32

Click here to load reader

Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tinjauan pustaka mengenai Masa Menopause dan Permasalahannya

Citation preview

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Menopause

Kata menopause berasal dari bahasa Yunani yang berarti “bulan” dan

“ penghentian sementara”. Berdasarkan definisinya, kata menopause berarti

masa istirahat. Namun, secara medis, istilah yang lebih tepat adalah

menocease karena istilah menopause secara medis berarti berhentinya masa

menstruasi, bukan istirahat.

Definisi menopause menurut WHO adalah masa berhentinya haid

yang permanen akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovarium. Menopause

terjadi sesudah 12 bulan berturut-turut tidak mendapatkan haid dan tidak ada

penyebab patologi atau fisiologi lainnya.

2.2 Jenis Menopause

Berdasarkan waktu terjadinya, menopause dapat dibagi menjadi dua

jenis yaitu menopause alami dan menopause dini.

Menopause alami terjadi seiring dengan bertambahnya usia, ovarium

akan mengalami penurunan fungsi akibat terjadi penurunan produksi hormone

estrogen dan progesteron. Sebagai kompensasinya, tubuh pun bereaksi dengan

3

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

4

melakukan penyesuaian-penyesuaian, diantaranya adalah dengan berhentinya

menstruasi. Menopause alami biasanya terjadi pada usia 45-55 tahun.

Menopause dini dapat terjadi karena obat-obatan atau operasi. Operasi

pengangkatan indung telur (oophorectomy) akan mengakibatkan menopause

dini. Apabila dilakukan operasi pengangkatan rahim (histerektomi) tanpa

pengangkatan indung telur maka gejala menopause dini tidak akan terjadi

karena indung telur masih mampu menghasilkan hormon. Selain itu, terapi

radiasi maupun kemoterapi dapat menyebabkan menopause bila diberikan

pada wanita yang masih berovulasi (mengeluarkan sel telur). Atau karena

kegagalan ovarium prematur pada usia 40, 30, bahkan 20 tahun.

Wanita yang mengalami menopause dini memiliki gejala yang sama

dengan menopause pada umumnya seperti hot flashes (perasaan hangat di

seluruh tubuh yang terutama terasa pada dada dan kepala), gangguan emosi,

kekeringan pada vagina, dan menurunnya keinginan berhubungan seksual.

Wanita yang mengalami menopause dini memiliki kejadian keropos tulang

lebih besar dari mereka yang mengalami menopause lebih lama. Kejadian ini

meningkatkan angka kejadian osteoporosis dan patah tulang

2.3 Tahapan- tahapan Menopause

Menopause terdiri atas empat tahap, yaitu pramenopause,

perimenopause, menopause dan pascamenopause.

2.3.1 Pramenopause

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

5

Pada pramenopause terjadi kekacauan siklus haid, perubahan

psikologis/ kejiwaan, perubahan fisik, perdarahan memanjang dan relatif

banyak, terkadang disertai nyeri haid (dismenorea). Pramenopause merupakan

permulaan dari transisi klimaterik, yang dimulai 2-5 tahun sebelum

menopause. Pramenopause terjadi pada usia antara 45-55 tahun.

2.3.2 Perimenopause

Perimenopause adalah masa dimana kondisi tubuh menyesuaikan diri

dengan masa menopause yang berkisar antara 2 – 8 tahun ditambah dengan 1

tahun setelah periode terakhir menstruasi. Tidak ada cara untuk mengukur

berapa lama perimenopause ini akan terjadi. Stadium ini merupakan bagian

dari kehidupan seorang wanita yang menandakan akhir dari masa reproduksi.

Penurunan fungsi indung telur selama masa perimenopause berkaitan dengan

penurunan hormon estradiol dan produksi hormone androgen. Apabila

seorang wanita masih mengalami periode menstruasi pada masa

perimenopause, meskipun tidak teratur, dia dapat tetap hamil.

2.3.3 Menopause

Pada menopause ovarium berhenti mensekresikan hormone estrogen

dan progesterone namun tetap mensekresikan hormone pria seperti

testosterone dan androstemedione yang menyebabkan semakin menonjolnya

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

6

perubahan serta keluhan psikologik dan fisik, usia antara 49-50 tahun, dan

dapat juga berlangsung selama 3 sapai 4 tahun.

2.3.4 Pascamenopause

Pada pascamenopause sudah terjadi adaptasi perubahan psikologik dan

fisik, ovarium sudah tidak berfungsi dan mengalami atrofi, hormone

gonadotropin meningkat. Usia rata-rata perempuan pascamenopause adalah

50-55 tahun. Menurut WHO, terminology pascamenopause ditentukan sebagai

tanggal dan menstruasi terakhir, tidak tergantung apakah menopause diinduksi

atau spontan. Normalnya, pascamenopause berlangsung kira-kira 10-15 tahun

dan diikuti oleh masa senium (uzur) sekitar usia 65 tahun sampai akhir

kehidupan.

2.4 Gejala dan Permasalahan yang Terjadi pada Masa Menopause

Kurang lebih 70% wanita perimenopause dan pascamenopause

mengalami keluhan vasomotorik, depresif, dan keluhan psikis dan somatik

lainnya. Berat atau ringannya keluhan berbeda-beda pada setiap wanita.

Seiring dengan bertambahnya usia pascamenopause, disertai dengan

hilangnya respon ovarium terhadap gonadotropin. Gejala dan permasalahan

pada masa menopause, terdiri dari gangguan:

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

7

1. Vasomotor

Gejala vasomotor mempengaruhi sampai pada 75% wanita

perimenopause. Gejala ini berakhir satu sampai dua tahun setelah menopause

pada kebanyakan wanita, tetapi dapat juga berlanjut sampai sepuluh tahun

atau lebih pada beberapa lainnya. Gejolak panas (hotflashes) merupakan

alasan utama wanita untuk mencari pertolongan dan mendapatkan terapi

hormone.

Keluhan yang muncul berupa perasaan panas yang muncul tiba-tiba

disertai dengan keringat banyak. Keluhan tersebut pertama kali muncul pada

malam hari atau menjelang pagi dan lambat laun juga akan dirasakan pada

siang hari. Penyebab terjadinya keluhan vasomotorik umumnya pada saat

kadar estrogen mulai menurun, dan penurunan ini tidak sampai mencapai

kadar yang rendah.

Semburan panas dirasakan mulai dari daerah dada dan menjalar ke leher

dan ke kepala. Kulit di daerah tersebut terlihat kemerahan. Meskipun terasa

panas, suhu badan tetap normal. Segera setelah timbul semburan panas,

daerah yang terkena semburan panas tersebut mengeluarkan keringat banyak.

Semburan panas ini akan diikuti dengan rasa sakit kepala, perasaan kurang

nyaman, dan peningkatan frekuensi nadi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan

pengeluaran hormon adrenalin dan neurotensin oleh tubuh wanita tersebut.

Selain itu, terjadi pula penurunan sekresi hormone noradrenalin sehingga

terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, temperatur kulit sedikit meningkat

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

8

dan timbul perasaan panas. Akibat vasodilatasi dan keluarnya keringat, terjadi

pengeluaran panas tubuh sehingga kadang-kadang wanita merasa kedinginan.

Rata-rata lamanya semburan panas adalah 3 menit dan dapat berfluktuasi

antara beberapa detik sampai satu jam. Berapa kali semburan panas yang

muncul per harinya berbeda-beda pada setiap individu. Pada keadaan berat,

semburan panas tersebut dapat muncul sampai 20 kali perhari. Gejolak panas

tidak hanya mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, tetapi juga

semburan panas dan berkeringat yang muncul pada malam hari dapat

menyebabkan gangguan tidur, cepat lelah, dan cepat tersinggung. Banyak

wanita melaporkan sulit konsentrasi dan emosional labil selama transisi

menopause. Meskipun terjadi perubahan pada pembuluh darah, tekanan darah

tidak meningkat.

Gejala vasomotorik dapat muncul pada pramenopause atau segera

sebelum haid muncul. Pada klimakterium prekok, kejadian semburan panas

cukup tinggi,yaitu 70-80%. Sebanyak 70% wanita mengalami semburan panas

satu tahun setelah menopause, dan setelah 5 tahun hanya tinggal 25%. Puncak

maksimal keluhan tersebut muncul antara usia 54 dan 58 tahun. Munculnya

keluhan semburan panas akan diperberat dengan adanya stres, alkohol, kopi,

dan makanan-minuman panas. Lingkungan sekitar yang panas dapat

memperburuk perjalanan penyakit tersebut. Semburan panas juga dapat terjadi

akibat reaksi alergi atau pada hipertiroid, oleh karena itu perlu dilakukan tes

jika gejala vasomotor bersifat atipikal atau resisten terhadap terapi.

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

9

2. Somatik

Estrogen memicu pengeluaran β-endorfin dari susunan saraf pusat.

Kekurangan estrogen menyebabkan pengeluaran β-endorfin berkurang,

sehingga ambang sakit juga berkurang. Oleh karena itu, tidak heran kalau

wanita peri/pascamenopause sering mengeluh sakit pinggang atau mengeluh

nyeri di daerah kemaluan, tulang, dan otot. Nyeri tulang dan otot merupakan

keluhan yang paling sering dikeluhkan wanita usiaperi/pascamenopause.

Pemberian TSH (terapi sulih hormon) dapat menghilangkan keluhan tersebut.

Pemberian estrogen dan progesterone dapat memicu pengeluaran β-

endorfin, dan β-endorfin ini dapat mengurangi aktivitas usus halus sehingga

mudah terjadi obstipasi. Selain itu, stress juga dapat menimbulkan berbagai

jenis keluhan. Stress meningkatkan pengeluaran β-endorfin, dan zatini

memicu pengeluaran ACTH. β-endorfin dan ACTH berasal dari precursor

yang sama, yaitu, prepiomelanocortin (POMC), yang banyak ditemukan di

dalam nukleus arkuatus. POMC inimerupakan suatu peptide yang membentuk

β-endorfin dihipotalamus dan ACTH di hipofisis anterior. Β-endorfin dapat

meningkatkan nafsu makan sehingga selama pemberian TSH banyak wanita

mengeluh berat badannya bertambah (Baziad, 2003).

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

10

3. Psikis

Steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat,terutama

terhadap perilaku, suasana hati, serta fungsi kognitif dan sensorik seseorang.

Dengan demikian, tidak heran bila terjadi penurunan sekresi steroid seks,

timbul perubahan psikis yang berat dan perubahan fungsi kognitif. Kurangnya

aliran darah ke otak menyebabkan sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.

Akibat kekurangan hormon estrogen pada wanita pascamenopause, timbulah

keluhan seperti mudah tersinggung,cepat marah, dan berasa tertekan . Karena

kejadian depresi meningkat pada usia klimakterik dan postpartum dan

pemberian estrogen dan progesteron dapat menghilangkan/mengurangi

keluhan tersebut, maka kekurangan steroid seks dapat dianggap sebagai faktor

predisposisi terjadinya depresi. Depresi sering juga ditemukan beberapa hari

menjelang haid pada wanita usia reproduksi. Perasaan tertekan, nyeri betis,

mudah marah, mudah tersinggung, stres,dan cepat lelah merupakan keluhan

yang sering dijumpai pada wanita usia klimakterik dan wanita usia reproduksi

dengan keluhan sindrom prahaid.

Penyebab depresi diduga akibat berkurangnya aktivitas serotonin diotak.

Estrogen menghambat aktivitas enzimmonoamine oksidase (MAO). Enzim ini

mengakibatkan serotonin dan noradrenalin menjadi tidak aktif. Kekurangan

estrogen menyebabkan terjadinya peningkatan enzim MAO. Terbukti, bahwa

wanita pascamenopause yang diberi estrogen menurun aktivitas MAO dalam

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

11

plasmanya. Pemberian serotonin-antagonis pada wanita pascamenopause

dapat menghilangkan keluhan depresi (Baziad,2003).

4. Gangguan Tidur

Gangguan tidur paling banyak dikeluhkan wanita pasca menopause.

Kurang nyenyak tidur pada malam hari menurunkan kualitas hidup wanita

tersebut. Estrogen memiliki efek terhadap kualitas tidur. Reseptor estrogen

telah ditemukan di otak yang mengatur tidur. Penelitian buta ganda

menunjukkan bahwa wanita yang diberi estrogen equin konjugasi memiliki

periode ‘rapid eye movement’ yang lebih panjang dan tidak memerlukan

waktu lama untuk tidur.

5. Fungsi Kognitif

Kemampuan kognitif, ataupun kemampuan mengingat akan bertambah

buruk akibat kekurangan hormon estrogen. Akibat kekurangan estrogen

terjadi gangguan fungsi sel-sel saraf serta terjadi pengurangan aliran darah ke

otak. Pada keadaan kekurangan estrogen jangka lama dapat menyebabkan

kerusakan pada otak, yang suatu saat kelak dapat menimbulkan demensia atau

penyakit Alzheimer. Pada wanita yang dilakukan pengangkatan kedua

ovarium pada usia muda yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar

estrogen dan androgen secara tiba-tiba, akan terjadi perburukan fungsi

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

12

kognitif. Pemberian estrogen atau androgen dapat mencegah perburukan

tersebut.

6. Seks dan Libido

Semakin meningkat usia, maka makin sering dijumpai gangguan seksual

pada wanita. Akibat kekurangan hormon estrogen, aliran darah ke vagina

berkurang, cairan vagina berkurang, dan sel-sel epitel vagina menjadi tipis

dan mudah cedera. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kadar estrogen

yang cukup merupakan faktor terpenting untuk mempertahankan kesehatan

dan mencegah vagina dari kekeringan sehingga tidak lagi menimbulkan nyeri

saat senggama. Wanita dengan kadar estrogen <50pg/ml lebih banyak

mengeluh masalah seksual seperti vaginanya kering, perasaan terbakar, gatal,

dan sering keputihan. Akibat cairan vagina berkurang, umumnya wanita

mengeluh sakit saat senggama sehingga tidak mau lagi melakukan hubungan

seks. Nyeri senggama ini akan bertambah buruk lagi apabila hubungan seks

makin jarang dilakukan. Pada keadaan kadar estrogen sangat rendah pun,

wanita tetap mendapatkan orgasmus. Yang terpenting adalah melakukan

hubungan seks secara teratur agar elastisitas vagina tetap dapat dipertahankan.

7. Neurologi

Kurang lebih sepertiga wanita menderita sakit kepala dan migrain. Pada

12% wanita keluhan tersebut muncul menjelang atau selama haid

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

13

berlangsung. Ini menunjukkan adanya hubungan keluhan tersebut dengan

perubahan hormonal. Pada sepertiga wanita, sakit kepala atau migrain akan

membaik setelah menopause. Namun, terdapat juga wanita yang keluhan sakit

kepala dan migrain justru bertambah berat setelah memasuki usia menopause.

Migrain yang muncul berhubungan dengan siklus haid diduga berkaitan

dengan turunnya kadar estradiol.

8. Urogenital

Alat genital wanita dan saluran kemih bagian bawah sangat dipengaruhi

oleh estrogen. Keluhan genital dapat berupa iritasi, rasa panas, gatal,

keputihan, nyeri, berkurangnya cairan vagina, dan dinding vagina berkerut.

Keluhan pada saluran kemih berupa sering berkemih, tidak dapat menahan

kencing, nyeri berkemih, sering kencing malam, dan inkontinensia.

Vagina pascamenopause terjadi involusi dan vagina kehilangan rugae.

Epitel vagina atrofi dan mudah cedera. Vaskularisasi dan aliran darah ke

vagina berkurang sehingga lubrikasi berkurang yang mengakibatkan

hubungan seks menjadi sakit. Atrofi vagina menimbulkan rasa panas, gatal,

serta kering pada vagina. Pada oofarektomi bilateral, akibat penurunan

estrogen yang begitu cepat, kelainan pada vagina terjadi begitu drastis,

sedangkan pada menopause alami kelainan yang muncul biasanya tidak begitu

parah. Epitel vagina bereaksi sangat sensitif terhadap penurunan kadar

estrogen.

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

14

Begitu wanita memasuki usia perimenopause, pH vagina meningkat dan

pascamenopause pH vagina terus meningkat hingga mencapai nilai 5-8.

Vagina mudah terinfeksi dengan trikomonas, kandida, stafilo dan

streptokokus, serta baktericoli atau gonokokus.

Pada saluran kemih kekurangan estrogen menyebabkan atrofi pada sel-sel

uretra dan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Epitel uretra dan trigonum

vesika mengalami atrofi. Matrik yang terdiri dari berbagai jenis kolagen,

elastin, fibronektin, dan proteoglikan juga mengalami perubahan. Akibat

berkurangnya laju pergantian, pada pascamenopause terjadi peningkatan

kadar kolagen dalam jaringan periuretral, sedangkan kadar proteoglikan (asam

hialuronid) tidak mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini dan

penurunan aliran darah menyebabkan berkurangnya turgor dan tonus dari otot

polos uretra dan detrusor vesika sehingga mengganggu mekanisme kerja

jaringan-jaringan ikat. Akibatnya, pada usia tua mudah terjadi kelemahan

pada dasar panggul dan berpengaruh terhadap integritas sistem

neuromuskuler.

Atrofi epitel uretra yang disebabkan oleh kekurangan estrogen sering

menimbulkan sindrom uretra berupa bakterialisureterits, sistitis, atau kolpitis.

Gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nokturi, rasa ingin berkemih hebat,

atau urin yang tak tertahankan, sangaterat kaitannya dengan atrofi mukosa

uretra. Iritabel vesika dan urgein kontinensia juga berhubungan dengan atrofi

dari uretra dan mukosa vesika, sedangkan stres inkontinensia lebih erat

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

15

kaitannya dengan perubahan degeneratif dari sistem neuromuskuler dan

jaringan ikat.

Kontinen baru dapat terjadi bila tekanan uretra melebihi tekanan

intravesika, baik pada keadaan beban fisiologik, maupun beban sensorik.

Tekanan penutupan positif ini sangat bergantung pada kompresi yang cukup

dari mukosa dan submukosa uretra. Empat lapis dari uretra, yaitu epitel

jaringan ikat, kompleks vaskuler, otot polos, dan otot lurik secara bersamaan

ikut ambil bagian dalam mencegah terjadinya inkontinensi.

Stres inkontinensia merupakan bentuk inkontinensia yang paling banyak

ditemukan dan merupakan inkontinensia yang tidak disebabkan oleh

kekurangan estrogen, meskipun paling banyak dijumpai pada klimakterium

dan pascamenopause. Stres inkontinensia adalah keluarnya urin tanpa dirasa

pada keadaan detrusor stabil dan terjadi akibat berkurangnya penutupan

vesika, dan uretra tidak mampu menahan tekanan vesika yang meningkat

tersebut. Peningkatan tekanan vesika dapat dipacu oleh batuk, bersin,tertawa,

berjalan, berdiri, atau mengangkat benda berat.

Urgein kontinensia yang terjadi adalah kapasitas urin tidak

terganggu,tetapi sensitivitas dan rangsangan detrusor meningkat. Sering juga

ditemukan tonus vesika yang meningkat. Peningkatan tekanan intravesika,

seperti saat batuk, tertawa, perubahan posisiakan menyebabkan kontraksi

detrusor, sehingga timbul rasa ingin berkemih yang tidak tertahankan. Untuk

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

16

membedakan dengan stresi nkontinensia ,maka perlu dilakukan pengukuran

tekanan intra vesika.

Iritabel vesika merupakan gejala berupa meningkatnya frekuensi

berkemih, polakisuri yang berlebihan dengan rasa ingin berkemih yang hebat

(imperatif). Iritabel vesika terjadi berdasarkan tingginya sensitivitas dan

rangsangan terhadap detrusor, dimana tekanan vesika biasanya normal,

rendah, atau meningkat. Iritabel vesika biasanya disebabkan oleh atrofivesika

dan uretra akibat kekurangan estrogen.

9. Kulit

Estrogen mempengaruhi kulit terutama kadar kolagen, jumlah

proteoglikan, dan kadar air dari kulit. Kolagen dan serat elastin berperan

untuk mempertahankan stabilitas dan elastisitas kulit. Turgor kulit dapat

dipertahankan oleh proteoglikan yang dapat menyimpan air dalam jumlah

besar. Estrogen mempengaruhi aktivitas metabolik sel-sel epidermis dan

fibroblas, serta aliran darah. Kekurangan estrogen dapat menurunkan mitosis

kulit sampai atrofi, menjadikan ketebalan kulit berkurang, menyebabkan

berkurangnya sintesis kolagen, dan meningkatkan penghancuran kolagen.

Kehilangan kolagen ini juga berjalan paralel dengan hilangnya massa tulang

karena kandungan kolagen tulang yang cukup banyak sehingga mudah terjadi

osteoporosis. Kekurangan estrogen juga menyebabkan berkurangnya sintesis

dan polimerisasi asam hialuron sehingga terjadi pengurangan pengambilan

Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

17

dan penyimpananair, yang pada akhirnya terjadi dehidrasi kulit. Hal ini

membuat kulit kehilangan elastisitasnya, atopik, tipis, kering, dan berlipat-

lipat. Produksi sebum, fungsi kelenjar, dan pertumbuhan rambut menjadi

berkurang. Kulit mudah cedera dan penyembuhan luka menjadi tergganggu

Perubahan pada kulit yang disebabkan oleh kekurangan estrogen dapat

menyebabkan perburukan sistem pertahanan kulitsehingga mudah terkena

penyakit kulit (dermatosis). Kejadian psoriasis dan eksema meningkat pada

usia perimenopause.

10. Rambut

Pascamenopause terjadi perubahan terhadap pertumbuhan rambut, yaitu

rambut pubis, ketiak, serta rambut di kepala menjadi tipis. Rambut dikepala

rontok. Selain itu, estrogen meningkatkan aktivitas enzim tirosinase yang

mengkatalisasi sintesis melanin. Oleh sebab itu, kekurangan estrogen dapat

menyebabkan aktivitas tirosina semenurun sehingga sintesis melanin

berkurang yang selanjutnya menimbulkan ubanan pada rambut.

11. Mulut, Hidung,dan Telinga

Seperti pada kulit, kekurangan estrogen juga menyebabkan perubahan

mulut dan hidung. Selaput lendirnya berkerut, aliran darah berkurang, terasa

kering, dan mudah terkena gingivitis. Kandungan air liur juga mengalami

perubahan. Pemberian estrogen dapat mengurangi keluhan tersebut,

Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

18

kandungan zat-zat dalam air liur menjadi normal. IgA, IgG, dan IgM menjadi

berkurang. Florabakteri dalam air liur tidak mengalami perubahan. Akibat

kekurangan estrogen dapat meningkatkan resorbsi tulang dagu (osteoporosis)

dan gigi mudah rontok. Selaput lender mulut seperti halnya juga vagina

memiliki kemampuan mensintesis NO yang bersifat bakterisid.

12. Mata

Kekurangan estrogen dapat menyebabkan atrofi kornea dan konjungtiva,

serta turunnya fungsi kelenjar air mata. Pemakaian lensa kontak akan

mendapatkan kesulitan dalam penggunaannya. Kerato konjungtivitis paling

sering ditemukan pada wanita pascamenopause, dan sangat efektif diatasi

dengan pemberian estrogen. Perubahan kadar estradiol pada fase

peri/pascamenopause mempengaruhi tekanan intraokuler. Kelihatannya

turunnya estradiol serum dapat meningkatkan tekanan bola mata.

13. Otot dan Sendi

Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi. Pemeriksaan

radiologik umumnya tidak ditemukan kelainan. Sebagian wanita, nyeri sendi

erat kaitannya dengan perubahan hormonal yang tejadi. Pemberian TSH dapat

mengurangi keluhan-keluhan tersebut. Hal ini terjadi akibat estrogen

Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

19

meningkatkan aliran darah dan sintesis kolagen. Timbulnya osteoartrosis dan

osteoartritis dapat dipicu oleh kekurangan estrogen, karena kekurangan

estrogen menyebabkan kerusakan matrik kolagen dan dengan sendirinya pula

tulang rawan ikut rusak. Kejadiannya meningkat dengan meningkatnya usia.

14. Payudara

Payudara merupakan organ sasaran utama bagi estrogen dan progesteron.

Kekurangan estrogen mengakibatkan involusi payudara. Pada

pascamenopause, payudara mengalami atrofi, terjadi pelebaran saluran air.

2.5 Gangguan Kesehatan Setelah menopause

2.5.1 Osteoporosis

Kekurangan hormon estrogen akan dapat menyebabkan hilangnya masa

tulang. Akibatnya dapat terjadi osteoporosis yang akhirnya akan membuat tulang

mudah patah. Osteoporosis adalah penyakit rapuh tulang usia 50 tahun/lebih yang

ditandai dengan berkurangnya densitas tulang.

Pada wanita proses penyusutan tulang lebih besar dibandingkan pria,

karena tulang wanita sangat dipengaruhi oleh estrogen. Penyusutan terjadi sekitar

3% pertahun dan akan berlangsung terus hingga 5-10 tahun pasca menopause.

Sepanjang hidup seorang wanita, total jarinngan tulang yang menyusut sekitar

40-50%, sedangkan pada laki-laki hanya 20-30%.

Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

20

Selain digunakan sebagai pengobatan, estrogen juga dapat digunakan

sebagai pencegahan osteoporosis. Bagaimanapun pencegahan adalah lebih baik

daripada pengobatan, karena biaya pengobatan untuk osteoporosis cukup besar.

Di Amerika Serikat biaya perawatan patah tulang akibat osteoporosis pertahun

mencapai 20-30 triliyun rupiah.

Untuk dapat mencegah terjadinya osteoporosis, maka estrogen diberikan

begitu seorang wanita memasuki usia menopause dan terus berlanjut sampai 5-10

tahun pasca menopause.

2.5.2 Kelainan Kardiovaskular

Kelainan kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan

pada wanita menopause. Penyebab lain berturut-turut adalah patah tulang, kanker

payudara dan kanker endometrium.

Pada tahun 2000, 38% wanita di Amerika Serikat berumur 45 tahun atau

lebih, pada tahun 2015 proporsi ini akan meningkat menjadi 45%. Satu dari

sembilan wanita berumur 45-64 tahun menderita berbagai macam penyakit

kardiovaskular dan setelah 65 tahun rasionya meningkat menjadi 1 banding 3.

Kira-kira 40% penyakit koroner pada wanita berakibat fatal dan 67% dari semua

kematian mendadak yang terjadi pada wanita tersebut tanpa riwayat penyakit

jantung koroner. Mereka kehilangan daya tahan terhadap penyakit jantung

koroner akibat berkembangnya menopause, dan meningkatnya insiden penyakit

Page 19: Bab II Tinjauan Pustaka Masa Menopause dan Permasalahannya

21

ini bukan karena perubahan gaya hidup atau faktor risiko tetapi karena perubahan

lipoprotein yang terjadi pada menopause.

Pada wanita menopause HDL kolesterol adalah satu indikator untuk

terjadinya penyakit jantung koroner, dimana untuk setiap peningkatan 10 mg/dL

risiko akan menurun sampai 50%. Trigeliserida juga merupakan faktor risiko

penting untuk penyakit jantung koroner, dimana terjadi peningkatan penyakit

jantung jika kadar trigeliserida meningkat dan kadar HDL yang rendah.

Banyak bukti yang mengatakan bahwa pengaruh kardioprotektif dari

terapi pengganti estrogen adalah pada kadar lipid serum. Wanita postmenopause

yang mempunyai kadar HDL kolesterol kurang dari 46 mg/dL mempunyai risiko

6 kali lipat untuk terjadi penyakit jantung koroner dibandingkan dengan wanita

dengan kadar HDL kolesterol lebih dari 67 mg/dL.