32
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menua 2.1.1 Pengertian Menua Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut (Wahjudi, 2008). 2.2 Konsep Lansia 2.2.1 Pengertian Lansia Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya 65 tahun keatas (Setianto, 2004 dalam Effendy, 2009). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003 dalam Wahjudi, 2008). Menurut BAB I Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang (UU) No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Usia lanjut, lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

  • Upload
    vandung

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Menua

2.1.1 Pengertian Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan

struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas

(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut (Wahjudi, 2008).

2.2 Konsep Lansia

2.2.1 Pengertian Lansia

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia apabila

usianya 65 tahun keatas (Setianto, 2004 dalam Effendy, 2009). Lansia bukan

suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang

ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan (Pudjiastuti, 2003 dalam Wahjudi, 2008). Menurut BAB I Pasal 1 ayat

(2) Undang-Undang (UU) No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Usia lanjut,

lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia adalah

keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

11

penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual (Hawari, 2001).

2.2.2 Batasan Umur Lansia

Berikut ini adalah batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari

beberapa ahli dan sumber dokumen negara (Nugroho, 2000).

1) Menurut UU No. 13 Tahun 1998 BAB I Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “Lanjut

usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

2) Menurut World Health Organization (WHO) lansia dibagi menjadi 3 yaitu:

a) Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun

b) Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun

c) Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun

d) Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun

3) Menurut Prof.Dr.Koesoemato Setyonegoro antara lain:

a) Masa dewasa muda (elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun

b) Masa dewasa penuh (middle years) : 25-60 tahun atau 65 tahun

c) Masa lanjut usia (geriatric age) : > 65 atau 70 tahun

2.2.3 Perubahan Sistem Kardiovaskuler Tubuh pada Lansia

Bagian tubuh lansia yang paling sering menunjukkan tanda klinis dalam

penurunan fungsinya adalah sistem kardiovaskuler. Elastisitas dinding pembuluh

aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

12

memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume darah yang dipompakan. Sesuai

dengan konsep menua menurut Goldman dan Kaltz (2007) dalam Wahjudi (2008),

menyatakan dalam teorinya wear and tear tubuh dan selnya mengalami kerusakan

karena sering digunakan dan disalah gunakan (overuse and abuse). Fungsi organ

tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan yang lainnya menurun karena toksin

di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein,

alkohol, nikotin, stres fisik dan emosional. Kehilangan elastisitas pembuluh darah,

menyebabkan kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk penyaluran

darah, sering terjadi postural hipotensi. Tekanan darah meningkat diakibatkan

meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer (Nugroho, 2000). Penurunan

sel otot jantung akibat menua, menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.

Dengan bertambahnya usia, denyut jantung maksimum dan fungsi lain jantung

juga ikut menurun. Pada lanjut usia tekanan darah akan naik secara bertahap,

elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50%

dibandingkan dengan orang muda berusia 20 tahun. Pada usia 90 tahun, curah

jantung menurun dan menimbulkan efek pada otot, paru, dan ginjal karena

berkurangnya arus darah ke organ tubuh (Wahjudi, 2008).

2.2.4 Prevalensi Gangguan yang Bersifat Kronis pada Lansia

Ada beberapa penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua

sesuai dengan tabel 1.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

13

Tabel 2.1. Prevalensi Gangguan yang Bersifat Kronis pada Lansia

Masalah % yang terkena1 2

ArtritisHipertensiGangguan pendengaranKelainan jantungSinusitis kronisPenurunan visusGanguan pada tulang

46382828181413

Sumber : Tamher, 2009:9.

2.3 Hipertensi

2.3.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg

atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price, 2005). Menurut Junaedi,

Sufriadi, dan Mira tahun 2013, hipertensi merupakan suatu keadaan medis yang

ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi

resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan darah. Hipertensi adalah

peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90

mmHg (Mary, Wilfrid, Yakobus, 2008).

2.3.2 Klasifikasi Tekanan Darah pada Hipertensi

Berikut pada tabel 2 dan 3 merupakan tabel klasifikasi hipertensi yaitu sebagai

berikut:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

14

Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih

Kategori Sistolic (mmHg) Diastolic (mmHg)1 2 3

NormalNormal TinggiHipertensiTingkat 1 (ringan)Tingkat 2 (sedang)Tingkat 3 (berat)

< 130130-139

140-159160-179> 180

<8585-89

90-99100-109> 110

Sumber : Price, 2005:583.

Tabel 2.3. Hipertensi menurut Kelompok Umur Berbeda

Kelompok Usia Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)1 2 3

BayiAnak 7-11 thRemaja 12-17 thDewasa 20-45 th

45-65 th> 65 th

80/40100/60115/70120-125/75-80135-140/85150/85

90/60120/80130/80135/90140/90-160/95160/95

Sumber : Tambayong, 2000:94.

Menurut National Clinical Guidline Hypetension in Older People dari Scottish

Intercollegiate Guidelines Network (2007), mengklasifikasikan hipertensi pada

orang tua sesuai dengan tabel 4.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

15

Tabel 2.4. Klasifikasi Hipertensi pada Lansia

Category Sistolic (mmHg) Diastolic (mmHg)1 2 3

NormalMild hypertensionModerate hypertensionSevere hypertension

<140140-159160-179> 180

< 9090-99100-109> 110

Sumber : Scottish Intercollage Guidelines Network, 2008.

2.3.3 Etiologi Hipertensi

Sesuai dengan penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi sekunder

dan primer/essensial. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang sudah diketahui

penyebabnya sedangkan hipertensi primer belum diketahui secara pasti

penyebabnya. Ada beberapa penyebab hipertensi sekunder menurut Setiawan

dkk., 2008, antara lain:

1. Stenosis arteri ginjal

Stenosis arteri ginjal adalah suatu kondisi dimana terjadinya penyempitan arteri

yang memasok darah ke ginjal. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan pembedahan

atau dilatasi/melebarkan pembuluh darah arteri. Pada dilatasi, sebuah tabung

fleksibel dengan balon kecil di ujung dimasukkan ke dalam arteri di

selangkangan. Apabila tindakan ini gagal menurunkan tekanan darah maka

tindakan selanjutnya yaitu dengan pemberian obat.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

16

2. Gagal ginjal

Penderita gagal ginjal biasanya juga perlu perawatan tekanan darah tinggi.

Tekanan darah tinggi terutama disebabkan oleh kegagalan ginjal dalam mengatur

jumlah garam dan air dalam tubuh.

3. Kelebihan noradrenaline

Penyebab tekanan darah tinggi lainnya adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal

terdapat di atas setiap ginjal. Kelenjar adrenal mempunyai lapisan dalam dan luar

yang dapat mengeluarkan berbagai hormon ke dalam aliran darah. Bagian dalam

kelenjar disebut medula yang mengeluarkan adrenaline. Adrenaline dapat

meningkatkan denyut jantung. Selain itu medula juga menghasilkan hormon

noradrenaline yang juga menyebabkan kontraksi otot arteri dan meningkatkan

tekanan darah.

4. Sindrom chusing dan aldosteronisme

Sindrom ini merupakan suatu keadaan akibat adanya tumor atau pertumbuhan

yang berlebihan dari lapisan luar kelenjar adrenal. Pada keadaan ini dihasilkan

hormon stres lain yaitu kortisol atau hormon yang disebut aldosterone yaitu

hormon yang mengakibatkan ginjal menahan garam dan melepaskan kalium.

Terlalu banyak kortisol dapat menyebabkan cushing sindrom yang mengakibatkan

pertambahan berat badan amat cepat, tekanan darah tinggi dan kadang

menyebabkan diabetes. Produksi aldosterone mengakibatkan ginjal menahan

garam dan melepaskan kalsium yang berlebihan sehingga tekanan darah naik

dengan kadar kalium yang rendah dalam darah. Kadar kalium yang rendah

menimbulkan kelemahan otot dan hilangnya kemampuan memekatkan air seni.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

17

5. Alkohol

Alkohol dikaitkan dengan distres pada ginjal sehingga memacu pengeluaran

rennin yang akan merangsang angiotensin I yang akan merangsang pengeluaran

angiotensin II di hati yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah.

6. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam jangka waktu pendek dengan

mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang mengendalikan tekanan darah

secara otomatis. Stres akan membuat sistem koordinasi fisiologis tubuh mejadi

tidak teratur terutama pelepasan hormon adrenaline, kortisol, epinephrine dan

norephineprine.

2.3.4 Patofisiologi Hipertensi

Kaplan (2010), menyatakan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian

tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar:

Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan Perifer.

Mekanisme patofisologi yang berhubungan dengan peningkatan hipertensi

essensial antara lain:

1. Curah jantung dan tahanan perifer

Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang berpengaruh pada

peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus

ini semakin lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang

mungkin dimediasi oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan

perifer yang irreversible.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

18

2. Sistem Renin-Angiostensin

Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan ekstraseluler

dan sekresi renin. Sistem renin-angiotensin merupakan sistem endokrin yang

penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh jukstaglomerulus

aparantus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion atau penurunan

asupan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatik.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh Angiotensi I-Converting Enzyme (ACE). ACE memegang

peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon rennin (diproduksi oleh

ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptide yang tidak aktif).

Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena bersifat

sebagai vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu :

a. Meningkatkan sekresi hormon Anti Diuretik Hormone (ADH) dan rasa haus.

ADH diproduksi di hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatur

osmolaritas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin

yang diekskresikan ke luar tubuh sehingga urin menjadi pekat dan tinggi

osmolaritasnya. Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan

ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya

volume darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.

b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan

hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume

cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi Nacl (garam) dengan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

19

cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler

yang pada gilirannya akan meningkatkan volume darah dan tekanan darah.

3. Sistem saraf otonom

Sirkulasi sistem saraf simpatik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi

arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam

mempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara

sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama-sama dengan faktor

lain termasuk natrium, volume sirkulasi dan beberapa hormon.

4. Disfungsi endotelium

Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam pengontrolan

pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu

molekul oksida nitrit dan peptide endothelium. Disfungsi endothelium banyak

terjadi pada kasus hipertensi primer. Secara klinis pengobatan dengan

antihipertensi menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit.

5. Substansi vasoaktif

Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam

mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal. Bradikinin merupakan

vasodilator yang potensial, begitu juga endothelin. Endothelin dapat

meningkatkan sensifitas garam pada tekanan darah serta mengaktifkan sistem

renin-angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang

diproduksi di atrium jantung dalam merespon peningkatan volume darah. Hal ini

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

20

dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirya dapat

meningkatkan retensi cairan dan hipertensi.

6. Hiperkoagulasi

Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari dinding pembuluh

darah (disfungsi endothelium atau kerusakan sel endothelium), ketidaknormalan

faktor homeostatis, platelet, fibrinolisis. Hipertensi dianggap dapat menyebabkan

protombotik dan hiperkoagulasi yang semakin lama akan semakin parah dan

merusak organ target.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

21

Gambar 2.1. Patofisiologi Hipertensi Mekanisme Sistem Renin-Angiotensin(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009 dalam Nurhaedar, 2010).

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi

dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output) dan dukungan dari

arteri (peripheral resistance). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah

Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme(ACE)

Angiotensin II

↑ Sekresi hormone ADH rasahaus

Stimulasi sekresi aldosterondari korteks adrenal

Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas↓ Ekskresi NaCl (garam)

dengan mereabsorpsinya ditubulus ginjalMengentalkan

↑ KonsentrasiNaCl di pembuluh

darahMenarik cairan intraseluler →

ekstraseluler

Diencerkan dengan ↑volume ekstraselulerVolume darah ↑

↑ Volumedarah

↑ Tekanan darah

↑ Tekanan darah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

22

ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi

sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai

dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal. Selengkapnya

dapat dilihat pada bagan.

Gambar 2.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah (Sumber: Kaplan, 2010).

2.3.5 Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko pada pasien dengan hipertensi ada 2 yaitu faktor yang dapat

dikontrol dan tidak dapat dikontrol (Setiawan dkk., 2008).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

23

1. Faktor yang tidak dapat dikontrol

Beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain:

a. Keturunan

Sekitar 70-80% penderita hipertensi essensial ditemukan riwayat hipertensi di

dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua

maka dugaan hipertensi essensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai

pada penderita yang kembar monozigote apabila salah satunya menderita

hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peranan

dalam terjadinya hipertensi.

b. Jenis kelamin

Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki daripada perempuan. Hal itu

kemungkinan karena laki-laki lebih banyak memiliki faktor pendorong

terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan, dan makan yang kurang

terkontrol. Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan risiko terjadi

setelah masa menopause (sekitar 45 tahun).

c. Umur

Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia di atas 31 tahun,

sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun.

2. Faktor hipertensi yang dapat dikontrol yaitu :

a. Kegemukan

Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi

essensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan

sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

24

dibandingkan dengan penderita hipertensi lebih tinggi dibandingkan penderita

hipertensi dengan berat badan normal.

b. Konsumsi garam berlebih

Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang berlebihan dengan

sendirinya akan menaikkan tekanan darah. Menurut Tuti&Susirah tahun 2005,

asupan Natrium maksimal setiap hari pasien hipertnsi adalah 2400 mg atau + 1

sendok teh.

c. Aktivitas fisik dan olahraga

Suharjo tahun 2006, menyatakan aktifitas fisik menurut World Health

Organization (WHO) dibagi menjadi 4 yaitu aktivitas ringan (pekerjaan rumah

dan pekerjaan professional seperti dokter,guru, pegawai bank dan perkerjaan

rumah tangga), aktivitas sedang (pekerjaan lapangan seperti nelayan, tentara,

mahasiswa, pekerja perkebunan dan pekerjaan rumah tangga), aktivitas berat

(pekerjaan serabutan seperti buruh, kuli bangunan, tentara perang, satpam),

aktivitas sangat berat (penarik becak, penarik gerobak,buruh angkut). Olahraga

isotonik seperti bersepeda, jogging, dan aerobik seperti senam dapat

memperlancar peredarah darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami

kegemukan. Olahraga juga dapat membantu pengeluaran kelebihan garam

melalui pengeluaran keringat.

d. Alkohol dan prilaku merokok

Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam rokok. Nikotin akan

menyebabkan peningkatan sintesis katekolamin yang dapat meningkatkan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

25

psikositas darah. Dengan meningkatnya psikositas darah maka tekanan darah

akan semakin meningkat karena usaha jantung lebih kuat untuk memompa

jantung memenuhi distribusi darah ke perifer tubuh.

2.3.6 Pencegahan Hipertensi

Hipertensi essensial memang belum ada obatnya sehingga untuk mengatasi dan

mencegah keadaan yang lebih parah dapat dilakukan dengan mengkombinasikan

antara obat-obatan, diet, olahraga, dan gaya hidup yang baik serta teratur. Pada

hipertensi sekunder, upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan pada upaya

untuk menghilangkan atau memperkecil faktor pemicu yang menjadi penyebab

timbulnya hipertensi. Hal-hal yang merupakan tindakan pencegahan bagi

penderita hipertensi adalah:

1. Diet rendah lemak dengan mengurangi atau menghindari makanan berminyak,

seperti gorengan, daging yang berlemak, susu full cream dan kuning telur.

2. Diet rendah garam. Batasi pemakaian garam dan makanan yang diasinkan,

seperti cumi asin, ikan asin, telur asin, dan kecap asin.

3. Hindari konsumsi daging kambig, buah durian, dan minuman beralkosol tinggi

4. Lakukan olahraga secara teratur dan terkontrol, seperti jalan kaki, naik sepeda,

berenang, dan senam. Penelitian yang dilakukan oleh Cleroux, Kouame, Nadeau,

Coulombe, dan Lacourciere dari American Heart Association (AHA) dengan

judul “After effects of exercise on regional dan systemic hemodynamics in

hypertension” tahun 2000, menemukan setelah 30 menit melakukan olahraga kaki

dan istirahat selam 30 menit didapatkan hasil tekanan sistolik, diastolik, tahanan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

26

total perifer, tahanan vaskuler lengan atas, dan kadar norepinephrine plasma

berkurang secara signifikan dan peningkatan cardiac otput pada pasien dengan

hipertensi.

5. Berhenti merokok

6. Berhenti minum kopi

7. Jaga berat badan ideal

8. Hindari stres dengan gaya dan sikap hidup yang lebih santai

9. Obati penyakit penyerta seperti kencing manis.

(Setiawan dkk., 2008).

2.3.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Tuty (2006) dari Divisi Geriatri SMF Fakultas Kedokteran Unud menyatakan

bahwa penatalaksanaan pasien hipertensi terdiri dari:

1. Penatalaksanaan nonfarmakologis

Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis pada penderita hipertensi lanjut

usia, seperti halnya pada semua penderita, sangat menguntungkan untuk

menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki adalah

menurunkan berat badan jika ada kegemukan, mengurangi minuman alkohol,

meningkatkan aktivitas fisik aerobik, joging, jalan santai, renang, bersepeda, yoga,

mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat, menghentikan

kebiasaan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol, serta

mengurangi asupan garam/natrium (Na). Seperti halnya pada orang yang lebih

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

27

muda, intervensi nonfarmakologis ini harus dimulai sebelum menggunakan obat-

obatan.

2. Penatalaksanaan farmakologis

Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi

metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalam

memberikan obat hipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis

kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan. Menurut Joint National

Commite (JNC) VI pilihan pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi

lanjut usia adalah diuretik atau penyekat beta. Pada Hipertensi Sistolik Terisolasi

(HST), direkomendasikan penggunaan diuretik dan antagonis kalsium.

2.4 Konsep ABI

2.4.1 Pengertian ABI

Ankle Brachial Index (ABI) adalah screening non invasif pembuluh darah untuk

mengidentifikasi luasnya Peripheral Arterial Desease (PAD) dengan

membandingkan tekanan darah sistolik di ankle dengan tekanan sistolik

ekstremitas atas (WOCNS, 2002). Tekanan darah sistolik pergelangan kaki yang

leih tinggi dari tekanan darah sistolik brachialis merupakan estimasi terbaik dari

tekanan darah sistolik pusat (Sacks dkk., 2002).

ABI adalah pemeriksaan non invasif yang dilakukan dengan mudah menggunakan

doppler tangan dan tensimeter dengan nilai normal 0,9-1 (Amstrong&Lavery,

1998 dalam Mulyati, 2009)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

28

2.4.2 Tujuan Pengukuran ABI

ABI menurut Wound Ostomy and Continence Nurse Society (WOCNS) (2002),

ditujukan untuk:

1. Mendeteksi perluasan PAD pada ekstremitas bawah.

2. Untuk menentukan aliran darah yang adekuat pada ekstremitas bawah.

3. Memberikan dokumentasi dari jumlah estimasi aliran darah pada ekstremitas

bawah.

2.4.3 Prosedur Pengukuran Nilai ABI

Menurut WOCNS (2002) adapun prosedur pengukuran ABI yaitu prosedur

pemeriksaan ABI yaitu:

1. Anjurkan pasien berbaring terlentang (supine), posisi kaki sama tinggi dengan

posisi jantung.

2. Pasang manset tensimeter di lengan atas dan tempatkan probe vaskular

doppler ultrasound di atas arteri brachialis dengan sudut 45 derajat.

3. Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg di atas

tekanan darah sistolik palpasi.

4. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe

hasilnya merupakan tekanan darah sistolik brachialis.

5. Ulangi pada lengan yang lain.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

29

6. Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan probe vaskular

doppler ultrasound di atas arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis dengan sudut 45

derajat.

7. Palpasi nadi dorsalis pedis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg di atas

tekanan darah sistolik palpasi.

8. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe

hasilnya merupakan tekanan darah sistolik ankle.

9. Ulangi pada kaki yang lain.

10. Pilih tekanan darah sistolik brachialis tertinggi (diantara lengan kanan dan

kiri) dan tekanan darah sistolik ankle tertinggi (diantara kaki kanan dan kaki kiri).

Setelah mendapatkan tekanan sistolik pada masing-masing brachialis dan ankle,

maka dilihat tekanan sistolik yang lebih tinggi. Perhitungan nilai ABI dilakukan

dengan cara membagi tekanan darah sistolik tertinggi dari ankle atau dorsalis

pedis dengan tekanan darah sistolik brachialis tertinggi (Laurel, 2005). Frekuensi

tes ABI dilakukan didasarkan pada faktor risiko yang menyertai kondisi pasien.

Pasien tanpa faktor risiko idealnya diukur 1 tahun sekali sedangkan untuk yang

memiliki faktor risiko diukur 3-4 bulan sekali (Bali Aging and Geriatric Update

Symposium&Workshop, 2007).

Fomula penghitungan ABI menurut WOCNS (2002) yaitu :

ABI = Nilai tekanan sistolik ankle tertinggiNilai tekanan sistolik brachial lengan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

30

Tabel 2.5. Klasifikasi Nilai ABI

Nilai ABI Interpretasi Rekomendasi1 2 3

> 1,41,0-1,40,9-0,990,8-0,890,5-0,79

< 0,5

Pembuluh noncompressibleNormalBatas toleransiPenyakit arterial ringanPenyakit arterial sedangPenyakit arterial berat

Kurangi faktor risikoRujuk kepada spesialisRujuk kepada spesialis

Sumber : Stanford School of Medicine, 2014.

Tabel 2.6. Interpretasi Nilai ABI

Nilai ABI Interpretasi1 2

> 1,4> 1,0< 0,9< 0,6-0,8< 0,5

Pembuluh noncompressibleNormalLEADBorderlineIskemia parah

Sumber : Laurel, 2005.

2.4.4 Kondisi ABI pada Pasien Hipertensi

Nilai ABI pada pasien hipertensi berisiko mengalami penurunan (Korhonen,

2009). Pada lansia dengan hipertensi kondisi dari pembuluh darah akan

mengalami penebalan akibat arterosklerosis. Pada fase akut dari hipertensi tidak

akan terjadi penebalan otot jantung tapi pada fase kronik otot jantung akan

menebal terutama pada left ventrikel yang memompa darah ke seluruh tubuh.

Dengan menebalnya pembuluh darah, maka tekanan dari darah yang harus

dipompakan semakin naik sebagai kompensasi usaha memenuhi kebutuhan darah

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

31

(nutrisi dan O2) sedangkan jumlah volume darah yang dipompakan jantung ke

bagian perifer akan mengalami penurunan akibat penebalan otot jantung

(Brunner&Suddarth, 2001). Hal ini dapat dilihat dari nilai ABI. Nilai ABI di

bawah normal mengindikasikan sirkulasi darah pada pasien hipertensi dan DM

mengalami PAD. Penurunan sirkulasi ini terjadi terutama pada bagian perifer dari

tubuh seperti kaki, otak dan ginjal (Price, 2005). Penurunan dari nilai ABI ini

berhubungan sangat signifikan terhadap fungsi kaki pada lansia usia 55 tahun ke

atas ( Mary dkk., 2000). Penurunan ABI pada lansia paling banyak ditemui usia

66-69 tahun sebanyak 48% ( Theandra, Toruan, Natalia, 2014). Manifestasi klinis

yang dapat dilihat dari penurunan ABI pada pasien hipertensi yaitu rasa

kebas/kesemutan di lengan dan kaki. Rasa kebas kadang dirasakan di lengan

menjalar ke dada (Yahya, 2010). Berbeda dengan penurunan ABI pada DM,

penurunan ABI pada hipertensi mengindikasikan tekanan perifer yang meningkat,

stroke volume yang cenderung menurun, usaha kompensasi jantung untuk

mengatasi kondisi tersebut sehingga jantung bekerja lebih keras dan pada suatu

ketika jantung akan berhenti bekerja akibat kelelahan. Pasien lansia dengan

hipertensi yang memiliki nilai ABI di bawah normal maka lansia tersebut

dikatakan mengalami PAD. Dengan adanya PAD ini maka risiko kerusakan

jaringan perifer seperti kaki, ginjal dan otak akan meningkat. Terdapat hubungan

yang signifikan antara nilai ABI yang rendah dengan kematian akibat penyakit

kardiovaskuler ( Dhyu, 2007).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

32

2.5 Konsep Senam Kaki

2.5.1 Pengetian senam kaki

Senam kaki adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana,

disusun secara sistemik dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi

secara harmonis (Probosuseno, 2007 dalam Sigit, 2012). Berdasarkan

pengertiannya senam adalah salah satu jenis olahraga aerobik yang menggunakan

gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana kebutuhan Oksigen masih dapat

dipenuhi tubuh (Karim 2002 dalam Sigit, 2012). Senam kaki adalah kegiatan atau

latihan yang dilakukan oleh pasien untuk mencegah terjadinya luka dan

membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno, 2006 dalam

Sigit 2012).

2.5.2 Manfaat senam kaki

Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-

otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat

meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha dan juga mengatasi keterbatasan

pergerakan sendi (Wibisono, 2009 dalam Sigit, 2012). Aktivitas fisik dapat

meningkatkan sirkulasi darah (Cleroux, 2000). Menurut penelitian yang dilakukan

Gunarto (2005) dalam Sigit (2012), menunjukkan bahwa lansia yang diberikan

latihan four square step yaitu salah satu bentuk latihan gerak dinamik selama 4

minggu mempunyai sirkulasi darah lebih baik secara signifikan dibandingkan

sebelum latihan. Penelitian tersebut didukung didukung juga oleh penelitian yang

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

33

dilakukan oleh Maryani tahun 2013 yang menemukan pada 38 responden yang

diberikan latihan senam kaki selama 2 minggu, terdapat pengaruh senam kaki

yang signifikan terhadap sirkulasi darah kaki pada lansia. Selain itu, Hirsch (2003)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa latihan aktivitas dan latihan Range Of

Motion (ROM) intensitas tinggi pada lansia dengan penyakit parkinson idiopatik

yang dilakukan 3 kali seminggu selama 4 minggu dapat meningkatkan kekuatan

otot dan sirkulasi darah. Priyanto, Sahar dan Widyatuti tahun 2013 juga

menemukan pada 125 responden lansia yang diberikan latihan senam kaki 3x

seminggu dalam 4 minggu, menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara senam kaki terhadap perbaikan sensivitas kaki.

Dilihat dari organ yang dipengaruhi, senam kaki dapat bemanfaat pada :

1. Pembuluh darah

Elastisitas pembuluh darah akan bertambah, karena berkurangnya timbunan lemak

Low Density Lipoprotein (LDL) dan penambahan kontraktilitas otot dinding

pembuluh darah. Elastisitas pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar

jalannya darah dan mencegah timbulnya hipertensi (Sukarman, 1987 dalam

Kushartanti, 2007).

2. Jantung

Otot jantung bertambah kuat dan bilik jantung betambah besar, sehingga denyutan

kuat dan daya tampung besar. Kedua hal ini akan meningkatkan efisiensi kerja

jantung. Dengan efisiensi kerja yang tinggi, jantung tak perlu berdenyut terlalu

sering (Strauss, 1979 dalam Kushartanti, 2007).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

34

3. Otot

Kekuatan, kelenturan dan daya tahan otot akan bertambah. Hal ini disebabkan

oleh bertambahnya serabut otot dan meningkatnya sistem penyediaan energi di

otot ( Brooks, 1984 dalam Kushartanti 2007).

4. Ligamen dan tendon

Ligamentum dan tendo akan bertambah kuat, demikian juga perlekatan tendon

pada tulang (Teitz, 1989 dalam Kushartanti 2007).

2.5.3 Prosedur Senam Kaki

Menurut Department of Health Central Health Education Unit Exercise

Prescription (2011), menyatakan rekomendasi untuk melakukan latihan fisik

aerobik seperti senam yang efektif untuk pasien dengn hipertensi yaitu 30-60

menit setiap hari.

Menurut Elizabeth dan Kim (2013), durasi aerobik yang dapat dilakukan pada

pasien lanjut usia adalah 3-5 kali seminggu selama 10-30 menit.

Perhatian khusus sebelum pasien hipertensi melakukan latihan fisik yaitu :

1. Jika hipertensi tidak terkontrol maka anjurkan pasien untuk konsultasi dengan

dokter di pelayanan kesehatan untuk mendapat terapi pengontrolan tekanan darah.

Tekanan darah yang direkomendasikan untuk melakukan latihan fisik yaitu < 220

sitolik dan < 105 mmHg diastolik.

2. Pemberian Beta Blokers dan diuretik dapat berpengaruh pada fungsi

termoregulasi dan menyebabkan hipoglikemi. Dalam kondisi ini informasikan

kepada pasien tentang tanda dan gejala intoleransi jantung dan hipoglikemi, dan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

35

jika ada tanda gejala tersebut anjurkan pasien untuk tidak melaksanakan latihan

fisik.

3. Informasikan kepada pasien tentang perubahan nafas pendek, pusing, tidak

nyaman pada dada, palpitasi/berdebar saat melakukan latihan fisik agar segera

menghentikan latihan fisik dan segera mencari pelayanan kesehatan.

Langkah-langkah melakukan senam kaki menurut Akhtyo (2004) dalam Sigit

(2012).

1. Perawat mencuci tangan

2. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak di atas

bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam posisi

berbaring dengan meluruskan kaki.

3. Meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu

dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi

tidur, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah

seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

35

jika ada tanda gejala tersebut anjurkan pasien untuk tidak melaksanakan latihan

fisik.

3. Informasikan kepada pasien tentang perubahan nafas pendek, pusing, tidak

nyaman pada dada, palpitasi/berdebar saat melakukan latihan fisik agar segera

menghentikan latihan fisik dan segera mencari pelayanan kesehatan.

Langkah-langkah melakukan senam kaki menurut Akhtyo (2004) dalam Sigit

(2012).

1. Perawat mencuci tangan

2. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak di atas

bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam posisi

berbaring dengan meluruskan kaki.

3. Meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu

dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi

tidur, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah

seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

35

jika ada tanda gejala tersebut anjurkan pasien untuk tidak melaksanakan latihan

fisik.

3. Informasikan kepada pasien tentang perubahan nafas pendek, pusing, tidak

nyaman pada dada, palpitasi/berdebar saat melakukan latihan fisik agar segera

menghentikan latihan fisik dan segera mencari pelayanan kesehatan.

Langkah-langkah melakukan senam kaki menurut Akhtyo (2004) dalam Sigit

(2012).

1. Perawat mencuci tangan

2. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak di atas

bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam posisi

berbaring dengan meluruskan kaki.

3. Meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu

dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi

tidur, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah

seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

36

4. Meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada

kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke

atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan

diulangi sebanyak 10 kali.

5. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat

gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar degan pergerakan

pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6. Jari-jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar

dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur kaki

harus diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar pada pergelangan

kaki sebanyak 10 kali.

36

4. Meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada

kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke

atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan

diulangi sebanyak 10 kali.

5. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat

gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar degan pergerakan

pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6. Jari-jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar

dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur kaki

harus diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar pada pergelangan

kaki sebanyak 10 kali.

36

4. Meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada

kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke

atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan

diulangi sebanyak 10 kali.

5. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat

gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar degan pergerakan

pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6. Jari-jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar

dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur kaki

harus diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar pada pergelangan

kaki sebanyak 10 kali.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

37

7. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,

tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0-10 lakukan secara bergantian.

8. Letakkan sehelai koran di lantai. Bentuk ketas itu menjadi bola dengan kedua

belah kaki. Kemudian buka bola menjadi lembaran seperti semula menggunakan

kedua kaki. Cara ini hanya dilakukan sekali saja. Lalu robek koran menjadi 2

bagian, pisahkan kedua bagian koran dengan kaki. Sebagian koran dirobek

kembali menjadi bagian yang kecil-kecil dengan kedua kaki. Pindahkan kumpulan

robekan yang lebih kecil ke bagian koran yang masih utuh. Bungkus semuanya

dengan kedua kaki menjadi bentuk bola kecil.

37

7. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,

tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0-10 lakukan secara bergantian.

8. Letakkan sehelai koran di lantai. Bentuk ketas itu menjadi bola dengan kedua

belah kaki. Kemudian buka bola menjadi lembaran seperti semula menggunakan

kedua kaki. Cara ini hanya dilakukan sekali saja. Lalu robek koran menjadi 2

bagian, pisahkan kedua bagian koran dengan kaki. Sebagian koran dirobek

kembali menjadi bagian yang kecil-kecil dengan kedua kaki. Pindahkan kumpulan

robekan yang lebih kecil ke bagian koran yang masih utuh. Bungkus semuanya

dengan kedua kaki menjadi bentuk bola kecil.

37

7. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,

tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0-10 lakukan secara bergantian.

8. Letakkan sehelai koran di lantai. Bentuk ketas itu menjadi bola dengan kedua

belah kaki. Kemudian buka bola menjadi lembaran seperti semula menggunakan

kedua kaki. Cara ini hanya dilakukan sekali saja. Lalu robek koran menjadi 2

bagian, pisahkan kedua bagian koran dengan kaki. Sebagian koran dirobek

kembali menjadi bagian yang kecil-kecil dengan kedua kaki. Pindahkan kumpulan

robekan yang lebih kecil ke bagian koran yang masih utuh. Bungkus semuanya

dengan kedua kaki menjadi bentuk bola kecil.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

38

9. Evaluasi setelah tindakan yaitu respon pasien, kemampuan pasien dalam

mengikuti seluruh proses senam kaki dari awal sampai akhir, vital sign

termasuk evaluasi nilai ABI.

10. Dokumentasi tindakan.

2.5.4 Pengaruh Senam Kaki terhadap Nilai ABI pada Pasien Hipertensi

Olahraga meningkatkan jumlah darah yang dipompakan setiap menitnya oleh

jantung khususnya ventrikel kiri. Dengan peningkatan jumlah darah yang

dipompa berarti jumlah oksigen yang beredar ke seluruh tubuh juga meningkat.

Seluruh sel, jaringan dan sistem dalam tubuh membutuhkan zat-zat gizi dan

oksigen untuk pertumbuhan fungsinya. Adapun zat-zat gizi dan oksigen yang

dibutuhkan tersebut berada dalam darah. Sehingga apabila zat-zat dan oksigen dan

jumlah darah yang dibutuhkan sel, jaringan dan sistem tubuh optimal, maka

pertumbuhan dan fungsinya akan optimal. Hal ini akan menyebabkan sel, jaringan

dan sistem tubuh kita dapat dipertahankan dalam kondisi yang optimal (Werdani,

2005). Salah satu efek yang ditimbulkan dari aktivitas aktifitas fisik yaitu

penurunan tekanan perifer dengan meningkatkan elastisitas pembuluh darah

karena pengendapan LDL berkurang dan meningkatkan aliran balik vena ke

jantung akibat kontraksi otot. Dengan meningkatnya aliran darah balik vena maka

akan meningkatkan stroke volume jantung yang dilakukan ventrikel kiri ke

seluruh tubuh. Jantung tidak perlu usaha yang besar untuk memompakan darah ke

perifer tubuh karena stroke volume ideal dengan heart rate serta kekuatan

kontraksi yang efektif dan tekanan perifer menurun. Pada senam kaki terjadi

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

39

pergerakan tungkai yang mengakibatkan menegangnya otot-otot tungkai dan

menekan vena di sekitar otot tersebut. Hal ini akan mendorong darah kembali

kearah jantung dan tekanan vena menurun mekanisme ini dikenal dengan pompa

vena. Mekanisme ini akan membantu melancarkan peredaran darah ke kaki

memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil meningkatkan otot-otot

betis (Guyton&Hall, 2001).

Pada dasarnya secara umum latihan fisik akan menurunkan tekanan darah. Pada

lansia terjadi arterial stiffness (kekakuan arteri) karena proses menua dan juga

karena pengendapan LDL yang cenderung mengendap di daerah pembuuh darah

yang sempit dan organ yang semakin jauh dengan jantung selain itu juga

didukung oleh gaya tarik grafitasi menyebabkan arteri sklerosis banyak terjadi di

organ perifer tubuh. Dengan senam kaki, gerakan-gerakan yang dilakukan akan

menyebabkan kekakuan tersebut berkurang dengan mengurangi kesempatan LDL

mengendap di dalam darah dan pembakaran cikal bakal LDL menjadi energi

sehingga kelebihan LDL dalam tubuh tidak memiliki kesempatan mengendap dan

menyebabkan kekakuan arteri perifer. Turunnya tekanan darah ankle dan

brachialis mengindikasikan perbaikan nilai ABI atau sirkulasi darah ke bagian

perifer seperti kaki. Selain itu dengan gerakan tubuh maka tubuh akan

menghasilkan hormon endorphine (Mulyati, 2009). Hormon ini berfungsi untuk

menekan hormon adrenalin sehingga vasokonstriksi pembuluh darah tidak terjadi

,tetapi pembuluh darah mengalami vasodilatasi sehingga dapat menurunkan

tekanan darah yang berefek pada perbaikan nilai ABI. Penelitian yang dilakukan

oleh Gunarto (2005), dalam Sigit (2012), menunjukkan bahwa lansia yang

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

40

diberikan latihan four square step yaitu salah satu bentuk latihan gerak kaki secara

dinamik selama 4 minggu, mempunyai sirkulasi darah lebih baik secara signifikan

dibanding sebelum latihan. Hal ini didukung dengan Stanley&Bare (1999),

keuntungan dari program latihan pada lansia terutama pada Range of Motion

(ROM), kepadatan tulang, kelenturan dan sirkulasi darah.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II... · struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (t ermasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan tersebut

41

Gambar 2.3. Adaptasi Tekanan Darah terhadap Senam (Sumber: Sherwood, 2001)

Latihan fisik (senam kaki)

Kebutuhan energi oleh sel, jaringan& organ tubuh

Aktivitas pernafasan Aktifitas otot kaki

Kontrol metabolik lokalAliranbalikvena

Efek pengisianruanganjantung

Aktivitassarafsimpatis danephinefrin

Frekuensijantung

Volume sekuncup

Curah jantung

Tekanan darah arteri sedang

Vasodilatasi arteriol di ototrangka dan otot jantung,Metabolisme LDL

Resistensi perifer totalpembuluh darah kaki

Fase Istirahat

Aktivitas pernafasan Aktivitas otot rangka

Aktivitas saraf simpatis dan ephinefrinAktivitas saraf parasimpatis

Frekuensi jantung , volumesekuncup, dan vasodilatasiarteriol dan vena

Curah jantung optimal danresistensi perifer total Tekanan arteri

periferPerbaikan ABI