Upload
tranduong
View
222
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infus
Infus adalah memasukkan cairan dalam jumlah tertentu melalui vena penderita
secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Penggunaan infus cairan
intravena (intravenous fluid infusion) membutuhkan resep yang tepat dan pengawasan
(monitoring) ketat (Zainuri, 2012). Bentuk fisik infus ditunjukkan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Infus (Zainuri, 2012)
Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus adalah :
a. Hematoma, yaitu darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah arteri vena atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat
saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah.
b. Trombofeblitis atau bengkak pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang
dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar. Komplikasi berupa tramboflebitis
ditunjukkan dalam Gambar 2.2a.
c. Infiltrasi, yaitu masuknya darah ke dalam saluran infus, terjadi akibat cairan infus
telah habis dan terjadi kevakuman dalam botol sehingga menarik darah ke dalam
selang. Komplikasi berupa infiltrasi ditunjukkan dalam Gambar 2.2b.
6
(a) Trombofeblitis (b) Naiknya darah menuju kantung infus
Gambar 2.2 Komplikasi yang terjadi dalam pemasangan infus (Zainuri, 2012)
2.2 Klasifikasi Pegas
Pegas adalah elemen mesin flexible yang digunakan untuk memberikan gaya,
torsi, dan juga untuk menyimpan atau melepaskan energi. Energi disimpan pada
benda padat dalam bentuk twist, stretch, atau kompresi. Energi di-recover dari sifat
elastis material yang telah terdistorsi. Beban yang bekerja pada pegas dapat berbentuk
gaya tarik, gaya tekan, atau torsi (twist force). Pegas umumnya beroperasi dengan
high working stresses dan beban yang bervariasi secara terus menerus. Beberapa
contoh spesifik aplikasi pegas adalah :
1. Untuk menyimpan dan mengembalikan energi potensial, seperti misalnya
pada gun recoil mechanism.
2. Untuk memberikan gaya dengan nilai tertentu, seperti misalnya pada relief
valve.
3. Untuk meredam getaran dan beban kejut, seperti pada automobil.
4. Untuk indikator atau kontrol beban, contohnya pada timbangan.
5. Untuk mengembalikan komponen pada posisi semula, contohnya pada brake
pedal.
Pegas dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis fungsi dan beban yang bekerja
yaitu pegas tarik, pegas tekan, pegas torsi, dan pegas penyimpan energi. Tetapi
klasifikasi yang lebih umum adalah diberdasarkan bentuk fisiknya. Klasifikasi
berdasarkan bentuk fisik adalah:
1. Wire form spring (helical compression, helical tension, helical torsion,
custom form).
2. Spring washers (curved, wave, finger, belleville).
7
3. Flat spring (cantilever, simply supported beam).
4. Flat wound spring (motor spring, volute, constant force spring).
Pegas helical compression memiliki bentuk yang sangat bervariasi. Gambar
2 . 3 (a) menunjukkan beberapa bentuk pegas helik tekan [https://yefrichan.files.
wordpress.com/2007/04/pegas.doc].
(a)
(b) (c) (d)
Gambar 2.3 Wire form spring: (a) Helical compression spring, (b) Helical extension spring,
(c) Drawbar spring, (d) Torsion spring [https://yefrichan.files.wordpress. com/
2007/04/pegas.doc].
Pegas helik tarik perlu memiliki pengait (hook) pada setiap ujungnya sebagai
tempat untuk pemasangan beban. Bagian hook akan mengalami tegangan yang relatif
lebih besar dibandingkan bagian coil, sehingga kegagalan umumnya terjadi pada
bagian ini. Kegagalan pada bagian hook ini sangat berbahaya karena segala sesuatu
yang ditahan pegas akan terlepas. Salah satu metoda untuk mengatasi kegagalan hook
adalah dengan menggunakan pegas tekan untuk menahan beban tarik seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.3(c). Pegas wire form dapat memberikan atau menahan
beban torsi seperti pada Gambar 2.3(d). Pegas tipe ini banyak digunakan pada
mekanisme garage door counter balance, alat penangkap tikus, dan lain-lain.
Spring washer dapat memiliki bentuk yang sangat bervariasi, tetapi lima tipe
yang banyak digunakan ditunjukkan pada Gambar 2.4(a). Spring washer hanya mampu
menyediakan beban tekan aksial. Pegas jenis ini memiliki defleksi yang relatif
8
kecil, dan mampu memberikan beban yang ringan. Volute spring, seperti pada
Gambar 2.4(b) mampu memberikan beban tekan tetapi ada gesekan dan histerisis
yang cukup signifikan.
Beam spring dapat memiliki bentuk yang bevariasi, dengan
menggunakan prinsip kantilever atau simply supported. Spring rate dapat
dikontrol dari bentuk dan panjang beam. Pegas beam mampu memberikan atau
menahan beban yang relatif besar, tetapi dengan defleksi yang terbatas [https://
yefrichan.files.wordpress.com/2007/04/pegas.doc].
(a)
(b) (c) (d)
Gambar 2.4 Spring washer dan flat spring : (a) lima tipe spring washer, (b) Volute spring,
(c) Beam spring, (d) Power spring [https://yefrichan.files.wordpress.com/ 2007
/04/pegas.doc].
Power spring seperti ditunjukkan pada gambar 2.4(d) sering juga disebut pegas
motor atau clock spring. Fungsi utamanya adalah menyimpan energy dan
menyediakan twist. Contoh aplikasinya adalah pada windup clock, mainan anak-anak.
Tipe yang kedua disebut dengan constant force spring. Kelebihan pegas ini adalah
defleksinya atau stroke yang sangat besar dengan gaya tarik yang hampir konstan
[https:// yefrichan.files.wordpress.com/2007/04/pegas.doc].
2.3 Potensio
Potensio adalah resistor tiga terminal dengan kontak geser yang membentuk
pembagi tegangan yang diatur. Jika hanya dua terminal yang digunakan (satu sisi dan
wiper), bertindak sebagai variabel resistor atau rheostat. Potensio biasanya digunakan
9
untuk mengontrol perangkat listrik seperti kontrol volume pada peralatan audio.
Potensio dioperasikan oleh mekanisme yang dapat digunakan sebagai transduser posisi,
misalnya, dalam joystick (Alviansyah, 2010). Bentuk dari potensio dapat dilihat pada
Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Potensio slide kawat (Alviansyah, 2010).
2.4 Analog to Digital Converter (ADC)
Analog to Digital Converter (ADC) adalah piranti yang digunakan untuk
mengubah atau mengonversi sinyal analog menjadi sinyal digital. Salah satu komponen
penting dalam sistem akuisisi data adalah pengubah sinyal analog menjadi sinyal digital
atau disebut juga ADC. Pengubah ini mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-
sinyal digital sehingga dapat diproses oleh mikrokontroler atau komputer.
Contoh aplikasi dari ADC ini bisa dilihat misalnya pada voltmeter digital,
sampling (mengambil contoh dengan interval waktu tertentu) suara dengan komputer
sehingga suara dapat disimpan dalam bentuk digital kedalam media penyimpan, seperti
disket dan compact disk. Konsep pengubah sinyal analog menjadi sinyal digital ini
adalah sempel terhadap sinyal analog yang kemudian mewakilinya dengan bilangan
digital dengan batas yang sudah diberikan.
Pada saat ini terdapat banyak jenis ADC yang ada, salah satunya adalah
ADC0804. Metode yang digunakan oleh ADC0804 dalam konversi adalah successive
approximation (pendekatan berturutan). Pada metode ini, masukan cuplikan
dibandingkan dengan tegangan-tegangan berurutan yang dibangkitkan oleh successive
approximation register (Iswanto, 2011).
ADC0804 normalnya beroperasi menggunakan catu daya 5 volt sebagai tegangan
referensi. Dalam hal ini jangkauan masukan analog mulai dari 0 volt sampai 5 volt
(skala penuh), sehingga dapat dihitung dari ADC ini.
10
( )
( ) mV (2.1)
dimana:
n = jumlah bit keluaran biner IC ADC
Vref = tegangan referensi pada ADC
= nilai perubahan tegangan terkecil pada masukan yang mengakibatkan
perubahan nilai data digital sebesar 1 bit pada keluaran ADC.
ADC0804 terdiri dari 20 pin seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Konfigurasi pin ADC 0804 [http://www.ti.com/lit/ds/symlink/adc0804-n.pdf].
Keterangan gambar ADC 0804:
:Chip Select, berfungsi untuk mengaktifkan ADC (aktif rendah).
: Read, berfungsi untuk membaca data hasil konversi (aktif rendah).
: Write, berfungsi untuk memulai konversi data (aktif rendah).
CLKIN : titik koneksi untuk kapasitor pada mode clock internal.
: Interrupt, sebagai indikator bahwa konversi selesai (aktif rendah).
Vin(+),Vin(-) : masukan analog tipe diferensial.
AGND : ground analog.
Vref/2 : pin koneksi untuk setengah tegangan referensi.
DGND : ground digital.
V+ atau Vref : catu daya positif 5V.
11
CLK R : titik koneksi untuk resistor pada mode clock internal.
D0-D7 : keluaran digital.
2.5 Mikrokontroler AT89S52
Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi
kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52
adalah salah satu anggota dari keluarga MCS-51/52 yang dilengkapi dengan internal 8
Kbyte Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory), yang
memungkinkan memori program untuk dapat diprogram kembali. AT89S52 dirancang
oleh Atmel sesuai dengan instruksi standar dan susunan pin 80C5 (Rosadi, 2011).
Mikrokontroler AT89S52 memiliki :
Sebuah CPU ( Central Processing Unit ) 8 Bit.
256 byte RAM ( Random Acces Memory ) internal.
Empat buah port I/O, yang masing masing terdiri dari 8 bit.
Osilator internal dan rangkaian pewaktu.
Dua buah timer/counter 16 bit.
Lima buah jalur interupsi ( 2 buah interupsi eksternal dan 3 interupsi internal).
Sebuah port serial dengan full duplex UART (Universal Asynchronous Receiver
Transmitter).
Mampu melaksanakan proses perkalian, pembagian, dan Boolean.
EPROM yang besarnya 8 KByte untuk memori program.
Kecepatan maksimum pelaksanaan instruksi per siklus adalah 0,5 μs pada frekuensi
clock 24 MHz. Apabila frekuensi clock mikrokontroler yang digunakan adalah 12
MHz, maka kecepatan pelaksanaan instruksi adalah 1 μs.
Mikrokontroler AT89S52 mempunyai 40 pin dengan catu daya tunggal 5 Volt yang
ditunjukkan pada Gambar 2.7.
12
Gambar 2.7 Konfigurasi pin mikrokontroler AT89S52 (Rosadi, 2011)
Fungsi dari masing-masing pin AT89S52 adalah :
1. Pin 1 sampai 8 (Port 1) merupakan port pallarel 8 bit dua arah (bidirectional) yang
dapat digunakan untuk berbagai keperluan (general purpose).
2. Pin 9 merupakan pin reset, reset aktif jika mendapat catuan tinggi.
3. Pin 10 sampai 17 (Port 3) adalah port pararel 8 bit dua arah yang memiliki fungsi
pengganti sebagai berikut :
• P3.0 (10) : RXD (port serial penerima data)
• P3.1 (11) : TXD (port serial pengirim data)
• P3.2 (12) : INT0 (input interupsi eksternal 0, aktif low)
• P3.3 (13) : INT1 (input interupsi ekstrernal 1, aktif low)
• P3.4 (14) : T0 (eksternal input timer / counter 0)
• P3.5 (15) : T1 (eksternal input timer / counter 1)
• P3.6 (16) : WR (Write, aktif low) Sinyal kontrol penulisan data dari port 0 ke
memori data dan input-output eksternal.
• P3.7 (17) : RD (Read, aktif low) Sinyal kontrol pembacaan memori data input-
output eksternal ke port 0.
4. Pin 18 sebagai XTAL 2, keluaran osilator yang terhubung pada kristal.
5. Pin 19 sebagai XTAL 1, masukan ke osilator berpenguatan tinggi, terhubung pada
kristal.
13
6. Pin 20 ground pada rangkaian.
7. Pin 21 sampai 28 (Port 2) adalah port pallarel 8 bit dua arah. Port ini mengirim byte
alamat bila pengaksesan dilakukan pada memori eksternal.
8. Pin 29 sebagai PSEN (Program Store Enable) adalah sinyal yang digunakan untuk
membaca, memindahkan program memori eksternal (ROM / EPROM) ke
mikrokontroler (aktif low).
9. Pin 30 sebagai ALE (Address Latch Enable) untuk menahan alamat bawah selama
mengakses memori eksternal. Pin ini juga berfungsi sebagai PROG (aktif low) yang
diaktifkan saat memprogram internal flash memori pada mikrokontroler (on chip).
10. Pin 31 sebagai EA (External Accesss) untuk memilih memori yang akan digunakan,
memori program internal (EA = Vcc) atau memori program eksterna l (EA = Vss),
juga berfungsi sebagai Vpp (programming supply voltage) pada saat memprogram
internal flash memori pada mikrokontroler.
11. Pin 32 sampai 39 (Port 0) merupakan port pallarel 8 bit dua arah. Berfungsi sebagai
alamat bawah yang di multipleks dengan data untuk mengakses program dan data
memori eksternal.
12. Pin 40 sebagai Vcc, terhubung ke +5 V sebagai catuan untuk mikrokontroler.
Mikrokontroler AT89S52 memerlukan rangkaian sistem minimum, rangkaian ini
dibutuhkan oleh mikrokontroler agar dapat bekerja mengolah program yang terdapat di
dalamnya. Rangkaian minimum yang dibutuhkan tersebut berupa rangkaian reset dan
osilator yang ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Rangkaian reset berfungsi menunjuk program awal yang berada pada alamat
0000H memori mikrokontroler. Rangkaian ini disusun atas rangkaian RC, yaitu dengan
menggunakan kapasitor 10 F, resistor 10 k , dan push button.
14
Gambar 2.8 Rangkaian sistem minimum mikrokontroler AT89S52.
Untuk rangkaian osilator disusun dengan kristal 11,0592 MHz dan 2 buah
kapasitor 30 pF. Rangkaian ini digunakan untuk membentuk clock pada mikrokontroler.
Pin 31 mikrokontroler yang dihubungkan pada 5 volt untuk dapat membaca program
pada memori internal mikrokontroler (ROM), sedangkan pin 40 dan 20 digunakan
untuk mengaktifkan mikrokontroler.
2.6 Light Emitting Diode (LED)
Light emitting diode atau dioda pemancar cahaya merupakan sebuah jenis dioda
yang dapat memancarkan cahaya apabila diberikan tegangan 1,8 V dengan arus sebesar
1.5 mA. Dioda pemancar cahaya banyak digunakan sebagai lampu indikator atau lampu
pilot serta peraga (display). Dioda pemancar cahaya juga dapat digunakan sebagai
pemancar cahaya yang tidak terlihat oleh mata yaitu sinar infra merah. Bahan dasar
pembuat dioda adalah Silicon Carbide (SiC), dioda ini dapat berbentuk bulat atau segi
empat. Warna dioda pemancar cahaya ini ada berbagai macam, antara lain merah,
kuning, hijau, biru dan sebagainya (Rosadi, 2011). Simbol dari LED ditunjukan seperti
Gambar 2.9 berikut ini :
Gambar 2.9 Simbol LED
15
2.7 Buzzer SFM-27
Buzzer adalah suatu alat yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
suara. Pada umumnya buzzer digunakan untuk alarm, karena penggunaannya cukup
mudah yaitu dengan memberikan tegangan input maka buzzer akan mengeluarkan
bunyi. Frekuensi suara yang di keluarkan oleh buzzer yaitu antara 1-5 KHz (Albert
Paul, Prinsip-prinsip Elektronika, 1989 hal: 134). Buzzer yang digunakan pada
penelitian ini adalah buzzer tipe SFM-27, gambar dari buzzer SFM-27 ditunjukkan
pada gambar 2.10.
Gambar 2.10 Buzzer SFM-27
2.8 Seven Segment
Seven segment adalah susunan 7 buah LED yang dikemas membentuk penampil
angka, dan biasanya ditambahkan 1 buah LED untuk koma (decimal point). Seven
segment terdapat dua jenis, yaitu common anode (CA) dan common catode (CC), seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 (Syahrul, 2012).
(a) CC (b) CA
Gambar 2.11 Konfigurasi pin seven segment CC dan CA.
Common catode artinya seluruh katoda LED penyusun seven segment ini
dihubungkan bersama ke ground, sehingga untuk membentuk tampilan angka pada
seven segment CC diperlukan logika-logika tinggi pada pin a-dp. Sedangkan, common
anode artinya seluruh anoda LED penyusun seven segment ini dihubungkan bersama ke
16
Vcc, sehingga untuk membentuk tampilan angka pada seven segment CC diperlukan
logika-logika rendah pada pin a-dp. Data digital pembentuk tampilan angka pada seven
segment CA dari angka nol sampai angka sembilan ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Data digital pembentuk tampilan angka pada seven segment CA.