Upload
trinhkhanh
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Masa Nifas
a. Definisi
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
Masa nifas ini dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu setelah itu. ( Khumaira, M. 2012. h. 307)
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula, masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. ( Sulistyawati, A. 2009. h. 1)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masa nifas
merupakan masa yang dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 6 minggu dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula.
b. Tujuan masa nifas
Menurut Saleha, S. 2009. h. 4-5, tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada
masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis
2) Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,
imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
4) Memberikan pelayanan KB
c. Tiga proses penting pada masa nifas
1) Pengecilan rahim atau involusi
Pada masa nifas, secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan-lahan
kebentuknya semula, setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram, pada
saat ini dianggap bahwa masa nifas sudah selesai, namun sebenarnya rahim
akan kembali keposisinya yang normal dengan berat 30 gram dalam waktu 3
bulan setelah masa nifas. Selama masa pemulihan 3 bulan ini, bukan hanya
rahim saja yang kembali normal, tetapi juga kondisi tubuh ibu secara
keseluruhan.
2) Kekentalan darah kembali normal
Selama hamil, darah ibu relative lebih encer, karena cairan darah ibu banyak,
sementara sel darahnya berkurang, apabila dilakukan pemeriksaan kadar
hemoglobinnya akan tampak sedikit menurun dari angka normalnya sebesar 11-
12 gr%, jika hemoglobinnya terlalu pendek, maka bisa terjadi anemia atau
kekurangan darah.
Oleh karena itu, selama hamil ibu perlu diberi obat-obatan penambah darah,
sehingga sel-sel darahnya bertambah dan konsentrasi darah atau
hemoglobinnya normal atau tidak terlalu rendah. Setelah melahirkan, system
sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula. Darah kembali mengental,
dimana kadar perbandingan sel darah dan cairan darah kembali normal.
Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-15 pascapersalinan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
3) Proses laktasi atau menyusui
Proses ini timbul setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung hormone
penghambat prolaktin/ hormone plasenta, yang menghambat pembentukan ASI,
setelah plasenta lepas hormone plasenta itu tidak dihasilkan lagi, sehingga
terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan, pada payudara
sudah terbentuk kolostrum yang sangat baik untuk bayi, karena mengandung zat
kaya gizi dan antibody pembunuh kuman. ( Saleha, S. 2009. h. 2-4)
d. Tahapan masa nifas
Menurut Sulistyawati, A. 2009. h. 5 masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu
puerperium dini, puerperium intermedial dan remote puerperium, perhatikan
penjelasan berikut:
1) Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama islam dianggap bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari
2) Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu
3) Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama apabila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-
minggu, bulan, bahkan tahun.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
e. Peran bidan pada masa nifas
Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Memberi dukungan yang terus-menerus selama masa nifas
yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas
2) Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi
secara fisik dan psikologis
3) Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara
meningkatkan rasa nyaman ( Saleha, S. 2009. h. 5)
f. Proses adaptasi psikologis ibu masa nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya, sehingga reva rubin
membagi periode ini menjadi 3 bagian, antara lain:
1) Periode taking in
a) Periode ini terjadi 1-2 hari setelah melahirkan. Ibu baru
pada umumnya pasif dan ketergantungan pada orang
lain, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan
tubuhnya
b) Ia mungkin akan mengulang-ulang dan menceritakan
pengalamannya waktu melahirkan.
c) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi
gangguan kesehatan akibat kurang istirahat
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
d) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat
pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan
proses laktasi aktif
2) Periode taking hold
a) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 postpartum
b) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi
orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggungjawab terhadap bayi
c) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
BAB, BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya
d) Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan
perawatan bayi, misalnya menggendong, memandikan,
memasang popok dan sebagainya
e) Pada masa ini, ibu biasanya sensitive dan merasa tidak
mahir dalam melakukan hal-hal tersebut
f) Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap
kemungkinan perubahan yang terjadi
g) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan
untuk melakukan bimbingan cara perawatan bayi,
namun harus selalu diperhatikan tehnik bimbingannya,
jangan sampai menyinggung perasaan dan membuat
perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitive.
3) Periode Letting Go
a) Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah,
periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
b) Ibu mengambil tanggungjawab terhadap perawatan bayi
dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi
yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan
berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial
c) Depresi postpartum umumnya terjadi pada periode ini.
( Sulistyawati, A. 2009. h. 87-89)
g. Program dan kebijakan teknis masa nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan ini
bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah,
mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
1) 6-8 jam setelah persalinan
Pada kunjungan pertama ini, yang perlu bidan kaji antara lain:
a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
memberi rujukan bila perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas
d) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia
2) Enam hari setelah persalinan
Pada kunjungan kedua ini, yang perlu bidan kaji antara lain:
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan
pasca melahirkan
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi, cara merawat tali pusat dan bagaimana menjaga bayi
agar tetap hangat.
3) Dua minggu setelah persalinan
Pada kunjungan ketiga ini, pengkajian sama seperti pada kunjungan enam hari
setelah persalinan.
4) Enam minggu setelah persalinan
Pada kunjungan keempat, yang perlu bidan kaji antara lain:
a) Menayakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
dialami ibu atau bayinya
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Saleha, S.
2009. h. 6-7)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
h. Penyuluhan masa nifas
Disetiap kali pertemuan atau kunjungan ibu nifas, bidan harus selalu
memasukkan kegiatan penyuluhan dalam perencanaan asuhan dengan pokok-
pokok bahasan sebagai berikut:
1) Gizi
2) Suplemen zat besi dan vitamin A
3) Kebersihan diri dan bayi
4) Istirahat dan tidur
5) Pemberian ASI
6) Latihan/ senam nifas
7) Hubungan seksual
8) KB
9) Tanda-tanda bahaya masa nifas. ( Sulistyawati, A. 2009. h.
170)
i. Perdarahan pada masa nifas
Penyabab perdarahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Sisa plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi. Perdarahan
yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta, jika pada
pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap, maka harus
dilakukan eksplorasi dari cavum uteri. Potongan-potongan plasenta yang
ketinggalan tanpa diketahui biasanya menimbulkan perdarahan postpartum
lambat.
2) Endometritis puerperalis
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Pada infeksi yang disebabkan kuman pathogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping
nekrosis serta cairan, pada batas antara daerah yang meradang dan daerah
sehat terdapat lapisan yang banyak terdapat leukosit-leukosit. Perdarahan
biasanya tidak banyak, pengobatannya diberi obat antibiotic.
3) Perdarahan oleh sebab-sebab fungsional
Perdarahan oleh sebab-sebab fungsional antara lain sebagai berikut:
a) Perdarahan Karena hyperplasia glandularis, karena
berhubungan dengan siklus anovulatorius dalam nifas
b) Perubahan dinding pembuluh darah, pada golongan ini
tidak ditemukan sisa plasenta, endometritis, ataupun luka
4) Perdarahan karena luka
Kadang-kadang robekan serviks atau robekan rahim tidak didiagnosis sewaktu
persalinan, karena perdarahan pada waktu itu tidak menonjol. Beberapa hari
setelah postpartum dapat terjadi perdarahan yang banyak. (Saleha, S. 2009. h.
100-101)
2. Retensio sisa plasenta
a. Definisi
1) Retensio sisa plasenta adalah sebagian plasenta yang masih
tertinggal. ( Manuaba. 2010. h. 413)
2) Sisa plasenta merupakan potongan-potongan plasenta yang
tertinggal tanpa diketahui, biasanya menimbulkan perdarahan
postpartum lambat. ( Saleha, S. 2009. h. 100)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio sisa plasenta
merupakan sebagian plasenta yang masih tertinggal tanpa diketahui
sebelumnya, yang akan menimbulkan perdarahan pada masa nifas.
b. Etiologi
Menurut Manuaba. 2007. h. 820 faktor penyebab dari retensio sisa plasenta
adalah:
1) Terdapat sisa membrane sehingga mengganggu kontraksi dan
retraksi untuk menutup pembuluh darah ditempat
implantasinya
2) Terdapat polip plasenta
3) Perdarahan karena terjadi degenerasi khoriokarsinoma
4) Perdarahan yang bersumber dari perlukaan yang terbuka
kembali
5) Infeksi pada pelepasan implantasi plasenta
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari retensio sisa plasenta adalah:
1) Grandemultipara
Pada ibu yang mengalami grandemultipara mempunyai resiko tinggi karena
semakin banyaknya riwayat kehamilan dan persalinan yang dialami ibu, sehingga
ibu mengalami lemahnya otot rahim yang menyebabkan kontraksi uterus dan
pelepasan plasenta dan sisa plasenta. ( Widiastuti, P. 2004. h. 58)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
2) Partus lama
Pada partus lama uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga
otot-otot rahim tidak mampu melakukan kontraksi segera setelah plasenta lahir.(
Kasdu, D. 2005. h. 19)
3) Partus presipitatus
Partus presipitatus terjadi karena kontraksi yang sangat kuat pada
saat proses persalinan atau terjadi karena tahanan jalan lahir yang rendah
sehingga menyebabkan hipotonus uterus dengan resiko retensio sisa plasenta.
(Benson C Ralph, Pernoll L Martin. 2009. h. 220)
4) Penanganan manajemen kala III yang kurang benar
Kesalahan pada manajemen kala III yaitu mencoba mempercepat
kala III dan melakukan dorongan dan pemijatan uterus sehingga mengganggu
mekanisme fisiologis pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan
sebagian plasenta yang mengakibatkan perdarahan. ( Oxorn H, Forte R William.
2010. h. 414)
5) Riwayat operasi SC
Riwayat persalinan dengan operasi caesar, dapat menyebabkan
cacat atau jaringan parut pada miometrium, sehingga mempengaruhi implantasi
dan perlekatan plasenta yang menyebabkan retensio sisa plasenta. (
Danuatmaja B, Meiliasari M. 2007. h. 153)
6) Riwayat hamil dengan anemia
Pada ibu yang mengalami anemia selama hamil, mempunyai resiko cukup
besar terjadinya perdarahan postpartum, karena pada anemia menyebabkan
penurunan sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
sirkulasi darah, sehingga mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk
berkontraksi dan juga berpengaruh terhadap pelepasan plasenta dan sisa
plasenta. ( Widiastuti, P. 2004. h. 58)
c. Patofisiologi
Proses kala III didahului dengan tahap pelepasan plasenta yang akan ditandai
oleh perdarahan pervaginam, pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum
lepas maka tidak akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah
lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan harus diantisipasi
dengan segera melakukan placenta manual, meskipun kala uri belum lewat
setengah jam.
Sisa plasenta bisa diduga karena kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan plasenta manual menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap
pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari
ostium uteri eksternum. ( Prawirohardjo. 2008. h. 527)
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat
pada tempat implantasinya, sehingga menyebabkan terganggunya retraksi dan
kontraksi otot uterus, yang menyebabkan sebagian pembuluh darah tetap
terbuka serta menimbulkan perdarahan. Pembentukan epitel akan terganggu
sehingga menimbulkan perdarahan yang berkepanjangan. (Manuaba. 2007. h.
811)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa patofisiologi retensio
sisa plasenta terjadi karena kala uri berlangsung tidak lancar, disebabkan
sebagian plasenta masih melekat pada tempat implantasinya yang
menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus dan menimbulkan perdarahan.
d. Tanda dan gejala
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Tanda dan gejala klinis retensio sisa plasenta menurut Manuaba. 2010. h. 413,
antara lain:
1) Terdapat subinvolusi uteri
2) Terjadi perdarahan sedikit yang berkepanjangan
3) Tiba-tiba terjadi perdarahan yang banyak, setelah berhenti
beberapa waktu
4) Perasaan tidak nyaman diperut bagian bawah
5) Penurunan tinggi fundus uteri terlambat walaupun uterus
berkontraksi.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Golongan darah menentukan Rh, ABO dan pencocokan silang
2) Jumlah darah lengkap menunjukkan penurunan Hb/ Ht dan
peningkatan jumlah sel darah putih
3) Kultur uterus dan vagina mengesampingkan infeksi
postpartum
4) Urinalitas: memastikan kerusakan kandung kemih
5) Ultrasonografi: untuk menentukan adanya jaringan plasenta
yang tertahan. ( Mitayani. 2009. h. 141)
f. Penatalaksanaan medis
Prinsip penatalaksanaan untuk pasien dengan perdarahan pasca persalinan
karena retensio sisa plasenta, yaitu:
1) Berikan antibotika yaitu ampisilin dengan dosis awal 1 g IV
dilanjutkan 3x1 g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1
g supositoria dilanjtkan 3x500 mg oral. ( Nugroho, T. 2010. h.
164)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
2) Tentukan adanya syok atau tidak, bila dijumpai adanya syok
maka segera diberikan cairan infuse kristaloid, control
perdarahan dan pemberian O2. ( Achadiat, Chrisdiono M.
2010. h. 46)
3) Melakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan
kuretase ( Nugroho, T. 2010. h. 164)
4) Periksa kadar Hb apabila Hb < 8 g/ dL berikan tranfusi darah,
apabila kadar Hb > 8 g / dL berikan sulfas ferosus 600 mg/ hari
selama 10 hari. ( Nugroho, T. 2010. h. 164)
5) Seorang bidan memberikan penanganan pada ibu nifas
dengan retensio sisa plasenta sesuai dengan wewenangnya
adalah:
a) Memperkirakan dengan tepat volume darah yang hilang
dari traktus genetalia setelah kelahiran
b) Melakukan manajemen kala III dengan benar sehingga
mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan serta
anemia
c) Pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir, gunanya
untuk mencegah perdarahan setelah bayi lahir yaitu
dengan pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20
unit per liter IV drip pada 500 cc RL.
d) Melakukan eksplorasi untuk menentukan jaringan sisa
plasenta yang tertinggal
e) Melakukan kompresi bimanual pada uterus dan
memberikan oksitosin
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
f) Mengenali dan menindaklanjuti wanita yang beresiko tinggi
perdarahan postpartum
g) Melakukan pencegahan dan pengobatan terjadinya
anemia
h) Melakukan rujukan ke rumah sakit
i) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
seriusnya masalah perdarahan postpartum, perlunya
rujukan yang tepat dan faktor-faktor resiko yang paling
sering menyebabkan perdarahan postpartum
j) Memberikan pelayanan keluarga berencana untuk wanita
yang beresiko tinggi mengalami perdarahan postpartum
k) Melakukan supervise terhadap dukun beranak, hilangkan
kebiasaan setempat yang dapat meningkatkan resiko
perdarahan postpartum dan didiklah mereka mengenai
perlunya rujukan yang tepat dalam kasus perdarahan
postpartum. ( Widiastuti, P. 2004. h. 132)
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Tinjauan manajemen 7 langkah varney
a. Pengkajian
Menyelidiki dengan cara memperoleh semua data yang dibutuhkan untuk
melengkapi evaluasi ibu atau bayi baru lahir.
b. Interpretasi data dasar
Membuat sebuah identifikasi masalah atau diagnosis dan kebutuhan perawatan
kesehatan yang akurat berdasarkan perbaikan interpretasi data yang benar
c. Merumuskan diagnose/ masalah potensial
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang akan terjadi lainnya, yang dapat
menjadi tujuan yang diharapkan, karena telah ada masalah atau diagnosis yang
teridentifikasi
d. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan konsultasi bidan atau dokter yang
dibutuhkan dengan segera, serta manajemen kolaborasi dengan anggota tim
tenaga kesehatan lain, sesuai dengan kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan
bayi yang baru lahir.
e. Merencanakan asuhan kebidanan
Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang
menyeluruh, didukung oleh penjelasan rasional yang valid, yang mendasari
keputusan yang dibuat dan didasarkan pada langkah-langkah sebelumya.
f. Pelaksanaan asuhan kebidanan
Mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana perawatan yang
efisien dan aman
g. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan perawatan kesehatan yang diberikan, mengolah
kembali dengan tepat setiap aspek perawatan yang belum efektif melalui
pelaksanaan diatas. ( Varney.2007. h. 26-27)
2. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Ibu nifas patologi dengan Retensio
Sisa Plasenta
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Manajemen asuhan kebidanan diterapkan dalam 7 langkah varney yang terdiri
dari pengkajian, Interpretasi data dasar, merumuskan diagnose/ masalah
potensial, mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segara, merencanakan asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan
kebidanan, evaluasi
a. 7 langkah Varney
1) Pengkajian
Pada langkah pertama ini, semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien telah dikumpulkan. Untuk
memperoleh data, dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian
dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-
pertanyaan. ( Sulistyawati, A. 2009. h. 110-111)
a) Data subyektif
(1) Identitas klien
(a) Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap:
nama depan, nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama panggilan
akrabnya. (Matondang, S. 2009. h.5)
(b) Umur
Umur menentukan klien termasuk kedalam faktor resiko atau
tidak, jika usia ibu pada saat hamil dan melahirkan kurang dari 20 tahun dan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
lebih dari 35 tahun, akan lebih besar kemungkinannya mengalami perdarahan
daripada wanita yang hamil dan melahirkannya pada saat umurnya sudah
matang untuk untuk bereproduksi. ( Manuaba. 2007. h. 43)
(c) Agama
Data tentang agama juga memantapkan identitas, disamping itu
perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan
agama. ( Matondang, S. 2009. h. 6)
(d) Suku bangsa
Kebiasaan, kepercayaan dan tradisi dapat menunjang namun tidak
jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat. Beberapa penyakit juga
mempunyai predileksi rasial tertentu. ( Matondang, S. 2009. h. 6)
(e) Pendidikan
Pendidikan pasien ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektual, dimana tingkat pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku
kesehatan seseorang dan untuk menyesuaikan cara berkomunikasi yang baik
dengan pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya. ( Sulistyawati, A. 2009. h.
22)
(f) Pekerjaan
Pekerjaan pasien ditanyakan untuk mengetahui ada atau tidak
pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan pasien. ( Sulistyawati, A.
2009. h. 22)
(g) Alamat
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan lengkap,
dengan nomor rumah, nama jalan RT/ RW, kelurahan dan kecamatannya, serta
bila ada nomor telponnya. Kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar
sewaktu-waktu dapat dihubungi, apabila pasien memerlukan kunjungan rumah
karena tidak kontrol. (Matondang, S. 2009. h. 6)
(2) Keluhan utama
Ibu nifas patologi dengan retensio sisa plasenta memiliki keluhan utama yaitu
terjadi perdarahan berkepanjangan, terjadi perdarahan yang cukup banyak dan
perasaan tidak nyaman diperut bagian bawah. (Manuaba. 2010. h. 418)
(3) Riwayat kesehatan
(a) Riwayat kesehatan dahulu
(i) Riwayat kehamilan dengan anemia
Pada ibu yang mengalami anemia selama hamil, mempunyai resiko cukup besar
terjadinya perdarahan postpartum, karena pada anemia menyebabkan
penurunan sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam
sirkulasi darah, sehingga mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk
berkontraksi dan berpengaruh juga terhadap pelepasan plasenta dan sisa
plasenta. ( Widyastuti, P. 2004. h. 58)
(ii) Riwayat operasi SC
Persalinan SC mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan
buah kehamilan dengan segera sehingga pada paca persalinan menjadi lelah
dan lemah untuk berkontraksi. ( Kasdu, D. 2005. h. 19)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
(b) Riwayat kesehatan sekarang
(i) Riwayat kehamilan dengan anemia
Pada ibu yang mengalami anemia selama hamil, mempunyai resiko cukup besar
terjadinya perdarahan postpartum, karena pada anemia menyebabkan
penurunan sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam
sirkulasi darah, sehingga mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk
berkontraksi dan berpengaruh juga terhadap pelepasan plasenta dan sisa
plasenta. ( Widyastuti, P. 2004. h. 58)
(ii) Riwayat operasi SC
Persalinan SC mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan
buah kehamilan dengan segera sehingga pada paca persalinan menjadi lelah
dan lemah untuk berkontraksi. ( Kasdu, D. 2005. h. 19)
(iii) Partus lama
Pada partus lama uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga otot-otot
rahim tidak mampu melakukan kontraksi segera setelah plasenta lahir. (
Kasdu, D. 2005. h. 19)
(iv) Partus presipitatus
Partus presipitatus terjadi karena kontraksi yang sangat kuat pada saat
proses persalinan atau terjadi karena tahanan jalan lahir yang rendah sehingga
menyebabkan hipotonus uterus postpartum dengan resiko perdarahan. (Benson
C Ralph, Pernoll L Martin. 2009. h. 220)
(c) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang
pernah diderita keluarga, sehingga mempunyai resiko penularan. (
Sulistyawati, A. 2009. h. 18)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
(4) Riwayat obstetric
(a) Menstruasi
Beberapa data yang harus bidan peroleh dari riwayat menstruasi, antara
lain:
(i) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi,
pada wanita Indonesia, umumnya sekitar 12-18 tahun. ( Sinsin, I. 2008. h. 2)
(ii) Lamanya
Lamanya waktu haid normalnya 3-7 hari. ( Sinsin, I. 2008. h. 5)
(iii) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 21-35 hari. ( Sinsin,
I. 2008. h. 5)
(iv) Volume
Volume darah dalam keadaan normal sekitar 50 cc, karena
dibatasi oleh vasokontriksi art. spiralis dan mulainya proses epitelialisasi.
Perdarahan menstruasi hari kedua dan ketiga pada umumnya banyak, dan
semakin berkurang sehingga berhenti pada hari ke tujuh. ( Manuaba. 2007. h.
84)
(v) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi seperti kram ringan pada perut. ( Sulistyawati, A.
2009. h. 11)
(b) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta mempunyai riwayat
hamil dengan anemia, grandemultipara, riwayat perdarahan postpartum
berulang. (Manuaba. 2007. h. 811)
(c) Riwayat persalinan sekarang
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta mengalami
perdarahan segera setelah bayi lahir, jumlah perdarahan lebih dari 500cc,
terdapat sisa membrane dalam uterus, terjadi perdarahan sedikit yang
berkepanjangan. (Manuaba. 2007. h. 811-812)
(5) Riwayat perkawinan
Hal ini penting untuk bidan kaji karena dari data inilah bidan akan mendapatkan
gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. ( Sulistyawati, A. 2009.
h. 114)
(6) Riwat KB
Meskipun pemakaian alat kontrasepsi masih lama, namun tidak ada salahnya
jika bidan mengkajinya lebih awal agar pasien mendapatkan informasi sebanyak
mungkin mengenai pilihan beberapa alat kontrasepsi. Bidan juga dapat
memberikan penjelasan mengenai alat kontrasepsi tertentu yang sesuai dengan
kondisi dan keinginan pasien. ( Sulistyawati, A. 2009. h. 120)
(7) Pola kebutuhan sehari-hari
(a) Nutrisi
Ibu nifas harus memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsinya tujuannya
untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan untuk
memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori perhari ditingkatkan
sampai 2700 kalori, asupan cairan perhari ditingkatkan sampai 3000 ml dan susu
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
1000 ml, suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas selama 4 minggu
pertama setelah kelahiran. ( Bahiyatun. 2009. h. 68)
(b) Pola istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu postpartum, oleh karena itu, bidan perlu
menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat pada ibu supaya bidan
mengetahui hambatan yang mungkin muncul jika bidan mendapatkan data yang
senjang tentang pemenuhan kebutuhan istirahat. ( Sulistyawati, A. 2009. h. 116)
(c) Aktivitas sehari-hari
Bidan perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan
gambaran kepada bidan tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan
pasien dirumah, jika kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat
menimbulkan kesulitan postpartum, maka bidan akan memberikan peringatan
seawal mungkin pada pasien untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai ia
sehat dan pulih kembali. (Sulistyawati, A. 2009. h. 116)
(d) Personal hygiene
Data ini perlu bidan gali karena hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan
pasien dan bayinya, jika pasien mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam
perawatan kebersihan dirinya, maka bidan harus dapat memberikan bimbingan
cara perawatan kebersihan diri sedini mungkin. ( Sulistyawati, A. 2009.
h. 116)
(e) Aktivitas seksual
Walaupun hal ini merupakan hal yang cukup privasi bagi pasien, namun bidan
harus menggali data dari kebiasaan ini karena ada beberapa kasus keluhan
dalam aktivitas seksual yang cukup mengganggu pasien. ( Sulistyawati, A. 2009.
h. 118)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
(8) Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan yang buruk dan terdapat parasit, mempengaruhi status
kesehatan pasien. ( Sulistyawati, A. 2009. h. 118)
(9) Adat-istiadat setempat yang berkaitan dengan masa nifas
Untuk mendapatkan data ini, bidan sangat perlu untuk melakukan pendekatan
terhadap keluarga pasien, terutama orangtua. Hal penting yang biasanya
mereka anut kaitannya dengan masa nifas adalah menu makan untuk ibu nifas,
misalnya ibu nifas harus pantang makanan yang berasal dari daging, ikan, telur
dan gorengan-gorengan karena dipercaya akan menghambat penyembuhan luka
persalinan dan makanan ini akan membuat ASI menjadi lebih amis.
Adat ini akan sangat merugikan pasien karena justru pemulihan kesehatannya
akan terhambat dengan banyaknya jenis makanan yang harus ia pantang maka
akan mengurangi juga nafsu makannya sehingga asupan makanan yang
seharusnya lebih banyak dari biasanya malah semakin berkurang. (Sulistyawati,
A. 2009. H. 121)
b) Data obyektif
(1) Keadaan umum
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta keadaan umumnya rendah (
Manuaba. 2004. h. 107)
(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien kita dapat melakukan
pengkajian tingkat kesadaran mulai keadaan composmentis (kesadaran
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
maksimal) sampai koma (pasien dalam keadaan tidak sadar). ( Sulistyawati, A.
2009. h. 122)
(3) Tanda vital
(a) Tekanan darah
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta tekanan
darahnya rendah hal ini terjadi karena perdarahan banyak dan mungkin ada
tanda-tanda syok. ( Maryunani, A. 2009. h. 108)
Tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg. ( Maryunani,
A. 2009. h. 103)
(b) Suhu
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta, sisa
plasenta menyebabkan infeksi masa nifas sehingga terjadi kenaikan suhu
sampai 380C yang terjadi sesudah 24 jam pasca persalinan selama 10 hari. (
Sastrawinta, S. 2005. h. 187)
(c) Nadi
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta, denyut nadi cepat dan kecil. (
Maryunani, A. 2009. h. 108)
Nadi lebih dari 100 kali per menit. ( Maryunani, A. 2009. h. 103)
(d) Respirasi
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan. ( Mitayani. 2009. h. 143)
(4) Berat badan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta kehilangan berat badan 1% atau
lebih karena 1 ml darah beratnya 1 gram. ( Maryunani, A. 2009. h. 102)
(5) LILA
Cara untuk menentukan status gizi, dengan cara mengukur lingkaran lengan kiri
atas pada bagian tengah antara ujung bahu dan ujung siku. Pada wanita usia
subur LILA kurang dari 23,5 cm mengindikasikan resiko kurang energy kronis. (
Sandjaja. 2009. h. 138)
(6) Status present
(a) Kulit kepala: untuk mengetahui keadaan kulit kepala ibu bersih atau
tidak, berketombe atau tidak
(b) Rambut: untuk mengetahui warna rambut, rambut rontok atau tidak
(c) Muka: Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta muka tampak
pucat. ( Maryunani, A. 2009. h. 108)
(d) Mata: Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta konjungtiva tampak
pucat, karena terjadi anemia yang menyebabkan penurunan sel
darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam
sirkulasi darah. (Varney.2007. h.623)
(e) Mulut: Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta bibir tampak pucat
dan terdapat luka pada lidah karena terjadi anemia yang
menyebabkan penurunan sel darah merah atau penurunan
konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. (Varney.
2007. h.623)
(f) Telinga: untuk mengetahui kesimetrisan telinga, ada serumen atau tidak,
ada benjolan atau tidak, ada tanda infeksi atau tidak.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
(g) Hidung: untuk mengetahui hidung bersih atau tidak, ada benjolan atau
tidak.
(h) Leher: untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe atau tidak,
kelenjar tyroid dan pembesaran vena jugularis
(i) Dada dan axila: untuk mengetahui mamae simetris atau tidak, ada
benjolan pada mamae atau tidak dan ada retraksi
dinding dada atau tidak.
(j) Ekstremitas: pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta mengalami
kulit pucat dan kuku pucat. (Varney. 2007. h. 623)
(7) Status obstretikus:
(a) Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta muka tampak pucat.
( Maryunani, A. 2009. h. 108)
(b) Abdomen: Tinggi fundus uteri diatas pusat, uterus lembek.
( Maryunani, A. 2009. h. 109)
(c) Genetalia: lochea rubra ( Manuaba. 2007. h. 810)
(8) Pemeriksaan penunjang:
(a) Jumlah darah lengkap:
Menunjukkan penurunan Hb/ Ht dan peningkatan jumlah sel darah putih,
nilai normalnya adalah:
(i) Hb saat tidak hamil = 12-16 gr/dl
(ii) Hb saat hamil = 10-14 gr/dl
(iii) Ht saat tidak hamil = 37-47%
(iv) Ht saat hamil = 32-42%
(v) Total SDP saat tidak hami = 4500-10.000 per mm3
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
(vi) Total SDP saat hamil = 5000-15.000 per mm3
(b) Golongan darah: untuk menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
(c) Urinalisis: untuk memastikan kerusakan kandung kemih
(d) Ultrasonografi: untuk menentukan jaringan plasenta yang tertahan
2) Interpretasi data dasar
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi terhadap diagnose,
masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnose atau
masalah adalah pengolahan data atau analisa dengan menggabungkan data
satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta.
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas, biasanya
bidanakan menemukan suatu kondisi dari pasien melalui proses pengkajian yang
membutuhkan suatu pelaksanaan tertentu. (Sulistyawati, A. 2009. H. 125)
Contoh:
a) Diagnose
Ny….umur…., P…A…, postpartum hari ke dua dengan retensio sisa plasenta. (
Manuaba. 2007. h. 810)
(1) Data subyektif
(a) Nyeri tekan uterus
(b) Perdarahan
(c) Perasaan tidak nyaman diperut bagian bawah
(d) uterus teraba lembek. (Maryunani, A. 2009. h. 108)
(2) Data obyektif
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
(a) Keadaan umum
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta keadaan
umumnya rendah ( Manuaba. 2004. h. 107)
(b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien kita dapat melakukan
pengkajian tingkat kesadaran mulai keadaan composmentis (kesadaran
maksimal) sampai koma (pasien dalam keadaan tidak sadar). ( Sulistyawati, A.
2009. h. 122)
(c) Tanda vital
(i) Tekanan darah
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta tekanan
darahnya rendah hal ini terjadi karena perdarahan banyak dan mungkin ada
tanda-tanda syok. ( Maryunani, A. 2009. h. 108)
Tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg. ( Maryunani, A. 2009. h. 103)
(ii) Nadi
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta, denyut nadi cepat
dan kecil. ( Maryunani, A. 2009. h. 108)
Nadi lebih dari 100 kali per menit. ( Maryunani, A. 2009. h. 103)
(iii) Suhu
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta, sisa plasenta
menyebabkan infeksi masa nifas sehingga terjadi kenaikan suhu sampai 380C
yang terjadi sesudah 24 jam pasca persalinan selama 10 hari. ( Sastrawinta, S.
2005. h. 187)
(iv) Respirasi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Pada ibu nifas dengan retensio sisa plasenta mengalami
peningkatan frekuensi pernapasan. ( Mitayani. 2009. h. 143)
( d) Palpasi
Menurut Anik Maryunani 2009, pada ibu nifas dengan
retensio sisa plasenta tinggi fundus uteri diatas pusat, uterus teraba lembek.
(e) Genetalia
Darah keluar dari jalan lahir terus-menerus . (Maryunani, A. 2009. h. 108)
3) Merumuskan diagnose atau masalah potensial
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau
diagnose potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah
ini membutuhkan antisispasi dan bila memungkinkan akan dilakukan
pencegahan, dengan mengamati pasien bidan diharapkan dapat bersiap-siap
apabila diagnose atau masalah potensial benar-benar terjadi. Berikut adalah
beberapa diagnose potensial yang mungkin ditemukan pada pasien nifas dengan
retensio sisa plasenta.
a) Mudah terjadi komplikasi infeksi terutama akibat perdarahan dari
jalan lahir
b) Syok hipovelemik
c) Anemia berkepanjangan. ( Manuaba. 2007. h. 821)
4) Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Pada pelaksanaannya, bidan kadang dihadapkan pada beberapa situasi yang
darurat, yang menuntut bidan harus segera melakukan tindakan penyelamatan
terhadap pasien. Kadang pula bidan dihadapkan pada situasi pasien yang
memerlukan tindakan segera padahal sedang menunggu instruksi dari dokter,
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim
kesehatan lain. Disini, bidan sangat dituntut kemampuannya untuk dapat selalu
melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan
aman.
Berikut adalah beberapa kondisi yang sering ditemui pada pasien nifas dengan
retensio sisa plasenta dan sangat perlu untuk dilakukan tindakan yang bersifat
segera:
a) Pantau perdarahan pada jalan lahir ibu
b) Lakukan kompresi bimanual interna
c) Merujuk ke rumah sakit
d) Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk melakukan ultasonografi
5) Merencanakan asuhan kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah
sebelumnya.
a) Perkirakan jumlah darah yang hilang dari traktus genetalia setelah
kelahiran
b) Lakukan manajemen kala III dengan benar
c) Berikan oksitosin segera setelah bayi lahir
d) Lakukan eksplorasi untuk menentukan jaringan sisa plasenta yang
tertinggal
e) Lakukan kompresi bimanual pada uterus
f) Lakukan pencegahan dan pengobatan terjadinya anemia
g) lakukan rujukan ke rumah sakit
6) Pelaksanaan asuhan kebidanan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota
keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan., dalam situasi ketika
bidan harus berkolaborasi dengan dokter, misalkan karena pasien mengalami
komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu, biaya dan meningkat mutu asuhan.
Berikut ada beberapa contoh pelaksanaan dari perencanaan
asuhan berdasarkan peran bidan dalam tindakan mandiri, kolaborasi dan
tindakan pengawasan:
a) Memperkirakan dengan tepat volume darah yang hilang dari
traktus genetalia setelah kelahiran
b) Melakukan manajemen kala III dengan benar sehingga
mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan serta anemia
c) Pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir, gunanya untuk
mencegah perdarahan setelah bayi lahir yaitu dengan pemberian 10
unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip pada 500 cc
RL.
d) Melakukan eksplorasi untuk menentukan jaringan sisa plasenta
yang tertinggal
e) Melakukan kompresi bimanual pada uterus dan memberikan
oksitosin
f) Melakukan pencegahan dan pengobatan terjadinya anemia
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
g) Melakukan rujukan ke rumah sakit
7) Menegevaluasi
Langkah terakhir evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana perawatan yang dilakukan benar – benar telah mencapai tujuan yaitu
memenuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasikan pada langkah kedua
tentang masalah, diagnosis maupun kebutuhan perawatan kesehatan. (Varney,
2007: h.28)
b. SOAP
Catatan perkembangan dicatat dalam metode 4 langkah yang
dinamakan SOAP ini disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan
kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam rekam
medis pasien sebagai catatan kemajuan. (Varney, 2007: h.27-28)
S : Subjektif
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney yaitu langkah pertama (pengkajian data). Terutama data yang
diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan
diagnosis yang akan disusun.
O : Objektif
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney yaitu langkah pertama (pengkajian data). Data ini diperoleh melalui
hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium, atau pemeriksaan diagnostik lain. Data ini akan memberikan bukti
gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
A : Assesment
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Menurut Helen Varney pada langkah
kedua, ketiga dan keempat sehinggga mencakup hal-hal berikut ini :
Diagnosis/masalah kebidanan, masalah potensial dan perlunya mengidentifikasi
kebutuhan akan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial.
Kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan
meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan rujukan.
P : Planning
Planning /perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat
ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disususn berdasarkan hasil analisis
dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraan. Meskipun secara istilah P adalah Planning/perencanaan saja,
dengan kata lain P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam, dan ketujuh.
Planning ini juga harus mencantumkan evaluation/evaluasi
yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas
asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi ini berisi analisis hasil yang
telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindakan atau asuhan. Untuk
mendokumentasikan proses evaluasi ini diperlukan sebuah catatan
perkembangan dengan tetap mengacu pada metode SOAP
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Bidan dalam memeberikan pelayanan dan menjalankan praktek harus sesuai
dengan kewenangan bidan dan kode etik bidan, yang tercantum dalam
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
PERATURAN MENTRI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1464/MENKES/PER/X/2010, yaitu:
1. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2. Pasal 10
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
1) Pelayanan konseling pada masa prahamil
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3) Pelayanan persalinan normal
4) Pelayanan ibu nifas normal
5) Pelayanan ibu menyusui
6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
c. Bidan dalam memeberikan pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berwenang untuk:
1) Episiotomy
2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3) Penanganan kegawat-daruratan, dilakukan dengan perujukan
4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
6) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif
7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
8) Penyuluhan dan konseling
9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
10) Pemberian surat keterangan kematian; dan
11) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
3. Pasal 14
a. Bagi bidan yang menjalankan praktik didaerah yang tidak memiliki
dokter dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9.
b. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan
oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
c. Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
terdapat dokter, kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
4. Pasal 18
a. Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk:
1) Menghormati hak pasien
2) Memeberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien
dan pelayanan yang dibutuhkan
3) Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat
ditangani dengan tepat waktu
4) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
5) Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
6) Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan
lainnya secara sistematis
7) Mematuhi standar, dan
8) Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan
praktik kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian
b. Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan
sesuai dengan bidang tugasnya.
c. Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu
program pemerintah dlam meningkatkan derajatkesehatan
masyarakat.
Kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang bidan menurut IBI. 2006. h. 153-
160 daintaranya yaitu:
1. Kompetensi ke 5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
a. Pengetahuan Dasar
1) Fisiologis nifas.
2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
3) Proses laktasi/ menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara,
abses, mastitis, putting susu lecet, putting susu masuk.
4) Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis
lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
5) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
6) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
7) Bonding & attachment orang tuan dan bayi baru lahir untuk
menciptakan hubungan positif.
8) Indicator subinvolusi; misalnya perdarahan yang terus menerus,
infeksi.
9) Indicator masalah-masalah laktasi.
10) Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan
pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (shok) dan pre eklamsia
postpartum.
11) Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti
anemia kronis, hematoma vulva, retensi urin dan incontinentia alvi.
12) Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.
13) Tanda dan gejala komplikasi abortus.
b. Ketrampilan Dasar
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus,
termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan
kelahiran.
2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
3) Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka
jahitan.
4) Merumuskan diagnose masa nifas
5) Menyusun perencanaan.
6) Memulai mendukung pemberian ASI eksklusif
7) Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatn
diri sendiri, istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir.
8) Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan
atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.
9) Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan
atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.
10) Penatalaksanaan ibu post partum abnormal: sisa plasenta,
renjatan dan infeksi ringan.
11) Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca
persalinan.
12) Melakukan konseling dan memberi dukungan untuk wanita pasca
aborsi.
13) Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
14) Memberikan antibiotika yang sesuai.
15) Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi
yang dilakukan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013
i.
c. Ketrampilan Tambahan
1) Melakukan insisi pada hematoma vulva.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 19 Maret 2013 Tanggal masuk: 17 Maret 2013
Jam : 09.00 WIB
Tempat : di Ruang Teratai RSUD Banjarnegara
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas klien
Nama ibu : NY S Nama suami : TN F
Umur : 40 tahun Umur : 50 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Petani
Alamat : Penusupan 11/ 5, Alamat : Penusupan
Pejawaran 11/5,Pejawaran
2. Alasan datang: ibu mengatakan, mengalami perdarahan dari jalan
Lahir karena sebagian ari-ari tidak lahir dan ibu dirujuk ke RSUD Banjarnegara
3. Keluhan utama: ibu mengatakan, lemas karena darah yang keluar
dari jalan lahir banyak
Asuhan Kebidanan Ibu..., Adica Rahmawati, Kebidanan DIII UMP, 2013