yaitu metode penyisihan dan metode
penghapusan langsung.
a. Metode penyisihan atau metode cadangan
Universitas Sumatera Utara
Penghapusan piutang tak tertagih akan dilakukan apabila tersedia
bukti positif mengenai ketidaktertagihan sebagian besar atau seluruh
piutang. Piutang tak tertagih akan dihapus dengan mendebit perkiraan
penyisihan yang sebelumnya telah dibentuk dan mengkredit piutang
usaha.
Baridwan (2000:127) menyatakan bahwa Perhitungan kerugian piutang atas dasar saldo piutang dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : 1. jumlah cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo piutang, 2. cadangan ditambah dengan persentase tertentu dari saldo piutang, 3. jumlah cadangan dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung dengan analisa umur piutang.
Contoh 1.
PT Citra Jaya pada tanggal 31 Desember 2005 mempunyai saldo piutang
sebesar Rp 20.000.000,00 dan cadangan kerugian piutang menunjukkan
saldo kredit Rp 50.000,00. Persentase kerugian piutang ditetapkan sebesar
2% dari saldo piutang, maka:
Kerugian piutang 2% x rp 20.000.000,00 Rp 400.000,00
Cadangan kerugian piutang
Kerugian piutang yang dibebankan tahun 2005 Rp 350.000,00
Rp 50.000,00
Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2005 yaitu:
Debet kredit Kerugian Piutang Cadangan kerugian Piutang
Rp 350.000,00
Rp 350.000,00
Contoh 2.
Universitas Sumatera Utara
Cadangan ditambah dengan persentase tertentu dari saldo piutang yang
dibebankan dihitung dengan cara mengalihkan persentase tertentu dar
saldo cadangan kerugian piutang. Dari data di atas maka kerugian piutang
yang dibebankan adalah sebesar:
Kerugian piutang sebesar 2% x Rp 20.000.000,00 = Rp 400.000,00
Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2005 yaitu:
Debet Kredit Kerugian Piutang Cadangan Kerugian Piutang
Rp 400.000,00
Rp 400.000,00
Contoh 3.
Jika jumlah cadangan dinaikan sampai suatu jumlah yang dihitung
dengan analisa piutamg maka kerugian piutang dengan cara membuat
daftar umur piutang atau biasa disebut dengan analisa umur piutang.
Daftar ini berisi informasi mengenai piutang masing-masing debitur
dengan jumlah kelompok piutang yang belum jatuh tempo. Setelah daftar
di buat taksiran maka taksiran kerugian piutang ditentukan dengan cara
menetapkan persentase berdasarkan pada pengalaman masa lalu terhadap
total masing-masing kelompok umur piutang. Setelah itu dibandingkan
dengan saldo cadangan kerugian piutang. Dari contoh di atas saldo
rekening piutang PT Citra Jaya menunjukkan jumlah sebesar Rp
20.000.000,00 dapat dirinci berdasarkan pada daftar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
PT CITRA JAYA ANALISA UMUR PIUTANG
31 Desember 2000 (Dalam Ribuan Rupiah)
Nama Jumlah Beban
jatuh
tempo
Lewat Jatuh Tempo (Hari)
1-30 31-60 61-90 91-180 181-365 >365
UD Maju 2.500 1.500 - 1.000 - - - -
Toko Indah 1.500 - - - - - 500 1.000
PT Risa 1.750 - - - 1.500 250 - -
UD Sanjaya 1.250 - - - - - 1.250 -
PT Sinar 2.000 1.000 1.000 - - - - -
Basri 2.000 1.500 - 500 - - - -
UD Polka 2.250 1.000 500 - - 750 - -
PT Harmoni 1.750 1.750 - - - - - -
CV Jaya 2.500 1.250 - 1.000 - - - -
UD Sari 2.500 1.250 1.500 - - - - -
Jumlah 20.000 9.250 3.000 2.500 1.500 1.750 1.750 1.000
Sumber Baridwan 2000:130
Pihak PT Citra Jaya menetapkan persentase kerugian sebagai berikut:
Belum jatuh tempo 0,5%
Lewat jatuh tempo 1-30 hari 1%
Lewat jatuh tempo 31-60 hari 2%
Lewat jatuh tempo 61-90 hari 5%
Lewat jatuh tempo 91-180 hari 10%
Lewat jatuh tempo 181-365 hari 20%
Lewat jatuh tempo >365 hari 30%
Maka taksiran kerugian piutang dapat disususn sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
PT CITRA JAYA TAKSIRAN KERUGIAN PIUTANG
Kelompok Umur Jumlah Persentase
Kerugian Piutang
Taksiran
kerugian Piutang
Belum jatuh tempo Rp 9.250.000 0,5% Rp 46.250
Lewat 1-30 hari Rp 3.000.000 1% Rp 30.000
Lewat 31-60 hari Rp 2.500.000 2% Rp 50.000
Lewat 61-90 hari Rp 1.500.000 5% Rp 75.000
Lewat 91-180 hari Rp 1.000.000 10% Rp 100.000
Lewat 181-365 hari Rp 1.175.000 20% Rp 350.000
>365 hari Rp 1.000.000 30% Rp 300.000
Jumlah Rp 20.000.000 Rp 351.250
Sumber Baridwan 2000:130
Berdasarkan Tabel di atas maka kerugian piutang tahun 2005 yaitu:
Jumlah kerugian piutang Rp 351.250,00
Cadangan kerugian piutang
Kerugian piutang yang dibebankan Rp 301.250,00
Rp 50.000,00
Maka jurnalnya yaitu:
Debet Kredit Kerugian Piutang Cadangan kerugian piutang
Rp 301.250,00
Rp 301.250,00
b. Metode penghapusan langsung (direct write off method)
Dengan metode ini maka jumlah kerugian tidak perlu ditaksir dan
dalam pembukuan tidak ada rekening cadangan kerugian piutang. Apabila
suatu piutang telah diyakini telah dapat ditagih, maka piutang langsung
dihapuskan dengan mendebet kerugian piutang dan mengkredit piutang.
Universitas Sumatera Utara
3. Penghapusan Piutang
a. Metode penyisihan atau metode cadangan
Debet Kredit Pencatatan pada akhir periode Kerugian piutang Cdangan kerugian piutang
xxx xxx
Periode piutang tidak dapat ditagih, piutang dihapuskan sebesar jumlah yang diyakini. Cadangan kerugian piutang Piutang
xxx Xxx
Piutang yang dihapuskan dibayar kembali oleh debitur Kas Cadangan kerugian piutang
xxx xxx
b. Metode penghapusan langsung
Debet Kredit Pencatatan pada akhir periode Tidak ada jurnal - - Periode piutang tidak dapat ditagih, piutang dihapuskan sebesar jumlah yang diyakini. Kerugian piutang Piutang
xxx xxx
Piutang yang dihapuskan dibayar kembali oleh debitur Piutang kerugian piutang
xxx xxx
Pada saat penerimaan piutang Kas Piutang
xxx xxx
4. Pengukuran Kebijakan Piutang Usaha
Kebijakan piutang usaha dapat dinilai dengan perputaran piutang
dimana posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai
dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut, yaitu dengan
membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Menurut Munawir
Universitas Sumatera Utara
(2004:75) “Makin tinggi rasio perputaran piutang (ratio turn over)
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah,
sebaliknya kalau ratio semakin rendah berarti ada kelebihan investasi (over
investment) dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut”.
C. Tingkat Rasio Likuiditas
1. Pengertian Likuiditas
Suatu perusahaan harus mempertahankan sumber kas yang mencukupi
untuk membayar seluruh tagihannya yang sah pada saat tagihan itu jatuh
tempo. Perusahaan yang tidak dapat mempertahankannya akan mengalami
kesulitan likuiditas dan berada dalam kondisi keuangan yang sangat serius.
Menurut Horne (2005:135) ”rasio likuiditas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio
ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber jangka pendek
untuk memenuhi kewajiban tersebut”.
Menurut Riyanto (2001:25) ” likuiditas adalah berhubungan dengan
masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
financial-nya yang segera harus dipenuhi”. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo dan dalam
menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan yang dapat memenuhi
kewajiban perusahaan tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut
mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar
Universitas Sumatera Utara
daripada hutang jangka pendeknya. Jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh
suatu perusahaan pada saat tertentu merupakan kekuatan membayar
kewajiban jangka pendek dari perusahaan yang bersangkutan.
2. Pengukuran Tingkat Likuiditas
Menurut Riyanto (2001:332) rasio-rasio dalam likuiditas adalah
”current ratio, cash ratio, acid test ratio (quick ratio), dan working capital
to total assets ratio”.
a. Rasio lancar (Current Ratio)
Rasio umum yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan
adalah current ratio yang memberikan ukuran kasar tentang likuditas
perusahaan, sebagaimana yang dikemukakan Wals (2003:106)
Perhitungan rasio ini didasarkan pada perbandingan sederhana antara total aktiva lancar dan kewajiban lancar. Aktiva lancar merupakan jumlah likuid, misalnya kas, yang tersedia untuk bisnis. Sementara kewajiban lancar memberikan indikasi kebutuhan akan kas di masa depan.
Menurut Horne (2005:135): ”Rasio lancar adalah aktiva lancar dibagi
kewajiban lancar. Ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menutupi kewajiban lancar dengan aktiva lancar perusahaan”.
Sawir (2005:8) mengatakan:
Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo uang.
Universitas Sumatera Utara
Aktiva lancar Rasio Lancar = x 100%
Hutang Lancar
b. Cash Ratio (Rasio kontan)
Cash Ratio yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan
dan efek yang segera dapat diuangakan.
Kas + Efek Cash Ratio = x 100%
Hutang Lancar
c. Acid test Ratio (Rasio Cair atau Quick Ratio)
Menurut Sartono (2000:62) “quick ratio (acid test ratio) adalah
rasio antara aktiva lancar dikurangi persediaan dibagi hutang lancar.
Rasio ini mengukur solvabilitas jangka pendek tetapi tidak
memperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan aktiva lancar
yang kurang liquid”. Sedangkan menurut Horne (2005:69) “acid test ratio
memberikan ukuran yang mendalam tentang likuiditas daripada rasio
lancar”.
Aktiva lancar - Persediaan Quick Ratio = x 100%
Hutang Lancar
d. Working Capital to Total Assets
Working capital to total assets digunakan untuk menghitung
berapa kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Working capital to
Universitas Sumatera Utara
total assets adalah kemampuan untuk membayar hutang yang segera
harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets).
Aktiva lancar-hutang lancar Working capital to total assets= x100%
Total Aktiva
D. Analisis Kebijakan Piutang terhadap Tingkat Likuiditas
Piutang sebagai bagian dari modal kerja yang selalu mengalami
perputaran. Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya
ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga
semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal
kerja tersebut dalam piutang dan berarti makin kecil tingkat perputaran piutang
dalam satu periode dan sebaliknya, makin pendek syarat pembayaran kredit maka
makin pendek pula terikatnya modal kerja dalam piutang, sehingga tingkat
perputaran piutang dalam satu periode semakin besar. Tingkat perputaran piutang
ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dalam menetapkan jumlah dan
lamanya piutang yang akan diberikan kepada pelanggan. Oleh karena itu, suatu
sistem pengelolaan dan pengawasan terhadap piutang sangatlah penting, karena
tanpa dilakukannya pengawasan, piutang akan menumpuk menjadi suatu tingkat
yang berlebihan dan akan mengakibatkan arus kas akan menurun, dan piutang tak
tertagih akan menutupi laba dari penjualan.
Piutang adalah pos penting dalam perusahaan karena merupakan bagian
akhir lancar yang likuid dan selalu dalam keadaan berputar. Dengan mengetahui
Universitas Sumatera Utara
bagaimana tingkat perputaran piutang pada PT Inalum Kuala Tanjung, kita dapat
mengukur pengaruh kebijakan piutang terhadap likuiditas perusahaan.
Untuk menilai kebijakan piutang usaha salah satu yang dipergunakan adalah
perputaran piutang yaitu mengkonversikan piutang menjadi kas dalam jangka
waktu satu tahun. Dapat dicari dengan:
Penjualan Perputaran piutang =
Rata-rata piutang
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis adalah penelitian
yang dilakukan penulis berbentuk deskriptif yang bersifat penjelasan kuantitatif
tentang analisis kebijakan piutang usaha, menghitung tingkat rasio likuiditas, dan
menganalisis piutang usaha yang meningkatkan likuiditas.
TABEL 2.1 TABEL TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Nama Tahun Judul Kesimpulan
J. Melda D
Simamira
2007 Penggaruh
Perputaran Piutang
terhadap Likuiditas
perusahaan pada PT
Pertani (Persero)
wilayah Sumatera
Bagian Utara.
Piutang berpengaruh
positif dengan kuat
terhadap likuiditas
pada PT Pertani
(Persero) wilayah
Sumatera Bagian
Utara.
Martinus K D
2006
Analisis Efektifitas
Pengelolaan Piutang
Pengelolaan piutang
atas penjualan kredit
Universitas Sumatera Utara
atas Penjualan Kredit
dan Pengaruhnya
terhadap
Profitabilitas pada PT
AKARI Indonesia
Cabang Medan.
sudah efektifitas dan
berpengaruh positif
terhadap profitabilitas
pada PT AKARI
Indonesia Cabang
Medan.
Elsrimawaty
Silitonga
2007 Akuntansi Piutang
pada PT Perusahaan
Perdagangan
Indonesia
(PERSERO) Medan
Penyajian Piutang PT
Perusahaan
Perdagangan
Indonesia (PERSERO)
Medan cukup baik
sesuai dengan
akuntansi yang
berlaku secara umum.
F. Kerangka Konseptual
GAMBAR 2.1 KERANGKA KONSEPTUAL
Tingkat Likuiditas
(rasio lancar, cash ratio, Acid test ratio/rasio cair, dan working capital
to total assets)
Kebijakan piutang perusahaan
Laporan Keuangan PT Inalum Kuala Tanjung 2006 sampai 2008
Universitas Sumatera Utara
Laporan keuangan PT Inalum Kuala Tanjung tahun 2006 sampai 2008
digunakan untuk menganalisis kebijakan piutang dan untuk menghitung rasio-
rasio likuiditas. Kebijakan piutang yang merupakan salah satu cara untuk melihat
bagaimana pengelolaan piutang perusahaan. Menilai kebijakan piutang dengan
menggunakan perputaran piutang akan mempengaruhi nilai dari aktiva lancar
yang akan dipergunakan untuk menjaga tingkat likuiditas perusahaan
(kemampuan memenuhi kewajiban perusahaan tepat pada waktunya).
Tingkat likuiditas dapat dicari dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas
yaitu rasio lancar, cash ratio, acid test ratio (rasio cair), dan working capital to
total assets. Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban lancar dengan aktiva lancar perusahaan. Cash ratio kemampuan
perusahaan membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan kas. Rasio cair
mengukur solvabilitas jangka pendek. Working capital to total assets menghitung
modal kerja yang dimiliki perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets). Analisis tingkat
kebijakan piutang usaha dipergunakan untuk meningkatkan likuiditas dengan
melihat pengaruh perputaran piutang usaha dengan tingkat rasio-rasio likuiditas.
Universitas Sumatera Utara