15
8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi Cerebral Palsy (CP) Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan postur tubuh yang tidak progresif, dan disebabkan oleh karena kerusakan atau gangguan disel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005). CP adalah kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak progresif, yang terjadi karena kerusakan otak akibat trauma lahir. Gangguan ditandai dengan perkembangan motorik yang abnormal atau terlambat, seperti athetoid paraplegic, spastic atau tetraplegic, yang sering disertai dengan retardasi mental, kejang atau ataxia (Dorlan, 2005). Menurut Hidayat (2010), Kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan atau lemahnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan dan bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi sistem motorik dan menyebabkan anak mempunyai koordinasi yang buruk pada gerak tubuh, keseimbangan yang buruk, pola-pola gerakan yang abnormal.

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11871/2/T1_462012082_BAB II... · aktivitas yang sering dikaitkan dengan gangguan

Embed Size (px)

Citation preview

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Definisi Cerebral Palsy (CP)

Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan

postur tubuh yang tidak progresif, dan disebabkan oleh karena

kerusakan atau gangguan disel-sel motorik pada susunan

saraf pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005). CP

adalah kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak

progresif, yang terjadi karena kerusakan otak akibat trauma

lahir. Gangguan ditandai dengan perkembangan motorik yang

abnormal atau terlambat, seperti athetoid paraplegic, spastic

atau tetraplegic, yang sering disertai dengan retardasi mental,

kejang atau ataxia (Dorlan, 2005).

Menurut Hidayat (2010), Kata cerebral itu sendiri adalah

otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan atau lemahnya

pengendalian otot dalam setiap pergerakan dan bahkan tidak

terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi sistem

motorik dan menyebabkan anak mempunyai koordinasi yang

buruk pada gerak tubuh, keseimbangan yang buruk, pola-pola

gerakan yang abnormal.

9

CP merupakan sebutan medis pada diagnosa anak yang

disebabkan kerusakan otak yang mempengaruhi gerakan

tubuh, kontrol otot, koordinasi otot, dan keseimbangan tubuh.

Hal ini juga dapat mempengaruhi motorik halus, motorik kasar

dan fungsi motorik oral (Komunitas Cerebral Palsy, 2011). CP

merupakan sekelompok gangguan permanen perkembangan

gerakan dan postur tubuh serta menyebabkan keterbatasan

aktivitas yang sering dikaitkan dengan gangguan pada otak

janin atau bayi yang sedang berkembang (Campbell, 2012).

2.1.2 Penyebab Cerebral Palsy (CP)

CP dapat disebabkan oleh gangguan dimasa kehamilan.

Gangguan tersebut dapat terjadi saat proses ketika bayi

didalam kandungan (prenatal) dan proses persalinan

(perinatal) yang sangat berisiko menyebabkan bayi terkena

CP (Jeremy, 2004). Gangguan prenatal adalah seperti ibu

hamil yang kurang mendapat asupan makanan bergizi dan

sakit ditengah kehamilan. Masalah terjadi ketika

perkembangan otak mulai terbentuk dan ketika ibu terkena

infeksi virus dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Proses

(perinatal) persalinan yang sulit dan lama sehingga perlu

pertolongan dengan alat yang beresiko menyebabkan luka

dikepala bayi juga dapat mempengaruhi perkembangan otak

(Bajraszewski, 2008).

10

Daerah otak kekurangan asupan oksigen disebabkan oleh

proses persalinan yang terlalu lama dan tali pusar bayi melilit

sehingga janin sulit bernafas. Saat dilahirkan bayi beresiko

lahir premature (BB rendah < 2 kg), radang selaput otak, bayi

kuning, malaria dan panas yang sangat tinggi juga dapat

menjadi penyebab CP. Otak memiliki beberapa bagian

dengan fungsi kontrol yang berbeda. Otak bagian belakang

mengontrol penglihatan, otak bagian paling atas mengontrol

gerakan, dan otak bagian samping mengontrol pikiran

(Jeremy, 2004).

Jika ada bagian otak yang mengalami gangguan maka

akan terjadi kesulitan mengontrol suatu kegiatan tertentu. Jika

otak bagian atas luka maka gerakan menjadi tidak terkontrol,

keadaan ini yang disebut dengan CP. Pada pertumbuhan dan

perkembangan bayi baru lahir bilamana tidak sesuai dengan

tahap pertumbuh kembangan yang normal apalagi disertai

ketidak munculan refleks bayi, memungkinkan adanya

gangguan pada otak (Purwanta, 2012).

2.1.3 Klasifikasi Cerebral Palsy (CP)

Otak memiliki 3 bagian berbeda yang bekerjasama

menjalankan dan mengontrol kerja otot yang berpengaruh

terhadap pergerakan serta postur tubuh. Jika terjadi

11

kerusakan pada bagian otak itulah yang membuat seseorang

menderita CP (Parkers dkk, 2005). United Cerebral Palsy

Association merumuskan CP sebagai suatu kumpulan

keadaan pada masa kanak-kanak, yang ditandai dengan

kelemahan, kelumpuhan, dan tidak adanya koordinasi pada

fungsi motorik yang disebabkan gangguan dibagian pusat

kontrol motorik di otak. Bagian-bagian otak tersebut adalah

sebagai berikut :

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Otak yang Mengalami Kelainan Sesuai Jenis

Cerebral Palsy. (Sumber: www. sheringtips hidupsehat.co.id)

Terdapat beberapa klasifikasi dari beberapa tipe CP

berdasarkan tanda dan gejala yaitu:

2.1.3.1 Cerebral Palsy (CP) Tipe Spastic

Tipe spastic adalah yang paling umum dari kasus

CP. Pengaruhnya sangat bervariasi ada yang ringan

yaitu pengaruh terhadap beberapa gerakan,

sedangkan penyebab yang lebih parah dapat

12

menyebabkan pengaruh bagi seluruh tubuh. Spastic

berarti kekakuan otot-otot. Otot-otot ini menjadi kaku

karena pesan pada otot disampaikan secara tidak

benar oleh bagian otak yang rusak (Mohammad, 2006).

Pada orang normal ketika akan melakukan suatu

gerakan, maka terjadi kesepakatan dari dua kelompok

otot, yaitu ketika satu kelompok melakukan suatu

gerakan maka kelompok otot yang lain akan melakukan

pengenduran. Namun pada penderita CP tipe spastic,

kedua kelompok otot ini melakukan secara bersama-

sama sehingga membuat gerakan menjadi sulit

(Maimunah, 2013).

Menurut Farhana (2013) CP spastic terbagi menjadi

beberapa tipe yaitu:

1. Monoplegic

Hanya satu ekstremitas saja yang mengalami

spastic, umumnya hal ini terjadi pada salah satu

lengan atau ekstremitas atas. CP monoplegi adalah

kelainan dimana otak mengalami kerusakan dan

gangguan neuronal sehingga mengakibatkan

gangguan perkembangan gerak sehingga

menyebabkan terbatasnya aktivitas karena

13

gangguan nonprogresif yang terjadi pada otak janin

atau bayi yang sedang berkembang yang hanya

mempengaruhi satu ekstremitas saja.

2. Diplegic

Spastic diplegic pada umumnya terjadi pada

bagian ekstremitas atas atau bawah. Spastic pada

kedua tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan

kiri.

3. Hemiplegic

Spastic yang biasanya menyerang ekstremitas

atas dan ektremitas bawah. Menyerang lengan

dan kaki pada salah satu sisi tubuh namun lebih

parah pada ekstremitas atas.

4. Triplegic

Spastic pada triplegic menyerang tiga buah

ekstremitas, umumnya menyerang lengan pada

kedua sisi tubuh dan salah satu kaki.

5. Quadriplegic

Spastic yang menyerang ekstremitas atas,

ekstremitas bawah dan disertai keterbatasan atau

kelemahan pada tungkai.

14

Gambar 2.2 Tipe-tipe Cerebral Palsy Spastic. (Sumber: www.abclaw

centers.com)

2.1.3.2 Cerebral Palsy Tipe Athetoid

Tipe athetoid adalah yaitu kondisi yang menunjukkan

sulitnya kaki untuk berjalan, gerakan menggeliat-geliat

dan sempoyongan sehingga sulit untuk mengontrol

gerakannya. Letak kelainan pada CP athetoid terdapat

pada basal ganglion. CP jenis ini menunjukan kekakuan

pada tubuhnya, tetapi terdapat gerakan-gerakan yang

tidak terkontrol yang terjadi sewaktu-waktu. Gerakan ini

15

tidak dapat dikontrol, sehingga cenderung mengganggu

aktivitas (Efendi, 2009).

2.1.3.3 Cerebral Palsy Tipe Ataxia

Kondisi ataxia tidak begitu umum dibandingkan dengan

spastic dan athetoid. Kondisi ini disebabkan oleh luka pada

bagian otak kecil yang terletak dibagian belakang kepala

atau yang biasa disebut cerebellum yang memiliki fungsi

mengontrol koordinasi dan keseimbangan pada kerja otot.

Anak yang termasuk dalam CP ataxia memiliki ciri

keseimbangan terganggu, pergerakan mengulang, refleks

hipoaktif, terjadinya nistagmus yaitu gerakan ritmik pada

mata yang tidak terkontrol sering menyebabkan penurunan

ketajaman visual, gerakan involunter, terutama pada

inisiasi penghentian gerak, atau berjalan tidak secara garis

lurus, tremor terminal, dan melampaui tungkai (Maimunah,

2013). Ketika anak berbicara bisa artikulasi tidak jelas,

dengan pengontrolan napas yang tidak teratur, sulit

menelan, dan mudah tersedak (Farhana, 2013).

2.1.3.4 Cerebral Palsy Tipe Campuran

CP tipe ini memiliki kombinasi karakteristik misalnya

campuran antara CP spastic, athetoid dan ataxia.

Kecacatan dipengaruhi letak kerusakan yang terjadi pada

16

otak. Letak kerusakan jenis ini di berada pada daerah

pyramidal dan extrapyramidal. Bila kerusakan terjadi pada

bagian pyramidal, kelainan yang akan muncul berbentuk

spastic. Apabila terjadi di bagian extrapyramidal maka

kelainan yang akan muncul berbentuk athetoid. Kondisi ini

ditandai dengan jangka waktu yang lama di mana otot-otot

ekstremitas atau batang tubuh tetap kaku, menolak setiap

upaya untuk memindahkan mereka (Farhana, 2013).

2.1.4 Aktivitas Fisik Anak Cerebral Palsy

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2016

aktivitas adalah kegiatan, sedangkan fisik adalah badan atau

raga, sehingga dapat disimpulkan aktivitas fisik merupakan

kegiatan yang menggunakan badan. Pada kehidupan sehari-

hari kita tidak terlepas dari aktivitas fisik, baik aktivitas yang

membutuhkan energi yang banyak maupun yang sedikit.

Menurut World Health Organisation (WHO, 2005), aktivitas

fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang memerlukan

pengeluaran energi yang dihasilkan oleh otot rangka. Aktivitas

fisik merupakan gerakan tubuh yang mengeluarkan tenaga

serta energi yang berupa pembakaran kalori (Nurmalina, 2011).

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas fisik adalah

segala macam gerak yang membutuhkan energi. Kategori

17

aktivitas fisik meliputi latihan, olahraga, bekerja, bermain, dan

lain-lain. Aktivitas fisik secara teratur telah lama dianggap

sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Russell,

2005).

Menurut Nurmalina tahun 2011, aktivitas fisik dapat

digolongkan menjadi tiga tingkatan, aktivitas fisik yang sesuai

untuk anak dan remaja yaitu, pertama kegiatan ringan yang

hanya memerlukan sedikit tenaga dan tidak menyebabkan

ketahanan (endurance) atau perubahan pada pernapasan,

seperti berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci, berdandan, ,

belajar, duduk, sekolah, melihat TV, belajar di rumah,

nongkrong. Kedua, yaitu kegiatan sedang yang membutuhkan

tenaga terus menerus, gerakan otot yang berirama flexibility).

Seperti berlari kecil, bersepeda, bermain musik, tenis meja,

berenang, jalan cepat. Selanjutnya kegiatan berat yang

berhubungan dengan olahraga sehingga membutuhkan

kekuatan (strength). Seperti berlari, bermain sepak bola, basket,

aerobik, bela diri, dan outbound.

Setiap anak memiliki aktivitas fisik yang berbeda-beda,

tergantung pada tahap perkembangannya. Aktivitas anak ini

merupakan gerakan-gerakan dalam memberikan respon

terhadap berbagai stimulasi yang berbeda. Seiring

bertambahnya usia maka perkembangan anak semakin maju,

18

yaitu setelah proses merayap lalu akhirnya berjalan, berlari,

bermain akan menjadi suatu kebiasaan yang menjadi aktivitas

fisik anak (Nurani, 2009).

Anak CP memiliki karakter khusus yang berbeda

dibandingkan anak normal pada umumnya. Anak CP tentunya

memerlukan penanganan khusus dan perhatian yang berbeda

dalam setiap aktivitas kesehariannya, karena terdapat

hambatan fisik yang sangat berpengaruh kepada mobilitas fisik

anak CP. Menurut Somantri dkk (2006), anak CP spastic

hemiplegic memiliki ciri-ciri yaitu (1) memiliki motorik yang

lemah seperti menggenggam, menjepit dan memegang, (2)

anak memiliki peningkatan kekakuan otot pada satu sisi bagian

ekstremitas, (3) keterlambatan dalam melewati tahap tumbuh

kembang seperti merangkak, berbicara, dan berdiri. Kondisi

yang terjadi pada anak dengan CP hemiplegic membuat anak

kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik sehingga perlu

pendampingan orang tua dalam setiap aktivitas anak untuk

menghindari hal-hal yang beresiko membahayakan

keselamatan anak.

19

2.1.5 Definisi Terapi TENS

TENS adalah singkatan dari Transcutaneus Electrical

Nerve Stimulation. TENS merupakan alat terapi yang

digunakan untuk merangsang syaraf dan mengurangi nyeri

dengan menggunakan arus listrik, tetapi listrik yang digunakan

adalah arus listrik rendah, sehingga arus yang dikeluarkan

tidak berbahaya bagi penggunanya. Dalam proses terapi

TENS menggunakan elektroterapi untuk mengurangi rasa

nyeri (Johnson, 2008). Seperti kita ketahui dari pengertian

TENS diatas bahwa alat ini berfungsi sebagai stimulator

syaraf. Syaraf yang distimulasi oleh TENS adalah tipe syaraf

yang bermielin tebal, yang menghambat syaraf penghantar

nyeri sehingga nyeri dapat berkurang (Risto, 2012).

TENS memiliki dua pasang elektroda yang digunakan

dengan cara menempatkan elektroda pada area kulit yang

mengalami nyeri dan kekakuan syaraf. Salah satu hambatan

dalam penggunaan TENS, yaitu elektroda tidak melekat

dengan baik pada kulit dan sementara itu arus yang dialirkan

dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.

Penempatan elektroda tidak terbatas pada daerah nyeri saja,

tetapi juga pada area kulit terutama oleh saraf spinalis

dermatom, area trigger dan motor point, karena titik-titik ini jadi

lebih konduktif di sekitar jaringan (Bennett, 2008). Terapi TENS

20

merupakan terapi non-invasif, mudah digunakan, dan tidak

memiliki efek samping seperti penggunaan obat-obatan.

TENS tergolong lebih murah dibanding menggunakan obat-

obatan jangka panjang (Mark, 2001).

Pada umumnya alat TENS digunakan dengan dua jenis

frekuensi yaitu tinggi dan rendah. Frekuensi tinggi dengan

kekuatan (>50 Hz). Pada frekuensi tinggi, secara selektif

merangsang syaraf tertentu untuk mengirim sinyal ke otak

sehingga menghalangi sinyal saraf lain yang membawa pesan

rasa sakit. Pada frekuensi rendah dengan kekuatan (<10 Hz)

merangsang produksi endorfin yang secara alami

menghilangkan rasa sakit hormon (Johnson, 2008).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Abdulwahab

tahun 2010 yang membahas tentang “Transcutaneous

Electrical Nerve Stimulation of Hip Adductors Improves Gait

Parameters of Children with Spastic Diplegic Cerebral Palsy”,

terapi TENS yang diberikan kepada anak CP spastic diplegia

mengalami perubahan yaitu penurunan kekakuan pada

pinggul dan peningkatan kemampuan berjalan. Dari hasil

penelitian sebelumnya, terapi TENS dianggap mampu menjadi

pengobatan nonfarmakologi bagi penderita CP.

21

2.1.6 Kerangka Teori

Cerebral Palsy (CP)

1.Definisi

2. Penyebab

- Prenatal (Gangguan Masa Kehamilan)

- Perinatal (Hambatan Persalinan)

3. Klasifikasi

Aktivitas Fisik Anak CP

- Kekakuan dialami pada

kaki dan tangan pada satu

sisi tubuh saja.

- Gangguan perkembangan

kemampuan motorik.

CP Tipe Spastic

- Spastic Monoplegic

- Spastic Diplegic

- Spastic Hemiplegic

- Spastic Triplegic

- Quadriplegic

CP Tipe Athetoid

CP Tipe Ataxic

CP Tipe Campuran

Keterangan : Tanda panah adalah arah

pembahasan peneliti

Transcutaneus Electrical Nerve

Stimulation (TENS)

Definisi

Fungsi

- Menstimulasi Otot Syaraf

- Mengurangi Nyeri